TUTORIAL SPSS KUMPULAN FILE METPEND

  Dosen Pembina:

Dr. Gatot Sugeng Purwono, M.S.

  

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Juni, 2014

  

PENGENALAN DAN PEMBUATAN FILE DATA

Dr. Gatot Sugeng Purwono, M.S.

1. Dasar–Dasar SPSS

  SPSS merupakan salah satu sekian banyak software statistika yang telah dikenal luas dikalangan penggunaannya. Disamping masih banyak lagi software statistika lainnya seperti

  

Minitab, Syastas, Microstat dan masih banyak lagi. SPSS sebagai sebuah tools mempunyai

banyak kelebihan, terutama untuk aplikasi di bidang ilmu sosial.

  Toolba r Data Variable View

  Menu Bar kumpulan perintah-perintah dasar untuk meng-operasikan SPSS. Menu yang terdapat pada SPSS adalah :

a. File

  Untuk operasi file dokumen SPSS yang telah dibuat, baik untuk perbaikan pencetakan dan sebagainya. Ada 5 macam data yang digunakan dalam SPSS, yaitu : (1). Data : dokumen SPSS berupa data (2). Systax : dokumen berisi file syntax SPSS (3). Output : dokumen yang berisi hasil running out SPSS (4). Script : dokumen yang berisi running out SPSS (5). Database

  (a). New : membuat lembar kerja baru SPSS (b). Open : membuka dokumen SPSS yang telah ada

  Secara umum ada 3 macam ekstensi dalam lembar kerja SPSS, yaitu; (1). *.spo, yaitu file data yang dihasilkan pada lembar data editor, (2). *.sav, yaitu file text/obyek yang dihasilkan oleh lembar output, dan (3). *.cht, file obyek gambar/chart yang dihasilkan oleh chart window.

  (a). Read Text Data, membuka dokumen dari file text (yang berekstensi txt), yang bisa dimasukkan/dikonversi dalam lembar data SPSS (b). Save, menyimpan dokumen/hasil kerja yang telah dibuat. (c). Save As, menyimpan ulang dokumen dengan nama/tempat/type dokumen yang berbeda (d). Page Setup, mengatur halaman kerja SPSS

  (e). Print, mencetak hasil output/data/syntaq lembar SPSS. Ada 2 option/pilihan cara mencetak, yaitu : o All visible output, mencetak lembar kerja secara keseluruhan o Selection, mencetak sesuai keinginan yang kita sorot/blok

  (f). Print Preview, melihat contoh hasil cetakan yang nantinya diperoleh (g). Recently used data, berisi list file data yang pernah dibuka sebelumnya. (h). Recently used file, berisi list file secara keseluruhan yang pernah dikerjakan

  b. Edit

  Untuk melakukan pengeditan pada operasi SPSS baik data, serta pengaturan/ option untuk konfigurasi SPSS secara keseluruhan. (1). Undo, pembatalan perintah yang dilakukan sebelumnya (2). Redo, perintah pembatalan perintah redo yang dilakukan sebelumnya (3). Cut, penghapusan sebual sel/text/obyek, bisa dicopy untuk keperluan tertentu dengan perintah dari menu paste (4). Paste, mempilkan sebua sel/text/obyek hasil dari perintah copy atau cut (5). Paste after, mengulangi perintah paste sebelumya (6). Paste spesial, perintah paste spesial, yaitu bisa konvesri ke gambar, word, dll (7). Clear, menghapusan sebuah sel/text/obyek (8). Find, mencari suatu text (9). Options, mengatur konfigurasi tampilan lembar SPSS secara umum

  c. View

  Untuk pengaturan tambilan di layar kerja SPSS, serta mengetahui proses-proses yang sedang terjadi pada operasi SPSS. (1). Status Bar, mengetahui proses yang sedang berlangsung (2). Toolbar, mengatur tampilan toolbar (3). Fonts, ukuran font pada data editor SPSS

  (a). Outline size, ukuran font lembar output SPSS (b). Outline font, jenis font lembar output SPSS

  (4). Gridlines, mengatur garis sel pada editor SPSS (5). Value labels, mengatur tampilan pada editor untuk mengetahui value label

  d. Data Menu data digunakan untuk melakukan pemrosesan data.

  (1). Define Dates, mendefinisikan sebuah waktu untuk variable yang meliputi jam, tanggal, tahun, dan sebagainya (2). Insert Variable, menyisipkan kolom variable (3). Insert case, menyisipkan baris (4). Go to case, memindahkan cursor pada baris tertentu (5). Sort case, mengurutkan nilai dari suatu kolom variable (6). Transpose, operasi transpose pada sebuah kolom variable menjadi baris (7). Merge files, menggabungkan beberapa file dokumen SPSS, yang dilakukan dengan penggabungan kolom-kolom variablenya (8). Split file, memecahkan file berdasarkan kolom variablenya (9). Select case, mengatur sebuah variable berdasarkan sebuah persyaratan tertentu

  e. Transform

  Menu transform dipergunakan untuk melakukan perubahan-perubahan atau penambahan data.

  (1). Compute, operasi aritmatika dan logika untuk (2). Count, untuk mengetahui jumlah sebuah ukuran data tertentu pada suatu baris tertentu (3).

  Recode, untuk mengganti nilai pada kolom variable tertentu, sifatnya menggantikan

  (into same variable) atau merubah (into different variable) pada variable baru

  (4). Categorize variable, merubah angka rasional menjadi diskrit (5). Rank case, mengurutkan nilai data sebuah variable f. Analyse

  Menu analyse digunakan untuk melakukan analisis data yang telah kita masukkan ke dalam komputer. Menu ini merupakan menu yang terpenting karena semua pemrosesan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan menu correlate, compare mens, regresion.

  g. Graph

  Menu graph digunakan untuk membuat grafik, diantaranya ialah bar, line, pie, dll

  h. Utilities

  Menu utilities dipergunakan untuk mengetahui informasi variabel, informasi file, dll

i. Ad-Ons

  Menu ad-ons digunakan untuk memberikan perintah kepada SPSS jika ingin

  menggunakan aplikasi tambahan, misalnya menggunakan alikasi Amos, SPSS data entry, text analysis, dsb

  j. Windows

  Menu windows digunakan untuk melakukan perpindahan (switch) dari satu file ke file lainnya

  k. Help

  Menu help digunakan untuk membantu pengguna dalam memahami perintah-perintah SPSS jika menemui kesulitan TOOL BAR, Kumpulan perintah-perintah yang sering digunakan dalam bentuk gambar.

  POINTER, Kursor yang menunjukkan posisi cell yang sedang aktif/dipilih.

2. Memulai SPSS Data Editor

  Sebelum melakukan analisis data statistik, perlu memasukkan data terlebih dulu. Bila file data belum ada, maka anda harus ketik file data pada lembar SPSS Data Editor. Untuk membuat file data yang baru, klik file, kemudian klik New dan selanjutnya klik Data. Halaman SPSS data editor yang aktif, terdiri dari dua lembar. Lembar pertama adalah Data

  

View, yaitu tempat untuk memasukkan data (gambar 1). Sedangkan lembar kedua adalah

Variable View, yaitu tempat memberi nama variabel dan mendefinisikan karakteristik lain

  dari variabel tersebut (gambar 2).

  Gambar 1. Lembar data editor pertama “Data View” Gambar 2. Lembar data editor kedua “Variabel View

  Pada lembar variabel view:

  1. Memberi nama variabel (variable name) dengan panjang maksimal “8 karakter” pada kolom name. Kalau anda tidak memberi nama variabel, maka SPSS akan menggunakan nama variabel; VAR00001, VAR00002, VAR00003, dan seterusnya.

  2. Menentukan tipe variabel pada kolom “Type”. Tipe variabel antara lain; Numeric, Date,

  Gambar 3. Menentukan type variabel 3. Menentukan lebar data atau banyaknya angka/karakter data pada kolom “Width”.

  4. Menentukan banyaknya angka dibelakang koma pada kolom “Decimals”.

  5. Memberi penjelasan nama variabel pada kolom “Label”, karena nama variabel pada kolom “Name” hanya mempunyai panjang maksimal 8 karakter, maka untuk menjelaskan nama variabel yang panjang, penjelasannya dapat diberikan pada kolom Label.

  6. Memberi penjelasan nilai data pada kolom “Values”. Misalkan untuk variabel jenis kelamin dapat diberi penjelasan nilai data ‘1=pria’ dan ‘2=perempuan’.

  Gambar 4. Memberi nilai data pada “Values

  7. Mendefinisikan missing values pada kolom missing, bila ada data yang hilang atau bila pertanyaan kuesioner tidak dijawab. Misalkan untuk variabel usia responden, kadang ada responden yang tidak menjawab, maka untuk hal ini diberi kode missing9=tak dijawab’.

  Perhatikan bahwa anda bebas memilih kode untuk misssing values, selama kode yang anda pilih berbeda dari nilai data.

  8. Menentukan lebar kolom display pada kolom “Columns”.

  9. Menentukan alignment pada kolom “Align”: untuk rata kanan pilih right, untuk rata kiri pilih left atau untuk posisi di tengah pilih center. Default untuk data numeric adalah rata kanan (right) dan default untuk data string adalah rata kiri (left).

  10. Menentukan skala data (nominal, ordinal, interval, ratio) pada kolom Measure. SPSS selalu mengansumsikan tipe data numeric memiliki skala interval atau skala ratio (scale).

  Untuk data skala nominal atau skala ordinal anda harus menentukan sendiri pada kolom Measure ini.

  Gambar 5. Menentukan skala data

  3. Menyusun Tabel Frekuensi Bergolong dengan SPSS

  Tabel Frekuensi yang dihasilkan oleh SPSS berbeda dengan cara manual yang menggunakan kelas interval. Bila menggunakan yang kelas interval di SPPS dihitung dahulu jumlah kelas interval dan isi kelasnya secara manual. Tabel Frekuensi secara otomatis akan disusun oleh program SPSS.

  Langkah menyusun tabel frekuensi dengan program SPSS: Pertama, masuk ke menu Tranform > Recode > Into Different Variables > Keluar menu (gambar 6).

  Gambar 6. Langkah menyusun tabel Pada variabel nilai dipindah ke kanan, Name pada Output Variable diberi nama = intNilai dan Label diisi = Interval. Sampai langkah ini klik Tombol Old and New Values.

  Gambar 7. Klik Range, pada Range diisi 31, pada through diis 39, pada Value diisi angka 1, kemudian klik Add. Langkah ini dijalankan sampai 7 kali, karena tabel frekuensi yang kita coba ada 7 kelas (gambar 7). Sehingga menunya menjadi sbb : Gambar 7.

  Sekalian agar data kelasnya rapih, Variable ketiga Desimalnya diisi 0 (nol). Langkah berikutnya kembali ke Data View. Masuk menu Analyze > Descriptive Statistics > Frekuencies. Langkah berikutnya sama dengan sebelumnya, hanya bedanya pada variabel nilai yang masih berada pada sebalah kanan, dikembalikan ke kiri dan digandi dengan variabel intnilai (jadi yang dibuat tabel frekuensi adalah variabel intnilai) seperti terlihat pada tabel berikut:

  Selanjutnya ikuti langkah-langkah berikut:

  Hasilnya sebagai berikut:

A. UJI NORMALITAS DENGAN SPSS

  68

  80

  76

  40

  73

  86

  77

  59

  56

  66

  80

  72

  95

  83

  86

  50

  78

  80

  76

  74

  70

  80

  76

  85

  60

  69

  89

  90

  88 Keterangan sex: 1=laki-laki, 2=perempuan Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:

  61

  Uji normalitas data adalah hal yang lazim dilakukan sebelum sebuah metode statistik. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data yang mampunyai pola seperti distribusi normal (distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan). Misalkan dalam sebuah penelitian pendidikan ingin diketahui apakah data dalam penelitian tersebut berdistribusi normal, data penelitian adalah sebagai berikut:

  No. Responden

  13

  Sex Nilai harian Nilai Rapot

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  14

  2

  15

  1

  2

  1

  1

  1

  2

  2

  1

  1

  2

  2

  1

  1

  1

  2. Buat semua keterangan variabel di variable view seperti gambar berikut:

  3. Klik Data view dan masukan semua data sehingga tampak hasilnya sebagai berikut:

  4. Lakukan analisis dengan cara: memilih menu Analyze, lalu submenu Nonparametriks Test. Dari serangkaian pilihan yang ada, pilih 1-Sample K-S, akan muncul kotak dialog sebagai berikut:

  5. Pindahkan semua variable ke kotak Test Variable List dengan cara menanadai semua variable kemudian menekan tanda > sehingga kotak dialog menjadi seperti berikut:

  6. Klik Options sehingga muncul kotak dialog sebagai berikut, kemudian centang Descriptive lalu klik Continue.

  7. Klik Exact kotak dialog akan muncul seperti dibawah ini, lalu pilih Asymplotic lalu klik Continue.

  8. Klik OK sehingga akan muncul Output sebagai berikut:

  NPar Tests Descriptive Statistics

  Std. Minimu Maximu N Mean Deviation m m

  Jenis 15 1,40 ,507

  1

  2 Kelamin Nilai Harian 15 70,267 14,7864 40,0 95,0

  Nilai Rapor 15 77,933 8,7788 60,0 90,0

  One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  Jenis Nilai Nilai Kelamin Harian Rapor

  N

  15

  15

  15

  a,b

  Normal Parameters Mean 1,40 70,267 77,933 Std. Deviation ,507 14,7864 8,7788

  Most Extreme Absolute ,385 ,147 ,123 Differences

  Positive ,385 ,077 ,085 Negative -,282 -,147 -,123

  Kolmogorov-Smirnov Z 1,491 ,568 ,476 Asymp. Sig. (2-tailed) ,023 ,904 ,977 a. Test distribution is Normal.

  b. Calculated from data.

  9. Cara membaca Output tersebut adalah sebagai berikut:

  a. Deskriptif Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah semua data adalah 15 siswa yaitu pada kolom N, rata-rata dapat dilihat pada kolom Mean, standar deviasi pada kolom Std.Deviation, nilai maksimum dan minimum pada kolim minimum dan naximum.

  Catatan: pada sex tidak diperbolehkan menggunakan mean, sebab sex adalah data

  

  b. Kolmogorov smirnov (1). Analisis:

  Ho : Populasi berdistribusi normal Ha : Populasi tidak berdistribusi normal

  (2). Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan probabilitas Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jikan nilai probabilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak

  (3). Keputusan (a). Sex: Terlihat bahwa pada kolom signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)) adalah

  0,023 atau probabilitas kurang dari 0,05 maka Ho ditolak yang berarti populasi tidak berdistribusi normal. (b). Terlihat bahwa pada kolom signifikan (Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,904 atau probabilitas lebih dari 0,05 maka Ho diterima yang berarti populasi berdistribusi normal. (c). Terlihat bahwa pada kolom signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)) adalah 0,977 atau probabilitas lebih dari 0,05 maka Ho diterima yang berarti populasi berdistribusi normal.

B. UJI VALIDITAS DENGAN SPSS Sumber data sebuah penelitian ada kalanya menggunakan data dari hasil kuesioner.

  Tentunya dalam penyusunan kuesioner harus benar-benar bisa menggambarkan tujuan dari penelitian (valid). Uji validitas untuk mengukur kelayakan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan. Hasilnya dibandingkan dengan r tabel | df=n-k dengan tingkat kesalahan 5%. Jika r tabel Jika r tabel < r hitung, maka butir soal disebut valid.

  Berikut langkah-langkah uji validitas, dengan menggunakan contoh data sebagai berikut: No x11 x12 x13 total x

  1

  2

  4

  3

  9

  2

  1

  2

  2

  5

  3

  4

  4

  2

  10

  5

  2

  12

  4

  4

  4

  15

  8

  4

  1

  2

  14

  11

  4

  2

  5

  13

  16

  4

  5

  2

  1

  2

  1

  19

  8

  4

  2

  2

  18

  6

  1

  4

  1

  17

  7

  11

  4

  2

  7

  1

  8

  11

  3

  4

  4

  10

  1

  4

  2

  4

  6

  7

  3

  2

  1

  3

  2

  13

  12

  11

  4

  4

  3

  11

  5

  9

  5

  3

  10

  5

  1

  2

  2

  4

  21

  4

  7

  3

  3

  1

  31

  14

  5

  2

  5

  30

  11

  5

  3

  3

  29

  32

  4

  4

  1

  3

  4

  2

  35

  9

  3

  5

  3

  34

  8

  4

  2

  2

  33

  9

  10

  4

  4

  23

  2

  24

  6

  2

  2

  2

  6

  1

  2

  2

  2

  22

  13

  5

  4

  1

  4

  2

  12

  28

  15

  5

  5

  5

  27

  5

  25

  3

  4

  26

  14

  5

  4

  5

  9

  37

  3

  3

  7

  45

  3

  4

  5

  12

  46

  1

  2

  3

  6

  47

  1

  3

  2

  2

  3

  4

  5

  50

  5

  2

  1

  7

  49

  10

  4

  4

  2

  48

  2

  44

  2

  5

  40

  8

  3

  3

  2

  39

  3

  3

  1

  1

  38

  9

  3

  4

  2

  2

  11

  3

  3

  5

  3

  43

  9

  3

  3

  7

  42

  11

  5

  4

  2

  41

  12 Keterangan: x11 (tingkat pendidikan) : 1. Tidak pernah sekolah, 2. SD, 3. SMP, 4 SMA, 5 Perguruan Tinggi x12 (jenis pekerjaan) : 1. Petani, 2. Pedagang, 3. Pegawai Swasta, 4. PNS, 5 TNI- POLRI x13 (status Sosial Ekonomi : 1. Miskin sekali, 2. Miskin, 3. Cukup, 4. Kaya, 5. Kaya sekali

  Langkah 1 : Masukkan data ke dalam data editor SPSS. Untuk memberikan nama/label variabel klik Variable view (x11, x12, x13 dan total_x) Langkah 2 : Klik Analyze Correlate Bivariate Langkah 3 : Selanjutnya akan tampak kotak Bivariate Correlations seperti ini

  • ,523
    • ,800
    • Sig. (2-tailed) ,028 ,000 ,000

  • 1 ,419
    • ,717
    • Sig. (2-tailed) ,028 ,002 ,000
    • ,419
    • 1 ,828
    • Sig. (2-tailed) ,000 ,002 ,000
    • ,717
    • ,828
    • 1

  50

  50

  50

  Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 N

  Correlation ,800

  50 Total_ x1 Pearson

  50

  50

  50

  N

  ,523

  50 x13 Pearson Correlation

  50

  50

  50

  N

  ,311

  50 x12 Pearson Correlation

  50

  50

  50

  N

  Correlation 1 ,311

  x11 x12 x13 Total_ x1 x11 Pearson

  Correlations

  Langkah 4 : Selanjutnya pindahkan masing-masing indikator x11, x12, x13 dan total_x ke sebelah kanan pada kolom variables dengan cara memblok masing-masing indikator kemudian klik tanda panah tengah. Langkah 5 : Klik OK. Setelah itu akan tampak kota seperti berikut

  50 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

  • . Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X11, X12, X13) dikatakan valid karena memiliki nilai korelasi di atas 0,3 yakni X11=0,800, X12=0,717 dan X13=0,828.
Catatan: ada beberapa buku yang menggunakan nilai korelasi diatas 0,3. Tetapi ada juga yang menentukan nilai korelasi diatas 0,5. Batas keduanya diakui dan bisa diterima.

C. UJI RELIABILITAS DENGAN SPSS

  Selain harus valid, kuesioner sebagai alat ukur harus konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda (reliabel). Untuk menilai kestabilan ukuran dan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner. Kuesioner tersebut mencerminkan konstruk sebagai dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan. Jika nilai alpha>0.60, disebut reliable. Dengan menggunakan data yang sama, langkah uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

  Langkah 1 : Dari layar Data editor klik analyze Scale Reliability Analysis Langkah : Selanjutnya akan tampak kotak berikut (yang akan dihitung hanya indikator x11, x12 dan x13 sehingga total_x harus diabaikan atau

  2 dipindahkan ke kolom sebelah kiri dengan cara memblok Total_x kemudian klik tanda panah tengah: Langkah 3 : Klik Statistics pada sebelah kanan atas Langkah 4 : Pada kotak Reliability Analysis: Statistics tandai (√) kolom scale if item deleted lalu Continue. lalu Continue  OK. Selanjutnya Akan tampak hasil perhitungan seperti berikut :

  Reliability Statistics

  Cronbach's N of Alpha Items

  ,683

  3 Hasil perhitungan menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha = 0,683 yang lebih besar dari 0,60 berarti instrumen penelitian dikatakan reliabel Catatan: ada beberapa buku yang menggunakan batas nilai reliabilitas di atas 0,6. Tetapi ada juga yang menentukan nilai reliabilitas diatas 0,7. Batas keduanya diakui dan bisa diterima.

  Item-Total Statistics

  Scale Mean Scale Corrected Cronbach's if Item Variance if Item-Total Alpha if Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted x11 6,3200 3,977 ,499 ,589 x12 5,6600 4,882 ,416 ,686 x13 5,6600 3,984 ,585 ,471

  Uji T Satu Sampel (One Sample T-Test)

  Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan mean (rerata) populasi atau penelitian terdahulu dengan mean data sampel penelitian sekarang. Misalnya Seorang Kepala Puskesmas menyatakan bahwa rata-rata perhari jumlah kunjungan pasien adalah 20 orang. Untuk membuktikan pernyatan tsb, kemudian di ambil sampel random sebanyak 20 hari kerja dan diperoleh rata-rata 23 orang dengan standar deviasi 6 orang. Sekarang kita akan menguji apakah rata-rata jumlah kunjungan pasien sebelumnya berbeda secara statistik dengan yang saat ini. Langkah-langkah pengujian.

1. HIPOTESIS

  Ha ≠ 20 ( ada perbedaan kunjungan pasien tahun lalu dengan saat ini )

  

2. STATISTIK UJI

  Uji t satu sampel KETERANGAN : x = rata-rata sampel µ = rata-rata populasi/penelitian terdahulu S = Standar Deviasi n = jumlah (banyaknya) sampel Perhitungan : DF = n – 1 → 20 -1 = 19, di tabel T, p value terletak antara 0,025 dan 0,001.

  3. KEPUTUSAN STATISTIK

  Karena nilai P pada tabel (< 0,025) yang berarti kurang dari nilai α = 0,05, maka Ho dapat kita ditolak

  4. KESIMPULAN

  Secara statistik ada perbedaan yang signifikan antara kunjungan pasien tahun lalu dengan saat ini.

  Uji T Satu Sampel dengan SPSS Written By Malonda Gaib on Senin, 21 Maret 2011 | 21.3.11

  Sudah tau kan uji T satu sampel, kalau belum baca dulu postingan yang kalau yang dulu hitungannya manual, sekarang kita akan apikasikan di SPSS :

  1. Buka SPSS anda.

  2. Misalkan saya memiliki datanya seperti di bawah ini :

  3. Kita akan melakukan uji apakah data yang kita dapatkan berbeda dengan data sebelumnya, menurut informasi rata-rata kunjungan pasien tahun lalu sebanyak 20 orang.

  4. Pada menu di SPSS pilih Analyze --> Compare Means --> One-Sample T Test, jelasnya seperti ini :

  5. Setelah itu akan muncul jendela seperti ini :

  6. Pilih variabel "kunjungan pasien", lalu klik tanda 'segitiga' untuk memindahkan variabel tersebut ke kotak 'Test Variables'.

  7. Isi kotak 'Test Value' dengan angka "20"(angka 20 merupakan rata-rata kunjungan pasien tahun lalu), kemudian klik OK. Hasilnya :

  8. Kesimpulan Dari tabel "One-Sample Statistics" terlihat bahwa rata-rata kunjungan sebanyak 23 orang, dengan standar deviasi 3,387. Bila melihat dari rata-rata kunjungan saat ini memang ada perbedaan, namun perbedaan ini apakah bermakna secara statistik ? Mari kita lihat pada tabel "One-Sample Test" pada kolom "Sig.(2-tiled)" diperoleh nilai P = 0,001, maka nilai P < α, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa ternyata pada uji statistik dua sisi (2-tailed) pada taraf nyata α = 0,05, menunjukan ada perbedaan yang bermakna antara kunjungan pasien tahun lalu dengan tahun ini.

  

Uji T Independen

Uji ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua populasi/kelompok data yang independen.

  Contoh kasus suatu penelitian ingin mengetahui hubungan status merokok ibu hamil dengan berat badan bayi yang dilahirkan. Respondan terbagi dalam dua kelompok, yauti mereka yang merokok dan yang tidak merokok. Uji T independen ini memiliki asumsi/syarat yang mesti dipenuhi, yaitu : 1. Datanya berdistribusi normal.

  2. Kedua kelompok data independen (bebas) 3. variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan hanya 2 kelompok)

  Secara perhitungan manual ada dua formula (rumus) uji T independen, yaitu uji T yang variannya sama dan uji T yang variannya tidak sama.

  Untuk varian sama gunakan formulasi berikut : Dimana Sp :

  KETERANGAN : Xa = rata-rata kelompok a

  Xb = rata-rata kelompok b Sp = Standar Deviasi gabungan

  Sa = Standar deviasi kelompok a Sb = Standar deviasi kelompok b nb = banyaknya sampel di kelompok b DF = na + nb -2

  Sedangkan untuk varian yang tidak sama gunakan formulasi berikut : Untuk DF (degrre of freedom) uji T independen yang variannya tidak sama itu berbeda dengan yang di atas (DF= Na + Nb -2), tetapi menggunakan rumus :

  Nah... untuk menentukan apakah varian sama atau beda, maka menggunaka rumus : Bila nilai P > α , maka variannya sama, namun bila nilai P <= α, berati variannya berbeda.

  Contoh perhitungan secara manual, saya tidak akan berikan disini...capek...hehe. Mungkin akan saya berikan dalam aplikasi di SPSS atau STATA (lebih mudah tidak perlu pake kalkulator).

  

Uji T Independen dengan SPSS

  Kesempatan ini akan saya gunakan untuk memberikan contoh penerapan Uji T (T-test) independen di SPSS. Sebagaimana diketahui bahwa uji ini digunakan, bila kita memiliki data kategorik dan numerik. Sebagai contoh misalnya kita ingin mengetahui apakah ada pengaruh ibu yang merokok dan ibu yang tidak merokok (status merokok merupakan data kateorik) terhadap berat bayi yang dilahirkan (berat bayi lahir merupakan data numerik).Kebetulan saya memiliki filenya, jadi file ini akan saya gunakan untuk tutorial kali ini.

  Langkahnya sebagi berikut : Buka/aktifkan SPSS anda. Kemudian pada menu utama klik File --> Open --> Data, sampai muncul layar seperti di bawah ini :

  Pilih file "bbay.sav" dan klik open, akan muncul layar di bawah ini : Yang perlu diperhatikan pada layar di atas adalah variabel "rokok" dan "bbayi". Karena Selanjutnya klik pada menu utama SPSS anda Analyze --> Compare Means-- >Independent-Samples-T Test :

  Lalu akan muncul layar seperti ini : Pilih variabel "bbayi" dengan cara mengklik variabel tersebut.

  Kemudian klik tanda segitiga paling atas untuk memasukan variabel tersebut ke kotak Test variable(s).

  Klik variabel "rokok' dan masukan ke kotak Grouping variable. Kemudian klik tombol Define Group, dan isi angka "0" pada kotak Group 1 dan angka "1" pada kotak Group 2. Lalu klik Continue. Klik OK untuk menjalankan prosedur. Pada layar output akan nampak hasil seperti berikut : Dari tabel Group Statistics, terlihat bahwa rata-rata berat bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak merokok adalah 3054,96 gram, sedangkan berat bayi yang dilahirkan oleh ibu yang perokok sebesar 2773,24 gram. Namun apakah perbedaan ini berbeda juga secara statistik ? Untuk melihat perbedaan ini kita lihat pada tabel Independent Samples Test. Pada tabel tersebut ada dua baris (sel), sel pertama dengan asumsi bahwa varian kedua kelompok tersebut sama, sedangkan pada sel kedua dengan asumsi bahwa varians kedua kelompok tersebut tidak sama. Untuk memilih sel mana yang akan kita gunakan sebagai uji, maka kita lihat pada kolom uji F, jika Signifikansinya > 0,05 maka asumsinya varian sama sebaliknya jika Sig. <=0,05 maka variannya tidak sama. Dari uji F menunjukan kalau varian kedua kelompok tersebut sama (P-value = 0,221), sehingga sel akan dibaca adlah sel pertama. Dari kolom uji T menunjukan bahwa nilai P = 0,009 untuk uji 2-sisi . Karena P-value lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat kita simpulkan bahwa secara statistik ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat bayi yang dilahirkan oleh ibu yang merokok dengan ibu yang tidak merokok dengan kata lain ada pengaruh merokok terhadap berat bayi lahir. Uji tersebut di atas adalah uji 2-sisi, bagaimana kalau uji 1-sisi ? Bila uji yang kita lakukan adalah uji 1-sisi maka nilai P harus dibagi 2 sehingga menjadi P-value = 0,0045.

  

Uji T Dependen (Berpasangan)

Uji ini untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua kelompok data yang dependen.

  Misalnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan berat badan sebelum mengikuti proram diet dan berat badan setelah mengikuti program diet.

  1. Datanya berdistribusi normal.

  2. Kedua kelompok data dependen (berpasangan) 3. variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan hanya 2 kelompok).

  Rumus yang digunakan, sebagai berikut : KETERANGAN :

  δ = rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah) SDδ = Standar deviasi dari δ (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah) n = banyaknya sampel

  DF = n-1 Contoh :

  Data sampel terdiri atas 10 pasien pria mendapat obat captoril dengan dosis 6,25 mg. Pasien diukur tekanan darah sistolik sebelum pemberian obat dan 60 menit sesudah pemberian obat. Peneliti ingin mengetahui apakah pengobatan tersebut efektif untuk menurunkan tekanan darah pasien-pasien tersebut dengan alpha 5%. Adapun data hasil pengukuran adalah sebagai berikut. Sebelum : 175 179 165 170 162 180 177 178 140 176

  Sesudah : 140 143 135 133 162 150 182 150 175

1. HIPOTESIS :

  Ho : δ = 0 (Tidak ada perbedaan tekanan darah sistolik pria antara sebelum dibandingkan sesudah dengan pemberian Catopril) Ha : δ ≠ 0 (Ada perbedaan tekanan darah sistolik setelah diberikan Catopril dibanding sebelum diberikan obat)

2. STATISTIK UJI

  Uji T dua sampel berpasangan (Uji T Dependen) Perhitungan :

  Diperoleh :

  δ : -35 -36 -30 - 37 0 -30 5 - 28 35 -16 δrata-rata = -17,2

  S = 23,62 n = 10 t = δ = - 17,2 = - 17,2 = -17,2 S/√n 23,62/√10 23,62/3,162 7,469

  = -2,302 Df = n - 1 = 10-1 = 9 Dilihat pada tabel t pada df = 19, t = 2,302 diperoleh Pvalue < 0,0253.

3. KEPUTUSAN

  Dengan α = 0,05, maka Pvalue < α, sehingga Ho ditolak

4. KESIMPULAN

  Tekanan Darah sistolik setelah pemberian Catopril terbukti bermakna atau signifikan berbeda dibandingkan sebelum pemberian catropil.

  Uji T Dependen (Berpasangan) dengan SPSS

  Uji-t untuk data berpasangan berarti setiap subjek diukur dua kali. Misalnya sebelum dan sesudah dilakukannya suatu intervensi atau pengukuran yang dilakukan terhadap pasangan orang kembar. Dalam contoh ini akan membandingkan data sebelum dengan sesudah intervensi.

  Contoh Kasus : Suatu studi ingin mengetahui pengaruh suatu metode diet, lalu diambil 28 ibu sebagai sampel untuk menjalani program diet tersebut. Pengukuran berat badan yang pertama (BBIBU_1) dilakukan sebelum kegiatan penyesuaian diet dilakukan, dan pengukuran berat badan yang kedua (BBIBU_2) dilakukan setelah dua bulan menjalani penyesuaian diet.

  Buka SPSS, dan masukan datanya seperti ini : Kita akan melakukan uji hipotesis untuk menilai apakah ada perbedaan berat badan ibu antara sebelum dengan sesudah mengikuti program diet, langkah-langkahnya sebagai berikut.

  Dari menu utama, pilihlah: Analyze-->Compare Mean-->Paired-Sample T-test….

  Pilih variabel BBIBU_1 dan BBIBU_2 dengan cara mengklik masing-masing variable tersebut. Kemudian klik tanda ‘segitiga’ untuk memasukkannya ke dalam kotak Paired-Variables. Seperti nampak di bawah ini : Selanjutnya klik OK untuk menjalankan prosedur. Pada layar Output tampak hasil seperti berikut:

  Dari 28 subjek yang diamati terlihat bahwa rata-rata (mean) berat badan dari ibu sebelum intervensi (BBIBU_1) adalah 57.54, dan rata-rata berat badan sesudah intervensi (BBIBU_2) adalah 56,21. Uji ‘t’ yang dilakukan terlihat pada tabel berikut: Dari hasil uji-t berpasangan tersebut terlihat bahwa rata-rata perbedaan antara BBIBU_1 dengan BBIBU_2 adalah sebesar 1.321. Artinya ada penurunan berat badan sesudah intervensi dengan rata-rata penurunan sebesar 1.32 kg. Hasil perhitungan nilai “t” adalah sebesar 5,133 dengan p-value 0.000 dapat ditulis 0,001 (uji 2-arah). Hal ini berarti kita menolak Ho dan menyimpulkan bahwa secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata berat badan sebelum dengan sudah intervensi.

  Dari hasil di atas kita bisa menilai bahwa program diet tersebut berhasil.

  

  

ANOVA merupakan lanjutan dari uji-t independen dimana kita memiliki dua kelompok

  percobaan atau lebih. ANOVA biasa digunakan untuk membandingkan mean dari dua kelompok sampel independen (bebas). Uji ANOVA ini juga biasa disebut sebagai One Way

  

Analysis of Variance.

  Asumsi yang digunakan adalah subjek diambil secara acak menjadi satu kelompok n. Distribusi mean berdasarkan kelompok normal dengan keragaman yang sama. Ukuran sampel antara masing-masing kelompok sampel tidak harus sama, tetapi perbedaan ukuran kelompok sampel yang besar dapat mempengaruhi hasil uji perbandingan keragaman.

  

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0: µ1 = µ2 … = µk (mean dari semua kelompok sama)

Ha: µi <> µj (terdapat mean dari dua atau lebih kelompok tidak sama)

  Statistik uji-F yang digunakan dalam One Way ANOVA dihitung dengan rumus (k-1), uji F dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung (hasil output) dengan nilai Ftabel. Sedangkan derajat bebas yang digunakan dihitung dengan rumus (n-k), dimana k adalah mengindikasikan penolakan terhadap hipotesis nol, dengan kata lain terdapat bukti bahwa setidaknya satu pasangan mean tidak sama. Sebaran perbandingan grafis memungkinkan kita melihat distribusi kelompok. Terdapat beberapa pilihan tersedia pada grafik perbandingan yang memungkinkan kita menjelaskan kelompok. Termasuk box plot, mean, median, dan error bar.

  Contoh Kasus.

  Evaluasi pada metode pengajaran oleh pengawas untuk anak-anak sekolah Paket C adalah sebagai berikut: Sebelum diinput ke dalam SPSS susunan data harus dirubah dahulu karena data diatas berbentuk matriks, untuk yang datanya tidak dalam bentuk matriks tabel, tidak perlu dirubah. Tabelnya adalah seperti tabel berikut: Data ini kemudian dapat dimasukkan ke dalam worksheet SPSS agar dapat dilakukan analisis.

  Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : µ1 = µ2 = µ3 = µ4 = µ5 (mean dari masing-

masing kelompok metode adalah sama)

H1: µ1 <> µ2 <> µ3 <> µ4 <> µ5 (terdapat mean

dari dua atau lebih kelompok metode tidak sama)

  Langkah-langkah pengujian One Way ANOVA dengan software SPSS adalah sebagai berikut:

1. Input data ke dalam worksheet SPSS, tampilannya akan

  seperti berikut ini:

  Data view:

  Sedangkan Variabel view:

  

2. Kemudian jalankan analisis dengan memilih ANALYZE – COMPARE MEANS – ONE

WAY ANOVA, seperti berikut ini:

  

3. Setelah muncul kotak dialog, maka pindahkan variabel metode ke DEPENDEN LIST, dan

variabel waktu ke FACTOR.

  

4. Setelah variabel dependen dimasukkan pilih OPTION, kemudian checklist Descriptive dan

Homogeneity-of-Variance box, seperti gambar berikut kemudian klik continue.

  

5. Setelah itu pilih post Hoc Test, untuk melihat kelompok mana aja seh yang signifikan (satu

persatu). Anda bisa memilih Post Hoc Test - Tukey, lalu continue – OK.

  6. Setelah itu maka akan muncul output berupa seperti berikut ini:

7. Sedangkan Output Post Hoc Test akan berupa tabel MULTIPLE COMPARRISON

  seperti berikut ini: 8.

  Interpretasi:

  Hasil uji Homogeneity-of-Variance box menunjukkan nilai sig. (p-value) sebesar 0,848, ini mengindikasikan bahwa kita gagal menolak H0, berarti tidak cukup bukti untuk

  

menyatakan bahwa mean dari dua atau lebih kelompok metode tidak sama.

  Hasil uji one way ANOVA yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa nilai uji-F signifikan pada kelompok uji, ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung sebesar 11,6 yang lebih besar daripada F(3,9) sebesar 3,86 (Fhitung > Ftabel), diperkuat dengan nilai p = 0.003

lebih kecil daripada nilai kritik α=0,05.

  

Tukey post hoc test untuk multiple comparisons mengindikasikan bahwa hanya kelompok 4

  yang memiliki nilai sig. (F statistik) yang signifikan secara statistik. Hasil ini mengindikasikan bahwa perbedaan rata-rata antara metode waktu belajar 1, 2 dan 3

  

secara statistik tidak signifikan dan meannya secara signifikan berbeda daripada mean

metode 4 yang signifikan secara statistik. (yoz)

  

  Tulisan kali ini adalah lanjutan dari artikel beberapa waktu yang lalu, yaitu “One Way ANOVA”, so it’s strongly recommended untuk membaca artikel tersebut sebelum melanjutkan artikel ini.

  Uji ANOVA hanya memberikan indikasi tentang ada tidaknya beda antar rata-rata dari keseluruhan perlakuan, namun belum memberikan informasi tentang ada tidaknya perbedaan antara individu perlakuan yang satu dengan individu perlakuan lainnya. Sederhananya bila ada 5 perlakuan yang ingin diuji, misalnya perlakuan A, B, C, D, dan E. Maka bila uji ANOVA menginformasikan adanya perbedaan yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata perlakuan, namun belum tentu rata-rata perlakuan A berbeda dengan rata-rata perlakuan B, dan seterusnya… Untuk uji yang lebih mendalam maka mesti dilakukan uji lanjut (Post hoc test). Ada berbagai macam jenis uji lanjut, namun pada artikel kali ini kita coba bahas uji BNt. Uji BNt (Beda Nyata terkecil) atau yang lebih dikenal sebagai uji LSD (Least Significance

  

Different) adalah metode yang diperkenalkan oleh Ronald Fisher. Metode ini menjadikan

  nilai BNt atau nilai LSD sebagai acuan dalam menentukan apakah rata-rata dua perlakuan berbeda secara statistik atau tidak. Untuk menghitung nilai BNt atau LSD, kita membutuhkan beberapa data yang berasal dari perhitungan sidik ragam (ANOVA) yang telah dilakukan sebelumnya, data tersebut berupa MSE dan dfE. Selain itu juga butuh tabel t-student. Secara lengkap rumusnya adalah sbb: Kasus: Seorang peneliti yang ingin mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari beberapa jenis pupuk (pupuk A, B, C, D, E, F dan G) terhadap produktivitas tanaman padi di sebuah wilayah. Untuk itu dilakukan percobaan dengan design RAL (Rancangan Acak Lengkap). Hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:

  Setelah dilakukan uji ANOVA (sidik ragam) pada taraf kepercayaan 5% , hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh signifikan terhadap produktivitas tanaman padi.