Produktivitas Permesinan Keras Bahan Baja Dengan Pahat Cvd Karbida Berlapis : Studi Kasus Pada Produksi Shaft Thresher Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Alat Dan Bahan
3.1.1. Alat ukur dan mesin CNC
Dalam penelitian guna menggambil data ada beberapa alat ukur yang di
gunakan yaitu, sebagai berikut :
1. Alat ukur kekasaran permukaan (surface roughness tester)
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan benda
kerja setelah dilakukannya proses pemotongan.

Gambar 3.1 Alat ukur kekasaran permukaan

2. Alat ukur suhu pemotongan (Ir Thermocouple)
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur suhu saat proses pemotongan
berlangsung. Spesifikasi Ir Thermometer adalah sebagai berikut :
a. Merk

: Extech

b. Tipe


: VIR50

c. Jaungkauan suhu

: -50 - 2200oC

d. Jenis kamera

: VGA (640 x 480)

e. Waktu respon

: 150 millisekon

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2 Alat ukur suhu pemotongan
3. Microskop Dino-Lite AM4515T8
Microskop Dino-Lite AM4515T8 digunakan untuk mengukur aus
pahat yang terjadi setelah proses pemotongan berlangsung. Berikut

spesifikasi mikroskop Dyno-Lite AM4515T8 :
a. Resolusi

= 1.3 MP (1280x1024)

b. Perbesaran

= 700 – 900 kali

c. Koneksi

= USB 2.0

d. Ukuran

= 10,5 cm(H)x3,2 cm(D)

e. 8 lampu LED putih
f. Automatic Magnification Reading (AMR)
g. Pengukuran perangkat lunak dan kalibrasi


Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.3 Microskop Dino-Lite AM4515T8
4. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mencatat waktu pemesinan setiap passing
pembubutan berlangsung.

Gambar 3.4 Stopwatch
Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah GSK 928TEa, adapaun
spesifikasi dari mesin ini adalah sebagai berikut :
a. Merk

: GSK 928 TEa

b. Daya

: 9.5 KVA

c. Putaran


: 5000 rpm

d. Panjang Meja Kerja

: 500 mm

e. Diameter Cekam

: 90 – 100 mm

f. Voltase

:380 V

g. Frekuensi

:50 Hz

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.5 Mesin CNC GSK 928 TEa

3.1.2. Pahat insert dan toolholder
Dalam penelitian ini digunakan pahat insert CVD karbida berlapis
dengan lapisan (TiN, TiCN, Al2o3) dari brand TaeguTec Korea, adapun
gambar pahat insert CVD karbida berlapis ditujukan pada gambar dibawah
ini.

Gambar 3.6 Pahat CVD Karbida TaeguTec
Adapaun spesifikasi untuk pahat insert CVD karbida berlapis brand
TeaguTec dengan seri SNMG 120408 MTTT 8125 P15-P35 adalah :
a. S

= Bentuk pahat segiempat

b. N

= Sudut 0°


Universitas Sumatera Utara

c. M

= Toleransi

d. G

= Desain pahat

e. Lebar pahat

= 12 mm

f. Tebal pahat

= 4 mm

g. Radius pojok = 8 mm
Toolholder yang digunakan dalam pada penelitian adalah seri

MSDNN 2020 K12 mempunyai spesifikasi:
a. M

= Pengunci ganda,

b. S

= Bentuk sisipan segi empat,

c. D

= Sudut potong pahat 45°,

d. N

= Sudut pahat 0°,

e. N

= Arah pahat netral,


f. Tebal Holder

= (20x20) mm,

g. K (panjang holder)

= 125 mm,

h. Ukuran pahat sisipan = 12 mm

Gambar 3.7 Toolholder MSDNN 2020 K12

Universitas Sumatera Utara

3.1.3. Bahan
Benda kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja AISI 4340 yang
telah dilakukan proses pengerasan (hardening process). Pemilihan baja AISI 4340
karena baja ini banyak dipakai dalam pembuatan komponen-komponen
pemesinan, komponen mesin yang terbuat dari baja ini contohnya automotive dan

aircrafts crankshafts, rear axle shafts, connecting rod, propeller hub, gear, drive
shafts. Adapun karekteristik dari baja AISI 4340 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Komposisi kimia baja AISI 4340
Element

Content (%)

Iron (Fe)

95.195

Nickel(Ni)

1.65

Chromium (Cr)

0.700

Manganese (Mn)


0.600

Carbon (C)

0.370

Molybdenum (Mo)

0.200

Silicon (Si)

0.150

Sulfur (S)

0.0400

Phosphorous (P)


0.0350

Tabel 3.2 Sifat fisik baja AISI 4340
Properties
Density

Metric

Imperial

7.85 g/cm3

0.284 lb/in³

Melting Point 1427°C

2600°F

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.3 Sifat mekanik baja AISI 4340
Properties

Metric

Imperial

Tensile strength

745 MPa

108000 psi

Yield strength

470 MPa

68200 psi

Bulk modulus (typical for steel)

140 GPa

20300 ksi

Shear modulus (typical for steel)

80 GPa

11600 ksi

190-210 GPa

27557-30458 ksi

0.27-0.30

0.27-0.30

Elongation at break

22%

22%

Reduction of area

50%

50%

Hardness, Brinell

217

217

from

240

240

Hardness, Rockwell B (converted from

95

95

17

17

228

228

50

50

Elastic modulus
Poisson's ratio

Hardness,

Knoop

(converted

Brinell hardness)

Brinell hardness)
Hardness, Rockwell C (converted from
Brinell hardness. Value below normal
HRC range, for comparison purposes
only)
Hardness, Vickers (converted from
Brinell hardness)
Machinability

(annealed

and

cold

drawn. Based on 100 machinability for
AISI 1212 steel)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.8 Bahan baja AISI 4340
3.2.Perangkat Lunak
Dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak mastercam dan
swansoft untuk mensimulasikan proses pemesinan shaft thresher dengan
kondisi pemotongan yang optimal.

3.2.1. Mastercam 2017
Mastercam 2017 digunakan untuk menginput geometri atau
gambar teknik darishaft thresher, bahan benda kerja yaitu AISI 4340,
pahat yang digunakan yaitu CVD karbida berlapis dan penetapan kondisi
pemotongan yang optimal.

Gambar 3.9 Lembar kerja Mastercam 2017

Universitas Sumatera Utara

3.2.2. Swansoft NC simulation
Swansoft NC simulation digunakan untuk virtualisasi proses
pemesinan dengan menginput NC program dari Mastercam X7 untuk shaft
thresher

Gambar 3.10 Lembar kerja Swansoft NC Simulation

3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data berdasarkan
2� untuk memvariasikan data kondisi pemotongan yaitu, kecepatan potong v

(m/min), gerak makan f (mm/rev), dan kedalaman potong a (mm) sebagai nilai

variable bebas dengan variasi nilai maximum dan minimum sebagai nilai
variable terikat , yaitu :
1. v = 75 (high) 65 (low)
2. f = 0.2 (high) 0.15 (low)
3. a = 2 (high) 1.5 (low)
Desain experiment data menggunakan metode factorial 23 maka
didapat variasi 8 kondisi pemotongan yang di tampilkan pada tabel berikut
ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.4 Variasi 8 kondisi pemotongan

No. Running

v (m/min)

f (mm/rev)

a (mm)

1. H-H-H

75

0.2

2

2. H-H-L

75

0.2

1.5

3. H-L-H

75

0.15

2

4. H-L-L

75

0.15

1.5

5. L-H-H

65

0.2

2

6. L-H-L

65

0.2

1.5

7. L-L-H

65

0.15

2

8. L-L-L

65

0.15

1.5

*keterangan H (high) dan L (low)

Setelah dilakukannya penelitian maka, akan didapat data yang akan
digunakan untuk optimasi nilai kekasaran permukaan (Ra) terendah untuk
tujuan produk medium finish dan finish, optimasi suhu pemotongan, dan nilai
maksimum dan optimasi Volume Material Rate (VMR)

untuk roughing

produk dangan menggunakan software Design Expert 10.

Universitas Sumatera Utara

3.4. NC Program Penelitian
NC program pada penelitian adalah pembubutan silinder rata dengan
benda kerja berdiameter 80 mm dan panjang 250 mm
N0000

T11

N0010

G00

X54

N0020

M3

S2123

N0040

G0

X54

Z1

N0042

G01

X45

Z1

N0080

G01

X45

Z-180

N0130

G0

X55

Z5

N0140

M5

N0150

M3

Z5

F425

Universitas Sumatera Utara

3.5. Bagan Alir Metode Penelitan
Mulai

Survey Lapangan

Identifikasi Masalah

Tinjau Studi Pustaka

Persiapan Proses Pembubutan :
-

Pahat dan benda kerja
Mesin CNC

Uji putaran mesin
bubut CNC

Pemesanan benda kerja baja
AISI 4340 telah di heat
treatment dan pahat insert CVD
karbida TeaguTec

Tidak

Ya

Pembubutan luar baja AISI
4340

A

Penentuan kondisi permesinan
v, f, a

Gambar 3.11 Bagan Alir Metodologi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

A

Proses pembubutan

Pengumpulan data berupa :
-

Waktu pembubutan
Panjang pembubutan
Keausan pahat
Umur pakai pahat
Kekasaran permukaan benda kerja

Menyusun data waktu pemotongan dengan variasi
kondisi pemotongan 2^k factorial

Mendapatkan kondisi pemotongan yang
optimum untuk VMR maximum dan umur
pahat maximum

Aplikasi kondisi pemotonga yang optimum
pada studi kasus shaft thresher

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.12 Sambungan Bagan Alir Metodologi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Data Hasil Experimen
Setelah dilakukan penelitian proses pembubutan menggunakan
mesin CNC, dengan 8 variasi dari kondisi pemotongan yaitu kecepatan
potong (v), gerak makan (f), dan kedalaman potong (a) yang telah
dijelaskan pada tabel 3.1 pada Bab 3, diperoleh data yang ditunjukan pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Hasil Data Penelitian 8 kondisi pemotongan

No. Run

v

f

(m/min) (mm/rev)

Ra (mikron)

a

VB

tc

(mm)

(mm)

(min)

init

end

1. H-H-H

75

0.2

2

8.52

1.343

1.984

2. H-H-L

75

0.2

1.5

8.30

2.318

2.299

3. H-L-H

75

0.15

2

8.16

1.913

2.266

4. H-L-L

75

0.15

1.5

12.50

1.896

1.941

5. L-H-H

65

0.2

2

11.99

2.678

2.830

6. L-H-L

65

0.2

1.5

16.19

2.469

2.556

7. L-L-H

65

0.15

2

21.69

1.097

1.082

8. L-L-L

65

0.15

1.5

27.03

2.458

2.466

0.2

Pengukuran waktu pemotongan (tc) menggunakan stopwatch guna
mengetahui lamanya waktu proses pembubutan pada setiap runningnya
atau 1 kondisi pemotongan untuk mencapai aus pahat (VB) 0.2 mm. Pada
penelitian ini dicari Volume Material Rate (VMR) atau volume material
yang terbuang untuk mencari kondisi pemotongan yang terbaik untuk
proses roughing (pembubutan awal), adapaun perhitungan VMR
didapatkan setelah diketahui Material Removal Rate (MRR), berikut
adalah perhitungan MRR dan VMR.

Universitas Sumatera Utara

MRR (Z) adalah kecepatan penghasil geram yang di dapatkan
dengan menggunakan rumus :

Dimana,

� = �. �. � ; cm3/min …………………….4.1

v = kecepatan potong ; m/min
f = gerak makan ; mm
a = kedalaman potong ; mm

VMR (Volume Material Removal) adalah volume material yang
terbuang dimana untuk mencari VMR dengan menggunakan rumus :
��� = � . �� ; ��3 ………………………4.2
Dimana :

Z = kecepatan penghasil geram; cm3/min
tc = waktu pemotongan; min

Dengan menggunakan rumus tersebut maka didapatkan nilai dari
MRR dan VMR seperti yang ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Penelitian Perhitungan MRR dan VMR

Universitas Sumatera Utara

No. Run v (m/min) f (mm/rev) a (mm) VB (mm) tc (min) MRR (cm3/min) VMR (cm3)
1. H-H-H
2. H-H-L
3. H-L-H
4. H-L-L
5. L-H-H
6. L-H-L
7. L-L-H
8. L-L-L

75
75
75
75
65
65
65
65

0.2
0.2
0.15
0.15
0.2
0.2
0.15
0.15

2
1.5
2
1.5
2
1.5
2
1.5

0.2

8.52
8.30
8.16
12.50
11.99
16.19
21.69
27.03

30.00
22.50
22.50
16.88
26.00
19.50
19.50
14.63

255.51
186.74
183.69
210.94
311.73
315.63
422.99
395.31

4.2 Kondisi Pemotongan Optimum
Adapaun kondisi pemotongan yang optimum dari penelitian yang
dilakukan terhadap kekasaran permukaan (Ra) untuk finishing merujuk
pada penelitian Muhammad Reza Fahlevi, suhu permukaan (T) merujuk
pada penelitian Gunawan Ponti Harahap, Volume Material Rates (VMR)
untuk roughing.
4.2.1 Optimasi kekasaran permukaan
Untuk produk medium finish dibutuhkan nilai kekasaran
permukaan dengan nilai Ra (Surface Roughness) 1,6 mikronmeter
(N7) sampai dengan Ra 6,3 mikronmeter (N8) menurut standart
ISO, merujuk pada penelitian Muhammad Reza Fahlevi didapat
bahwa optmasi nilai kondisi pemotongan yang menghasilkan nilai
kekasaran permukaan (Ra) untuk medium finish adalah fungsi
desirability optimasi variable bebas pada response surface
methodelogy telah dilakukan pada optimasi response. Manfaat dari
optimasi response surface methodology adalah membantu mencari
harga

optimal

dari parameter

kondisi

pemotongan

untuk

memberikan nilai kekasaran permukaan (Ra) dan keausan pahat
(VB) yang selama melakukan proses pembubutan. Proses optimasi
dilakukan dengan menggunakan software Design Expert

yang

Universitas Sumatera Utara

mana data tersebut menunjukan pembatasan untuk optimasi
parameter kondisi pemotongan dengan nilai v, f, a in range dengan
nilai VB yang minimum karena unutk mencapai umur pahat
dengan nilai kekasaran permukaan yang baik. Hasil optimasi yang
dilakukan menghasikan v = 65 m/min, f = 0,15 mm/rev, a = 2 mm
Ra entry point = 1,417 μm dan Ra end point = 1,369 μm dengan
nilai Desirability : 0,834 dan nilai VB = 0,2 mm

4.2.2 Optimasi suhu pemotongan
Suhu pemotongan sangat berpengaruh pada umur pahat,
suhu

yang

tinggi

saat

pemotongan

berlangsung,

dapat

memperpendek umur pakai pahat, untuk itu diperlukan suhu
pemotongan yang rendah guna memaksimalkan umur pakai pahat,
merujuk pada penelitian Gunawan Ponti Harahap didapatkan
bahwa kondisi pemotongan yang menghasilkan suhu pemotongan
yang optimal selama proses pembubutan adalah hasil dari analisa
software Design Expert menghasilkan v= 65,26 ; f = 0,196 ; a
= 1,92 dengan nilai temperature adalah 283 ℃ dan nilai VB = 0,2

mm

4.2.3 Optimasi umur pahat
Umur pakai pahat sangat mempengaruhi ongkos produksi
dari suatu pengerjaan pemesinan, oleh karena itu sangat penting
untuk mendapatkan harga optimum dari umur pakai pahat.
Dari data hasil penelitian didapatkan bahwa umur pakai
pahat terlama adalah pada kondisi pemotongan v = 65 m/min, f =
0,15 mm/rev, a = 1,5 mm dengan lamanya pemakaian pahat sampai
keausan pahat (VB) 0,2 mm adalah 27,03 menit

4.2.4 Nilai maximum VMR
Pada

hasil

penelitian

didapatkan

bahwa

kondisi

pemotongan running 7 , v = 65 m/min ; f = 0.15 mm/rev ; a = 2

Universitas Sumatera Utara

mm adalah yang menghasilkan nilai Volume Material Rate (VMR)
yang tertinggi yaitu 422.99 ��3 dan nilai Material Removal Rate

(MRR) yaitu 19,50 ��3 /��� kondisi ini adalah yang optimum

untuk proses roughing yang bertujuan untuk menghabiskan
material sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya sampai pada
geometri benda kerja yang diinginkan

4.3 Produktivitas Pahat
4.3.1 Geometri benda kerja (shaft thresher)
Geometri benda kerja (shaft thresher) dibuat pada
mastercam dengan cara setengah dari penampang benda kerja
tersebut seperti yang ditujukan pada gambar dibawah ini

Gambar 4.1 Geometri Shaft Thresher

4.3.2 NC program
Setelah disimulasikan pada software Mastercam 2017 maka dapat
dilihat NC program Shaft Thresher seperti gambar berikut.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 Benda Kerja Sebelum Proses Pemesinan

Gambar 4.3 Pahat dan tailstock terpasang

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.4 Shaft thresher setelah pemesinan

4.4 Studi Kasus Pada Shaft Thresher
Pada perencanaan proses pembuatan shaft thresher menggunakan
baja AISI 4340 dengan row material berdimensi :
a. Diameter : 9 inch = 228,6
b. Panjang

mm

: 24 feet = 7315,2 mm

Adapun dimensi dari shaft thresher serta assembly thresher
terlampir.
Proses perencanaan pembubutan shaft thresher ini memalui 3
tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Roughing dan medium finish untuk membubut material sampai
pada diameter shaft thresher yang terbesar yaitu 212 mm
2. Roughing dan medium finish untuk membubut material pada
poros betingkat sebelah kanan dari shaft thresher. Diameter

Universitas Sumatera Utara

poros betingkat di mulai pada 205 mm, 200 mm, 150 mm, dan
109 mm.
3. Roughing dan medium finish untuk membubut material pada
poros betingkat sebelah kiri dari shaft thresher. Diameter poros
betingkat dimulai dari 205, 199 mm, 194 mm, 150 mm
Setiap proses pembubutan dapat diketehui waktu pemesinannya
dengan mengetahui terlebih dahulu putaran mesin dan panjang pemesinan.
Adapun rumus mencari putaran mesin adalah sebagai berikut :
Putaran mesin

Keterangan :

�=

1000 .�
� .�

……………………………..4.3

n = putaran mesin (rpm)
v = kecepatan potong (m/min)
d = diameter benda kerja (mm)
Setelah diketahui putaran mesin maka waktu pemesinan dapat
dicari dengan rumus ;
Waktu pemesinan

Keterangan :

�� =

��

� .�

……………………………..4.4

tc = waktu pemesinan (min)
lt = panjang pemesinan (mm)
n = putaran mesin (rpm)
f = gerak makan (mm/rev)

4.4.1 Studi kasus 1 nilai rough machining (volume material rate)
maximum dan finishing nilai kekasaran permukaan (Ra)
terendah.

Universitas Sumatera Utara

Pada studi kasus 1 rough machining (Volume Material
Rate) diambil nilai VMR yang maximum tujuannya adalah proses
pembubutan dengan menghabiskan material sebanyak-banyaknya
dan secepat-cepatnya sampai kepada bentuk geometri yang
diinginkan guna mempersingkat waktu produksi.
Dengan hasil data experiment didapat bahwa nilai VMR
terbesar adalah pada kondisi pemotongan v = 65 m/min ; f = 0.15
mm/rev ; a = 2 mm dengan nilai VMR sebesar 422,99 cm3, dan
nilai MRR sebesar 19.50 cm3/min, sementara nilai kekasaran
permukaan (Ra) terendah menurut penelitian Muhammad Reza
Fahlevi adalah kondisi pemotongan v = 64 m/min, f = 0,15 mm/rev,
a = 2 mm dengan nilai Ra pada keadaan medium finish. Pada
proses pembubutan shaft thresher dilakukan 3 tahapan pembubutan
yaitu sebagai berikut :
Tahap pertama pembubutan dari diameter row material
228,6 mm sampai diameter terbesar shaft thresher yang terbesar
yaitu 212 mm, proses roughing sebanyak 4 kali dengan kedalaman
potong berturut turut yaitu 2 mm, 2 mm, 2 mm, 2 mm serta untuk
medium finish dengan kedalaman potong yaitu 0,3 mm, berikut ini
adalah data dari proses perencanaan pemesinan tahap pertama shaft
thresher.
Tabel 4.3 Pembubutan tahap pertama shaft thresher studi
kasus 1

No

v

f

(m/min) (mm/rev)

a

d

lt

n

tc

(mm)

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

keterangan

1

65

0.15

2

228.6

6000

90.6

441.7

R1

2

65

0.15

2

224.6

6000

92.2

434.0

R2

3

65

0.15

2

220.6

6000

93.8

426.3

R3

4

65

0.15

2

216.6

6000

95.6

418.5

R4

5

65

0.15

0.3

212.6

6000

97.4

410.8

Mf

Universitas Sumatera Utara

Jadi total waktu tahapan pertama untuk prose roughing dan
medium finish adalah:
R1 + R2 + R3 + R4 + Mf
=

441,7 + 434 + 426,3 + 418,5 + 410,8

=

2131,3 min
Tahapan kedua adalah pembubutan poros betingkat dari

bagian kanan shaft thresher. Pada tahapan ini dibagi lagi
menjadi empat bagian pengerjaan pembubutan dengan diameter
berturut-turut yaitu : 205 mm, 200 mm, 150 mm, dan 109 mm
serta panjang pemesinan 1435 mm dan didapat waktu
pemesinan pada tabel sebagai berikut :

1. Pembubutan pada bagian 1 membubut dari 212 mm menjadi
diameter 205 mm dan panjang 250 yaitu :
Tabel 4.4 Pembubutan tahap kedua bagian 1 studi kasus 1

No

v

f

(m/min) (mm/rev)

a

d

lt

n

tc

(mm)

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

keterangan

1

65

0.15

2

212

1435

97.6

98.0

R1

2

65

0.15

1

208

1435

99.5

96.1

R2

3

65

0.15

0,5

206

1435

100.5

95.2

Mf

Total waktu pemesinan pada tahap kedua bagian 1 adalah :
R1 + R2 + Mf

Universitas Sumatera Utara

= 98 + 96.1 + 95.2
= 289.3 min

2. Pembubutan pada bagian 2 dari diameter 205 mm menjadi
200 mm dan panjang pemesinan 500 mm.
Tabel 4.5 Pembubutan tahap kedua bagian 2 studi kasus 1

No

v

f

(m/min) (mm/rev)

a

d

lt

n

tc

(mm)

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

keterangan

1

65

0.15

2

205

1185

101.0

78.2

R1

2

65

0.15

0.5

201

1185

103.0

76.7

Mf

Total waktu dari pembubutan tahap kedua bagian 2 adalah
R1 + Mf
= 78,2 + 76,7
= 154,9 min
3. Pembubutan pada bagian 3 dari diameter 200 terbesar dan
150 mm terkecil serta panjang pemesinan 545 mm.
Tabel 4.6 Pembubutan tahap kedua bagian 3 studi kasus 1

No

v

f

(m/min) (mm/rev)

a

d

lt

n

tc

(mm)

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

keterangan

1

65

0.15

2

200

685

103.5

44.1

R1

2

65

0.15

2

196

664.2

105.6

41.9

R2

3

65

0.15

2

192

643.4

107.8

39.8

R3

4

65

0.15

2

188

622.6

110.1

37.7

R4

5

65

0.15

2

184

601.8

112.5

35.7

R5

6

65

0.15

2

180

581

115.0

33.7

R6

7

65

0.15

2

176

560.2

117.6

31.8

R7

Universitas Sumatera Utara

8

65

0.15

2

172

539.4

120.4

29.9

R8

9

65

0.15

2

168

518.6

123.2

28.1

R9

10

65

0.15

2

164

497.8

126.2

26.3

R10

11

65

0.15

2

160

477

129.4

24.6

R11

12

65

0.15

2

156

456.2

132.7

22.9

R12

13

65

0.15

1

152

685

136.2

33.5

Mf

Total waktu dari pembubutan tahap kedua bagian 3 adalah
R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6 + R7 + R8 + R8 + R9 + R10
+ R11 + R12 + Mf
= 44,1 + 41,9 + 39.8 + 37.7 + 35.7 + 33.7 + 31.8 + 29.9 +
28.1 + 26.3 + 24.6 + 22.9 + 33.5
= 429.9 min

4. Pembubutan pada bagian 4 dari diameter 150 mm terbesar
109 mm terkecil serta panjang pemesinan 140 mm.
Tabel 4.7 Pembubutan tahap kedua bagian 4 studi kasus 1

No

v

f

(m/min) (mm/rev)

a

d

lt

n

tc

(mm)

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

keterangan

1

65

0.15

2

150

140

138.0

6.8

R1

2

65

0.15

2

146

140

141.8

6.6

R2

3

65

0.15

2

142

140

145.8

6.4

R3

4

65

0.15

2

138

140

150.0

6.2

R4

5

65

0.15

2

134

140

154.5

6.0

R5

6

65

0.15

2

130

140

159.2

5.9

R6

7

65

0.15

2

126

140

164.3

5.7

R7

Universitas Sumatera Utara

8

65

0.15

2

122

140

169.7

5.5

R8

9

65

0.15

2

118

140

175.4

5.3

R9

10

65

0.15

2

114

140

181.6

5.1

R10

11

65

0.15

0.5

110

140

188.2

5.0

Mf

Total waktu dari pembubutan tahap kedua bagian 4 adalah
R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6 + R7 + R8 + R8 + R9 + R10
+ Mf
= 6.8 + 6.6 + 6.4 + 6.2 + 6.0 + 5.9 + 5.7 + 5.5 + 5.3 + 5.1 +
5.0
= 64.5 min
Jadi total keseluruhan waktu pemesinan pada tahapan
kedua adalah jumlah dari bagian 1, bagian 2, bagian 3, dan
bagian 4 :
Bagian 1 + Bagian 2 + Bagian 3 + Bagian 4
= 289.3 min + 154,9 min + 429.9 min + 64.5 min
= 938.6 min
Tahapan ketiga adalah pembubutan poros betingkat dari
bagian kiri shaft thresher. Pada tahapan ini dibagi lagi menjadi
empat bagian pengerjaan pembubutan dengan diameter berturutturut yaitu : 205 mm, 199 mm, 194 mm, 150 mm, serta panjang
pemesinan 2800 mm dan didapat waktu pemesinan pada tabel
sebagai berikut :
1. Pembubutan pada tahap ketiga bagian 1 dari diameter 212
mm menjadi diameter 205 mm dan panjang 250 mm yaitu :
Tabel 4.8 Pembubutan tahap ketiga bagian 1 studi kasus 1
No

v

f

a

d

lt

n

tc

keterangan

Universitas Sumatera Utara

(m/min) (mm/rev)

(mm)

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

1

65

0.15

2

212

2800

97.6

191.2

R1

2

65

0.15

1.5

208

2800

99.5

187.6

Mf

Total waktu dari pembubutan tahap ketiga bagian 1 adalah
R1 + Mf
= 191,2 + 187,6
= 378,8 min
2. Pembubutan pada tahap ketiga bagian 2 dari diameter 205
menjadi diameter 199 mm dan panjang 1765 mm yaitu :
Tabel 4.9 Pembubutan tahap ketiga bagian 2 studi kasus 1
No
1
2

v
f
(m/min) (mm/rev)
65
0.15
65
0.15

a
(mm)
2
1

d
(mm)
205
201

lt
(mm)
2550
2550

n
(rpm)
101.0
103.0

tc
(min)
168.4
165.1

keterangan
R1
Mf

Total waktu dari pembubutan tahap ketiga bagian 2 adalah
R1 + Mf
= 168,4 + 165,1 = 333,4
3. Pembubutan pada tahap ketiga bagian 3 dari diameter 199
menjadi diameter 194 mm dengan panjang 250 mm yaitu :
Tabel 4.10 Pembubutan tahap ketiga bagian 3 studi
kasus 1
No
1
2

v
f
(m/min) (mm/rev)
65
0.15
65
0.15

a
(mm)
2
0.5

d
(mm)
199
195

lt
(mm)
785
785

n
(rpm)
104.0
106.2

tc
(min)
50.3
49.3

keterangan
R1
Mf

Total waktu dari pembubutan tahap ketiga bagian 3 adalah

Universitas Sumatera Utara

R1 + Mf
= 50,3 + 49,3
= 99,6 min
4. Pembubutan pada tahap ketiga bagian 4 dari diameter
194 menjadi diameter 150 dengan panjang 455 mm:
Tabel 4.11 Pembubutan tahapan ketiga bagian 4 studi
kasus 1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

v
f
(m/min) (mm/rev)
65
0.15
65
0.15
65
0.15
65
0.15
65
0.15
65
0.15
65
0.15
65
0.15
65
0.15
65
0.15
65
0.15

a
(mm)
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

d
(mm)
194
190
186
182
178
174
170
166
162
158
154

lt
(mm)
455
435
415
395
375
355
335
315
295
275
240

n
(rpm)
106.7
109.0
111.3
113.7
116.3
119.0
121.8
124.7
127.8
131.0
134.4

tc
(min)
28.4
26.6
24.9
23.2
21.5
19.9
18.3
16.8
15.4
14.0
11.9

keterangan
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
Mf

Total waktu pembubutan tahap ketiga bagian 4 adalah :
= R1 + R2 + R3 + R4 + R5 +R6 + R7 + R8 + R9 +R10 + Mf
= 28,4 + 26,6 +24,9 + 23,2 + 21,5 + 19,9 + 18,3 + 16,8 + 15,4
+14 + 11,9
= 220,9 menit.

Universitas Sumatera Utara

Jadi total keseluruhan waktu pemesinan pada tahapan
ketiga adalah jumlah dari bagian 1, bagian 2, bagan 3 dan bagian
4 adalah :
Bagian 1 + Bagian 2 + Bagian 3 + Bagian 4
= 378,8 min + 333,4 min + 99,6 min + 220,9 min
= 1032,7 menit

Total

waktu

keseluruhan

pada

perencanaan

proses

pemesinan pada studi kasus 1 untuk shaft thresher dengan VMR
maximum dan Ra pada entry point 1,417 μm dan end point
1,369 μm adalah penjumlahan proses pembubutan tahap 1, tahap
2 dan tahap 3 :
Tahap 1 + Tahap 2 + Tahap 3
= 2131,3 min + 938.6 min + 1032,7 min
= 4102.6 min

4.4.2 Studi kasus 2 nilai rough machining (volume material rate)
untuk umur pahat terlama dan nilai kekasaran permukaan
(Ra) terendah

Pada studi kasus 2 ini digunakan diambil nilai VMR yang
memiliki umur pahat ( Tool Life ) terlama tujuannya adalah untuk
menghemat umur pakai pahat yang nanti akan menekan atau
menghemat onkos produksi. Kondisi pemotongan untuk VMR
untuk umur pakai pahat terlama adalah adalah v = 65 m/min ; f =

Universitas Sumatera Utara

0.15 mm/rev ; a = 0.15 mm dengan nilai VMR sebesar 395.31 cm3,
dan nilai MRR sebesar 14,63 cm3/min, dengan umur pakai pahat
per indeks adalah 27.03 min sementara nilai kekasaran permukaan
(Ra) terendah menurut penelitian Muhammad Reza Fahlevi adalah
kondisi pemotongan v = 64 m/min, f = 0,15 mm/rev, a = 2 mm
dengan nilai Ra pada keadaan medium finish. Pada proses
pembubutan shaft thresher dilakukan 3 tahapan pembubutan yaitu
sebagai berikut :

Tahap pertama pembubutan sampai diameter terbesar shaft
thresher yang terbesar yaitu 212 mm, proses roughing sebanyak 4
kali dengan kedalaman potong berturut turut yaitu 2 mm, 2 mm, 2
mm, 2 mm serta untuk medium finish dengan kedalaman potong
yaitu 0,3 mm, berikut ini adalah data dari proses perencanaan
pemesinan tahap pertama shaft thresher.

Tabel 4.12 Pembubutan tahap pertama shaft thresher studi
kasus 2

No

v

f

a

(m/min) (mm/rev) (mm)

d

lt

n

tc

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

keterangan

1

65

0.15

1.5

228.6

6000

90.6

441.7

R1

2

65

0.15

1.5

225.6

6000

91.8

435.9

R2

3

65

0.15

1.5

222.6

6000

93.0

430.1

R3

4

65

0.15

1.5

219.6

6000

94.3

424.3

R4

5

65

0.15

1.5

216.6

6000

95.6

418.5

R5

Universitas Sumatera Utara

6

65

0.15

0.8

213.6

6000

96.9

412.7

Mf

Jadi total waktu tahapan pertama untuk prose roughing dan
medium finish adalah:
R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + Mf
=

441,7 + 434.9 + 430.1 + 424.3 + 418.5 + 412.7

=

2563.4 min

Tahapan kedua adalah pembubutan poros betingkat dari bagian
kanan shaft thresher. Pada tahapan ini dibagi lagi menjadi empat
bagian pengerjaan pembubutan dengan diameter berturut-turut
yaitu : 205 mm, 200 mm, 150 mm, dan 109 mm serta panjang
pemesinan 1435 mm dan didapat waktu pemesinan pada tabel
sebagai berikut :

1. Pembubutan pada tahap kedua bagian 1 membubut dari 212
mm menjadi diameter 205 mm dan panjang 250 yaitu :
Tabel 4.13 Pembubutan tahap kedua bagian 1 studi kasus 2

No

v

f

(m/min) (mm/rev)

a

d

lt

n

tc

(mm)

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

keterangan

1

65

0.15

1.5

212

1435

97.6

98.0

R1

2

65

0.15

1.5

209

1435

99.0

96.6

R2

Universitas Sumatera Utara

3

65

0.15

0.5

206

1435

100.5

95.2

Mf

Total waktu pemesinan pada tahap kedua bagian 1 adalah :
R1 + R2 + Mf
= 98 + 96.6 + 95.2
= 289.8 min

2. Pembubutan pada tahap kedua bagian 2 dari diameter 205 mm
menjadi 200 mm dan panjang pemesinan 500 mm.
Tabel 4.14 Pembubutan tahap kedua bagian 2 studi kasus 2

No

v

f

(m/min)

a

d

(mm/rev) (mm) (mm)

lt

n

tc

(mm)

(rpm)

(min)

keterangan

1

65

0.15

1.5

205

1185

101.0

78.2

R1

2

65

0.15

1

202

1185

102.5

77.1

Mf

Total waktu dari pembubutan tahap kedua bagian 2 adalah
R1 + Mf
= 78,2 + 77,1
= 155,3 min

3. Pembubutan pada tahap kedua bagian 3 dari diameter 200
terbesar dan 150 mm terkecil serta panjang pemesinan 545 mm.
Tabel 4.15 Pembubutan tahap kedua bagian 3 studi kasus 2

No

v

f

a

(m/min) (mm/rev) (mm)

d

lt

n

tc

(mm)

(mm)

(rpm)

(min)

685

103.5

44.1

R1

669.4 105.1

42.5

R2

1

65

0.15

1.5

200

2

65

0.15

1.5

197

keterangan

Universitas Sumatera Utara

3

65

0.15

1.5

194

653.8 106.7

40.8

R3

4

65

0.15

1.5

191

638.2 108.4

39.3

R4

5

65

0.15

1.5

188

622.6 110.1

37.7

R5

6

65

0.15

1.5

185

111.9

36.2

R6

7

65

0.15

1.5

182

591.4 113.7

34.7

R7

8

65

0.15

1.5

179

575.8 115.6

33.2

R8

9

65

0.15

1.5

176

560.2 117.6

31.8

R9

10

65

0.15

1.5

173

544.6 119.7

30.3

R10

11

65

0.15

1.5

170

121.8

29.0

R11

12

65

0.15

1.5

167

513.4 124.0

27.6

R12

13

65

0.15

1.5

164

497.8 126.2

26.3

R13

14

65

0.15

1.5

161

482.2 128.6

25.0

R14

15

65

0.15

1.5

158

466.6 131.0

23.7

R15

16

65

0.15

1.5

155

451

133.6

22.5

R16

17

65

0.15

1

152

685

136.2

33.5

Mf

607

529

Total waktu dari pembubutan tahap kedua bagian 3 adalah
R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6 + R7 + R8 + R8 + R9 + R10
+ R11 + R12 + R13 + R14 + R15 + R16 + Mf
= 44,1 + 42.5 + 40.8 + 39.3 + 37.7 + 36.2 + 34.7 + 33.2 +
31.8 + 30.3 + 29.0 + 27.6 + 26.3 + 25.0 + 23.7 + 22.5 + 33.5
= 558.2 min

4. Pembubutan pada tahap kedua bagian 4 dari diameter 150 mm
terbesar 109 mm terkecil serta panjang pemesinan 140 mm.
Tabel 4.16 Pembubutan tahap kedua bagian 4 studi kasus 2

No

v

f

(m/min) (mm/rev)

a
(mm)

d

lt

n

tc

(mm) (mm) (rpm) (min)

keterangan

1

65

0.15

1.5

150

140

138.0

6.8

R1

2

65

0.15

1.5

147

140

140.8

6.6

R2

Universitas Sumatera Utara

3

65

0.15

1.5

144

140

143.8

6.5

R3

4

65

0.15

1.5

141

140

146.8

6.4

R4

5

65

0.15

1.5

138

140

150.0

6.2

R5

6

65

0.15

1.5

135

140

153.3

6.1

R6

7

65

0.15

1.5

132

140

156.8

6.0

R7

8

65

0.15

1.5

129

140

160.5

5.8

R8

9

65

0.15

1.5

126

140

164.3

5.7

R9

10

65

0.15

1.5

123

140

168.3

5.5

R10

11

65

0.15

1.5

120

140

172.5

5.4

R11

12

65

0.15

1.5

117

140

176.9

5.3

R12

13

65

0.15

1.5

114

140

181.6

5.1

R13

14

65

0.15

1

111

140

186.5

5.0

Mf

Total waktu dari pembubutan tahap kedua bagian 4 adalah
R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6 + R7 + R8 + R8 + R9 + R10
R11 + R12 + R13 + Mf
= 6.8 + 6.6 + 6.5 + 6.4 + 6.2 + 6.1 + 6.0 + 5.7 + 5.5 + 5.4 +
5.3 + 5.1 + 5.0
= 82.4 min
Jadi total keseluruhan waktu pemesinan pada tahapan
kedua adalah jumlah dari bagian 1, bagian 2, bagian 3, dan
bagian 4 :
Bagian 1 + Bagian 2 + Bagian 3 + Bagian 4
= 289.8 min + 155,3 min + 558.2 min + 82.4 min
= 1085.7 min
Tahapan ketiga adalah pembubutan poros betingkat dari
bagian kiri shaft thresher. Pada tahapan ini dibagi lagi menjadi
tiga bagian pengerjaan pembubutan dengan diameter berturutturut yaitu : 205 mm,199 mm, 194 mm, 150 mm, serta panjang

Universitas Sumatera Utara

pemesinan 2800 mm dan didapat waktu pemesinan pada tabel
sebagai berikut :
1. Pembubutan pada tahap ketiga bagian 1 dari diameter 212
mm menjadi diameter 205 mm dan panjang 250 mm yaitu :
Tabel 4.17 Pembubutan tahap ketiga bagian 1 studi kasus 2
No
1
2
3

v
f
(m/min) (mm/rev)
65
0.15
65
0.15
65
0.15

a
(mm)
1.5
1.5
0.5

d
(mm)
212
209
206

lt
(mm)
2800
2800
2800

n
(rpm)
97.6
99.0
100.5

tc
keterangan
(min)
191.2
R1
188.5
R2
185.8
Mf

Total waktu dari pembubutan tahap ketiga bagian 1 adalah
R1 + R2 + Mf
= 191,2 + 188,5 + 185.8
= 565,4 min
2. Pembubutan pada tahap ketiga bagian 2 dari diameter 205
menjadi diameter 199 mm dan panjang 1765 mm yaitu :
Tabel 4.18 Pembubutan tahap ketiga bagian 2 studi kasus 2
No
1
2

v
f
(m/min) (mm/rev)
65
0.15
65
0.15

a
(mm)
1.5
1.5

d
(mm)
205
202

lt
(mm)
2550
2550

n
(rpm)
101.0
102.5

tc
keterangan
(min)
168.4
R1
165.9
Mf

Total waktu dari pembubutan tahap ketiga bagian 2 adalah
R1 + Mf
= 168,4 + 165.9
= 334,2 min

Universitas Sumatera Utara

3. Pembubutan pada tahap ketiga bagian 3 dari diameter 199
menjadi diameter 194 mm dan panjang 250 mm yaitu :
Tabel 4.19 Pembubutan tahap ketiga bagian 3 studi kasus 2
No
1
2

v
f
(m/min) (mm/rev)
65
0.15
65
0.15

a
(mm)
1.5
1

d
(mm)
199
196

lt
(mm)
785
785

n
(rpm)
104.0
105.6

tc
(min)
50.3
49.6

keterangan
R1
Mf

Total waktu dari pembubutan tahap ketiga bagian 3 adalah
R1 + Mf
= 50,3 + 49,6
= 99,9 min

4. Pembubutan pada tahap ketiga bagian 4 dari diameter 194
menjadi diameter 150 dengan panjang 455
Tabel 20 Pembubutan tahap ketiga bagian 4 studi kasus 2

Universitas Sumatera Utara

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

v
(m/min)
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65

f
a (mm)
(mm/rev)
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1.5
0.15
1

d (mm)

lt (mm)

n (rpm)

194
191
188
185
182
179
176
173
170
167
164
161
158
155
152

455
440
425
410
395
380
365
350
335
320
305
290
275
260
240

106.7
108.4
110.1
111.9
113.7
115.6
117.6
119.7
121.8
124.0
126.2
128.6
131.0
133.6
136.2

tc
(min)
28.4
27.1
25.7
24.4
23.2
21.9
20.7
19.5
18.3
17.2
16.1
15.0
14.0
13.0
11.7

keterangan
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
Mf

Total waktu dari pembubutan tahap ketiga bagian 4 adalah :
= R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6 + R7 + R8 + R9 + R10 + R11
R12 + R13 + R14 +Mf
=28,4 + 27,1 + 25,7 + 24,4 + 23,2 + 21.9 + 20.7 + 19.5 + 18.3 +
17.2 + 16.1 + 15.0 + 14.0 + 13.0 + 11.7
= 296,3 menit
Jadi total keseluruhan waktu pemesinan pada tahapan
ketiga adalah jumlah dari bagian 1, bagian 2, bagian 3 dan
bagian 4 adalah :
Bagian 1 + Bagian 2 + Bagian 3 + Bagian 4
= 565,4 min + 334,2 min + 99,9 min +296,3 min = 1295,8
Total

waktu

keseluruhan

pada

perencanaan

proses

pemesinan pada studi kasus 1 untuk shaft thresher dengan VMR
maximum dan Ra pada entry point 1,417 μm dan end point

Universitas Sumatera Utara

1,369 μm adalah penjumlahan proses pembubutan tahap 1, tahap
2 dan tahap 3 :
Tahap 1 + Tahap 2 + Tahap 3
= 2563.4 min + 1085.7 min + 1295,8 min
= 4944,8 min

4.4.3 Ongkos produksi
Ongkos produksi meliputi biaya row material bahan
pembuatan shaft thresher yaitu baja AISI 4340, pembelian pahat
insert CVD karbida berlapis TeaguTec, adapun perincian untuk
biaya untuk pembuatan shaft thresher adalah sebagai berikut :
1. Bahan baja AISI 4340 dengan ukuran row material diameter 9
inci ( 228,6 mm ) dan panjang 24 kaki ( 7315,2 mm ) . Harga
untuk material AISI 4340 adalah $900/ton, untuk perhitungan
round bar row material shaft thresher adalah :
(�������) � (�������� 2 ) � (�������) � (
= (7,85



�� 3

) x (228.62 mm) x (7315,2 mm) x


)
4000

3,14

4000

= 2355,69 kg = 2.4 ton
Jadi harga untuk row material pembuatan shaft thresher
adalah
= (2.4 ton) x $ 900 = $ 2120
Untuk kurs Rupiah adalah
= $ 2120 x Rp 13.300 = Rp 28.197.598,2. Pahat insert CVD karbida berlapis TeaguTec per piece
adalah �� 70.000

Universitas Sumatera Utara

A. Studi kasus 1 nilai rough machining (volume material rate)
mximum dan finishing nilai kekasaran permukaan (Ra)
terendah, didapat waktu pemesinan yaitu 4102.6 menit dengan
umur pakai pahat adalah 21.69 menit/indeks pahat, maka dapat
dihitung biaya pemakaian pahat untuk studi kasus satu :
������ ��ℎ�� =

������ ��ℎ�� =

�� (���� �������)
�� (���� ��ℎ��)

4102,6
= 189 ������ ��ℎ��
21.69

Satu pahat insert CVD karbida berlapis TeaguTec terdiri dari 8
indeks pahat, jadi jumlah pahat yang dipakai adalah :
������ ��ℎ��
8
189
�����ℎ ��ℎ�� =
= 24 ������
8
�����ℎ ��ℎ�� =

Harga satu pahat insert CVD karbida berlapis TeaguTec adalah
Rp 70.000,- dengan begitu harga pahat untuk studi kasus 1
adlah :
ℎ���� ��ℎ�� = �����ℎ ��ℎ�� � ℎ���� ���� ��ℎ��

ℎ���� ��ℎ�� = 24 � �� 70.000, − = �� 1.680.000, −
Ongkos keseluruhan untuk studi kasus 1 adalah biaya row
material ditambah biaya pahat insert CVD karbida berlapis
TeaguTec:
������ ��������ℎ�� = ����� ��� �������� + ����� ��ℎ��
= Rp 28.197.598,- + Rp 1.680.000,-

= Rp 29.877.596,-

Universitas Sumatera Utara

B. Studi kasus 2 nilai rough machining (volume material rate)
umur pahat terlama dan optimasi nilai kekasaran permukaan
(Ra), terendah, didapat waktu pemesinan yaitu 4944.8 menit
dengan umur pakai pahat adalah 27.03 menit/indeks pahat,
maka dapat dihitung biaya pemakaian pahat untuk studi kasus
satu :
������ ��ℎ�� =

������ ��ℎ�� =

�� (���� �������)
�� (���� ��ℎ��)

4944,8
= 183 ������ ��ℎ��
27.03

Satu pahat insert CVD karbida berlapis TeaguTec terdiri dari 8
indeks pahat, jadi jumlah pahat yang dipakai adalah :
������ ��ℎ��
8
183
�����ℎ ��ℎ�� =
= 22 ������
8
�����ℎ ��ℎ�� =

Harga satu pahat insert CVD karbida berlapis TeaguTec adalah
Rp 70.000,- dengan begitu harga pahat untuk studi kasus 1
adlah :
ℎ���� ��ℎ�� = �����ℎ ��ℎ�� � ℎ���� ���� ��ℎ��

ℎ���� ��ℎ�� = 22 � �� 70.000, − = �� 1.540.000, −
Ongkos keseluruhan untuk studi kasus 1 adalah biaya row
material ditambah biaya pahat insert CVD karbida berlapis
TeaguTec:
������ ��������ℎ�� = ����� ��� �������� + ����� ��ℎ��
= Rp 28.197.598,- + Rp 1.540.000,-

= Rp 29.737.598,-

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah dilakukannya penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Pada pembubutan shaft thresher untuk pembubutan roughing yang
bertujuan untuk menghabiskan material sebanyak-banyaknya dengan
waktu yang efektif dan efisien adalah dengan kondisi pemotongan
kecepatan potong (v) m/min, gerak makan (f) mm/rev, dan kedalaman
potong (a) mm, dipilih kondisi pemotongan yang maximum pada
kondisi pemotongan v = 65 m/min ; f = 0.15 mm/rev ; a = 2 mm
dengan nilai Volume Material Rate (VMR) yaitu 422.99 ��3 dan nilai
Material Removal Rate (MRR) adalah 19,50 ��3 /��� dengan umur

pakai pahat 21.69 menit. Kondisi pemotongan ini dipakai untuk studi
kasus 1 dengan waktu produksi untuk shaft thresher adalah 4102.6
min.
2. Pada pembubutan shaft thresher untuk pembubutan roughing yang
mempertimbangkan umur pakai pahat guna menghemat ongkos
produksi adalah dengan kondisi pemotongan kecepatan potong (v)
m/min, gerak makan (f) mm/rev, dan kedalaman potong (a) mm,
dipilih kondisi pemotongan v = 65 m/min ; f = 0.15 mm/rev ; a = 0.15
mm dengan nilai Volume Material Rate (VMR) yaitu 395.31 ��3 dan

nilai Material Removal Rate (MRR) adalah 14.63 ��3 /��� dengan
umur pakai pahat 27.03 menit. Kondisi pemotongan ini dipakai untuk

Universitas Sumatera Utara

studi kasus 2 dengan waktu produksi untuk shaft thresher adalah
4944.6 min.
3. Pada pembubutan shaft thresher untuk medium finish merujuk pada
penelitian Muhammad Reza Fahlevi hasil optimasi yang dilakukan
menghasikan v = 65 m/min, f = 0,15 mm/rev, a = 2 mm Ra entry point
= 1,417 μm dan Ra end point = 1,369 μm.
4. Ongkos produksi untuk adalah jumlah dari biaya row material dan
biaya pahat CVD karbida berlapis TeaguTec, untuk studi kasus 1
biayanya adalah Rp 29.877.596,- sedangkan untuk studi kasus 2 biaya
pemesinan adalah Rp 29. 737.596,5. Perbandingan studi kasus 1 dan studi kasus dua adalah waktu produksi
dan biaya produksi untuk studi kasus 1 biaya lebih mahal tetapi waktu
produksi lebih singkat, sedangkan studi kasus 2 biaya produksi lebih
murah tetapi waktu produksi lebih lama.
6. Perbandingan kondisi pemotongan, waktu produksi, dan ongkos
produksi dari hasil penelitian dengan survey pada workshop adalah
sebagai berikut :
Studi Kasus 1

Studi Kasus 2

Bengkel Bubut

Engineering

Anda

Kondisi

v = 65 m/min,

Pemotongan

f= 0,15 mm/rev, f= 0,15 mm/rev, f= 0,1 mm/rev,

f= 0,2 mm/rev, a

a = 2 mm

a = 1.5 mm

a = 2 mm

= 2-3 mm

4102.6 min

4944.8 min

15-20 hari

17-18 hari

8-9 hari

10-11 hari

Rp 29.877.596,-

Rp 29.737.596,-

Waktu Produksi

Biaya Produksi

v = 65 m/min,

Mustika

v = 55 m/min,

Upah bubut 12-15 Upah bubut 13juta (siap pakai)

Row

material Row

dan pahat

material

dan pahat

v = 50 m/min,

16

juta

(siap

pakai)
Row material dari
customer

Row material
dari customer

Universitas Sumatera Utara

7. Dengan merujuk pada diagram ongkos pemesinan secara umum yang
bersumber dari Balzers Inc yang ada pada BAB II halaman 19 dengan
mengasumsikan bahwa down time 7%, tool change 25%, dan other
19% sama antara workshop dengan penelitian sedangakan untuk
machining 30%, tool 3%, dan coolant 19% pada workshop
diasumsikan biayanya Rp 12.000.000,- didapat perbandingan harga
seperti table berikut ini :

No
1
2
3
4
5
6
Total

Penelitian
Tool change
Down time
Others
(30/49) x 12000000 = Rp 7.346.398
(3/49) x 12000000 = Rp 734.639
Rp 0 (dry cutting )
Rp 8.081.037

Workshop
Tool change
Down time
Others
Rp 12.000.000
Rp 12.000.000

Persentase
25%
7%
19%
Machining 30%
Tools 3%
Coolant 19%
100%

Terlihat pada table bahwa selisih harga pada workshop dengan
penelitian adalah Rp 3.918.963. Penghematan yang dilakukan pada
penelitian adalah pada coolant, karena penerapan teknologi pemesinan
kering.

5.2 Saran
Adapaun saran dari penulis untuk penelitian berikutnya agar hasil
data penelitian lebih baik lagi, adalah sebagai berikut :
1. Pada penelitian berikutnya agar tidak hanya menghitung waktu dan
ongkos produksi, tetapi juga menghitung waktu pergantian pahat,
waktu set-up benda kerja pada mesin, biaya ongkos mesin, upah
pegawai dan lainya yang telah direferensikan oleh buku “Teori dan
Teknologi Proses Pemesinan” Taufiq Rochim 1993. Agar nantinya
bisa menjadi rujukan bagi usaha kecil menengah (UKM) untuk
meningkatkan efektifitas.
2. Mensimulasikan shaft thresher pada software swansoft CNC
simulation dengan cara menscalakan dimensinya.

Universitas Sumatera Utara

3. Teliti dalam memasukan NC program pada mesin agar terhindar dari
kesalahan seperti salah penentuan titik 0,0 yang dapat menyebabkan
tabrakan antara rumah pahat dengan benda kerja
4. Memperhatikan panjang pemesinan setelah passing agar mata pahat
tidak pecah guna tidak mengulangi penelitian.
5. Lakukan kalibrasi alat ukur Surface Roughness Tester Mitotoyo
terlebih dahulu sebelum penelitian agar dicapai pengukuran yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. A. P. Kene, KashfullOrra. “Experimental Investigation of Tool Wear
Behavior of Multi-Layered Coated Carbide Insert Using Various Sensors
in Hard Turning”
2. A. Srithar, K. Palanikumar, B. Durgaprased, “Experimental Investigation
and Surface Roughness Analysis on Hard Turning of AISI D2 Steel Using
Coated Carbide Insert”.
3. Bh, Varaprasad, 2014, “Effect of Machining Parameters on Tool Wear in
Hard Turning of AISI D3 Steel” Procedia Engineering 97 (2014) 338-345
4. D.M. D’Addona, Sunil. J. Raykar, “Analysis of Surface Roughness in
Hard Turning Using Wiper Insert Geometry” Procedia Engineering 99
(2015) 243-276
5. E. Uhlman, B.Stawiszynksi, C.Leyens, S.Heinze, F.Sammler. “Hard
Turning of Hot Work and Cold Steel WithHiPMS and DCMS TiAIN
Coated Carbide Insert”
6. J.A.Schey, 1987, Introduction to Manufacturing Processes, International
Edition. Mc Grow-Hill International Editions.

Universitas Sumatera Utara