Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen (seorang
fisikawan) pada tahun 1895 di Jerman. Roentgen bekerja dengan tabung sinar katoda
di laboratorium, dan tanpa sengaja menemukan sinar-x yang ternyata sinar-x tersebut
dapat melewati jaringan tubuh manusia.Eksperimen pertama menggunakan tangan
sang istri dengan sebuah cincin dijarinya dan pada hasilnya terlihat tulang dan
logam.3
Selanjutnya pada akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto Walkoff
(dokter gigi) dari Jerman menggunakan sinar-x pada foto gigi (premolar bawah)
dengan waktu penyinaran 25 menit, selanjutnya waktu penyinaran tersebut diperkecil
oleh Walter Koenig menjadi 9 menit dan sekarang menjadi 1/10 detik. CE Kells
menjadi orang pertama di dunia yang menggunakan mesin sinar-x di klinik gigi.3
Radiografi mempunyai peranan penting dalam menunjang perawatan,
memudahkan perkerjaan dokter gigi untuk melakukandiagnosa, rencana perawatan
dan mengevaluasi pasien pasca perawatan. Pemeriksaan radiografi gigi dinilai efektif,
efisien dan keberhasilan yang didapat optimal. Terdapat 2 hal yang harus
diperhatikandalam pemeriksaan radiografi gigi, pertama adalah teknik mendapatkan
radiografi yang optimal dan kedua adalah interpretasi hasil radiografi yang telah

dibuat. Alat radiografi gigi yang mutakhir tidak menjamin suatu radiografi yang baik
tanpa disertai dengan teknik yang memadai (Margono, 1998).2,3

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi di kedokteran gigi ada 2 macam, yaitu radiografi intraoral (film di
dalam mulut) dan radiografi ekstraoral (film di luar mulut).3

Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Radiografi Intraoral
Radiografi intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur
disekitarnya. Pemeriksaan intraoral adalah pokok dari dental radiografi. Dimana tipetipe radiografi intraoral secara umum terbagi 3 yaitu radiografi periapikal, bite-wing
dan oklusal. Dari masing-masing tipe ini tentu saja memiliki teknik yang berbedabeda.3

2.2.1.1 Radiografi Periapikal
Tipe radiografi periapikal ini bertujuan untuk memeriksa gigi (mahkota dan
akar) serta jaringan disekitarnya. Tipe ini memiliki dua teknik yaitu teknik paralleling
dan bisekting.3
A. Teknik Paralleling
Teknik ini juga disebut teknik konus panjang, karena pada teknik ini

pembuatannya menggunakan konus panjang. Pada teknik ini posisi film di dalam
mulut pasien terhadap sumbu panjang gigi yaitu sejajar dan arah sinar tegak lurus
pada bidang film, jadi tegak lurus juga dengan sumbu panjang gigi.1,2,14
Teknik ini memiliki beberapa prinsip, yaitu :
-

Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi

-

Pusat sinar-xtegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi

-

Film holder harus dipakai untuk menjaga agar film tetap paralel dengan
aksis panjang gigi

Adapun keuntungan dari teknik ini yaitu tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan
sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, jaringan periodontal terlihat dengan
jelas, mudah dipelajari dan digunakan serta mempunyai validitas yang tinggi.

Keuntungan lain dari teknik ini adalah apabila dipergunakan untuk pembuatan
rontgen gigi molar atas, maka tidak terjadi super impose dengan tulang zigomatikus
dan dasar dari sunus maksilaris. Namun teknik ini juga memiliki kerugian yaitu sulit
meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut
kecil, kemudian teknik ini juga memiliki kekurangan pada pemakaian film holder

Universitas Sumatera Utara

karena

film

kenyamanan.

holder

mengenai

jaringan


sekitarnya

sehingga

mengurangi

1,2,3

Untuk membuat keadaan film sejajar dengan aksis gigi maka diperlukan alat
penolong yang sederhana dan siap pakai misalnya seperti cotton roll, dan balok gigit
yang dibuat khusus.2
B. Teknik Bisekting
Pada teknik ini dilakukan dengan menggunakan film holder untuk
mempertahankan posisi film dalam mulut pasien, film diletakkan sedekat mungkin
dengan gigi, jadi posisi film tidak sejajar dengan sumbu panjang bidang film, dan
pada teknik ini konus yang digunakan adalah konus pendek.1,2,14
Teknik ini memiliki beberapa prinsip, yaitu1,3 :
-

Pada teknik ini digunakan prinsip geometri


-

Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi

-

Film kontak dengan gigi, kemudian bidang film dan aksis panjang gigi
membentuk sudut

-

Adanya imaginary bisector

-

Pusat sinar-x tegak lurus terhadap garis bisektris sehingga menghasilkan
dua segitiga yang sama

-


Film holder digunakan untuk menstabilkan film selama penyinaran

Keuntungan teknik ini adalah dapat digunakan tanpa menggunakan film holder,
penempatan film nyaman untuk dilakukan pada seluruh area rongga mulut, serta
penentuan posisi relatif mudah dan sederhana. Namun kerugian teknik ini
menyebabkan mudah terjadinya distorsi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang
harus diperhatikan).1,2,3

2.2.1.2 Radiografi Bitewing
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper pada tahun 1925. Tipe
radiografi interproksimal ini bertujuan untuk mendeteksi karies di puncak alveolar
yang secara klinis tidak dapat dideteksi, memeriksa mahkota, kerusakan tulang
alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film dan film yang dipakai pada tipe ini

Universitas Sumatera Utara

adalah film khusus. Teknik ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi karies
interproksimal (terutama karies dini) dan kerusakan tulang antara dua gigi.2,3,12
Prinsip-prinsip yang digunakan pada teknik ini, yaitu :

- Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan mahkota gigi-gigi di maksila dan
mandibula
- Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bitewing
filmholder
- Pusat sinar-x diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +100
Dasar teknik ini adalah teknik parallelingyang sedikit dimodifikasi, dengan
sudut antara bidang vertikal dengan konus sebesar 0-10 derajat.Pada teknik ini
digunakan film berukuran 3,2 x 4,1 cm. Teknik juga menggunakan film holder khusus
yaitu Rinn XCT bite wing instrumen.2,3
Keuntungan teknik ini adalah dengan satu film dapat digunakan untuk
memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus, selain itu teknik
ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan karies sekunder yang berada di bawah
tumpatan.2

Gambar 1. Hasil radiografi bite-wing10

2.2.1.3 Radiografi Oklusal
Tipe radiografi oklusal ini bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi
yaitu maksila atau mandibula dalam satu film dan film yang digunakan juga film
khusus. Yang bisa dilihat menggunakan teknik ini adalah melihat lokasi akar gigi,

lokasi supernumerary, tidak erupsi, atau gigi yang impaksi, salivary stone di saluran

Universitas Sumatera Utara

kelenjar submandibular, serta memeriksa pasien dengan trismus dimana pasien tidak
dapat membuka mulut terlalu besar.2,3,9
Prinsip pada teknik ini adalah film diletakkan didalam mulut di antara
permukaan oklusal maksila dan mandibula. Film tersebut distabilkan dengan
menggigit permukaan film tersebut.3
Teknik ini juga terbagi dua, yaitu maksila oklusal proyeksi dan mandibula
oklusal proyeksi. Dimana maksila oklusal proyeksi terbagi lagi menjadi tiga jenis
yaitu topographic occlusal projection berguna untuk memeriksa palatum dan gigi
anterior di maksila, lateral (right/left) occlusal projection berguna untuk memeriksa
akar molar di palatal juga digunakan untuk melihat benda asing atau lesi di palatum,
dan yang terakhir yaitu pediatric occlusal projection berguna untuk memeriksa gigi
anterior dan disarankan untuk anak berumur 5 tahun atau di bawah 5 tahun.3
Kemudian mandibula oklusal proyeksi juga terbagi lagi menjadi tiga, yaitu
topographic occlusal projection berguna untuk memeriksa gigi anterior di mandibula,
cross-sectional occlusal projection berguna untuk memeriksa bagian bukal dan
lingual dari mandibula dan dapat juga digunakan untuk melihat benda asing atau

salivary stone di bagian dasar mulut, dan yang terakhir pediatric occlusal projection
digunakan untuk memeriksa gigi anterior.3

Gambar 2. Hasil radiografi
oklusal12

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Radiografi Ekstraoral
Radiografi ekstraoral dalam pembuatannya, sumber sinar-x maupun film berada
di luar mulut dan pasien selama penyinaran harus berada pada posisi yang telah
ditentukan dan tidak boleh bergerak. Radiografi ini merupakan pemeriksaan
radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Radiografi ekstraoral terdiri dari
berbagai jenis, yaitu3,10 :
- Panoramik
- Lateral Jaw
- Lateral Cephalometri
- Postero-Anterior
- Submentovertec
- Reverse Towne

- Transcranial
- Tomografi Projections

2.3 Prosesur Pembuatan Radiografi
Beberapa ketentuan dalam melaksanakan teknik radiografi pada umunya, yaitu :
a. Terangkan kepada pasien tentang cara kerja pada waktu pengambilan.
b. Penderita diinstruksikan menanggalkan segala yang merintangi pembuatan
radiografi yang menyebabkan gambaran radiopak seperti misalnya gigi palsu,kaca
mata, dan lain-lain.
c. Perhatikan kepala penderita dan letakkan kepala penderita pada tempat yang
benar di sandaran kepala pada kursi dental dan instruksikan padanya untuk tidak
menggerakkan kepalanya.
Posisi kepala yang perlu diperhatikan ada dua, yaitu pertama bidang vertikal
atau sagital dimana posisi kepala yang ditunjang oleh sandaran kepala disandarkan
sedemikian sehingga bidang vertikal atau bidang sagital tegak lurus pada bidang
horizontal. Kedua bidang horizontal atau oklusal dimana untuk daerah maksila
diimajinasikan suatu garis yang ditarik dari ala nasi ke tragus dan garis ini sejajar
dengan bidang horizontal, sedangkan untuk daerah mandibula diimajinasikan suatu

Universitas Sumatera Utara


garis yang ditarik dari sudut mulut ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang
horizontal.2
d. Perhatikan palatum dan vestibulum pasien. Kemudian lihat apakah pasien
penderita hiposalivasi atau hipersalivasi, serta lihat apakah pasien ambang rasa
mualnya tinggi atau rendah.
e. Letakkan film dalam mulut, pada regio yang akan dibuat radiografi.
Kemudian ajarkan kepada pasien bagaimana memegang film tersebut dengan cara
dan teknik yang dipakai dan ingatkan agar pasien tidak bergerak.
f. Operator harus berada di luar ruang penyinaran atau di belakang alat
penyinaran
g. Tempatkan tabung sinar-x mengarah pada gigi yang akan dibuat radiografi
dengan sudut yang sudah ditentukan dengan benar.
h. Setelah dilakukan penyinaran, bersihkan film dari saliva dan keringkan.
i. Setelah dilakukan pemrosesan maka hasil radiografi tersebut keringkan
dengan menggunakan hair dryer atau menggunakan kertas buram.
j. Setelah kering masukkan hasil radiografi tersebut ke tempat yang tidak
mudah rusak.
Cara meletakkan film di dalam mulut untuk gigi anterior yaitu sumbu panjang
film diletakkan secara vertikal, sedangkan untuk gigi posterior yaitu sumbu panjang
film di letakkan secara horizontal. Gigi yang akan dibuatkan foto rontgennya harus
berada di tengah-tengah film dan jarak oklusal gigi dan pinggir film adalah 3 mm.2
Fiksasi film di dalam mulut perlu dilakukan agar film tidak melengkung
sehingga tidak terjadi perpanjangan gambar gigi dari ukuran gigi sebenarnya. Untuk
gigi kaninus terutama kaninus atas film dipasang sedemikian sehingga sumbu gigi
berada diagonal dari film. Untuk molar ketiga atas ataupun bawah film dipasang
sedemikian sehingga pinggir depan film diletakkan pada setengah mesio-distal dari
gigi molar satu.2
Sedangkan dari segi arah konus, untuk rahang atas arah konus harus tegak lurus
apabila menggunakan teknik bisekting, untuk gigi anterior pada gigi insisivus satu
konus diarahkan pada ujung hidung, insisivus kedua konus diarahkan antara puncak

Universitas Sumatera Utara

dan sayap hidung dan untuk kaninus konus diarahkan pada cuping hidung. Kemudian
untuk gigi posterior konus diarahkan ke garis yang menghubungkan tragus ke ala
nasi.2
Arah konus untuk rahang bawah juga harus tegak lurus apabila menggunakan
teknik bisekting, untuk gigi anterior konus diarahkan ke protruberentia sedangkan
untuk gigi posterior konus diarahkan ke garis yang berada seperempat inci atau 0,60
cm di atas tepi mandibula dan sejajar.2
Prosessing filmdapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu manual (dengan kamar
gelap dan tanpa kamar gelap), komputerisasi dan otomatis. Tahap-tahap
prosessingpada umumnya ada 5 tahapan yaitu developing, rinsing, fixing, washing
dan drying.2,3
Metode yang sering digunakan di klinik gigi adalah metode manual dengan
kamar gelap dan tanpa kamar gelap yang biasa disebut self processing. Adapun tahap
prosessing dengan kamar gelap yaitu2,3 :
1. Masuk ke kamar gelap dan pintu dikunci dari dalam, ambil hanger film lalu
tandai film tersebut atas nama siapa.
2. Periksa temperatur larutan dan atur waktu.
3. Semua lampu dipadamkan dan hidupkan safe light.
4. Kemudian buka film dari pembungkusnya dan pakaikan film hanger.
5. Masukkan film yang sudah dibuka tersebut ke dalam larutan developer
selama 8-10 detik tergantung dari developer yang digunakan. Kemudian angkat film
dan lihat dibawah safe light apakah sudah ada bayangan putih yang kabur atau belum.
(proses developing)
6. Kemudian film tersebut dicuci di bawah air yang mengalir selama 20 detik.
(proses rinsing)
7. Film selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan fiksasi sampai terlihat
gambaran gigi dan jaringan sekitarnya (proses fixing)
8. Film tersebut dicuci di bawah air mengalir sampai bau asam dari larutan
fiksasi hilang (proses washing)
9. Proses yang terakhir adalah tahap pengeringan dari film tersebut (proses

Universitas Sumatera Utara

drying)
Sedangkan untuk pemrosesan secara otomatis digunakan alat yang disebut
prosesor otomatis, caranya film yang sudah disinari dimasukkan ke dalam prosesor
otomatis yang sudah berisikan larutan developer dan fiksasi. Film secara otomatis
melalui kedua larutan tersebut dan keluar dari alat sudah dalam keadaan kering.
Proses ini dapat digunakan untuk film-film yang ukurannya besar, misalnya
panoramik dan sefalometrik.2

2.4 Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Pembuatan Radiografi
Dalam pembuatan radiografi ada beberapa hal yang berperan, yaitu1,3 :
1. Jarak Target Film
Jarak dari target adalah jarak dari target anoda (sumber sinar) ke film untuk
film size 1 (standard) dan size 0 (anak) serta bite-wing adalah 8 inchi, long cone
tehnik 16-20 inchi.3,10
2. Milliampere
Merupakan ukuran jumlah dari energi listrik yang melewati x-ray tube. Untuk
dental x-ray digunakan 10-15 Ma.3,10
3. Voltase
Merupakan ukuran kualitas dari energi listrik yang melewati x-ray tube yaitu
sekitar 65-90 Kv.3,10
4. Posisi Kepala Pasien
Untuk maksila garis imajiner adalah garis yang ditarik dari alanasi ke tragus
(sejajar dengan lantai) sedangan pada mandibula garis imaginer adalah garis yang
ditarik dari sudut bibir ke tragus (sejajar dengan lantai) dengan catatan sagital plane
tegak lurus terhadap lantai.3,10
5. Posisi Film
Posisi film pada prinsipnya harus meliputi gigi yang menjadi perhatian untuk di
foto. Untuk daerah anterior, film diletakkan pada posisi vertikal. Sedangkan untuk
daerah posterior, film diletakkan pada posisi horizontal. Rahang atas film dipegang
dengan ibu jari sedangkan rahang bawah film dipegang dengan telunjuk (tangan yang

Universitas Sumatera Utara

berlawanan dengan regio yang akan difoto). Permukaan film sejajar dengan dataran
oklusal, sekurang-kurangnya 1/8 inchi sampai ¼ inchi melebihi permukaan oklusal.
Dalam peletakan posisi film ini bisa saja terjadi berbagai hal misalnya seperti
tersedak yang biasanya terjadi pada pengambilan foto ronsen pada daerah posterior.
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan cara operator bekerja dengan lebih baik atau
mungkin pasien bisa berkumur-kumur dengan air dingin terlebih dahulu, pada pasien
sensitif gunakan anastesi topikal.3,10
6. Sudut Penyinaran
Sudut penyinaran bervariasi tergantung regio gigi yang akan difoto. Sudut
penyinaran juga terbagi dua yaitu sudut vertikal dan sudut horizontal. Sudut vertikal
terhadap dataran oklusal ditentukan dengan menarik garis dari pusat sinar sampai
bertemu dengan dataran oklusal. Biasanya sudut vertikal ini sudah ditentukan, akan
tetapi ini hanya berupa acuan perkiraan.3,10
Tabel 1. Angulasi vertikalpada maksila dan mandibula10
Gigi

Maksila

Mandibula

Insisivus

+400

-15

Kaninus

+450

-20

0

-10

Premolar

+30

Molar

+200

-5

Pada dataran horizontal, pusat sinar harus diarahkan ke daerah kontak
interproksimal, untuk menghindari overlapping. Oleh karena itu sudut-sudut
horizontal ditentukan berdasarkan bentuk rahang dan posisi gigi.3,10
7. Waktu Penyinaran
Waktu penyinaran untuk ultra speed film ¼ detik, namun pada gigi molar 3/8
detik.3,10

Universitas Sumatera Utara

8. Prosessing Film
Prosessing film dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalanya seperti
menggunakan mesin otomatis, secara injeksi maupun dilakukan pada kamar gelap.3,10

2.5 Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral
Untuk menginterpretasikan hasil suatu radiografi meliputi empat langkah dasar
yaitu peletakan film yang benar, angulasi vertikal, angulasi horizontal, dan posisi
pusat sinar-x tepat di tengah gigi yang akan di rontgen. Kesalahan teknik dapat terjadi
jika salah satu dari prosedur ini selesai tidak benar.13

2.5.1

Kesalahan Persiapan Pasien

Radiografer harus selalu menjelaskan prosedur radiografi kepada pasien dan
memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang harus pasien lakukan untuk
membantu memastikan kualitas gambar, menghindari pengulangan radiografi dan
mengurangi paparan radiasi. Kesalahan yang paling umum terjadi dalam kategori ini
adalah gerakan . Faktor-faktor yang menyebabkan pasien bergerak, yaitu13 :
-

Rasa tidak nyaman

Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan lembut, penempatan film yang tepat,
menginstruksikan pasien untuk menutup mulut secara perlahan, dan penggunaan film
holder yang baik. Film ditempatkan lebih ke arah garis tengah langit-langit mulut dan
menuju lidah pada mandibula akan membuat penempatan yang lebih nyaman bagi
pasien. Membengkok, terlipat atau kekusutan film akan menghasilkan artefak yang
dapat mengganggu kualitas diagnostik gambar radiografi.9,13
-

Posisi kepala

Sandaran kepala pada kursi gigi harus ditempatkan tepat pada lobus oksipital di
dasar bagian belakang kepala. Ini akan mendukung kepala selama prosedur radiografi
dan mengurangi kemungkinan gerakan. Penempatan sandaran kepala yang tepat
menentukan posisi dataran oklusal sejajar lantai dan midsagital tegak lurus ke lantai
untuk radiografi periapikal rahang atas dan bitewing. Hal ini membantu untuk

Universitas Sumatera Utara

menyesuaikan posisi kepala dengan menaikkan dagu pasien sedikit untuk radiografi
periapikal pada rahang bawah. Hal ini meningkatkan penglihatan operator ke dalam
dasar mulut pasien untuk meletakkan film dan membuat dasar mulut lebih santai.13
-

Refleks muntah

Refleks muntah adalah mekanisme perlindungan tubuh yang berfungsi untuk
membersihkan jalan napas obstruksi. Semua pasien memiliki refleks muntah,
beberapa orang lebih sensitif daripada yang lain. refleks muntah dapat dirangsang
ketika terjadi kontak antar film dan langit-langit lunak, pangkal lidah, atau dinding
posterior faring. Ketika akan melakukan radiografi, dianjurkan untuk memulai di
wilayah anterior terlebih dulu. Penempatan anterior cenderung lebih tidak
merangsang refleks muntah dan juga akan membantu pasien menjadi lebih terbiasa
dan nyaman dengan prosedur.13
Untuk memastikan pengalaman pasien cepat dan halus, mempersiapkan semua
peralatan sebelum film tersebut ditempatkan di dalam mulut. Pengaturan
pengambilan radiografi harus ditetapkan terlebih dahulu, dan cone harus ditempatkan
di daerah perkiraan paparan. Ini dapat membantu untuk mendorong pasien untuk
menelan sekali sebelum penempatan film. Pasien dapat diinstruksikan untuk
melepaskan tekanan menggigit atau mengeluarkan film secepat mungkin setelah
paparan selesai. Prosedur lain yang direkomendasikan untuk mengendalikan rasa
mual termasuk pernapasan melalui hidung atau mulut,melakukan anastesi mulut
dengan lozenges, obat kumur, anestesi topikal, atau memfokuskan kembali perhatian
pasien.13
-

Ketidakmampuan pasien

Beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan selama prosedur radiografi
karena cacat fisik atau kognitif, cedera atau kondisi medis. Dalam keadaan seperti itu,
mungkin perlu untuk meminta anggota keluarga atau wali untuk membantu
memegang pasien tetap dalam posisi. Perisai harus disediakan untuk kedua pasien
dan orang yang memberikan bantuan. Radiografer harus mempertimbangkan teknik
apa yang akan digunakan dalam situasi tersebut. Misalnya, pasien dengan penyakit

Universitas Sumatera Utara

Parkinson bisa lebih baik mentolerir radiografi intraoral yang memiliki waktu
paparan singkat.12,13

2.5.2 Kesalahan Teknik
A. Kesalahan Peletakan Film
-

Cakupan yang tidak memadai

Sebuah kesalahan penempatan film yang sering terjadi adalah cakupan yang
tidak memadai dari daerah yang akan diperiksa. Ini biasanya terjadi pada proyeksi
molar ketika pasien memiliki kesulitan mempertahankan penempatan film yang tepat.
Pada teknik periapikal dan bite-wing dalam survei lengkap telah menetapkan kriteria
yang menggambarkan struktur yang harus disimpan pada setiap tampilan.10,12,13
-

Penempatan film terbalik

Penempatan film terbalik di dalam mulut akan menyebabkan lempengan timah
yang terpapar sinar-x bukan film. Sinar x -ray dilemahkan oleh thinfoil sebelum
mencapai film. Hal ini menyebabkan efek herringbone atau efekdiamond terlihat
pada saat film diproses. Kesalahan ini juga menghasilkan gambar yang terang dan
ketidakjelasan anatomi yang benar pada saat film diproses.13

Gambar 3.Backward receptorimage13

Universitas Sumatera Utara

-

Pembengkokan Film

Pembengkokan film dapat terjadi karena bentuk palatum atau lingual yang
terlalu melengkung sehingga sewaktu film dimasukkan, operator secara tidak sengaja
menekan film terlalu keras sehingga film menjadi bengkok. Bila menggunakan film
holder, lenturkan film terlebih dahulu sebelum dimasukan ke tempatnya. Ukuran film
yang terlalu besar juga dapat menyebabkan terjadinya pembengkokan film. Film yang
bengkok akan menyebabkan terjadinya emulsi pada film, yang akhirnya berdampak
pada kualitas gambar. Dalam mengatasi masalah ini, harus hati-hati dalam
memasukkan film ke dalam mulut pasien dan memilih ukuran film yang sesuai.13

Gambar 4. Pembengkokan
film13

-

Kemiringan dataran oklusal

Ketika film tersebut tidak ditempatkan tegak lurus terhadap bidang oklusal,
bidang oklusal akan muncul miring atau diagonal. Ketika memperlihatkan hasil bitewing radiografi, tepi atas film mungkin kontak dengan gingiva palatal atau lengkung
langit-langit. Ketika ini terjadi, bidang oklusal akan muncul bengkok. Film harus
ditempatkan lurus atau tegak lurus dengan bidang oklusal, atau ditempatkan lebih
jauh dari gigi untuk menghindari kesalahan ini. Selalu menempatkan biteblock dalam
kontak dengan oklusal atau insisal permukaan gigi atau tidak pada gigi lawan.13

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.Tilted occlusal plane13

A. Kesalahan Angulasi Vertikal
-

Elongasi (Perpanjangan)

Perpanjangan gigi dan struktur di sekitarnya adalah hasil dari kecilnya angulasi
sinar x-ray. Untuk memperbaiki kesalahan ini operator harus meningkatkan angulasi
vertikal. Dengan kata lain, untuk lengkung rahang atas, angulasi positif harus
ditingkatkan, untuk lengkung rahang bawah, angulasi negatif harus ditingkatkan.9,13

Gambar 6. Elongasi13

Universitas Sumatera Utara

-

Perpendekan

Perpendekan gigi dan struktur di sekitarnya juga dapat hasil dari angulasi
vertikal yang tidak benar. Foreshortening adalah hasil dari overangulation dari sinar
x-ray. Untuk memperbaiki foreshortening ketika menggunakan teknik paralel,
operator harus menurunkan angulasi vertikal positif untuk proyeksi rahang atas, dan
mengurangi vertikal negatif untuk proyeksi mandibula. Kesalahan ini juga dapat
terjadi jika reseptor tidak ditempatkan sejajar dengan sumbu panjang gigi.9,13

Gambar 7. Foreshortening13

B. Kesalahan Angulasi Horizontal
Angulasi horizontal yang tepat dari sinar x-ray akan membuka kontak
interproksimal dan memfasilitasi evaluasi karies menyeluruh dan penilaian tingkat
tulang, yang semua komponen terdiri dari pemeriksaan klinis dan radiografi
menyeluruh. Sinar x-ray harus ditujukan langsung antara gigi ditargetkan untuk
membuka permukaan interproksimal. Kesalahan angulasi horizontal menyebabkan
gambar bergeser ke anterior atau posterior, yang mengakibatkan tumpang tindih
permukaan interproksimal.9,13

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Overlapping13

2.5.3

Kesalahan Pemaparan dan Prosessing

A. Kesalahan Pemaparan
-

Under Exposure

Menghasilkan gambar yang terlalu terang atau rendah kepadatan. Gambaran
cahaya juga dapat disebabkan oleh peningkatan jarak sumber benda, atau tidak
menempatkan tubehead cukup dekat ke wajah pasien selama pemaparan.
Jaraktubehead ini tidak lebih dari 2 cm dari wajah pasien. Film dapat kurang terang
jika alat pemapar tidak digunakan sesuai indikasi atau waktu yang tidak benar.
Dengan kata lain, dokter melepaskan tombol paparan terlalu cepat. Hasil
overexposure dalam kepadatan tinggi atau gambar gelap. Penyebabnya antara lain
pengaturan faktor paparan yang tidak tepat.9,13
-

Double Exposure

Hasil paparan ganda ketika film digunakan dua kali dan dua gambar muncul
bersamaan. Hal ini sangat penting untuk dihindari karena pengulangan membuat
pasien terkena radiasi dua kali. Untuk menghindari kesalahan ini, radiografer harus
menjaga ruang kerja agar terorganisir, di mana setiap film ditempatkan di daerah
berbeda.9,13

Universitas Sumatera Utara

Gambar 9 Double exposure13

B. Kesalahan Prosessing
- Thin Image / Terang
Disebabkan oleh karna undeveloper film. Waktu developer yang tidak tepat,
terlalu cepat, larutan developer yang terlalu dingin, waktu terlalu singkat.3

Gambar 10. Thin image3

Universitas Sumatera Utara

-

Dense Image / Gelap

Disebabkan karena undeveloper film. Waktu prosessing film yang terlalu lama,
larutan developer yang terlalu panas. Konsentrasi larutan developer yang terlalu
pekat.3

Gambar 11. Dense image3

-

Cracked / Pecah-Pecah

Disebabkan karena retikulasi dari emulsi film. Masalahnya adalah perubahan
temperatur developer yang tiba-tiba.3

Gambar 12. Cracked image3

Universitas Sumatera Utara

-

Spot Hitam Pada Film

Disebabkan oleh spot larutan developer. Masalahnya adalah developer kontak
dengan film sebelum film diproses.3

Gambar 13. Dark spots3

-

Spot Putih Pada Film

Disebabkan oleh spot larutan fixer. Masalahnya adalah larutan fixer kontak
dengan film sebelum diproses3

Gambar 14. Bright Spots3

Universitas Sumatera Utara

-

Warna Kuning Kecoklatan

Disebabkan oleh waktu fixer yang tidak tepat. Masalahnya adalah fixer yang
tidak efektif dan rinsing yang tidak efektif.3

Gambar 15. Steins3

-

Gambar Putih di Bagian Pinggir Film

Disebabkan karena developer cut off. Masalahnya karena sewaktu prosessing
sebagian film tidak masuk ke dalam larutan developer.3

Gambar 16. Partial white image3

Universitas Sumatera Utara

-

Gambar Hitam di Bagian Pinggir Film

Disebabkan karena fixer cut off. Masalahnya adalah sewaktu prosessing
sebagian film tidak masuk ke dalam larutan fixer.3

Gambar 17. Partial dark image3

-

Daerah Putih / Hitam Pada Daerah Overlap

Disebabkan oleh film yang overlap. Masalahnya adalah dua film kontak
sebelum atau selama prosessing.3

Gambar 18. Daerah putih / hitam pada
daerah overlap3

Universitas Sumatera Utara

-

Black Crescent Shaped Marks

Disebabkan oleh finger nail artifact. Masalahnya adalah rusaknya emulsi film
oleh tangan operator selama pengerjaannya.3

Gambar 19. Black crescent
shaped marks3
-

Lack Finger Print

Disebabkan oleh finger print artifact. Masalahnya adalah film bersentuhan
dengan jari ketika kontak dengan larutan developer.

Gambar 20. Lack finger print3

Universitas Sumatera Utara

-

Film Bergaris Bercabang (Static Electricity)

Terjadi pada saat mengeluarkan film. Masalahnya adalah mengeluarkan film
dari bungkusnya secara kasar.3

Gambar 21. Static electricity3

Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Teori
Radiografi Kedokteran
Gigi

Definisi
Radiografi

Klasifikasi Radiografi
Kedokteran Gigi
Prosedur Pembuatan
Radiografi

Radiografi
Intra Oral

Radiografi
Ekstra Oral

- Periapikal

-Panoramik

- Bite-wing

-Lateral Jaw

- Oklusal


LateralCephalom
etri

Faktor yang
Berperan Dalam
Pembuatan
Radiografi

- Jarak Target
Film

- Kesalahan
Persiapan Pasien

- Milliampere

- Kesalahan
Teknik

- Voltase

-PosteroAnterior

- Posisi
Kepala Pasien

-Submentovertec

- Posisi Film

-Reverse Towne

- Sudut
Penyinaran

-Transcranial
-Tomografi
Projection

Kesalahan
Pembuatan
Radiografi

- Kesalahan
Prosessing

- Waktu
Penyinaran
-Prosessing
Film

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep
Radiografi Kedokteran
Gigi
Pengetahuan
Radiografer
Radiografi Intra Oral

Periapikal

Hasil Optimal

Bite-wing

Oklusal

Hasil Tidak
Optimal

Operasional, yaitu :

Prosessing, yaitu :

- Elongasi

- Thin Image

- Forshortning

- Dense Image

- Cone Cutting

- Cracked

- Dan lain-lain

- Static Electricity
- Dan lain-lain

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbandingan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi pada Dua Provinsi di Indonesia

2 94 98

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

1 78 74

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara

3 15 68

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

9 32 82

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara

0 0 11

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara

0 0 1

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara

0 0 3

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara

0 2 2

Pengetahuan Radiografer Tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral di Instalasi Kesehatan pada Beberapa Kota di Sumatera Utara

0 0 14

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

0 0 14