usulan proposal Adhe

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia

Sehat

tahun

2025

diharapkan

masyarakat memiliki

kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga
memperoleh


jaminan

kesehatan,

yaitu

masyarakat

mendapatkan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan
kesehatan bermutu yang dimaksud disini adalah pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana yang
memenuhi

kebutuhan

masyarakat

akan


pelayanan

kesehatan

serta

diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi. Diharapkan
dengan

terwujudnya

lingkungan

dan

perilaku

hidup


sehat,

serta

meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya (Anonim , 2013).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang semakin
meningkat, termasuk bidang kesehatan secara umum. Kemajuan ilmu dan
teknologi kedokteran telah mencapai taraf yang sangat memuaskan dalam
hal mengatasi penderitaan dan kematian penyakit tertentu. Namun demikian,
masalah kesehatan bagi masyarakat umum masih sangat rawan. Walaupun
pada beberapa tahun terakhir ini sejumlah penyakit menular tertentu sudah

2

diatasi, tetapi di lain pihak timbul masalah baru dalam bidang kesehatan
masyarakat, baik yang berhubungan dengan penyakit menular dan tidak
menular, maupun yang berhubungan erat dengan gangguan kesehatan
masyarakat (Noor, 2006).

Dewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi
bahkan ada yang telah dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam
mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat berhubungan dengan
penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap
dirasakan oleh sebagian besar penduduk Negara sedang berkembang. Salah
satunya adalah masalah penyakit menular yang penularannya melalui vector
nyamuk seperti penyakit malaria (Noor, 2006).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus Plasmodium. Kasus penyakit malaria mempunyai
penyebaran yang luas yang semakin meningkat seiring dengan perjalanan
waktu dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Ada empat spesies yang
diidentifikasi

dari

parasit

ini

menyebabkan


malaria

manusia

yaitu

Plasmodium vivax, P. falciparum, P. ovale, P. malariae (WHO, 2011).
Penyakit malaria merupakan suatu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan hampir di seluruh dunia, hal ini disebabkan
karena

penyakit

tersebut

penyebarannya

sangat


cepat

dan

sering

menimbulkan kejadian luar biasa / wabah, sehingga menyebabkan banyak

3

penderita yang sakit bahkan sampai meninggal. Penyakit malaria terjadi
terutama di negara-negara tropis dengan mortalitas satu juta kematian per
tahunnya (CDC, 2004). Lebih dari 45% penduduk dunia pernah mengalami
malaria. Salah satu publikasi mengemukakan bahwa penyakit malaria
menjadi masalah di 100 negara didunia , menimpa lebih dari 2 juta penduduk.
Diperkirakan dalam setahun malaria menyerang 300 juta penduduk, 90 %
dari jumlah ini terjadi di Negara tropis yaitu Afrika. Di Afrika, 90% kematian
yang terjadi akibat penyakit malaria adalah anak anak. Meskipun banyak
anak penderita penyakit malaria yang sembuh, mereka tetap menderita
gangguan bicara dan kerusakan otak. Selain itu, wanita hamil dan janin yang

dikandung rentan terhadap penyakit malaria sehingga dapat menyebabkan
kematian pada masa perinatal, berat lahir rendah dan anemia (Parasibu S,
2004).
Di Indonesia, penyakit malaria merupakan salah satu penyebab
peningkatan angka kesakitan dan kematian, gangguan kesehatan ibu dan
anak, penurunan intelegensia, penurunan produktivitas angkatan kerja, serta
merugikan pariwisata. Dari 576, 424 kabupaten/kota di Indonesia, 73,6%
merupakan daerah endemis malaria dan sekitar 45% penduduk Indonesia
berisiko tertular malaria. Daerah endemis malaria di Indonesia yang paling
tinggi adalah terutama di Indonesia timur. Di daerah transmigrasi dimana
terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan

4

tidak endemis. Daerah yang endemis malaria seperti di provinsi Maluku,
Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Sumatera utara dan Nusa Tenggara
Timur (NTT). Sedangkan daerah nonendemis malaria adalah provinsi DKI
Jakarta, Bali dan Kepulauan Riau (Lukman, 2010).
Penyebaran penyakit malaria diperantarai oleh vektor Anopheles.
(Gandahusada, 2006). Selain ditularkan melalui nyamuk, malaria dapat

ditularkan secara langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang
tercemar darah yang terinfeksi patogen, serta dari ibu hamil kepada bayinya
(Harijanto, 2000).
Upaya pemberantasan malaria di Indonesia masih mengalami
beberapa kendala antara lain timbulnya resistensi vektor terhadap pestisida
serta pengetahuan masyarakat terhadap malaria yang rendah (Zein, 2005).
Berbagai hal tersebut diatas menyebabkan mortalitas dan morbiditas malaria
tetap tinggi. Pemberantasan malaria dapat dilakukan dengan memberantas
vektornya baik pada stadium jentik maupun stadium dewasa , pada stadium
dewasa umumnya masyarakat menggunakan obat nyamuk semprot, bakar
dan oles yang banyak dijual bebas. Selain menggunakan obat nyamuk,
pemberantasan nyamuk malaria juga dapat dimulai saat nyamuk berada
dalam stadium jentik.
Bila dilihat daerah wilayah kerja Puskesmas Hila yang termasuk
daerah yang dari segi geografisnya merupakan daerah yang kebanyakan

5

dengan kondisi daerah pantai maka keadaan ini memungkinkan wilayah
tersebut sebagai tempat berkembang biaknya spesies nyamuk vektor

Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus maka dapat diinterpretasikan
bahwa wilayah tersebut merupakan daerah yang rawan terhadap terjadinya
penularan malaria serta prioritas pemberantasan malaria (Harijanto, 2000).
Sesuai dengan hasil survey pengambilan data awal yang didapat di
Puskesmas Perawatan Hila Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah
Tahun 2015, 10 penyakit terbesar yang berada di Desa Hila Kecamatan
Leihitu Tahun 2015 salah satu diantaranya yaitu penyakit Malaria.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakuan penelitian
dengan melakukan penelitian tentang Identifikasi Jenis Vektor Malaria Di
Desa Hila Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah Jenis Vektor Malaria Yang Ditemukan Di Desa
Hila Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2015 ? “
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis
vektor malaria di Desa Hila Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah
2. Tujuan Khusus


6

a. Mengidentifikasi jenis vektor malaria yang ditemukan di Desa Hila
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah
b. Mengetahui bionomik vektor malaria yang ditemukan di Desa Hila
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat dan petugas kesehatan
a. Mengurangi aktifitas petugas kesehatan secara langsung
b. Berkurangnya populasi nyamuk dan memperkecil penularan penyakit
secara tidak langsung memberikan masyarakat hidup sehat.
2. Bagi peneliti
Dapat mengklasifikasikan ilmu yang didapat selama belajar di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Jurusan Kesehatan Lingkungan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan sebagai calon ahli Kesehatan
Lingkungan.
3. Bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku
Sebagai bahan kepustakaan khususnya bagi jurusan kesehataan
Lingkungan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

7

A. Konsep Teori
1. Pengertian Malaria
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus Plasmodium. Kasus penyakit malaria mempunyai
penyebaran yang luas yang semakin meningkat seiring dengan
perjalanan waktu dan menjadi masalah kesehatan masyarakat (WHO,
2011). Ada empat spesies yang diidentifikasi dari parasit ini menyebabkan
malaria manusia yaitu: (Arsin, 2012).
a. plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika.
b. plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana.
c. plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana.
d. plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang hampir
serupa dengan Malaria Tertiana.
2. Pengertian Nyamuk
Nyamuk (dipteral : culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit
baik pada hewan maupun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan
manusia dalam penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai
vektor

dari

agent

penyakitnya,

seperti

filariasis

dan

malaria

(sudarmaja,2009).
Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria.
Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan nyamuk

8

Anopheles betina. Nyamuk Anopheles sering dikenal sebagai salah satu
jenis nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria. Ciri nyamuk ini adalah
hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Warnanya
bermacam-macam, ada yang hitam ada juga yang kakinya bercak-bercak
hitam. Waktu menggigit biasanya pada malam hari (Gandahusada,1998).
Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi
peningkatan pada 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada
pukul 02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar
rumah terjadi peningkatan pada pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan
meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari (Rosa,2009).
3. Klasifikasi nyamuk Anopheles
Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang
lainnya adalah sebagai berikut :
Kingdom ; Animalia
Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Diptera

Family

: Anophelinae

Genus

: Anopheles

4. Siklus hidup nyamuk Anopheles

9

Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam
metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat
stage/fase. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal:
suhu, adanya zat kimia/biologis di tempat hidup. (Arsin, 2012)
Siklus hidup nyamuk Anopheles secara umum sebagai berikut :

Gambar 1. Siklus Nyamuk Anopheles
a. Telur
Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan
50-200 buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah
(tidak bergabung menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari
(pada daerah beriklim dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu)

10

(http://www.ento.okstate.edu/mosquito/biology.html)
Gambar 2. Telur Nyamuk Anopheles
b. Larva
salah satu ciri khas yang membedakan dengan larva nyamuk
yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah sejajar di dengan
permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat
bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup
dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang
terdapat dipermukaan .
Larva terbagi dalam 4 instar atau stadium, setelah larva
mengalami metamorfisis menjadi kepompong. Disetiap akhir
stadium larva berganti kulit, larva mengeluarkan exokeleton atau
kulit ke pertumbuhan lebih lanjut.

11

(http://thosehovercrafts.wordpress.com/2011/04/12/larval-living/)
Gambar 3. Larva nyamuk Anopheles
Habitat

Larva

ditemukan

di

daerah

yang

luas tetapi

kebanyakan spesies lebih suka di air bersih. Larva pada nyamuk
Anopheles ditemukan di air bersih atau air payau yang memiliki
kadar garam, rawa bakau, di sawah, selokan yang ditumbuhi
rumput, pinggir sungai dan kali, dan genangan air hujan. Banyak
spesies lebih suka hidup di habitat dengan tumbuhan. Habitat
lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis lebih suka di alam
terbuka, genangan air yang terkena sinar matahari.

Aedes
-

Berenang bebas di air

Anopheles
-

Berenang bebas di
air

Mansonia
-

Melekat pada
akar tumbuhan di
dalam air

Culex
-

Berenang bebas di
air

12

-

Mempunyai siphon
yang besar dan
pendek dan terdapat
pectern teeth pada
siphon

-

Tidak mempunyai
siphon

-

Siphon pendek,
tajam, dengan
ujung runcing
seperti tanduk
dan ditusukkan
pada akar
tumbuhan air,
tanpa pectern
teeth

-

Terdapat siphon
yang bentuknya
langsing dan kecil
tanpa
pectern teeth

-

Pada waktu istirahat
membentuk sudut
dengan permukaan
air

-

Pada waktu
istirahat sejajar
permukaan air

-

Pada waktu
istirahat tetap
melekat pada
akar tumbuhan ai

-

Pada waktu
istirahat
membentuk sudut
dengan
permukaan air

-

Banyak dijumpai pada
genangan air dengan
tempat tertentu
(drum, bak,
tempayan, kaleng
bekas, pelepah
pohon, dan lain-lain)

-

Banyak dijumpai
pada genangan air
yang tidak terlalu
kotor (rawa,
sawah, ladang,
dan lain-lain)

-

Banyak dijumpai
pada genangan
air dengan
tumbuhan
tertentu (pistia,
eceng, dan lainlain)

-

Banyak dijumpai
pada genangan air
kotor (comberan,
got, parit, dan lainlain)

Tabel 1. Perbedaan jentik Aedes dengan jentik Anopheles, Mansonia, dan culex
Ditjen PP& PL, 2007

Gambar 4 : Perbedaan jentik Aedes, Anopheles dan Culex
(Sumber: Sang Gede Purnama 2010)

13

c. Pupa (kepompong)
Kepompong terdapat dalam air dan tidak memerlukan
makanan tetapi memerlukan udara. Pada kepompong belum ada
perbedaan antara jantan dan betina. Kepompong menetas dalam
1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada umumnya nyamuk jantan lebih
dulu menetas daripada nyamuk betina. Lamanya dari telur berubah
menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung spesiesnya dan
dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari
telur ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14
hari.

Gambar 5. Kepompong Nyamuk Anopheles
d. Dewasa

14

Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk
menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan
lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai
dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai
sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah menetas
dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding
place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap
darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari
nyamuk Anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.
Semua nyamuk, khususnya Anopheles dewasa memiliki tubuh
yang kecil dengan 3 bagian : kepala, torak dan abdomen(perut).
Kepala nyamuk berfungsi untuk memperoleh informasi dan untuk
makan. Pada kepala terdapat mata dan sepasang antena. Antena
nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau host dari tempat
perindukan dimana nyamuk betina meletakkan telurnya.
Pada Anopheles dewasa, dibagi atas 3 bagian, yaitu
1) Kepala
a) Pada kepala terdapat mata, antena, probocis danpalpus
b) Mata disebut juga hensen
c) Antena pada anopeles berfungsi sebagai deteksi bau pada
hospes yaitu pada manusia ataupun pada binatang

15

d) Probocis merupakan moncong yang terdapat pada mulut
nyamuk

yang

pada

nyamuk

betina

berfungsi

untuk

mengisap darah akrena probocisnya tajam dan kuat, ini
berbeda dengan yang jantan, sehingga yang jantan hanya
mengisap bahan-bahan cair.
e) Palpus terdpat pada kanan dan kiri probocis, yang berfungsi
sebagai sensory
2) Torak
a) Bentuk torak pada nyamuk anopeles seperti lokomotif
b) Mempunyai tiga pasang kaki
c) Mempunyai dua pasang sayap
d) Antara torak dan abdomen terdapat alat keseimbangan yang
di sebut halte, yang berfungsi sebagai alat keseimbangan
pada waktu nyamuk terbang.
3) Abdomen
a) Berfungsi

sebagai

organ

pencernaan

dan

tempat

pembentukan telur nyamuk.
b) Bagian badannya mengembang agak besar saat nyamuk
betina menghisap darah.

16

c) Darah tersebut lalu dicerna tiap waktu untuk membantu
memberikan sumber protein pada produksi telurnya, dimana
mengisi perutnya perlahan-lahan.
5. Spesies Anopheles
Dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti
mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Disetiap daerah
dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada satu atau paling
banyak tiga spesies Anopheles yang menjadi vektor penting. Di Indonesia
telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria
(Harijanto,2000).
Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor
malaria di Indonesia antara lain :
a. Anopheles aconitus
Telur berwarna hitam, panjang 0,44 mm, memiiki Pelampung,
diletakkan di Permukaan air. Dalam kondisi lingkungan optimal, betina
mampu bertelur ±120 butir.
Larva nyamuk berada di lempat terbuka, air jernih dengan arus
renang. terutama sawah terasering, tepi kolam air tawar berumput,
kolam dengan vegetasi akuatik, genangan air tepi sungai, dan parit
dengan tepi berumput.

17

Posisi istirahat larva sejajar dengan permukaan air (karena tidak
memiliki sifon), digunakan untuk mengambil oksigen langsung dari
udara (Kemenkes,2011).
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan,
kecuali Maluku dan Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran
rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian
400–1000

meter

dengan

persawahan

bertingkat.

Nyamuk

ini

merupakan vektor pada daerah–daerah tertentu di Indonesia, terutama
di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
b. Anopheles sundauicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali.
Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh
tumbuhan enteromopha, chetomorpha dengan kadar garam adalah
1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti
di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut
dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.
c. Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi
maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang
jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh–tumbuhan air dan

18

pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak teduh
seperti pada sawah dan parit.
d. Anopheles maculates
Betina setiap bertelur mengeluarkan telur ±300 butir. Butir-butir telur
berwarna hitam, diletakkan di permukaan air (Kemenkes,2011).
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku
dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai
ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan
pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari.
e. Anopheles subpictus
Sepesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat
dibedakan menjadi dua spesies yaitu :
1) Anopheles subpictus subpictus
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang–kadang ditemukan
dalam air payau dengan kadar garam tinggi.
2) Anopheles subpictus malayensis
Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi.
Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan
rumput pada selokan dan parit.
f. Anopheles balabacensis

19

Butir-butir telur berwarna hitam, memiliki pelampung, diletakkan di
permukaan air secara individu/tidak berkelompok. Larva ditemukan di
berbagai macam genangan air jernih yang tertutup daun dan
berlumpur dibagian dasar(Kemenkes,2011). Digenangan air bekas
tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran
airnya terhenti. Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat,
Balikpapan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan.
6. Bionomik nyamuk Anopheles
Menurut Iskandar dalam Riwu (2007), layaknya nyamuk pada
umumnya, Anopheles dalam kehidupannya mempunyai tiga macam
tempat yaitu tempat untuk berkembang biak (breeding places), tempat
untuk mendapatkan darah (fleeding places), dan tempat untuk beristirahat
(resting places).
a. Tempat untuk berkembang biak (breeding places).
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, siklus hidup nyamuk
Anopheles mempunyai empat stadium yaitu: telur, jentik, kepompong,
dan nyamuk dewasa. Stadium telur, jentik, dan kepompong berada
dalam air dan tempat yang mengandung air tersebut dinamakan
“breeding

places”.

Tipe-tipe

breeding

places

yang

disenangi

Anopheles untuk berkembang biak bermacam-macam tergantung
spesies Anopheles yang bersangkutan. Menurut Iskandar dalam Riwu

20

(2007), macam-macam breeding places Anopheles antara lain sebagai
berikut :
1) Berdasarkan kadar garam dari air, dibedakan atas :
a) Air payau yaitu campuran air tawar dengan air laut. Breeding
places air payau antara lain seperti tambak-tambak ikan pantai,
dan muara sungai yang sedang menutup. Anopheles yang
senang berkembang biak di air payau antara lain : An.
Sundaicus, An. Vagus, dan An. Subpictus.
b) Air tawar, breeding places air tawar masih dibedakan lagi atas
macam-macam, tipe dan kebanyakan nyamuk Anopheles
senang berkembang biak di air tawar.
2) Berdasarkaan keadaan sinar matahari, dibedakan atas :
a) Breeding places yang langsung mendapat sinar matahari
diantaranya lebih disenangi oleh jenis An. sundaicus dan An.
maculatys
b) Breeding places yang terlindung dari sinar matahari lebih
disenangi

oleh

jenis

An.vagus

An.umbrocus

dan

An.barbumbracus.
3) Berdasarkan aliran air, dibedakan atas :
a) Air tidak mengalir seperti kobokan, bekas-bekas tapak kaki
yang kemasukan air, bekas-bekas roda yang kemasukan air

21

dan lain jenisnnya. Tempat-tempat tersebut digunakan untuk
berkembang

biak

oleh

An.vagus,

An.

Indefinitus,

dan

An.lueucosphirus.
b) Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah, disenangi
oleh banyak jenis Anopheles, misalnya : An.aconitus, An.vagus,
An.barbirostris, An.indefenitus, dan An.anullaris.
b. Tempat untuk mendapatkan darah (Fleeding Places)
1) Berdasarkan kesenangan mencari darah, dikenal dua golongan
nyamuk yaitu :
a) Nyamuk yang senang mencari darah manusia
b) Nyamuk yang senang mencari darah binatang.
Waktu keaktifan mencari darah bagi nyamuk Anopheles
berbeda-beda. Baik nyamuk yang aktif pada malam hari
maupun siang hari, tiap jenis nyamuk mempunyai kebiasaan
yang berbeda-beda pula. Ada golongan nyamuk yang banyak
menggigit pada siang hari dan makin berkurang pada malam
hari seperti An.aconitus. Ada yang mulai menggigit setelah
tengah malam sampai pagi seperti An.icucosphyrus.Ada juga
yang menggigit sepanjang malam seperti An.sundaicus dan
An.subpictus (Riwu, 2007).
c. Tempat untuk beristirahat (resting places)

22

Setelah nyamuk betina menggigit manusia atau binatang sampai
perutnya penuh darah, nyamuk akan pergi ke resting places. Nyamuk
akan beristirahat di resting olaces selama 2-3 hari untuk iklim
Indonesia. Kemudian setelah telur matang nyamuk ke breeding places
untuk bertelur. Tempat istirahat nyamuk Anopheles dapat beristirahat
didalam rumah atau diluar rumah (alam bebas). Resting places diluar
rumah dapat bersifat alamiah seperti gya-gua, tebing sungai/parit. Dan
semak-semak; resting places buatan seperti pit traps yaitu lubanglubang dalam tanah yang sengaja dibuat untuk beristirahat.
7. Pengendalian Nyamuk Anopheles
Program pemberantasan malaria dapat didefinisikan sebagai usaha
terorganisasi untuk melaksanakan berbagai upaya menurunkan penyakit
dan kematian yang diakibatkan malaria, sehingga tidak menjadi masalah
kesehatan utama (Harijanto, 2000).
Pemberantasan malaria dilakukan dengan pengendalian vector yaitu
nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles dewasa ini banyak sekali metode
pengendalian vektor dan binatang pengganggu yang telah dikenal dan
dimanfaatkan oleh manusia. Dari berbagai metode yang telah dikenal
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Lingkungan fisik

23

1) Pengendalian dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau
gigitan nyamuk Anopheles.
a) Penggunaan kawat kasa pada ventilasi. Dimana keadaan
rumah ventilasi udara dipasangi atau tidak dipasangi kawat
kasa ini berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam
rumah.
b) Menggunakan

kelambu

pada

waktu

tidur.

Kebiasaan

menggunakan kelambu pada tempat yang biasa dipergunakan
sebagai tempat tidur dan di gunakan sesuai dengan tata cara
penggunaan

kelambu

untuk

tempat

tidur

dan

waktu

penggunaan kelambu saat jam aktif nyamuk mencari darah.
c) Menggunakan zat penolak (Repellent). Untuk kebiasaan
penggunaan repellent yang digunakan pada saat atau waktu
nyamuk menggigit atau pada waktu akan tidur malam atau pada
waktu lain di malam hari.
2) Pengendalian dengan cara genetik
Pemberantasan ini dilakukan dengan cara pemandulan
nyamuk jantan, kemudian nyamuk tersebut dilepas ke habitatya
sehingga tidak terjadi perkembangbiakan. Walaupun demikian,
metode

ini

jarang

digunakan

keberhasilannya (Depkes RI, 1999).

karena

sulit

diukur

tingkat

24

3) Pengendalian dengan cara menghilangkan atau mengurangi
tempat perindukan, yang termasuk kegiatan ini adalah :
a) pengaturan dan perbaikan aliran air.
b) Pembersihan tanaman air dan semak belukar.
4) Pengendalian Cara Biologi.
Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan

musuh

alaminya

(predator)

atau

dengan

menggunakan protozoa, jamur dan beberapa jenis bakteri serta
jenis-jenis nematoda.
5) Pengendalian Cara Fisika-Mekanik.
Pengendalian dengan Fisika-Mekanik ini menitik beratkan
usahanya pada penggunaan dan memanfaatkan faktor-faktor iklim
kelembaban suhu dan cara-cara mekanis.
6) Pengendalian dengan cara pengolaan lingkungan (Environmental
management).
Dalam pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan
dikenal dua cara yaitu :
a) Perubahan lingkungan (Environmental Modivication).
Meliputi kegiatan setiap pengubahan fisik yang permanen
terhadap tanah, air dan tanaman
mencegah,

menghilangkan

atau

yang bertujuan untuk
mengurangi

tempat

25

perindukan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak
baik terhadap kuwalitas lingkungan hidup manusia. Kegiatan
ini antara lain dapat berupa penimbunan (filling), pengertian
(draining),

perataan

permukaan

tanah

dan

pembuatan

bangunan, sehingga vektor dan binatang penganggu tidak
mungkin hidup.
b) Manipulasi Lingkungan (Environment Manipulation)
Sehingga

tidak

memungkinkan

vektor

dan

binatang

pengganggu berkembnang dengan baik. Kegiatan ini misalnya
dengan merubah kadar garam (solinity), pembersihan tanaman
air atau lumut dan penanaman pohon bakau pada pantai
tempat

perindukan

nyamuk

sehingga

tempat

itu

tidak

mendapatkan sinar matahari.
7) Pengendalinan Dengan Cara Kimia (Chemical Control).
Pengendalian dengan cara kimia (Chemical Control) ini
disebut juga pengendalian dengan menggunakan pestisida.
Pestisida adalah suatu zat kimia yang dapat membunuh vektor dan
binatang pengganggu. Disamping pengendalian secara langsung
kepada vektor, pengendalian secara kimiawi juga bisa dilakukan
terhadap tanaman yang menunjang kehidupan vektor dan binatang
penggangu dengan menggunakan herbisida.

26

B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Jenis vektor
Vektor Malaria
Bionomik vektor

27

Gambar 7. Karangka konsep

Keterangan :

= variable bebas

= variable terikat

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk melakukan gambaran mengenai fenomena yang ditemukan
baik yang berupa efek atau hasil yang didukung dari hasil pemeriksaan
laboratorium (Sugiono, 2010) untuk mengetahui jenis vector Malaria Di Desa
Hila Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.

28

B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan pada bulan April 2016
2. Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah pada daerah rawa atau sungai yang
ditentukan berdasarkan kecepatan angin dan arah angin di Desa Hila
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh vektor Malaria pada Desa Hila
Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah .
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh vektor Malaria pada Desa
Hila

Kecamatan

Leihitu

Kabupaten

Maluku

Tengah.

Teknik

pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Total Sampling.
D. Variable dan defenisi Operasional
Tabel 3
Definisi Operasional

N
o
1.

2.

Variabel
Jenis vektor

Definisi Operasional
Jenis vector malaria yang
ditemukan didesa Hila yang
ditangkap menggunakan
umpan body dengan alat
aspirator yang dilakukan
penangkapan pada malam
dan pagi hari

Cara ukur

Alat ukur

Mengamati

Mikroskop

Hasil ukur

Skala

29

E. Cara pengumpulan data
1. Data Primer
Data primer diperoleh hasil identifikasi nyamuk dewasa
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh atau dikumpulkan dari instansi, dinas terkait,
buku-buku dan internet.
F. Bahan/instrumen penelitian
1. Penangkapan Nyamuk
Penangkapan nyamuk dewasa di desa Hila Kecamatan Leihitu
Kabupaten

Maluku

Tengah

berlangsung

selama

1

minggu.

Penangkapan dilakukan pada malam hari dan pagi hari. Penangkapan
pada malam hari (18.00-05.00), dilakukan diluar rumah oleh peneliti
dengan cara menangkap menggunakan aspirator dengan cara umpan
body.

Sedangkan

penangkapan

pada

pagi

hari

(06.00-08.00)

dilakukan didalam rumah (nyamuk yang hinggap didinding) yang
ditangkap menggunakan aspirator.
2. Identifikasi nyamuk
a. Alat
1)

Mikroskop

2)

Lup

3)

Kloroform

4)

Jarum pentul

5)

Kain kasa

6)

Tabung reaksi

7)

Kapas.

30

b. Bahan
Jenis nyamuk dewasa.
c. Prosedur kerja
1) Nyamuk

yang

telah

dewasa

dikeluarkan

dengan

cara

memasukkan tabung reaksi dalam wadah penampung ( yang
ditutupi kain kasa ).
2) Teteskan 1 – 2 tetes kloroform pada kapas, letakkan kapas
diatas tabung reaksi.
3) Tunggu beberapa menit, setelah nyamuk tersebut pingsan
nyamuk di tusuk dengan pentul dan di identifikasi dengan
menggunakan mikroskop.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Cara pengolahan
Data hasil identifikasi jenis vektor malaria disusun dalam bentuk tabel.
2. Analisis
Analisis yang dilakukan yaitu analisis
H. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini adalah disajikan dalam bentuk tabel
dan disertai dengan narasi.