Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pelaya
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan di
Indonesia sebagai Langkah Persiapan Menuju AFTA 20151
Dwi Yulianti2
Kurang dari satu tahun, negara-negara yang tergabung dalam
ASEAN, akan memasuki penerapan perdagangan bebas di kawasan
Asia Tenggara yang dinamai ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang
mulai berlaku tahun 2015.3 Indonesia yang merupakan salah satu
negara di kawasan Asia Tenggara pun tidak akan lepas dari
pengaruh perdagangan bebas tersebut. Gagasan mengenai AFTA
sendiri
muncul
dari
pertemuan
Negara ASEAN atau ASEAN Summit
tahun
1992.
Pada
pertemuan
ke-4,
tersebut,
tingkat
yang
Kepala
dilakukan
para
kepala
pada
negara
mengumumkan akan membentuk sebuah kawasan perdagangan
bebas di ASEAN dalam jangka waktu lima belas tahun mendatang.
Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan daya saing ekonomi di
kawasan ASEAN.4 Hal ini berarti bahwa setiap negara yang
tergabung dalam keanggotaan ASEAN bebas untuk melakukan
perdagangan di negara anggota ASEAN lainnya tanpa terhalang
oleh masalah lokasi. Dengan demikian, Indonesia sebagai negara
dengan populasi terpadat ke-4 di dunia tentunya akan menjadi
salah satu target pasar bagi negara-negara anggota ASEAN. Hal ini
jelas
akan
menimbulkan
berbagai
dampak
bagi
masyarakat
Indonesia, baik yang bersifat positif maupun negatif.
1 Judul esai yang diajukan
2 Nama siswi SMA Islam Az-Zahra Palembang.
3 http://www.neraca.co.id/article/44243/AFTA-2015-dan-Ketidaksiapan-SDM-Indonesia, Diakses
pada Senin, 29 September 2014.
4 http://wartakota.tribunnews.com/2014/09/18/siapkah-kita-menghadapi-afta-2015, Diakses pada
Senin, 29 September 2014.
Salah
satu
dampak
positif
dari
adanya
AFTA
adalah
memberikan peluang dan kemudahan akses bagi masyarakat
Indonesia dalam memasarkan produk dalam negerinya. Pemasaran
produk dalam negeri ini dapat dilakukan dalam cakupan daerah
yang jauh lebih luas. Namun, tentu saja pemasaran produk dalam
negeri ini harus memperhatikan kualitasnya. Sebab, bila produk
dalam negeri Indonesia memiliki kualitas yang lebih baik daripada
produk negara lain, tentunya produk tersebut akan memiliki daya
saing yang lebih tinggi di pasaran sehingga akan membuka pintu
untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Selain itu, dampak
positif dari AFTA adalah meningkatkan kerjasama antarnegara
anggota ASEAN. Dengan adanya hubungan kerjasama yang erat,
maka negara-negara anggota ASEAN akan memiliki hubungan
timbal balik yang semakin erat yang nantinya akan meningkatkan
kualitas
persaudaraan
membantu
masyarakat
menciptakan
ASEAN.
perdamaian
Sehingga
dan
mampu
persaudaraan
antarnegara anggota ASEAN. Selain itu, AFTA juga akan membuka
lapangan pekerjaan baru dengan berdirinya berbagai perusahaan
multinasional
sehingga
mampu
meningkatkan
pendapatan
masyarakat Indonesia.
Di sisi lain, gagasan mengenai AFTA tentu saja memiliki
berbagai dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Sebagai
negara berkembang, Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah
yang harus dipersiapkan untuk meningkatkan daya saing dalam
menghadapi AFTA yang akan dilaksanakan kurang lebih beberapa
bulan lagi. Salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia dalam
ajang ini adalah bagaimana cara meningkatkan kualitas dari sumber
daya manusia yang ada, baik dari segi pendidikan maupun
keahlian. Sebab, apabila masyarakat Indonesia memiliki kualitas
yang rendah, tentu saja daya saingnya juga akan rendah. Sehingga
nantinya akan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran
akibat rendahnya pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh
masyarakat. Selain itu, Indonesia hanya akan menjadi target
tempat pemasaran produk-produk luar negeri, sehingga tingkat
konsumsi masyarakat akan terus meningkat, sementara tingkat
produktivitasnya mengalami penurunan.
Berkaitan
manusia,
salah
dengan
satu
masalah
aspek
yang
produktivitas
sumber
mempengaruhinya
daya
adalah
kesehatan. ..... (cari teori/pendapat ahli mengenai hubungan antara
kesehatan dengan produktivitas). Kesehatan sangat berkaitan erat
dengan bidang kedokteran dan telah menjadi kebutuhan utama
dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, apabila kita tidak
mampu bersaing dalam bidang kesehatan atau kedokteran dalam
AFTA 2015, tentunya Indonesia hanya akan menjadi penonton
dalam AFTA 2015 di bidang ini, bahkan sumber daya manusia yang
telah menempuh pendidikan dokter akan tersingkirkan, bahkan bisa
menjadi pengangguran karena tidak mampu bersaing dengan para
dokter dari negara lain. Hal ini langsung dituturkan oleh Dwi Putra
yang merupakan Alumni Fakultas Kedokteran UMJ dalam Kongres
Mahasiswa
Nasional,
yang
mengatakan
bahwa
saat
ini
ada
kesenjangan antara kebutuhan dan permintaan, bangsa kita dalam
bidang kesehatan masih belum bisa di percaya oleh masyarakat
kita sendiri, hal ini terlihat kalau banyak masyarakat Indonesia yang
memilih berobat ke luar negeri “Apakah Indonesia siap menjadi
produsen? Atau malah akan terus menjadi konsumen?” jelas dwi.5
Dari pernyataan tersebut jelas menunjukan bahwa kita memiliki
peluang untuk menjadi “penonton” semata dalam AFTA 2015. Bisa
kita bayangkan, betapa terpuruk dan ruginya negara kita ketika
semua negara berebut untuk bersaing namun negara kita hanya
menjadi penonton dalam AFTA 2015. Tentunya hal ini tidak boleh
terjadi. Kita harus mampu bersaing dalam AFTA 2015, baik dari
bidang perdagangan maupun kesehatan.
Ketidaksiapan Indonesia dalam bidang kedokteran untuk
menghadapi AFTA 2015 sudah dapat dirasakan sejak dulu. Terbukti
banyak masyarakat yang masih berobat ke luar negeri. Hal ini
dikutip dari salah satu sumber berita yang menyatakan bahwa pada
2010 diperkirakan 300.000 warga Indonesia berobat ke luar negeri
setiap tahun dengan total pengeluaran dari mereka yang berobat
mencapai Rp 10 triliun per tahun.6 Dari berita tersebut terlihat jelas
bahwa
masyarakat
masih
belum
seutuhnya
percaya
dengan
pengobatan yang ada dalam negeri. Hal tersebut terbukti dari
jumlah yang begitu besar pada total masyarakat yang berobat ke
luar negeri. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa
hal ini dapat terjadi? Bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas
kesehatan Indonesia agar bisa bersaing dengan negara-negara
ASEAN pada AFTA 2015 mendatang? Pertanyaan inilah yang
menjadi tantangan bagi penulis untuk menjawab melalui analisis
dan studi pustaka.
5 http://www.umj.ac.id/berita-afta-2015--ancaman-atau-peluang-bagi-profesi-kesehatan.html, Diakses
pada 29 September 2014.
6 http://malukunews.co/berita/nasional/17ng18gubzotj9qo, Diakses pada 29 September 2014.
Banyaknya masyarakat yang memilih untuk berobat ke luar
negeri disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya
adalah adalah berasal dari sumber daya manusia itu sendiri.
Sebagai contoh dokter yang ada di Indonesia yang bersifat
“sombong”. Hal ini langsung diungkapkan oleh Sekjen Perhimpunan
Pengendalian Infeksi Indionesia (Perdalin), Dr Latre Buntaran, SpMK, yang mengatakan bahwa kebanyakan dokter di Indonesia
sombong, merasa dibutuhkan, dan sangat sedikit yang punya jiwa
melayani.7 Dari pernyataan tersebut, dapat kita analisis bahwa
ketika orang mengalami sakit, mereka cenderung membutuhkan
perhatian dan pelayanan yang memadai, dan tidak diremehkan
seperti halnya seorang dokter yang bersifat sombong. Tentu saja,
untuk
sebagian
orang
yang
memiliki
kekayaan
lebih
akan
cenderung memiih untuk berobat ke luar negeri yang pelayanannya
memadai.
Selain itu, faktor lain adalah kurang fasilitas di berbagai
tempat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Jelasin wik.
Cari teori/fakta yang mendukung.
Faktor selanjutnya adalah pelayanan yang tidak memadai.
Pelayanan yang kurang memadai tentu saja berkaitan erat dengan
ketidakramahan dokter. Bisa kita bayangkan, dokter yang tidak
ramah dan ditambah dengan fasilitas yang tidak memadai, tentu
saja membuat orang yang apabila tidak “terpaksa” dan memiliki
uang lebih akan lebih memilih untuk berobat ke luar negeri yang
dokter dan fasilitasnya memiliki kesatuan yang memadai. Sebagai
contoh negara Singapura yang menjadi salah satu negara dengan
7 http://www.jpnn.com/read/2012/06/26/131910/Dokter-Sombong-Picu-Pasien-Lari-ke-Luar-Negeri-,
Diakses pada 29 September 2014.
kunjungan kesehatan terbesar dengan nomor urut ke enam.
Ketidakramahan dokter yang ada dan fasilitas
yang kurang
memadai sudah pernah dirasakan langsung oleh penulis. Dikala itu,
penulis menemani salah satu anggota keluarga penulis untuk
berobat di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Palembang.
Ketika
menunggu
antrian,
penulis
mencoba
untuk
bertanya
mengenai prosedur yang sedikit rumit, namun para pelayan dan
asisten dokter terlihat begitu sinis dan enggan untuk menjawab. Hal
tersebut telah menjadi bukti nyata bagi penulis bahwa memang
masih banyak pelayanan dokter ataupun fasilitas yang tidak
memadai.
Faktor
lain
yang
menyebabkan
banyaknya
masyarakat
Indonesia yng pergi ke luar negeri adalah biaya yang tidak jelas
ketika berobat dan ketepatan waktu. (Disertai bukti/fakta/contoh
untuk memperkuat argumen). Dua faktor ini telah menjadi rahasia
umum bagi dunia kedokteran Indonesia.
Dari berbagai faktor yang telah dijabarkan di atas, bukan
berarti kesehatan yang ada di Indonesia seutuhnya buruk. Masih
ada
banyak
upaya
yang
telah
dilakukan
pemerintah
untuk
memperbaiki sistem kedokteran di Indonesia. Namun tetap saja,
walaupun terdapat berbagai macam perbaikan kualitas di bidang
pelayanan kesehatan, kita tidak boleh lantas lengah. Dokter yang
seharusnya menjadi harapan bagi setiap mereka yang sakit harus
tetap memberikan pelayanan yang baik. Karena secara psikologis
orang yang sakit membutuhkan motivasi dan pelayanan yang
ramah.
Kita tidak bisa menghindar dari dampak AFTA yang tinggal
menghitung bulan. Tidak ada pilihan untuk menghindar, namun
satu hal yang harus kita pahami bahwa kemajuan dan kemandirian
bangsa ini ada di tangan kita. Kita berhak menentukan pilihan untuk
maju dan memberikan sesuatu bagi bangsa yang besar ini. Optimis
bahwa Indonesia mampu menjadi salah satu macan asia yang
bukan hanya berkualitas di bidang perdagangan namun juga di
bidang kedokteran. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan
menyadarkan diri akan kekurangan dan fakta yang ada agar
masyarakat kembali mempercayai kita.
Wik, faktor2ny la bagus, Cuma tambahin bukti/fakta/beritanya
bae. Biar semakin kuat untuk mendukung argumen dwik. Judulny
juga ibuk fokuske di faktor penyebabnya. Ibuk kira awalnya mau
bahas cara untuk meningkatkan kualitas kesehatan, ternyata lebih
ke
analisis
faktor
penyebab
kesehatan di indonesia.
rendahnya
kualitas
pelayanan
Indonesia sebagai Langkah Persiapan Menuju AFTA 20151
Dwi Yulianti2
Kurang dari satu tahun, negara-negara yang tergabung dalam
ASEAN, akan memasuki penerapan perdagangan bebas di kawasan
Asia Tenggara yang dinamai ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang
mulai berlaku tahun 2015.3 Indonesia yang merupakan salah satu
negara di kawasan Asia Tenggara pun tidak akan lepas dari
pengaruh perdagangan bebas tersebut. Gagasan mengenai AFTA
sendiri
muncul
dari
pertemuan
Negara ASEAN atau ASEAN Summit
tahun
1992.
Pada
pertemuan
ke-4,
tersebut,
tingkat
yang
Kepala
dilakukan
para
kepala
pada
negara
mengumumkan akan membentuk sebuah kawasan perdagangan
bebas di ASEAN dalam jangka waktu lima belas tahun mendatang.
Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan daya saing ekonomi di
kawasan ASEAN.4 Hal ini berarti bahwa setiap negara yang
tergabung dalam keanggotaan ASEAN bebas untuk melakukan
perdagangan di negara anggota ASEAN lainnya tanpa terhalang
oleh masalah lokasi. Dengan demikian, Indonesia sebagai negara
dengan populasi terpadat ke-4 di dunia tentunya akan menjadi
salah satu target pasar bagi negara-negara anggota ASEAN. Hal ini
jelas
akan
menimbulkan
berbagai
dampak
bagi
masyarakat
Indonesia, baik yang bersifat positif maupun negatif.
1 Judul esai yang diajukan
2 Nama siswi SMA Islam Az-Zahra Palembang.
3 http://www.neraca.co.id/article/44243/AFTA-2015-dan-Ketidaksiapan-SDM-Indonesia, Diakses
pada Senin, 29 September 2014.
4 http://wartakota.tribunnews.com/2014/09/18/siapkah-kita-menghadapi-afta-2015, Diakses pada
Senin, 29 September 2014.
Salah
satu
dampak
positif
dari
adanya
AFTA
adalah
memberikan peluang dan kemudahan akses bagi masyarakat
Indonesia dalam memasarkan produk dalam negerinya. Pemasaran
produk dalam negeri ini dapat dilakukan dalam cakupan daerah
yang jauh lebih luas. Namun, tentu saja pemasaran produk dalam
negeri ini harus memperhatikan kualitasnya. Sebab, bila produk
dalam negeri Indonesia memiliki kualitas yang lebih baik daripada
produk negara lain, tentunya produk tersebut akan memiliki daya
saing yang lebih tinggi di pasaran sehingga akan membuka pintu
untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Selain itu, dampak
positif dari AFTA adalah meningkatkan kerjasama antarnegara
anggota ASEAN. Dengan adanya hubungan kerjasama yang erat,
maka negara-negara anggota ASEAN akan memiliki hubungan
timbal balik yang semakin erat yang nantinya akan meningkatkan
kualitas
persaudaraan
membantu
masyarakat
menciptakan
ASEAN.
perdamaian
Sehingga
dan
mampu
persaudaraan
antarnegara anggota ASEAN. Selain itu, AFTA juga akan membuka
lapangan pekerjaan baru dengan berdirinya berbagai perusahaan
multinasional
sehingga
mampu
meningkatkan
pendapatan
masyarakat Indonesia.
Di sisi lain, gagasan mengenai AFTA tentu saja memiliki
berbagai dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Sebagai
negara berkembang, Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah
yang harus dipersiapkan untuk meningkatkan daya saing dalam
menghadapi AFTA yang akan dilaksanakan kurang lebih beberapa
bulan lagi. Salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia dalam
ajang ini adalah bagaimana cara meningkatkan kualitas dari sumber
daya manusia yang ada, baik dari segi pendidikan maupun
keahlian. Sebab, apabila masyarakat Indonesia memiliki kualitas
yang rendah, tentu saja daya saingnya juga akan rendah. Sehingga
nantinya akan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran
akibat rendahnya pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh
masyarakat. Selain itu, Indonesia hanya akan menjadi target
tempat pemasaran produk-produk luar negeri, sehingga tingkat
konsumsi masyarakat akan terus meningkat, sementara tingkat
produktivitasnya mengalami penurunan.
Berkaitan
manusia,
salah
dengan
satu
masalah
aspek
yang
produktivitas
sumber
mempengaruhinya
daya
adalah
kesehatan. ..... (cari teori/pendapat ahli mengenai hubungan antara
kesehatan dengan produktivitas). Kesehatan sangat berkaitan erat
dengan bidang kedokteran dan telah menjadi kebutuhan utama
dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, apabila kita tidak
mampu bersaing dalam bidang kesehatan atau kedokteran dalam
AFTA 2015, tentunya Indonesia hanya akan menjadi penonton
dalam AFTA 2015 di bidang ini, bahkan sumber daya manusia yang
telah menempuh pendidikan dokter akan tersingkirkan, bahkan bisa
menjadi pengangguran karena tidak mampu bersaing dengan para
dokter dari negara lain. Hal ini langsung dituturkan oleh Dwi Putra
yang merupakan Alumni Fakultas Kedokteran UMJ dalam Kongres
Mahasiswa
Nasional,
yang
mengatakan
bahwa
saat
ini
ada
kesenjangan antara kebutuhan dan permintaan, bangsa kita dalam
bidang kesehatan masih belum bisa di percaya oleh masyarakat
kita sendiri, hal ini terlihat kalau banyak masyarakat Indonesia yang
memilih berobat ke luar negeri “Apakah Indonesia siap menjadi
produsen? Atau malah akan terus menjadi konsumen?” jelas dwi.5
Dari pernyataan tersebut jelas menunjukan bahwa kita memiliki
peluang untuk menjadi “penonton” semata dalam AFTA 2015. Bisa
kita bayangkan, betapa terpuruk dan ruginya negara kita ketika
semua negara berebut untuk bersaing namun negara kita hanya
menjadi penonton dalam AFTA 2015. Tentunya hal ini tidak boleh
terjadi. Kita harus mampu bersaing dalam AFTA 2015, baik dari
bidang perdagangan maupun kesehatan.
Ketidaksiapan Indonesia dalam bidang kedokteran untuk
menghadapi AFTA 2015 sudah dapat dirasakan sejak dulu. Terbukti
banyak masyarakat yang masih berobat ke luar negeri. Hal ini
dikutip dari salah satu sumber berita yang menyatakan bahwa pada
2010 diperkirakan 300.000 warga Indonesia berobat ke luar negeri
setiap tahun dengan total pengeluaran dari mereka yang berobat
mencapai Rp 10 triliun per tahun.6 Dari berita tersebut terlihat jelas
bahwa
masyarakat
masih
belum
seutuhnya
percaya
dengan
pengobatan yang ada dalam negeri. Hal tersebut terbukti dari
jumlah yang begitu besar pada total masyarakat yang berobat ke
luar negeri. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa
hal ini dapat terjadi? Bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas
kesehatan Indonesia agar bisa bersaing dengan negara-negara
ASEAN pada AFTA 2015 mendatang? Pertanyaan inilah yang
menjadi tantangan bagi penulis untuk menjawab melalui analisis
dan studi pustaka.
5 http://www.umj.ac.id/berita-afta-2015--ancaman-atau-peluang-bagi-profesi-kesehatan.html, Diakses
pada 29 September 2014.
6 http://malukunews.co/berita/nasional/17ng18gubzotj9qo, Diakses pada 29 September 2014.
Banyaknya masyarakat yang memilih untuk berobat ke luar
negeri disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya
adalah adalah berasal dari sumber daya manusia itu sendiri.
Sebagai contoh dokter yang ada di Indonesia yang bersifat
“sombong”. Hal ini langsung diungkapkan oleh Sekjen Perhimpunan
Pengendalian Infeksi Indionesia (Perdalin), Dr Latre Buntaran, SpMK, yang mengatakan bahwa kebanyakan dokter di Indonesia
sombong, merasa dibutuhkan, dan sangat sedikit yang punya jiwa
melayani.7 Dari pernyataan tersebut, dapat kita analisis bahwa
ketika orang mengalami sakit, mereka cenderung membutuhkan
perhatian dan pelayanan yang memadai, dan tidak diremehkan
seperti halnya seorang dokter yang bersifat sombong. Tentu saja,
untuk
sebagian
orang
yang
memiliki
kekayaan
lebih
akan
cenderung memiih untuk berobat ke luar negeri yang pelayanannya
memadai.
Selain itu, faktor lain adalah kurang fasilitas di berbagai
tempat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Jelasin wik.
Cari teori/fakta yang mendukung.
Faktor selanjutnya adalah pelayanan yang tidak memadai.
Pelayanan yang kurang memadai tentu saja berkaitan erat dengan
ketidakramahan dokter. Bisa kita bayangkan, dokter yang tidak
ramah dan ditambah dengan fasilitas yang tidak memadai, tentu
saja membuat orang yang apabila tidak “terpaksa” dan memiliki
uang lebih akan lebih memilih untuk berobat ke luar negeri yang
dokter dan fasilitasnya memiliki kesatuan yang memadai. Sebagai
contoh negara Singapura yang menjadi salah satu negara dengan
7 http://www.jpnn.com/read/2012/06/26/131910/Dokter-Sombong-Picu-Pasien-Lari-ke-Luar-Negeri-,
Diakses pada 29 September 2014.
kunjungan kesehatan terbesar dengan nomor urut ke enam.
Ketidakramahan dokter yang ada dan fasilitas
yang kurang
memadai sudah pernah dirasakan langsung oleh penulis. Dikala itu,
penulis menemani salah satu anggota keluarga penulis untuk
berobat di salah satu rumah sakit yang ada di Kota Palembang.
Ketika
menunggu
antrian,
penulis
mencoba
untuk
bertanya
mengenai prosedur yang sedikit rumit, namun para pelayan dan
asisten dokter terlihat begitu sinis dan enggan untuk menjawab. Hal
tersebut telah menjadi bukti nyata bagi penulis bahwa memang
masih banyak pelayanan dokter ataupun fasilitas yang tidak
memadai.
Faktor
lain
yang
menyebabkan
banyaknya
masyarakat
Indonesia yng pergi ke luar negeri adalah biaya yang tidak jelas
ketika berobat dan ketepatan waktu. (Disertai bukti/fakta/contoh
untuk memperkuat argumen). Dua faktor ini telah menjadi rahasia
umum bagi dunia kedokteran Indonesia.
Dari berbagai faktor yang telah dijabarkan di atas, bukan
berarti kesehatan yang ada di Indonesia seutuhnya buruk. Masih
ada
banyak
upaya
yang
telah
dilakukan
pemerintah
untuk
memperbaiki sistem kedokteran di Indonesia. Namun tetap saja,
walaupun terdapat berbagai macam perbaikan kualitas di bidang
pelayanan kesehatan, kita tidak boleh lantas lengah. Dokter yang
seharusnya menjadi harapan bagi setiap mereka yang sakit harus
tetap memberikan pelayanan yang baik. Karena secara psikologis
orang yang sakit membutuhkan motivasi dan pelayanan yang
ramah.
Kita tidak bisa menghindar dari dampak AFTA yang tinggal
menghitung bulan. Tidak ada pilihan untuk menghindar, namun
satu hal yang harus kita pahami bahwa kemajuan dan kemandirian
bangsa ini ada di tangan kita. Kita berhak menentukan pilihan untuk
maju dan memberikan sesuatu bagi bangsa yang besar ini. Optimis
bahwa Indonesia mampu menjadi salah satu macan asia yang
bukan hanya berkualitas di bidang perdagangan namun juga di
bidang kedokteran. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan
menyadarkan diri akan kekurangan dan fakta yang ada agar
masyarakat kembali mempercayai kita.
Wik, faktor2ny la bagus, Cuma tambahin bukti/fakta/beritanya
bae. Biar semakin kuat untuk mendukung argumen dwik. Judulny
juga ibuk fokuske di faktor penyebabnya. Ibuk kira awalnya mau
bahas cara untuk meningkatkan kualitas kesehatan, ternyata lebih
ke
analisis
faktor
penyebab
kesehatan di indonesia.
rendahnya
kualitas
pelayanan