Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan) D 902013004 BAB II

BAB 2

Metodologi Penelitian
Profil Wilayah Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten TTS, Provinsi NTT.
Kabupaten TTS merupakan satu dari 21 kabupaten/kota di Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak pada koordinat
1200 4’ 00”BT-124049’01”BT dan 9028’13”LS-10010’26”LS. Kabupaten
TTS berbatasan dengan:
Sebelah utara : Kabupaten Timor Tengah Utara
Sebelah timur : Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu
Sebelah barat : Kabupaten Kupang
Sebelah selatan : Laut Timor
Secara administratif Kabupaten TTS terdiri dari 32 (tiga puluh
dua) kecamatan yang terdiri dari 228 (dua ratus dua puluh delapan)
desa dan 12 (dua belas) kelurahan, memiliki luas wilayah 3.995,88 km2.
Distribusi penduduk menyebar pada daerah-daerah potensial, ± 92%
tinggal di daerah pedesaan dan 8% tinggal di daerah perkotaan.
Tren curah hujan di Kecamatan Kualin dan Kolbano dari tahun
2011 hingga 2015 mengalami penurunan. Berdasarkan klasifikasi curah
hujan BMKG, di awal tahun 2011 dan Juni 2013 masuk dalam

klasifikasi lebat, kemudian menjadi sangat ringan dan ringan pada
tahun 2014 dan 2015. Kecenderungan terjadinya penurunan curah
hujan pada tahun 2011-2013 di bulan Juni hingga November.
Perubahan pola curah hujan dirasakan pada tahun 2014 dan 2015,
dengan klasifikasi curah hujan sangat ringan hingga ringan, dan tidak
mengalami hujan dari bulan Juni hingga November. Sedangkan pada
bulan lainnya hari hujan sangat rendah dibandingkan dua tahun
sebelumnya.

Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni

24
Gambar 2. 1. Letak Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Metodologi Penelitian

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan terbesar
adalah untuk tegalan/ladang seluas 58.510,07 ha (14,64%), diikuti oleh
kawasan hutan seluas 36.174,96 ha (9,05%) dan perkebunan seluas
18.965,17 ha (4,75%). Lahan yang telah digunakan meliputi 132.784,20

ha (33,23%) dari luas pemanfaatan lahan, sedangkan sebagian besar
lahan masih merupakan semak belukar dengan luas 250.883,80 ha
(62,79%) dan rumput/tanah kosong seluas 14.679,57 ha (3,67%).
Tabel 2. 1. Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Timor Tengah
Selatan
No

Jenis Penggunaan
Luas (Ha)
Lahan
1.
Pemukiman
7.208,37
2.
Perkebunan
18.965,17
3.
Tegalan/ladang
58,510,07
4.

Hutan
36.174,96
5.
Hutan bakau
1.667,77
6.
Sawah irigasi
2.548,55
7.
Sawah tadah hujan
918,73
8.
Rawa
951,79
9.
Sungai/danau
6.790,61
10. Pasir endapan
35,56
11. Pasir pantai

37,56
12. Pasir pasut
0,09
13. Batu cadas
192,26
14. Rumput/tanah kosong
14.679,57
15. Semak belukar
250.883,80
Jumlah
399.564,30
Sumber : Bappeda Analisis Satelit, 2014

Persentase
Luas Lahan
1,80
4,75
14,64
9,05
0,42

0,64
0,23
0,24
1,70
0,01
0,01
0,00
0,05
3,67
62,79
100

Dari segi ekonomi, pertumbuhan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten TTS,
sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian,
yaitu pada tahun 2008 sebesar 54,19% dan terus mengalami penurunan
hingga tahun 2012 sebesar 50,78%, kemudian diikuti oleh sektor jasajasa dengan kontribusi sebesar 25% pada tahun 2008, meningkat
menjadi 28% pada tahun 2012. Tujuh (7) sektor lain yang memberikan
kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Timor Tengah Selatan, dari


25

Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni

tahun ke tahun cenderung menunjukkan peningkatan walaupun dalam
jumlah yang sangat kecil. Pertumbuhan ekonomi terbesar diperoleh
dari sektor Jasa sebesar 7%, Pertambangan 6,7%, dan Pengangkutan
sebesar 6,1%.
Distribusi penduduk menyebar pada daerah-daerah potensial ±
92% tinggal di daerah pedesaan dan 8% tinggal di daerah perkotaan.
Dengan distribusi penyebaran penduduk tersebut, sebesar 68%
penduduk Kabupaten TTS bekerja di sektor pertanian, sedangkan
sisanya bekerja di sektor jasa (9%), perdagangan, hotel dan restaurant
(7%) dan lainnya.
Tabel 2. 2. Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Timor
Tengah Selatan Tahun 2008 – 2012
Tanaman
Perkebunan
Kelapa
Kemiri

Kapuk
Jambu Mente
Biji Asam
Pinang
Kopi
Kakao

2008
1.268
3.180
298
198
5.816
105
35
35

Tahun
2009
1.132

2.734
257
233
3.745
99
34
5

(dalam ton)
2010 2011
1.132 1.232
2.734 2.785
257
174
233
280
2.134 1.693
99
110
34

38
8
11

2012
2.013
2.706
304
398
2.225
550
93

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten TTS 2008 s/d 2012

Hasil poduksi tanaman perkebunan yang disajikan dalam Tabel
2.2 menunjukkan bahwa produksi tanaman perkebunan yang paling
dominan namun terus mengalami penurunan adalah biji asam dengan
jumlah produksi pada tahun 2008 sebanyak 5.816 ton menjadi 2.225
ton pada tahun 2012, serta tanaman kemiri dengan jumlah produksi

sebanyak 3.180 ton pada tahun 2008 menjadi 2.706 pada tahun 2012.
Jenis tanaman perkebunan yang terus menunjukkan kenaikan jumlah
produksi adalah tanaman pinang yaitu sebanyak 105 ton pada tahun
2008 menjadi 550 ton pada tahun 2012.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah tangga,
masyarakat Kabupaten TTS menanam jagung sebagai makanan pokok

26

Metodologi Penelitian

secara turun-temurun. Tanaman jagung diprioritaskan untuk
memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga selama satu tahun, dan
jika ada kelebihan maka akan dijual. Sedangkan untuk padi diusahakan
oleh masyarakat pada beberapa wilayah tergantung ketersediaan air
dan hanya berada di wilayah Panite dan Batu Putih di sepanjang DAS
Mina. Namun pada tahun 2014-2015, masyarakat mengalami gagal
tanam dan gagal panen akibat musim kemarau berkepanjangan,
terutama di bagian selatan wilayah Timor. Produksi tanaman pangan
selama 5 tahun terakhir lebih didominasi oleh produksi padi dan

jagung, jenis sayur–sayuran didominasi oleh labu siam, jenis buahbuahan didominasi oleh jeruk keprok, mangga dan alpukat, serta
beberapa jenis tanaman ubi-ubian dan kacang merah.
Peta pada Gambar 2.2 menunjukkan kondisi hidrologi
Kabupaten TTS dimana hidrologi merupakan kondisi air, pergerakan
air, dan kualitas air di permukaan bumi yang ditujukan untuk
kesejahteraan hidup manusia. Wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan terdapat 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar yaitu DAS Mina
dan DAS Benain serta 6 DAS kecil yaitu DAS Fail, DAS Muke, DAS
Siu, DAS Tuke, DAS Menu, DAS Tumutu. DAS Mina memiliki daerah
tangkapan air seluas 273.300 ha dan memiliki aliran utama yaitu sungai
Noelmina sepanjang 97 km, melewati Kecamatan Batuputih,
Amanuban Selatan, Fatumnasi, Mollo Barat, Mollo Tengah, Mollo
Selatan, Mollo Utara, Nunbena. Sedangkan DAS Benain memiliki
tangkapan seluas 97.750 ha dengan aliran utamanya adalah sungai
Benanain sepanjang 135 km, melewati Kecamatan Oenino, Polen,
Amanuban Timur, Fatukopa, Amanatun Utara, Kokbaun, Toianas,
Boking, Kota Soe, Kuatnana, Amanuban Tengah, KiE, Fautmolo; DAS
Fail melewati Kecamatan Nunbena; DAS Siu melewati Kecamatan
Kolbano; DAS Tuke melewati Kecamatan Kot’olin; DAS Menu
melewati Kecamatan Nunkolo, Boking dan Amanatun Selatan; DAS
Tumutu melewati Kecamatan Santian, Noebana dan Toianas, DAS
Muke melewati Kecamatan Kualin, Kuanfatu dan Noebeba.

27

Gambar 2.4. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Timor Tengah Selatan
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni

28
Kabupaten TTS, 2014
SumberSumber:
: Bappeda Bappeda
Kab. TTS, 2014

Gambar 2.2. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Timor Tengah Selatan

Metodologi Penelitian

Jumlah mata air yang digunakan oleh masyarakat berdasarkan
hasil identifikasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten TTS sebanyak 35
mata air yang tersebar di 32 kecamatan. Embung yang tersebar di
Kabupaten TTS sejak tahun 1986 sampai 2014 sebanyak 99 buah
dengan kapasitas tampung 2.393.305 m3, namun hanya mampu
menahan air 1-2 bulan karena terjadinya pendangkalan dan tingkat
evaporasi yang tinggi. Embung tersebut berfungsi melayani 12.930 KK,
22.560 ekor ternak serta 1.403,47 ha tanaman holtikultura.
Keadaan iklim dan hidrologi Kabupaten TTS bersifat tropis
dengan curah hujan bervariasi antara 1.000–1.250 mm per tahun dan
1.000–2.000 mm per tahun. Sebaran volume dan intensitas hujan tidak
merata yaitu di wilayah bagian barat dan bagian utara curah hujan
relatif tinggi, kemudian wilayah bagian tengah relatif sedang, dan
makin ke wilayah timur dan selatan semakin berkurang. Musim hujan
berkisar selama 4 bulan yaitu pada bulan Nopember–Februari,
sedangkan 8 bulan lainnya yaitu bulan Maret-Oktober merupakan
musim kemarau.
Kondisi topografi Kabupaten TTS yang menentukan posisi
wilayah berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut (dpl) secara
umum menunjukkan; ketinggian 0–500 m dpl seluas 49,0%,
ketinggian>500–1.000 m dpl seluas 48,2% dan ketinggian >1.000 seluas
2,8%. Berdasarkan topografi wilayah, maka Kabupaten TTS terbagi
dalam dua kategori yaitu wilayah dataran rendah yang dominan berada
di wilayah bagian selatan dan wilayah dataran tinggi yang dominan
berada di wilayah tengah dan utara.
Berdasarkan lembar peta geologi Kupang-Atambua, Timor
(RTRWK-TTS) menunjukkan bahwa Kabupaten Timor Tengah Selatan
memiliki jenis batuan sedimen, beku, vulkanik dan batuan malihan
yaitu; (1) batuan sedimen terdiri dari batuan gamping, kalisutit, batu
pasir, lanau, serpih dan lempung; (2) Batuan beku terdiri dari batuan
ultra dan diorit; (3) Batuan malihan adalah malihan berderajat rendah
sampai tinggi terdiri dari batu sabak, filit, sekis, amfibolit dan granolit.
Kondisi tanah pada umumnya bertekstur kasar yaitu 88,96%
dan 11,04% bertekstur sedang dan halus juga terdapat dua jenis sesar
yaitu sesar naik terdapat di bagian utara yaitu Kecamatan Fatumnasi
dan Mollo Selatan. Sedangkan untuk sesar geser jurus melintasi bagian

29

Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni

Oelnasi dan sekitarnya sehingga menyebabkan permukaan tanah labil.
Berdasarkan geologi wilayah menunjukkan adanya potensi tambang
yang tinggi, di lain pihak ada kelemahan karena sebagian wilayah labil
akibat adanya sesar geser.
Sumber utama air bersih (air minum) masyarakat berasal dari
mata air dan sumur. Jika diperhatikan pada Tabel 2.3 menunjukkan
bahwa, 80% sumber utama air minum masyarakat adalah mata air dan
sumur. Jaringan distribusi air PDAM tidak mampu memenuhi
kebutuhan air masyarakat karena kurangnya pasokan sumber daya air
yang dapat dieksplorasi. Dari kondisi tersebut, rumah tangga
menggunakan fasilitas air minum bersama dan umum. Rumah tangga
yang menggunakan fasilitas sendiri (privat) untuk pemenuhan
kebutuhan air minum hanya sebesar 9,79%, terbatas di wilayah
perkotaan.
Tabel 2. 3. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air
Minum Tahun 2011-2012
Sumber Air Minum
2011
Air Kemasan Bermerk
0,00
Isi Ulang
0,39
Leding Meteran/Pipa
7,56
Pompa
0,00
Sumur Terlindungi
11,06
Sumur Tak Terlindungi
10,74
Mata Air Terlindungi
18,01
Mata Air Tak terlindungi
45,58
Sungai
6,45
Hujan
0,00
Lainnya
0,08
Jumlah/Total
100
Sumber: BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan, 2014

2012
0,16
9,04
1,18
13,50
13,42
23,01
31,95
6,43
0,00
0,90
0,00
100

Secara spesifik, penelitian ini dilakukan di lima desa di
Kecamatan Kualin dan Kolbano Kabupaten TTS di bulan Desember
2015, yaitu di Desa Oetuke dan Nununamat di Kecamatan Kolbano,
dan Desa Kualin, Tuafanu, serta Kiufatu di Kecamatan Kualin. Jarak
Kota Kupang ke Kota Soe sebagai ibu kota Kabupaten TTS 110 km,

30

Metodologi Penelitian

dengan waktu tempuh + 2,5 jam, sedangkan waktu tempuh dari Kota
Soe ke lokasi penelitian memerlukan waktu sekitar 2,5-3 jam
perjalanan darat. Kecamatan Kualin dan Kolbano terletak di bagian
Selatan pesisir Pulau Timor berbatasan dengan garis pantai. Kontur
wilayah dua kecamatan tersebut memiliki area landai dan berbukitbukit. Dua desa di Kecamatan Kolbano terletak di wilayah perbukitan
mendaki dengan jalan tanah berkelok dan berbatuan memiliki
kemiringan 450. Dua dari tiga desa di Kecamatan Kualin terletak di
pesisir pantai, satu desa berada jauh terletak ke dalam menuju arah
perbukitan.
Latar belakang pemilihan Kecamatan Kualin dan Kolbano,
yaitu adanya permasalahan kelaparan yang terjadi di beberapa
kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten TTS, di antaranya
dua kecamatan tersebut. Kelaparan disebabkan hujan yang hanya turun
dua kali dalam satu tahun (2015) yaitu di bulan Juni dan Desember.
Sedangkan pada tahun sebelumnya (2014) hanya turun 4 kali dalam
setahun. Akibat kekeringan berkepanjangan, berdampak terhadap
tidak tersedianya jagung sebagai makanan pokok masyarakat. Dengan
pola pertanian mengandalkan air hujan pada musim penghujan, ketika
hujan tidak turun maka masyarakat tidak dapat memulai masa tanam,
bahkan tanaman pisang pun banyak yang mati. Dengan demikian,
lokasi ini dapat menjadi penyulih (surrogate) kondisi di Kabupaten
TTS.
Tren curah hujan di Kecamatan Kualin dan Kolbano dari tahun
2011 hingga 2015 mengalami penurunan. Berdasarkan klasifikasi curah
hujan BMKG, di awal tahun 2011 dan Juni 2013 masuk dalam
klasifikasi lebat, kemudian menjadi sangat ringan dan ringan pada
tahun 2014 dan 2015. Kecenderungan terjadinya penurunan curah
hujan pada tahun 2011-2013 di bulan Juni hingga November.
Perubahan pola curah hujan dirasakan pada tahun 2014 dan 2015,
dengan klasifikasi curah hujan sangat ringan hingga ringan, dan tidak
mengalami hujan dari bulan Juni hingga November. Sedangkan pada
bulan lainnya hari hujan sangat rendah dibandingkan dua tahun
sebelumnya.

31

Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni

700

600
575

Curah Hujan (mm)

500
2011
400

2012

379
350
300

319
289

296
271
247
216

200

318

2014
255
236

222
158
148

100

100
82

72

JAN

169

2015

153
131

114
113
119

55.5
51
41.3 29

12

0

2013

124
83

64
60

46

89
79
76

122
95
84

79
46.5
12

12
11
4
2
0
0
0
0
0
0
PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

Sumber: Staklim Lasiana, 2016
Gambar 2.3. Curah Hujan Kecamatan Kualin dan Kolbano Tahun
2011-2015
18
17
16
14

15
14

17
16

16
15

15
14
13

12

Hari Hujan

12
11
10

10

2012

10

9

9
8

8
7

8
7

8

2013

8

2014
6

6
5

5
4

4
2

2

2

0
JAN

PEB

MAR

4
3

4
3
2

1
APR

MEI

5
4
3

2015
4

4

2

1
0
0
0
0
0
0
JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

Sumber: Staklim Lasiana, 2016
Gambar 2.4. Hari Hujan Kecamatan Kualin dan Kolbano Tahun
2011-2015

32

2011

11

Metodologi Penelitian

Hari hujan yang terjadi di Kecamatan Kualin dan Kolbano
selama kurun waktu lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan
penurunan jumlah, dengan kecenderungan pada bulan Juni hingga
November tidak mengalami hujan.
Data curah hujan dan hari hujan menunjukkan bahwa wilayah
Kecamatan Kualin dan Kolbano akan mengalami surplus air maksimal
selama 3,3 bulan, sedangkan sisanya mengalami defisit air karena
rendahnya curah hujan dan hari hujan. Tabel 2.4 menunjukkan bahwa
kekeringan yang terjadi di wilayah TTS mencapai 9-10,5 bulan. Ada
perbedaan antara wilayah pesisir selatan Pulau Timor dengan wilayah
tengah utara baik curah hujan maupun hari hujan, dengan perbedaan
di bagian selatan lebih pendek dibandingkan dengan wilayah lain.
Tabel 2.4. Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan Kecamatan
Kualin dan Kolbano Tahun 2011-2015

1

2011

Rata-rata
Curah Hujan
(mm/tahun)
183

2
3
4
5

2012
2013
2014
2015

132
154
55
26

No

Tahun

Hari
Hujan
(Bulan)
3.07
2.90
3.33
1.60
1.47

Pendekatan Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan penelitian menggunakan studi kasus. Desain penelitian ini
menggunakan metode survei dan observasi dengan masyarakat dan
tokoh masyarakat. Variabel penelitian ini meliputi; model pemanenan
air, ketersediaan sumber air, pola pengambilan dan pemanfaatan air
serta peta persoalan kelangkaan air. Data primer meliputi data
kebutuhan air domestik dan non domestik, diperoleh dengan metode
survei melalui wawancara terhadap masyarakat dan tokoh masyarakat
terkait kebutuhan air per kapita, pola masyarakat mendapatkan air

33

Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni

bersih, pemanenan air, faktor penyebab kelangkaan air, strategi coping,
pola migrasi, dan konflik berbasis sumber daya air. Sedangkan
ketersediaan sumber daya air didapatkan dari data resmi pemerintah
dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Proses penggalian data dan informasi di Kecamatan Kualin dan
Kolbano melibatkan informan kunci yang terdiri dari kepala daerah,
legislatif, aparatur pemerintah desa, masyarakat, dan tokoh masyarakat.
Informan di tingkat pemerintah kabupaten terdiri dari Bupati
Kabupaten TTS, Ketua DPRD Kabupaten TTS, pejabat pemerintahan
dari masing-masing SKPD yaitu; Kesbangpol, Dinas Pertanian, ESDM,
dan Bappeda, serta aparatur pemerintahan desa. Teknik yang
digunakan melalui wawancara dan diskusi terfokus.
Definisi operasional terkait fenomena kelangkaan air yang
menjadi konsep acuan dalam penelitian ini adalah fenomena yang
disebabkan oleh faktor alam dan manusia (Pereira et al., 2009). Faktor
alam adalah kondisi iklim kering atau kekeringan yang berdampak
pada kelangkaan air secara alamiah. Sedangkan faktor manusia adalah
aktivitas manusia yang berdampak pada kerusakan lingkungan sebagai
penyebab terjadinya kelangkaan sumber daya air (FAO, 2012; Richter
et al., 2013; Shiklomanov, 1993, 1998; Ercin et al., 2013; Ercin &
Hoekstra, 2014; Molle & Mollinga, 2003).

34

Kota Soe

Kec. Kualin

35

Sumber: Bappeda Kabupaten TTS, 2015

Gambar 2. 5. Kecamatan Kualin dan Kolbano

Metodologi Penelitian

Kec. Kolbano

Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni

36

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Relasi Kekuasaan Dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi di Desa Linamnutu Kabupaten Timor Tengah Selatan T1 352008601 BAB II

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pariwisata bagi Masyarakat Lokal D 902009101 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Penyebab Kematian Maternal di Kabupaten Timor Tengah Selatan

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan)

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan) D 902013004 BAB VII

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan) D 902013004 BAB VI

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan) D 902013004 BAB V

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan) D 902013004 BAB IV

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan) D 902013004 BAB III

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan) D 902013004 BAB I

0 0 22