TUGAS TERSTRUKTUR PAKAN ALTERNATIF PEMBU

TUGAS TERSTRUKTUR PAKAN ALTERNATIF
PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI PROTEIN SEL TUNGGAL DENGAN
MEMANFAATKAN LIMBAH PABRIK MSG YANG DIBERIKAN
KEPADA IKAN KERAPU PASIR (Epinephelus corallicola)

Oleh :
WATID BACHTIAR
H1H010021

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014

I. Latar belakang
Ikan kerapu adalah salah satu jenis ikan laut yang memiliki prospek pasar
yang luas dan harga relatif tinggi sehingga banyak diminati untuk spesies
budidaya. Keberhasilan teknologi pembenihan ikan kerapu akan mendorong
berkembangnya budidaya pembesaran ikan kerapu baik di tambak atau keramba

jaring apung (KJA). Pakan merupakan salah satu faktor yang mendukung kegiatan
budidaya, pakan yang mempunyai nilai nutrisi yang lengkap dan seimbang adalah
salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya.
Salah satu kebutuhan nutrisi yang penting untuk ikan adalah protein. Dari
hasil percobaan nutrisi pakan menunjukkan bahwa kebutuhan protein beberapa
spesies kerapu berkisar antara 47,8%–60,0% dan bervariasi menurut spesiesnya
(Giri, 1998). Beberapa jenis ikan kerapu membutuhkan pakan dengan kandungan
protein yang cukup tinggi. Pada ikan kerapu bebek (C. altivelis) membutuhkan
protein sebesar 54,2% dalam pakan (Giri et al., 1999), ikan kerapu macan (E.
Fuscoguttatus) sebesar 48,0% (Giri et al., 2004), ikan kerapu batik (E.
polyphekadion) sebesar 48% (Marzuqi et al., 2004a), ikan kerapu lumpur (E.
coioides) sebesar 48,0% (Suwirya et al., 2005) dan ikan kerapu sunu (P.
leopardus) membutuhkan protein sebesar 48% (Marzuqi et al., 2007).
Pada umumnya, penggunaan bahan pakan masih mengandalkan pada
tepung ikan sebagai sumber protein. Sementara itu harga tepung ikan dipasaran
cukup mahal sehingga mengakibatkan harga pakan untuk ikan kerapu relatif
mahal, oleh sebab itu salah satu usaha untuk menekan pengeluaran adalah dengan
mencari bahan pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan protein
pakan dalam memenuhi kebutuhan protein ikan kerapu. Salah satu bahan pakan
yang diduga dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk ikan kerapu

adalah protein sel tunggal dari hasil samping produksi MSG. MSG dibuat melalui
proses fermentasi dari bahan tetes tebu (molasses) dan dektrose oleh bakteri
brevibacterium flavum. Proses produksi MSG ini menghasilkan hasil samping
yang terdiri atas molasses dan glukosa serta sisa biomass bakteri. Tepung protein
sel tunggal sebagai hasil samping produksi MSG sebagai sumber protein karena
memiliki kandungan protein tinggi dan mengandung asam amino yang lengkap.
Kandungan asam amino utama dari protein sel tunggal ini yaitu L-

glutamat yang merupakan jenis asam amino yang ada dalam protein yang dapat
meningkatkan laju konsumsi dan pertumbuhan. Di samping kaya akan asam
amino baik esensial maupun non esensial, hasil samping produksi MSG juga
memiliki kandungan bahan mineral yang sangat tinggi dan kandungan nutrien
yang lengkap, maka pemanfaatan tepung protein sel tunggal sebagai sumber
protein untuk bahan pakan diharapkan dapat mensubstitusi penggunaan protein
dari tepung ikan. Hasil analisis proksimat protein sel tunggal di Balai Besar Riset
Perikanan Budidaya Laut, Gondol mempunyai kandungan bahan kering 90,6%
protein 70,81%, lemak 5,60%, serat 1,30%, dan abu 3,30%.
Rumusan Masalah :
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apakah manfaat protein sel tunggal (PST) yang terdapat didalam pakan

terhadap ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola)?
2. Apakah pengaruh kandungan protein sel tunggal (PST) terhadap Ikan kerapu
pasir (Epinephelus corallicola)?
Tujuan
Mengetahui pemanfaatan tepung protein sel tunggal sebagai substitusi
tepung ikan dalam ransum pakan buatan untuk benih ikan kerapu pasir
(Epinephelus corallicola).

II. Pembahasan
Hasil penelitian Marzuki et al., 2010, menunjukkan bahwa pertumbuhan
ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola) dari masing-masing perlakuan terlihat
hampir sama dengan pertambahan tepung protein sel tunggal sebagai substitusi
tepung ikan. Pada akhir penelitian perkembangan bobot yang terendah dari pakan
lainnya adalah ikan yang diberi pakan dengan kandungan PST 20%. Pakan
dengan kandungan PST 0% (pakan kontrol) memberikan persentase pertambahan
bobot yang tertinggi dari perlakuan yang lainnya, namun tidak berbeda nyata
(P>0,05) dengan kandungan PST 5%, 10%, dan 15% sedangkan kandungan PST
sebesar 20% menghasilkan pertumbuhan yang paling rendah yaitu dengan bobot
akhir sebesar 46,08 g atau ikan dapat tumbuh sebesar 164,86% dan mempunyai
laju pertumbuhan spesifik sebesar 1,160% bw/hari. Bila dibandingkan dengan

perlakuan pakan kontrol, maka kandungan PST 5%, 10%, 15%, 20% mengalami
penurunan pertumbuhan ikan masing-masing sebesar 13,7%; 0,81%; 2,73% dan
9,19%. Dari nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung protein sel tunggal
sebagai hasil akhir dari limbah pembuatan monosodium glutamat (MSG) dalam
pakan buatan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan pada ikan
kerapu pasir.
Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa tepung ikan sebagai
sumber protein bagi yuwana ikan kerapu pasir dapat disubstitusi dengan sumber
protein dari tepung protein sel tunggal sampai batas 15% dalam pakan. Protein sel
tunggal dari limbah pabrik MSG ini mempunyai kandungan protein yang cukup
tinggi karena sumber protein merupakan hasil fermentasi oleh bakteri
Brevibacterium flavum pada media mollase dan dektrose menghasilkan MSG.
Pemanfaatan protein untuk pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh ukuran ikan,
kualitas protein, kandungan energi pakan, keseimbangan gizi, dan tingkat
pemberian pakan (Furnichi, 1988).
Nilai efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot badan
dengan jumlah pakan yang dikomsumsi pada ikan kerapu pasir. Efisiensi pakan
pada penelitian ini menunjukkan pakan dengan kandungan PST 0% (pakan
kontrol) sampai 15% mengalami peningkatan dan mulai menurun pada kandungan


PST sebesar 20% dalam pakan. Efisiensi pakan pada ikan yang diberi pakan
dengan kandungan PST 5% sampai 15% memberikan nilai yang hampir sama dan
tidak berbeda nyata dengan pakan kontrol (P>0,05). Pada peningkatan kandungan
PST sebesar 20% maka efisiensi paka mengalami penurunan (P