Faktor-faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dewasa ini kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan
kematian terbesar pada abad ini. Secara umum kanker dapat menyerang hampir setiap
bagian tubuh manusia, diantara kemungkinan yang paling besar terkena kanker
adalah sistem reproduksi wanita, salah satunya adalah leher rahim. Kanker leher
rahim

(kanker

serviks)

merupakan

penyakit

keganasan


ginekologik

yang

menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara berkembang.
Kanker ini mulai ditemukan di usia 25-34 tahun dan puncaknya pada usia 45-54
tahun (Kusuma, 2004).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 penyakit kanker
serviks menempati urutan teratas di antara berbagai jenis kanker penyebab kematian
pada perempuan di dunia, terdapat 490.000 perempuan didunia setiap tahun
didiagnosa terkena kanker serviks, 240.000 diantaranya mengalami kematian. Setiap
1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena
kanker serviks (Yayasan Kanker Indonesia, 2012).
Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun
2008 negara-negara dengan kasus kanker serviks tertinggi adalah Afrika Barat (30 per
100-000), Afrika Selatan (26,8 per 100.000), Asia Tengah (24,6 per 100.000),
Amerika Selatan dan Afrika Tengah (masing-masing 23,9 dan 23,0 per 100.000).

1


2

Negara dengan kasus kanker serviks terendah adalah Asia Barat, Amerika Utara dan
Australia (6 per 100.000). Secara keseluruhan angka kematian yang disebabkan oleh
kanker serviks mencapai 275.000 (52%) dan 88% diantaranya terjadi di negara
berkembang yaitu 53.000 di Afrika, 31.700 di Amerika Latin dan Karibia, dan
159.800 terjadi di Asia (Globocan,2008).
Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan kedua dari segi jumlah
penderita kanker pada perempuan namun sebagai penyebab kematian masih
menempati peringkat pertama terutama dalam stadium lanjut (Ocviyanti dan
Handoko, 2013). Diagnosis kangker serviks pada stadium lanjut merupakan penyebab
utama peningkatan morbiditas dan mortalitas (Nadia, 2007).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2008 di Indonesia diperkirakan setiap
harinya ada 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam
diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks (YKI, 2012).
Data registrasi kanker ginekologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (2003)
menunjukkan kanker serviks menduduki peringkat pertama (66%). Di Rumah Sakit
Kanker Dharmais Jakarta (1995-2000) tercatat kanker serviks merupakan proporsi
tertinggi 30,69% (998 kasus) dari sepuluh jenis kanker terbanyak pada perempuan.

Berdasarkan data dari Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Aceh terdapat
kasus kanker serviks yang masih mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun
2011 wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan pap smear 54 orang
yang terdeteksi kanker serviks 22 (40,74 %), meninggal 2 orang meninggal. Pada

3

tahun 2012 WUS yang melakukan pemeriksaan pap smear 153 orang yang
terdeteksi kanker serviks 102 orang (66,66 %). Pada tahun 2013 wanita yang
melakukan pemeriksaan pap smear 207 orang yang terdeteksi kanker serviks 160
orang (77,29 %) (Medical Record RSUDZA Banda Aceh 2014).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dokter
Zainoel Abidin Banda Aceh terhadap kepala ruangan Poli Kebidanan terdeteksinya
peningkatan kasus kanker servik di Aceh hal ini terjadi karena wanita usia subur yang
mengalami kanker servik tersebut sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan
pap smear dan baru datang untuk memeriksakan diri setelah adanya keluhan seperti
keputihan yang banyak, nyeri dan keluar darah setelah melakukan hubungan seksual.
Kondisi ini disebabkan oleh kehidupan sosial masyarakat di Aceh pada umumnya
menganggap hal tersebut kurang pantas apabila berkaitan dengan pemeriksaan

genetalia yang sifatnya pribadi dan rahasia.
Seringnya terjadi keterlambatan dalam diagnosa dan pengobatan pada stadium
lanjut mengakibatkan banyaknya penderita kanker serviks meninggal dunia, padahal
kanker serviks dapat diobati jika belum mencapai stadium lanjut, tentunya dengan
mengetahui terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak dengan menggunakan
beberapa metode deteksi dini, antara lain metode Pap Smear (YKI, 2012).
Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan-perubahan
prakanker yang mungkin terjadi pada serviks. Uji ini bisa dilakukan pada semua
wanita yang berusia antara 20 sampai 64 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai
90 % kasus kanker serviks secara akurat dan biaya yang tidak terlalu mahal,

4

dilakukan secara mudah dan cepat. Pap smear dapat menurunkan angka kematian
karena kanker serviks sampai lebih dari 50 % (Indrawati, 2009).
WHO merekomendasikan semua wanita yang telah menikah atau telah
berhubungan seksual untuk menjalani pemeriksaan pap smear minimal setahun
sekali. Namun minimnya kesadaran masyarakat Indonesia terutama perempuan akan
kanker maka peringkat kanker serviks menduduki peringkat pertama (Kusuma, 2004).
Kendala yang selama ini ditemukan dalam usaha skrining kanker serviks ialah

keengganan wanita diperiksa karena malu, kerepotan, keraguan akan pentingnya
pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, takut terhadap
kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada saat
pemeriksaan, tidak diizinkan suami serta rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau
pun bidan dan kurangnya dukungan keluarga terutama suami (Rahma, 2011)
Saat ini diperkirakan baru sekitar 5% wanita yang mau melakukan deteksi dini
terhadap kanker serviks, mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada
stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian. Padahal di Indonesia sudah
banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas deteksi dini seperti di rumah
sakit, praktek dokter spesialis kandungan, tetapi angka morbiditas dan mortalitas
akibat kanker serviks ini masih tinggi (Wilopo, 2010).
Di Indonesia pada umumnya penderita kanker serviks baru berobat setelah
stadium lanjut sehingga lebih sukar diatasi. Hal tersebut mungkin karena kesadaran
wanita dalam melakukan pap smear secara teratur masih rendah, juga karena
rendahnya tingkat pendidikan, terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya

5

kanker, tidak adanya motivasi, tanda-tanda dini dari kanker, faktor-faktor resiko
terkena kanker, cara penanggulangannya secara benar serta membiasakan diri dengan

pola hidup sehat (Kusuma, 2004).
Aziz (2006) mengatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan ibu tentang
kanker servik akan membentuk sikap positif terhadap rendahnya deteksi dini kanker
servik. Hal ini juga merupakan faktor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks. Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki wanita usia subur tersebut
akan menimbulkan kepercayaan ibu tentang deteksi dini kanker serviks.
Penelitian Nadia di Departemen Patologi Anatomi RSCM (2007), penemuan
kanker serviks pada stadium awal berhubungan dengan kesempatan untuk
mendapatkan terapi yang berhasil. Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium awal,
sembilan dari sepuluh perempuan bertahan hidup 5 tahun setelah diagnosa ditegakkan
dengan angka harapan hidup 90%. Namun jika kanker serviks baru didiagnosis
setelah mencapai stadium lanjut, angka harapan hidup 5 tahun pasien tersebut akan
menurun menjadi satu diantara empat perempuan dengan angka harapan hidup
hanyalah 41,5%. Menurut Diananda (2008), Kanker pada stadium lanjut mempunyai
tingkat proliferasi yang lebih cepat dan waktu pembelahan yang lebih singkat.
Penelitian Rahma (2011) di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas terhadap 100 responden menunjukkan bahwa dari 43
responden yang berpendidikan dasar sebagian besar mempunyai minat yang rendah
yaitu 21 orang (43,8%), dari 33 responden yang berpendidikan menengah sebagian
besar mempunyai minat dalam kategori sedang yaitu 22 orang (66,7%), sedangkan


6

dari 19 responden yang berpendidikan tinggi hanya 7 orang (36,8%) yang
mempunyai minat. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan minat WUS (Wanita Usia Subur) dalam
melakukan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan pulasan Asam asetat).
Penelitian yang dilakukan oleh Hasbiah M (2004) di Poltekes Palembang
Tahun 2004, dimana hasil distribusi responden berdasarkan pengetahuan terdapat 58
orang (65,2%) memiliki pengetahuan tinggi dan dari jumlah tersebut mempunyai
prilaku baik terhadap pemeriksaaan Pap smear terdapat 20 responden (34,5%).
Distribusi responden berdasarkan motivasi menunjukkan ada 34 responden (38,2%)
yang memiliki motivasi tinggi dan dari jumlah tersebut yang mempunyai perilaku
baik terhadap pemeriksaan pap smear sejumlah 18 responden (52,9%). Hasil uji
Chi Square didapat nilai p = 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan bermakna antara
motivasi dengan prilaku pemeriksaan pap smear. Distribusi responden berdasarkan
dukungan suami adalah sebanyak 48 responden (53,9%) yang memiliki dukungan
suami yang cukup, secara statistik ada hubungan yang bermakna antara dukungan
suami dengan perilaku pemeriksaan pap smear.
Permasalahan pada wanita saat ini adalah masih rendahnya kesadaran wanita

usia subur yang melakukan pemeriksaan pap smear karena kurangnya pengetahuan
dan cara pencegahan penyakit kanker serviks sehingga kasus kanker serviks
meningkat secara terus menerus. Penyakit ini merupakan pembunuh nomor satu
perempuan, dapat menyerang semua lapisan masyarakat, tidak mengenal usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan maupun status sosial. Deteksi dini kanker serviks dengan

7

pemeriksaan pap smear dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks pada
wanita.

1.2. Perumusan masalah
Seringnya terjadi keterlambatan dalam diagnosa dan pengobatan pada stadium
lanjut sehingga peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang
memengaruhi wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit
Umum Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di Rumah Sakit

Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2014.
1.3.1 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.3.1. Pengaruh pendidikan wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di
RSUDZA Banda Aceh tahun 2014.
1.3.2. Pengaruh pengetahun wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di
RSUDZA Banda Aceh tahun 2014.
1.3.3. Pengaruh pekerjaan wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di
RSUDZA Banda Aceh tahun 2014.
1.3.4. Pengaruh motivasi wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di
RSUDZA Banda Aceh tahun 2014.

8

1.3.5. Pengaruh budaya wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di
RSUDZA Banda Aceh tahun 2014.
1.3.6. Pengaruh dukungan suami wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di
RSUDZA Banda Aceh tahun 2014.

1.4. Hipotesis

Terdapat pengaruh pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, motivasi, budaya dan
dukungan suami wanita usia subur dalam pemeriksaan pap smear di RSUDZA Banda
Aceh tahun 2014

1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1.5.1. Sebagai masukan informasi bagi RSUDZA Banda Aceh agar dapat membuat
program/pengembangan program pelayanan kesehatan reproduksi wanita
khususnya yang berkaitan dengan deteksi dini kanker serviks sehingga
sosialisasi upaya-upaya deteksi penyakit kanker serviks dapat menjangkau
wanita secara luas.
1.5.2. Sebagai masukan bagi petugas kesehatan agar meningkatkan dan melakukan
sosialisasi pada pasangan usia subur untuk melaksanakan deteksi dini secara
intensif terhadap kanker alat reproduksi dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan wanita.

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA USIA SUBUR DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2010.

0 0 5

Faktor-faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014

0 0 19

Faktor-faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014

0 0 2

Faktor-faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014

0 0 26

Faktor-faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014

0 0 4

Faktor-faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014

0 0 24

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 16

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 2

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 9

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Wanita Usia Subur Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Desa Sembahe Wilayah Kerja Puskesmas Sibolangit Tahun 2017

0 0 18