PERUSAHAAN UMUM (PERUM) "OTORITA JATILUHUR"

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 2 TAHUN 1 9 9 0
TENTANG
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) "OTORITA JATILUHUR"
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Perat uran pemerint ah Nomor 3
Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Jawat an (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan
Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana t elah diubah dengan
Perat uran Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983, maka pengat uran
Perusahaan Umum (PERUM) "Ot orit a Jat iluhur" yang didirikan
dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 1970 sebagaimana
t elah diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 1980,
perlu disesuaikan;
b. bahwa berhubung dengan hal t ersebut , dipandang perlu unt uk
mengat ur kembah Perusahaan Umum (PERUM) t ersebut ;


Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 19 Prp. Tahun 1960 t ent ang Perusahaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1989);
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran
Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang
Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
16,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
2890) menj adi
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nornor 40,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3046);
5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 t ent ang Ket enagalist rikan

PRESIDEN

REPUBLIK INDO NESIA

-

2

-

(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3317);
6. Perat uran Pemerint ah Nomor 6 Tahun 1981 t ent ang Iuran
Pembiayaan Eksploit asi dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3189);
7. Perat uran Pemerint ah Nomor 22 Tahun 1982 t ent ang Tat a
Pengat uran Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3225);
8. Perat uran Pemerint ah Nomor 23 Tahun 1982 t ent ang Irigasi
(Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 38, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3226);

9. Perat uran Pemerint ah Nomor 3 Tahun 1983 t ent ang Tat a Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawat an (PERJAN),
Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983
Nomor 37);
10. Perat uran Pemerint ah Nomor 10 Tahun 1989 t ent ang Penyediaan
dan Pemanf aat an Tenaga List rik (Lembaran Negara Tahun 1989
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3394);
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUSAHAAN
UMUM (PERUM) "OTORITA JATILUHUR".

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3


-

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini, yang dimaksud dengan:
1. Pemerint ah adalah Pemerint ah Republik Indonesia;
2. Presiden adalah Presiden Republik Indonesia;
3. Ment eri adalah Ment eri Pekerj aan Umum;
4. Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal yang bert anggung j awab
di bidang pengairan;
5. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum
(PERUM) "Ot orit a Jat iluhur";
6. Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) "Ot orit a Jat iluhur";
7. Direksi adalah
Jat iluhur";

Direksi


Perusahaan

Umum

(PERUM)

"Ot orit a

8. Direkt ur Ut ama adalah Direkt ur Ut ama Perusahaan Umum (PERUM)
''Ot orit a Jat iluhur";
9. Pegawai adalah Pegawai pada Perusahaan Umum (PERUM) "Ot orit a
Jat iluhur";
10. Pembinaan adalab kegiat an unt uk memberikan pedoman bagi
Perusahaan Umum (PERUM) "Ot orit a Jat iluhur" dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian, dengan maksud
agar Perusahaan dapat melaksanakan t ugas dan f ungsinya secara
berdaya guna dan berhasil guna, sert a dapat berkembang dengan
baik;
11. Pengawasan adalah seluruh proses kegiat an penilaian t erhadap
Perusahaan dengan t uj uan agar Perusahaan dapat melaksanakan

t ugas dan f ungsinya dengan baik, dan berhasil mencapai t uj uan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4

-

yang t elah dit et apkan;
12. Pemeriksaan adalah kegiat an unt uk menilai Perusahaan dengan
cara membandingkan ant ara keadaan yang sebenarnya dengan
keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan
maupun dalam bidang t eknis operasional;
13. Pengelolaan
Perusahaan
adalah
kegiat an

perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian Perusahaan sesuai
dengan pembinaan yang digariskan oleh Ment eri;
14. Ket enagalist rikan adalah segala sesuat u
penyediaan dan pemanf aat an t enaga list rik.

yang

menyangkut

BAB II
PENDIRIAN PERUSAHAAN
Pasal 2
Perusahaan yang didirikan dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 20
Tahun 1970 sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Pemerint ah
Nomor 35 Tahun 1980, dilanj ut kan berdirinya dan meneruskan
usaha-usaha selanj ut nya berdasarkan ket ent uan-ket ent uan di dalam
Perat uran Pemerint ah ini.
BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN

Bagian Kedua
Umum
Pasal 3
(1)

Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah badan
usaha yang menyelenggarakan usaha-usaha eksploit asi dan
pemeliharaan prasarana pengairan sert a mengusahakan air,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

(3)

5


-

sumber-sumber air, dan ket enagalist rikan.
Perusahaan
melakukan
usaha-usahanya
berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini dan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Dengan t idak mengurangi ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran
Pemerint ah ini, t erhadap Perusahaan berlaku Hukum Indonesia.
Bagian Kedua
Tempat Kedudukan
Pasal 4

(1)

Perusahaan
Jat iluhur.


bert empat

kedudukan

dan

berkant or

pusat

di

(2)

Perubahan t empat kedudukan dan kant or pusat Perusahaan
dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.

(3)

Dalmn rangka pengembangan, Perusahaan dapat mengadakan

sat uan organisasi pelaksana yang dit et apkan oleh Direksi dengan
perset uj uan Ment eri.
Bagian Ket iga
Sif at , Maksud dan Tuj uan
Pasal 5

(1)

Sif at usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi
kemanf aat an umum dan sekaligus memupuk keunt ungan
berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan.

(2)

Maksud didirikannya Perusahaan adalah unt uk menyelenggarakan
pemanf aat an umum at as air dan sumber-sumber air yang
bermut u dan memadai bagi pemenuhan haj at hidup orang
banyak, sert a melaksanakan t ugas-t ugas t ert ent u yang diberikan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

Pemerint ah dalam pengelolaan daerah aliran sungai, yang
meliput i
ant ara lain perlindungan,
pengembangan dan
penggunaan sungai dan/ at au sumber-sumber air t ermasuk
pemberian inf ormasi, rekomendasi, penyuluhan dan bimbingan.
(3)

Tuj uan Perusahaan adalah t urut membangun ekonomi nasional
dengan berperan sert a melaksanakan program pembangunan
nasional di dalam bidang pengelolaan air, sumber-sumber air dan
ket enagalist rikan.
Pasal 6

(1)
(2)

Unt uk mencapai maksud dan t uj uan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5, Perusahaan melakukan j uga kegiat an rehabilit asi.
Besarnya biaya unt uk kegiat an rehabilit asi yang menj adi
t anggung j awab Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri set elah
mendapat perset uj uan Ment eri Keuangan.
Bagian Keempat
Lapangan Usaha
Pasal 7

Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan t erj aminnya
keselamat an kekayaan Negara, Perusahaan menyelenggarakan
usaha-usaha sebagai berikut :
a. penyediaan air baku unt uk perusahaan air minum, perusahaan
list rik, perusahaan perkebunan, perusahaan perikanan, indust ri,
pelabuhan,
penggelont oran dan perusahaan lainnya yang
memanf aat kan air.
b. usaha pembangkit an
prasarananya.

list rik

t enaga

air

Ir.

H.

Juanda

dan

c. usaha pariwisat a, j asa konsult asi dan usaha-usaha lainnya yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

dapat menunj ang t ercapainya t uj uan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (3) dengan perset uj uan Ment eri.
Pasal 8
(1)

Perusahaan melaksanakan kegiat an-kegiat an usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, di Sungai Bekasi, Sungai Cikeas, Sungai
Cikarang, Sungai Cibeet , Sungai Cipamingkis, Sungai Cigent is,
Sungai Cit arum, Sungai Cikao, Sungai Ciherangharus, Sungai
Cisomang, Sungai Ciherangnungali, Sungai Cilamaya, Sungai
Cidengkol, Sungai Cileuleuy, Sungai Ciasem, Sungai Cigadung,
Sungai Cipunegara, Sungai Cibodas, Sungai Cikandung, Sungai
Cibeber, Sungai Cilalanang dan besert a anak-anak sungainya.

(2)

Pengusahaan air dan sumber-sumber air di sungai lainnya oleh
Perusahaan dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.
Bagian Kelima
Modal
Pasal 9

(1)

Modal Perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari
Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara dan t idak t erbagi at as
saham-saham.

(2)

Besarnya Modal Perusahaan adalah seluruh nilai kekayaan Negara
yang t elah t ert anam dalam Perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, kecuali waduk, Bendung, Tanggul dan Pelurusan
Sungai yang nilainya dit et apkan Ment eri Keuangan sesuai dengan
hasil perhit ungan yang dilakukan bersama oleh Depart emen
Pekerj aan Umum dan Depart emen Keuangan.

(3)

Set iap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara
yang dipisahkan, dilakukan dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

(4)

Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang
dibent uk dan dipupuk secara int ern menurut ket ent uan dalam
Pasal 55.

(5)

Perusahaan t idak mengadakan cadangan diam at au cadangan
rahasia.

(6)

Semua alat -alat likuid (liquide) yang t idak segera diperlukan oleh
Perusahaan disimpan dalam bank milik negara yang diset uj ui oleh
Ment eri.

Pasal 10
(1)

Pembelanj aan unt uk invest asi yang dilaksanakan Perusahaan
dapat berasal dari:
a. dana int ern Perusahaan;
b. penyert aan modal Negara melalui Anggaran Pendapat an dan
Belanj a Negara;
c. pinj aman dari dalam dan/ at au luar negeri;
d. sumber-sumber lainnya yang sah.

(2)

Anggaran invest asi diaj ukan didalam anggaran Perusahaan,
sedangkan apabila anggaran invest asi diaj ukan pada masa t ahun
buku yang bersangkut an, maka anggaran invest asi diaj ukan
bersamaan dengan anggaran t ahunan at au perubahan anggaran
Perusahaan yang pengaj uannya dilakukan sesuai dengan t at a cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
Pasal 11

(1)

Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana yang
diperoleh unt uk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran
obligasi at au alat -alat yang sah lainnya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

9

-

Pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah lainnya sebagaimana
dimaksud dalarn ayat (1), t ermasuk ket ent uan-ket ent uan yang
berhubungan dengan it u, diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 12

Set iap kegiat an penyerahan, pemindaht anganan, pembebanan,
penghapusan
akt iva
t et ap,
penerimaan
pinj aman
j angka
menengah/ panj ang, pemberian pinj aman dalam bent uk dan cara
apapun, t idak menagih lagi, menghapuskan dari pembukuan piut ang
dan persediaan barang dapat dilakukan oleh Direksi at as izin Ment eri,
set elah Ment eri mendapat perset uj uan t erlebih dahulu dari Ment eri
Keuangan.
Pasal 13
Pembebanan t ugas t ambahan kepada Perusahaan di luar t ugas
pokoknya yang menimbulkan akibat keuangan t erhadap anggaran
Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri set elah mendapat perset uj uan
dari Ment eri Keuangan.
Bagian Keenam
Pimpinan, Pembinaan dan Pengelolaan
Pasal 14
Perusahaan dipimpin dan dikelola olch Direksi yang t erdiri dari seorang
Direkt ur Ut ama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat ) orang Direkt ur
sesuai dengan bidang usahanya.
Pasal 15
1) Pembinaan t erhadap Perusahaan dilakukan oleh Ment eri yang
dalam
pelaksanaannya dibant u oleh Direkt ur
Jenderal

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

berdasarkan
Ment eri.

10

-

ket ent uan

yang

dit et apkan

lebih

lanj ut

oleh

(2)

Direksi at au Direkt ur Ut ama unt uk dan at as nama Direksi
menerima pet unj uk-pet unj uk dari dan bert anggung j awab kepada
Ment eri t ent ang kebij aksanaan umum unt uk menj alankan
t ugas-t ugas pokok Perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap
perlu.

(3)

Pelaksanaan t anggung j awab administ rat if f ungsional Perusahaan
sebagai Badan Usaha Milik Negara t erhadap Pemerint ah, dalam
hal ini Ment eri dan Ment eri Keuangan, dilakukan oleh Direkt ur
Ut ama at as nama Direksi.
Pasal 16

Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :
a. memimpin, mengurus, dan mengelola Perusahaan sesuai dengan
maksud dan t uj uan dengan senant iasa berusaha meningkat kan daya
guna dan hasil guna dari Perusahaan;
b. menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan Perusahaan;
c. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar pengadilan;
d. melaksanakan kebij aksanaan umum dalam mengurus Perusahaan
yang t elah digariskan oleh Ment eri;
e. menet apkan
kebij aksanaan
Perusahaan
sesuai
kebij aksanaan umum yang dit et apkan oleh Ment eri;

dengan

f . menyiapkan pada wakt unya rencana kerj a t ahunan Perusahaan
lengkap dengan anggaran keuangan;
g. mengadakan dan memelihara t at a buku dan administ rasi
Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suat u
Perusahaan;
h. menyiapkan

susunan

organisasi

Perusahaan

lengkap

dengan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

perincian t ugasnya;
i. mengangkat dan memberhent ikan pegawai sesuai dengan perat uran
kepegawaian yang berlaku bagi Perusahaan;
j . menet apkan gaj i, pensiun/ j aminan hari t ua dan penghasilan lain
bagi Pegawai sert a mengat ur semua hal kepegawaian lainnya sesuai
dengan ket ent uan-ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku;
k. memberikan segala ket erangan t ent ang keadaan dan j alannya
Perusahaan baik dalat n bent uk laporan t ahunan, maupun laporan
berkala menurut cara dan wakt u yang dit ent ukan dalam Perat uran
Pemerint ah ini sert a set iap kali dimint a oleh Ment eri;
l. menj alankan kewaj iban-kewaj iban lainnya berdasarkan pet unj uk
Ment eri.
Pasal 17
(1)

Dalam menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan:
a. Direkt ur Ut ama berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi;
b. Para Direkt ur berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi masing-masing unt uk bidangnya dalam bat as-bat as
yang dit ent ukan dalam perat uran t at a t ert ib dan t at a cara
menj alankan pekej aan Direksi.

(2)

Apabila Direkt ur Ut ama berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au apabila j abat an it u t ert uang dan penggant inya
belum diangkat at au belum memangku j abat annya, maka j abat an
Direkt ur Ut ama dipangku oleh Direkt ur yang t ert ua dalam masa
j abat an berdasarkan penunj ukan sement ara Ment eri, dan apabila
Direkt ur dimaksud t idak ada at au berhalangan t et ap, maka
j abat an t ersebut dipangku oleh Direkt ur lain berdasarkan
penunj ukan sement ara Ment eri, keduanya dengan kekuasaan dan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

wewenang Direkt ur Ut ama.
(3)

Apabila semua anggot a Direksi berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au j abat an Direksi t erluang seluruhnya dan
belum diangkat penggant inya at au belum memangku j abat annya,
maka unt uk sement ara wakt u pimpinan dan pengurusan
Perusahaan dij alankan oleh seorang Pej abat Direksi yang dit unj uk
oleh Ment eri.

(4)

Dalam menj alankan t ugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf c, Direksi dapat melaksanakannya sendiri
at au menyerahkan kekuasaan t ersebut kepada:
a. Seorang at au beberapa orang anggot a Direksi, at au;
b. Seorang at au beberapa orang Pegawai baik sendiri maupun
bersama-sama, at au;
c. Orang at au badan lain, yang khusus dit unj uk unt uk hal
t ersebut .

(5)

Tat a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur dalam perat uran
yang dit et apkan oleh Direksi dengan perset uj uan Ment eri.

(6)

Gaj i, t unj angan, emolumen dan penghasilan lain dari para
anggot a Direksi, dit et apkan oleh Ment eri, dengan memperhat ikan
ket ent uan-ket ent uan yang berlaku.
Pasal 18

(1)

Anggot a Direksi diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden at as
usul Ment eri set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2)

Anggot a Direksi diangkat unt uk masa 5 (lima) t ahun dan set elah
masa j abat annya berakhir dapat diangkat kembali.

(3)

Dalam hal-hal t ersebut di bawah ini, Presiden at as usul Ment eri
dapat memberhent ikan seluruh at au salah seorang anggot a

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

Direksi meskipun masa j abat annya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) belum berakhir karena:
a. mut asi j abat an unt uk kepent ingan Perusahaan dan Negara;
b. at as permint aan sendiri;
c. melakukan perbuat an at au sikap yang merugikan Perusahaan;
d. melakukan t indakan at au sikap yang bert ent angan dengan
kepent ingan Negara;
e. cacat f isik at au ment al yang mengakibat kan t idak dapat
melaksanakan t ugasnya;
f . meninggal dunia;
g. t idak cukup cakap at au t ernyat a t idak melaksanakan t ugasnya
dengan baik;
h. t idak melaksanakan ket ent uan-ket ent uan dalam
dasar Perusahaan.

anggaran

(4)

Pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf c dan huruf d, j ika merupakan suat u pelanggaran
t erhadap perat uran hukum pidana, merupakan pemberhent ian
t idak dengan hormat .

(5)

Sebelum pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat

(3)

huruf c dan huruf d dilakukan, kepada anggot a Direksi yang
bersangkut an diberi kesempat an unt uk membela diri secara
t ert ulis yang dit uj ukan kepada Ment eri, yang harus dilaksanakan
dalam wakt u 1 (sat u) bulan set elah anggot a Direksi yang
bersangkut an diberit ahukan oleh Ment eri t ent ang rencana
pemberhent ian it u.

(6)

Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum
diput us, maka Ment eri dapat memberhent ikan unt uk sement ara
wakt u anggot a Direksi yang bersangkut an.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(7)

14

-

Jika dalam wakt u 2 (dua) bulan set elah memberhent ikan anggot a
Direksi yang bersangkut an berdasarkan ket ent uan ayat (4) belum
diperoleh keput usan mengenai pemberhent ian anggot a Direksi
t ersebut , maka pemberhent ian sement ara it u menj adi bat al dan
anggot a Direksi yang bersangkut an dapat segera menj alankan
j abat annya
lagi,
kecuali
bilamana
unt uk
keput usan
pemberhent ian t ersebut diperlukan keput usan pengadilan dan
hal it u harus diberit ahukan kepada yang bersangkut an.
Pasal 19

(1)

Anggot a Direksi adalah Warga Negara Indonesia.

(2)

Anggot a Direksi diangkat berdasarkan syarat -syarat kemampuan
dan keahlian dalam bidang pengelolaan Perusahaan, memiliki
penget ahuan dan pengalaman yang diperlukan unt uk memimpin
suat u Perusahaan yang bergerak dalam bidang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, mempunyai akhlak dan moral yang baik
sert a memenuhi syarat -syarat lainnya yang diperlukan unt uk
menunj ang kemaj uan Perusahaan yang dipimpinnya.

(3)

Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara
penuh pada t ugas, kewaj iban dan pencapaian t uj uan
diadakannya Perusahaan.
Pasal 20

(1)

Ant ara para anggot a Direksi t idak boleh ada hubungan keluarga
sampai deraj at ket iga baik menurut garis lurus maupun garis ke
samping t ermasuk menant u dan ipar, kecuali j ika diizinkan
Presiden.

(2)

Jika sesudah pengangkat an, mereka memasuki hubungan
kekeluargaan yang t erlarang it u, maka unt uk dapat melanj ut kan
j abat annya, diperlukan izin t ert ulis dari Presiden.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

(3)

Anggot a Direksi t idak boleh mempunyai kepent ingan pribadi, baik
langsung
maupun
t idak
langsung
dalam
suat u
perkumpulan/ Perusahaan lain yang berusaha/ bert uj uan mencari
laba.

(4)

Anggot a Direksi t idak dibenarkan memangku j abat an rangkap
sebagaimana t ersebut di bawah ini:
a. Direkt ur Ut ama at au Direkt ur pada badan usaha milik negara
lainnya at au perusahaan swast a, at au j abat an lain yang
berhubungan dengan pengelolaan Perusahaan;
b. Jabat an
st rukt ural
dan
f ungsional
lainnya
Inst ansi/ Lembaga Pemerint ah Pusat / Daerah;
c. Jabat an-j abat an
lainnya,
berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.

dalam

perat uran

Bagian Ket uj uh
Rencana Kerj a dan Anggaran Perusahaan
Pasal 21
(1)

Selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sebelum t ahun buku mulai
berlaku, Direksi mengirimkan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan yang meliput i anggaran invest asi dan anggaran
eksploit asi kepada Ment eri unt uk memperoleh pengesahannya
berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan Ment eri
Keuangan.

(2)

Kecuali apabila Ment eri secara t ert ulis mengemukakan keberat an
at au menolak kegiat an yang dimuat dat a rencana kerj a dan
anggaran Perusahaan sebelum menginj ak t ahun buku baru, maka
anggaran t ersebut berlaku sepenuhnya.

(3)

Rencana kerj a dan/ at au anggaran t ambahan at au perubahan
anggaran yang t ert era di dalam t ahun buku yang bersangkut an

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

harus diaj ukan t erlebih dahulu kepada Ment eri menurut cara dan
wakt u yang dit et apkan oleh Ment eri, unt uk memperoleh
pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan
Ment eri Keuangan.
(4)

Apabila dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah permint aan
perset uj uan sebagaimana dimaksud dat a ayat (3) diaj ukan, oleh
Ment eri t idak diberikan keberat an secara t ert ulis, maka
perubahan rencana kerj a dan anggaran t ersebut dianggap t elah
disahkan.

(5)

Rencana kerj a dan/ at au anggaran Perusahaan yang t elah
disahkan merupakan landasan kerj a dan menj adi t ugas bagi
Direksi unt uk melaksanakan kegiat an yang t ercant um di
dalamnya.
Pasal 22

(1)

Semua pembiayaan dalani rangka pelaksanaan t ugas Sat uan
Pengawasan Int ern, Dewan Pengawas sert a t enaga ahli,
dibebankan kepada Perusahaan dan secara j elas dianggarkan
dalam anggaran Perusahaan.

(2)

Perusahaan dilarang membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh
Depart emen/ Inst ansi yang membina dan mengawasi Perusahaan
dat a rangka pembinaan dan pengawasan Perusahaan.
Bagian Kedelapan
Iuran
Pasal 23

Iuran pembiayaan eksploit asi dan pemeliharaan prasarana pengairan
dan hasil penj ualan t enaga list rik dari pembangkit list rik t enaga air
didasarkan pada asas memperoleh penghasilan yang cukup bagi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

Perusahaan unt uk menut up biaya pengusahaan yang dit et apkan
dengan keput usan Ment eri at as usul Direksi, set elah mendapat
pert imbangan Ment eri Keuangan.
Bagian Kesembilan
Sist em Akunt ansi
Pasal 24
Tahun Buku Perusahaan adalah t ahun t akwim, kecuali j ika dit et apkan
lain oleh Ment eri.
Pasal 25
(1)

Set iap perubahan baik yang diakibat kan oleh t ransaksi maupun
oleh kej adian lain dalam Perusahaan yang mempengaruhi akt iva,
hut ang, modal, biaya dan pendapat an harus dibukukan at as dasar
sat u sist em akunt ansi yang dapat dipert anggungj awabkan.

(2)

Sist em akunt ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun
dan dilaksanakan oleh Direksi agar dapat berj alan dengan baik
berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian int ern, t erut ama
pemisahan f ungsi pengurusan, pencat at an, penyimpanan dan
pengawasan.

(3)

Dalam rangka pemeriksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan menilai sist em yang dit et apkan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan bilamana perlu memberikan
pet unj uk sert a saran penyempurnaan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

Bagian Kesepuluh
Pengawasan
Pasal 26
(1)

Ment eri melakukan pengawasan umum at as j alannya Perusahaan.

(2)

Pada Perusahaan dibent uk Dewan Pengawas yang bert anggung
j awab kepada Ment eri.

(3)

Dewan Pengawas bert ugas unt uk melaksanakan pengawasan
t erhadap pengelolaan Perusahaan t ermasuk pelaksanaan rencana
kerj a dan anggaran Perusahaan.

(4)

Dewan Pengawas melaksanakan t ugas, wewenang dan t anggung
j awabnya sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku
t erhadap Perusahaan dan menj alankan keput usan-keput usan dan
pet unj uk-pet unj uk dari Ment eri.
Pasal 27

Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya berkewaj iban:
a. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri melalui Direkt ur
Jenderal mengenai rancangan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan,
sert a
perubahan/ t ambahannya,
laporan-laporan
lainnya dari Direksi;
b. mengawasi pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan
sert a menyampaikan hasil penilaiannya kepada Ment eri dengan
t embusan kepada Direksi dan Direkt ur Jenderal;
c. mengikut i perkembangan kegiat an Perusahaan, dan dalam hal
Perusahaan
menunj ukkan
gej ala
kemunduran,
segera
melaporkannya kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direkt ur
Jenderal, dengan disert ai saran mengenai langkah perbaikan yang
harus dit empuh;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

d. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri dengan t embusan
kepada Direkt ur Jenderal dan kepada Direksi mengenai set iap
masalah lainnya yang dianggap pent ing bagi pengelolaan
Perusahaan;
e. memberikan laporan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan secara
berkala (t riwulan dan t abunan) sert a pada set iap wakt u yang
diperlukan mengenai perkembangan Perusahaan dan hasil
pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas;
f . melakukan t ugas-t ugas pengawasan lain yang dit ent ukan oleh
Ment eri.

Pasal 28
Dalam pelaksanaan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26, Dewan Pengawas waj ib memperhat ikan:
a. pedoman dan pet unj uk-pet unj uk Ment eri
memperhat ikan ef isiensi Perusahaan;

dengan

senant iasa

b. ket ent uan dalam perat uran pendirian Perusahaan sert a ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang berlaku;
c. pemisahan t ugas pengawasan dengan t ugas pengurusan Perusahaan
yang merupakan t ugas dan t anggung j awab Direksi.
Pasal 29
Dalam melaksanakan t ugas dan kewaj iban Dewan Pengawas
mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. melihat buku-buku dan surat -surat sert a dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa keadaan kas (unt uk keperluan verif ikasi) dan memeriksa
kekayaan Perusahaan;
b. memasuki

pekarangan-pekarangan,

gedung-gedung

dan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

kant or-kant or yang dipergunakan oleh Perusahaan;
c. memint a
penj elasan-penj elasan
dari
pimpinan
Perusahaan
mengenai persoalan yang menyangkut pengelolaan Perusahaan;
d. memint a Direksi dan/ at au pej abat lainnya dengan sepenget ahuan
Direksi unt uk menghadiri rapat Dewan Pengawas;
e. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan
t erhadap hal-hal yang dibicarakan;
f . melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diat ur
dalam perat uran pendirian Perusahaan.
Pasal 30
(1)

Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (t iga)
bulan sekali dan sewakt u-wakt u apabila diperlukan.

(2)

Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan
hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan sesuai dengan
t ugas pokok, f ungsi, dan hak sert a kewaj ibannya.

(3)

Keput usan rapat Dewan
musyawarah unt uk muf akat .

(4)

Unt uk set iap rapat dibuat risalah rapat .

Pengawas

diambil

at as

dasar

Pasal 31
Unt uk membant u kelancaran pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas,
Ment eri dapat mengangkat seorang Sekret aris at as beban Perusahaan.
Pasal 32
(1)

Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 t erdiri
dari unsur-unsur Pej abat Depart emen Pekerj aan Umum,
Depart emen Keuangan dan Depart emen/ Inst ansi lain yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

kegiat annya berhubungan dengan Perusahaan at au Pej abat lain
yang
diusulkan
oleh
Ment eri
dengan
memperhat ikan
pert imbangan Ment eri Keuangan.
(2)

Salah seorang anggot a Dewan Pengawas diangkat sebagai Ket ua
Dewan t ersebut .
Pasal 33

(1)

Anggot a Dewan Pengawas diangkat dari t enaga yang mempunyai
dedikasi, dipandang cakap, dan mempunyai kemampuan unt uk
menj alankan kebij aksanaan Ment eri mengenai pembinaan dan
pengawasan Perusahaan.

(2)

Disamping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggot a
Dewan Pengawas t idak dibenarkan memiliki kepent ingan yang
bert ent angan dengan at au mengganggu kepent ingan Perusahaan.
Pasal 34

(1)

Anggot a Dewan Pengawas berj umlah sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (l ima) orang yang t erdiri dari
Ket ua dan anggot a Dewan.

(2)

Ket ua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggot a Dewan
Pengawas bert anggung j awab at as pelaksanaan pengawasan
kepada Ment eri dan/ at au Ment eri Keuangan.
Pasal 35

(1)

Masa j abat an Ket ua dan anggot a Dewan Pengawas ialah 3 (t iga)
t ahun.

(2)

Anggot a Dewan Pengawas set elah selesai masa j abat annya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diangkat kembali
dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan sebagaimana dimaksud

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

dalam Pasal 33.
Pasal 36
(1)

Pengangkat an dan pemberhent ian anggot a Dewan Pengawas
dilakukan oleh Presiden at as usul Ment eri set elah mendengar
pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2)

Apabila Ment eri berpendapat bahwa anggot a-anggot a at au salah
seorang anggot a Dewan Pengawas set elah menj abat beberapa
wakt u t ernyat a t idak at au t idak dapat menj alankan t ugasnya
dengan
baik,
maka
Ment eri
dapat
mengusulkan
pemberhent iannya kepada Presiden.
Pasal 37

Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya
dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 38
Anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan merangkap j abat an lain
pada badan usaha swast a yang dapat menimbulkan pert ent angan
kepent ingan secara langsung maupun t idak langsung dengan
kepent ingan Perusahaan.
Pasal 39
(1)

Pengawasan
Int ern
Pengawasan Int ern.

Perusahaan

dilakukan

oleh

Sat uan

(2)

Sat uan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang Kepala yang
bert anggungj awab kepada Direkt ur Ut ama.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Pasal 40
(1)

Sat uan Pengawasan Int ern bert ugas membant u Direkt ur Ut ama
dalam mengadakan penilaian at as sist em pengendalian
pengelolaan (manaj emen) dan pelaksanaannya pada Perusahaan
dan memberikan saran-saran perbaikannya.

(2)

Direksi menggunakan pendapat dan saran Sat uan Pengawasan
Int ern sebagai bahan unt uk melaksanakan penyempumaan
pengelolaan (manaj emen) Perusahaan yang baik dan dapat
dipert anggungj awabkan.
Pasal 41

Dalam pelaksanaan t ugasnya, Sat uan Pengawasan Int ern waj ib
menj aga kelancaran pelaksanaan t ugas sat uan organisasi lainnya
dalam Perusahaan sesuai dengan t ugas dan t anggung j awab
masing-masing.
Pasal 42
Sat uan Pengawasan Int ern dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 43
Pimpinan Sat uan Pengawasan Int ern harus memiliki pendidikan
dan/ at au keahlian yang cukup memenuhi persyarat an sebagai
pengawas int ern, obyekt if dan berdedikasi t inggi.
Pasal 44
Kepala Sat uan Pengawasan Int ern diangkat dan diberhent ikan oleh
Direksi.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

Pasal 45
(1)

Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
melakukan pemeriksaan akunt ansi
at as laporan keuangan
t ahunan Perusahaan.

(2)

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat j uga
dilakukan oleh Akunt an Publik dengan ket ent uan bahwa hasil
pemeriksaannya, diset uj ui Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan.

(3)

Dalam melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat pula dilakukan pemeriksaan operasional t erhadap
Perusahaan.
Pasal 46

Hasil pemeriksaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
disampaikan pula kepada Ment eri, Ment eri Keuangan, Direksi dan
Dewan Pengawas.
Pasal 47
Dengan t idak mengurangi wewenang pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal-pasal pada Bagian ini, set iap Kepala Unit
Organisasi dalam Perusahaan bert anggung j awab melakukan
pengawasan melekat dalam lingkungan t ugasnya masing-masing.
Bagian Kesebelas
Kepegawaian
Pasal 48
(1)

Unt uk memperlancar t uj uan Perusahaan, perlu dicipt akan adanya
ket ent raman,
ket enangan dan kegairahan kerj a dalam

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

Perusahaan dengan memberikan penghargaan yang layak kepada
semua Pegawai sesuai dengan prest asinya.
(2)

Kedudukan
hukum,
susunan
j abat an,
kepangkat an,
pemberhent ian, gaj i, pensiun, dan t unj angan bagi Pegawai diat ur
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Penghasilan-penghasilan lain Pegawai diat ur t ersendiri
Direksi set elah mendapat kan perset uj uan Ment eri.

oleh

Pasal 49
Direksi mengangkat dan memberhent ikan Pegawai/ pekerj a Perusahaan
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 50
(1)

Kepada Pegawai diberikan pensiun berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai.

perat uran

(2)

Di samping pensiun kepada Pegawai dapat diberikan j aminan hari
t ua lainnya yang diat ur oleh Direksi set elah mendapat
perset uj uan Ment eri.

Bagian Keduabelas
Tanggungj awab Pegawai dan Tunt ut an Gant i Rugi
Pasal 51
(1)

Semua Pegawai t ermasuk anggot a Direksi dalam kedudukan
selaku demikian yang t idak dibebani t ugas penyimpanan uang,
surat -surat berharga dan barang-barang persediaan, yang karena
t indakan-t indakan melawan hukum at au karena melalaikan
kewaj iban dan t ugas yang dibebankan kepada mereka dengan
langsung at au t idak langsung t elah menimbulkan kerugian bagi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

Perusahaan, diwaj ibkan menggant i kerugian t ersebut .
(2)

Ket ent uan-ket ent uan t ent ang gant i rugi t erhadap Pegawai Negeri
berlaku sepenuhnya t erhadap Pegawai.

(3)

Semua Pegawai yang dibebani t ugas penyimpanan, pembayaran
at au penyerahan uang dan surat -surat berharga milik Perusahaan
dan barang-barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan
dalam gudang at au t empat penyimpanan yang khusus dan
semat a-mat a digunakan unt uk keperluan it u, bert anggung j awab
t ent ang pelaksanaan t ugasnya kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.

(4)

Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) t idak perlu
mengirimkan pert anggungj awaban mengenai cara mengurusnya
kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

(5)

Tunt ut an t erhadap Pegawai t ersebut dilakukan menurut
ket ent uan yang dit et apkan bagi bendaharawan yang oleh Badan
Pemeriksa
Keuangan
dibebaskan
dari
kewaj iban
pert anggungj awaban mengenai cara pengurusannya.

(6)

Semua surat bukt i dan surat lainnya bagaimanapun sif at nya, yang
t ermasuk bilangan t at a buku dan administ rasi Perusahaan,
disimpan di t empat Perusahaan at au t empat lain yang dit unj uk
oleh Ment eri, kecuali j ika unt uk sement ara dipindahkan ke Badan
Pemeriksa Keuangan dalam hal dianggapnya perlu unt uk
kepent ingan sesuat u pemeriksaan.

(7)

Unt uk keperluan pemeriksaan yang bert alian dengan penet apan
paj ak dan pemeriksaan akunt an pada umumnya surat bukt i dan
surat lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) unt uk
sement ara dapat dipindahkan ke Depart emen Keuangan dan/ at au
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

Bagian Ket igabelas
Pelaporan
Pasal 52
(1)

Unt uk t iap t ahun buku oleh Direksi disusun perhit ungan t ahunan
yang t erdiri dari neraca dan perhit ungan laba rugi.

(2)

Neraca dan perhit ungan laba rugi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikirimkan kepada Ment eri dengan t embusan kepada
Ment eri
Keuangan,
Badan Pemeriksa Keuangan,
Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Direkt ur Jenderal dan
Dewan Pengawas selambat -lambat nya 6 (enam) bulan sesudah
t ahun buku menurut cara yang dit et apkan oleh Ment eri.

(3)

Cara penilaian pos dalam perhit ungan t ahunan harus disebut kan.

(4)

Jika dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah menerima perhit ungan
t ahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh Ment eri t idak
diaj ukan keberat an t ert ulis, maka perhit ungan t ahunan it u
dianggap t elah disahkan.

(5)

Perhit ungan t ahunan disahkan oleh Ment eri set elah dinilai
bersama oleh Ment eri dan Ment eri Keuangan berdasarkan hasil
pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
at au Badan yang dit unj uknya.

(6)

Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) memberi
pembebasan kepada Direksi t erhadap segala sesuat unya yang
t ermuat dalam perhit ungan t ahunan t ersebut .

(7)

Direkt ur Ut ama diwaj ibkan menyampaikan laporan t riwulanan
dan laporan berkala lainnya sesuai dengan bat as-bat as j angka
wakt u yang dit et apkan besert a laporan lainnya menurut
ket ent uan Anggaran Dasar ini dan ket ent uan perat uran
perundang-undangan, kepada pej abat inst ansi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2).

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

Pasal 53
Hasil penilaian at as laporan keuangan t riwulanan dan t ahunan sert a
laporan lainnya dari Perusahaan yang dilakukan oleh Direkt ur Jenderal
disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan dalam bat as wakt u
selambat -lambat nya 2 (dua) bulan set elah menerima laporan dari
Direkt ur Ut ama.
Pasal 54
(1)

Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dan Pasal
53 disampaikan t epat pada wakt unya.

(2)

Bent uk laporan pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam
ayat

(1)

dit et apkan oleh Ment eri
pert imbangan Ment eri.

Keuangan

set elah

menaengar

Bagian Keempat belas
Penggunaan Laba
Pasal 55
(1)

Dari laba bersih yang t elah disahkan menurut Pasal 52 disisihkan
unt uk
a. Dana Pembangunan Semest a sebesar 55% (lima puluh lima
persen);
b. Cadahgan Umum sebesar 20% (dua puluh persen), hingga
cadangan umum t ersebut mencapai j umlah dua kali modal
Perusahaan;
c. Cadangan t uj uan sebesar 5% (lima persen);
d. Sisanya sebesar 20% (dua puluh persen) dipergunakan unt uk
dana sosial, pendidikan, j asa produksi dan sumbangan dana

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

pensiun
yang
perincian
perbandingan
dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.

pembagiannya

(2)

Apabila j umlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b t elah t ercapai, j umlah dari bagian laba bersih
yang diperunt ukkan unt uk pemupukan cadangan umum t ersebut ,
selanj ut nya dapat dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.

(3)

Sebelum cadangan umum t ersebut mencapai j umlah 2 (dua) kali
modal Perusahaan, dengan perset uj uan Ment eri Keuangan at as
usul Ment eri, Direksi dapat menggunakan dana cadangan umum
t ersebut unt uk kepent ingan pembelanj aan perluasan kepasit as
Perusahaan.

(4)

Cadangan t uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
ant ara lain dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
Bagian Kelimabelas
Pembubaran Perusahaan
Pasal 56

(1)

Pembubaran
Perusahaan
dan
penunj ukan
dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.

likuidat urnya

(2)

Semua kekayaan Perusahaan set elah diadakan likuidasi menj adi
milik Negara.

(3)

Pert anggungj awaban likuidasi oleh likuidat ur dilakukan kepada
Ment eri yang memberi pembebasan t anggung j awab t ent ang
pekerj aan yang t elah diselesaikan olehnya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

30

-

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 57
Dengan
berlakunya
Perat uran
Pemerint ah
ini,
maka
ket ent uan-ket ent uan pelaksanaan yang t elah dikeluarkan berdasarkan
Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 1970 sebagaimana t elah diubah
dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 1980, masih t et ap
berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dan belum digant i dengan
ket ent uan baru yang dikeluarkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah
ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 58
Dengan berlakunya
Perat uran Pemerint ah ini, maka Perat uran
Pemerint ah Nomor 20 Tahun 1970 sebagaimana t elah diubah dengan
Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 1980 dinyat akan t idak berlaku
lagi.
Pasal 59
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

31

-

Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 23 Agust us 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 23 Agust us 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO