Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan peristiwa penting yang dialami seorang wanita dalam
hidupnya. Persalinan akan memberikan pengaruh jangka panjang yang sangat besar
terhadap ibu. Menurut Mochtar (1998) dalam Syafrudin dan Hamidah (2012),
persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari), yang dapat
hidup ke dunia dan di luar rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Semua pihak yang terlibat dalam pemberian asuhan persalinan bertanggung
jawab dan memberikan pengaruh pada perasaan dan kepuasan ibu dalam pengalaman
persalinan seperti komunikasi dan pemberian informasi, penatalaksanaan nyeri,
tempat melahirkan, dukungan sosial dan dukungan dari pasangan serta dukungan dari
pemberi asuhan. Maka dari itu menurut Mubarak (2012), perencanaan persalinan
harus dipertimbangkan mulai dari tempat melahirkan, penolong persalinan,
transportasi, obat penghilang nyeri, pendamping persalinan, tempat penyimpanan
plasenta dan lain sebagainya.
Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
psikologis ibu bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang
tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Setidaknya ada dua
pilihan tempat bersalin yaitu di rumah ibu atau di unit pelayanan kesehatan (Rohmah,

2010).

Tempat persalinan yang ideal adalah di rumah sakit karena apabila sewaktuwaktu memerlukan penanganan kegawatdaruratan tersedia fasilitas yang dibutuhkan
atau minimal bersalin di fasilitas kesehatan lainnya seperti Puskesmas yang mampu
memberikan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED), sehingga
apabila perlu rujukan dapat segera dilakukan. Proses persalinan dihadapkan pada
kondisi krisis terhadap masalah kegawatdaruratan persalinan, sehingga sangat
diharapkan persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan. Analisis kematian ibu yang
dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada tahun 2010 membuktikan bahwa
kematian ibu terkait dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas kesehatan.
Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya
resiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas kesehatan, jika persalinan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko
kematian ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat akan
berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Kematian ibu dapat terjadi pada saat
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012),
salah satu faktor yang mempengaruhi kematian ibu adalah masih banyak persalinan
yang berlangsung di rumah (70%), sehingga bila terjadi komplikasi yang perlu di
rujuk, maka tidak ada cukup waktu untuk melakukan rujukan yang berhasil. Maka,

diharapkan persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan agar dapat dilakukan intervensi
bila terjadi kegawatdaruratan.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia,
cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten (dokter spesialis,
dokter umum dan bidan) mencapai 87,1% dan bervariasi antar provinsi. Sedangkan
persalinan di fasilitas kesehatan dan Polindes/Poskesdes sebanyak 70,4%, dan
persalinan di rumah sebanyak 29,6%. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap
konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh
tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan.
Di Provinsi Riau berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2013), cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 94,4% dan telah mencapai
target Rencana Strategi (Renstra) 89%. Tetapi berdasarkan Riskesdas (2013), hanya
sekitar

59,0%

yang

tempat


persalinannya

di

fasilitas

kesehatan

dan

Polindes/Poskesdes selebihnya sekitar 41% memilih tempat persalinan di rumah. Dari
data tersebut terlihat bahwa persalinan yang dilakukan dirumah masih cukup tinggi.
Dari fakta angka persalinan di rumah diatas, menurut Prasetyawati (2012),
menuntut diperlukannya pengoptimalan pemberdayaan sarana dan tenaga kesehatan
yang ada untuk persalinan. Oleh karena itu, untuk melakukan pertolongan persalinan
di rumah harus ada persiapan yang tepat, baik persiapan penolong, alat dan bahan
yang dibawa penolong, persiapan tempat, lingkungan dan keluarga.
Menurut Sarwono (2004) yang mengutip pendapat Anderson dengan
teorinya


“Andersen’s

Behavioral

model

of

Health

Service

Utilization”,

mengemukakan bahwa keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan itu ada

tiga komponen, yaitu (1) komponen predisposisi yang terdiri dari demografi, struktur
sosial dan kepercayaan kesehatan, (2) komponen enabling (pemungkin) terdiri dari
sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan,

dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan), (3) komponen need (kebutuhan),
merupakan komponen yang mendorong perilaku kesehatan karena adanya kebutuhan
yang disebabkan oleh adanya persepsi serius mengenai gejala atau penyakit yang
dialaminya, sehingga terdorong untuk mencari upaya pelayanan kesehatan.
Berdasarkan analisis teori tersebut, maka dapat disimpulkan faktor yang
mempengaruhi ibu dalam pemilihan tempat persalinan dipengaruhi oleh faktor
karakteristik individu, seperti umur, pendidikan, paritas, pengetahuan dan riwayat
persalinan. Selain itu juga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, kepercayaan
terhadap tenaga kesehatan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan,
lingkungan persalinan, pengambil keputusan, dan akses terhadap pelayanan
kesehatan.
Menurut Retnaningsih (2013), rendahnya pemanfaatan layanan kesehatan
dipengaruhi oleh tempat tinggal yang jauh dari fasilitas kesehatan, dan peran tokoh
masyarakat yang belum peduli terhadap keselamatan ibu bersalin serta petugas
kesehatan belum maksimal dalam memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat. Dengan demikian, akses informasi dan akses pelayanan kesehatan
menjadi penting untuk menurunkan angka kematian ibu. Selain itu, disebutkan bahwa
kombinasi keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat mempengaruhi pola

asuhan persalinan. Kemampuan membayar pelayanan kesehatan masyarakat

Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Keadaan
tersebut berpengaruh terhadap penolong persalinan dan pemilihan tempat persalinan
di Indonesia.
Pelayanan persalinan yang bersih dan aman, bertujuan untuk memastikan
bahwa setiap petugas kesehatan yang akan menolong persalinan mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan alat untuk melaksanakan persalinan yang bersih dan
aman. Intervensi ini dilakukan melalui upaya mengurangi kemungkinan seorang
perempuan hamil mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas
dengan melakukan asuhan kehamilan dan persalinan yang bersih dan aman.
Pemerintah telah membuat kebijakan tentang persalinan yaitu bahwa semua
persalinan harus ditolong oleh petugas kesehatan yang terampil. Sejak tahun 1996
melalui Permenkes 572 tahun 1996, bidan desa telah diberi wewenang untuk
menangani komplikasi kehamilan dan persalinan tertentu. Ini sejalan dengan program
Safe Motherhood untuk melindungi hak asasi manusia dan pemberdayaan perempuan
(Retnaningsih, 2013).
Menurut penelitian Putra (2010), tentang analisis permintaan penggunaan
layanan kesehatan pada rumah sakit di Semarang, menunjukkan besarnya pendapatan
keluarga berpengaruh signifikan dan positif terhadap frekuensi kunjungan dalam
menggunakan layanan kesehatan. Sejalan dengan penelitian Sarwono (2011),
semakin besar pendapatan seseorang semakin berpengaruh terhadap frekuensi


layanan kesehatan. Selain itu, penelitian Dwilaksono dan Hidayati (2008) tentang
upaya peningkatan persalinan tenaga kesehatan berdasarkan analisis Need dan
Demand di Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan menunjukkan bahwa ibu
bersalin lebih condong ke tenaga dukun dibandingkan dengan tenaga kesehatan.
Tempat persalinan yang diinginkan oleh ibu bersalin adalah di rumah sendiri karena
bisa ditunggui suami atau keluarga.
Di negara berkembang, dimana perempuan mungkin tidak mampu
mambayar biaya perawatan medis atau tidak dapat mengaksesnya, melahirkan di
rumah mungkin satu-satunya pilihan yang tersedia, dan bahkan wanita itu mungkin
tidak dapat dibantu oleh tenaga profesional, dan hanya dukun atau bahkan menolong
sendiri tanpa bantuan siapa pun.
Menurut penelitian Fauziah, dkk, (2013), tentang Determinan Pemilihan
Jenis Penolong dan Tempat Persalinan di Daerah Pedesaan Kabupaten Toraja Utara
menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan suami, paritas dan status ekonomi
keluarga dengan pemilihan tempat persalinan. Di daerah pedesaan, proporsi keluarga
yang pendapatannya rendah cenderung memilih rumah sebagai tempat persalinannya,
dan sebagian besar ibu mengalami kehamilan anak pertama, sehingga suami
memberikan dukungan yang lebih terhadap kehamilan dan persalinan anak
pertamanya.

Hasil penelitian Hadibowo dan Wardono (2014), tentang Perencanaan Birth
Center dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy di Bandung menunjukkan

lingkungan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang paling besar dalam proses
penyembuhan yaitu sebesar 45%. Namun, sayangnya lingkungan yang di bentuk oleh
rumah bersalin yang sudah ada kebanyakan memberikan rasa takut, kecemasan,
kebosanan dan stres pada ibu hamil yang akan bersalin.
Survei kelahiran di rumah yang dilakukan oleh National Birthday Trust pada
tahun 1994, menemukan alasan ibu yang melahirkan di rumah antara lain, untuk
menghindari intervensi yang tidak perlu (31%); berada di wilayah yang tidak asing
sehingga ibu merasa lebih relaks dan memegang kendali (25%); sebelumnya
melahirkan di rumah (11%); takut dengan lingkungan rumah sakit (10%) dan
menjalin hubungan yang kontinu dengan bidan (4%) (Chamberlain, dkk, 2012).
Proses kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang melibatkan
banyak orang, tidak hanya pasangan suami istri, tetapi meliputi seluruh anggota
keluarga baik dari pihak istri maupun suami. Di banyak daerah di Indonesia,
keputusan bahkan ditentukan oleh orang tua dari pihak istri atau suami dan kerabat
yang dituakan. Mereka menentukan semua hal penting yang berhubungan dengan
persalinan, memilih tempat persalinan, tenaga penolong persalinan, juga kebiasaan
lain yang harus dilakukan oleh ibu setelah melahirkan. Mereka juga yang menentukan

perlu tidaknya ibu bersalin dibawa ke tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit
bila persalinan mengalami komplikasi. Sering terjadi seorang ibu sampai di rumah
sakit dalam keadaan sangat terlambat atau bahkan meninggal di perjalanan menuju

rumah sakit hanya karena setiap anggota keluarga tidak mencapai kata sepakat
membawanya berobat (Wardayani, 2013).
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2012 terdapat 4814 persalinan dengan 9
(0,19%) kematian ibu dan 83 (1,72%) kematian bayi. Pada tahun 2013, dari 4805
persalinan terdapat 4 (0,08%) kematian ibu dan 76 (1,58%) kematian bayi. Pada
tahun 2014 jumlah persalinan mengalami peningkatan yaitu 5734 persalinan dengan
12 (0,21%) kematian ibu dan 87 (1,53%) kematian bayi.
Data dari profil Puskesmas Lubuk Jambi yang terdiri dari 21 desa terdapat
272 persalinan pada tahun 2012 dengan jumlah kematian bayi dan jumlah kematian
ibu nol. Pada tahun 2013 dari 296 persalinan terdapat 3 kematian bayi dan kematian
ibu nol. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan dari 350 persalinan
terdapat 5 kematian bayi dan 1 kematian ibu.
Dari laporan bidan desa di Puskesmas Lubuk Jambi dari 350 persalinan
terdapat 255 (72,86%) persalinan yang dilakukan di rumah oleh bidan pada tahun
2014. Tingginya angka persalinan di rumah di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Jambi

bukan tanpa masalah. Pada tahun 2014 terdapat 1 (satu) kematian ibu dan 5 (lima)
kematian bayi. Menurut salah seorang bidan di daerah tempat bidan tersebut bertugas
(Desa Sangau) pada tahun 2014 seorang ibu meninggal di rumah karena sesak nafas
setelah persalinan akibat terlambat dirujuk ke fasilitas kesehatan. Selain itu, terdapat
beberapa kasus seperti partus macet atau partus tak maju dan perdarahan setelah

persalinan yang harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan, akan tetapi sebagian ibu
tidak mau dirujuk dengan alasan terkait biaya persalinan, dan lebih memilih di rumah
untuk ditangani oleh bidan dengan segala risiko yang ditanggung. Terdapat juga 2
kasus asfiksia pada bayi yang baru dilahirkan di rumah oleh bidan, karena dapat di
rujuk segera ke fasilitas kesehatan, sehingga ke 2 bayi tersebut dapat tertolong dari
ancaman kematian.
Hasil wawancara dengan 3 orang bidan pada tanggal 6 dan 7 Ferbuari 2015
di Puskesmas Lubuk Jambi, bahwa hampir semua persalinan normal di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Jambi dilakukan di rumah, dengan berbagai alasan seperti biaya
persalinan di rumah lebih murah, lebih nyaman, menjaga privasi ibu, takut terhadap
lingkungan rumah sakit, karena dukungan suami/keluarga, kurangnya pengetahuan,
riwayat persalinan sebelumnya dan alasan lainnya.
Survei awal dilakukan dengan mewawancarai 10 orang ibu yang bersalin di
rumah oleh bidan pada tanggal 5, 6 dan 7 Februari 2015 di 4 desa (Sungai Manau,

Bukit Kauman, Pebaun Hilir dan Pebaun Hulu) di wilayah Puskesmas Lubuk Jambi.
Alasan mereka memilih persalinan di rumah yang ditolong oleh bidan adalah 6 ibu
mengatakan karena faktor biaya yang lebih murah bila di bandingkan di fasilitas
kesehatan yang memerlukan biaya transportasi dan biaya makan yang lebih banyak
dan faktor kenyamanan karena privasi ibu terjaga, 2 ibu mengatakan karena faktor
pengalaman persalinan terdahulu yang mudah melahirkan dan merasa kehamilannya
sehat-sehat saja serta di tambah karena jauhnya fasilitas kesehatan. Sedangkan, 2 ibu

lainnya mengatakan karena faktor dukungan keluarga dan faktor kepercayaan
terhadap bidan serta takut terhadap lingkungan rumah sakit yang membuat mereka
memilih tempat persalinan di rumah. Alasan tersebut saling berkaitan, ibu yang
mempunyai pendapatan keluarga lebih rendah memilih persalinan di rumah karena
biaya persalinan di rumah lebih murah, selain lebih nyaman, juga karena ibu takut
akan lingkungan rumah sakit.
Oleh karena banyaknya variabel yang saling terkait (umur, paritas,
pendidikan, pengetahuan, pendapatan keluarga, pengambil keputusan, dukungan
suami/keluarga, dukungan petugas kesehatan, kenyamanan, biaya persalinan, akses
pelayanan kesehatan, kepercayaan terhadap bidan, takut dengan lingkungan rumah
sakit, pengalaman persalinan dan kesehatan ibu waktu hamil) yang menjadi alasan
ibu dalam memilih persalinan di rumah oleh bidan, maka perlu dilakukan analisis
faktor untuk mereduksi atau meringkas variabel tersebut, agar dapat diketahui faktor
yang merupakan determinan ibu memilih persalinan di rumah oleh bidan.

1.2 Permasalahan
Tingginya angka persalinan di rumah oleh bidan disebabkan banyak faktor
yang saling terkait, sehingga perlu dilakukan pengelompokkan faktor-faktor tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor yang menjadi alasan ibu dalam memilih persalinan
di rumah oleh bidan.

1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan masukan kepada Puskesmas Lubuk Jambi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuantan Singingi mengenai faktor yang menjadi alasan ibu memilih
persalinan di rumah oleh bidan yang dapat digunakan untuk menyusun dan
melaksanakan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang lebih tepat untuk
merubah perilaku ibu agar mau bersalin di fasilitas kesehatan.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Memilih Persalinan di Rumah oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Ruku Kabupaten Batubara Tahun 2013

4 56 125

Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Efektifitas Pelayanan Kesehatan (Studi di Puskesmas Lubuk Jambi Kec. Kuantan Mudik Kab. Kuantan Singingi)

3 68 142

Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Sebagai Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Bangko Pusako Kabupaten ROKAN Hilir Riau Tahun 2009

1 40 104

Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Kuantan Singingi.

0 0 10

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 2

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 40

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

2 5 6

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 25

ANALISIS ALASAN MEMILIH BERSALIN DI RUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SITOPENG KOTA CIREBON TAHUN 2016 Nurasih

0 0 14

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 18