Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kecelakaan Kerja

2.1.1

Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan

berhubungan dengan hubugan kerja pada perusahaan, atau kecelakaan yang terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur,
1996). Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan
oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini,
terdapat dua permasalahan penting yaitu: 1) Kecelakaan adalah akibat langsung
pekerjaan 2) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan sering
kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta
benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja
industri atau yang berkaitan dengannya. Kecelakaan kerja mengandung unsur

yaitu:

(1)

tidak

terduga

semula,

oleh

karena

dibelakang

peristiwa

kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan; (2) tidak
diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu

disertai kerugian baik fisik maupun mental; (3) selalu menimbulkan kerugian dan
kerusakan, yang menyebabkan gangguan proses kerja (Tarwaka, 2008).
2.1.2

Sebab Kecelakaan Kerja
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor

penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi.

9
Universitas Sumatera Utara

10
Menurut beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu
kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh
satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian
(Tarwaka, 2008).
Secara umum kecelakaan menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh:
1.


Tindakan perbuatan manusia (unsafe human act).
Menurut penelitian 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia
yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat
disebabkan oleh:
a. Karena tidak tahu yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana
melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang
ada.
b. Karena tidak mampu/tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui
cara kerja aman dan bahaya yang ada, tetapi karena belum mampu dan
kurang kurang terampil maka dia melakukan kesalahan.
c. Walaupun telah mengetahui cara kerja dan peraturan-peraturan serta
yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau
melaksanakannya maka terjadi kecelakaan.

2.

Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition )
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari industrial
hygiene, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Setiap


keadaan/faktor adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi
serentetan peristiwa keseluruhan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara

11
Apabila sebab satu bagian dari rentetan peristiwa dihilangkan kecelakaan
tidak akan terjadi. Kecelakaan diselidiki untuk maksud:
a. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan.
b. Mencegah terjadinya peristiwa serupa.
Sedangkan

menurut

Benny

dan

Achmadi


sebab

kecelakaan

kerja

mengelompokkannya sebagai berikut:
1.

Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment )
a. Faktor Kimia
Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil
produksi suatu kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan
kepada benda- benda mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya.
b. Faktor Fisik
Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di
dalam ruangan, panas kebisingan dan lainnya.
c. Faktor Biologi
Dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang dihasilkan dari

bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga
berupa binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di
lapangan atau kebun.
d. Faktor Ergonomi
Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai
dengan keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan
saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari
cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan peralatan.

Universitas Sumatera Utara

12
e. Faktor Psikologi
Perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam
lingkungan kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan.
2. Faktor Pekerjaan
a. Jam Kerja
Jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan
lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat
mengurangi kecelakaan kerja.

b. Pergeseran Waktu
Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi
terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.
3. Faktor Pekerja (human Factor )
a. Umur Pekerja
Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa
umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan
akibat kerja. Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan
untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua,
karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis
pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kasus
kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena
kecerobohan

atau

kelalaian

mereka


terhadap

pekerjaan

yang

dihadapinya.

Universitas Sumatera Utara

13
b. Pengalaman Bekerja
Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang
bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman
dalam bekerja. Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja. Pengalaman

kerja

perusahaan


resiko

yang mempunyai

yang

sedikit

tinggi

terutama

terhadap

di

terjadinya

kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya

kecelakaan kerja.
c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi
pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek
maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara
menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
d. Lama Bekerja
Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal
ini didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi
pengalaman kerjanya.
e. Kelelahan
Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau
turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks
fisiologis maupun psikologis

dimana

ditandai

dengan


adanya

gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan
akan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh
para pekerja.

Universitas Sumatera Utara

14
2.1.3

Teori Kecelakaan Kerja
Dari beberapa teori tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah

satunya yang sering digunakan adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor
Theory). Menurut teori ini disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :

2.1.3.1 Faktor Manusia
1.

Umur
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,

mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga
diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-undang tanggal 6 Januari
1951 No.1 Pasal 1. Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat,
dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung
absensi, dan turnover-nya rendah (Malayu, Hasibuan, 2003). Pada umumnya
untuk mengetahui beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan
kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka
lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya dari
pada tenaga kerja usia muda. Efek menjadi tua terhadap terjadinya kecelakaan
masih terus ditelaah. Namun begitu terdapat kecenderungan bahwa beberapa jenis
kecelakaan kerja seperti terjatuh lebih sering terjadi pada tenaga kerja usia 30
tahun atau lebih dari pada tenaga kerja berusia sedang atau muda. 22 Juga angka
beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti pertambahan usia
(Suma’mur 2010).

Universitas Sumatera Utara

15
2.

Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja

secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan
yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita
lebih banyak dari pada pria. Secara anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh
wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan penyesuaianpenyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja, diantaranya yaitu hamil dan haid.
Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan penyesuaian kebijakan yang khusus.
3.

Masa Kerja
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja

disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.
Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya
masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait
dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang.
4.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang

digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat
melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang
mungkin terjadi. Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktek pekerja dalam
penggunaan alat pelindung diri.

Universitas Sumatera Utara

16
5.

Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap,

dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup,
proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
individu yang optimal. Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk menghindari potensi
bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
6.

Perilaku
Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang

mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan
praktek kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih
banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan
dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan. Pada satu waktu,
pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya dianggap memiliki tingkat
kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Namun demikian, asumsi ini telah
dipertanyakan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun kepribadian, sikap
karyawan, dan karakteristik individual karyawan tampaknya berpengaruh pada
kecelakaan kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan.

Universitas Sumatera Utara

17
7.

Pelatiahn Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja
biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau perusahaan. Adapun
kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya kerusakan mesin atau kerusakan
produk, sering tidak diharapkan perusahaan maupun tenaga kerja. Namun tidak
mudah menghindari kemungkinan timbulnya risiko kecelakaan dan kerusakan.
Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan yang paling tepat dan harus
dilakukakan

manajemen

tenaga

kerja

adalah

melakukan

pelatihan.

Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan terhadap alat-alat
kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi
timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan pemeliharaan terhadap
alat-alat kerja.
8.

Peraturan Keselamatan dan Keselamatan Kerja
Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang mewajibkan

mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugastugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan perawatan medis.
Ada tidaknya peraturan K3 sangat berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja.
Untuk itu, sebaiknya peraturan dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan

Universitas Sumatera Utara

18
2.1.3.2 Faktor Lingkungan
1.

Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan. Kebisingan pada tenaga

kerja

dapat

mengurangi

kenyamanan

dalam

bekerja,

mengganggu

komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi kosentrasi, menurunkan daya
dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
Tempat Kerja, Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam
kerja.
2.

Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia

akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C.
Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi
otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja,
mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan
keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf
perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang. Sedangkan menurut
Grandjean dkondisi panas sekeliling yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih
dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan
kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan
panas dengan jumlah yang sangat sedikit.
3.

Penerangan
Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau

Universitas Sumatera Utara

19
alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting
untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang
dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu. Penerangan
adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja.
Beberapa penyelidikan mengenai hubungan antara produksi dan penerangan telah
memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis
pekerjaan yang harus dilakukan secara tidak langsung dapat mengurangi
banyaknya kecelakaan. Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara
lain kilauan cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang
gelap. Selain itu pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan
melelahkan mata. Kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini
berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan.
4.

Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air

dan bahan kimia yang merusak, karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan
minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya kecelakaan, seperti
terpeleset.

2.1.3.3 Faktor Peralatan
1.

Kondisi mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat

ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat

Universitas Sumatera Utara

20
lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera diantisipasi dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Mesin dan alat mekanik terutama
diamankan dengan pemasangan pagar dan perlengkapan pengamanan mesin ata
disebut pengaman mesin. Dapat ditekannya angka kecelakaan kerja oleh mesin
adalah akibat dari secara meluasnya dipergunakan pengaman tersebut. Penerapan
tersebut adalah pencerminan kewajiban perundang-undangan, pengertian dari
pihak yang bersangkutan, dan sebagainya.
2.

Letak mesin
Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi

manusia dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah
sebagai pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup
aman dan efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah. Termasuk juga dalam
tata letak dalam menempatkan posisi mesin. Semakin jauh letak mesin dengan
pekerja, maka potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan lebih kecil.
Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi.
2.1.4

Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja di

industri dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab atau
obyek kerja, jenis cedera atau luka dan lokasi tubuh yang terluka (Tarwaka,
2008). Klasifikasi kecelakaan kerja tersebut, yaitu:
2.1.4.1 Klasifikasi Jenis Kecelakaan
Klasifikasi jenis kecelakaan misalnya terjatuh, tertimpa atau kejatuhan
benda atau obyek kerja, tersandung benda atau obyek, terbentur, terjepit, terpapar

Universitas Sumatera Utara

21
kepada atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi, terkena arus listrik,
terpapar kepada atau bahan berbahaya atau radiasi, dll (Tarwaka, 2008).
2.1.4.2 Klasifikasi Agen Penyebab
Klasifikasi agen penyebab misalnya mesin seperti mesin penggerak
kecuali motor elektrik, mesin transmisi, mesin produksi, mesin pertambangan,
mesin pertanian, sarana alat angkut seperti fork lift, alat angkut kereta, alat angkut
beroda selain kereta, alat angkut perairan, alat angkut di udara, dll (Tarwaka,
2008).
2.1.4.3 Klasifikasi Jenis Luka dan Cedera
Kalsifikasi jenis luka dan cedera misalnya: patah tulang, keseleo,
kenyerian otot dan kejang, gagar otak dan luka bagian dalam lainnya,
amputasi, luka tergores, luka luar lainnya, memar, retak, luka bakar, keracunan
akut, aspixia atau sesak nafas, efek terkena arus listrik, efek terkena paparan
radiasi, luka pada banyak tempat di bagian tubuh, dll (Tarwaka, 2008).
2.1.4.4 Klasifikasi Lokasi Bagian Tubuh yang Terluka
Klasifikasi lokasi bagian tubuh yang terluka, misalnya kepala, leher,
badan, lengan, kaki, berbagai bagian tubuh, luka umum, dll (Tarwaka, 2008).
2.1.5

Kecelakaan Kerja di Perkebunan
Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit dan

karet adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan tatal (getah)
bagi buruh bagian panen dan pembersihan lahan. Terkena tetesan gromoxone,
roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama

pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja

Universitas Sumatera Utara

22
tersebut berdampak pada resiko cacat anggota tubuh seperti mata buta bagi
pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita
penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS).
Umumnya penyebab kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang tidak
aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja
bersemak tempat bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang
terpeleset. Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak
cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak
mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan
pelatihan kerja bagi buruh perkebunan. Dengan demikian di sektor perkebunan
potensi kecelakaan kerja cukup tinggi.
Sedangkan penyebab kecelakaan kerja

di

perkebunan umumnya

disebabkan oleh:
1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suara, panas, sinar, dan
lainnya).
2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan
lainnya).
3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat
anclylostoma , dan lain-lain).

4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai
dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja.
5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi
pemukiman jauh dari kota.
6. Human Error (sikap kerja (Sumber daya manusia) yang salah).

Universitas Sumatera Utara

23
2.1.6

Usaha-usaha Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan

untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk
kemudian sedapat mungkin dikurangi atau dihilangkan. Setelah ditentukan sebabsebab terjadinya kecelakaan atau kekurangan-kekurangan dalam sistem atau
proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian yang
tepat.
Suma’mur dalam Santoso (2004) menjelaskan bahwa kecelakaan yang
terjadi dapat dicegah dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Peraturan

perundangan,

yaitu

ketentuan-ketentuan

yang

diwajibkan

mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, perawatan, dan
pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan.
2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, atau tidak
resmi misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai intruksi alat pelindung diri
(APD).
3. Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib dipenuhi.
4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya,
pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan.
5. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi.
6. Pendidikan meliputi subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam
akademi teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang.
7. Pelatihan

yaitu

pemberian

instruksi-instruksi

praktis

bagi

pekerja,

khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja.

Universitas Sumatera Utara

24
8. Asuransi yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dan
usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.
Pengendalian kecelakaan kerja pokok ada 5 usaha yaitu (Tarwaka, 2008):
1. Eliminasi

Suatu upaya atau usaha yang bertujuan untuk menghilangkan bahaya
secara keseluruhan.
2. Substitusi

Mengganti bahan, material atau proses yang berisiko tinggi terhadap
bahan, material atau proses kerja yang berpotensi risiko rendah.
3. Pengendalian rekayasa

Mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau proses kerja untuk
menghambat atau menutup jalannya transisi antara pekerja dan bahaya.
4. Pengendalian administrasi

Mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi
prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut tergantung pada perilaku
manusia untuk mencapai keberhasilan.
5. Alat pelindung diri

Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya pengendalian terakhir
yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang
ditimbulkan.
2.2

Tanaman Karet
Tanaman karet (Havea brasiliensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman

ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Sebagai penghasil

Universitas Sumatera Utara

25
lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan
secara besar-besaran (Yudi,2014).
Di Indonesia, Malaysia, dan Singapura tanaman karet mulai dicoba
dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia di tanam di
Kebun Raya Bogor. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah
tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari
penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet
(sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan

bahan baku industry karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk,
yaitu dalam bentuk bahan baku industry (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk
turunnnya seperti ban, komponen, dan sebagainya (Habibi, 2009).
2.2.1 Penyadapan Tanaman Karet
Menyadap adalah mengambil, sedangkan arti menyadap karet adalah
mengambil ketah karet atau lateks dengan cara melukai atau menggores kulit dari
pohon karet. Menyadap (menderes, menoreh) karet dilakukan dengan cara
menyayat kulit batang karet dari kiri ke kanan bawah dengan pisau sadap.
Beberapa cara pelaksanaan penyadapan, baik yang sudah umum
digunakan maupun yang masih dalam taraf penelitian dan pengembangan.
Cara-cara tersebut di antaranya adalah:
1.

Sadapan arah ke bawah
Cara sadapan ini sudah banyak dikenal dan dilaksanakan baik oleh
perkebunan besar maupun oleh perkebunan rakyat. Yang dimaksud dengan
sadapan arah ke bawah (downward tapping) adalah sadapan yang

Universitas Sumatera Utara

26
dilaksanakan dengan membuat irisan dari kanan atas ke kiri bawah menuju
pangkal batang.
2.

Sadapan arah ke atas
Sadapan arah ke atas (upward tapping) dilakukan pada bidang sadap yang
terletak di atas bidang sadap sadapan ke bawah. Arah irisan sadapan adalah
dari kiri bawah ke kanan atas, sehingga habisnya kulit menuju ke atas.

3.

Sadapan mini (mini-cut tapping )
Sadapan mini adalah penyadapan dengan cara iris dan panjang irisan
hanya pendek saja, misalnya 2 cm, 5 cm. Tingginya sadapan tergantung dari
jumlah iris mini yang dikehendaki. Makin banyak jumlah irisan, tinggi
sadapan akan makin bertambah.

4.

Sadapan tusuk (puncture tapping )
Sadapan ini dinamai sadapan tusuk karena dalam pelaksanaan penyadapan
menggunakan alat tusuk yang berbentuk seperti sebuah jarum.
Untuk menyadap perlu diperhatikan penentuan matang sadap. Matang

sadap tanaman karet akan siap apabila sudah matang sadap pohon, artinya
tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa
menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya.
Menurut Saipul dan Rahayu (2013) Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat
ditentukan berdasarkan lilit batang pada umur tanaman yaitu sebagai berikut:
1.

Umur Tanaman
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap
pada umur 5 – 6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum
siap disadap walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat

Universitas Sumatera Utara

27
kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan
tanaman. Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang
dari 5 tahun dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan
dengan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya
umur tanaman karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk
menetapkan matang sadap dan hanya dapat digunakan sebagai pedoman
untuk pengukuran lilit batang.
2.

Pengukuran lilit batang
Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks
diperoleh dari batangnya (kulit batang). Tanaman karet dikatakan matang
sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Pengukuran lilit
batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu tanaman
berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari
pertautan mata okulasi.

3.

Matang Sadap Kebun
Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang
sadap kebun. Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman
yang sudah matang sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun
yang terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon
biasanya telah mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun.

Universitas Sumatera Utara

28
2.3

Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan

oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Alat Pelindung diri
merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
dalam pekerjaan yang berfungsi mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat
kerja.
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat,
peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu di utamakan. Namun kadangkadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga
digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak
mengggangu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif (Suma’mur, 2009).
2.3.1 Fungsi dan Jenis- Jenis Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, yaitu:
2.3.1.1 Alat Pelindung Kepala
1.

Fungsi
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar
oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro
organisme) dan suhu yang ekstrim.

Universitas Sumatera Utara

29
2.

Jenis
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dll.

2.3.1.2 Alat Pelindung Mata Dan Muka
1.

Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air,
percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.

2.

Jenis
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman
(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng
muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker ).

2.3.1.3 Alat Pelindung Telinga
1.

Fungsi
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.

2.

Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbatan telinga (ear plug)
dan penutup telinga (ear muff).

Universitas Sumatera Utara

30
2.3.1.4 Alat Pelindung Pernapasan Beserta Perlengkapannya
1.

Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan
kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas/ fume, dan sebagainya.

2.

Jenis
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari
masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather , Airline respirator ,
Continues Air Supply Machine= Air Hose Mask Respirator, tangki selam

dan

regulator

(Self-Contained

Underwater

Breathing

Apparatus

/SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency
breathing apparatus.

2.3.1.5 Alat Pelindung Tangan
1.

Fungsi
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,
suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion,
arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat
patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.

Universitas Sumatera Utara

31
2.

Jenis
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari
logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung
tangan yang tahan bahan kimia.

2.3.1.6 Alat Pelindung Kaki
1.

Fungsi
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa
atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena
bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

2.

Jenis
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan
yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah
atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lainlain.

2.3.1.7 Pakaian Pelindung
1.

Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian
atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan
kimia, cairan dan

logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan

mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme

Universitas Sumatera Utara

32
patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur.
2.

Jenis
Pakaian

pelindung

terdiri

dari

rompi

(Vests),

celemek

(Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi
sebagian atau seluruh bagian badan.
2.3.1.8 Alat Pelindung Jatuh Perorangan
1.

Fungsi
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja
agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga
pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring
maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga
tidak membentur lantai dasar.

2.

Jenis
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari

sabuk pengaman

tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety
rope ), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender ), alat

penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester ), dan lain-lain.
2.3.1.9 Pelampung
1.

Fungsi
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air
atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau
mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada

Universitas Sumatera Utara

33

posisi tenggelam (negative buoyant ) atau melayang (neutral buoyant ) di
dalam air.
2.

Jenis
Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket ), rompi
keselamatan (life vest), rompi pengatur keterapungan (Bouyancy Control
Device).

2.3.2

Alat Pelindung Diri untuk Pekerja Penderes
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, menurut
fungsi dan jenisnya alat pelindung diri yang digunakan untuk penderes yaitu:
2.3.2.1 Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam
atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi
panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu
yang ekstrim.
Pada saat melakukan pekerjaan menderes, pekerja mempunyai risiko
tertimpa atau kejatuhan ranting-ranting pohon karet. Sehingga diperlukan alat
pelindung kepala untuk pekerja penderes.
2.3.2.2 Alat Pelindung Mata dan Muka
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda

Universitas Sumatera Utara

34

kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion
maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras
atau benda tajam.
Pada saat melakukan pekerjaan menderes, pekerja mempunyai risiko
mata terkena percikan getah yang dapat mengakibatkan kebutaan. Sehingga
diperlukan alat pelindung mata dan muka untuk pekerja penderes.
2.3.2.3 Alat Pelindung Tangan (Sarung Tangan)
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad
renik.
Pada saat melakukan pekerjaan menderes, pekerja mempunyai risiko
terkena pisau yang dapat menyebabkan tangan terluka. Sehingga diperlukan alat
pelindung tangan (sarung tangan) untuk pekerja penderes.
2.3.2.4 Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
Pada saat melakukan pekerjaan menderes, pekerja mempunyai risiko
kaki tertusuk benda tajam. Sehingga diperlukan alat pelindung kaki (sepatu boot)
untuk pekerja penderes.

Universitas Sumatera Utara

35

2.3.3

Alat Pelindung Diri Penderes di Kebun Sei Silau
Alat pelindung diri gunanya adalah untuk melindungi pekerja dari

bahaya- bahaya yang mungkin menimpanya sewaktu menjalankan pekerjaan.
Fungsi dari APD untuk mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.
Syarat APD yang baik yaitu nyaman di pakai, tidak mengganggu proses
pekerjaan, memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya,
memberikan rasa aman, nyaman terhadap pemakai, dan praktis atau mudah di
pakai. APD dapat di golongkan menjadi beberapa jenis menurut bagian
tubuh yang dilindunginya (Tarwaka, 2014).
Alat pelindung diri yang disediakan oleh Kebun Sei Silau untuk pekerja
penderes ialah alat pelindung kacamata dan sepatu boot. Alat pelindung diri yang
disediakan sesuai dengan jenis pekerjaannya serta risiko bahayanya masih bisa
dikendalikan. Alasan perusahaan hanya menyediakan dua alat pelindung diri
untuk pekerja penderes karena dilihat dari resiko bahaya kemudian masih bisa
dikendalikan dengan alat pelindung diri kacamata dan sepatu boot pada pekerja
penderes serta untuk mengefesiensi biaya. Sehingga perusahaan meminimalisasi
penyediaan alat pelindung diri.
2.3.3.1 Alat Pelindung Kacamata
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas
atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektronik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras.

Universitas Sumatera Utara

36

a) Goggle

Berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap dan percikan larutan
bahan kimia. Goggle biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa
berlapis kobalt untuk bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion.
2.3.3.2 Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi kaki dan
bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia,
benda panas, kontak dengan arus listrik. Alat pelindung kaki berfungsi untuk
melindungi kaki dari tertimpa benda berat,terbakar karena logam cair dan
bahan kimia korosif, dermatitis atau eksim karena zat kimia dan kemungkinan
tersandung atau tergelincir. Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan jenis
risiko seperti:
a) Sepatu pelindung atau sepatu boot, untuk mencegah tergelincir, dipakai sol
anti selip luar dari karet alam atau sintetik dengan bermotif timbul
(permukaan kasar).
b) Untuk mencegah tusukan dari benda rucing, dilapisi dengan logam.
c) Terdapat bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat, tidak
boleh paku.
d) Sepatu atau sandal yang beralaskan kayu, baik dipakai pada tempat kerja
yang lembab, lantai yang panas.
e) Sepatu boot dari sintetis, untuk pencegaha bahan-bahan kimia, terkadang
diperlukan bantalan lutut, pelindung tungkai bawah dan tungkai atas, yang
terbuat dari karet, asbes logam sesuai dengan risiko bahayanya.

Universitas Sumatera Utara

37

f) Untuk pekerja dengan logam cair atau benda panas, ujung celama tidak boleh
dimasukkan ke dalam sepatu, karena cairan logam atau bahab panas dapat
masuk ke dalam sepatu.
2.3.4 Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)
Tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk melindungi
tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat mengakibatkan penyakit atau kecelakaan
kerja, sehingga penggunaan alat pelindung diri memegang peran penting. Hal ini
penting dan bermanfaat bukan saja untuk tenaga kerja tetapi untuk perusahaan.
Manfaat bagi tenaga kerja yaitu;
1. Tenaga kerja dapat bekerja lebih aman untuk terhindar dari bahaya-bahaya
kerja.
2. Dapat mencegah kecelakaan akibat kerja.
3. Tenaga kerja dapat memperoleh derajat kesehatan yang sesuai hak dan
martabat sehingga tenaga kerja akan mampu bekerja secara aktif dan
produktif.
4. Tenaga kerja dengan produkif sehingga meningkatkan hasil produksi. Hal ini
akan menembah keuntungan bagi tenaga kerja yaitu berupa kenaikan gaju
atau jaminan social sehinga kesejahteraan akan terjamin.
Manfaat bagi perusahaan yaitu;
1. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi daoat terjimin baik jumlah
maupun mutunya.
2. Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehatan para tenaga
kerja.

Universitas Sumatera Utara

38

3. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga
dapat tercapainya produktivitas yang tinggi dengan efesiensi yang optimal
(Tarwaka, 2014).
2.3.5

Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri

(APD), yaitu (Santoso, 2004):
1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan
a. Tidak sadar/tidak mengerti
b. Panas
c. Sesak
d. Tidak enak dipakai
e. Tidak enak dipandang
f. Berat
g. Mengganggu pekerjaan
h. Tidak sesuai dengsn bahaya yang ada
i. Tidak ada sangsi
j. Atasan juga tidak memakai
2. Tidak disediakan oleh perusahaan
a. Ketidakmengertian
b. Pura-pura tidak mengerti
c. Alasan bahaya
d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai)
3. Pengadaan oleh perusahaan

Universitas Sumatera Utara

39

a. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
b. Asal beli (terutama memilih yang murah)
2.3.6

Peraturan Tentang Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan APD di tempat kerja sendiri telah diatur dalam Undang-

undang dan Permenakertrans, pasal yang mengatur tentang penggunaan APD,
antara lain:
1) Undang-undang No. 1 tahun 1970
a. Pasal 3 ayat (1) butir f menyatakan bahwa dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD.
b. Pasal 9 ayat (1) butir c menyatakan bahwa pengurus diwajibkan
menunjukkan dan menjelaskan pada tiap pekerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan
diatur kewajiban dan atau hak pekerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c menyatakan bahwa kewajiban pengurus menyediakan
alat pelindung diri dan wajib bagi pekerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
2). Permenaketrans No. 1 tahun 1981 pasal 5 ayat 2 menyatakan “Pekerja
harus menggunakan alat pelindung diri yang diwajibkan untuk mencegah
penykit akibat kerja” maksud dari dikeluarkannya peraturan tentang APD
adalah:
1. Melindungi pekerja dari bahaya akibat kerja seperti mesin, proses, dan
bahan kimia.
2. Memelihara dan meningkatkan derajat keselamatan dan kesehatan kerja

Universitas Sumatera Utara

40

khususnya dalam penggunaan APD sehingga mampu meningkatkan
produktifitas.
3. Terciptanya

perasaan

aman

dan

terlindung,

sehingga

mampu

meningkatkan motivasi untuk lebih berprestasi.
3). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri
a. Pasal 2 ayat (1) menayatakn bahwa pengusaha wajib menyediakan APD
bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
b. Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa APD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 meliputi:
1. Pelindung kepala
2. Pelindung mata dan muka
3. Pelindung telinga
4. Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
5. Pelindung tangan dan
6. Pelindung kaki
c. Pasal 5 menyatakan bahwa Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan
secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban
penggunaan APD di tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara

41

2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kejadian Kecelakaan
Kerja

Pemakaian APD

Variabel Independen

Variabel Dependen

1. Umur
2. Masa Kerja
3. Pendidikan

Variabel Confounding

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara