PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRASARANA PERIKANAN SAMUDERA

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 1990
TENTANG
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRASARANA PERIKANAN SAMUDERA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan t elah selesainya pembangunan beberapa pelabuhan
perikanan,
diperlukan adanya suat u badan usaha unt uk
menyelenggarakan pengurusan pelabuhan-pelabuhan perikanan
t ersebut
berdasarkan
prinsip
ekonomi
sesuai
perat uran
perundang-undangan yang berlaku;
b. bahwa badan usaha yang dipandang sesuai unt uk mengurus
pelabuhan perikanan t ersebut adalah bent uk Perusahaan Umum

sebagaimana di maksud dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969;
c. bahwa berdasarkan pert imbangan t ersebut di at as, dipandang perlu
membent uk Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana Perikanan
Samudera dengan Perat uran Pemerint ah;
Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 19 Prp. Tahun 1960 t ent ang Perusahaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1989);
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran
Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang
Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
16,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
2890) menj adi
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang Perikanan (Lembaran


2

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2

-

Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3299);
5. Perat uran Pemerint ah Nomor 3 Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawat an (PERJAN),
Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983
Nomor 37);

6. Perat uran Pemerint ah Nomor 11 Tahun 1983 t ent ang Pembinaan
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3251);
MEMUTUSKAN:
Menet apkan :
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM)
PRASARANA PERIKANAN SAMUDERA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.

Pemerint ah adalah Pemerint ah Republik Indonesia.
Presiden adalah Presiden Republik Indonesia.
Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab di bidang perikanan.
Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal yang bert anggung j awab di bidang

perikanan dilingkungan Depart emen Pert anian.

3

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.

12.


13.

3

-

Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana Perikanan Samudera.
Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana Perikanan Samudera.
Direkt ur Ut ama adalah Direkt ur Ut ama Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana
Perikanan Samudera.
Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana
Perikanan Samudera.
Pegawai adalah pegawai pada Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana Perikanan
Samudera.
Pembinaan adalah kegiat an unt uk memberikan pedoman bagi Perusahaan dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dengan maksud
agar Perusahaan dapat melaksanakan t ugas dan f ungsinya secara berdaya guna
dan berhasil guna sert a dapat berkembang dengan baik.
Pengawasan adalah seluruh proses kegiat an penilaian t erhadap Perusaha an
dengan t uj uan agar Perusahaan dapat melaksanakan t ugas dan f ungsinya dengan

baik, dan berhasil mencapai t uj uan yang t elah dit et apkan.
Pemeriksaan adalah kegiat an unt uk menilai Perusahaan dengan cara
membandingkan ant ara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan maupun dalam bidang t eknis
operasional.
Pengelolaan Perusahaan adalah kegiat an perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian Perusahaan sesuai dengan pembinaan yang
digariskan oleh Ment eri.
BAB II
PENDIRIAN PERUSAHAAN
Pasal 2

Dengan Perat uran Pemerint ah ini didirikan Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana
Perikanan Samudera, sesuai ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 9 Tahun 1969.

4

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA


-

4

-

BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN
Bagian Pert ama
Umum
Pasal 3
(1) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah badan usaha yang diberi
t ugas dan wewenang unt uk menyelenggarakan pengusahaan pelabuhan-pelabuhan
perikanan :
a. Pelabuhan Perikanan Samudera di Jakart a.
b. Pelabuhan Perikanan Nusant ara di Pekalongan - Jawa Tengah.
c. Pelabuhan Perikanan Nusant ara di Belawan - Sumat era Ut ara.
d. Pelabuhan Perikanan Nusant ara di Brondong - Jawa Timur.
e. Pelabuhan Perikanan Pant ai di Lampulo - Daerah Ist imewa Aceh.

f . Pelabuhan Perikanan Pant ai di Pemangkat - Kalimant an Barat .
g. Pelabuhan Perikanan Pant ai di Banj armasin - Kalimant an Selat an.
h. Pelabuhan Perikanan Pant ai di Tarakan - Kalimant an Timur.
i. Pelabuhan Perikanan Pant ai di Prigi - Jawa Timur.
j . Pelabuhan-pelabuhan Perikanan lainnya yang akan dit et apkan kemudian dengan
Keput usan Presiden.
(2) Perusahaan melakukan usaha-usahanya berdasarkan ket ent uan-ket ent uan dalam
Perat uran Pemerint ah ini dan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3) Dengan t idak mengurangi ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini t erhadap
Perusahaan berlaku Hukum Indonesia.

5

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

5


-

Bagian Kedua
Tempat Kedudukan
Pasal 4
(1) Perusahaan bert empat kedudukan dan berkant or pusat di Jakart a.
(2) Perubahan t empat kedudukan dan kant or pusat Perusahaan dit et apkan oleh
Presiden at as usul Ment eri.
(3) Dalam rangka pengembangan Perusahaan dapat mengadakan sat uan organisasi
pelaksana yang dit et apkan Direksi set elah mendapat perset uj uan Ment eri.
Bagian Ket iga
Sif at , Maksud dan Tuj uan
Pasal 5
(1) Sif at usaha dari Perusahaan yait u menyediakan pelayanan bagi kemanf aat an
umum dan sekaligus memupuk keunt ungan berdasarkan prinsip pengelolaan
Perusahaan.
(2) Maksud dan t uj uan Perusahaan adalah :
a. unt uk meningkat kan pendapat an masyarakat nelayan melalui penyediaan dan
perbaikan sarana dan/ at au prasarana pelabuhan perikanan;
b. unt uk mengembangkan wiraswast a perikanan sert a unt uk merangsang dan/ at au

mendorong usaha indust ri perikanan dan pemasaran hasil perikanan,
c. unt uk memperkenalkan dan mengembangkan t eknologi pengolahan hasil
perikanan dan sist em rant ai dingin dalam perdagangan dan dist ribusi di bidang
perikanan.

6

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

Bagian Keempat
Lapangan Usaha
Pasal 6
Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan t erj aminnya keselamat an kekayaan

negara, Perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :
a.

b.
c.
d.
c.
f.

melaksanakan usaha pelayanan umum bidang kegiat an prasarana perikanan
dengan berpedoman pada prinsip-prinsip ekonomi
dan mengindahkan
kepent ingan-kepent ingan masyarakat dan negara;
menyediakan f asif it as-f asilit as yang ada kait annya dengan program pemerint ah
dalam mengembangkan indust ri perikanan di Indonesia;
membangun, memelihara dan mengusahakan dermaga unt uk bert ambat , bongkar
muat ikan;
j asa t erminal;
membant u mengat asi masalah-masalah yang dihadapi nelayan/ kapal yang
berkait an dengan sarana at au prasarana pelabuhan perikanan;
melakukan kegiat an lain yang dapat menunj ang t ercapainya maksud dan t uj uan
Perusahaan yang dit et apkan dengan perset uj uan Ment eri.
Bagian Kelima
Modal
Pasal 7

(1) Modal perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari Anggaran
Pendapat an dan Belanj a Negara dan t idak t erbagi at as saham-saham.
(2) Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh kekayaan Negara
yang t ert anam dalam pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) berdasarkan penet apan Ment eri Keuangan sesuai dengan hasil perhit ungan

7

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

yang dilakukan bersama oleh Depart emen Pert anian dan Depart emen Keuangan.
(3) Set iap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan,
dilakukan dengan Perat uran Pemerint ah.
(4) Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang dibent uk dan dipupuk
secara int ern menurut ket ent uan dalam Pasal 53.
(5) Perusahaan t idak mengadakan cadangan diam at au cadangan rahasia.
(6) Semua alat -alat liquid (liquide) yang t idak segera diperlukan oleh Perusahaan
disimpan dalam bank milik Negara yang diset uj ui oleh Ment eri.
Pasal 8
(1) Pembelanj aan unt uk invest asi yang dilaksanakan Perusahaan dapat berasal dari :
a. dana int ern Perusahaan;
b. penyert aan Negara melalui Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara;
c. pinj aman dari dalam dan/ at au luar negeri;
d. sumber-sumber lainnya yang sah.
(2) Anggaran invest asi diaj ukan dalun anggaran Perusahaan, sedangkan apabila
anggaran invest asi diaj ukan pada masa t ahun buku yang bersangkut an, maka
anggaran invest asi diaj ukan bersamaan dengan anggaran t ahunan at au perubahan
anggaran Perusahaan yang pengaj uannya dilakukan sesuai dengan t at a cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
Pasal 9
(1) Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana yang diperoleh unt uk
mengembangkan usahanya melalui pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah
lainnya.

8

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

(2) Pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah lainnya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), t ermasuk ket ent uan-ket ent uan yang berhubungan dengan it u, diat ur
dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 10
Set iap kegiat an penyerahan, pemindaht anganan, pembebanan, penghapusan akt iva
t et ap, penerimaan pinj aman j angka menengah/ panj ang, pemberian pinj aman dalam
bent uk dan cara apapun, t idak menagih lagi, menghapuskan dari pembukuan piut ang
dan persediaan barang dapat dilakukan oleh Direksi at as izin Ment eri, set elah Ment eri
mendapat perset uj uan t erlebih dahulu dari Ment eri Keuangan.
Pasal 11
Pembebanan t ugas t ambahan kepada Perusahaan diluar t ugas pokoknya yang
menimbulkan akibat keuangan t erhadap anggaran Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri
set elah mendapat perset uj uan dari Ment eri Keuangan.
Bagian Keenam
Pimpinan, Pembinaan dan Pengelolaan
Pasal 12
Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh Direksi yang t erdiri dari seorang Direkt ur
Ut ama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat ) orang Direkt ur sesuai dengan bidangnya.
Pasal 13
(1) Pembinaan t erhadap Perusahaan dilakukan oleh Ment eri, yang dalam
pelaksanaannya dibant u oleh Direkt ur Jenderal berdasarkan ket ent uan yang
dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.
(2) Direksi

at au

Direkt ur

Ut ama

unt uk

dan

at as

nama

Direksi

menerima

9

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

pet unj uk-pet unj uk dari dan bert anggung j awab kepada Ment eri t ent ang
kebij aksanaan umum unt uk menj alankan t ugas-t ugas pokok perusahaan dan
hal-hal lain yang dianggap perlu.
(3) Pelaksanaan t anggung j awab administ rat if f ungsional Perusahaan sebagai Badan
Usaha Milik Negara t erhadap pemerint ah, dalam hal ini Ment eri dan Ment eri
Keuangan, dilakukan oleh Direkt ur Ut ama at as nama Direksi.
Pasal 14
Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :
a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

memimpin, mengurus, dan mengelola Perusahaan sesuai dengan maksud dan
t uj uan dengan senant iasa berusaha meningkat kan daya guna dan hasil guna dari
Perusahaan;
menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan;
mewakili Perusahaan di dalam dan di luar pengadilan;
melaksanakan kebij aksanaan umum dalam mengurus Perusahaan yang t elah
digariskan oleh Ment eri;
menet apkan kebij aksanaan Perusahaan sesuai dengan kebij aksanaan umum yang
dit et apkan oleh Ment eri;
menyiapkan pada wakt unya rencana kerj a t ahunan Perusahaan lengkap dengan
anggaran keuangan;
mengadakan dan memelihara t at a buku dan administ rasi Perusahaan sesuai
dengan kelaziman yang berlaku bagi suat u Perusahaan;
menyiapkan susunan organisasi Perusahaan lengkap dengan perincian t ugasnya;
mengangkat dan memberhent ikan pegawai sesuai dengan perat uran kepegawaian
yang berlaku bagi Perusahaan;
menet apkan gaj i, pensiun/ j aminan hari t ua dan penghasilan lain bagi pegawai
sert a mengat ur semua hal kepegawaian lainnya dari pada pegawai, sesuai dengan
ket ent uan-ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku;

10

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

k.

l.

10

-

memberikan segala ket erangan t ent ang keadaan dan j alannya Perusahaan baik
dalam bent uk laporan t ahunan, maupun laporan berkala menurut cara dan wakt u
yang dit ent ukan dalam Perat uran Pemerint ah ini sert a set iap kali dimint a oleh
Ment eri;
menj alankan kewaj iban-kewaj iban lainnya berdasarkan pet unj uk Ment eri.
Pasal 15

(1) Dalam menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan :
a. Direkt ur Ut ama berhak dan berwenang bert indak at as nama Direksi;
b. Para Direkt ur berhak dan berwenang bert indak at as nama Direksi
masing-masing unt uk bidangnya dalam bat as-bat as yang dit ent ukan dalam
perat uran t at a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi.
(2) Apabila Direkt ur Ut ama berhalangan t et ap menj alankan pekerj aannya at au
apabila j abat an it u t erluang dan penggant inya belum diangkat at au belum
memangku j abat annya, maka j abat an Direkt ur Ut ama dipangku oleh Direkt ur yang
t ert ua dalam masa j abat an berdasarkan penunj ukan sement ara Ment eri,
dan
apabila Direkt ur dimaksud t idak ada at au berhalangan t et ap, maka j abat an
t ersebut dipangku oleh Direkt ur lain berdasarkan penunj ukan sement ara Ment eri,
keduanya dengan kekuasaan dan wewenang Direkt ur Ut ama.
(3) Apabila semua anggot a Direksi berhalangan t et ap menj alankan pekerj aannya at au
j abat an Direksi t erluang seluruhnya dan belum diangkat penggant inya at au belum
memangku j abat annya, maka unt uk sement ara wakt u pimpinan dan pengurusan
Perusahaan dij alankan oleh seorang Pej abat Direksi yang dit unj uk oleh Ment eri.
(4) Dalam menj alankan t ugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf c, Direksi dapat melaksanakannya sendiri at au menyerahkan kekuasaan
t ersebut kepada :
a. Seorang at au beberapa orang anggot a Direksi, at au;
b. Seorang at au beberapa orang Pegawai baik sendiri maupun bersama-sama,

11

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

at au;
c. Orang at au badan lain, yang khusus dit unj uk unt uk hal t ersebut .
(5) Tat a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diat ur dalam perat uran yang dit et apkan oleh Direksi dengan
perset uj uan Ment eri.
(6) Gaj i, t unj angan, emolumen dan penghasilan lain dari para anggot a Direksi,
dit et apkan oleh Ment eri, dengan memperhat ikan ket ent uan-ket ent uan yang
berlaku.
Pasal 16
(1) Anggot a Direksi diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden at as usul Ment eri
set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2) Anggot a Direksi diangkat unt uk masa 5 (lima) t ahun dan set elah masa j abat annya
berakhir dapat diangkat kembali.
(3) Dalam hal-hal t ersebut dibawah ini, Presiden at as usul Ment eri dapat
memberhent ikan seluruh at au salah seorang anggot a Direksi meskipun masa
j abat annya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) belum berakhir karena :
a.
b.
c.
d.
e.

mut asi j abat an unt uk kepent ingan Perusahaan dan Negara;
at as permint aan sendiri;
melakukan perbuat an at au sikap yang merugikan Perusahaan;
melakukan t indakan at au sikap yang bert ent angan dengan kepent ingan Negara,
cacat f isik at au ment al yang mengakibat kan t idak dapat melaksanakan
t ugasnya;
f . meninggal dunia;
g. t idak cukup cakap at au t ernyat a t idak melaksanakan t ugasnya dengan baik;
h. t idak melaksanakan ket ent uan-ket ent uan dalam anggaran dasar Perusahaan.

12

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

(4) Pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf c dan
huruf d, j ika merupakan suat u pelanggaran t erhadap perat uran hukum pidana,
merupakan pemberhent ian t idak dengan hormat .
(5) Sebelum pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
huruf c dan huruf d dilakukan, kepada anggot a Direksi yang bersangkut an diberi
kesempat an unt uk membela diri secara t ert ulis yang dit uj ukan kepada Ment eri,
yang harus dilaksanakan dalam wakt u 1 (sat u) bulan set elah anggot a Direksi yang
bersangkut an diberit ahukan oleh Ment eri t ent ang rencana pemberhent ian it u.
(6) Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum diput us, maka
Ment eri dapat memberhent ikan unt uk sement ara wakt u anggot a Direksi yang
bersangkut an.
(7) Jika dalam wakt u 2 (dua) bulan set elah memberhent ikan anggot a Direksi yang
bersangkut an berdasarkan ket ent uan ayat (4) belum diperoleh keput usan
mengenai pemberhent ian anggot a Direksi t ersebut , maka pemberhent ian
sement ara it u menj adi bat al dan anggot a Direksi bersangkut an dapat segera
menj alankan j abat annya lagi, kecuali bilamana unt uk keput usan pemberhent ian
t ersebut diperlukan keput usan pengadilan dalam hal it u harus diberit ahukan
kepada yang bersangkut an.
Pasal 17
(1) Anggot a Direksi adalah Warga Negara Indonesia.
(2) Anggot a Direksi diangkat berdasarkan syarat -syarat kemampuan dan keahlian
dalam bidang pengelolaan Perusahaan, memiliki penget ahuan dan pengalaman
yang diperlukan unt uk memimpin suat u Perusahaan yang bergerak dalam bidang
prasarana perikanan, mempunyai akhlak dan moral yang baik sert a memenuhi
syarat -syarat lainnya yang diperlukan unt uk menunj ang kemaj uan Perusahaan
yang dipimpinnya.
(3) Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara penuh pada t ugas,

13

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

kewaj iban dan pencapaian t uj uan diadakannya Perusahaan.
Pasal 18
(1) Ant ara para anggot a Direksi t idak boleh ada hubungan keluarga sampai deraj at
ket iga baik menurut garis lurus maupun garis kesamping t ermasuk menant u dan
ipar, kecuali j ika diizinkan Presiden.
(2) Jika sesudah pengangkat an, mereka memasuki hubungan kekeluargaan yang
t erlarang it u, maka unt uk dapat melanj ut kan j abat annya, diperlukan izin t ert ulis
dari Presiden.
(3) Anggot a Direksi t idak boleh mempunyai kepent ingan pribadi, baik langsung
maupun t idak langsung dalam suat u perkumpulan/ Perusahaan lain yang
berusaha/ bert uj uan mencari laba.
(4) Anggot a Direksi t idak dibenarkan memangku j abat an rangkap sebagaimana
t ersebut dibawah ini :
a. Direkt ur Ut ama dan Direkt ur pada badan usaha milik negara lainnya at au
perusahaan swast a, at au j abat an lain yang berhubungan dengan pengelolaan
Perusahaan;
b. Jabat an st rukt ural dan f ungsional lainnya dalam Inst ansi/ Lembaga Pemerint ah
Pusat / Daerah;
c. Jabat an-j abat an lainnya, berdasarkan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
Bagian Ket uj uh
Rencana Kerj a dan Anggaran Perusahaan
Pasal 19
(1) Selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sebelum t ahun buku mulai berlaku, Direksi

14

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

mengirimkan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan yang meliput i anggaran
invest asi dan anggaran eksploit asi kepada Ment eri unt uk memperoleh
pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan Ment eri
Keuangan.
(2) Kecuali apabila Ment eri secara t ert ul is mengemukakan keberat an at au menolak
kegiat an yang dimuat dalam rencana kerj a dan anggaran Perusahaan sebelum
menginj ak t ahun buku baru, maka anggaran t ersebut berlaku sepenuhnya.
(3) Rencana kerj a dan/ at au anggaran t ambahan at au perubahan anggaran yang
t ert era didalam t ahun buku yang bersangkut an harus diaj ukan t erlebih dahulu
kepada Ment eri, menurut cara dan wakt u yang dit et apkan oleh Ment eri, unt uk
memperoleh pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan
Ment eri Keuangan.
(4) Apabila dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah permint aan perset uj uan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diaj ukan, oleh Ment eri t idak diberikan keberat an secara
t ert ulis, maka perubahan rencana kerj a dan anggaran t ersebut dianggap t elah
disahkan.
(5) Rencana kerj a dan/ at au anggaran Perusahaan yang t elah disahkan merupakan
landasan kerj a dan menj adi t ugas bagi Direksi unt uk melaksanakan kegiat an yang
t ercant um didalamnya.
Pasal 20
(1) Semua pembiayaan dalam rangka pelaksanaan t ugas Sat uan Pengawasan Int ern,
Dewan Pengawas sert a t enaga ahli, dibebankan kepada Perusahaan dan secara
j elas dianggarkan dalam anggaran Perusahaan.
(2) Perusahaan
dilarang
membiayai
pengeluaran
yang
dilakukan
oleh
Depart emen/ Inst ansi yang membina dan mengawasi Perusahaan dalam rangka
pembinaan dan pengawasan Perusahaan.

15

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Bagian Kedelapan
Tar i f
Pasal 21
At as usul Direksi, Ment eri menet apkan t arif bagi j asa dan f asilit as-f asilit as t ert ent u
sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kesembilan
Sist em Akunt ansi
Pasal 22
Tahun Buku Perusahaan adalah t ahun t akwim, kecuali j ika dit et apkan lain oleh
Ment eri.
Pasal 23
(1) Set iap perubahan baik yang diakibat kan oleh t ransaksi maupun oleh kej adian lain
dalam Perusahaan yang mempengaruhi akt iva, hut ang, modal, biaya, dan
pendapat an harus dibukukan at as dasar sat u sist em akunt ansi yang dapat
dipert anggungj awabkan.
(2) Sist em akunt ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dan dilaksanakan
oleh Direksi agar dapat berj alan dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip
pengendalian int ern, t erut ama pemisahan f ungsi pengurusan, pencat at an,
penyimpanan dan pengawasan.
(3) Dalam rangka pemeriksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
menilai sist em yang dit et apkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
bilamana perlu memberikan pet unj uk sert a saran penyempurnaan.

16

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

Bagian Kesepuluh
Pengawasan
Pasal 24
(1) Ment eri melakukan pengawasan umum at as j alannya Perusahaan.
(2) Pada Perusahaan dibent uk Dewan Pengawas yang bert anggung j awab kepada
Ment eri.
(3) Dewan Pengawas bert ugas unt uk melaksanakan pengawasan t erhadap pengelolaan
Perusahaan t ermasuk pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan.
(4) Dewan Pengawas melaksanakan t ugas, wewenang dan t anggung j awabnya sesuai
dengan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku t erhadap Perusahaan dan menj alankan
keput usan-keput usan dan pet unj uk-pet unj uk dari Ment eri.
Pasal 25
Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya berkewaj iban :
a.

memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri melalui Direkt ur Jenderal
mengenai rancangan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan, sert a
perubahan/ t ambahannya, laporan-laporan lainnya dari Direksi;

b.

mengawasi pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan sert a
menyampaikan hasil penilainnya kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direksi
dan Direkt ur Jenderal;

c.

mengikut i perkembangan kegiat an Perusahaan, dan dalam hal Perusahaan
menunj ukkan gej ala kemunduran, segera melaporkannya kepada Ment eri dengan
t embusan kepada Direkt ur Jenderal, dengan disert ai saran mengenai langkah
perbaikan yang harus dit empuh;

17

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

d.

memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri dengan t embusan kepada
Direkt ur Jenderal dan kepada Direksi mengenai set iap masalah lainnya yang
dianggap pent ing bagi pengelolaan Perusahaan;

e.

memberikan laporan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan secara berkala
(t riwulan dan t ahunan) sert a pada set iap wakt u yang diperlukan mengenai
perkembangan Perusahaan dan hasil pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas;

f.

melakukan t ugas-t ugas pengawasan lain yang dit ent ukan oleh Ment eri.
Pasal 26

Dalam pelaksanaan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Dewan
Pengawas waj ib memperhat ikan :
a.

pedoman dan pet unj uk-pet unj uk Ment eri dengan senant iasa memperhat ikan
ef isiensi Perusahaan;

b.

ket ent uan dalam perat uran pendirian Perusahaan sert a ket ent uan perat uran
perundang-undangan yang berlaku;

c.

pemisahan t ugas pengawasan dengan t ugas pengurusan
merupakan t ugas dan t anggung j awab Direksi.

Perusahaan

yang

Pasal 27
Dalam melaksanakan t ugas dan kewaj iban Dewan Pengawas mempunyai wewenang
sebagai berikut :
a.

melihat buku-buku dan surat -surat sert a dokumen-dokumen lainnya, memeriksa
keadaan kas (unt uk keperluan verif ikasi) dan memeriksa kekayaan Perusahaan;

b.

memasuki

pekarangan-pekarangan,

gedung-gedung

dan

kant or-kant or

yang

18

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

dipergunakan oleh Perusahaan;
c.

memint a penj elasan-penj elasan dari pimpinan Perusahaan mengenai persoalan
yang menyangkut pengelolaan Perusahaan;

d.

memint a Direksi dan/ at au pej abat lainnya dengan sepenget ahuan Direksi unt uk
menghadiri rapat Dewan Pengawas;

e.

menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan t erhadap hal-hal
yang dibicarakan;

f.

melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diat ur dalam perat uran
pendirian Perusahaan.
Pasal 28

(1) Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (t iga) bulan sekali dan
sewakt u-wakt u apabila diperlukan.
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan Perusahaan sesuai dengan t ugas pokok, f ungsi dan hak sert a
kewaj ibannya.
(3) Keput usan rapat Dewan Pengawas diambil at as dasar musyawarah unt uk muf akat .
(4) Unt uk set iap rapat dibuat risalah rapat .
Pasal 29
Unt uk membant u kelancaran pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas, Ment eri dapat
mengangkat seorang Sekret aris at as beban Perusahaan.

19

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

Pasal 30
(1) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 t erdiri dari unsur-unsur
Pej abat Depart emen Pert anian, Depart emen
Keuangan
dan
Depart emen/ Inst ansi lain yangkegiat annya berhubungan dengan Perusahaan at au
pej abat lain yang diusulkan oleh Ment eri dengan memperhat ikan pert imbangan
Ment eri Keuangan.
(2) Salah seorang anggot a Dewan Pengawas diangkat sebagai Ket ua Dewan t ersebut .
Pasal 31
(1) Anggot a Dewan Pengawas diangkat dari t enaga yang mempunyai dedikasi,
dipandang cakap, dan mempunyai kemampuan unt uk menj alankan kebij aksanaan
Ment eri mengenai pembinaan dan pengawasan Perusahaan.
(2) Disamping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggot a Dewan Pengawas
t idak dibenarkan memiliki kepent ingan yang bert ent angan dengan at au
mengganggu kepent ingan Perusahaan.
Pasal 32
(1) Anggot a Dewan Pengawas berj umlah sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan
sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang t erdiri dari Ket ua dan anggot a Dewan.
(2) Ket ua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggot a Dewan Pengawas
bert anggung j awab at as pelaksanaan pengawasan kepada Ment eri dan/ at au
Ment eri Keuangan.
Pasal 33
(1) Masa j abat an Ket ua dan anggot a Dewan Pengawas ialah 3 (t iga) t ahun.
(2) Anggot a Dewan Pengawas set elah selesai masa j abat annya sebagaimana dimaksud

20

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

dalam ayat (1) dapat diangkat kembali dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.
Pasal 34
(1) Pengangkat an dan pemberhent ian anggot a Dewan Pengawas dilakukan oleh
Presiden at as usul Ment eri set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2) Apabila Ment eri berpendapat bahwa anggot a-anggot a at au salah seorang anggot a
Dewan Pengawas set elah menj abat beberapa wakt u t ernyat a t idak at au t idak
dapat menj alankan t ugasnya dengan baik, maka Ment eri dapat mengusulkan
pemberhent iannya kepada Presiden.
Pasal 35
Jika dianggap perlu Dewan Pengawas
memperoleh bant uan t enaga ahli.

dalam

melaksanakan

t ugasnya

dapat

Pasal 36
Anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan merangkap j abat an lain pada badan usaha
swast a yang dapat menimbulkan pert ent angan kepent ingan secara langsung maupun
t idak langsung dengan kepent ingan Perusahaan.
Pasal 37
(1) Pengawasan Int ern Perusahaan dilakukan oleh Sat uan Pengawasan Int ern.
(2) Sat uan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang kepala yang bert anggungj awab
kepada Direkt ur Ut ama.
Pasal 38
(1) Sat uan Pengawasan Int ern bert ugas membant u Direkt ur Ut ama dalam mengadakan

21

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

penilaian at as sist em pengendalian pengelolaan (manaj emen) dan pelaksanaannya
pada Perusahaan dan memberikan saran-saran perbaikannya.
(2) Direksi menggunakan pendapat dan saran Sat uan Pengawasan Int ern sebagai bahan
unt uk melaksanakan penyempurnaan pengelolaan (manaj emen) Perusahaan yang
baik dan dapat dipert anggungj awabkan.
Pasal 39
Dalam pelaksanaan t ugasnya, Sat uan Pengawasan Int ern waj ib menj aga kelancaran
pelaksanaan t ugas sat uan organisasi lainnya dalam Perusahaan sesuai dengan t ugas
dan t anggungj awab masing-masing.
Pasal 40
Sat uan Pengawasan Int ern dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 41
Pimpinan Sat uan Pengawasan Int ern harus memiliki pendidikan dan/ at au keahlian
yang cukup memenuhi persyarat an sebagai pengawas int ern, obyekt if dan berdedikasi
t inggi.
Pasal 42
Kepala Sat uan Pengawasan Int ern diangkat dan diberhent ikan oleh Direksi.
Pasal 43
(1) Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan melakukan pemeriksaan
akunt ansi at as laporan keuangan t ahunan Perusahaan.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat j uga dilakukan oleh
Akunt an Publik dengan ket ent uan bahwa hasil pemeriksaannya diset uj ui Kepala

22

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
(3) Dalam melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat pula
dilakukan pemeriksaan operasional t erhadap Perusahaan.
Pasal 44
Hasil pemeriksaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 disampaikan pula
kepada Ment eri, Ment eri Keuangan, Direksi dan Dewan Pengawas.
Pasal 45
Dengan t idak mengurangi wewenang pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
pasal-pasal pada Bagian ini, set iap Kepala Unit Organisasi dalam Perusahaan
bert anggung j awab melakukan pengawasan melekat dalam lingkungan t ugasnya
masing-masing.
Bagian Kesebelas
Kepegawaian
Pasal 46
(1) Unt uk memperlancar t uj uan Perusahaan, perlu dicipt akan adanya ket ent raman,
ket enangan dan kegairahan kerj a dalam Perusahaan dengan memberikan
penghargaan yang layak kepada semua pegawai sesuai dengan prest asinya.
(2) Kedudukan hukum, susunan j abat an, kepangkat an, pemberhent ian, gaj i, pensiun
dan t unj angan bagi pegawai Perusahaan, diat ur berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Penghasilan-penghasilan lain pegawai diat ur t ersendiri oleh Direksi set elah
mendapat kan perset uj uan Ment eri.

23

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Pasal 47
Direksi mengangkat dan memberhent ikan Pegawai/ pekerj a Perusahaan berdasarkan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 48
(1) Kepada pegawai Perusahaan diberikan pensiun
perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai.

berdasarkan

perat uran

(2) Disamping pensiun kepada Pegawai dapat diberikan j aminan hari t ua lainnya yang
diat ur oleh Direksi set elah mendapat perset uj uan Ment eri.
Bagian Keduabelas
Tanggungj awab Pegawai dan Tunt ut an Gant i Rugi
Pasal 49
(1) Semua pegawai t ermasuk anggot a Direksi dalam kedudukan selaku demikian yang
t idak dibebani t ugas penyimpanan uang, surat -surat berharga, dan barang-barang
persediaan, yang karena t indakan-t indakan melawan hukum at au karena
melalaikan kewaj iban dan t ugas yang dibebankan kepada mereka dengan langsung
at au t idak langsung t elah menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, diwaj ibkan
menggant i kerugian t ersebut .
(2) Ket ent uan-ket ent uan t ent ang gant i
sepenuhnya t erhadap pegawai.

rugi

t erhadap

pegawai

negeri

berlaku

(3) Semua pegawai yang dibebani t ugas penyimpanan, pembayaran at au penyerahan
uang dan surat -surat berharga milik Perusahaan dan barang-barang persediaan
milik Perusahaan yang disimpan dalam gudang at au t empat penyimpanan yang
khusus dan semat a-mat a digunakan unt uk keperluan it u, bert anggung j awab
t ent ang pelaksanaan t ugasnya kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

24

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

(4) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) t idak perlu mengirimkan
pert anggungj awaban mengenai cara mengurusnya kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.
(5) Tunt ut an t erhadap pegawai t ersebut dilakukan menurut ket ent uan yang
dit et apkan bagi bendaharawan yang oleh Badan Pemeriksa Keuangan dibebaskan
dari kewaj iban pert anggungj awaban mengenai cara pengurusannya.
(6) Semua surat bukt i dan surat lainnya bagaimanapun sif at nya, yang t ermasuk
bilangan t at a buku dan administ rasi Perusahaan, disimpan di t empat Perusahaan
at au t empat lain yang dit unj uk oleh Ment eri, kecuali j ika unt uk sement ara
dipindahkan ke Badan Pemeriksa Keuangan dalam hal dianggapnya perlu unt uk
kepent ingan sesuat u pemeriksaan
(7) Unt uk keperluan pemeriksaan yang bert alian dengan penet apan paj ak dan
pemeriksaan akunt an, pada umumnya surat bukt i dan surat lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (6) unt uk sement ara dapat dipindahkan ke Depart emen
Keuangan dan/ at au Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Bagian Ket igabelas
Pelaporan
Pasal 50
(1) Unt uk t iap t ahun buku oleh Direksi disusun perhit ungan t ahunan yang t erdiri dari
neraca perhit ungan laba rugi.
(2) Neraca dan perhit ungan laba rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dikirimkan kepada Ment eri dengan t embusan kepada Ment eri Keuangan, Badan
Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Direkt ur
Jenderal dan Dewan Pengawas selambat -lambat nya 6 (enam) bulan sesudah t ahun
buku menurut cara yang dit et apkan oleh Ment eri.

25

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

(3) Cara penilaian pos dalam perhit ungan t ahunan harus disebut kan.
(4) Jika dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah menerima perhit ungan t ahunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh Ment eri t idak diaj ukan keberat an
t ert ulis, maka perhit ungan t ahunan it u dianggap t elah disahkan.
(5) Perhit ungan t ahunan disahkan oleh Ment eri set elah dinilai bersama oleh Ment eri
dan Ment eri Keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan at au Badan yang dit unj uknya.
(6) Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) memberi pembebasan kepada
Direksi t erhadap segala sesuat unya yang t ermuat dalam perhit ungan t ahunan
t ersebut .
(7) Direkt ur Ut ama diwaj ibkan menyampaikan laporan t riwulanan dan laporan berkala
lainnya sesuai dengan bat as-bat as j angka wakt u yang dit et apkan besert a laporan
lainnya menurut ket ent uan Anggaran Dasar ini dan ket ent uan perat uran
perundang-undangan, kepada pej abat inst ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2).
Pasal 51
Hasil penilaian at as laporan keuangan t riwulan dan t ahunan sert a laporan lainnya dari
Perusahaan yang dilakukan oleh Direkt ur Jenderal disampaikan kepada Ment eri dan
Ment eri Keuangan dalam bat as wakt u selambat -lambat nya 2 (dua) bulan set elah
menerima laporan dari Direkt ur Ut ama.
Pasal 52
(1) Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dan Pasal 51 disampaikan
t epat pada wakt unya.
(2) Bent uk laporan pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1)

26

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

dit et apkan oleh Ment eri Keuangan set elah mendengar pert imbangan Ment eri.
Bagian Keempat belas
Penggunaan Laba
Pasal 53
(1) Dari laba bersih yang t elah disahkan menurut Pasal 50 disisihkan unt uk :
a. Dana Pembangunan Semest a sebesar 55% (lima puluh lima persen);
b. Cadangan Umum sebesar 20% (dua puluh persen), hingga cadangan umum
t ersebut mencapai j umlah dua kali modal Perusahaan;
c. Cadangan t uj uan sebesar 5% (lima persen);
d. Sisanya sebesar 20% (dua puluh persen) dipergunakan unt uk dana sosial,
pendidikan, j asa produksi dan sumbangan dana pensiun yang perincian
perbandingan pembagiannya dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.
(2) Apabila j umlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
t elah t ercapai, j umlah dari bagian laba bersih yang diperunt ukkan unt uk
pemupukan cadangan umum t ersebut , selanj ut nya dapat dipergunakan unt uk
pemupukan dana bagi perbelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
(3) Sebelum cadangan umum t ersebut mencapai j umlah 2 (dua) kali modal
Perusahaan, dengan perset uj uan Ment eri Keuangan at as usul Ment eri, Direksi
dapat menggunakan dana cadangan umum t ersebut unt uk kepent ingan
perbelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
(4) Cadangan t uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c ant ara lain
dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi pembelanj aan perluasan kapasit as
Perusahaan.

27

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

Bagian Kelimabelas
Pembubaran Perusahaan
Pasal 54
(1) Pembubaran Perusahaan
Perat uran Pemerint ah.

dan

penunj ukan

likuidat urnya

dit et apkan

dengan

(2) Semua kekayaan Perusahaan, set elah diadakan likuidasi menj adi milik Negara.
(3) Pert anggungj awaban likuidasi oleh likuidat ur dilakukan kepada Ment eri yang
memberi pembebasan t anggung j awab t ent ang pekerj aan yang t elah diselesaikan
olehnya.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 55
Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, maka ket ent uan-ket ent uan pelaksanaan
mengenai prasarana perikanan masih t et ap berlaku, sepanj ang t idak bert ent angan dan
belum digant i dengan ket ent uan baru yang dikeluarkan berdasarkan Perat uran
Pemerint ah ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

28

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran
Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 20 Januari 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 20 Januari 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO