Pengambilan Keputusan Jangka Pendek (1)

KAJIAN TEORI
A. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara berbagai
alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar ukuran tertentu, apakah
probabilitas atau penghematan cost.
Para manajer berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan dalam bentuk kuantitatif
sebanyak mungkin, sehingga pilihan diantara berbagai alternative dapat dibuat dengan dasar yang
sistematik. Jadi dengan informasi kuantitatif, para para pengambil keputusan dapat mengikuti proses
yang logis di dalam memilih berbagai alternative, dapat mempertanggungjawabkan setiap langkah
yang diambil, dan dapat mengevaluasi hasil – hasil yang dicapai.
Proses pengambilan keputusan meliputi 4 tahap, yaitu:
1. Menentukan masalah dengan penekanan pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengidentifikasi berbagai alternative tindakan.
3. Mendapatkan informasi relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan
4. Membuat keputusan.
B. Analisis Diferensial
Analisis diferensial adalah sebuah model keputusan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
perbedaan – perbedaan dalam pendapatan dan kos yang berkaitan dengan berbagai alternative
tindakan. Cost – cost yang dipertimbangkan di dalam analisis diferensial bukannya cost - cost yang
digunakan di dalam pelaporan keuangan konvensional.
Untuk tujuan pengambilan keputusan, klasifikasi kos meliputi ;

 Relevan Cost (Biaya Relevan), cost yang akan datang di masa yang akan datang dan berbeda
diantara berbagai alternative yang sedang dipertimbangkan di dalam suatu keputusan.
 Differencial Cost (Biaya Diferensial), perbedaan cost relevan antara dua alternative atau
lebih.
 Unavoidable Cost (Biaya Takterhindarkan). Cost yang tidak akan berbeda dianatara berbagai
alternative keputusan, apakah kos itu akan terjadi di masa mendatang atau telah terjadi di
masa lalu.
 Sunk Cost, biaya masa lalu.


Opportunity Cost (Biaya Kesempatan), manfaat yang dikorbankan karena menolak satu
alternative, sementara menerima alternative lain.

C. Menerima atau Menolak Pesanan Khusus
Menerima atau menolak pesanan khusus adalah dua alternative keputusan yang adakalanya
dihadapi oleh managemen. Pesanan khusus adalah pesanan diluar penjualan normal, biasanya
dengan harga yang lebih rendah daripada harga jual normal. Keputusan tentang harga jual produk
dalam jangka panjang harus mendasarkan pada pertimbangan full cost. Namun dalam jangka
pendek, penentuan harga jual dapat dilakukan dengan hanya mempertimbangkan differential cost.
D. Menambah atau Memberhentikan Departemen Atau Produk

Managemen selalu dihadapkan dengan keputusan – keputusan yang melibatkan pemilihan
kombinasi produk yang menghasilkan laba yang tertinggi. Bila ada produk baru, maka pendapatan
dan biayanya harus dievaluasi secara hati – hati untuk meyakinkan apakah labanya cukup besar
untuk membenarkan keputusan menjual produk tersebut.

Jika produk lama tidak menguntungkan lagi, maka sebaiknya produk ini diberhentikan.
Keputusan – keputusan mengenai penambahan atau pemberhentian produk atau departemen
tertentu harus dilakukan dengan hati – hati. Pertimbangan – pertimbangan dalam keputusan
menambah atau memberhentikan produk adalah apakah produk di masa yang akan datang akan
memberi peningkatan laba bersih perusahaan. Analisis diferensial dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengaruh penambahan atau pemberhentian ini pada laba di masa yang akan datang.
E. Membeli Dari Luar atau Memproduksi Sendiri
Keputusan membeli dari luar atau memproduks sendiri ini dihadapi oleh managemen dalam
perusahaan pabrikasi yang membuat suatu produk dengan menggunakan beberapa suku cadang.
Analisis diferensial dapat digunakan dalam memecahkan masalah ini.
F. Memproses Setelah Split-Off Point atau Langsung Menjual
Beberapa produk dihasilkan secara bersama – sama dari bahan baku yang sama atau dari satu
proses yang sama. Seperti, bensin, minyak tanah dan minyak pelumas. Akuntan menyebut produk –
produk ini sebagai joint products atau co-products. Saat dapat dipisahkannya produk – produk itu
dari proses produksi disebut split-off point. Cost produksi untuk produk – produk ini sebelum titik

pemisahan adalah joint cost atau common cost.
G. Memilih Produk
Apabila perusahaan menghadapi masalah pemilihan produk yang harus diproduksi (dijual),
maka keputusan yang bijaksana adalah memilih produk yang memberi margin kontribusi total yang
tinggi.
Dalam keadaan tidak ada batasan dalam sumberdaya ekonomik, margin kontribusi total
tertinggi tercapai bila perusahaan membuat produk yang margin kontribusi per unitnya tertinggi.
Dalam banyak hal, perusahaan menghadapi berbagai batasan sumberdaya ekonomik. Misalnya,
perusahaan manufaktur mempunyai kapasitas produksi berupa jam tenaga kerja lamgsung atau jam
mesin dalam jumlah yang terbatas. Dalam department store, batasan utamanya adalah jumlah lantai
yang tersedia untuk memajang barang dagangan.
H. Kombinasi Produk
1. Pendekatan Linear Programming
2. Pendekatan Margin kontribusi Per Kendala

PEMBAHASAN KASUS

Kasus 1
Menerima atau Menolak Pesanan Khusus
Pesanan khusus adalah pesanan di luar penjualan normal, biasanya dengan harga yang lebih

rendah dibanding harga jual normal. Keputusan tentang harga jual produk dalam jangka pendek
(masih ada kapasitas menganggur) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan differential cost.
Data soal :
PT Jujur memproyeksikan penjualan dan produksi normal
38.000 unit
Kapasitas normal
50.000 unit
Harga penjualan normal
Rp 30.000,- per unit
Pesanan khusus :
- 7.000 unit @ Rp 18.000,- Biaya komisi penjualan Rp 1.750,- per unit pesanan khusus
Informasi biaya per unit :
 Bahan Baku Langsung Rp 9.000, TKL
Rp 6.500, OH Variabel
Rp 2.000, OH Tetap
Rp 3.750,Total
Rp 21.250,a. Haruskah pesanan khusus diterima ? Jika iya, berapa peningkatan atau penurunan laba ?
Keterangan
Ditolak
Diterima

Differential
Penjualan
Unit :
38.000 unit
45.000 unit
7.000 unit
- Normal {38.000 unit @ Rp 30.000}
Rp 1.140.000.000
Rp 1.140.000.000
Rp
- Khusus {7.000 unit @ Rp 18.000}
Rp
126.000.000
Rp 126.000.000
Total penjualan
Rp 1.140.000.000
Rp 1.266.000.000
Rp 126.000.000
Harga Pokok Penjualan
- Bahan Baku Langsung

Rp 342.000.000
Rp
405.000.000
Rp 63.000.000
- Tenaga Kerja Langsung
Rp 247.000.000
Rp
292.500.000
Rp 45.500.000
- Overhead Variabel
Rp
76.000.000
Rp
90.000.000
Rp 14.000.000
- Komisi Penjualan
Rp
12.250.000
Rp 12.250.000
Total HPP Variabel

Rp 665.000.000
Rp
799.750.000
Rp 134.750.000
Margin Kontribusi
Rp 475.000.000
Rp
466.250.000
Rp (8.750.000)
Biaya Tetap
- Overhead Tetap
Rp 187.500.000
Rp
187.500.000
Rp
Laba Bersih
Rp 287.500.000
Rp
278.750.000 Rp (8.750.000)
Biaya variabel per unit pesanan khusus :

- Biaya Bahan Baku
Rp 9.000,- Biaya TKL
Rp 6.500,- BOP Variabel
Rp 2.000,- Komisi Penjualan
Rp 1.750,Total biaya variabel per unit
Rp 19.250,Penurunan atau peningkatan laba dapat dihitung dengan membandingkan kenaikan pendapatan
dan kenaikan biaya :
- Kenaikan pendapatan
= 7.000 unit @ Rp18.000,= Rp 126.000.000,- Keniakan biaya
= 7.000 unit @ Rp 19.250,= Rp 134.750.000,Penurunan laba
= (Rp 8.750.000,-)
Kesimpulan : karena terjadi penurunan laba maka pesanan khusus sebaiknya ditolak.

b. Jika PT Jujur tidak membayar komisi penjualan, haruskah pesanan khusus diterima? Jika iya,
berapa peningkatan atau penurunan laba ?
Keterangan
Penjualan

Ditolak


Diterima

Differential

Unit :
38.000 unit
45.000 unit
7.000 unit
- Normal {38.000 unit @ Rp 30.000}
Rp 1.140.000.000
Rp 1.140.000.000
Rp
- Khusus {7.000 unit @ Rp 18.000}
Rp
126.000.000
Rp 126.000.000
Total penjualan
Rp 1.140.000.000
Rp 1.266.000.000
Rp 126.000.000

Harga Pokok Penjualan
- Bahan Baku Langsung
Rp 342.000.000
Rp
405.000.000
Rp 63.000.000
- Tenaga Kerja Langsung
Rp 247.000.000
Rp
292.500.000
Rp 45.500.000
- Overhead Variabel
Rp
76.000.000
Rp
90.000.000
Rp 14.000.000
Total HPP Variabel
Rp 665.000.000
Rp

787.500.000
Rp 122.500.000
Margin Kontribusi
Rp 475.000.000
Rp
478.500.000
Rp
3.500.000
Biaya Tetap
- Overhead Tetap
Rp 187.500.000
Rp
187.500.000
Rp
Laba Bersih
Rp 287.500.000
Rp
291.000.000 Rp
3.500.000
Biaya variabel per unit pesanan khusus :
- Biaya Bahan Baku
Rp 9.000,- Biaya TKL
Rp 6.500,- BOP Variabel
Rp 2.000,Total biaya variabel per unit
Rp 17.500,Penurunan atau peningkatan laba dapat dihitung dengan membandingkan kenaikan pendapatan
dan kenaikan biaya :
- Kenaikan pendapatan
= 7.000 unit @ Rp18.000,= Rp 126.000.000,- Keniakan biaya
= 7.000 unit @ Rp17.500,= Rp 122.500.000,Peningkatan laba
= Rp 3.500.000,Kesimpulan : karena terjadi peningkatan laba maka pesanan khusus dapat diterima.
Kasus 2
Membeli dari Pihak Luar atau Memproduksi Sendiri
Keputusan lain yang penting adalah apakah perusahaan harus membuat sendiri salah satu
suku cadang produknya atau membeli dari pihak luar. Keputusan ini dihadapi oleh manajemen dalam
perusahaan pabrikasi yang membuat produk dengan menggunakan beberapa suku cadang. Analisis
diferensial dapat digunakan untuk memecahkan masalah ini.
Data soal :
- Perusahaan Kalista memproduksi suku cadang K15 sebanyak 40.000 unit tiap tahun
- Biaya per unit K15 :
 Bahan Baku Langsung : Rp 9.000, Tenaga Kerja Langsung : Rp 3.000, Overhead Variabel
: Rp 2.500, Overhead Tetap
: Rp 4.000,- BOP Tetap Langsung (sewa mesin produksi dan gaji supervisor lini produksi)  tidak
akan dibutuhkan jika produk dihentikan (Biaya relevan)
Rp 88.000.000,- Harga yang ditawarkan pemasok luar
Rp 16.000,- per unit
a. Membeli atau memproduksi sendiri ?

Tarif BOP Tetap Relevan per unit :
= Rp 88.000.000,40.000 unit
= Rp 2.200,- per unit
Tarif BOP Tetap umum (Biaya tak Relevan) :
= Rp 4.000 – Rp 2.200 = Rp 1.800 per unit
Analisis :
Keterangan
Memproduksi
Membeli
Biaya Bahan Baku
Rp
9.000
Tenaga Kerja Langsung
Rp
3.000
Overhead Variabel
Rp
2.500
Overhead Tetap Relevan Rp
2.200
Total per unit
Rp
16.700
Rp 16.000
* Differential cost : Rp 700,- (lebih hemat jika membeli dari pihak luar)
Maka, perusahaan sebaiknya membeli suku cadang dari luar, karena akan menghemat biaya
produksi.
b. Berapa jumlah tertinggi yang dibayar pada pihak luar ?
Jumlah biaya per unit tertinggi yang dibayarkan ke pihak luar adalah sama dengan
perhitungan biaya per unit relevan apabila memproduksi sendiri, yaitu Rp 16.700,- per unit.
c. Jika membeli, berapa peningkatan atau penurunan pendapatan ?
Keterangan
Memproduksi
Membeli
Differential
Total unit
40.000 unit
40.000 unit
40.000 unit
Harga Beli
Rp
16.000
Rp
(16.000)
Biaya produksi :
Biaya Bahan Baku
Rp
9.000
Rp
9.000
Tenaga Kerja Langsung
Rp
3.000
Rp
3.000
Overhead Variabel
Rp
2.500
Rp
2.500
Overhead Tetap Relevan
Rp
2.200
Rp
2.200
Overhead Tetap Umum
Rp
1.800
Rp
1.800
Rp
Total per unit
Rp
18.500
Rp
17.800
Rp
700
Total biaya
Rp 740.000.000
Rp 712.000.000
Rp
28.000.000
Dari perhitungan tabel di atas, dapat diketahui bahwa membeli dari pihak luar mengakibatkan
adanya penghematan biaya sebesar Rp 28.000.000,- untuk pengadaan suku cadang K15.
Kasus 3
Memproses Setelah Split-Off Point atau Langsung Menjual
Beberapa produk dihasilkan secara bersama-sama dari bahan baku yang sama atau dari satu
proses produksi yang sama. Saat dapat dipisahkannya produk-produk itu dari proses produksi disebut
split-off point. Kos produksi sebelum titik pemisahan ini disebut joint cost atau common cost.
Dalam kasus tertentu setelah titik pisah, produk dapat langsung dijual atau diproses lebih lanjut.
Hal ini merupakan tugas manajemen untuk menentukan apakah produk harus diproses lebih lanjut
atau langsung dijual setelah titik pisah.

Untuk menyelesaikannya, maka dapat dilakukan analisis diferensial. Joint cost dalam hal ini
merupakan kos tidak relevan. Informasi yang relevan adalah kos dan pendapatan setelah titik
pemisahan untuk menentukan tambahan laba.
Data soal :
PT Bagus memproduksi empat produk dari input yang sama.
Biaya gabungan selama 1 kuartal :
- Bahan Baku Langsung
Rp 128.000.000,- Tenaga Kerja Langsung
Rp 56.000.000,- Overhead
Rp 80.000.000,Total joint cost
Pendapatan tiap produk setelah titik pisah :
- Alfa
Rp 130.000.000,- Beta
Rp 93.000.000,- Gamma
Rp 30.000.000,- Delta
Rp 40.000.000,Jika Delta diproses lebih lanjut, maka :
- Taksiran harga jual
Rp 73.700.000,- Biaya Pengolahan Lebih Lanjut
Biiaya Sewa Perlengkapan
Rp 15.400.000,BBB & BTKL Tambahan
Rp 8.500.000,Total Biaya
Rp 23.900.000,a. Berapa laba operasional dari keempat produk ?
Perhitungan Laba Rugi Operasional
Pendapatan (Gabungan)
- Alfa
Rp 130.000.000
- Beta
Rp
93.000.000
- Gamma
Rp
30.000.000
- Delta
Rp
40.000.000
Total pendapatan
Harga Pokok Penjualan (Gabungan)
Biaya Bahan Langsung
Rp 128.000.000
Tenaga Kerja Langsung
Rp
56.000.000
Biaya Overhead
Rp
80.000.000
Total HPP
Laba Kotor

Rp

293.000.000

Rp
Rp

264.000.000
29.000.000

b. Delta diproses lebih lanjut atau langsung dijual ? Apa pengaruh terhadap laba
operasional ?
Untuk mengetahui pengaruh pemrosesan lebih lanjut produk Delta terhadap laba
operasional, maka kita bandingkan peningkatan harga jual terhadap peningkatan biaya
pemrosesan lebih lanjut :
Δ Laba = Δ Pendapatan – Δ Biaya
= (Rp 73.700.000 – Rp 40.000.000) – (Rp 15.400.000 +Rp 8.500.000)
= Rp 33.700.000 – Rp 23.900.000
= Rp 9.800.000
Perhitungan Laba Rugi Operasional
Pendapatan (Gabungan)

- Alfa
- Beta
- Gamma
- Delta

Rp
Rp
Rp
Rp

Total pendapatan
Harga Pokok Penjualan (Gabungan)
Biaya Bahan Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead
Biaya Pemrosesan Lebih Lanjut Delta
Biaya Sewa Perlengkapan
BBB & BTKL Tambahan
Total HPP
Laba Kotor

130.000.000
93.000.000
30.000.000
73.700.000

Rp
Rp
Rp

128.000.000
56.000.000
80.000.000

Rp
Rp

15.400.000
8.500.000

Rp

326.700.000

Rp
Rp

287.900.000
38.800.000

Pengaruh pemrosesan lebih lanjut Delta adalah adanya peningkatan laba operasional sebesar Rp
9.800.000,- maka sebaiknya Delta diproses lebih lanjut baru dijual ke pihak luar.
Kasus 4
Kombinasi Produk
Data Soal :
Perusahaan Thomas memproduksi 3 jenis flashdisk
Kapasitas operasional total
15.000 jam per tahun
Keterangan
Tipe Dasar (A)
Tipe Standar (B)
Harga Jual
Rp
90.000
Rp
300.000
Biaya Variabel
Rp
60.000
Rp
200.000
Margin Kontribusi
Rp
30.000
Rp
100.000
Jam Mesin
0,10
0,50

Rp
Rp
Rp

Tipe Deluks (C)
350.000
100.000
250.000
0,75

Asumsi perusahaan dapat menjual sebanyak mungkin sebanyak produksi.
- Berapa banyak tiap produk yang harus diproduksi dan dijual agar margin kontribusi
perusahaan maksimal ?
-

Asumsi perusahaan dapat menjual Tipe A ≤ 5.000 unit
Tipe B ≤ 5.000 unit
Tipe C > 12.000 unit

Keterangan
Harga Jual
Biaya Variabel
Margin Kontribusi
Jam Mesin
Unit Diproduksi & Dijual
Jumlah Jam Mesin
Jumlah Margin Kontribusi

Tipe Dasar (A)
Rp
90.000
Rp
60.000
Rp
30.000
0,10
5.000 unit
500 jam
Rp 150.000.000

Kasus 5
Mempertahankan atau Menutup Divisi

Tipe Standar (B)
Rp
300.000
Rp
200.000
Rp
100.000
0,50
5.000 unit
2.500 jam
Rp 500.000.000

Tipe Deluks (C)
Rp
350.000
Rp
100.000
Rp
250.000
0,75
16.000 unit
12.000 jam
Rp 4.000.000.000

Jumlah

15.000 jam
Rp 4.650.000.000

Manajemen dihadapkan pada keputusan untuk menutup atau mempertahankan suatu produk
atau divisi ketika produk atau divisi tersebut mengalami kerugian. Maka, untuk menjawab
pertanyaan tersebut diperlukanan analisis yang hati-hati. Manajemen harus memilah antar kos
terhindarkan dan kos tak terhindarkan atas produk atau divisi yang dihentikan serta pengaruh
keputusan terhadap pendapatan operasional.
Data soal :
Laporan Laba Rugi Divisi X PT Amanah ( kuartal terakhir)
Penjualan
Rp 3.751.500.000,HPP
Rp 2.722.400.000,Laba Kotor
Rp 1.029.100.000,Biaya Penjualan & Administrasi
Rp 1.100.000.000,Rugi Operasional
(Rp 70.900.000,-)
Informasi lain :
- Harga jual ke pihak luar per unit
Rp 100.000,- Harga jual ke divisi lain per unit
Rp 83.000,-(125 % biaya manufaktur penuh)
- Penjualan ke divisi lain
50 % output
- Overhead Tetap per unit
Rp 20.000,- Biaya alokasi dari pusat
30 % biaya penjualan & administrasi tetap
- Biaya penjualan variabel (pada pihak luar)
Rp 5.000,- per unit
- Jika divisi ditutup, harga beli dari pihak luar
Rp 100.000,- per unit
- Fasilitas dijual, dan diinvestasikan dengan hasil
Rp 100.000.000/th =Rp 25.000.000/kuartal
Susunan Laba Rugi yang lebih akurat
Perhitungan :

Biaya Manufaktur penuh per unit
= Harga jual /(100 % + % margin)
= Rp 83.000 : 125 %
= Rp 66.400,- per unit

Biaya Penjualan Variabel (Biaya Relevan)
= Unit terjual x Biaya per unit
= 41.000 x Rp 5.000
= Rp 205.000.000

Unit Terjual
= Total HPP : HPP per unit
= Rp 2.772.400.000 : Rp 66.400
= 41.000 unit

Biaya Penjualan & Administrasi Tetap
= Biaya Penjualan & Administrasi Total – Variabel
= Rp 1.100.000.000 – Rp 205.000.000
= Rp 895.000.000

Overhead Tetap (Biaya Tidak Relevan)
= Unit terjual x Biaya per unit
= 41.000 x Rp 20.000
= Rp 820.000.000,-

Biaya Penjualan & Administrasi Tetap Alokasi
Kantor Pusat (Biaya Tak Relevan)
= 30 % x Biaya Penjualan & Administrasi Tetap
= 30 % x Rp 895.000.000
= Rp 268.500.000

Biaya Produksi Variabel (Biaya Relevan)
= Total HPP – BOP Tetap
= Rp 2.722.400.000 – Rp 820.000.000
= Rp 1.902.400.000

Biaya Penjualan & Administrasi Tetap Umum
(Biaya Relevan)
= 70 % x Biaya Penjualan & Administrasi Tetap
= 70 % x Rp 895.000.000
= Rp 626.500.000

Laporan Laba Rugi
Divis X PT Amanah
Kuartal ke-10
Penjualan
- Eksternal (20.500 unit @ Rp 100.000)
- Internal (20.500 unit @ Rp 83.000)
Total Penjualan
HPP
- Biaya Produksi Variabel
- Biaya Overhead Tetap
Total HPP
Laba Kotor
Biaya Penjualan & Administrasi
Biaya Penjualan & Administrasi Variabel
Biaya Penjualan & Administrasi Tetap Alokasi Pusat
Biaya Penjualan & Administrasi Tetap Umum
Total Biaya Penjualan & Administrasi
Rugi Bersih

Rp 2.050.000.000
Rp 1.701.500.000
Rp 3.751.500.000
Rp 1.902.400.000
Rp 820.000.000
Rp 2.722.400.000
Rp 1.029.100.000
Rp
Rp
Rp

205.000.000
268.500.000
626.500.000

a. Haruskah divisi ditutup ? Apa dampak terhadap laba perusahaan ?
Analisis :
Keterangan
Dipertahankan
Ditutup
Pendapatan
Penjualan
Rp
3.751.500.000
Rp
Pendapatan Investasi
Rp
Rp
25.000.000
Rp
3.751.500.000
Rp
25.000.000
HPP
Biaya Produksi Variabel
Rp
1.902.400.000
Rp
BOP Tetap
Rp
820.000.000
Rp
820.000.000
Biaya Membeli dari Pihak Luar
Rp
Rp
2.050.000.000
Rp
2.722.400.000
Rp
2.870.000.000
Laba Kotor
Rp
1.029.100.000
Rp (2.845.000.000)
Biaya Penj. & Adm.
Biaya Penj. & Adm. Variabel
Rp
205.000.000
Rp
Biaya Penj. & Adm. Alokasi Pusat
Rp
268.500.000
Rp
268.500.000
Biaya Penj. & Adm. Umum
Rp
626.500.000
Rp
Rp
1.100.000.000
Rp
268.500.000
Rugi Bersih
Rp
(70.900.000)
Rp (3.113.500.000)

Rp 1.100.000.000
Rp (70.900.000)

Differensial
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

(3.751.500.000)
25.000.000
(3.726.500.000)
(1.902.400.000)
2.050.000.000
147.600.000
(3.874.100.000)

Rp (205.000.000)
Rp
Rp (626.500.000)
Rp (31.500.000)
Rp (3.0428.600.000)

Dari perhitungan tabel di atas, menunjukkan jika divisi ditutup maka perusahaan akan semakin
merugi, maka pertimbangan menutup divisi dapat ditunda atau dikaji kembali.
Sebaiknya keputusan yang diambil untuk divisi ini adalah dengan meningkatkan produktivitas serta
efisiensi biaya dibandingkan harus menutupnya.