USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

48

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian yang sifatnya tekstual dan
konsteks, yaitu penelitian yang dilatarbelakangi dengan alami, artinya
berangkat dari keadaan alam (lapangan), sehingga tujuan dari penelitian
ini berbeda dengan kualitatif karena tujuanya bukan untuk mengkaji suau,
tapi untuk memahami suatu fenomena yang ada.
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghadirkan data deskriptif beberapa
kata-kata tertulis atau dari orang-orang atau pelaku yang diamati.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan daya deskriptif
dari informasi tentang apa yang mereka lakukan, rasakan, dan yang
mereka alami terhadap fokus penelitian.1
Berarti, data hasil dari penelitian kualitatif ini beserta temuan secara

langsung amat tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan
peneliti selaku peneliti ketika menerapkan pendekatan terhadap informan
selaku sumber data.
Pendekatan penelitian kualitatif berakar latar alamiah sebagai
keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan
1

Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2000),
hal. 3-4.

48

49

metode observasi-partisipan dan interview-mendalam, mengadakan
analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha
menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan
proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki
seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan
penelitian bersifat sementara, dan hasil penelitian disepakati oleh kedua

belah pihak peneliti dan subyek penelitian.2
Pendekatan penelitian kualitatif, menurut Lexy J. Moleong, peneliti
selaku peneliti “…melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada
konteks dari suatu keutuhan (entity)”.3 Penelitian ini diarahkan pada
kenyataan-kenyataan yang berhubungan dengan usaha guru dalam
meningkatkan kemampuan belajar Al-Qur’an Hadits melalui metode drill
untuk mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang disusun
berdasarkan data lisan, data perbuatan, dan data dokumen yang bisa
diamati secara holistik dan bisa dipahami secara konteks.
Penerapan pendekatan penelitian kualitatif ini didasarkan pada
pertimbangan dapat membantu peneliti selaku peneliti menyesuaikan diri
menghadapi kenyataan ganda antara realitas perilaku yang empirik dan
makna perilaku yang subyektif pada pelaku di lapangan ketika berusaha
mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan
data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen

2

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hal. 44.

3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 28th ed, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya., 2010), hal. 8.

50

kunci, dapat membantu peneliti menghindarkan diri peneliti dari menjadi
pemaksa ketika berinteraksi dengan informan, dan dapat menolong
menghindarkan diri peneliti dari menjadi pengganggu kenyataankenyataan di lapangan ketika berusaha memahami cara informan berpikir
dan bertindak menurut keinginan dan kemampuan dirinya dalam konteks
situasi dan kondisi sekitarnya yang mungkin mengalami perubahan secara
terus menerus.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian merupakan model strategi penelitian yang
dipandang sesuai untuk dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis data
yang dihasilkan selama aktifitas penelitian. Dipandang dari sudut bidang
ilmu yang diteliti, laporan penelitian ini bisa dimasukkan ke dalam jenis
penelitian pendidikan, yakni penelitian berkenaan dengan jenis spesifikasi
dan interest peneliti4 Dalam pengertian, bidang ilmu yang menjadi pusat
perhatian penelitian ini termasuk dalam disiplin ilmu pendidikan yang

dipandang relevan dengan jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Tulungagung.
Dipandang dari sifat rancangan penyelidikan, penelitian ini dapat
dimasukkan ke dalam jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
dirancang untuk memperoleh informasi tentang gambaran karakter
informan dalam waktu tertentu, tanpa pemberian perlakukan dan atau
4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 8th ed, (Jakarta :
Rineka Cipta, 1992), hal. 9.

51

pengendalian pada subyek penelitian.5 Mudji Santoso dalam Imron Arifin
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah
“penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik suatu
individu, keadaan, gejala, atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara
gejala satu dengan gejala lainnya dalam suatu masyarakat atau populasi
organisme”.6 Dalam buku Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif oleh

Arief Furchan disebutkan bahwa “metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan
prilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri”.7
Dipandang dari sudut unit sosial tempat penyelidikan, penelitian ini
bisa dimasukkan ke dalam jenis studi kasus. Menurut Robert K. Yin : “A
case study is an empirical inquiry that investigates a contemporary
phenomenon within its real-life context when the boundaries between
context are not clearly evident and in which multiple sources of evidence
are used”.8 Sementara itu, menurut Sonhadji, studi kasus adalah “suatu
deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti
individu, kelompok, institusi atau masyarakat”.9

5

Vide, Donald Ary, et.al, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Terjemahan oleh Arief
Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 415.
6
Imron Arifin, ed, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan,
st
1 ed, (Malang: Kalimasahada, 1994), hal. 13.

7
Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, 1st ed,
Terjemahan oleh Arief Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), hal. 21.
8
Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods, (California: Sage Publications,
Inc., 1984), hal. 23.
9
Ahmad Sonhadji, “Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif”, Makalah, Disampaikan pada
Seminar Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Program Pascasarjana IKIP Malang tanggal
09 September 1997, hal. 5.

52

Atas dasar pandangan di atas, dapat peneliti katakan bahwa studi
kasus merupakan penelitian yang berusaha mengeksplorasi suatu masalah
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam,
dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh
waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari dapat berupa program,
peristiwa, aktivitas, atau individu.


B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti mutlak diperlukan karena peneliti sendiri merupakan
alat (instrumen) pengumpul data yang utama sehingga kehadiran peneliti
mutlak diperlukan dalam menguraikan data. 10
Sejalan dengan pandangan ini, selama pengumpulan data dari informan
di lapangan, peneliti menempatkan diri menjadi instrumen sekaligus
pengumpul data. Untuk mendukung pengumpulan data lapangan, peneliti
memanfaatkan recorder sebagai alat perekam data lisan dari informan yang
diwawancarai, dan memanfaatkan buku tulis untuk mencatat data yang bisa
diamati, serta memanfaatkan hand-phone juga email untuk menjalin
komunikasi dengan informan agar efektif dan efisien.
Peran

sebagai

instrumen

sekaligus

pengumpul


data,

peneliti

realisasikan dengan mendatangi sekolah tersebut secara resmi membawa
surat permohonan ijin untuk menyelenggarakan penelitian dari jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung agar kehadiran
10

Moleong, Metodologi …, hal. 121.

53

peneliti diketahui oleh jajaran pimpinan, guru, karyawan, dan siswa sekolah
tersebut bahwa maksud kedatangan peneliti adalah untuk “berguru” atau
belajar memahami informasi dari para pelaku yang terkait dengan realitas
usaha guru dalam meningkatkan kemampuan belajar Al-Qur’an Hadits
melalui metode drill di sana. Untuk memperkokoh niat ini pada peneliti, S.

Nasution menegaskan, bahwa “hati masing-masing masih harus direbut agar
semua rela memberi informasi demi keberhasilan penelitian”.11 Ketika itu,
peneliti harus mengingat saran Sanapiah Faisal bahwa :
Selaku “murid” atau orang yang sedang “berguru” guna bisa membaca
literarur hidup di lapangan, peneliti tentunya perlu memiliki kadar
keterlibatan yang tinggi (dengan segenap jiwa raganya), aktif
mendengar, mengobservasi, bertanya, mencatat, terlibat, menghayati,
berfikir, dan menarik inferensi dari apa yang “dipelajari”nya di
lapangan.12

Sejak pertama kali hadir di lokasi penelitian lapangan, peneliti berusaha
membangun komunikasi yang baik dengan para pimpinan, guru, karyawan,
dan siswa supaya terjalin perasaan saling percaya dan saling pengertian.
Peneliti berusaha memiliki sensitifitas dan fleksibilitas serta adaptabilitas
yang memadai untuk dapat menyusuri dan menelusuri serta menggali
informasi dari informan dengan cara-cara yang dipandang sesuai berdasarkan
kriteria penelitian dan dari sisi seni berkomunikasi dalam pergaulan di
lapangan. Dan agar kehadiran peneliti di sana yang mungkin berlangsung
dalam waktu yang relatif lama tidak dianggap sebagai orang luar yang perlu
dicurigai, maka peneliti cenderung mengambil peran sebagai pengamat

11

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, 3rd ed, (Bandung: PT. Tarsito,
2003), hal. 47.
12
Faisal, Penelitian …, hal. 8-9.

54

partisipan (participant observation). James P. Spradley menyatakan bahwa
“The participant observer comes to social situation with two purposes : (1) to
engage in aktivities appropriate to the situation and (2) to observe the
activities, people, and physical aspects of the situation”.13 Bilamana memang
dipandang perlu, peneliti harus menjumpai informan untuk wawancara di luar
jam kerja sekolah tersebut dengan tempat yang dapat disepakati, peneliti pun
berusaha memenuhi.
Peneliti hadir ke sekolah tersebut sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu kesepakatan bersama
antara peneliti dengan subyek penelitian. Kehadirannya di sekolah pun
dilakukan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Selain untuk mendapatkan data, juga dilakukan tanya jawab dan wawancara
terhadap pihak-pihak yang berkaitan.
Dalam penelitian kualitatif peneliti wajib hadir di lapangan, karena
peneliti merupakan instrumen penelitian yang memang harus hadir secara
langsung dilapangan untuk mengumpulkan data. Dalam memasuki lapangan
peneliti harus hati-hati, terutama terhadap informasi inti agar tercipta suasana
yang mendukung keberhasilan dalam pengumpulan data.
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan sesuai dengan
prinsip-prinsip penelitian kualitatif, yaitu peneliti harus menciptakan
hubungan yang baik dengan subyek penelitian, antara lain dengan kepala
MAN Kunir Wonodadi Blitar beserta jajarannya, para guru, dan para siswa.
13

James P. Spradley, Participant Observation, (New York: Holt Rinehart and Winston,,
1980), hal. 54.

55

Hubungan baik diciptakan serta penjajakan awal tahap setting penelitian,
selama penelitian dan setelah penelitian, karena hal itu merupakan kunci
utama dalam kesuksesan penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan
masalah penelitian. Yang mana dalam hal ini adalah MAN Kunir Wonodadi
Blitar.
Penelitian ini dilakukan di MAN Kunir Wonodadi Blitar. Letak
madrasah ini sangat setrategis karena tidak jauh dari jalan raya, perumahan,
toko-toko, kantor-kantor pemerintahan sehingga mudah di jangkau oleh siswa
dan sebagai salah satu busaha untuk mensosialisasikan diri dengan
masyarakat.

D. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Primer
Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).14 Dalam
penelitian ini sumber data primernya yakni sumber data yang diperoleh

14

Nana Sudjana Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,
1984), hal.. 4.

56

dan dikumpulkan langsung dari informan yang terdiri dari kepala sekolah
dan guru Al-Qur’an Hadits.
Pemilihan informan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
cara purpossive sampling yakni teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan yaitu
kepala madrasah kemudian kepala madrasah menunjuk guru Al-Qur’an
Hadits sebagai informan kunci dalam penelitian ini.
2. Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain).15 Adapun data sekunder untuk penelitian ini
diambil dari buku penunjang dan data hasil observasi yang berkaitan
dengan fokus
memberikan

penelitian. Semua data tersebut diharapkan mampu
deskripsi

tentang

usaha

guru

dalam

meningkatkan

kemampuan belajar Al-Qur’an Hadits melalui metode drill.

E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan upaya yang dilakukan peneliti
dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Sejalan
dengan paparan mengenai sumber data, maka metode pengumpulan data yang
diterapkan oleh peneliti adalah:

15

Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII, 1991), hal. 55.

57

1. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik
pengumpulan data apabila: (a) sesuai dengan tujuan penelitian, (b)
direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan (c) dapat dikontrol
kendalanya (reabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya).16
Dalam melakukan penelitian peneliti melakukan observasi terhadap
lokasi yang akan diteliti, di samping tempat yang diteliti peneliti juga
melakukan observasi mengenai kegiatan-kegiatan yang mencerminkan
usaha guru dalam meningkatkan kemampuan belajar Al-Qur’an Hadits
melalui metode drill.
Observasi

merupakan

metode

pengumpulan

data

yang

mengharuskan peneliti hadir di lapangan untuk mengamati hal-hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat, informan, kegiatan, benda-benda, waktu,
peristiwa, tujuan, dan perasaan guna mengumpulkan data mengenai
program, proses, atau perilaku pada tangan pertama. Observasi dalam
penelitian kualitatif adalah “pengamatan langsung terhadap objek untuk
mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam
upaya mengumpulkan data penelitian”.17 Dijelaskan oleh Sutrisno Hadi,
bahwa “… observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”.18 Asalkan alat

16

Usman Husaini, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006). hal. 54.
DSatori dan Komariah, Metodologi …, hal. 105.
18
Sutrisno Hadi, Metodologi research, vol. 2, 14th ed, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, 1984), hal. 136.
17

58

observasi masih berfungsi dengan baik, semua orang dapat mengadakan
observasi. Berpijak pada pandangan ini, secara indrawi peneliti berusaha
melaksanakan pengamatan partisipan terhadap situasi sosial latar alami
hal-hal yang dipandang berkaitan usaha guru dalam meningkatkan
kemampuan belajar Al-Qur’an Hadits melalui metode drill yang lazim
memuat tiga unsur yaitu tempat, pelaku, dan kegiatan yang berhubungan
dengan proses usaha guru dalam meningkatkan kemampuan belajar AlQur’an Hadits melalui metode drill tersebut di sana yang disertai dengan
pencatatan awal mengenai gejala-gejala yang dianggap mengandung
makna.
Dijelaskan oleh Moleong, bahwa dalam pengamatan partisipan
(participant observation) itu peneliti melakukan dua peranan sekaligus,
yaitu “sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
kelompok yang diamatinya”.19 Sejalan dengan pemikiran ini, sebagai
pengamat, peneliti berusaha berperan serta dalam kehidupan sehari-hari
informan pada setiap situasi yang hendak dipahami kendati tidak pada
seluruh peristiwa peneliti berperan serta. Ketika berada di lingkungan
sana,

peneliti

berbicara

dengan

informan,

sedikit

berkelakar,

memperlihatkan rasa simpati, turut merasakan sesuatu yang dirasakan
oleh informan. Peneliti berusaha memasuki pengalaman informan dengan
jalan membaurkan diri ke dalam aktifitasnya. Dengan komunikasi dan
interaksi semacam ini, diharapkan peneliti bisa mendapatkan kesempatan

19

Moleong, Metodologi ..., hal. 176.

59

untuk memandang kebiasaan dan perubahan yang terjadi di sana. Dan
dengan melibatkan diri seolah-olah sebagai anggota kelompok informan,
menjadikan peneliti merasa tidak lagi dianggap sebagai orang asing,
melainkan sudah menjadi teman informan yang memungkinkan peneliti
memperoleh pengalaman dari tangan pertama mengenai aktifitas
informan juga perasaan dan pandangannya. Ketika itu, peneliti juga
berusaha mengamati dan menyeleksi informan pemegang peran penting
di sana dan memiliki pandangan luas mengenai usaha guru dalam
meningkatkan kemampuan belajar Al-Qur’an Hadits melalui metode drill
yang dipandang elite untuk kemudian dijadikan sebagai informan
wawancara, karena ada prinsip bahwa makin elite peran informan dalam
suatu institusi berarti makin penting untuk mengetahui informasi lebih
banyak dari padanya. Setiap usai mengadakan pengamatan, sesegera
mungkin peneliti membuat catatan lapangan untuk keperluan analisis
data.
2. Wawancara mendalam
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara

langsung. Pewawancara disebut interviewe.20 Interview menurut

Masri Singarimbun, adalah “mendapatkan informasi dengan bertanya
langsung kepada responden”.21 Menurut Moleong, wawancara adalah
“percakapan dengan maksud tertentu”.22 Wawancara ini dilakukan

20
21

Ibid, hal. 59.
Masri Singarimbun, ed, Metode Penelitian Survai, 7th ed, (Jakarta: LP3ES, 1987), hal.

22

Moleong, Metodologi …, hal. 186.

145.

60

dengan maksud memperoleh konstruksi sesuatu yang terjadi sekarang,
rekonstruksi sesuatu berdasarkan pengalaman masa lalu, proyeksi sesuatu
yang diharapkan bisa terjadi di masa mendatang, pengecekan dan
pengembangan informasi. Sebagai interviewer, peneliti menerapkan
wawancara mendalam (Indept-interview) dengan mengajukan pertanyaan
kepada informan yaitu kepala madrasah, waka kurikulum, guru Al-Qur’an
Hadits dan siswa yang dilakukan secara langsung berhadapan muka
secara bebas menuju fokus penelitian sekaligus mencatat garis besar hasil
wawancara sebagai catatan di lapangan yang kemudian perlu ditindaklanjuti. Wawancara mendalam merupakan komunikasi antara peneliti
dengan informan mengenai fokus penelitian yang menganut lima prinsip:
respect (menghormati dan menghargai), empathy (penuh perhatian),
audible (didengarkan, dimengerti), clarity (kejelasan volume suara,
istilah), humble (rendah hati).23
Wawancara yang peneliti terapkan adalah pembicaraan informal.
Pertanyaan yang diajukan muncul berdasarkan spontanitas interviewer.
Hubungan interviewer dengan interview dalam suasana biasa, wajar
laksana pembicaraan biasa dalam pergaulan sehari-hari. Pembicaraan
dimulai dari segi yang umum menuju ke yang khusus. Dalam
pembicaraan itu, barangkali interviewee bisa kurang menyadari bila
sedang diwawancarai, sekalipun interviwer menempuh wawancara

23

Satori dan Komariah, Metodologi …, hal. 72.

61

terbuka. Dan setiap usai wawancara, peneliti menyusun transkrip hasil
wawancara sebagai catatan lapangan untuk keperluan analisis data.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.24 Peneliti mengambil/menyalin dokumen dari tempat
penelitian sesuai dengan data-data yang diperlukan sesuai penunjang
dalam penelitian.
Metode dokumentasi diterapkan untuk mengumpulkan data dari
sumber non-insani. Dalam pandangan Moleong, yang dimaksud dengan
dokumen adalah “setiap bahan tertulis atau film, lain dari record, yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”.25
Peneliti mencatat dan memfoto-copy dokumen resmi internal yang
berupa catatan-catatan penting mengenai usaha guru dalam meningkatkan
kemampuan belajar Al-Qur’an Hadits melalui metode drill di MAN Kunir
Wonodadi Blitar seperti aturan-aturan lembaga, program kerja lembaga,
berkas-berkas kenaikan pangkat dan jabatan guru mata pelajaran tersebut
yang diarsipkan oleh bagian tata usaha bidang kepegawaian. Untuk
mereduksi data dokumen ini, peneliti menyusun catatan dokumen untuk
keperluan analisis data.

24
25

Ibid, hal. 73.
Ibid, hal. 216.

62

F. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis
hasil observasi, transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
yang telah dihimpun oleh peneliti untuk meningkatkan pemahaman tentang
kasus yang diteliti untuk dilaporkan. Penulis memproses data yang telah
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, catatan lapangan, dan dokumen.
Kemudian data dianalisa sedemikian rupa sehingga menjadi paparan data yang
mudah diapahami dan kemudian diolah dengan pendekatan kualitatif.
Teknik analisa data yang digunakan adalah model interaktif, yaitu antara
proses pengumpulan data, reduksi data (penyusunan data dalam pola, kategori,
pokok permasalahan tertentu), penyajian data (penyusunan data dalam bentuk
matrik, grafik, jaringan, bagan tertentu) dan pengambilan kesimpulan, tidak di
pandang sebagai kegiatan yang berlangsung secara linier, namun merupakan
siklus yang interaktif.26 Berikut adalah “model imteraktif” yang di gambarkan
oleh Miles dan Huberman, seperti yang dikutip oleh Ibrahim:

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

Kesimpulan-kesimpulan
Penarikan/verifikasi

Gambar. 3.1 Model Interaktif27
26

A. Maicel Huberman and B Miles Mathew, Anlisa data kualitatif, buku sumber tentang
metode-metode baru, penerjemah; tjetjep rohendi rohidi, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1992), hal. 16-20
27
Ibrahim Bafadal, Teknik Analisa Data Penelitian Kualitatif, (dalam Metodelogi Penelitian
Kualitatif: Tinjauan Teoritis dan Praktis), (Malang: Unisma, tt), hal. 72

63

1. Reduksi data
Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tanzeh
dan Suyitno, reduksi data adalah “Proses pemilihan, pemutusan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah yang didapat
dari catatan-catatan penulis dilapangan.28
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencari bila diperlukan.
2. Penyajian data
Penyajian data ini merupakan proses penyusunan informasi secara
sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian.29
3. Penarikan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakan dalam penelitian kualitatif harus
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sehingga kesimpulan yang
dikemukakan merupakan temuan baru yang bersifat kredibel dan dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan.30

Tanzeh dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian…, hal. 175.
Ibid…, hal. 176.
30
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 89.

28

29

64

G. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian, setiap data harus dicek keabsahanya supaya dapat
dipertanggung jawabkan kebenaranya dan dapat di buktikan keabsahanya.
Djam’an Satori dan Aan Komariah menyatakan, bahwa “Penelitian
kualitatif

dinyatakan

absah

apabila

memiliki

derajat

kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability),
dan kepastian (confirmability)”.31 Berpijak pada pandangan ini, agar data
yang dikumpulkan dari lokasi penelitian lapangan secara metodologis bisa
memperoleh derajat kepercayaan

yang relatif tinggi, maka

peneliti

mengusahakan pengecekan keabsahan data dengan :
1. Kredibilitas
Kredibilitas (kepercayaan, credibility) merupakan kriteria yang
dapat digunakan untuk menilai kebenaran data yang dikumpulkan yang
menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian
kualitatif. Peneliti selaku peneliti dituntut untuk mampu merancang fokus
penelitian, menetapkan dan memilih informan, melaksanakan metode
pengumpulan data, menganalisis dan menginterpretasi serta melaporkan
hasil penelitian yang semua itu perlu menunjukkan tingkat kepercayaan
tertentu, sehingga dapat disajikan data secara lengkap lagi apa adanya.
Data hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh informan dan pembaca.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang kredibel, peneliti menerapkan
sebagai berikut:
a. Perpanjangan kehadiran (prolonged engagement)

31

Satori dan Komariah, Metodologi ..., hal. 100.

65

Dalam penelitian ini, peneliti memposisikan diri sebagai
instrumen. Keikut sertaan peneliti dalam pengumpulan data tidak
cukup bila dalam waktu yang relatif singkat, tetapi memerlukan
perpanjangan kehadiran pada latar penelitian agar terjadi peningkatan
derajat kepercayaan atas data yang dikumpulkan, sekaligus dengan
maksud mendeteksi dan memperhitungkan distorsi baik dari peneliti
selaku peneliti juga dari informan yang mungkin bisa mengotori data.32
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian tidak terbatas pada harihari dan jam kerja, melainkan peneliti hadir juga di luar hari dan jam
aktifitas tersebut, terutama ketika menepati kesepakatan dengan
informan untuk wawancara. Lebih lanjut, sekalipun secara formal,
andaikata peneliti telah membawa surat keterangan telah mengadakan
penelitian yang diterbitkan oleh MAN Kunir Wonodadi Blitar,
sepanjang skripsi ini masih dalam taraf pengerjaan sampai setelah
mendapat tanggapan, kritik, dan saran dari tim penguji skripsi yang
dibentuk oleh pihak jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Tulungagung; maka peneliti harus hadir di sana untuk recek
data dan mengkonfirmasikan kepada sumbernya bila peneliti masih
merasa kurang yakin akan keabsahannya, atau menghubungi
sumbernya melalui telephone/email untuk konfirmasi data.
b. Triangulasi

32

Lexy J. Moleong, Metodologi …, h. 328.

66

Untuk mengecek keabsahan ini, teknik yang dipakai oleh peneliti
adalah triagulasi. Menurut Moleong teknik triagulasi adalah tekhnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.33
Adapun beberapa tekhnik triagulasi adalah:
1) Triagulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
2) Triagulasi dengan metode, yaitu pengecekan drajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
3) Triagulasi dengan teori, meneurut Lincoln dan guba yang dikutip
oleh moleong, yaitu berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat
diperiksa derajat kepercayaan dengan suatu atau lebih teori.34
Jadi triagulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks
suatu studi suatu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan
triagulasi,

peneliti

dapat

mengecek

temuannya

dengan

membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori.

33
34

Ibid., hal. 330.
Ibid., hal. 330-331.

jalan

67

2. Transferabilitas
Transferabilitas (keteralihan, transferability) merupakan kriteria
yang dapat digunakan untuk menilai aplikabilitas hasil penelitian
kualitatif oleh pihak pemakai pada setting sosial yang berbeda dengan
karakteristik yang hampir sama. Djam’an Satori dan Aan Komariah
menyatakan, bahwa “Untuk mendapatkan derajat transferabilitas yang
tinggi tergantung pada kemampuan peneliti mengangkat makna-makna
esensial temuan penelitiannya dan melakukan refleksi dan analisis kritis
yang ditunjukkan dalam pembahasan penelitian”.35 Berpijak pada
pandangan ini, peneliti berusaha bekerja sama dengan para informan
untuk mengungkap hal-hal sebagai unsur keteralihan yang dapat
ditawarkan

kepada

para

pihak

pemangku

kepentingan

untuk

memperkokoh kinerja guru kelas atau guru mata pelajaran pada sekolah
dan madrasah.
3. Dependabilitas
Dependabilitas (ketergantungan, dependability) merupakan kriteria
yang dapat digunakan untuk menilai konsistensi data yang diperoleh
selama proses penelitian kualitatif dengan mengecek kehati-hatian
peneliti selaku peneliti dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitian,
melaksanakan pengumpulan data, beserta penginterpretasiannya. Dengan
asumsi ketergantungan bahwa suatu penelitian merupakan representasi
dari rangkaian kegiatan pencermatan data, pencarian data, pengumpulan

35

Satori dan Komariah, Metodologi ..., h. 173.

68

data yang dapat ditelusuri jejaknya, maka perlu dilakukan uji terhadap
data dengan informan sebagai sumbernya dan teknik yang diambilnya
apakah menunjukkan rasionalitas yang tinggi atau tidak. Jika mampu
menunjukkan rasionalitas yang tinggi, maka dependabilitasnya juga
relatif tinggi. Teknik terbaik yang digunakan disebut audit dependabilitas
(dependability audit).36
4. Konfirmabilita
Konfirmabilita (kepastian, confirmability) merupakan kriteria untuk
menilai netralitas hasil penelitian kualitatif, data yang diperoleh dapat
dilacak kenetralitasannya dengan sumber informasi yang jelas. Hasil
penelitian kualitatif dikatakan memiliki derajat kepastian yang tinggi
apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti, dan penelitian
kualitatif dikatakan memiliki konfirmabilita yang tinggi apabila hasil
penelitian telah disepakati oleh peneliti dan informan juga pemangku
kepentingan. Teknik terbaik yang digunakan disebut audit konfirmabilita
(confirmability audit).37
Dalam praktek, audit dependabilitas (dependability audit) dan audit
konfirmabilita (confirmability audit) dapat dilakukan secara bersamaan
melalui “audit trail”38 sebagai audit rekam jejak penelitian yang
merupakan audit terhadap keseluruhan proses penelitian oleh tim penguji
skripsi yang dibentuk oleh pihak jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

36

Ibid., hal. 166.
Satori dan Komariah, Metodologi..., hal. 167.
38
Moleong, Metodologi …, hal. 338-344.

37

69

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Tulungagung.

Dokumen yang terkait

KREATIFITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIQIH DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 12

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 35

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 10

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR AL-QUR’AN HADITS SISWA MELALUI METODE DRILL DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3