Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelangkaan Air: Coping dalam Harmoni (Pengan Masyarakat di Pesisir Timor Tengah Selatan) D 902013004 BAB II
BAB 2
Metodologi Penelitian
Profil Wilayah Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten TTS, Provinsi NTT.
Kabupaten TTS merupakan satu dari 21 kabupaten/kota di Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak pada koordinat
1200 4’ 00”BT-124049’01”BT dan 9028’13”LS-10010’26”LS. Kabupaten
TTS berbatasan dengan:
Sebelah utara : Kabupaten Timor Tengah Utara
Sebelah timur : Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu
Sebelah barat : Kabupaten Kupang
Sebelah selatan : Laut Timor
Secara administratif Kabupaten TTS terdiri dari 32 (tiga puluh
dua) kecamatan yang terdiri dari 228 (dua ratus dua puluh delapan)
desa dan 12 (dua belas) kelurahan, memiliki luas wilayah 3.995,88 km2.
Distribusi penduduk menyebar pada daerah-daerah potensial, ± 92%
tinggal di daerah pedesaan dan 8% tinggal di daerah perkotaan.
Tren curah hujan di Kecamatan Kualin dan Kolbano dari tahun
2011 hingga 2015 mengalami penurunan. Berdasarkan klasifikasi curah
hujan BMKG, di awal tahun 2011 dan Juni 2013 masuk dalam
klasifikasi lebat, kemudian menjadi sangat ringan dan ringan pada
tahun 2014 dan 2015. Kecenderungan terjadinya penurunan curah
hujan pada tahun 2011-2013 di bulan Juni hingga November.
Perubahan pola curah hujan dirasakan pada tahun 2014 dan 2015,
dengan klasifikasi curah hujan sangat ringan hingga ringan, dan tidak
mengalami hujan dari bulan Juni hingga November. Sedangkan pada
bulan lainnya hari hujan sangat rendah dibandingkan dua tahun
sebelumnya.
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
24
Gambar 2. 1. Letak Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Metodologi Penelitian
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan terbesar
adalah untuk tegalan/ladang seluas 58.510,07 ha (14,64%), diikuti oleh
kawasan hutan seluas 36.174,96 ha (9,05%) dan perkebunan seluas
18.965,17 ha (4,75%). Lahan yang telah digunakan meliputi 132.784,20
ha (33,23%) dari luas pemanfaatan lahan, sedangkan sebagian besar
lahan masih merupakan semak belukar dengan luas 250.883,80 ha
(62,79%) dan rumput/tanah kosong seluas 14.679,57 ha (3,67%).
Tabel 2. 1. Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Timor Tengah
Selatan
No
Jenis Penggunaan
Luas (Ha)
Lahan
1.
Pemukiman
7.208,37
2.
Perkebunan
18.965,17
3.
Tegalan/ladang
58,510,07
4.
Hutan
36.174,96
5.
Hutan bakau
1.667,77
6.
Sawah irigasi
2.548,55
7.
Sawah tadah hujan
918,73
8.
Rawa
951,79
9.
Sungai/danau
6.790,61
10. Pasir endapan
35,56
11. Pasir pantai
37,56
12. Pasir pasut
0,09
13. Batu cadas
192,26
14. Rumput/tanah kosong
14.679,57
15. Semak belukar
250.883,80
Jumlah
399.564,30
Sumber : Bappeda Analisis Satelit, 2014
Persentase
Luas Lahan
1,80
4,75
14,64
9,05
0,42
0,64
0,23
0,24
1,70
0,01
0,01
0,00
0,05
3,67
62,79
100
Dari segi ekonomi, pertumbuhan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten TTS,
sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian,
yaitu pada tahun 2008 sebesar 54,19% dan terus mengalami penurunan
hingga tahun 2012 sebesar 50,78%, kemudian diikuti oleh sektor jasajasa dengan kontribusi sebesar 25% pada tahun 2008, meningkat
menjadi 28% pada tahun 2012. Tujuh (7) sektor lain yang memberikan
kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Timor Tengah Selatan, dari
25
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
tahun ke tahun cenderung menunjukkan peningkatan walaupun dalam
jumlah yang sangat kecil. Pertumbuhan ekonomi terbesar diperoleh
dari sektor Jasa sebesar 7%, Pertambangan 6,7%, dan Pengangkutan
sebesar 6,1%.
Distribusi penduduk menyebar pada daerah-daerah potensial ±
92% tinggal di daerah pedesaan dan 8% tinggal di daerah perkotaan.
Dengan distribusi penyebaran penduduk tersebut, sebesar 68%
penduduk Kabupaten TTS bekerja di sektor pertanian, sedangkan
sisanya bekerja di sektor jasa (9%), perdagangan, hotel dan restaurant
(7%) dan lainnya.
Tabel 2. 2. Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Timor
Tengah Selatan Tahun 2008 – 2012
Tanaman
Perkebunan
Kelapa
Kemiri
Kapuk
Jambu Mente
Biji Asam
Pinang
Kopi
Kakao
2008
1.268
3.180
298
198
5.816
105
35
35
Tahun
2009
1.132
2.734
257
233
3.745
99
34
5
(dalam ton)
2010 2011
1.132 1.232
2.734 2.785
257
174
233
280
2.134 1.693
99
110
34
38
8
11
2012
2.013
2.706
304
398
2.225
550
93
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten TTS 2008 s/d 2012
Hasil poduksi tanaman perkebunan yang disajikan dalam Tabel
2.2 menunjukkan bahwa produksi tanaman perkebunan yang paling
dominan namun terus mengalami penurunan adalah biji asam dengan
jumlah produksi pada tahun 2008 sebanyak 5.816 ton menjadi 2.225
ton pada tahun 2012, serta tanaman kemiri dengan jumlah produksi
sebanyak 3.180 ton pada tahun 2008 menjadi 2.706 pada tahun 2012.
Jenis tanaman perkebunan yang terus menunjukkan kenaikan jumlah
produksi adalah tanaman pinang yaitu sebanyak 105 ton pada tahun
2008 menjadi 550 ton pada tahun 2012.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah tangga,
masyarakat Kabupaten TTS menanam jagung sebagai makanan pokok
26
Metodologi Penelitian
secara turun-temurun. Tanaman jagung diprioritaskan untuk
memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga selama satu tahun, dan
jika ada kelebihan maka akan dijual. Sedangkan untuk padi diusahakan
oleh masyarakat pada beberapa wilayah tergantung ketersediaan air
dan hanya berada di wilayah Panite dan Batu Putih di sepanjang DAS
Mina. Namun pada tahun 2014-2015, masyarakat mengalami gagal
tanam dan gagal panen akibat musim kemarau berkepanjangan,
terutama di bagian selatan wilayah Timor. Produksi tanaman pangan
selama 5 tahun terakhir lebih didominasi oleh produksi padi dan
jagung, jenis sayur–sayuran didominasi oleh labu siam, jenis buahbuahan didominasi oleh jeruk keprok, mangga dan alpukat, serta
beberapa jenis tanaman ubi-ubian dan kacang merah.
Peta pada Gambar 2.2 menunjukkan kondisi hidrologi
Kabupaten TTS dimana hidrologi merupakan kondisi air, pergerakan
air, dan kualitas air di permukaan bumi yang ditujukan untuk
kesejahteraan hidup manusia. Wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan terdapat 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar yaitu DAS Mina
dan DAS Benain serta 6 DAS kecil yaitu DAS Fail, DAS Muke, DAS
Siu, DAS Tuke, DAS Menu, DAS Tumutu. DAS Mina memiliki daerah
tangkapan air seluas 273.300 ha dan memiliki aliran utama yaitu sungai
Noelmina sepanjang 97 km, melewati Kecamatan Batuputih,
Amanuban Selatan, Fatumnasi, Mollo Barat, Mollo Tengah, Mollo
Selatan, Mollo Utara, Nunbena. Sedangkan DAS Benain memiliki
tangkapan seluas 97.750 ha dengan aliran utamanya adalah sungai
Benanain sepanjang 135 km, melewati Kecamatan Oenino, Polen,
Amanuban Timur, Fatukopa, Amanatun Utara, Kokbaun, Toianas,
Boking, Kota Soe, Kuatnana, Amanuban Tengah, KiE, Fautmolo; DAS
Fail melewati Kecamatan Nunbena; DAS Siu melewati Kecamatan
Kolbano; DAS Tuke melewati Kecamatan Kot’olin; DAS Menu
melewati Kecamatan Nunkolo, Boking dan Amanatun Selatan; DAS
Tumutu melewati Kecamatan Santian, Noebana dan Toianas, DAS
Muke melewati Kecamatan Kualin, Kuanfatu dan Noebeba.
27
Gambar 2.4. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Timor Tengah Selatan
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
28
Kabupaten TTS, 2014
SumberSumber:
: Bappeda Bappeda
Kab. TTS, 2014
Gambar 2.2. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Timor Tengah Selatan
Metodologi Penelitian
Jumlah mata air yang digunakan oleh masyarakat berdasarkan
hasil identifikasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten TTS sebanyak 35
mata air yang tersebar di 32 kecamatan. Embung yang tersebar di
Kabupaten TTS sejak tahun 1986 sampai 2014 sebanyak 99 buah
dengan kapasitas tampung 2.393.305 m3, namun hanya mampu
menahan air 1-2 bulan karena terjadinya pendangkalan dan tingkat
evaporasi yang tinggi. Embung tersebut berfungsi melayani 12.930 KK,
22.560 ekor ternak serta 1.403,47 ha tanaman holtikultura.
Keadaan iklim dan hidrologi Kabupaten TTS bersifat tropis
dengan curah hujan bervariasi antara 1.000–1.250 mm per tahun dan
1.000–2.000 mm per tahun. Sebaran volume dan intensitas hujan tidak
merata yaitu di wilayah bagian barat dan bagian utara curah hujan
relatif tinggi, kemudian wilayah bagian tengah relatif sedang, dan
makin ke wilayah timur dan selatan semakin berkurang. Musim hujan
berkisar selama 4 bulan yaitu pada bulan Nopember–Februari,
sedangkan 8 bulan lainnya yaitu bulan Maret-Oktober merupakan
musim kemarau.
Kondisi topografi Kabupaten TTS yang menentukan posisi
wilayah berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut (dpl) secara
umum menunjukkan; ketinggian 0–500 m dpl seluas 49,0%,
ketinggian>500–1.000 m dpl seluas 48,2% dan ketinggian >1.000 seluas
2,8%. Berdasarkan topografi wilayah, maka Kabupaten TTS terbagi
dalam dua kategori yaitu wilayah dataran rendah yang dominan berada
di wilayah bagian selatan dan wilayah dataran tinggi yang dominan
berada di wilayah tengah dan utara.
Berdasarkan lembar peta geologi Kupang-Atambua, Timor
(RTRWK-TTS) menunjukkan bahwa Kabupaten Timor Tengah Selatan
memiliki jenis batuan sedimen, beku, vulkanik dan batuan malihan
yaitu; (1) batuan sedimen terdiri dari batuan gamping, kalisutit, batu
pasir, lanau, serpih dan lempung; (2) Batuan beku terdiri dari batuan
ultra dan diorit; (3) Batuan malihan adalah malihan berderajat rendah
sampai tinggi terdiri dari batu sabak, filit, sekis, amfibolit dan granolit.
Kondisi tanah pada umumnya bertekstur kasar yaitu 88,96%
dan 11,04% bertekstur sedang dan halus juga terdapat dua jenis sesar
yaitu sesar naik terdapat di bagian utara yaitu Kecamatan Fatumnasi
dan Mollo Selatan. Sedangkan untuk sesar geser jurus melintasi bagian
29
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
Oelnasi dan sekitarnya sehingga menyebabkan permukaan tanah labil.
Berdasarkan geologi wilayah menunjukkan adanya potensi tambang
yang tinggi, di lain pihak ada kelemahan karena sebagian wilayah labil
akibat adanya sesar geser.
Sumber utama air bersih (air minum) masyarakat berasal dari
mata air dan sumur. Jika diperhatikan pada Tabel 2.3 menunjukkan
bahwa, 80% sumber utama air minum masyarakat adalah mata air dan
sumur. Jaringan distribusi air PDAM tidak mampu memenuhi
kebutuhan air masyarakat karena kurangnya pasokan sumber daya air
yang dapat dieksplorasi. Dari kondisi tersebut, rumah tangga
menggunakan fasilitas air minum bersama dan umum. Rumah tangga
yang menggunakan fasilitas sendiri (privat) untuk pemenuhan
kebutuhan air minum hanya sebesar 9,79%, terbatas di wilayah
perkotaan.
Tabel 2. 3. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air
Minum Tahun 2011-2012
Sumber Air Minum
2011
Air Kemasan Bermerk
0,00
Isi Ulang
0,39
Leding Meteran/Pipa
7,56
Pompa
0,00
Sumur Terlindungi
11,06
Sumur Tak Terlindungi
10,74
Mata Air Terlindungi
18,01
Mata Air Tak terlindungi
45,58
Sungai
6,45
Hujan
0,00
Lainnya
0,08
Jumlah/Total
100
Sumber: BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan, 2014
2012
0,16
9,04
1,18
13,50
13,42
23,01
31,95
6,43
0,00
0,90
0,00
100
Secara spesifik, penelitian ini dilakukan di lima desa di
Kecamatan Kualin dan Kolbano Kabupaten TTS di bulan Desember
2015, yaitu di Desa Oetuke dan Nununamat di Kecamatan Kolbano,
dan Desa Kualin, Tuafanu, serta Kiufatu di Kecamatan Kualin. Jarak
Kota Kupang ke Kota Soe sebagai ibu kota Kabupaten TTS 110 km,
30
Metodologi Penelitian
dengan waktu tempuh + 2,5 jam, sedangkan waktu tempuh dari Kota
Soe ke lokasi penelitian memerlukan waktu sekitar 2,5-3 jam
perjalanan darat. Kecamatan Kualin dan Kolbano terletak di bagian
Selatan pesisir Pulau Timor berbatasan dengan garis pantai. Kontur
wilayah dua kecamatan tersebut memiliki area landai dan berbukitbukit. Dua desa di Kecamatan Kolbano terletak di wilayah perbukitan
mendaki dengan jalan tanah berkelok dan berbatuan memiliki
kemiringan 450. Dua dari tiga desa di Kecamatan Kualin terletak di
pesisir pantai, satu desa berada jauh terletak ke dalam menuju arah
perbukitan.
Latar belakang pemilihan Kecamatan Kualin dan Kolbano,
yaitu adanya permasalahan kelaparan yang terjadi di beberapa
kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten TTS, di antaranya
dua kecamatan tersebut. Kelaparan disebabkan hujan yang hanya turun
dua kali dalam satu tahun (2015) yaitu di bulan Juni dan Desember.
Sedangkan pada tahun sebelumnya (2014) hanya turun 4 kali dalam
setahun. Akibat kekeringan berkepanjangan, berdampak terhadap
tidak tersedianya jagung sebagai makanan pokok masyarakat. Dengan
pola pertanian mengandalkan air hujan pada musim penghujan, ketika
hujan tidak turun maka masyarakat tidak dapat memulai masa tanam,
bahkan tanaman pisang pun banyak yang mati. Dengan demikian,
lokasi ini dapat menjadi penyulih (surrogate) kondisi di Kabupaten
TTS.
Tren curah hujan di Kecamatan Kualin dan Kolbano dari tahun
2011 hingga 2015 mengalami penurunan. Berdasarkan klasifikasi curah
hujan BMKG, di awal tahun 2011 dan Juni 2013 masuk dalam
klasifikasi lebat, kemudian menjadi sangat ringan dan ringan pada
tahun 2014 dan 2015. Kecenderungan terjadinya penurunan curah
hujan pada tahun 2011-2013 di bulan Juni hingga November.
Perubahan pola curah hujan dirasakan pada tahun 2014 dan 2015,
dengan klasifikasi curah hujan sangat ringan hingga ringan, dan tidak
mengalami hujan dari bulan Juni hingga November. Sedangkan pada
bulan lainnya hari hujan sangat rendah dibandingkan dua tahun
sebelumnya.
31
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
700
600
575
Curah Hujan (mm)
500
2011
400
2012
379
350
300
319
289
296
271
247
216
200
318
2014
255
236
222
158
148
100
100
82
72
JAN
169
2015
153
131
114
113
119
55.5
51
41.3 29
12
0
2013
124
83
64
60
46
89
79
76
122
95
84
79
46.5
12
12
11
4
2
0
0
0
0
0
0
PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Sumber: Staklim Lasiana, 2016
Gambar 2.3. Curah Hujan Kecamatan Kualin dan Kolbano Tahun
2011-2015
18
17
16
14
15
14
17
16
16
15
15
14
13
12
Hari Hujan
12
11
10
10
2012
10
9
9
8
8
7
8
7
8
2013
8
2014
6
6
5
5
4
4
2
2
2
0
JAN
PEB
MAR
4
3
4
3
2
1
APR
MEI
5
4
3
2015
4
4
2
1
0
0
0
0
0
0
JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Sumber: Staklim Lasiana, 2016
Gambar 2.4. Hari Hujan Kecamatan Kualin dan Kolbano Tahun
2011-2015
32
2011
11
Metodologi Penelitian
Hari hujan yang terjadi di Kecamatan Kualin dan Kolbano
selama kurun waktu lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan
penurunan jumlah, dengan kecenderungan pada bulan Juni hingga
November tidak mengalami hujan.
Data curah hujan dan hari hujan menunjukkan bahwa wilayah
Kecamatan Kualin dan Kolbano akan mengalami surplus air maksimal
selama 3,3 bulan, sedangkan sisanya mengalami defisit air karena
rendahnya curah hujan dan hari hujan. Tabel 2.4 menunjukkan bahwa
kekeringan yang terjadi di wilayah TTS mencapai 9-10,5 bulan. Ada
perbedaan antara wilayah pesisir selatan Pulau Timor dengan wilayah
tengah utara baik curah hujan maupun hari hujan, dengan perbedaan
di bagian selatan lebih pendek dibandingkan dengan wilayah lain.
Tabel 2.4. Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan Kecamatan
Kualin dan Kolbano Tahun 2011-2015
1
2011
Rata-rata
Curah Hujan
(mm/tahun)
183
2
3
4
5
2012
2013
2014
2015
132
154
55
26
No
Tahun
Hari
Hujan
(Bulan)
3.07
2.90
3.33
1.60
1.47
Pendekatan Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan penelitian menggunakan studi kasus. Desain penelitian ini
menggunakan metode survei dan observasi dengan masyarakat dan
tokoh masyarakat. Variabel penelitian ini meliputi; model pemanenan
air, ketersediaan sumber air, pola pengambilan dan pemanfaatan air
serta peta persoalan kelangkaan air. Data primer meliputi data
kebutuhan air domestik dan non domestik, diperoleh dengan metode
survei melalui wawancara terhadap masyarakat dan tokoh masyarakat
terkait kebutuhan air per kapita, pola masyarakat mendapatkan air
33
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
bersih, pemanenan air, faktor penyebab kelangkaan air, strategi coping,
pola migrasi, dan konflik berbasis sumber daya air. Sedangkan
ketersediaan sumber daya air didapatkan dari data resmi pemerintah
dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Proses penggalian data dan informasi di Kecamatan Kualin dan
Kolbano melibatkan informan kunci yang terdiri dari kepala daerah,
legislatif, aparatur pemerintah desa, masyarakat, dan tokoh masyarakat.
Informan di tingkat pemerintah kabupaten terdiri dari Bupati
Kabupaten TTS, Ketua DPRD Kabupaten TTS, pejabat pemerintahan
dari masing-masing SKPD yaitu; Kesbangpol, Dinas Pertanian, ESDM,
dan Bappeda, serta aparatur pemerintahan desa. Teknik yang
digunakan melalui wawancara dan diskusi terfokus.
Definisi operasional terkait fenomena kelangkaan air yang
menjadi konsep acuan dalam penelitian ini adalah fenomena yang
disebabkan oleh faktor alam dan manusia (Pereira et al., 2009). Faktor
alam adalah kondisi iklim kering atau kekeringan yang berdampak
pada kelangkaan air secara alamiah. Sedangkan faktor manusia adalah
aktivitas manusia yang berdampak pada kerusakan lingkungan sebagai
penyebab terjadinya kelangkaan sumber daya air (FAO, 2012; Richter
et al., 2013; Shiklomanov, 1993, 1998; Ercin et al., 2013; Ercin &
Hoekstra, 2014; Molle & Mollinga, 2003).
34
Kota Soe
Kec. Kualin
35
Sumber: Bappeda Kabupaten TTS, 2015
Gambar 2. 5. Kecamatan Kualin dan Kolbano
Metodologi Penelitian
Kec. Kolbano
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
36
Metodologi Penelitian
Profil Wilayah Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten TTS, Provinsi NTT.
Kabupaten TTS merupakan satu dari 21 kabupaten/kota di Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak pada koordinat
1200 4’ 00”BT-124049’01”BT dan 9028’13”LS-10010’26”LS. Kabupaten
TTS berbatasan dengan:
Sebelah utara : Kabupaten Timor Tengah Utara
Sebelah timur : Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu
Sebelah barat : Kabupaten Kupang
Sebelah selatan : Laut Timor
Secara administratif Kabupaten TTS terdiri dari 32 (tiga puluh
dua) kecamatan yang terdiri dari 228 (dua ratus dua puluh delapan)
desa dan 12 (dua belas) kelurahan, memiliki luas wilayah 3.995,88 km2.
Distribusi penduduk menyebar pada daerah-daerah potensial, ± 92%
tinggal di daerah pedesaan dan 8% tinggal di daerah perkotaan.
Tren curah hujan di Kecamatan Kualin dan Kolbano dari tahun
2011 hingga 2015 mengalami penurunan. Berdasarkan klasifikasi curah
hujan BMKG, di awal tahun 2011 dan Juni 2013 masuk dalam
klasifikasi lebat, kemudian menjadi sangat ringan dan ringan pada
tahun 2014 dan 2015. Kecenderungan terjadinya penurunan curah
hujan pada tahun 2011-2013 di bulan Juni hingga November.
Perubahan pola curah hujan dirasakan pada tahun 2014 dan 2015,
dengan klasifikasi curah hujan sangat ringan hingga ringan, dan tidak
mengalami hujan dari bulan Juni hingga November. Sedangkan pada
bulan lainnya hari hujan sangat rendah dibandingkan dua tahun
sebelumnya.
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
24
Gambar 2. 1. Letak Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Metodologi Penelitian
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan terbesar
adalah untuk tegalan/ladang seluas 58.510,07 ha (14,64%), diikuti oleh
kawasan hutan seluas 36.174,96 ha (9,05%) dan perkebunan seluas
18.965,17 ha (4,75%). Lahan yang telah digunakan meliputi 132.784,20
ha (33,23%) dari luas pemanfaatan lahan, sedangkan sebagian besar
lahan masih merupakan semak belukar dengan luas 250.883,80 ha
(62,79%) dan rumput/tanah kosong seluas 14.679,57 ha (3,67%).
Tabel 2. 1. Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Timor Tengah
Selatan
No
Jenis Penggunaan
Luas (Ha)
Lahan
1.
Pemukiman
7.208,37
2.
Perkebunan
18.965,17
3.
Tegalan/ladang
58,510,07
4.
Hutan
36.174,96
5.
Hutan bakau
1.667,77
6.
Sawah irigasi
2.548,55
7.
Sawah tadah hujan
918,73
8.
Rawa
951,79
9.
Sungai/danau
6.790,61
10. Pasir endapan
35,56
11. Pasir pantai
37,56
12. Pasir pasut
0,09
13. Batu cadas
192,26
14. Rumput/tanah kosong
14.679,57
15. Semak belukar
250.883,80
Jumlah
399.564,30
Sumber : Bappeda Analisis Satelit, 2014
Persentase
Luas Lahan
1,80
4,75
14,64
9,05
0,42
0,64
0,23
0,24
1,70
0,01
0,01
0,00
0,05
3,67
62,79
100
Dari segi ekonomi, pertumbuhan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten TTS,
sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian,
yaitu pada tahun 2008 sebesar 54,19% dan terus mengalami penurunan
hingga tahun 2012 sebesar 50,78%, kemudian diikuti oleh sektor jasajasa dengan kontribusi sebesar 25% pada tahun 2008, meningkat
menjadi 28% pada tahun 2012. Tujuh (7) sektor lain yang memberikan
kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Timor Tengah Selatan, dari
25
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
tahun ke tahun cenderung menunjukkan peningkatan walaupun dalam
jumlah yang sangat kecil. Pertumbuhan ekonomi terbesar diperoleh
dari sektor Jasa sebesar 7%, Pertambangan 6,7%, dan Pengangkutan
sebesar 6,1%.
Distribusi penduduk menyebar pada daerah-daerah potensial ±
92% tinggal di daerah pedesaan dan 8% tinggal di daerah perkotaan.
Dengan distribusi penyebaran penduduk tersebut, sebesar 68%
penduduk Kabupaten TTS bekerja di sektor pertanian, sedangkan
sisanya bekerja di sektor jasa (9%), perdagangan, hotel dan restaurant
(7%) dan lainnya.
Tabel 2. 2. Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Timor
Tengah Selatan Tahun 2008 – 2012
Tanaman
Perkebunan
Kelapa
Kemiri
Kapuk
Jambu Mente
Biji Asam
Pinang
Kopi
Kakao
2008
1.268
3.180
298
198
5.816
105
35
35
Tahun
2009
1.132
2.734
257
233
3.745
99
34
5
(dalam ton)
2010 2011
1.132 1.232
2.734 2.785
257
174
233
280
2.134 1.693
99
110
34
38
8
11
2012
2.013
2.706
304
398
2.225
550
93
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten TTS 2008 s/d 2012
Hasil poduksi tanaman perkebunan yang disajikan dalam Tabel
2.2 menunjukkan bahwa produksi tanaman perkebunan yang paling
dominan namun terus mengalami penurunan adalah biji asam dengan
jumlah produksi pada tahun 2008 sebanyak 5.816 ton menjadi 2.225
ton pada tahun 2012, serta tanaman kemiri dengan jumlah produksi
sebanyak 3.180 ton pada tahun 2008 menjadi 2.706 pada tahun 2012.
Jenis tanaman perkebunan yang terus menunjukkan kenaikan jumlah
produksi adalah tanaman pinang yaitu sebanyak 105 ton pada tahun
2008 menjadi 550 ton pada tahun 2012.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah tangga,
masyarakat Kabupaten TTS menanam jagung sebagai makanan pokok
26
Metodologi Penelitian
secara turun-temurun. Tanaman jagung diprioritaskan untuk
memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga selama satu tahun, dan
jika ada kelebihan maka akan dijual. Sedangkan untuk padi diusahakan
oleh masyarakat pada beberapa wilayah tergantung ketersediaan air
dan hanya berada di wilayah Panite dan Batu Putih di sepanjang DAS
Mina. Namun pada tahun 2014-2015, masyarakat mengalami gagal
tanam dan gagal panen akibat musim kemarau berkepanjangan,
terutama di bagian selatan wilayah Timor. Produksi tanaman pangan
selama 5 tahun terakhir lebih didominasi oleh produksi padi dan
jagung, jenis sayur–sayuran didominasi oleh labu siam, jenis buahbuahan didominasi oleh jeruk keprok, mangga dan alpukat, serta
beberapa jenis tanaman ubi-ubian dan kacang merah.
Peta pada Gambar 2.2 menunjukkan kondisi hidrologi
Kabupaten TTS dimana hidrologi merupakan kondisi air, pergerakan
air, dan kualitas air di permukaan bumi yang ditujukan untuk
kesejahteraan hidup manusia. Wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan terdapat 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar yaitu DAS Mina
dan DAS Benain serta 6 DAS kecil yaitu DAS Fail, DAS Muke, DAS
Siu, DAS Tuke, DAS Menu, DAS Tumutu. DAS Mina memiliki daerah
tangkapan air seluas 273.300 ha dan memiliki aliran utama yaitu sungai
Noelmina sepanjang 97 km, melewati Kecamatan Batuputih,
Amanuban Selatan, Fatumnasi, Mollo Barat, Mollo Tengah, Mollo
Selatan, Mollo Utara, Nunbena. Sedangkan DAS Benain memiliki
tangkapan seluas 97.750 ha dengan aliran utamanya adalah sungai
Benanain sepanjang 135 km, melewati Kecamatan Oenino, Polen,
Amanuban Timur, Fatukopa, Amanatun Utara, Kokbaun, Toianas,
Boking, Kota Soe, Kuatnana, Amanuban Tengah, KiE, Fautmolo; DAS
Fail melewati Kecamatan Nunbena; DAS Siu melewati Kecamatan
Kolbano; DAS Tuke melewati Kecamatan Kot’olin; DAS Menu
melewati Kecamatan Nunkolo, Boking dan Amanatun Selatan; DAS
Tumutu melewati Kecamatan Santian, Noebana dan Toianas, DAS
Muke melewati Kecamatan Kualin, Kuanfatu dan Noebeba.
27
Gambar 2.4. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Timor Tengah Selatan
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
28
Kabupaten TTS, 2014
SumberSumber:
: Bappeda Bappeda
Kab. TTS, 2014
Gambar 2.2. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Timor Tengah Selatan
Metodologi Penelitian
Jumlah mata air yang digunakan oleh masyarakat berdasarkan
hasil identifikasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten TTS sebanyak 35
mata air yang tersebar di 32 kecamatan. Embung yang tersebar di
Kabupaten TTS sejak tahun 1986 sampai 2014 sebanyak 99 buah
dengan kapasitas tampung 2.393.305 m3, namun hanya mampu
menahan air 1-2 bulan karena terjadinya pendangkalan dan tingkat
evaporasi yang tinggi. Embung tersebut berfungsi melayani 12.930 KK,
22.560 ekor ternak serta 1.403,47 ha tanaman holtikultura.
Keadaan iklim dan hidrologi Kabupaten TTS bersifat tropis
dengan curah hujan bervariasi antara 1.000–1.250 mm per tahun dan
1.000–2.000 mm per tahun. Sebaran volume dan intensitas hujan tidak
merata yaitu di wilayah bagian barat dan bagian utara curah hujan
relatif tinggi, kemudian wilayah bagian tengah relatif sedang, dan
makin ke wilayah timur dan selatan semakin berkurang. Musim hujan
berkisar selama 4 bulan yaitu pada bulan Nopember–Februari,
sedangkan 8 bulan lainnya yaitu bulan Maret-Oktober merupakan
musim kemarau.
Kondisi topografi Kabupaten TTS yang menentukan posisi
wilayah berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut (dpl) secara
umum menunjukkan; ketinggian 0–500 m dpl seluas 49,0%,
ketinggian>500–1.000 m dpl seluas 48,2% dan ketinggian >1.000 seluas
2,8%. Berdasarkan topografi wilayah, maka Kabupaten TTS terbagi
dalam dua kategori yaitu wilayah dataran rendah yang dominan berada
di wilayah bagian selatan dan wilayah dataran tinggi yang dominan
berada di wilayah tengah dan utara.
Berdasarkan lembar peta geologi Kupang-Atambua, Timor
(RTRWK-TTS) menunjukkan bahwa Kabupaten Timor Tengah Selatan
memiliki jenis batuan sedimen, beku, vulkanik dan batuan malihan
yaitu; (1) batuan sedimen terdiri dari batuan gamping, kalisutit, batu
pasir, lanau, serpih dan lempung; (2) Batuan beku terdiri dari batuan
ultra dan diorit; (3) Batuan malihan adalah malihan berderajat rendah
sampai tinggi terdiri dari batu sabak, filit, sekis, amfibolit dan granolit.
Kondisi tanah pada umumnya bertekstur kasar yaitu 88,96%
dan 11,04% bertekstur sedang dan halus juga terdapat dua jenis sesar
yaitu sesar naik terdapat di bagian utara yaitu Kecamatan Fatumnasi
dan Mollo Selatan. Sedangkan untuk sesar geser jurus melintasi bagian
29
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
Oelnasi dan sekitarnya sehingga menyebabkan permukaan tanah labil.
Berdasarkan geologi wilayah menunjukkan adanya potensi tambang
yang tinggi, di lain pihak ada kelemahan karena sebagian wilayah labil
akibat adanya sesar geser.
Sumber utama air bersih (air minum) masyarakat berasal dari
mata air dan sumur. Jika diperhatikan pada Tabel 2.3 menunjukkan
bahwa, 80% sumber utama air minum masyarakat adalah mata air dan
sumur. Jaringan distribusi air PDAM tidak mampu memenuhi
kebutuhan air masyarakat karena kurangnya pasokan sumber daya air
yang dapat dieksplorasi. Dari kondisi tersebut, rumah tangga
menggunakan fasilitas air minum bersama dan umum. Rumah tangga
yang menggunakan fasilitas sendiri (privat) untuk pemenuhan
kebutuhan air minum hanya sebesar 9,79%, terbatas di wilayah
perkotaan.
Tabel 2. 3. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air
Minum Tahun 2011-2012
Sumber Air Minum
2011
Air Kemasan Bermerk
0,00
Isi Ulang
0,39
Leding Meteran/Pipa
7,56
Pompa
0,00
Sumur Terlindungi
11,06
Sumur Tak Terlindungi
10,74
Mata Air Terlindungi
18,01
Mata Air Tak terlindungi
45,58
Sungai
6,45
Hujan
0,00
Lainnya
0,08
Jumlah/Total
100
Sumber: BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan, 2014
2012
0,16
9,04
1,18
13,50
13,42
23,01
31,95
6,43
0,00
0,90
0,00
100
Secara spesifik, penelitian ini dilakukan di lima desa di
Kecamatan Kualin dan Kolbano Kabupaten TTS di bulan Desember
2015, yaitu di Desa Oetuke dan Nununamat di Kecamatan Kolbano,
dan Desa Kualin, Tuafanu, serta Kiufatu di Kecamatan Kualin. Jarak
Kota Kupang ke Kota Soe sebagai ibu kota Kabupaten TTS 110 km,
30
Metodologi Penelitian
dengan waktu tempuh + 2,5 jam, sedangkan waktu tempuh dari Kota
Soe ke lokasi penelitian memerlukan waktu sekitar 2,5-3 jam
perjalanan darat. Kecamatan Kualin dan Kolbano terletak di bagian
Selatan pesisir Pulau Timor berbatasan dengan garis pantai. Kontur
wilayah dua kecamatan tersebut memiliki area landai dan berbukitbukit. Dua desa di Kecamatan Kolbano terletak di wilayah perbukitan
mendaki dengan jalan tanah berkelok dan berbatuan memiliki
kemiringan 450. Dua dari tiga desa di Kecamatan Kualin terletak di
pesisir pantai, satu desa berada jauh terletak ke dalam menuju arah
perbukitan.
Latar belakang pemilihan Kecamatan Kualin dan Kolbano,
yaitu adanya permasalahan kelaparan yang terjadi di beberapa
kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten TTS, di antaranya
dua kecamatan tersebut. Kelaparan disebabkan hujan yang hanya turun
dua kali dalam satu tahun (2015) yaitu di bulan Juni dan Desember.
Sedangkan pada tahun sebelumnya (2014) hanya turun 4 kali dalam
setahun. Akibat kekeringan berkepanjangan, berdampak terhadap
tidak tersedianya jagung sebagai makanan pokok masyarakat. Dengan
pola pertanian mengandalkan air hujan pada musim penghujan, ketika
hujan tidak turun maka masyarakat tidak dapat memulai masa tanam,
bahkan tanaman pisang pun banyak yang mati. Dengan demikian,
lokasi ini dapat menjadi penyulih (surrogate) kondisi di Kabupaten
TTS.
Tren curah hujan di Kecamatan Kualin dan Kolbano dari tahun
2011 hingga 2015 mengalami penurunan. Berdasarkan klasifikasi curah
hujan BMKG, di awal tahun 2011 dan Juni 2013 masuk dalam
klasifikasi lebat, kemudian menjadi sangat ringan dan ringan pada
tahun 2014 dan 2015. Kecenderungan terjadinya penurunan curah
hujan pada tahun 2011-2013 di bulan Juni hingga November.
Perubahan pola curah hujan dirasakan pada tahun 2014 dan 2015,
dengan klasifikasi curah hujan sangat ringan hingga ringan, dan tidak
mengalami hujan dari bulan Juni hingga November. Sedangkan pada
bulan lainnya hari hujan sangat rendah dibandingkan dua tahun
sebelumnya.
31
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
700
600
575
Curah Hujan (mm)
500
2011
400
2012
379
350
300
319
289
296
271
247
216
200
318
2014
255
236
222
158
148
100
100
82
72
JAN
169
2015
153
131
114
113
119
55.5
51
41.3 29
12
0
2013
124
83
64
60
46
89
79
76
122
95
84
79
46.5
12
12
11
4
2
0
0
0
0
0
0
PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Sumber: Staklim Lasiana, 2016
Gambar 2.3. Curah Hujan Kecamatan Kualin dan Kolbano Tahun
2011-2015
18
17
16
14
15
14
17
16
16
15
15
14
13
12
Hari Hujan
12
11
10
10
2012
10
9
9
8
8
7
8
7
8
2013
8
2014
6
6
5
5
4
4
2
2
2
0
JAN
PEB
MAR
4
3
4
3
2
1
APR
MEI
5
4
3
2015
4
4
2
1
0
0
0
0
0
0
JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
Sumber: Staklim Lasiana, 2016
Gambar 2.4. Hari Hujan Kecamatan Kualin dan Kolbano Tahun
2011-2015
32
2011
11
Metodologi Penelitian
Hari hujan yang terjadi di Kecamatan Kualin dan Kolbano
selama kurun waktu lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan
penurunan jumlah, dengan kecenderungan pada bulan Juni hingga
November tidak mengalami hujan.
Data curah hujan dan hari hujan menunjukkan bahwa wilayah
Kecamatan Kualin dan Kolbano akan mengalami surplus air maksimal
selama 3,3 bulan, sedangkan sisanya mengalami defisit air karena
rendahnya curah hujan dan hari hujan. Tabel 2.4 menunjukkan bahwa
kekeringan yang terjadi di wilayah TTS mencapai 9-10,5 bulan. Ada
perbedaan antara wilayah pesisir selatan Pulau Timor dengan wilayah
tengah utara baik curah hujan maupun hari hujan, dengan perbedaan
di bagian selatan lebih pendek dibandingkan dengan wilayah lain.
Tabel 2.4. Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan Kecamatan
Kualin dan Kolbano Tahun 2011-2015
1
2011
Rata-rata
Curah Hujan
(mm/tahun)
183
2
3
4
5
2012
2013
2014
2015
132
154
55
26
No
Tahun
Hari
Hujan
(Bulan)
3.07
2.90
3.33
1.60
1.47
Pendekatan Penelitian Kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan penelitian menggunakan studi kasus. Desain penelitian ini
menggunakan metode survei dan observasi dengan masyarakat dan
tokoh masyarakat. Variabel penelitian ini meliputi; model pemanenan
air, ketersediaan sumber air, pola pengambilan dan pemanfaatan air
serta peta persoalan kelangkaan air. Data primer meliputi data
kebutuhan air domestik dan non domestik, diperoleh dengan metode
survei melalui wawancara terhadap masyarakat dan tokoh masyarakat
terkait kebutuhan air per kapita, pola masyarakat mendapatkan air
33
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
bersih, pemanenan air, faktor penyebab kelangkaan air, strategi coping,
pola migrasi, dan konflik berbasis sumber daya air. Sedangkan
ketersediaan sumber daya air didapatkan dari data resmi pemerintah
dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Proses penggalian data dan informasi di Kecamatan Kualin dan
Kolbano melibatkan informan kunci yang terdiri dari kepala daerah,
legislatif, aparatur pemerintah desa, masyarakat, dan tokoh masyarakat.
Informan di tingkat pemerintah kabupaten terdiri dari Bupati
Kabupaten TTS, Ketua DPRD Kabupaten TTS, pejabat pemerintahan
dari masing-masing SKPD yaitu; Kesbangpol, Dinas Pertanian, ESDM,
dan Bappeda, serta aparatur pemerintahan desa. Teknik yang
digunakan melalui wawancara dan diskusi terfokus.
Definisi operasional terkait fenomena kelangkaan air yang
menjadi konsep acuan dalam penelitian ini adalah fenomena yang
disebabkan oleh faktor alam dan manusia (Pereira et al., 2009). Faktor
alam adalah kondisi iklim kering atau kekeringan yang berdampak
pada kelangkaan air secara alamiah. Sedangkan faktor manusia adalah
aktivitas manusia yang berdampak pada kerusakan lingkungan sebagai
penyebab terjadinya kelangkaan sumber daya air (FAO, 2012; Richter
et al., 2013; Shiklomanov, 1993, 1998; Ercin et al., 2013; Ercin &
Hoekstra, 2014; Molle & Mollinga, 2003).
34
Kota Soe
Kec. Kualin
35
Sumber: Bappeda Kabupaten TTS, 2015
Gambar 2. 5. Kecamatan Kualin dan Kolbano
Metodologi Penelitian
Kec. Kolbano
Kelangkaan Air: Coping Dalam Harmoni
36