PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK SD KELAS IV BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT NGADA

  

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK SD KELAS IV BERBASIS KEARIFAN

LOKAL MASYARAKAT NGADA

  2

  3

  1 Dek Ngurah Laba Laksana , Putu Agus Wawan Kurniawan , Irama Niftalia 1,2,3

  Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP Citra Bakti

  

laba.laksana@gmail.com

Abstrak

  Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendeskripsikan konten dan konteks kearifal lokal masyarakat Ngada yang relevan dengan tema-tema pada pembelajaran tematik di SD kelas IV, 2) untuk mendeskripsikan karakteristik bahan ajar berbasis kearifal lokal yang dikembangkan, 3) untuk mendeskripsikan tanggapan guru terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal yang dikembangkan, 4) untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal yang dikembangkan.

  Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan menelusuri kearifan lokal yang ada meliputi kegiatan-kegiatan pesta adat, ritual-ritual keagamaan, budaya-budaya masyarakat. Subjek dalam penelitian ini adalah kurikulum 2013 kelas IV serta guru dan siswa SD kelas IV di Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada. Pengambilan subyek siswa dan guru dilakukan dengan teknik cluster yaitu dengan memperhatikan karakteristik sekolah dan wilayah Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada. Sedangkan objek yang diteliti adalah konten dan konteks kearifan lokal Masyarakat Ngada yang relevan diintegrasikan dalam tema-tema kelas IV untuk dijadikan sebuah bahan ajar tematik. Bahan ajar tematik ini dikembangkan dengan model ADDIE. Model ini terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analyze, (2) design, (3) development, (4) implementation, dan (5)

  evaluation.

  Hasil penelitian dan pengembangan sebagai berikut. (1) Konten dan konteks kearifal lokal Masyarakat Ngada yang relevan dengan tema-tema pembelajaran tematik di SD kelas

  IV meliputi potensi daerah, budaya daerah, rumah adat, kesenian daerah. Bahan ajar yang dikembangkan nanti adalah bahan ajar pada Tema 8, yaitu Dareah Tempat Tinggalku. (2) Karakteristik bahan ajar tematik berbasis kearifal lokal Masyarakat Ngada yang dikembangkan, yaitu Pemetaan indikator pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari aktivitas hand on dan mind on, kegiatan diskusi, informasi terkini, dan latihan soal. (3) Tanggapan guru terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada, yaitu kualitas bahan ajar yang dihasilkan ada pada kategori sangat baik. Skor tertinggi ada pada aspek penyajian yaitu kemenarikan tampilan bahan ajar. (4) Tanggapan siswa terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada, yaitu kualitas bahan ajar yang dihasilkan ada pada kategori sangat baik. Skor tertinggi ada pada aspek tampilan fisik bahan ajar dan aspek keterbacaan dari sisi ukuran dan jenis huruf.

  Kata kunci: Bahan ajar, kearifan lokal, Masyarakat Ngada

  

Abstract

  This research aimed: 1) to describe the content and the context of Ngada society local wisdom which relevance with themes on thematic learning in class IV State Primary School, 2) to describe the characteristics of learning substance-based local wisdom which developed,

  3) to describe teacher’s response upon learning substance-based local wisdom which developed, 4) to describe student’s response upon learning substance-based local wisdom which developed. This research done in Ngada regency East Nusa Tenggara by traced local wisdom which existed include the tradition ceremony, ritual religious, culture society. Subject of this research was the curriculum 2013 class IV along with teachers and students class IV in Bajawa district Ngada regency. Student and teacher subject taken done by using cluster technique by observe the characteristics of school and region in Bajawa district Ngada regency. Otherwise the objects researched were the content and context of Ngada society local wisdom which relevance integrated into class IV themes to be a thematic learning substance. This thematic learning substance developed by model ADDIE. This model consisted of five steps, namely: (1) analyze, (2) design, (3) development, (4)

  

implementation, dan (5) evaluation. The result of research and development as follows: (1)

  the content and the context of Ngada society local wisdom which relevance with thematic themes for class IV State Primary School include region potential, region culture, traditional house, region art. Learning substance developed later is learning substance on theme 8, called Daerah Tempat Tinggalku. (2) The characteristic of Ngada society learning substance- based local wisdom which developed, that is learning indicator mapping, learning activities consist of hand on and mind on activities, discussion activities, nowadays information, and question exercise. (3) Teacher’s response upon Ngada society thematic learning substance- based local wisdom, that is the quality of learning substance product being in category very good. The highest score on the aspect of presentation is the attractive appearance of learning substance. (4) Student’s response upon the Ngada society thematic learning substance-based local wisdom, that is the quality of learning substance product being in category very good. The highest score on the aspect learning substance physical appearance and readable aspect from format size and letter sort. Keywords: Learning Substance, Local Wisdom, Ngada Society

  PENDAHULUAN

  Dalam penerapan kurikulum 2013 teridentifikasi bahwa pembelajaran di sekolah menekankan pada aspek pengalaman belajar yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Melihat bahwa karakteristik peserta didik di setiap wilayah di Indonesia berbeda satu dengan yang lainnya, maka perlu dilakukan identifikasi unsur budaya lokal (kearifan lokal) dalam sumber belajar siswa untuk menjadikan kelas aktif guna mencapai pengalaman belajar bermakna (meaningfull) (Anderson & Krathwohl, 2001).

  Pembelajaran bermakna akan dapat diperoleh jika anak belajar sesuai dengan lingkungan sosialnya. Sehingga unsur budaya tidak bisa dilepaskan dalam merancang sebuah pembelajaran di sekolah. Selain itu, dalam kerangka kurikulum 2013 juga disebutkan bahwa dalam menyusun dan mengembangkan kegiatan pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan dan pengembangan sesuai dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik (Kemendikbud, 2013).

  Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang sifatnya terpadu dengan penggunaan tema untuk menjaring secara keterkaitan dari berbagai bidang studi, tema-tema tersebut harus subur artinya tema tersebut mengundang banyak konsep dari berbagai bidang studi (Fogarty, 1991). Model tematik ini dilaksanakan di kelas-kelas rendah yaitu kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga di Sekolah Dasar, karena dikelas rendah pola belajar dan pola pikir anak usia SD pada umumnya masih bersumber pada segala sesuatu yang bersifat konkrit, dan dalam memakai segala sesuatu masih bersifat holistik (Arend, 2004).

  Dalam prakteknya di lapangan, pembelajaran yang terjadi di Kabupaten Ngada banyak yang masih bersifat tradisional, apalagi pada sekolah-sekolah yang berada di daerah pinggiran. Sarana dan prasarana yang tersedia sangat minim. Selain itu, kegiatan pembelajaran belum memanfaatkan teknologi informasi sebagai media pengantar sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum 2013. Siswa yang bersekolah rata-rata berasal dari keluarga menengah ke bawah. Sehingga guru hanya memanfaatkan buku sebagai media dalam pembelajaran (Laksana, 2014).

  Realitanya masih banyak guru yang menggunakan bahan ajar yang sudah jadi seperti Buku Tematik yang telah disediakan oleh pemerintah atau LKS yang merupakan hasil dari suatu penerbit yang mungkin tidak sesuai dengan lingkungan di mana siswa tersebut belajar. Kondisi ini tentunya dapat mempersulit siswa dalam memahami materi yang seharusnya mereka kuasai. Bahan ajar cetak kurang mengedepankan unsur lingkungan dan budaya lokal masyarakat setempat. Sehingga guru sebagai pendidik yang profesional harus menyiapkan bahan ajar yang memperhatikan kondisi lingkungan dan budaya masyarakat setempat (Laksana, 2015).

  Selain itu, penggunaan bahan ajar jadi ini, tidak mengedepankan unsur budaya lokal. Padahal unsur ini sangat penting untuk dimasukkan ke dalam proses pembelajaran melalui penyusunan bahan ajar yang memiliki konten budaya lokal. Untuk itu perlu dilakukan upaya pengembangan bahan ajar yang mengutamakan unsur kearifan lokal khususnya budaya lokal masyarakat Ngada yang memiliki ragam budaya yang sangat cocok dimasukkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Untuk itulah perlu dilakukan pengkajian mengenai kearifan lokal masyarakat Ngada dalam implementasinya untuk menghasilkan bahan ajar tematik yang relevan dengan kerangka kurikulum 2013.

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Konten dan konteks kearifal lokal Masyarakat Ngada apa saja yang relevan dengan tema-tema pembelajaran tematik di SD kelas IV? (2) Bagaimanakah karakteristik bahan ajar tematik berbasis kearifal lokal Masyarakat Ngada yang dikembangkan? (3) Bagaimanakah tanggapan guru terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada? dan (4) Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada?

METODE PENELITIAN

  Bahan ajar tematik ini dikembangkan dengan model ADDIE. Model ini terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analyze, (2) design, (3) development, (4) implementation, dan (5)

  

evaluation (Anglada, 2007). Pada tahap analisis (analyze), meliputi kegiatan analisis

  kebutuhan belajar dan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) SD kelas IV yang dapat diintegrasikan dengan unsur kearifan lokal Masyarakat Ngada sesuai dengan kerangka implementasi kurikulum 2013. Pada tahapan perancangan (design), dilakukan dengan kerangka acuan sebagai berikut. (1) unsur-unsur kearifal lokal yang relevan diintegrasikan dalam bahan ajar untuk siswa SD kelas IV, (2) Nilai unsur-unsur kearifal lokal diintegrasikan ke dalam tema-tema yang relevan dengan kurikulum 2013. Pada tahapan pengembangan (development), dilakukan dengan menyusun bahan ajar yang terintegrasi ke dalam tema-tema pembelajaran di kelas IV. Pada tahapan implementasi (implementation), kegiatan dilakukan uji coba terbatas bahan ajar berbasis kearifal lokal Masyarakat Ngada kepada guru dan siswa. Selanjutnya, pada tahapan evaluasi (evaluation), dilakukan evaluasi bahan ajar yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba.

  Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur. Subjek dalam penelitian ini adalah kurikulum 2013 kelas IV serta guru dan siswa SD kelas IV di Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada.

  Penelitian ini terbatas sampai dihasilkannya produk akhir bahan ajar dan belum melakukan pengujian ke lapangan untuk menguji secara metodologis penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada terhadap hasil belajar siswa.

  Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Data mengenai kebutuhan sumber belajar dalam bentuk modul pembelajaran tematik dikumpulkan melalui analisis kurikulum 2013 dan melalui angket. Analisis kebutuhan dilakukan bersama antara peneliti dengan guru-guru SD yang tergabung dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) Kecamatan Bajawa. (2) Data mengenai potensi sekolah atau wilayah dan karakteristiknya yang relevan dengan kebutuhan sumber belajar tematik SD dalam bentuk bahan ajar pembelajaran dari tiap sekolah dikumpulkan melalui: (a) Angket (diberikan ke guru-guru SD yang tergabung dalam KKG Kecamatan Bajawa; (b) Investigasi/observasi langsung ke lokasi untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik kearifan lokal Masyarakat Ngada sebagai konten dan konteks sumber belajar tematik SD. (3) Data mengenai kualitas bahan ajar pembelajaran tematik berbasis kearifan lokal dilihat dari isi, penyajian dan kebahasaan diperoleh dari guru dan siswa dalam ujicoba terbatas menggunakan angket yang telah disusun. Data diambil setelah guru dan siswa menggunakan bahan ajar tersebut dalam kegiatan pembelajaran.

  Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai berikut. (1) Data mengenai sumber belajar yang diperlukan guru-guru SD kelas IV sebagai konsekuensi implementasi Kurikulum 2013 dianalisis secara kualitatif. (2) Data mengenai potensi konten dan konteks kearifan lokal yang telah dimanfaatkan dan yang belum dimanfaatkan dalam pembelajaran tematik SD sebagai konskuensi implementasi Kurikulum 2013 dianalisis secara kualitatif. (3) Data mengenai kualitas bahan ajar dianalisis melalui pengubahan hasil penilaian dari guru dan siswa dari bentuk kualitatif ke bentuk kuantitatif skala 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  

1. Konten dan Konteks Kearifal Lokal Masyarakat Ngada yang Relevan dengan Tema-

tema Pembelajaran Tematik di SD Kelas IV

  Penelitian awal yang telah dilakukan adalah melakukan analisis tema-tema yang sesuai dengan materi yang ada di kelas IV. Hasi analisis ditunjukkan dalam Tabel 1. Dari analisis tema tersebut, peneliti mengembangkan tema yang tingkat relevansinya sangat tinggi yaitu Tema 8, Daerah Tempat Tinggalku. Hal ini dilakukan agar mudah dalam mengembangkan bahan ajar berbasis budaya lokal masyarakat Ngada Flores.

  Setelah melakukan analisis tema, peneliti kemudian mendeskripsikan konten dan konteks kearifan lokal yang bisa diintegrasikan ke dalam tema yang dipilih. Konten dan konteks ini relevan untuk diintegrasikan ke dalam Tema 8 dengan alasan bahwa tujuan pembelajaran yang ada, sangat terkait dengan tema yaitu daerah tempat tinggalku berbasis budaya lokal. Konten dan konteks kearifan lokal yang bisa diintegrasikan ke dalam tema dapat dicermati dalam Tabel 2.

  

Tabel 1 Analis Tema di Kelas IV

Relevansi dengan Tema ke Judul tema budaya lokal

  Tema 1 Indahnya Kebersamaan Tinggi Tema 2 Selalu Berhemat Energi Kurang Tema 3 Peduli terhadap Makhluk Hidup Tinggi Tema 4 Berbagai Pekerjaan Cukup Tema 5 Menghargai Jasa Pahlawan Kurang Tema 6 Indahnya Negeriku Cukup Tema 7 Cita-citaku Kurang Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku Sangat Tinggi Tema 9 Makanan Sehat dan Bergizi Cukup

  

Tabel 2 Konten dan konteks kearifan lokal yang diintegrasikan ke dalam tema

No Konten dan Konteks Budaya Lokal

  1. Peta Kabupaten Ngada, Batas wilayah Kabupaten dan Kecamatan di Ngada

  2. Lagu daerah Ngada (lirik dan nada lagunya)

  3. Arah mata angin (dengan bahasa daerah dan simbol-simbol adatnya)

  

4. Konsep matematika realistik menggunakan contoh-contoh peristiwa budaya adat misalnya

potong babi (bagian

kaki dibagi rata menjadi….), dan seterusnya

  

5. Kaitannya dengan tari jai dan dero, dimana didalamnya ada aktivitas bergerak dan

berjalan serta melompat

  6. Permaianan tradisonal daerah Ngada

  7. Cerita rakyat masyarakat Ngada

  8. Sejarah Ngada atau sejarah wilayah tertentu misalnya Inerie dan Jerebuu

  9. Dongeng daerah Ngada

  

10. Kamus bahasa daerah Bajawa untuk beberapa istilah yang menggunakan bahasa Bajawa

  11. Drama dengan tokoh terkenal orang Ngada

  12. Kerajinan khas Ngada yang terbuat dari bambu atau bahan alami lainnya

  

2. Karakteristik Bahan Ajar Tematik Berbasis Kearifal Lokal Masyarakat Ngada yang

Dikembangkan

  Bahan ajar ini disusun agar guru mendapat gambaran yang jelas dan rinci dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis konten dan konteks budaya lokal masyarakat Ngada. Secara khusus bahan ajar ini disiapkan untuk siswa yang berasal dari Kabupaten Ngada. Karakteristik bahan ajar yang dikembangkan adalah sebagai berikut. 1) Pemetaan indikator pembelajaran, menampilkan peta indikator untuk semua materi yang menjadi focus dalam setiap pembelajaran. Peta indicator ini dapat meghubungkan dan mempermudah alur pikir guru dalam menyajikan dan mengelola pembelajaran dan siswa dapat mengikuti pola tersebut dengan terintegrasi berdasarkan tema yang diangkat. 2) Kegiatan pembelajaran yang terurai secara tematik terpadu untuk menggambarkan kegiatan pembelajaran yang menyatu dan mengalir. Kegiatan pembelajaran terdiri dari berbagai aktivitas yang menunjang keseluruhan tujuan pembelajaran dalam aktivitas

  hand on (seperti “ayo berkarya” maupun mind on (seperti “soal latihan dan diskusi”).

  3) Pengalaman belajar yang bermakna melalui kegiata ayo berkarya” untuk membangun sikap dan perilaku positif, pemahaman konsep, keterampilan berpikir saintifik, kemampuan procedural yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

  4) Kegiatan diskusi yang beragam dengan contoh-contoh studi kasus. Kegiatan diskusi dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, pengembangan sikap saling menghargai, dan kemampuan berpikir sistematis. 5) Informasi terkini yang menjadi acuan kegiatan remedial dan pengayaan, serta menambah pengetahuan dan rasa ingin tahu siswa. 6) Latihan soal untuk memperdalam pemahaman konsep.

  

3. Tanggapan Guru terhadap Bahan Ajar Tematik Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat

Ngada

  Bahan ajar ini kemudian diujicobakan secara terbatas melalui kelompok kecil dengan melibatkan 3 guru SD yang mengajar di kelas IV. Hasil uji coba menunjukkan bahwa kualitas bahan ajar berdasarkan tanggapan guru ada pada kategori sangat baik. Skor tertinggi ada pada aspek penyajian yaitu kemenarikan tampilan bahan ajar. Hasil uji coba terbatas tanggapan guru terhadap bahan ajar dapat dilihat pada Tabel 3.

  

4. Tanggapan Siswa Terhadap Bahan Ajar Tematik Berbasis Kearifan Lokal

Masyarakat Ngada

  Bahan ajar ini kemudian diujicobakan secara terbatas melalui kelompok kecil dengan melibatkan 10 siswa SD kelas IV. Hasil uji coba menunjukkan bahwa kualitas bahan ajar berdasarkan tanggapan siswa ada pada kategori sangat baik. Skor tertinggi ada pada aspek tampilan fisik bahan ajar dan aspek keterbacaan dari sisi ukuran dan jenis huruf. Hasil uji coba terbatas tanggapan siswa terhadap bahan ajar dapat dilihat pada Tabel 4.

  

Tabel 3 Uji Coba Terbatas Tanggapan Guru terhadap Bahan Ajar

No Pernyataan Skor Kriteria

1 Aspek Materi

  a. Pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan 4,0 Sangat baik

  b. Kegiatan pembelajaran mengembangkan keterampilan dan 4,3 Sangat baik kemampuan berpikir c. Penggunaan notasi, simbol dan satuan 4,7 Sangat baik

2 Aspek Penyajian

  d. Organisasi penyajian umum 4,3 Sangat baik

  e. Organisasi penyajian per kegiatan 4,7 Sangat baik

  f. Materi disajikan dengan mempertimbangkan kebermaknaan 4,7 Sangat baik dan kebermanfaatan g. Melibatkan siswa secara aktif 4,7 Sangat baik

  h. Tampilan umum menarik 5,0 Sangat baik i. Variasi dalam cara penyampaian informasi 4,0 Sangat baik j. Memperhatikan kode etik dan hak cipta 4,3 Sangat baik

  Rerata 4,5 Sangat baik

Tabel 4 Uji Coba Terbatas Tanggapan Siswa terhadap Bahan Ajar

  No Pernyataan Skor Kriteria

  1 Bagaimana tampilan fisik bahan ajar ini? 4,9 Sangat baik

  2 Apakah kerangka isi pada bagian awal bab membantu kamu 4,4 Sangat baik memahami isi bacaan?

  3 Bagaimana tingkat kejelasan petunjuk pada bagian awal bab? 4,4 Sangat baik

  4 Apakah ukuran dan jenis huruf yang digunakan dalam modul 4,9 Sangat baik pembelajaran ini mudah dibaca?

  5 Apakah penggunaan Bahasa Indonesia dalam pemaparan 4,1 Sangat baik materi membantu kamu dalam memahami materi?

  6 Apakah penggunaan bahan ajar ini, memotivasi kamu 4,2 Sangat baik mengikuti pembelajaran?

  7 Apakah tugas dan latihan dalam modul pembelajaran 4,8 Sangat baik membantu meningkatkan pemahaman kamu terhadap materi?

  8 Apakah tes akhir bab, kunci jawaban, pada bagian akhir bahan 4,3 Sangat baik ajar membantu kamu untuk mengetahui tingkat penguasaan materi setiap kegiatan pembelajaran?

  Rerata 4,5 Sangat baik Secara umum pengembangan bahan ajar ini tersusun dari empat bagian utama.

  Bagian tersebut antara lain adalah: 1) Pemetaan indikator pembelajaran, 2) Kegiatan pembelajaran, 3) Informasi terkini, dan 4) Latihan soal. 1) Pengembangan pemetaan indikator pembelajaran

  Pemetaan indikator pembelajaran, menampilkan peta indikator untuk semua materi yang menjadi fokus dalam setiap pembelajaran. Peta indikator ini dapat meghubungkan dan mempermudah alur pikir guru dalam menyajikan dan mengelola pembelajaran dan siswa dapat mengikuti pola tersebut dengan terintegrasi berdasarkan tema yang diangkat. 2) Kegiatan pembelajaran

  Kegiatan pembelajaran teridri dari berbagai aktivitas. Aktivitas yang berbasis hand on maupun mind on. Aktivitas hand on misalnya adalah aktivitas berkarya, yaitu aktivitas untuk melatih keterampilan dalam melakukan atau menghasilkan sesuatu. Aktivtas lainnya adalah

  “ayo bernyanyi”, aktivitas ini hanya muncul di beberapa kegiatan pembelajaran saja. Aktivitas

  

hand on didasarkan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan-kegiatan mind

on, seperti aktivitas dalam kegiatan diskusi. Dimana dalam kegiatan ini didorong

  kemampuan berpikir dan kemampuan dalam memecahkan masalah. 3) Informasi tambahan (“perlu kalian ketahui”)

  Informasi tambahan yang disusun adalah pemberian informasi untuk menambah pengetahuan siswa terutama yang menyangkut potensi daerah khususnya Wilayah Ngada. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa mengenai daerahnya sendiri, tetapi masih dalam koridor tema yang diberikan. 4) Latihan soal

  Latihan soal ini terintegrasi di setiap aktivitas pembelajaran. Latihan ini tidak disusun terpisah dengan materi pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan, pembelajaran tematik ini menggabungkan berbagai tujuan pembelajaran, sehingga setiap aktivitas pembelajaran selalu disertai dengan latihan soal.

  Pengembangan bahan ajar berbasis budaya lokal perlu dilakukan dengan memenuhi standar pengembangan secara ilmiah. Hal ini didukung oleh Wahyudin (2015), yang menyatakan bahwa pengembangan aktivitas pembelajaran berbasis nilai budaya lokal memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan literasi siswa berbasis kompetensi. Integrasi nilai budaya lokal dalam pengembangan kurikulum seperti membuat tujuan belajar, merancang bahan belajar, menentukan strategi pembelajaran, media belajar, dan evaluasi pembelajaran adalah penting dilakukan untuk kualitas pembelajaran (Northcote, dkk., 2014).

  Duncan (2014) dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa pengalaman awal menjadi dasar dalam melaksanakan pembelajaran. Guru dengan budaya yang berbeda dengan siswa, lebih sulit dalam memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan konteks budaya. Temuan lain juga diungkapkan oleh Laksana dan Wawe (2015), bahwa pembelajaran IPA dengan bantuan media terutama media berbasis budaya lokal memperlihatkan hasil yang memuaskan. Aktivitas belajar meningkat yang disertai dengan penguatan pemahaman konsep IPA siswa. Dengan demikian kajian budaya lokal harus terintegrasi dalam bahan pembelajaran sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

  Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Konten dan konteks kearifal lokal Masyarakat Ngada yang relevan dengan tema-tema pembelajaran tematik di SD kelas

  IV meliputi potensi daerah, budaya daerah, rumah adat, kesenian daerah. Bahan ajar yang dikembangkan nanti adalah bahan ajar pada Tema 8, yaitu Dareah Tempat Tinggalku. (2) Karakteristik bahan ajar tematik berbasis kearifal lokal Masyarakat Ngada yang dikembangkan, yaitu Pemetaan indikator pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari aktivitas hand on dan mind on, kegiatan diskusi, informasi terkini, dan latihan soal. (3) Tanggapan guru terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada, yaitu kualitas bahan ajar yang dihasilkan ada pada kategori sangat baik. (4) Tanggapan siswa terhadap bahan ajar tematik berbasis kearifan lokal Masyarakat Ngada, yaitu kualitas bahan ajar yang dihasilkan ada pada kategori sangat baik.

  Saran yang peneliti berikan dalam penelitian ini adalah. (1) Perlu dilakukan analisis yang mendalam mengenai budaya lokal lainnya yang diintegrasikan dengan materi tematik yang sesuai. (2) Perlu dilakukan sosialisasi mengenai penggunaan bahan ajar berbasis budaya lokal kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Pendidikan dan satuan penyelenggara pendidikan khususnya sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

  Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. Abridged Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Anglada, D. 2007. An Introduction to Instructional Design: Utilizing a Basic Design Model.

  (Online) melalui diakses 17 Januari 2014.

  th

  Arend, R.I. (2004). Learning How to Teach (6 Ed.). Boston: McGraw Hill Duncan, M. (2014). How the Cultural Contexts of Urban Teaching Affect Novice Science

  Educators: Implications for School Leaders. International Journal of Educational

  Leadership Preparation, 9 (1), 1-17

  Fogarty, R. (1991). The Mindfull School: How to Integrate the Curricula. Paltine: Skyligh Publishing, Inc

  Kemendikbud. 2013. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

  Laksana, D.N L. (2014). Profil Pemahaman Konsep IPA Guru-Guru Kelas Sekolah Dasar di Kabupaten Ngada. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 1 (1), 15-26. Laksana, D.N L. & Wawe, F. (2015). Penggunaan Media Berbasis Budaya Lokal Dalam

  Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 2 (1), 27-37. Northcote, M., Kilgour, P., Reynaud, D., & Fitzsimmons, P. (2014). Engaging in Deep

  Cultural Learning through the Intersection of Multiple Contexts. Australian Journal of

  Teacher Education. 39 (10), 47-63 Wahyudin, U. (2015 ). The Quality of a ‘Local Values Based’ Fuctional Literacy Program: Its Contribution to the Improvem ent of the Learner’s Basic Competencies. International

  Education Studies, 8 (2), 121-127