TAP.COM - EDISI JUNI 2011 VOLUME V NO. 1 - 2 ISSN 1979 ... - JURNAL UIN SGD 267 493 1 SM

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

TEKNIK IMOBILISASI ADSORPSI DAN ENTRAPMENT FILM NATA DE
COCO-BENEDICT UNTUK DETEKSI KADAR GULA DALAM URIN
Meyliana Wulandari
Abstract
Person with Diabetes Mellitus (DM) usually have high level of sugar in his blood. He also has
trouble on glucose transportation in his kidneys, so his urine has high glucose concentration. It
was synthesized of chemical sensor based on Benedict to measure glucose level. Cellulose from
nata de coco is used as supporting material for Benedict immobilization. The characteristics of
sensor are determined through sensor leaching, linear range, limit of detection, reproducibility,
and sensitivity by reflectance spectrophotometry. The parameter which needs to be optimal at
adsorption method is Benedict concentration and the time of dipping. While at entrapment method
optimation is rasio of cellulose mass: Benedict volume and Benedict concentration. The optimal
result of maximum wavelength of Benedict cellulose sensor with both methods is 541.57 nm.
Optimum condition of dipping time is 40 minutes. Rasio of cellulose: with Benedict volume
optimum at 1: 3, with optimal concentration of Benedict is 0.2682 M at adsorption method and
0.4470 M at entrapment method. The amounts of leaching at entrapment method is smaller than
amounts at adsorption method. Sensor characteristics with adsorption method are better than with

entrapment method. The result of glucose level measurement at urine which uses adsorption
method and entrapment sensor has small differences with level of glucose data which uses NelsonSomogyi standard method. So, adsorption is method of Benedict cellulose sensor which is more
accurate for determining glucose level in urine.

karena

A. Pendahuluan

itu

diperlukan

suatu

metode

Diabetes Mellitus (“penyakit gula”)

mengukur kadar glukosa dalam urin yang


adalah suatu penyakit metabolisme yang

bisa digunakan setiap saat dan oleh semua

disebabkan

orang.

kurangnya

insulin

atau

Salah

satunya

menggunakan


terhambatnya sekresi insulin. Menurut

imobilisasi reagen ke material pendukung

WHO tahun 2000, jumlah penderita

padat.

diabetes diseluruh dunia mencapai 120

Imobilisasi

Benedict

ke

dalam

juta orang, pada tahun 2025 diperkirakan


material pendukung berupa selulosa nata

jumlahnya akan meningkat hingga 300

dilakukan secara adsorpsi dan entrapment.

juta orang, peningkatan ini terutama

Pada metode adsorpsi akan dilakukan

terjadi di benua Asia, Afrika dan Amerika

optimasi konsentrasi Benedict dan lama

Selatan

pencelupan

(Hernawati,


2005).

Penderita

selulosa

nata

ke

dalam

Diabetes Mellitus mengalami gangguan

Benedict sehingga dimungkinkan akan

transport glukosa di ginjal, dimana urin

mempengaruhi jumlah Benedict


mengandung glukosa dengan konsentrasi

teradsorp dalam selulosa nata. Sedangkan

tinggi (Koolman dan Rohm, 2001). Oleh

pada metode entrapment akan dilakukan
65

yang

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

optimasi

konsentrasi

Benedict

ISSN 1979-8911


viskositasnya

dan

rendah.

Disamping

perbandingan massa selulosa nata dengan

mempunyai

volume

bisa

mempunyai kelemahan antara lain urin

memaksimalkan jumlah Benedict yang


cepat mengalami kerusakan bila tidak

berhasil dientrapment dalam selulosa nata.

segera dilakukan analisa dan kadar gula

Sensor

kondisi

dalam urin tergantung pada kondisi tubuh

optimum digunakan untuk membuat kurva

seseorang (Thomas, 1984). Oleh karena

kalibrasi

itu untuk membuktikan keakuratan hasil


Benedict

yang

sehingga

berada

glukosa

dalam

dan

selanjutnya

urin

juga


pengukuran kadar glukosa dalam sampel

dilakukan karakterisasi.

urin, maka dilakukan uji korelasi kadar

Karakterisasi sensor selulosa nataBenedict

kelebihan,

diperoleh

gula dalam urin dengan metode standar

berdasarkan

Nelson-Somogyi.

pengukuran sinar yang direfleksikan oleh

analit yang ditangkap oleh detektor dalam
spektrometer

reflektan.

Berdasarkan

B. Metode Penelitian
1. Alat dan Bahan

karakteristik sensor, dalam penelitian ini
akan

dipelajari

reprodusibilitas,

linier

limit

deteksi,

Alat

range,

penelitian

dan

yang
ini

digunakan

antara

lain

dalam

penyaring

sensitivitas (Miller dan Miller, 1983).

buchner, pompa vakum, beaker gelas,

Selain

sensor

gelas ukur, pipet mohr, pipet volum, pipet

selulosa nata-Benedict, dilakukan juga uji

tetes, labu ukur, labu erlenmeyer, gelas

leaching reagen Benedict dari selulosa

arloji, pengaduk, blender, nampan plastik,

nata untuk mengetahui jumlah Benedict

hot plate, stirer magnetik, mikrometer,

yang lepas menuju air pada metode

stop watch, neraca analitik, oven, pH

adsorpsi dan entrapment. Sensor yang

meter, spektrometer USB 2000 ”Ocean

telah dikarakterisasi digunakan untuk

Optic”, spektrometer Genesys 5, dan

mengukur sampel.

kuvet. Bahan yang digunakan dalam

dipelajari

karakteristik

karena

penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir,

mengandung lebih sedikit interferensi

amonium sulfat (NH4)2SO4 padat, bakteri

dibandingkan dengan darah sehingga tidak

Acetobacter xylinum, asam cuka pasaran,

dibutuhkan metode pemisahan untuk bisa

natrium hidroksida (NaOH) padat, kertas

mendeteksi semua analit. Selain itu, urin

saring nilon, natrium karbonat (Na2CO3)

lebih mudah bereaksi dengan sensor

padat,

selulosa

(C6H5Na3O7.2H2O) padat, tembaga (II)

Sampel

urin

digunakan

nata-Benedict

karena
66

trinatrium

sitrat

dihidrat

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

sulfat

(CuSO4.5H2O)

padat,

ISSN 1979-8911

Benedict yang digunakan antara lain:

glukosa

0,4470; 0,0894; 0,1788; 0,2682; 0,3576

(C6H12O6) anhidrat, aquades.

M. Selulosa nata-Benedict selanjutnya
2. Prosedur Penelitian

dikeringkan pada suhu 50ºC sampai



Membuat dan Memurnikan Nata de
Coco

molekul airnya hilang. Kondisi optimum

Media fermentasi dalam pembuatan

mencari kondisi optimum parameter yang

konsentrasi Benedict digunakan untuk

nata de coco terdiri dari air kelapa

kedua.

sebanyak 1 L dididihkan lalu ditambahkan

menggunakan lama pencelupan 10, 20, 30,

10 g gula pasir dan 5 g (NH4)2SO4.

40, 50 menit. Kondisi optimum kedua

Setelah dingin, pH media diatur sehingga

parameter digunakan untuk mengukur

mencapai 4 dengan menambahkan asam

analit.

cuka

pasaran

kemudian

Parameter

yang

kedua

ditambahkan

Pada metode entrapment, nata de

Acetobacter xylinum dan difermentasi

coco murni yang masih basah didegradasi

pada suhu ruang selama 10 hari. Bentuk

secara mekanik dengan blender selama 3

nata de coco hasil fermentasi berupa gel

jam. Selulosa nata hasil pemblenderan

selanjutnya dicuci dengan air mengalir

sebanyak 10 g direndam dan diaduk

selama 24 jam. Selanjutnya dicuci dengan

dengan larutan Benedict selama 24 jam

NaOH 2% selama 1 jam pada suhu 80-

(mendekati homogen). Kemudian selulosa

90ºC. Untuk menetralkan pH, nata de

nata-Benedict dicetak dengan set alat

coco direndam dalam asam cuka 2%

seperti gambar 1 dan dikeringkan pada

selama 1 jam dan terakhir dicuci kembali

suhu 50ºC. Parameter yang diamati adalah

dengan air.

konsentrasi Benedict dan perbandingan



Imobilisasi
Benedict
Secara
Adsorpsi dan Entrpment pada
Selulosa Nata

massa nata dengan volume Benedict.

Pada metode adsorpsi, nata de

antara lain: 0,4470; 0,0894; 0,1788;

coco yang telah dimurnikan selanjutnya

0,2682; 0,3576 M. Konsentrasi Benedict

diberi

mempunyai

dioptimasi sedangkan parameter lainnya

ketebalan yang sama dan dipotong-potong

dijaga konstan. Hasil optimum konsentrasi

dengan ukuran 1x2 cm. Membran selulosa

Benedict digunakan untuk menentukan

nata kemudian diadsorpsi ke dalam

kondisi optimum parameter berikutnya

larutan

variasi

yaitu perbandingan massa selulosa nata

Konsentrasi

dengan Benedict (1: 1, 1: 2, 1: 3, 1: 4, 1:

tekanan

sehingga

Benedict

konsentrasi

dengan

Benedict.

Konsentrasi Benedict yang digunakan

67

P
v

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911



5).

Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum (λmaks)
Penentuan

maksimum

sensor

mengukur

intensitas

Benedict.



awal

adalah

selulosa

penentuan

maksimum,

natapanjang

sensor

yang

dibuat dari metode adsorpsi diperoleh dari
sensor dengan salah satu konsentrasi
Benedict

Uji Leaching Sensor Selulosa NataBenedict
Langkah

gelombang

ditentukan dengan

Untuk

gelombang
Gambar 1. Sistem pencetakan
membran.

panjang

dan

lama

pencelupan.

Sedangkan λmaks sensor yang dibuat dari
metode entrapment

membuat

diperoleh dengan

kurva kalibrasi Benedict dari larutan

salah satu konsentrasi Benedict

induk

perbandingan

dan

dilakukan

pengenceran

massa

nata:

dan

volume

sehingga absorban yang terukur dengan

Benedict. Panjang gelombang dengan

spektroskopi uv-visibel mendekati nol.

intensitas tertinggi dipilih sebagai panjang

Masing-masing

kedua

gelombang maksimum sensor. Penentuan

metode (adsorpsi dan entrapment) yang

panjang gelombang maksimum untuk

berukuran 1x2 cm direndam dalam 10 mL

pembuatan kurva kalibrasi sensor-glukosa

air selama 5 detik. Kemudian sisa air

sama

rendaman diukur pada panjang gelombang

gelombang

maksimum Benedict, sisa air rendaman

Intensitas selulosa nata-Benedict yang

berfungsi sebagai jumlah Benedict yang

telah direaksikan dengan salah satu

leaching.

konsentrasi glukosa diukur menggunakan

%leaching

membran

dari

dengan

penentuan

maksimum

panjang

sensor

diatas.

spektrometer 2000. Proses pengukurannya

Benedictyang leaching(g)
100%
Benedictyang berhasil terimobilisasi (g)

dilakukan pada panjang gelombang 400

Pencelupan Sensor ke dalam
Larutan Glukosa Standard

800 nm.


Membran selulosa nata-Benedict
dalam kondisi optimum metode adsorpsi

Konsentrasi Benedict optimum akan

dan entrapment dicelupkan selama 5 detik
ke

dalam

larutan

glukosa

Penentuan Konsentrasi Benedict
Optimum Metode Adsorpsi dan
Entrapment

ditentukan berdasarkan data scanning

standard

intensitas sensor selulosa nata-Benedict

kemudian dipanaskan pada suhu 90ºC

dengan

selama 2 menit.
68

variasi

konsentrasi

Benedict.

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

Konsentrasi Benedict yang digunakan

konsentrasi Benedict dan lama pencelupan

yaitu 0,4470; 0,0894; 0,1788; 0,2682 dan

optimum pada metode adsorpsi serta

0,3576 M. Kondisi optimum ditandai

konsentrasi Benedict dan perbandingan

dengan intensitas tertinggi dari sensor.

volume nata: volume Benedict optimum



pada metode entrapment. Pengukuran ini

Penentuan Lama Pencelupan
Optimum Metode Adsorpsi
Penentuan

optimum

Lama

ditentukan

dilakukan

pencelupan

pada

panjang

gelombang

maksimum sensor yang telah direaksikan

menggunakan

dengan glukosa. Variasi larutan glukosa

konsentrasi Benedict yang telah optimum

standard yang digunakan mulai 0; 1000;

dan variasi lama pencelupan. Variasi lama

2000; 3000; 4000; dan 5000 ppm. Kurva

pencelupan kedalam selulosa nata yang

kalibrasi

digunakan antara lain 10, 20, 30, 40, dan

dibuat

konsentrasi

50 menit. Kondisi optimum ditandai

dengan

larutan

mengalurkan

glukosa

standard

terhadap sensor selulosa nata-Benedict

dengan intensitas tertinggi dari sensor.

sebagai sumbu x terhadap intensitas
produk yang dihasilkan sebagai sumbu y.



Penentuan Perbandingan Massa
Selulosa Nata: Volume Benedict
Optimum Metode Entrapment



massa

Karakteristik Sensor Selulosa NataBenedict Secara Spektroskopi

selulosa nata: volume Benedict optimum

Daerah linier diperoleh dari kurva

Penentuan

ditentukan

perbandingan

menggunakan

kalibrasi

variasi

yaitu

persamaan

regresi,

konsentrasi Benedict yang telah optimum

koefisien regresi menunjukkan banyaknya

dan variasi perbandingan massa selulosa

perubahan intensitas yang dipengaruhi

nata:

oleh perubahan konsentrasi analit dan

volume

Benedict.

Variasi

sisanya merupakan faktor pengganggu.

perbandingan massa selulosa nata: volume

Limit

Benedict yang digunakan antara lain 1: 1,

Deteksi

diperoleh

dari

1: 2, 1: 3, 1: 4, 1: 5. Kondisi optimum

standard deviasi kurva kalibrasi (SB) dan

ditandai dengan intensitas tertinggi dari

dimasukkan ke persamaaan YLOD = yB –

sensor.

3SB



lalu

persamaan
Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pengukuran

larutan

dilakukan

pada

x

c  YLOD
m

ke dalam

(Calcutt

dan

Boddy, 1983). Hasil perhitungan tersebut

standard

menentukan berapa limit deteksi pada

glukosa terhadap sensor selulosa nataBenedict

memasukkannya

kondisi
69

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

daerah konsentrasi glukosa standard 0;

C. Hasil Dan Pembahasan

1000; 2000; 3000; 4000; dan 5000 ppm.



Sensor Selulosa Nata-Benedict

Sensitivitas sensor selulosa nata-

Imobilisasi

adsorpsi

dan

Benedict diperoleh dari slope grafik (m)

entrapment reagen Benedict ke selulosa

intensitas terhadap variasi konsentrasi

nata menghasilkan ikatan fisik yang

glukosa. Semakin besar harga gradien

kemungkinan

grafik maka semakin baik sensitivitas

disebabkan oleh gaya van der Waals

sensor

nata-Benedict.

antara selulosa dengan Benedict. Ikatan

Reprodusibilitas membran selulosa nata-

yang disebabkan oleh gaya van der Waals

Benedict yang digunakan sebagai sensor

merupakan ikatan yang lebih lemah dari

optik untuk mendeteksi glukosa diperoleh

ikatan kovalen dan ikatan ionik yang tidak

dari rumus koefisien variasi (Kv).

mempunyai arah yang teratur, ikatan ini

selulosa

berupa

ikatan

yang

menyebabkan molekul Benedict dengan


Pengukuran Sampel

selulosa

dapat

mengelompok

(Syarifuddin, 1994).

Sampel urin diambil dari penderita

Kompleks

Diabetes Mellitus. Sampel diukur kadar

Cu-sitrat

yang

glukosanya dengan menggunakan sensor

direaksikan dengan glukosa mengalami

selulosa

nata-Benedict

yang

telah

reaksi transfer elektron. Reaksi ini terbagi

optimum

menggunakan

dua

metode

menjadi dua: inner sphere dan outer

Hasil

sphere. Jika yang terjadi adalah reaksi

pengukuran sampel urin dengan sensor

inner sphere maka elektron membutuhkan

dibandingkan dengan metode yang lebih

ligan

akurat yaitu metode Nelson-Somogyi

perpindahannya, sedangkan jika Benedict

berdasarkan uji t. Dalam uji ini digunakan

bereaksi dengan glukosa melalui reaksi

HO (hipotesa 0) = tidak ada beda yang

outer

sphere

maka

elektron

signifikan dan H1 (hipotesa 1) = ada

membutuhkan

ligan

yang

perbedaan

agar

bertindak sebagai jembatan (Handerson,

dihasilkan sensor yang baik maka t hitung

1993). Mekanisme yang terjadi antara

< t tabel, artinya menerima HO dan

Benedict

(adsorpsi

dan

yang

entrapment).

signifikan,

menolak H1.

70

jembatan

untuk

dengan

proses

tidak
mampu

glukosa:

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

H2O+
O C OO CH2
O C C OH
H C H
O C O

-

2+

-

Cu

H2O+

O
H
HO
H
O

C O
CH OC C O
CH
C O-

e- dari glukosa mengalami reaksi outer
sphere

Gambar 2. Mekanisme reaksi outer sphere.

O C OO CH2
O C C OH
H C H
O C O

H2O+
Cu

2+

H2O+

-

O
H
HO
H
O

C O
CH O C C O
CH
C O-

e- dari glukosa mengalami reaksi inner sphere

Gambar 3. Mekanisme reaksi inner sphere.
glukosa

Berdasarkan gambar 2 dan 3, Ion
Cu2+ bertindak sebagai logam pusat, sitrat

teroksidasi

menjadi

asam

glukonat (Handerson, 1993).

(C6H5O73- atau C3H5O(COO)33-) sebagai

Jadi dalam reaksi reduksi oksidasi

ligan sedangkan H2O sebagai pelarut

senyawa

kompleks,

antara

reduktor

Benedict. Mekanisme yang terjadi adalah

dengan oksidator (antara nukleofil dengan

sebagai berikut: elektron dari glukosa

logam pusat) tidak harus bertemu secara

memasuki logam pusat melalui ligan

langsung.

jembatan berupa sitrat atau ligan jembatan
lain

berupa

H2O

yang

merupakan

mekanisme inner sphere (Gambar 3). Jika
mekanisme yang terjadi berupa outer
sphere (Gambar 2) maka kemungkinan

Gambar 4. Karakter fisik selulosa nataBenedict sebelum (a) dan sesudah
bereaksi dengan glukosa (b).

terjadi tunnelling (loncatan) elektron dari
glukosa menuju logam pusat sehingga
Cu2+ memperoleh 1 elektron dari glukosa

Jumlah Benedict yang lepas pada

berubah menjadi Cu+ dalam bentuk Cu2O

metode entrapment lebih kecil daripada

Cu2+

adsorpsi karena Benedict dijebak dalam

mengalami reduksi menjadi Cu+ karena

selulosa sedangkan pada metode adsorpsi,

yang

berwarna

kecoklatan.

Benedict hanya diserap oleh pori selulosa

diberi 1 elektron dari glukosa, sedangkan

nata.
71

Untuk

meminimalkan

proses

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

leaching sensor selulosa nata-Benedict
yang dicelupkan ke dalam analit maka
proses pencelupannya hanya diperlukan

Gambar 5. Panjang gelombang
maksimum selulosa nata-Benedict
secara adsorpsi dan entrapment.

waktu beberapa detik.
Tabel 1. Persentase leaching selulosa
nata-Benedict
Metode Imobilisasi
% Leaching
Adsorpsi
14,7%
Entrapment
0,40%

Berdasarkan gambar 5 diperoleh
panjang gelombang maksimum selulosa
nata-Benedict dengan metode adsorpsi
dan entrapment

Panjang gelombang Maksimum Selulosa
Nata-Benedict

artinya

pada

maksimum

sebesar

541,57
selulosa

541,57 nm,

terjadi

refleksi

nata-Benedict.

122

rata-rata intensitas

120
118
116
114
112
110
108
106
400



450

500

55 0

600

65 0

700

75 0

800

Konsentrasi Benedict Optimum Metode Adsorpsi dan Entrapment
p anjang gelombang (nm)

123.5
123
Intensitas

122.5
122
121.5
121
120.5
120
119.5
0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

[Benedict ]

Gambar 6. Hubungan konsentrasi Benedict dengan intensitas pada metode adsorpsi.
Semakin besar konsentrasi Benedict

selulosa

nata

masih

terjadi.

Pada

yang teradsorp ke dalam selulosa nata

konsentrasi 0,2682 M, 0,3576 M dan

maka intensitas sinar yang direfleksikan

0,4470 M intensitasnya naik secara tidak

semakin besar. Gambar 6 menunjukkan

signifikan sehingga dipilih 0,2682 M

0,0894 M memiliki intensitas paling

sebagai konsentrasi Benedict optimum

rendah karena masih banyak ruang kosong

metode

dalam pori selulosa nata yang belum terisi

pengukuran optimasi lama pencelupan

oleh Benedict. Dari konsentrasi 0,0894 M

selulosa nata ke Benedict digunakan

sampai 0,2682 M intensitasnya meningkat

0,4470 M sehingga diharapkan akan

karena proses adsorpsi Benedict oleh

dihasilkan intensitas yang lebih besar.

72

adsorpsi.

Sedangkan

pada

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

122.6
122.4
Intensitas

122.2
122
121.8
121.6
121.4
121.2
0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

[Benedict]

Gambar 7. Hubungan konsentrasi Benedict dan intensitas pada metode entrapment.
Optimasi

konsentrasi

dikarenakan semakin lama selulosa nata

Benedict
7)

dicelupkan ke dalam Benedict maka

menghasilkan kondisi optimum 0,4470 M.

semakin banyak Benedict yang menempel

Kenaikan

dari

ke dalam pori-pori selulosa nata. Pada

0,0894 M sampai 0,3557 M menyebabkan

lama pencelupan 40 menit intensitas

instensitas sensor naik. Dari konsentrasi

sensor selulosa nata-Benedict meningkat

0,3557 ke 0,4470 M intensitasnya naik

dan intensitas sensor turun pada lama

artinya terjadi proses penjebakan Benedict

pencelupan 50 menit. Lama pencelupan

ke pori-pori selulosa nata.

40 menit dipilih sebagai lama pencelupan



optimum karena Benedict mengisi seluruh

metode

entrapment

(Gambar

konsentrasi

Benedict

Lama Pencelupan Optimum Metode
Adsorpsi
Berdasarkan

gambar

8,

pori-pori selulosa nata. Lama pencelupan
selulosa nata ke dalam Benedict yang

lama

pencelupan 10 dan 20 menit menghasilkan

lebih

dari

40

menit

intensitas yang hampir sama dan intensitas

terlepasnya Benedict dari selulosa nata

sensor sedikit naik pada lama pencelupan

sehingga intensitasnya turun.

30 menit. Naiknya intensitas dari lama
10,

Intensitas

pencelupan

20

ke

30

menit

127
126.8
126.6
126.4
126.2
126
125.8
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Lama pencelupan (menit)

Gambar 8. Hubungan lama pencelupan dan intensitas.
73

menyebabkan

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2



ISSN 1979-8911

Perbandingan Massa Selulosa Nata dengan Volume Benedict Optimum
115
Intensitas

114.5
114
113.5
113
112.5
0

1

2

3

4

5

Volume Benedict: Massa Nata

Gambar 9. Hubungan perbandingan volume Benedict: massa nata dan intensitas.
Gambar
intensitas

9

sensor

menunjukkan

bahwa

meningkat

yang relatif konstan karena selulosa sudah

dari

jenuh oleh Benedict.


perbandingan 1: 1 ke 1: 2 karena masih
banyak ruang kosong dalam selulosa nata

Panjang Gelombang Maksimum
Selulosa
Nata-Benedict
yang
Direaksikan dengan Glukosa

yang belum terisi oleh Benedict. Bila

Berdasarkan gambar 10 panjang

dilakukan penambahan Benedict masih

gelombang

memungkinkan Benedict untuk terjebak
dalam

selulosa.

Perbandingan

1:

maksimum

sensor-glukosa

yang diperoleh melalui metode adsorpsi

3

dan entrapment sama yaitu 625,64 nm.

memiliki intensitas yang paling besar dan

Jadi pada panjang gelombang 625,64 nm

relatif konstan pada volume Benedict

saat terjadi refleksi maksimum sensor-

yang lebih besar. Perbandingan yang lebih

glukosa.

besar dari 1: 3 intensitas yang dihasilkan

intensitas rata-rata

105

103

10 1

99

400

450

500

550

600

6 50

700

750

800

Panjang Gelombang (nm)

Gambar 10. Panjang gelombang maksimum sensor-glukosa secara adsorpsi dan
entrapment.


Karakteristik Sensor Selulosa Nata-Benedict Terhadap Glukosa

74

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

133.00
y = -0.001x + 131.68
R2 = 0.9895

132.00

Intensitas

131.00
130.00
129.00
128.00
127.00
126.00
0

1000

2000

3000

4000

5000

[Glukosa] Standard (ppm)

Gambar 11. Kurva kalibrasi metode adsorpsi.
132.00
y = -0.0009x + 131.41
R2 = 0.9795

Intensitas

131.00
130.00
129.00
128.00
127.00
126.00
0

1000

2000

3000

4000

5000

[Glukosa] Standard (ppm)

Gambar 12. Kurva kalibrasi metode entrapment.

Intensitas yang terukur pada kurva

sinyal

produk

yang

direfleksikan.

kalibrasi merupakan intensitas produk

Semakin tinggi konsentrasi glukosa maka

Cu2O. Sesuai reaksi:

semakin

(C6H5O10)n-

rendah

intensitas

yang

direfleksikan karena produk Cu2O yang

2Cu{C3H5O(COO)3}H2O (s)+ C6H12O6

dihasilkan

makin

(aq) → Cu2O (s) + nC6H11O7 (aq)

intensitas

disebabkan

Gambar 11 dan 12 menunjukkan

merefleksikan

bahwa intensitas selulosa nata-Benedict

besar.

sinar

Menurunnya
sensor

yang

dihalangi

oleh

terbentuknya endapan Cu2O.

pada kondisi optimum kedua metode

Koefisien

regresi

berdasarkan

diukur pada panjang gelombang 625,64

gambar 11 dan 12 sebesar 0,9895 untuk

nm menurun sesuai dengan kenaikan

metode adsorpsi dan metode entrapment

konsentrasi glukosa. Hubungan linier ini

0,9795,

menunjukkan

konsentrasi

perubahan intensitas dipengaruhi oleh

berbanding terbalik dengan intensitas

perubahan konsentrasi glukosa standard,

bahwa

75

artinya

±99%

dan

±98%

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

sedangkan ±1% dan ±2% dipengaruhi

pengukuran, berarti data tersebut semakin

faktor lain. Koefisien regresi metode

tidak seragam.

entrapment
metode

lebih

adsorpsi

homogennya

kecil

dibandingkan

disebabkan

sensor

dengan

Sensitivitas

perubahan sinyal tiap unit perubahan

metode

konsentrasi analit. Sensitivitas sensor
selulosa

deteksi

suatu

rasio

kurang

entrapment.
Limit

merupakan

nata-Benedict

ini

diperoleh

metode

berdasarkan slope dari kurva kalibrasi

pengukuran adalah konsentrasi terkecil

dengan range 0-5000 ppm pada gambar 11

dari analit yang dapat diukur oleh alat

dan 12. Sensitivitas metode adsorpsi

dengan baik. Semakin kecil konsentrasi

sebesar 0,001 dan 0,0009 pada metode

yang bisa dideteksi maka semakin baik

entrapment, artinya tiap satu satuan

karakteristik sensor tersebut. Berdasarkan

perubahan konsentrasi akan menghasilkan

kurva kalibrasi metode adsorpsi dan

perubahan intensitas sebesar 0,001 dan

perhitungan limit deteksi diperoleh limit

0,0009. Semakin kecil harga sensitivitas

deteksi metode adsorpsi pada daerah

berarti semakin

konsentrasi 0-5000 ppm adalah 780 ppm

Pengukuran dengan metode entrapment

dan berdasarkan kurva kalibrasi metode

lebih

entrapment, limit deteksinya 911,11 ppm.

adsorpsi

Jadi konsentrasi terkecil yang bisa diukur

Benedict untuk bereaksi dengan analit

oleh alat adalah 780 ppm dan 911,11 ppm.

lebih besar sehingga setiap perubahan

Limit deteksi metode entrapment

konsentrasi dari zat yang dianalisis dapat

lebih besar dari limit deteksi metode

sensitiv

sensitif

metode

itu.

dibandingkan

metode

efektivitas

reagen

karena

dideteksi.

adsorpsi, artinya kepresisian pengukuran

Reprodusibilitas merupakan suatu

menggunakan metode adsorpsi lebih besar

metode pengulangan yang dilakukan agar

daripada

entrapment.

dikarenakan

standard

Hal

tersebut

dihasilkan limit antar pengukuran sekecil

deviasi

metode

mungkin atau data yang dihasilkan harus

entrapment lebih besar. Standard deviasi

presisi.

(simpangan baku) adalah ukuran statistik

memberikan nilai 95% setiap satu kali

yang

keadaan

pengulangan atau lebih yang berbeda.

pengukuran.

Reprodusibilitas yang dinyatakan dengan

menggambarkan

keseragaman

data

hasil

Semakin besar simpangan baku yang

KV

dimiliki

tingkat

sekumpulan

data

hasil

Diharapkan

(Koefisien

76

Variasi)

kesalahan

pengulangan.

hasil pengukuran

KV

menunjukkan

pengukuran
hasil

dari

akibat
metode

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

adsorpsi adalah 0,2013% dan metode

metode Nelson-Somogyi, diperoleh hasil t

entrapment 0,2295%. Hal tersebut berarti

hitung < t tabel. Hal itu berarti Ho

dalam

diterima,

100x

pengukuran

dilakukan

yang

menunjukkan

bahwa

kesalahan 0,2013 kali dan 0,2295 kali.

pengukuran menggunakan sensor selulosa

Reprodusibilitas metode entrapment lebih

nata-Benedict

besar

perbedaan yang signifikan) dengan hasil

dari

metode

adsorpsi

karena

bersesuaian

standard deviasi metode entrapment lebih

pengukuran

besar. Jadi tingkat kesalahan pengukuran

Nelson-Somogyi.

akibat

pengulangan

entrapment

dengan

lebih besar

(tidak

menggunakan

ada

metode

metode

menyebabkan

D. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah berhasil

tingkat kepresisiannya kecil.

disintesis sensor kimia berbasis reagen


Benedict untuk mengukur kadar glukosa

Pengukuran Sampel Urin
digunakan

dalam urin. Selulosa digunakan sebagai

diambil dari Rumah Sakit, sampel diukur

material pendukung untuk imobilisasi

kadar glukosanya menggunakan sensor

Benedict

dalam kondisi optimum metode adsorpsi

adsorpsi dan entrapment. Karakteristik

dan entrapment kemudian dibandingkan

sensor

dengan

spektrofotometri reflektan antara lain uji

Sampel

urin

kadar

yang

glukosa

dalam

urin

dengan

metode

imobilisasi

ditentukan

penderita diabetes dengan reagen Nelson-

leaching,

Somogyi. Hasil pengukuran kadar glukosa

reprodusibilitas dan sensitivitas. Jumlah

dapat dilihat pada tabel 2.

Benedict yang lepas (leaching) dengan

Entrapment
(ppm)

4964,29
4892,86
4857,14
4750,00
4571,43

4881,07
4484,29
4444,29
4325,36
4087,14

limit

deteksi,

lama pencelupan 5 detik pada metode

Tabel 2. Kadar glukosa dalam sampel
urin dan standar Nelson-Somogyi
Adsorpsi
(ppm)

linier range,

melalui

entrapment (0,40%) lebih kecil daripada

Reagen
Nelson
(ppm)
5060,36
4967,50
4952,14
4921,07
4364,64

adsorpsi

(14,7%).

Kondisi

optimum

metode adsorpsi: konsentrasi Benedict
optimum 0,2682 M dan lama pencelupan
optimum
gelombang

40

menit

maksimum

pada

panjang

541,57

nm.

hasil

Kondisi optimum metode entrapment:

perhitungan dengan uji t sensor selulosa

konsentrasi Benedict optimum 0,447 M

nata-Benedict

dan

dan perbandingan massa selulosa nata

entrapment yang dibandingkan dengan

dengan volume Benedict optimum 1: 3.

Berdasarkan tabel 2 dan

metode

adsorpsi

77

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1 - 2

ISSN 1979-8911

Hasil karakterisasi sensor selulosa nataBenedict

terhadap

glukosa:

Handerson, A. Richard. 1993. The
Mechanism of Reactions Transition
Metal Sites. New York: Oxford
University Press.

koefisien

regresi sebesar 0,9895, limit deteksi
sebesar 780 ppm, sensitivitas sebesar
0,001, reprodusibilitas sebesar 0,2013%

Koch, Bernd. 2004. The Role of Urine
Glucose Testing in the Management
of Diabetes Mellitus. Canadian
Journal of Diabetes. 28 (1): 238245.
Koolman, J. & Rohm, K. H. 2001. Atlas
Berwarna dan Teks Biokimia.
Terjemahan Dr. Rer. physol dan dr.
Septelia Inawati Wanandi. Jakarta:
Penerbit Hipokrates.
Miller, J. C. dan J. N. Miller. 1993.
Statistics for Analytical Chemistry.
England: Ellis Horward, PTR,
Prentice Hall.
Syarifuddin, N. 1994. Ikatan Kimia.
Jogjakarta: Gadjah Mada University
Press.
Thomas, L. 1984. Labor und Diagnose:
Medizinische
Verlagsgesellchaff
Marburg/Lahn.

pada metode adsorpsi. Pada metode
entrapment koefisien regresinya 0,9795,
limit

deteksi

sensitivitas

sebesar

911,11

sebesar

ppm,
0,0009,

reprodusibilitas sebesar 0,2295%. Hasil
pengukuran kadar

gula sampel

urin

menggunakan sensor metode adsorpsi dan
entrapment bersesuaian dengan data kadar
gula menggunakan reagen Nelson.

E. Referensi
Caulcutt, R. dan R. Boddy. 1995.
Statistics for Analytical Chemist.
London: Chapman and Hall.

78