PENGEMASAN MINUMAN ION ISOTONIK Kemasan (2)

PENGEMASAN MINUMAN ION (ISOTONIK)
(Kemasan Botol Plastik)
Oleh:
NURSARAH (140305065)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Secara sederhana, minuman isotonik adalah larutan yang memiliki
kandungan garam mineral sama dengan sel tubuh dan darah. Dengan demikian,
larutan itu memiliki tekanan yang sama dengan dinding pembuluh darah. Jadi
cairan isotonik adalah cairan yang memiliki tekanan osmosis yang sama dengan
cairan yang berada dalam sel manusia. Menurut BSN (1998), minuman Isotonik
merupakan salah satu produk minuman ringan karbonasi atau nonkarbonasi untuk
meningkatkan kebugaran, yang mengandung gula, asam sitrat, dan mineral. Istilah
isotonik seringkali digunakan untuk larutan minuman yang memiliki nilai

osmolalitas yang mirip dengan cairan tubuh (darah), sekitar 280 mosm/kg H2O.
Minuman Isotonik juga dikenal dengan sport drink yaitu minuman yang berfungsi
untuk mempertahankan cairan dan garam tubuh serta memberikan energi
karbohidrat ketika melakukan aktivitas. Minuman isotonik didefinisikan juga
sebagai minuman yang mengandung karbohidrat (monosakarida, disakarida dan
terkadang

maltodekstrin)

dengan

konsentrasi

6-9%

(berat/volume)

dan

mengandung sejumlah kecil mineral (eklektrolit), seperti natrium, kalium, klorida,

posfat serta perisa buah (Murray dan Stofan, 2001). Komponen utama dari
minuman isotonik ini adalah air sebagai pengganti cairan tubuh, karbohidrat
sebagai penyuplai energi “siap saji” dan mineral sebagai pengganti elektrolit
tubuh yang hilang. Tambahan pula, kehadiran flavor sangat penting dalam
menstimulus konsumen untuk mengkonsumsi minuman isotonik.

Dizaman yang modern seperti sekarang ini tentulah sudah tidak asing lagi
dengan berbagai jenis minuman dengan kemasan yang mudah dibawa kemanapun
kita pergi. Selain mudah dibawa, minuman kemasan memiliki daya tarik sendiri
bagi konsumennya seperti tampilan dan bentuknya yang unik. Namun saat ini para
konsumen jarang sekali melihat dampak dari pembelian minuman kemasan. Baik
dampak positif maupun negatifnya. Hal ini disebabkan kurangnya pengatahuan
pihak konsumen mengenaik peran kemasan sebenarnya dalam mengemas
makanan dan minuman. Hal ini lah yang akan di bahas pada paper ini bagaimana
pengemasan pada minuman ion atau lebih sering kita kenal denganminuman
isotonik.

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mempersiapkan botol yang memiliki kadar karbon dan tekanan

yang tinggi harus memperhatikan kekuatan dari botol. Untuk membentuk botol
yangkuat hal yang terpenting untuk membuat botol yang bagus adalah dengan alat
yang baik. Selain itu botol juga harus memiliki ketahanan yang baik untuk
menjaga kandungan gizi dari minuman agar tidak bereaksi dengan lingkungan
luar dan tetap menjaga kualitasnya (Houghton, 1984).
Hal-hal yang paling diperhatikan untuk kemasan pada bahan pangan
adalah kebersihannya, terbebas dari racun, tingkat kecerahannya, tahan terhadap
cahay, mudah dibuka dan ditutup serta permiable untuk gas. Umunya yang sering
digunakan adalah botol plastik. Variasi dari permeabilitas botol plastik tergantung
dari bahan dari produk tersebut. Untuk beberapa bahan pangan kertas film dengan
permeabilitas terhadap oksigen yang tinggi tetapi rendah terhadap penguapan air.
Pada kasus yang lain permeabilitas yang rendah terhadap nitrogen mungkin
diperlukan untuk makanan dan minuman yang memiliki kadar nitrogen. Memiliki
resisten yang baik terhadap asam, alkali dan pelarut (Jelen, 1985).
Minuman ion sendiri memiliki kandungan gula yang cukup baik dari
bahan bakunya. Namun pada minuman ringan sering ditambahkan coffeina,
pengawet dan pemanis buatan yang kadarnya perlu diperhatikan, karena apabila
konsumsinya berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Di samping harganya
murah, pemanis buatan dapat memberikan rasa manis yang berlipat ganda
dibandingkan dengan sukrosa. Namun untukmenhaga kandungannya sering kali

ditambahkab pengawet (Hariyatmi, dkk., 2015).

Penggunaan plastik sebagai kemasan semakin luas karena ongkos
produksinya relatif murah, mudah dibentuk dan dimodifikasi. Kemasan dari
plastik ini sifatnya sangat beragam ada yang hanya sekali pakai ada yang bisa
dipakai berulang-ulang tergantung dari jenis plastic yang digunakan. Hal ini
dikarenakan plastik mengandung senyawa polimer yang sulit diuraikan jika
masuk ke dalam tubuh maka dari itu sebaiknya plastik hanya digunakan sekali
saja (Susetyarsi, 2012).
Sebagaimana fungsinya kandungan mineral-mineral dalam minuman
isotonik dapat mengatur keseimbangan elektrolit tubuh dan lebih cepat
menghilangkan haus. Apabila dikonsumsi sebelum latihan ataupun pertandingan
mineral-mineral yang terkandung dalam minuman isotonik diperkirakan dapat
menggantikan mineral-mineral yang keluar lewat keringat. Pergantian mineralmineral yang sesuai pada waktunya akan membuat cairan dalam tubuh tetap
elektrolit. Keadaan ini semestinya membuat proses pemulihan setelah melakukan
aktivitas fisik berjalan lebih cepat (Kurniawan, dkk., 2014).
Perkembangan industri beverage atau industri minuman di wilayah
Indonesia sangatlah pesat. Industri minuman menawarkan banyak produk dengan
kategori mulai dari minuman berkarbonasi, berenergi, teh siap minum, kopi siap
minum, sirup, air dalam kemasan, hingga isotonik. Diantara sekian produk

minuman tersebut, minuman isotonik termasuk yang cukup cepat pertumbuhan
pasarnya. Minuman isotonik merupakan minuman yang memiliki komposisi dan
tekanan osmotik yang sama dengan cairan (plasma) tubuh. Khasiat utama yang
ditimbulkan dengan mengkonsumsi minuman isotonik ini antara lain untuk
memulihkan tenaga setelah berak (Gautama, dkk.,2012).

Minuman olah raga dibuat untuk menggantikan cairan seperti ion-ion dan
mineral di dalam tubuh yang telah hilang akibat aktivitas yang keras. Minuman ini
sendiri harus memiliki tekanan osmotik yang sama dengan darah manusia agar
dapat diserap dengan cepat oleh tubuh. Minuman ion sendiri memiliki kandungan
seperti monopotasium posfat, natrium klorida, natrium sitrat, serta garam-garam
lain yang dapat menggantikan cairan di dalam tubuh (Bennion dan Scheule,
2004).
Pada pembuatan kemasan plastik hal yang paling dibutuhkan adalah
selulosa. Selain itu polivinil saat ini juga sering digunakan dalam pembuatan
kemasan plastik. Untuk melihat kualitas dari kemasan plastik ini tentulah harus
dipelajari kelemahan serta kekuatan dari plastik tersebut. Terutama untuk plastik
yang digunakan untuk membungkus bahan pangan. Jangan sampai kemasan
plastik yang digunakan justru menimbulkan dampak negatif bagi para konsumen
(Hall, dkk., 1986).


ISI

1. Kemasan
Packaging/kemasan, diartikan secara umum adalah bagian terluar yang
membungkus suatu produk dengan tujuan untuk melindungi produk dari cuaca,
guncangan dan benturan-benturan, terhadap benda lain. Setiap bentuk barang
benda yang membungkus suatu benda di dalamnya dapat disebut dengan
packaging/kemasan sejauh hal tersebut memang melindungi isinya. Untuk
menampilkan image dan pandangan terhadap suatu isi produk, maka packaging
biasanya dibentuk atau di desain sedemikian rupa, sehingga pesan yang akan
disampaikan akan dapat ditangkap oleh pemakai produk dengan baik.
Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu
hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang
memudahkan dalampenyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi
wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli.
Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam
perencanaannya.
Seperti diungkapkan Jelen (1985) Dalam menentukan fungsi perlindungan
dari pengemasan, maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang

akan dilindungi. Mutu produk ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi
bahan mentah, metode pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian
fungsi kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:



Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam
penanganan,

pengangkutan,

distribusi,

penyimpanan

dan

penyusunan/

penumpukan.



Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya
perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing,
benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.



Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini
identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan
bahan kemasan harus mendapatkan perhatian.



Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan
pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.



Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau

standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.
Dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi kemasan tersebut maka

kesalahan dalam hal memilih bahan baku kemasan, kesalahan memilih desain
kemasan dan kesalahan dalam memilih jenis kemasan, dapat diminimalisasi.
Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut maka kemasan harus memiliki
sifat-sifat :


Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya).



Bersifat non-toksik dan inert (tidak

bereaksi

dan

menyebabkan reaksi


kimia) sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk
yang dikemas.

 Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya).

 Kuat dan tidak mudah bocor.
 Relatif tahan terhadap panas.

 Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah.
Menurut Kaihatu (2014) uk wadah utama (pengemas yang berhubungan
langsung dengan bahan pangan) :
1.

Kain blancu
Digunakan untuk mengemas bahan pangan tepung, seperti tepung terigu atau
tepung tapioka. Dibuat dalam bentuk kantung-kantung yang berkapasitas 1050 kg.

2.


Kertas
Kertas “greaseproof” dapat digunakan sebagai pengemas utama mentega,
margarin, daging, kopi, dan gula-gula. Mirip kertas karton namun memiliki
kekedapan terhadap perembesan lemak

3.

Gelas
Terbuat dari campuran pasir C2O, soda abu, dan alumina. Bersifat inert (tidak
bereaksi dengan bahan pangan). Kuat terhadap kerusakan akibat pengaruh
waktu. Transparan.

4.

Metal / Logam
Bahan yang sering dipakai : kaleng (tin plate) dan alumunium.

5.

Plastik
Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain : polietilen,
cellophan,

polivinilklorida

(PVC),

polivinildienaklorida

polipropilen, poliester, poliamida, dan polietilentereptalat (PET).

(PVDC),

6.

Daun
Digunakan secara luas, bersifat aman dan bio-degradable, yang biasanya
berupa daun pisang, daun jati, daun bambu, daun jagung, dan daun palem.
Lebih aman digunakan dalam proses pemanasan dibanding plastik.

·

Untuk wadah luar (pelindung wadah utama selama distribusi, penjualan,
atau penyimpanan) :
1. Kayu
2. Karton
Salah satu kemasan yang paling murah dan paling sering kita jumpai
adalah kemasan plastik. Baik untuk makanan maupun untuk minuman kemasan
plastik memiliki daya tarik sendiri bagi konsumen maupun bagi produsen.
Menurut Yuyun dan Gunarsa (2013) kemasan plastik merupakan kemasan yang
sebaiknya sebagai pilihan terakhir untuk digunakan. Hal ini disebabkan plastik
terdiri dari senyawa-senyawa polimer yang sangat sulit untuk diuraikan apabila
telah digunakan dan hal ini lah yang akan menyebabkan kerusakan lingkungan.
2. Minuman Isotonik
Minuman isotonik adalah cairan yang dibuat untuk dapat diminum dimana
konsentrasi air dalam cairan intraselular adalah sama dan zat terlarut tidak dapat
masuk atau keluar dari sel.Komponen tersebut akan habis selama kita berolahraga
sesuai dengan kecepatan pernafasan dan juga banyaknya keringat yang
dikeluarkan. Larutan isotonik dengan menambahkan garam sampai kepekatan
larutan sekitar 0,9% yang dibuat larutan garam fisiologis. Jadi larutan ini
mengandung elektrolit yang diperlukan tubuh sebagai pengganti keringat.
Manfaat kesehatan dan palatibilitas (secara sensori diterima konsumen)
yang ditawarkan oleh minuman isotonic, berhubungan erat dengan jenis dan

jumlah komponen penyusun minuman tersebut, yakni gula, air dan mineral.
Jumlah karbohidrat yang dikandung minuman isotonic 6-9% 9 dan elektrolit
penting yang harus ada adalah natrium dengan jumlah 20-50 mmol/L. berdasarkan
SNI 01-4452-1998 minuman isotonic harus mengandung gula (minimal 5%),
asam sitrat dan mineral (Na maksimal 800-1000 mg/Kg; K maksimal 125-175mg/Kg), pH maksimal 4 dan aman dikonsumsi (memenuhi standar cemaran
mikroba dan logam berat).
Formula dasar minuman ini dihitung dengan memperhatikan aspek
kandungan elektrolit, nilai osmolalitas, dan rasa Dari beberapa nilai konsentrasi
elektrolit tersebut dapat diketahui masing jumlah garam (NaCl, KCI, MgCO3, Ca
laktat, dan Na sitrat) yang dibutuhkan untuk memenuhi 17 konsentrasi tersebut.
Sementara Natrium benzoat jumlahnya sudah ditentukan sesuai dengan
persyaratan dan biasanya sebesar 200 mg/l.
Menurut Salirawati, dkk., (2014) saat ini banyak sekali minuman
pengganti energi yang melabeli produknya sebagai minuman isotonik. Yang
dimauksud isotonik disinilah keadaan dimana suatu minuman tersebut dapat
meresap langsung ke dalam cairan tubuh untuk menggantikan ion-ion yang
hilang. Hal ini tentulah pasti bahwa larutan ion-ion tersebut bersifat larut dalam
tubuh manusia sehingga sangat mudah diserap oleh tubuh.
Seperti yang dilampirkan oleh Pangkalan Ide (2010) salah satu buah yang
dapat dijadikan sebagai minuman isotonik adalah buah kelapa. Hal ini
dikarenakan di dalam kelapa banyak sekali mineral-mineral yang dapat
menggantikan cairan tubuh. Selain itu elektrolit yang tinggi membuat minuman
berbahan dasar air kelapa ini sangat cepat untuk menggantikan cairan tubuh.
Keberadaan Natrium memainkan peran yang sangat penting dalam
minuman isotonik sebagai zat yang mempengaruhi rasa minuman, penstimulir

konsumsi cairan, meningkatkan penyerapan cairan, mempertahankan volume
plasma, dan menjamin rehidrasi yang cepat dan sempurna. Rehidrasi tidak
dikatakan sempurna jika natrium dan air yang hilang karena keringat belum
digantikan. Seperti halnya dalam keringat, konsentrasi natrium dalam minuman
isotonik berkisar antara 20 – 80 mmol/l, hal ini didasarkan pada penggantian
natrium yang hilang dalam tubuh ketika berkeringat dan untuk menstimulir
penyerapan cairan dengan cepat (Stofan dan Muray, 2002). Selain itu minuman
ion juga menganduk rasa asam berupa Acidulant, merupakan zat yang bersifat
asam, yang sering ditambahkan pada makanan/minuman dengan berbagai tujuan.
Acidulant dapat bertindak sebagai penurn pH, penegas rasa dan warna, atau
menyelubungi aftertaste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini berperan juga
dalam mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet
(Winarno, 1992).

PEMBAHASAN
Saat ini minuman kemasan terutama minuman sangatlah mudah ditemukan
secara bebas. Mulai dari berbagai merek dengan berbagai jenis produk mudah
ditemukan. Namun banyak sekali dampak baik maupun buruk yang masyarakat

belum pahami bagaimana sebaiknya mereka memilih kemasan plastik botol
khususnya untuk minuman isotonik.
Seperti yang sudah diterangkan pada bagian isi kandungan dari minuman
isotonik sendiri sebagian besar adalah garam-garam mineral yang mengandung
unsur nitrogen maupun natriun dan klorin. Seperti pernyataan Koswara (2009)
Natrium klorida merupakan padatan kristal yang transparan dengan ukuran
partikel yang bervariasi, tidak berbau dan memiliki karakteristik rasa asin. Bila
disimpan di tempat dengan RH dibawah 75%, bentuknya akan tetap kering namun
bila disimpan ditempat dengan RH diatas itu, maka akan basah karena menyerap,
air dari udara. Satu gram NaCl dapat larut dalam 2.8 ml air pada suhu 25°C, atau
dalam 2.7 ml air panas atau dalam 10 ml gliserin.
Dengan sifat diatas tentulah harus disesuaikan kemasan plastik yang
seperti apa yang baik untuk minuman isotonik. Maka dari itu kemasan plastik
harus memenuhi syarat-syarat seperti :


Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam
penanganan,

pengangkutan,

distribusi,

penyimpanan

dan

penyusunan/

penumpukan.


Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya
perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing,
benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.



Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini
identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan
bahan kemasan harus mendapatkan perhatian.



Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan
pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.



Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau
standar yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.
Meskipun mudah untuk dibawa kemana-mana, kemasan botol plastik pada

minuman ion harus melindungi isinya dikarenakan apalbila kemasan pkastik ini
terbuat dari bahan yang tidak tahan terhadap suhu yang panas maka senyawasenyawa asam maupun mineral yang ada pada minuman akan melakukan reaksi
dengan plastik botol kemasan yang akan membentuk senyawa yang berbahaya.
Dan apabila itu dikonsumsi oleh tubuh secara terus-menerus maka tubuh akan
sulit untuk menetralisir racun yang sudah terbentuk, akibatnya akan muncul
penyakit di dalam tubuh.
Selain itu kemasan yang dipilih sebaiknya berwarna gelap. Hal ini
dikarenakan jika kemasan platik botol yang digunakan transparan tentutlah cahay
yang masuk sangat cepat untuk mereaksi kan zat-zat yang ada di dalam minuman
hingga merusak kandungannya. Namun jangan sampai dengan warna yang gelap
ini menutupi keburukan dari suatu produk yang dapat membongi konsumen. Oleh
sebab itu sebaiknya konsumen lebih baik dan cerdas lagi dalam memilih minuman
maupun makanan dengan kemasan terutama kemasan plastik. Jika memang sangat
tidak diperlukan hindari pemakaian plastik untuk produk pangan, terutama
yangmasih panas, gunakanlah wadah yang aman agar makanan dan minumanan
tidak menjadi racun bagi diri sendiri.

HASIL

Dari pembahasan diatas dapat dilihat hasil pada keadaan nyata bahwa
minuman isotonik/iom saat ini dijual dengan bervarian bentuk dan ukuran. Namun
pihak produksi masih sering melupakan keamanan konsumen seperti meletakkan
atau menyimpannya tidak dalam suhu serta ruangan yang sesuai dan

menggunakan kemasan botol plastik yang transparan. Hal ini bisa saja
menyebabkan

migrasi

unsur-unsur

plastik

kedalam

bahan

yang

dapat

menyebabkan muncuknya reaksi kimia yang berbahaya pada produk tersebut.
Untuk inilah maka penetapan tanggal kadaluarsa harus benar-benar diperhatikan
oleh konsumen agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Gambar 1. Kemasan Minuman Ion (Isotonik)
Gambar diatas adalah contoh sekian banya produk minuman ion yang
menggunakan kemasan plastik. Dapat kita lihat minuman ion tersebut berasal dari
plastik yang transparan. Hal ini tentulah sangat disayangkan mengingat dengan
kemasan transparan ini dikhawatirkan cahaya akan masuk kedalam minuman yang
dapat menyebabkan reaksi. Terutama pada minuman yang mengandung vitamin C
seperti gambar di atas. Seperti kita tahu bahan-bahan yang mengandung vitamin C
termasuk bahan yang peka terhadap sinar cahaya ataupun panas. Hal ini dapat
merusak struktur dari vitamin dan mengakibatkan kerusakan nilai gizi.

KESIMPULAN

1. Kemasan botol plastik yang digunakan untuk minuman ion/ minuman istonik
sebaiknya merupakan kemasan yang tahan terhadap permeabilitas bahan-bahan
yang terkandung di dalam minuman tersebut.
2. Untuk menjaga agar kemasan tidak rusak sebaiknya kemasan botol plastik
tidaklah diletakkan terhadap suhu maupun bahan-bahan yang bersifat mudah
menguap maupun mudah mereaks seperti suhu yang tinggi.

3. Pada kemasan botol minuman ion sebaiknya tidak digunakan untuk menutupi
keburukan dari isi suatu produk namun kemasan yang dipilih merupakan
kemasan yang dapat melindungi nilai-nilai gizi yang diperlukan oleh tubuh
sehingga tidak menimbulkan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

A. Y., dan D. Gunarsa. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman.
Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.
Bennion, M., dan B. Scheule. 2004. Introductory Foods. Twelfth Edition. Pearson
Prentice Hall, New Jersey.
Gautama, I. P.W. , I. P. E. N. Kencana , dan L. P. Suciptawati. 2012. Persepsi
konsumen minuman isotonik di Kota Denpasar. E-Jurnal Matematika.
1(1): 40-46.

Hall, C. W., Farral, A. W., dan Rippen, A. L. 1986. Encyclopedia of Food
Engineering. 2nd Edition. AVI Publication, USA.
Hariyatmi, N. T. Cahyani, dan Y. Pridayanti. 2015. Pengaruh minuman kemasan
gelas terhadap kadar glukosa dan ureum darah mencit (Mus muculus) galur
swiss webster. Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS. 899-905.
Houghton, H. W. 1984. Developments in Soft Drinks Technology-3. Elsevier
Applied Science Publishers, London.
Jelen, P. 1985. Food Processing. Reston Publishing Company, Virginia.
Kaihatu, T. S. 2014. Manajemen Pengemasan. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Koswara. 2009. Minuman Isotonik. Ebook Pangan.
Kurniawan, R., Syafrizar, dan W. Welis. 2014. Pengaruh pemberian minuman
isotonik terhadap waktu pemulihan pada atlet taekwondo dojang
Universitas Negeri Padang. Scientia. 4(2): 81-84.
Murray R dan J. Stofan. 2001. Formulating Carbohydrate-Electrolyte Drinks for
Optimal Efficacy. Di dalam. Maughan J.R dan Robert Murray (editor).
Sport Drink. CRC Press. Boca Raton-London-New York-Washington DC.
Pangkalan Ide. 2010. Agar Jantung Sehat. Kelompk Gramedia, Jakarta.
Salirawati, D., F. M. K., dan J. Suprihatiningrum. 2014. Belajar Kimia Secara
Menarik. Grasindo, Jakarta.
Susetyarsi, Th. 2012. Kemasan produk ditinjau dari bahan kemasan, bentuk
kemasan dan pelabelan pada kemasan pengaruhnya terhadap keputusan
pembelian pada produk minuman mizone di kota semarang. Jurnal STIE
Semarang. 4(3): 19-28.
Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.