Pengaruh Faktor-Faktor Kemasan Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pop Mie di Supermarket Giant Wiyung

BISMA JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

Jurnal Bisnis dan Manajemen (BISMA) adalah jurnal yang diterbitkan oleh Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun. Jurnal ini diharapkan sebagai wahana komunikasi dan media bagi para akademisi dan praktisi dalam menuangkan ide-ide dalam bentuk kajian, pengamatan, pengalaman praktis, dan hasil penelitian

empiris, di bidang bisnis dan manajemen

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung Jawab

: Dra. Jun Surjanti, SE, M.Si

Ketua Penyunting

: Putu Herry Sunarya, SE, MM

Wakil Ketua Penyunting

: Dwiarko Nugrohoseno, S.Psi. MM

Penyunting Pelaksana

: Dr. Dewi Tri Wijayanti, M.Si

Dr. Sri Setyo Iriani, SE., M.Si Dr. Andre Dwijanto Witjaksono, ST, M.Si Dra. Anik Lestari Andjarwati, MM Nadia Aandimitra, SE, M.SM Musdholifah, SE, M.Si

Mitra Bestari

: Prof. Dr. Djumilah Zein (Unibraw)

Prof. Dr. H. Retig Adnyana, M.Si (Unesa) Prof. Dr. Musclich Anshori(Unair) Dr. Rer. pol. Debby Ratna Daniel, Ak (Unair) Dr. Muafi, SE, M.Si (UPN Yogyakarta) Budiono, SE, M.Si (ISEI)

Administrasi dan Sirkulasi : Widyastuti, S.Si, M.Si

Nindria Untarini SE, M.Si Yessy Artanti, SE, M.Si

Alamat Redaksi:

JURUSAN MANAJEMEN FE UNESA

Kampus Ketintang Surabaya, 60231 Telp. (031) 8299945, 8280009 PS.107 Fax. 8299946 Email : unindria@yahoo.com

BISMA

Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 3 No. 2 Februari 2011 DAFTAR ISI

1. Dampak Rasio Keuangan terhadap Kebijakan Deviden

Dwi Purwanti & Peni Sawitri 125-134

2. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Consumer Ethnocentrism (Studi pada Mahasiswa di Yogyakarta)

Sigit Haryono 135-146

3. Pengaruh Kesiapan Perubahan Organisasional terhadap Pembelajaran Organisasional

Muafi 147-156

4. Pengaruh Faktor-Faktor Kemasan Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pop Mie di Supermarket Giant Wiyung

Yessy Artanti & Yusdia Pusparini 157-171

5. Pengaruh Kesadaran Merek, Kesan Kualitas Dan Asosiasi Merek terhadap Keyakinan Pelanggan dalam Membeli Pasta Gigi Merek Pepsodent (Studi di Desa Sumberagung Bojonegoro)

Wiwit Devi Kurnia & Widyastuti 172-185

6. Pengaruh Asosiasi Merek Berdasarkan Fungsi Merek Produk Hand And Body Lotion Citra Terhadap Loyalitas Merek di Surabaya

Nindria Untarini 186-205

7. Pengaruh Job Instability terhadp Kinerja dengan Variabel Mediator Stress Kerja Karyawan Bank di Surabya

Rizki Dwi Lestari, Ni Nyoman Alit Triani 206-217

8. Time Driven Activity-Based Costing : Konsep Akuntansi Manajemen yang Akurat dalam Menghadapi Lingkungan yang Dinamis dan Bisnis Global

Hariyati 218-230

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEMASAN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN POP MIE DI SUPERMARKET GIANT WIYUNG YESSY ARTANTI 1 YUSDIA PUSPARINI 2

Email:yessy.artanti@gmail.com

Abstract

This study aimed to investigate the influence factors of product packaging to Pop Mie consumer purchase decision at Wiyung Giant Supermarket. Product packaging factors in this case includes visibility, information, emotional appeal, and power/ ability to do (workability). The population used in this study is to visitors of the Wiyung Giant Supermarket who was buying Pop Mie. Technique to determine the members of the sample in this study is using accidental sampling technique. The number of samples is 105 respondents. This research notes that the results of hypothesis testing through F test states that the visibility, information, emotional appeal, and power/ ability to do (workability) have significant influence simultaneously to the consumer purchases decision(Y). This conclusion is based on the results of the analysis that shows calculated F value of 28.199 with an error rate prediction / forecast of 0.000 with a value smaller than 0.05 or 5%. Based on t test, it can be known that all the free variables which consist of visibility, information, emotional appeal, and power/ ability to do (workability) partially have a significant influence on the dependent variable, the consumer purchase decision. This was proved by the level of significance for each independent variable is smaller than at 0.05 or 5%. The result of T test shows that information variable has regression coefficient = 0.742 and calculated t = 9.202 with a significance level of 0.000. So that, information variable has the most influence to consumer purchase decisions of Pop Mie at Wiyung Giant Supermarket.

Keywords: Marketing Communications, Products Packaging, Buying Decision

PENDAHULUAN

masih menyokong 26,4 persen dari pertumbuhan Perubahan yang terjadi saat ini yaitu

ekonomi Indonesia. Dari survei Nielsen pada perubahan pola interaksi sosial, perubahan sistem

kuartal pertama 2009, 77 persen konsumen nilai maupun peningkatan mobilitas fisik.

manyatakan lebih mementingkan belanja makanan Timbulnya perubahan sosial ini bersumber dari

(Marsudiyanto, 2009).

kemajuan teknologi, kemajuan telekomunikasi, Salah satu makanan yang cukup digemari peningkatan pendapatan atau ekonomi, dan

masyarakat Indonesia adalah mi instan. Mi instan perbaikan infrastruktur. Perubahan tersebut

merupakan makanan favorit yang mudah disajikan memberikan dampak pada perilaku konsumen

dan digemari banyak orang. Mi instan adalah pangan. Peningkatan pendapatan membawa

makanan tambahan yang cukup digemari oleh perubahan pada pola makan seseorang dan lebih

sebagian besar masyarakat Indonesia (Nugroho, banyak mengkonsumsi pangan dengan orientasi

kesenangan (hedonisme).

Semakin meningkatnya konsumsi mi instan, berbelanja di toko swalayan meningkat, dengan

Kecenderungan

ditandai dengan meningkatnya kapasitas produksi pertimbangan waktu berbelanja yang lebih singkat,

mi instan dari tahun ke tahun, mengharuskan terlebih karena meningkatnya jumlah toko dengan

pemasar untuk terus berinovasi agar memperoleh sistem swalayan di kota-kota besar.

market share yang tinggi. Salah satu hal yang harus Lembaga survei asal Amerika, Nielsen,

diperhatikan oleh pemasar mi instan selain variasi menyatakan bahwa tren belanja masyarakat

rasa adalah inovasi kemasan (Irianty,2009). Indonesia lebih mementingkan kebutuhan makanan

Persaingan yang semakin meningkat dan dibandingkan kebutuhan lain.

berlimpah ruahnya jenis produk di rak toko eceran Dalam survei yang dilakukan di lima kota

mengharuskan kemasan menampilkan berbagai besar (Jakarta dan sekitarnya, Surabaya, Medan,

tugas pemasaran, mulai dari menarik perhatian, Semarang, dan Bandung) disimpulkan bahwa,

menjelaskan produk, hingga membuat penjualan. penjualan sektor makanan pada Januari 2009

Di lingungan yang tinggi persaingan tersebut, meningkat hingga 13,5 persen. Sektor makanan

kemasan merupakan kesempatan yang paling akhir

1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 2 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 2 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

memperhatikan secara benar jenis kemasan yang Armstrong, 2007: 359).

dijadikan pertimbangan oleh konsumen. Hasilnya, Dalam beberapa tahun terakhir, packaging di

rancangan kemasan produk dapat secara efektif Indonesia semakin menarik dan futuristic. Selain

mempengaruhi konsumen dan menimbulkan isu tentang material, fenomena konflik dalam

keinginan pembelian. Shimp (2003: 312) perilaku konsumen, terutama konsumen modern,

memberikan arahan bahwa walaupun, seperti biasa, bisa menjadi hal yang menarik untuk kajian

tak satupun sesuai secara seimbang terhadap akademik untuk kepentingan praktis. Di satu sisi,

seluruh situasi pengemasan, empat fitur umum bisa konsumen, terutama yang modern, cenderung

digunakan untuk mengevalusi suatu kemasan, yakni terburu-buru dalam berbelanja, di sisi lain, ada

visibilitas (visibility), informasi (information), daya tuntutan dari konsumen untuk mendapatkan

tarik emosional (emotional appeal), dan daya/ informasi yang layak sehingga memperkecil resiko

kemampuan untuk bekerja (workability). negative paska konsumsi. Seperti yang diketahui,

suatu pengukuran produk makanan merupakan produk dengan

Visibilitas

adalah

bagaimana suatu kemasan dengan mudah dapat keterlibatan tinggi. Untuk memperkecil resiko,

ditemukan ditempatnya, biasanya di rak-rak biasanya konsumen akan membaca informasi yang

penjualan. Sebuah kemasan yang efektif harus ada di kemasan. Di sinilah pentingnya kemasan

informatif, yaitu dengan cepat dan jelas dapat dalam mengakomodasi kepentingan konsumen

memberikan keterangan tentang isinya. Informasi tanpa harus mengurangi kepentingan produsen.

pada kemasan berhubungan dengan instruksi Studi lain yang dilakukan oleh Poin of Purchase

pemanfaatan produk, berbagai keuntungan yang Advertising Institute , menunjukkan bahwa sekitar

disebut, slogan-slogan, serta informasi tambahan 52,6% dari pembelian produk makanan di toko

yang dihadirkan pada atau di dalam kemasan. swalayan, tidak direncanakan secara spesifik

Kemasan dinilai efektif jika memiliki daya tarik dibenak konsumen (Aruman, 2008).

emosional. Kemasan, seperti manusia, mempunyai Salah satu upaya komunikasi antara produk

keterangan kepribadian. Kemasan juga harus dengan calon pembeli adalah dengan cara

memiliki kemampuan untuk bekerja (workability). menampilkan suatu produk dalam kemasan yang

Meskipun banyak kemasan yang modern, lebih menarik. Kebanyakan produk fisik yang ditawarkan

banyak dari wadah produk belaka, tetap harus kepada konsumen harus dikemas terlebih dahulu

memberikan fungsi primernya untuk melindungi sebelum dipasarkan. Pengemasan memainkan

produk (Shimp, 2007).

peranan kecil untuk perangkat keras yang tidak Pada penelitian ini, produk mi instan Pop mahal tetapi berperan besar untuk produk kosmetik,

Mie ditetapkan sebagai obyek penelitian. Pop Mie makanan, dan minuman (Shimp, 2003: 308). Untuk

merupakan produk mi instan kemasan cup yang mencapai tujuan komunikasi yang efektif dan untuk

diproduksi oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk. mengoptimalkan potensi kemasan barang konsumsi

Kemasan cup dalam Pop Mie terbuat dari yang siap pakai, produsen harus mengetahui respon

Styrofoam .

konsumen terhadap produk

Penelitian ini dilakukan di Supermarket mengintegrasikan proses-proses persepsi konsumen

mereka

dan

Giant Wiyung. Hal ini sesuai dengan observasi dalam desain kemasan (Nancarrow et al., 1998).

awal yang dilakukan oleh peneliti pada distributor Pertumbuhan pasar swalayan serta berbagai

Produk Indofood, yaitu PT. Sanjaya Tama Lestari gerai ritel swalayan lainnya telah menunjukkan

yang berada di Jalan Kalirungkut, Surabaya. bahwa kemasan menampilkan fungsi-fungsi

Observasi awal tersebut menunjukkan bahwa pemasaran jauh di luar peran tradisional yang

penjualan produk Pop Mie terbanyak di daerah semata-mata menjadi kemasan serta pelindung

Surabaya Selatan tepatnya di daerah Wiyung. produk (Shimp, 2003: 307). Di toko swalayan,

Berdasarkan latar belakang masalah yang kemasan berfungsi sebagai wiraniaga tanpa wicara

telah diuraikan, maka masalah yang akan diteliti (silent salesman) untuk mempengaruhi timbulnya

adalah:

keinginan pembelian konsumen. Pada situasi

1. Untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor seperti ini, keputusan pembelian sepenuhnya

kemasan produk yang terdiri dari visibility tergantung pada diri konsumen. Dengan

(visibility), informasi (information), daya tarik keterbatasan waktu dan informasi, kemasan

emosional (emotional appeal), dan daya/ diharapkan dapat berperan secara efektif sebagai

kemampuan untuk bekerja (workability) stimuli pemasaran yang mempengaruhi keinginan

terhadap keputusan pembelian konsumen Pop pembelian (Aruman, 2008).

Mie secara simultan.

2. Untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor dibutuhkan oleh konsumen dalam pembentukan

Untuk mengevaluasi fitur kemasan yang

kemasan produk yang terdiri dari visibility

3) Promosi Penjualan (sales promotion) terdiri dari emosional (emotional appeal), dan daya/

(visibility), informasi (information), daya tarik

semua kegiatan pemasaran yang mencoba kemampuan untuk bekerja (workability)

merangsang terjadinya pembelian suatu produk terhadap keputusan pembelian konsumen Pop

yang cepat atau terjadinya pembelian dalam Mie secara parsial.

waktu singkat.

4) Pemasaran sponsorship (sponsorship marketing)

Komunikasi Pemasaran

dalam mempromosikan Shimp (2003: 4) menjelaskan bahwa

adalah

aplikasi

perusahaan dan merek mereka dengan komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan

mengasosiasikan perusahaan atau salah satu dari menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu

merek dengan kegiatan tertentu. komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah

5) Publisitas (publicity), seperti halnya iklan, proses di mana pemikiran dan pemahaman

publisitas mengambarkan komunikasi masa, disampaikan antar individu, atau antar organisasi

namun juga tidak seperti iklan, perusahaan dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan

sponsor tidak mengeluarkan biaya untuk waktu kegiatan di mana perusahaan dan organisasi lainnya

dan ruang beriklan, biasa dilakukan dalam mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka

bentuk berita atau komentar editorial. dengan pelanggannya. Jika digabung, komunikasi

6) Komunikasi di tempat pembelian (point-of- pemasaran adalah representasi gabungan semua

purchase communication) adalah titik kritikal unsur dalam bauran pemasaran merek, yang

dimana nama merek, logo, serta kemasan, memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan

berhadapan secara langsung dengan pelanggan. menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya.

Kemasan

Menurut Shimp (2003: 160-161), seluruh Menurut Kotler dan Armstrong (2007: 359), usaha komunikasi pemasaran diarahkan kepada

pengemasan merupakan kegiatan mendesain dan pencapaian satu atau lebih dari tujuan di bawah ini:

memproduksi wadah atau pembungkus produk.

1) Membangkitkan keinginan akan suatu kategori Kemasan dapat berupa wadah utama produk produk.

(seperti tube yang digunakan pada pasta gigi),

2) Menciptakan kesadaran

kemasan sekunder yang dibuang pada saat awareness) .

merek

(brand

produknya digunakan (seperti pembungkus karton

3) Mendorong sifat positif terhadap suatu produk yang menjadi tempat pasta gigi), kemasan yang dan mempengaruhi niat.

4) Memfasilitasi Pembelian. mengidentifikasikan, dan mengirim produknya (misalnya kardus). Pelabelan adalah informasi yang

Bentuk-bentuk Komunikasi Pemasaran

dicetak pada atau didalam kemasan juga termasuk Secara keseluruhan, aktivitas-aktivitas yang

bagian dari pengemasan.

disebutkan di atas merupakan komponen promosi Menurut Klimchuk dan Krasovac (2007: 34) dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu

dalam bukunya “Desain Kemasan”, pengemasan product, price, place, dan promosion. Walaupun

adalah suatu konsep mendesain dan merancang “4P” ini menyebabkan istilah “promosi” umum

pembungkus produk yang harus menampilkan digunakan dalam mendeskripsikan komunikasi

banyak tingkat estetika dan fungsional. dengan pelanggan maupun calon pelanggan, namun

Menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh secara terminology, “komunikasi pemasaran

Benyamin Molan (2007:30) bahwa wadah atau (marketing communication) ” sekarang ini lebih

bungkus terdiri dari 3(tiga) jenis: disukai oleh para praktisi dan akademisi pemasaran

1. Kemasan Dasar (Primary Package) (Shimp, 2003: 4).

Adalah kemasan yang digunakan sebagai Menurut Shimp (2003: 5), bentuk-bentuk

yaitu kemasan yang utama Komunikasi Pemasaran adalah sebagai

kemasan

utama,

bersentuhan langsung dengan produk atau isi. berikut:

2. Kemasan Tambahan (Secondary Package)

1) Penjualan perorangan (personal selling) adalah Adalah kemasan yang melindungi dan bentuk komunikasi pemasaran antar individu

membungkus kemasan dasar atau primer. dimana

Kemasan ini adalah merupakan media iklan menginformasikan, mendidik, dan melakukan

tenaga

penjual/wiraniaga

karena terdapat corak karya seni yang persuasi kepada calon pembeli untuk membeli

melambangkan produk didalam kemasannya. produk atau jasa perusahaan.

3. Kemasan Pengiriman (Shipping Package)

2) Iklan (advertising) adalah media komunikasi Adalah kemasan yang digunakan untuk pemasaran yang sudah menjadi bagian integral

keperluan pengiriman, penyimpanan, dan dari masyarakat dan system ekonomi manusia.

identitas terhadap produk. Jenis kemasan ini identitas terhadap produk. Jenis kemasan ini

(2005: 7), beberapa yang harus dipertimbangkan konsumen.

dalam perencanaan bentuk kemasan efektif untuk menimbulkan ketertarikan pada konsumen

Pentingnya Kemasan yang Efektif

adalah sebagai berikut.

a) Bentuk kemasan dirancang sederhana. pemasaran yang potensional. Kotler (2002: 436)

Pada saat ini, kemasan menjadi sebuah alat

b) Bentuk yang teratur dan fleksibel lebih menjelaskan beberapa faktor yang mendorong

diminati konsumen, karena mendorong perkembangan kemasan sebagai alat pemasaran,

pelanggan untuk melihat kemasan dan yaitu sebagai berikut.

mempersepsikan produk aman dan nyaman

1) Swalayan (Self-service) digunakan. Bentuk seperti ini biasa Meningkatnya produk yang dijual secara

digunakan pada produk makanan dan swalayan, mengakibatkan kemasan berperan

minuman.

sebagai “five second commercial” dan berfungsi

c) Bentuk kemasan harus memberikan kesan untuk menjalankan tugas pemasaran seperti

lembut.

d) Perempuan lebih menyukai bentuk bundar, produk, menimbulkan kepercayaan pada diri

menarik perhatian, menggambarkan ciri-ciri

karena melambangkan feminism. konsumen dan membuat kesan keseluruhan yang

e) Bentuk dengan sudut yang lancip lebih menyenangkan.

disukai laki-laki karena terlihat maskulin.

2) Kemakmuran Konsumen (Consumer Affluance) Meningkatkan

kemakmuran

konsumen

3) Ukuran Kemasan

Banyak kategori produk tersedia dalam beberapa membayar sedikit mahal untuk kemasan yang

menjadikan konsumen

bersedia

untuk

ukuran produk. Para produsen menawarkan lebih baik, tepat atau lebih berpengalaman.

wadah yang berbeda ukuran untuk memuaskan

3) Citra Perusahaan dan Merek (Company and kebutuhan yang unik dari beragam segmen Brand Image)

pasar, untuk mewakili situasi pemanfaatan yang Disadari bahwa kemasan yang berdesain baik,

berbeda, dan juga untuk memperoleh ruang secara tidak sadar akan mempengaruhi

pajang di gerai-gerai eceran. Kemasan dengan pengenalan akan suatu perusahaan atau merek

ukuran besar dapat menstimuli pandangan mata tertentu.

konsumen, sehingga menimbulkan ketertarikan

4) Peluang Inovasi (Innovation Opportunity) (Shimp, 2003: 310). Ukuran kemasan yang lebih Kemasan yang inovatif dapat bermanfaat bagi

besar, akan menarik perhatian pada poin konsumen dan menguntungkan produsen dalam

penjualan (Meyers dalam Nilsson dan Ostrom, menghadapi pesaing.

4) Material Kemasan

Struktur Kemasan

Pertimbangan penting lainnya adalah material

1) Pemanfaatan warna dalam kemasan yang menghiasi sebuah kemasan. Peningkatan Warna

penjualan serta laba sering membawa hasil saat mengkomunikasikan banyak hal pada para

material kemasan yang diperbaharui digunakan pembeli prospektif, termasuk kualitas, rasa, serta

untuk mendesain kemasan yang lebih atraktif kemampuan produk untuk memuaskan beragam

dan efektif. Material-material kemasan bisa kebutuhan psikologis. Strategi pemanfaatan

membangkitkan emosi konsumen, khususnya warna dalam kemasan cukup efektif karena

emosi bawah sadar. Material memainkan peran warna mempengaruhi orang secara emosional.

yang paling penting dalam persepsi konsumen Danger (1992: 24) memberikan argumentasi

tentang kualitas, nilai (patokan harga), dan bahwa warna merupakan perangsang yang

kesesuaian kategori (Klimchuk dan Krasovec, paling penting yang menciptakan daya tarik

visual dan daya tarik emotional pada pelanggan.

Menurut

Klimchuk dan Krasovec

2) Bentuk pada kemasan (2007:229), pemasaran dan manufaktur harus Bentuk kemasan dapat digunakan untuk

mengambil bagian dalam tanggung jawab sosial menyampaikan image yang mempengaruhi

lingkungan pada persepsi konsumen, menarik emosi konsumen,

dalam

keprihatinan

penggunaan fungsi kemasan, yang di antaranya dan membentuk keinginan terhadap produk

sebagai berikut. (a) Mempertimbangkan sebelum konsumen membaca label atau melihat

pemakaian material hasil daur ulang dari kertas produk yang sesungguhnya (Meyers dalam

dan plastic. (b) Memangkas penggunaan Nilsson dan Ostrom, 2005: 6-7).

sekunder dan kemasan yang berlebihan. (c) Membuat produk-produk konsentrat, yang sekunder dan kemasan yang berlebihan. (c) Membuat produk-produk konsentrat, yang

dalam kemasan dan informasi penting tentang pengapalan

produk (Meyers,1998 dalam Nilsson dan lingkungan. (e) Mempelajari cost-benefit untuk

kemasan dan desain yang ramah lingkungan Menurut Klimchuk dan Krasovec,(2007:88), untuk perolehan jangka panjang dan jangka

terdapat tipe bentuk huruf yang dapat memfasilitasi pendek.

proses seleksi:

5) Informasi Produk pada Kemasan  Tulisan Serif (Serif Typeface), meliputi times Informasi pada kemasan mengkomunikasikan

new roman, bembo,palatino. Huruf tersebut: pesan kepada konsumen, sebagai dampak kuat

mewakili tulisan tangan resmi, mempunyai dari komunikasi pemasaran yang dapat

penampilan menarik. Huruf ini dianggap menimbulkan keputusan pembelian konsumen

tradisional dan mudah dibaca.(well et al., 2000 (Meyers dalam Nilsson dan Ostrom, 2005: 7).

dalam Nilsson dan Ostrom,2005:9) Menurut Meyers dalam Nilsson dan

 Tulisan sans serif (sans serif typeface), meliputi Ostrom (2005:8) Pesan yang informatif pada

avant garde, gill sans, future. Huruf tersebut : kemasan meliputi beberapa elemen, yakni:

tidak ada kontras atau penekanan vertical, tidak identitas merek atau nama merek, nama produk,

ada penekanan dalam bobot goresan baik deskripsi produk, rasa atau variasi berbagai

vertical maupun horizontal. Huruf ini terlihat macam produk/ ragam, pernyataan keunggulan

jelas dan tebal,dan biasa digunakan pada tulisan produk, pesan promosi, cara pemakaian produk,

di Koran.

informasi kandungan gizi, nutrisi, komposisi

sans serif . Dapat bahan (untuk makanan dan minuman),

 Tulisan

bold

mengkomunikasikan kekuatan dari penampilan pernyataan peringatan dan kehati-hatian

suatu produk. Tulisan ini dianggap memiliki penggunaan produk (untuk produk obat-obatan

kualitas tinggi, lembut, berkesan feminism, dan dan bahan kimia), dan pernyataan ukuran isi

dalam Nilsson dan produk, misalnya berat bersih.

elegan.(Meyers,

Ostrom,2005:9).

6) Grafik Pada Kemasan

Grafik merupakan bagian dari informasi yang Selain elemen kemasan seperti identitas merek dan tersaji dalam kemasan, yang terdiri dari nama

identifikasi produk, beberapa segmen yang harus merek, tipografi, dan penggunaan gambar pada

ada dalam kemasan yang diatur dalam undang- kemasan.

undang dan regulasi dari industri, meliputi sebagai berikut:

Brand Name(Nama Merek)

 Menampilkan instruksi penggunaan produk, Nama merek mengidentifikasikan merek dan

memegang, membuka, Produk yang terdapat dalam kemasan, bertanggung

misalnya

cara

mengeluarkan,atau menyimpan paket. jawab menciptakan memorability atau merek yang

 Menampilkan informasi kandungan gizi, nutrisi, mudah diingat, membangun pengenalan merek dan

komposisi bahan.

loyalitas, menyediakan informasi.(Meyers,1998  Penggunaan, indikasi, dan instruksi dosis untuk dalam Nilsson dan Ostrom,2005:8).

produk obat-obatan.

Nama Merek terkait dengan logo. Logo  isi pernyataan, seperti berat bersih, komposisi, juga dapat mengambil bentuk simbol yang dan jumlah potongan untuk produk yang dibeli memiliki asosiasi dengan produk dan dapat menjadi oleh berat, ukuran, atau numerik preferensi. bentuk abstrak yang dirancang untuk mencapai

ingatan merek (brand recall). Logo dengan tulisan

Picture (Gambar)

tebal (bold logo) mengkomunikasikan kekuatan Salah satu cara untuk menginformasikan produk dan efektifitas biasa digunakan dalam penulisan dan memberi citra positif bagi konsumen, tentu saja logo

merek makanan.

Logo

cursive

dengan menggunakan gambar. Foto-foto dan mengkomunikasikan elegan, ringan, fashionable.

kemasan, menjelaskan Logo miring (script) memberikan image santai, penggunaannya, membuat ketertarikan, dan senang, perubahan, dan hiburan. Identitas merek menciptakan respon emosional pada konsumen atau nama sangat penting pada kemasan, karena

ilustrasi

pada

terhadap suatu produk. Foto-foto dan ilustrasi pada dapat mengkomunikasikan citra positif kepada kemasan adalah elemen yang dapat digunakan konsumen terhadap suatu produk.( Nilsson dan

untuk: (Meyers,1998 dalam Nilsson dan Ostrom,2005:8).

Ostrom,2005:10)

Typography

 Mengidentifikasi perbedaan suatu produk Aspek penting yang terdapat dalam informasi

 Mengkomunikasikan suatu produk, misalnya kemasan adalah elemen informasi verbal, kata-kata

menjelaskan langkah demi langkah proses menjelaskan langkah demi langkah proses

berkomunikasi. Tujuannya adalah mendesain pengidentifikasian suatu produk.

suatu kemasan agar sedapat mungkin workable  Menambah daya tarik emotional.

bagi sisi ekonomis pengecer maupun konsumen.  Menampilkan hasil akhir dari menggunakan

Kemasan dituntut memiliki workability, artinya produk dalam kemasan.

suatu merek dituntut memudahkan konsumen  Menanamkan

dan memberikan menciptakan, misalnya, perasaan kecepatan

kenyamanan. Hal ini dipengaruhi oleh (pelari) atau relaksasi (matahari terbit),

kemampuan kemasan untuk melindungi isi meskipun produk dalam kemasan tidak memiliki

produk, kemampuan kemasan memfasilitasi hubungan langsung dengan gambaran visual.

penyimpanan produk, kemampuan untuk memfasilitasi penggunaan produk, keramahan

Model untuk Mengevaluasi Kemasan (VIEW)

terhadap lingkungan, Kotler (2002: 436) menyebutkan bahwa

kemasan

produk

kemampuan kemasan produk untuk digunakan kemasan yang efektif memerlukan berbagai

lagi setelah produk habis dipakai. keputusan atas unsure-unsur kemasan, yaitu ukuran,

bentuk, bahan, warna, label dan merek. Penelitian

Perilaku Konsumen

ini mengevaluasi kemasan menggunakan model Menurut David L. Loudon dan Albert J. VIEW yang akan dijelaskan sebagai berikut

Della Bitta dalam Mangkunegara (2005: 3), (Shimp, 2003: 315; Warren, 1986: 59; Velev dkk.,

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai 2003: 506-510).

proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses

1) Visibilitas evaluasi, memperoleh dan menggunakan atau dapat Visibilitas yaitu kemampuan suatu kemasan

barang-barang dan jasa. untuk menarik perhatian pada poin pembelian.

mempergunakan

Sedangkan Sumarwan (2004: 26) menyebutkan Tujuannya adalah untuk memiliki suatu

perilaku konsumen merupakan semua kegiatan, kemasan yang menonjol/ lain dari yang lain di

tindakan, serta proses psikologi yang mendorong atas rak. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa

tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, faktor, yaitu bentuk kemasan yang atraktif,

ketika membeli, menggunakan, menghabiskan ukuran kemasan yang atraktif, warna kemasan

produk dan jasa, setelah melakukan kegiatan yang atraktif, desain grafis kemasan yang

evaluasi (Sumarwan, 2004:26). atraktif.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2005:6),

2) Informasi Informasi pada kemasan berhubungan dengan

Consumer behaviour is defined as the instruksi pemanfaatan

behaviour that consumers display in seeking, keuntungan yang disebut, slogan-slogan, serta

produk, berbagai

purchasing, using, evaluating and disposing informasi tambahan yang dihadirkan pada atau

of products and services that they expect will di dalam kemasan. Hal ini ditentukan oleh:

satisfy their personal needs. informasi mengenai produsen, informasi tentang

cara penggunaan produk, informasi tanggal Dari pengertian di atas, dapat diterjemahkan kadaluarsa, informasi tentang kualitas dan isi

bahwa perilaku konsumen adalah perilaku produk, informasi yang disajikan menarik dan

konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengesankan.

mengevaluasi, dan membuang produk dan layanan

3) Daya tarik emosional(emotional appeal) yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan Komponen ketiga dari model VIEW adalah daya

pribadi mereka.

tarik emosional (emotional appeal) yaitu Engel, Blackwell, dan Miniard (dalam kemasan untuk menimbulkan perasaan ingin

Sumarwan, 2004: 25) menyebutkan: atau suasana hati mendukung. Hal ini tergantung

pada keberadaan suatu warna yang dapat We define consumer behaviour as those menimbulkan efek positif atau perasaan elegan,

activities directly involved in obtaining, prestise, keceriaan, senang (tidak hanya cerah

consuming, and disposing of products and tapi menarik perhatian), dan juga pada bahan

services, including the decision processes yang dibuat, bentuk kemasan, serta desain grafis

that precede and follow these actions . kemasan.

4) Daya kemampuan untuk berkerja (workability) Dari pengertian di atas, dapat diterjemahkan Komponen terakhir dari model VIEW adalah

bahwa perilaku konsumen adalah tindakan workability. Komponen ini merujuk fungsi dari

langsung

terlibat

dalam mendapatkan, dalam mendapatkan,

bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi mengikuti tindakan tersebut.

pilihan konsumen. Faktor pertama adalah Kesimpulan dari berbagai pendapat di atas

konsumen individual. Artinya, pilihan untuk adalah perilaku konsumen dapat didefinisikan

membeli suatu produk dengan merek tertentu sebagai semua kegiatan yang akan dilakukan oleh

dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen sehubungan dengan suatu produk baik

konsumen yang meliputi kebutuhan, persepsi itu ketika

terhadap karakteristik merek, sikap, kondisi mengkonsumsinya, maupun cara pengambilan

dia

akan membelinya,

cara

demografis, gaya hidup, dan karakteristik keputusan, dan berbagai kegiatan sehubungan

kepribadian individu. Faktor yang kedua yaitu dengan suatu produk lainnya.

lingkungan yang mempengaruhi konsumen. Faktor ketiga yaitu stimuli pemasaran atau juga disebut

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

strategi pemasaran. Strategi pemasaran meliputi

Konsumen

bauran pemasaran (produk, harga, saluran Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

distribusi, dan promosi).

konsumen menurut Kotler dan Keller (2006: 213- 234) adalah sebagai berikut.

Keputusan Pembelian

1) Faktor kebudayaan Menurut Schiffman dan Kanuk (2007: 491), Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang

proses pengambilan keputusan dapat dipandang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku

sebagai tiga tahap yang berbeda namun konsumen. Pemasar harus memahami peran

berhubungan satu sama lain, tahapan tersebut antara yang dimainkan oleh kultur, subkultur, dan kelas

lain tahap masukan (input), tahap proses (process), sosial pembeli.

tahap keluaran (output). Pada tahap masukan,

2) Faktor sosial komponen masukan dalam model pengambilan Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh

mempunyai berbagai faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga,

keputusan

konsumen

pengaruh luar yang berlaku sebagai informasi peran, dan status sosial dari konsumen.

mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai-

3) Faktor pribadi nilai, sikap dan perilaku konsumen yang terkait Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi

dengan produk. Yang paling utama dari berbagai oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap

faktor masukan ini adalah berbagai kegiatan bauran daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi,

yang berusaha gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri

pemasaran

perusahaan

menyampaikan manfaat produk dan jasa mereka pembeli yang bersangkutan.

kepada konsumen potensial dan pengaruh sosio

4) Faktor psikologis budaya di luar pemasaran. Tahap kedua adalah Pada suatu saat tertentu, seseorang mempunyai

tahap proses. Komponen proses berhubungan banyak kebutuhan baik yang bersifat biogenik

dengan cara konsumen mengambil keputusan. maupun biologis. Kebutuhan ini timbul dari

Untuk memahami proses, kita harus memahami suatu keadaan fisiologis tertentu seperti rasa

berbagai konsep psikologis. Bidang psikologis lapar, haus, dan sebagainya. Sedangkan

mewakili pengaruh dalam diri (motivasi, persepsi, kebutuhan yang bersifat psikologis adalah

pembelajaran, kepribadian, dan sikap) yang kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis

mempengaruhi proses pengambilan keputusan tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga

konsumen (apa yang mereka butuhkan atau diri, atau kebutuhan untuk diterima oleh

inginkan, kesadaran mereka terhadap berbagai lingkungannya. Pilihan pembelian seseorang

kegiatan mereka dalam juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang

pilihan

produk,

pengumpulan informasi dan penilaian mereka utama, yaitu motivasi, persepsi, proses

alternative). Proses pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

mengenai

berbagai

pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga Menurut Mangkunegara (2005: 39), ada dua

tahap, yakni pengenalan kebutuhan, penelitian kekuatan dari faktor yang mempengaruhi perilaku

sebelum pembelian, dan penelitian alternatif. Pada konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan

tahap selanjutnya, porsi keluaran atau output dalam kekuatan psikologis. Kekuatan sosial budaya terdiri

keputusan konsumen dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan

model

pengambilan

menyangkut dua kegiatan pasca pembelian yang (small reference group), dan keluarga, sedangkan

berhubungan erat, perilaku pembelian dan penilaian kekuatan psikologis terdiri dari pengalaman belajar,

pasca pembelian. Tujuan kedua kegiatan itu adalah kepribadian, sikap dan keyakinan, serta gambaran

untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap diri (self-concept).

pembeliannya.

Menurut Kotler (2002: 224), ada lima tahap Pada penelitian ini, digunakan model VIEW yang dinilai konsumen dalam proses keputusan

sebagai faktor-faktor kemasan yang akan dianalisis. pembelian, yaitu sebagai berikut. (1) Pengenalan

Suatu kemasan harus memenuhi kriteria visibilitas masalah, proses pembelian dimulai pada saat

(visibility), informasi (information), daya tarik pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan.

emosional (emotional appeal), dan daya/ (2) Pencarian informasi. konsumen yang tergugah

untuk bekerja kebutuhan akan terdorong untuk mencari informasi

kemampuan

(workability)(Warren,1986).

lebih banyak. (3) Evaluasi alternatif, setelah Visibilitas yaitu kemampuan suatu kemasan pencarian informasi, konsumen akan mengahadapi

untuk menarik perhatian pada point pembelian. sejumlah pilihan mengenai produk sejenis.

Kemasan yang berada di rak pemajangan Kemudian, konsumen membentuk referansi atas

mempengaruhi proses keputusan konsumen dan merek-merek dalam kumpulan pilihan. (4)

desain kemasan harus memastikan bahwa respon Keputusan pembelian. (5) Perilaku pasca

konsumen menguntungkan bagi suatu produk pembelian. Setelah membeli produk, konsumen

(Coulson dalam Silayoi dan Speece, 2004) akan mengalami level kepuasan atau level

pada kemasan ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat

Informasi

mengkomunikasikan pesan kepada konsumen, produk dibeli melainkan berlanjut hingga pasca

sebagai dampak kuat dari komunikasi pemasaran pembelian. Selain itu pemasar harus dapat

yang dapat menimbulkan keputusan pembelian memantau tiga perilaku pasca pembelian, yaitu:

konsumen (Meyers dalam Nilsson dan Ostrom, kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca

2005: 7). Sedangkan, daya tarik emosional pembelian,dan pemakaian dan pembuangan pasca

(emotional appeal) yaitu kemasan untuk pembelian.

menimbulkan perasaan ingin atau suasana hati mendukung. Desain grafis merupakan fungsi kreatif

Hubungan antara Kemasan dan Keputusan

yang ditunjukkan untuk target tertentu, ditetapkan

Pembelian

dalam rencana pemasaran dan harus menjamin Komunikator pemasaran mengarahkan usaha

bahwa kemasan tersebut menarik perhatian dan mereka untuk mempengaruhi kepercayaan, sikap

berdaya tarik kepada pria dan wanita (Danger, reaksi emosional, dan pilihan-pilihan konsumen

yang berhubungan dengan merek. Pada akhirnya, Kemasan dituntut memiliki workability. tujuan mereka adalah untuk mendorong konsumen

Artinya suatu merek dituntut memudahkan untuk memilih merek mereka dan bukan tawaran

konsumen dalam menggunakan dan memberikan kompetitor.

kenyaman. Menurut Danger (1992: 15), kemasan komunikator pemasaran merancang pesan-pesan

harus secara fungsional didesain dengan baik sesuai iklan, promosi, kalimat-kalimat dalam kemasan,

targetnya, sesuai dengan rencana pemasaran. Ini nama merek, presentasi penjualan, dan aktivitas

berarti bahwa kemasan harus melindungi isi komunikasi lainnya (Shimp, 2003: 181).

produk, mudah dibuka, mudah ditumpuk, dan ekonomis dalam situasi di mana bisa dijual.

Packaging seems to be one of most importance factors in purchase decisions

Kerangka Konseptual

made at the point of sale (Prendergast and Berdasarkan teori, fenomena dan latar Pitt, 1996). Package food products are

belakang tersebut, hubungan antara faktor-faktor moving into ever larger supermarkets and

kemasan produk dan keputusan pembelian dapat hypermarkets, and there is a proliteration of

dikemukakan sebagai berikut.

products, offering consumers vast choice (Rettie and Brewer in Silayoi and Speencer, 2004: 607) .

Gambar 1 Model Konseptual

Terjemahannya ialah bahwa kemasan bisa

menjadi salah satu dari banyak faktor dalam

Faktor-Faktor

keputusan pembelian yang dibuat di poin penjualan.

Kemasan:

Kemasan produk pangan mengisi supermarket dan

1.Visibilitas

hypermarket menawarkan berbagai pilihan produk 2.Informasi Keputusan Pembelian kepada konsumen. Tidak hanya secara visual,

3.DayaTarik

kemasan juga dapat mempengaruhi keputusan

Emosional

pembelian konsumen melalui informasi yang

4.DayaKemampu n

terdapat didalamnya.

Bekerja Sumber: Warren (1986), Diolah Peneliti.

Hipotesis

pada atau didalam kemasan. Indikator yang

a. Diduga terdapat pengaruh faktor-faktor kemasan digunakan adalah kemasan memberikan informasi produk yang terdiri dari visibilitas (visibility),

mengenai produsen, memberikan informasi tentang informasi (information), daya tarik emosional

cara penggunaan produk dan menampilkan tanggal (emotional appeal), dan daya/ kemampuan

kadaluarsa, informasi tentang kualitas dan isi untuk bekerja (workability) terhadap keputusan

produk, informasi yang disajikan menarik dan pembelian konsumen Pop Mie secara simultan.

mengesankan.

b. Diduga terdapat pengaruh faktor-faktor kemasan produk yang terdiri dari visibilitas (visibility),

c. Daya tarik emosional (emotional appeal) informasi (information), daya tarik emosional

Kemampuan kemasan untuk menimbulkan (emotional appeal), dan daya/ kemampuan

perasaan ingin atau suasana hati mendukung, untuk bekerja (workability) terhadap keputusan

membangkitkan perasaan senang, elegan, prestise pembelian konsumen Pop Mie secara parsial.

yang dipengaruhi oleh desain kemasan. Indikator yang digunakan adalah warna yang dapat

METODE PENELITIAN

menimbulkan efek positif atau perasaan elegan,

Populasi

prestise, keceriaan, senang (tidak hanya cerah tapi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

menarik perhatian) dan juga pada bahan yang pengunjung Giant Supermarket Wiyung Surabaya

dibuat, bentuk kemasan, serta desain grafis yang setelah atau selesai berbelanja saat survei

kemasan.

dilakukan. Jumlah populasi penelitian adalah “in- finit”, yakni jumlah populasi secara pasti tidak

d. Daya kemampuan untuk berkerja (workability) diketahui sebelum penelitian dilaksanakan.

Kemampuan suatu kemasan untuk dapat digunakan konsumen. Indikator yang digunakan

Sampel

adalah kemampuan kemasan untuk melindungi isi Dalam menentukan teknik pengambilan

produk, kemampuan kemasan memfasilitasi sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

kemampuan untuk non probability sampling . Metode ini dipilih oleh

penyimpanan

produk,

memfasilitasi penggunaan produk, keramahan peneliti dengan alasan peneliti tidak dapat atau atau

kemasan produk terhadap lingkungan, kemampuan tidak mungkin memperoleh daftar seluruh anggota

kemasan produk untuk digunakan lagi setelah sampel. Selain itu, dikarenakan lokasi penelitian

produk habis dipakai.

berada di outlet (toko) maka pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling, yaitu siapa

e. Keputusan pembelian

saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu Proses pengintegrasian yang mengkombinasikan dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,

pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

perilaku yang disajikan secara kognitif sebagai cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009: 60).

keinginan berperilaku. Indikator yang digunakan Berdasarkan teori Aaker dkk (1998:406), maka

meliputi Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

Evaluasi Alternatif, Keputusan pembelian, dan adalah sebanyak

Perilaku Pasca Pembelian.

Supermarket Wiyung yang pernah mengunjungi counter atau rak penjualan produk Pop Mie atau

Jenis dan Sumber Data

Pengunjung yang pernah mengkonsumsi Pop Mie

Data Primer

dan melakukan pembelian di Supermarket tersebut. Data Primer berupa hasil observasi di lapangan dan jawaban responden yang akan diukur dengan

Definisi Operasional

menggunakan instrument penelitian (kuisioner)

a. Visibilitas tujuannya adalah untuk mengetahui jawaban Sejauh mana kemampuan suatu kemasan untuk

responden atas pernyataan dan pertanyaan yang menarik perhatian konsumen pada poin-pembelian.

pengaruh factor-faktor Indikator yang digunakan adalah bentuk kemasan

diberikan

mengenai

kemasan produk yaitu visibilitas (Visibility), yang atraktif, ukuran kemasan yang atraktif, warna

informasi (Informativeness), daya tarik emotional kemasan yang atraktif, desain grafis kemasan yang

(Emotional appeal),daya kemampuan dikerjakan atraktif.

(Workability) terhadap keputusan pembelian Pop Mie.

b. Informasi Berhubungan dengan instruksi pemanfaatan

Data Sekunder

produk, berbagai keuntungan yang disebut, slogan- Data sekunder yang digunakan dalam penelitian slogan, serta informasi tambahan yang dihadirkan

ini berupa buku literature yang berkaitan dengan ini berupa buku literature yang berkaitan dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

penelitian factor-faktor kemasan produk yaitu

Karakteristik Responden

visibilitas (Visibility), informasi (Informativeness), Deskripsi hasil penelitian akan dimulai daya tarik emotional (Emotional appeal),daya

dengan mengidentifikasi karakteristik responden kemampuan dikerjakan (Workability) terhadap

yang berjumlah 105 orang. Karakteristik responden keputusan pembelian Pop Mie.

dilihat berdasarkan demografi: jenis kelamin, usia, pekerjaan,

tingkat

pendapatan, kemudian

Teknik Pengumpulan Data

ditentukan pengaruh atas kemasan produk terhadap Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian

keputusan pembelian Pop Mie. merupakan suatu hal yang penting. Ada beberapa

Berdasarkan jenis kelamin, 63 responden cara yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk

(60%) berjenis kelamin perempuan, 42 responden mengumpulkan data penelitian yakni dengan

berjenis kelamin Laki-laki (40%). Hal ini observasi, wawancara, Kuisioner (Soeratno dan

dikarenakan dari observasi dan wawancara yang Arsyad, 2003: 89).

dilakukan oleh peneliti sebagaian besar pengunjung Adapun teknik pengumpulan data yang

di Giant Supermarket berjenis kelamin perempuan. digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

Sebagian besar dari mereka merupakan wanita tahap-tahap sebagai berikut.

karier dengan mobilitas fisik yang tinggi, sehingga

a. Dokumentasi dan Observasi, dilakukan untuk mementingkan kemudahan dan kepraktisan dalam mendapat gambaran permasalahan dan data-data

berbelanja dan mengkonsumsi makanan. yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dengan

Jika dilihat dari usia, sebanyak 62 responden cara membaca, memahami, mempelajari buku

(59,05%) berusia 25-32 tahun, 21 responden (20%) literatur, serta sumber data lainnya baik yang

berusia 17-24 tahun, 11 responden (10,48%) diperoleh melalui media cetak atau elektronik

berusia 33-40 tahun, 9 responden (8,57%) berusia yang berkaitan dengan masalah penelitian.

33-40 tahun, dan sisanya 2 responden (1,90%)

b. Wawancara dilakukan untuk menggali lebih berusia 49-56 tahun. Mayoritas responden dalam pendapat konsumen tentang kemasan

merupakan orang-orang usia tersebut merupakan produk, khususnya produk Pop Mie,disamping

usia produktif, yakni di mana manusia masih dapat variabel-variabel yang diteliti yaitu visibilitas

bekerja, sehingga mobilitas fisik yang meningkat (Visibility), informasi (Informativeness), daya

diikuti dengan pendapat meningkat. Mereka lebih tarik emotional (Emotional appeal), dan daya

mementingkan kemudahan, kecepatan, dan kemampuan dikerjakan (Workability).

kepraktisan dalam berbelanja dan lebih cenderung

menyukai makanan cepat saji karena pertimbangan mendapatkan data primer. Peneliti menyebarkan

c. Penyebaran kuisioner

kuisioner yang berisi tentang pengaruh faktor- Sebanyak 53 responden (50,48%) bekerja faktor kemasan produk yang terdiri dari

sebagai pegawai swasta, 26 responden (24,76%) Visibility,informasi, daya tarik emosional,dan

sebagai Wirausaha/Pengusaha, 13 responden daya kemampuan untuk berkerja terhadap

(12,38%) sebagai PNS, 10 responden (9,52%) keputusan pembelian Pop Mie di Giant

sebagai pelajar/mahasiswa, 1 responden (0,95%) Supermarket

lainnya misalnya ibu rumah tangga. Sebagian besar membimbing untuk melakukan pengisian dan

responden bekerja sebagai pegawai di perusahaan mengumpulkan hasil penelitian.

swasta. Pada sektor swasta, frakuensi jam kerja lebih banyak, sehingga mereka membutuhkan

Instrumen Penelitian

makanan yang cepat saji. Hal ini sesuai dengan Instrumen penelitian menggunakan skala

wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagian likert. Skala likert digunakan untuk mengukur

dari mereka sering membawa Pop Mie saat di sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

kantor.

kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono,

46 responden (43,80%) berpendapatan 2009: 85). Skala likert dapat diukur dengan diberi

1.000.000-<2.500.000, 23 responden (21,90%) bobot 1 untuk intensitas paling rendah dan bobot 5

berpendapatan 2.500.000-<5.000.000, 21 responden untuk intensitas paling tinggi.

(20%) berpendapatan <1.000.000, 9 responden Teknik pengujian kuisioner menggunakan

(8,57%) berpendapatan 5.000.000-<7.500.000, 6 Uji Validitas, Reliabilitas, dan Uji Asumsi Klasik.

responden berpendapatan 7.500.000-<10.000.000, dan tidak ada responden dengan penghasilan

Teknik Analisis Data

>10.000.000. Hal ini karena harga Pop Mie yang Teknik Analisis Data menggunakan regresi

lebih ekonomis dibandingkan dengan Mie instant linier dan Koefisien determinasi. Uji hipotesis

Cup cepat saji lainnya berkisar antara Rp 2.490 – menggunakan Uji F dan Uji T.

Rp 3.390 untuk kemasan besar dan sedang, untuk Rp 3.390 untuk kemasan besar dan sedang, untuk

(Y).

d. Nilai Koefisien regresi variabel Daya tarik

Analisis Model

emosional (X 3 ) adalah sebesar 0,336 artinya jika Model yang digunakan adalah analisis regresi

terjadi penambahan koefisien regresi Daya tarik linier berganda. Peneliti melakukan pengolahan