Analisis Spatial Penggunaan Lahan terhad

AGRISILVIKA
Volume 1, Nomor 2, September 2017
Halaman: 22-30

ISSN: 2549-5100

Analisis Spatial Penggunaan Lahan terhadap Usahatani Padi
Sawah untuk Mengidentifikasi Ketersediaan Lahan dalam
Rangka Pencapaian Ketahanan Pangan: Studi Kasus
Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah
Spatial analysis of land use for rice field farming to identify land availability in
achieving food security: case study of East Barito, Central Kalimantan
Andy Bhermana1,Sri Agustini1,*, Sandis Wahyu Prasetiyo1
1

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah.Jalan G. Obos km 5, Palangka RayaKalimantan Tengah 73111.*email: andybhermana@yahoo.com; agustini_31@yahoo.com.
Manuskrip diterima:19 September 2017. Revisi disetujui: 27 September 2017.

Penyusunan suatu perencanaan wilayah dan tata ruang pertanian beserta kebijakan yang diprogramkan
bertitik tolak dari informasi sumberdaya lahan yang tersedia.Perencanaan penggunaa lahan untuk
pengembangan pertanian di wilayah kabupaten Barito Timur sangat diperlukan mengingat

ketersediaan potensi sumberdaya lahan yang dimiliki khususnya luas wilayahnya.Tujuan dari studi ini
adalah untuk menyusun suatu informasi spasial ketersediaan lahanyang terintegrasi ke dalam sistem
informasi geografis (GIS) berbasis sumberdaya lahan untuk mendukung program pencapaian
ketahanan pangan.Aplikasi teknologi GIS dan penginderaan jauh diaplikasi dalam studi ini dengan
menggunakan pendekatan evaluasi kesesuaian lahan dan analisis spasial untuk tanaman padi. Hasil
identififikasi penginderaan jauh berdasarkan interpretasi citra satelit secara spasial menunjukan areal
pertanaman padi di wilayah Barito Timur secara keseluruhan masih sangat sedikit yaitu hanya seluas
8.887 Ha (2,32%).Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi dengan
mempertimbangkan areal pertanaman padi yang sudah eksis maka dapat dijelaskan secara spasial
bahwa ketersediaan lahan untuk pengembangan padi mencapai luasan 37.560 Ha (9,80%) dari total
wilayah Barito Timur.
Kata kunci: Barito Timur, ketersediaan lahan, perencanaan wilayah.
Preparation of a regional planning and spatial agriculture as well as policy programmed starting from
the available land resource information.Land use planning for agricultural development in the area of
Barito Timur district is very necessary given the availability of the potential of land resources owned,
especially its area.The purpose of this study was to compile an integrated spatial information of land
availability into a land-based geographic information system (GIS) to support food security
achievement programs.Application of GIS technology and remote sensing was applied in this study
using land suitability evaluation approach and spatial analysis for rice field.The result of remote
sensing identification based on spatial satellite imagery interpretation showed that the area of rice field

in East Barito area as a whole is still very small, that is only 8,887 hectares (2.32%). Land availability
evaluation for rice field development in east Barito based on consideration existing rice field, then
new rice field reaches 37,560 hectaresor 9.0%.

BHERMANA DKK –Identifikasi Pengembangan Usahatani Padi

23

Key words: East Barito, land availability, regional planning.
PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE

Program ketahanan pangan merupakan salah
satu isu strategis pembangunan pertanian dalam
upaya mewujudkan kemandirian pangan yang
berdampak positif terhadap kesejahteraan petani
dan rakyat. Salah satu bentuk dukungan teknis
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
adalah penyediaan data dan informasi

sumberdaya lahan yang dapat dijadikan sebagai
acuan
dalam
penyusunan
perencanaan
penggunaan lahan dan pengelolaan wilayah
pengembangan pertanian tanaman pangan
(Sulaeman et al. 2015; Rossiter, 2004).
Kabupaten Barito Timur dengan luas wilayah
hanya 383.400 Ha atau 2,49% dari total luas
wilayah Kalimantan Tengah mampu memberikan
kontribusi untuk regional provinsi dalam
penyediaan pangan dengan kemampuan produksi
padi sebesar 32.721 ton atau 3,66% dari total
produksi sebesar 893.202 ton di tahun 2015 (BPS
Provinsi Kalimantan Tengah, 2016). Hal ini
mengindikasikan bahwa wilayah ini memiliki
potensi untuk pengembangan padi dimasa
mendatang. Salah satu potensi sumberdaya
biofisik lingkungan yang dapat dikelola untuk

kepentingan pencapaian ketahanan pangan
adalah ketersediaan sumberdaya lahan.
Wilayah Kabupaten Barito Timur memiliki
data dan informasi sumberdaya lahan yang cukup
bagus.Namun, belum sepenuhnya mampu
memberikan informasi lebih rinci mengenai data
ketersediaan lahan yang sesuai dengan
kemampuan
dan
kesesuaiannya
untuk
mendukung pemanfaatan lahan pertanian
khususnya untuk usahatani padi sawah.Data dan
informasi ketersediaan lahan mencakup luasan
dan sebaran geografis dalam hal ini sangat
diperlukan sebagai acuan dan dasar pertimbangan
dalam penyusunan perencanaan penggunaan
lahan (land use planning) (Amdam, 2011; Amler
et al. 1999).
Tujuan dari studi ini adalah untuk menyusun

suatu informasi spasial ketersediaan lahan yang
terintegrasi ke dalam sistem informasi geografis
(GIS) berbasis sumberdaya lahan untuk
mendukung program pencapaian ketahanan
pangan.

Lokasi studi
Pelaksanaan studi difokuskan di wilayah
Barito Timur merupakan wilayah administrasi
kabupaten yang terletak paling timur di Provinsi
Kalimantan Tengah dan berbatasan langsung
dengan provinsi Kalimantan Selatan.Luas
keseluruhan wilayah ini mencapai 383.400 Ha,
dengan posisi geografis terletak pada koordinat
114˚55’44”- 115˚26’38” Bujur Timur dan
1˚39`10” - 2˚22`8” Lintang Selatan (Gambar 1).
Bahan
Bahan yang digunakan dalam kajian ini
sebagian besar berupa data dan informasi yang
tersaji dalam format spasial berupa peta-peta

dasar seperti peta tanah, peta agroklimat, peta
sistem lahan, peta rupa bumi, dan peta
administrasi. Pada penyusunan peta penggunaan
lahan (liputan lahan) digunakan data citra yang
diakses dari Landsat 7ETM+ dan Landsat 8
dengan waktu perekaman yang dipilih dan
disesuaikan dengan persentase ketertutupan awan
yang relatif kecil dan kualitas data yang cukup
baik. Informasi penunjang yang diperlukan
adalah data persyaratan tumbuh tanaman padi
untuk kepentingan evaluasi lahan.Seluruh data
disusun pada skala tinjau (reconnaissance)
1:250.000 dengan mempertimbangkan bahwa
informasi yang dihasilkan ditujukan untuk
kepentingan perencanaan yang dapat diterapkan
untuk tingkat regional (Aubert, 1981; Webster,
1981, FAO 1985; Abdullah, 1993; Baja, 2012).
Prosedur pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara
deskwork study dan field survey. Kegiatan

deskwork
study
dilaksanakan
untuk
mengkompilasi, analisis data, dan menyusun
informasi. Sedangkan field survey dilakukan
untuk memberikan validasi output berdasarkan
hasil deskwork study. Aplikasi teknologi
penginderaan jauh dan GIS digunakan untuk
penyediaan data primer citra satelit dan untuk
kepentingan analisis spasial dalam rangka
penyusunan system infomasi berbasis kebumian
sebagai produk akhir dari kegiatan ini.

24

AGRISILVIKA 1 (2) : 22-30, September 2017

Gambar 1. Lokasi studi di Barito Timur.


Gambar 2. Diagram alir tahapan penyusunan data spasial pengembangan pertanaman padi di Barito
Timur.

BHERMANA DKK –Identifikasi Pengembangan Usahatani Padi

Metode pendekatan yang digunakan dalam
kajian studi ini meliputi pendekatan evaluasi
lahan untuk menentukan kesesuaian lahan
tanaman padi sawah berdasarkan persyaratan
tumbuh tanamannya (Dent& Young, 1981;
Balittanah, 2003). Hasil dari evaluasi lahan
dikonversi ke dalam format spasial sebagai
bagian dari GIS (Martin, 1996). Prosedur
interpretasi citra satelit digunakan untuk
menyusun
klasifikasi
penggunaan
lahan
pertanaman padi sawah melalui serangkaian
image processing (Martin & Saha, 2009). Lebih

lanjut, interpretasi citra digunakan untuk
mengidentifikasi
dinamika
spasial
pola
penggunaan lahan untuk padi sawah selama
kurun waktu lima tahun terakhir (2012-2016).
Selanjutnya teknik overlay terhadap beberapa
data spasial dan visual interpretation digunakan
dalam proses analisis spasial untk penyusunan
peta ketersediaan lahan dan rekomendasi arahan
kebijakan
pewilayahan
pengembangan
komoditaspadi di wilayah Barito Timur (Gambar
2).
HASIL
Kondisi biofisik lingkungan. Wilayah
kabupaten Barito Selatan terbagi menjadi dua
tipologi lahan yaitu tipologi lahan lahan kering

yang tersebar secara geografis di bagian tengah
mengarah ke utara dan tipologi lahan basah yang
terdapat di bagian selatan.Tipologi lahan kering
di wilayah ini memiliki karakterisik yang
sebagian besar besar terdiri dari tanah-tanah tua
yang sudah banyak mengalami pencucian
sehingga memiliki tingkat kesuburan yang
rendah dengan diperberat dengan ketiadaan
bahan pembaharu.Sedangkan pada lahan-lahan
basah seperti rawa gambut dan lahan pasang
surut faktor pembatas untuk kesuburan tanah
adalah kemasaman tanah yang
sangat
tinggi.Tanah-tanah marginal yang terdapat di
wilayah Barito Timur pada umumnya bukan
merupakan faktor pendukung yang baik untuk
pengembangan pertanian.
Beberapa ordo tanah yang dijumpai di wilayah
Barito Timur berdasarkan hasil pre-eliminary
study terdapat meliputi: Entisols, Inceptisols,

Spodosols, Alfisols, Ultisols, dan Histosols

25

(Puslittanak, 1995; Puslitanak, 2000).Tanahtanah yang berkembang dari batuan sedimen
masam seperti Inceptisols dan Ultisols banyak
mendominasi kawasan-kawasan lahan kering
sedangkan di bagian selatan pada umumnya jenis
tanah mineral yang dijumpai pada kawasan
pasang surut terbentuk dari bahan endapan marin
seperti Entisols. Jenis tanah lainnya yang juga
dijumpai di bagian selatan wilayah ini adalah
keberadaan tanah organik yang berkembang dari
lapukan bahan organik sisa jaringan tumbuhan
dimasa lampau dikenal dengan tanah gambut
berasal dari ordo Histosols.
Agroklimat. Geografi Kalimantan Tengah
berada dekat garis khatulistwa sehingga wilayah
ini mendapat penyinaran matahari yang cukup
sepanjang tahun dengan rata-rata suhu minimum
22,6 °C dan suhu maksimum 32,08 °C.Perbedaan
suhu antar lokasi relatif kecil dan hanya
dibedakan oleh perbedaan altitude. Suhu relatif
pada siang hari berkisar antara 26 °C – 30 °C
sedangkan pada malam hari 15°C – 26 °C.
Rejim suhu tanah termasuk ke dalam
kelompok isohypertermic dimana suhu tanah
pada kedalaman 50 cm lebih panas dari 22 °C
sedangkan rejim kelembaban termasuk udik
(lembab) dikarenakan wilayah ini tergolong iklim
tropis basah dengan curah hujan merata
sepanjang tahun. Sedangkan pada bulan terkering
kondisi tanah masih memiliki kelembaban yang
cukup untukmenutupi evapotranspirasinya.
Hasil pantauan terakhir BMKG (2017) hingga
tahun 2017 intensitas hujan bulanan di wilayah
Barito Timur tergolong sedang dengan kisaran
100-150 mm/bulan. Rata-rata curah hujan
berdasarkan hasil rekaman data stasiun
pengamatan Buntok adalah 2.349 mm dengan
kelembaban 85,51%. Berdasarkan klasifikasi
iklim Schimdt-Ferquson, wilayah Kalimantan
Tengah termasuk ke dalam tipe hujan A dengan
kriteria biofisik kawasan sangat basah dengan
vegetasi hutan hujan tropika. Sedangkan
berdasarkan klasifikasi iklim Koppen wilayah ini
termasuk ke dalam tipe iklim Afa yang dicirikan
dengan beriklim tropis, suhu rata-rata tahunan
pada bulan terdingin >18 oC dan pada bulan
terkering curah hujan masih diatas 60 mm/bulan.
Hasil identifikasi spasial terhadap peta zona
agroklimat (Oldeman et al. 1980), wilayah Barito

26

AGRISILVIKA 1 (2) : 22-30, September 2017

Timur terbagi menjadi dua zona utama yaitu zona
B1 di bagian tengah mengarah ke utara dan zona
C2 di bagian selatan. Zona B1 memiliki jumlah
bulan basah berturut-turut 7-9 bulan sedangkan
zona C2 hanya 5-6 bulan dengan jumlah bulan
kering kurang dari dua bulan sampai tiga bulan
untuk masing-masing zona yang ada.
Identifikasi
spasial
pertanaman
&
pengembangan padi. Hasil interpretasi data citra
yang telah diklasifikasi berdasarkan objek yang
telah ditentukan dan divalidasi melalui verifikasi
lapangan selanjutnya disusun dan dituangkan
kedalampeta digital yang menyajikan informasi
spasial mengenai pola sebaran geografis areal
pertanaman padi yang terdapat di wilayah Barito
Timur (Gambar 3). Hasil identifikasi spasial
secara deskriptif dapat dijelaskan areal
pertanaman padi di wilayah Barito Timur secara
keseluruhan masih sangat sedikit yaitu hanya
seluas 8.887 Ha atau 2,32% dari luas total
wilayah Barito Timur.
Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan,
delineasi wilayah berdasarkan unit-unit lahan
yang sesuai untuk pengembangan usahatani padi
tersebar di bagian sebelah utara danselatan
wilayah Barito Timur dengan luas keseluruhan
mencapai 40.712 Ha (10,62%) (Gambar 4).
Perencanaan wilayah pengembangan padi.
Hasil analisis spasial melalui teknik overlay
dalam lingkungan GIS antara data spasial untuk
wilayah peruntukan lahan berdasarkan hasil
evaluasi lahan dengan sebaran areal pertanaman
padi hasil interpretasi citra satelit menghasilkan
informasi pola spasial ketersediaan lahan untuk
pengembangan usahatani padi di Barito Timur
(Gambar 5). Luas total wilayah untuk penyediaan
lahan yang berpotensi untuk pengembangan padi
mencapai 37.560 Ha (9,80%) dengan pola
sebaran geografis yang tidak berbeda dengan
alokasi peruntukkan lahan untuk pengembangan
padi (Gambar 4).
PEMBAHASAN
Karakteristik topografi wilayah Barito Timur
banyak didominasi oleh wilayah-wilayah yang
datar mulai dari bagian selatan mengarah ke
tengah dan terus ke bagian barat hingga timur.
Pada bagian tengah mulai dijumpai perbukitan
dengan variasi kisaran lereng dengan tingkat

kecuraman yang meningkat ke arah bagian utara.
Informasi topografi dan bentuk wilayah
(landform) sangat penting dalam analisis potensi
wilayah karena berhubungan dengan karakteristik
tanah dan sifat-sifat lingkungan biofisik lainnya
(Djaenudinet et al. 2002). Kelerengan (slope)
merupakan bagian penting dari topografi yang
dapat dijadikan dasar dalam menentukan tipe
pemanfaatan lahan untuk pertanian (Altiery,
1987).
Kombinasi rejim suhu dan kelembaban dapat
dijadikan
dasar
dalam
mengklasifikasi
lingkungan di mana tanaman-tanaman tertentu
dapat tumbuh dengan baik. Kondisi agroklimat
secara umum di wilayah ini memiliki tingkat
kesesuaian yang sesuai dengan persyaratan
tumbuh tanaman (crop requirement) untuk
komoditas padi (Balittanak, 2003).
Luas areal pertanaman padi di Barito sangat
kecil disebabkan oleh kondisi biofisik lingkungan
yang didominasi oleh tipologi yang tidak
mendukung karena tingkatan kesuburan yang
rendah.Sebagian besar wilayah ini masih
didominasi oleh kawasan hutan, rawa gambut
dan sisanya berupa areal pertambangan dan
kawasan pemukiman penduduk. Suriadikarta &
Satriadi (2007) mengemukakan bahwa kawasankawasan yang dikelola untuk usahatani padi
terdapat pada lahan-lahan basah yang jenuh air
dan terbentuk dari endapan sungai seperti tanahtanah Aluvial. Namun demikian, luas areal
pertanaman yang masih relatif sangat sedikit
maka wilayah Barito Timur memiliki potensi
ketersediaan lahan untuk pengembangan
komoditas tanaman pangan khususnya padi.Hal
ini dapat dijelaskan bahwa kawasan-kawasan
yang berada di sekitar jalur aliran sungai masih
berpeluang untuk prospek pembukaan lahan dan
cetak sawah baru di masa mendatang.
Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi
dilakukan terhadap unit-unit lahan yang sudah
merepresentasikan
data
dan
informasi
sumberdaya lahan dan iklim. Hasil penilaian
klasifikasi kesesuaian lahan terhadap masingmasing unit lahan selanjutnya disusun dan
diintegrasikan ke dalam format spasial. Aplikasi
teknologi GIS digunakan dalam prosedur
evaluasi lahan khususnya untuk pemetaan dan
analisis pewilayahan (Malczewski, 2004).

BHERMANA DKK –Identifikasi Pengembangan Usahatani Padi

Gambar 3. Sebaran areal pertanaman padi di Barito Timur.

Gambar 4. Wilayah peruntukan lahan untuk pengembangan pertanaman padi di Barito Timur.

27

28

AGRISILVIKA 1 (2) : 22-30, September 2017

Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi
dilakukan terhadap unit-unit lahan yang sudah
merepresentasikan
data
dan
informasi
sumberdaya lahan dan iklim. Hasil penilaian
klasifikasi kesesuaian lahan terhadap masingmasing unit lahan selanjutnya disusun dan
diintegrasikan ke dalam format spasial. Aplikasi
teknologi GIS digunakan dalam prosedur
evaluasi lahan khususnya untuk pemetaan dan
analisis perwilayahan (Malczewski, 2004).
Hasil identifkasi spasial menunjukkan bahwa
delineasi wilayah ini memiliki prospek untuk
pengembangan mengingat kawasan-kawasan
yang sesuai terdapat pada jalur aliran sungai
dimana ketersediaan sumberdaya air cukup
mendukung dengan menambahkan input
pengelolaan tata air yang sesuai dengan kondisi
biofisik lingkungan setempat. Keberadaan sistem
jaringan sungai juga dapat dimanfaatkan sebagai

jalur transportasi selain didukung keberadaan
pusat atau kawasan pemukiman penduduk yang
sebagian besar umumnya sudah bermukim di
sekitar jalur-jalur aliran sungai.
Penyusunan suatu perencanaan wilayah dan
tata ruang pertanian beserta kebijakan yang
diprogramkan bertitik tolak dari informasi
sumberdaya lahan yang tersedia.Informasi
ketersediaan lahan merupakan data esensial
dalam
penyusunan
perencanaan
melalui
pemilihan wilayah-wilayah yang berpotensi
(Susanto
&
Sirappa,
2007).Ketersediaan
informasi sumberdaya lahan menjadi hal yang
penting dalam menentukan pengambilan
kebijakan sehingga sasaran untuk pencapaian
program ketahanan pangan yang berkelanjutan
dapat dilaksanakan secara optimal di Kabupaten
Barito Timur.

Gambar 5. Ketersediaan lahan untuk pengembangan pertanaman padi di Barito Timur.

BHERMANA DKK –Identifikasi Pengembangan Usahatani Padi

Hasil
identifikasi
spasial
berdasarkan
informasi sebaran areal pertanaman padi
(Gambar 3), menjelaskan bahwa bentuk
intervensi berupa pemanfaatan lahan untuk
usahatani padi pada wilayah ini secara relatif
masih sangat sedikit yaitu hanya 3.152 Ha atau
7,74% dari total luas alokasi peruntukan lahan
untuk pengembangan padi. Dengan memberikan
input teknologi spesifik lokasi yang sesuai maka
wilayah ini memiliki prospek tidak hanya sebagai
lahan-lahan cadangan tetapi juga untuk bagian
tahapan perluasan areal tanam melalui program
ekstensifikasi pertanian khususnya tanaman
pangan (Ritung et al. 2004). Konsep alokasi
penyediaan lahan yang rasional berdasarkan
kesesuaian lahan dan keberlanjutan (sustainable)
diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan
dalam
penyusunan
program-program
pembangunan pertanian berbasis usahatani
berbasis padi.
SIMPULAN
Informasi
ketersediaan
lahan
untuk
pengembangan usahatani padi merupakan data
esensial dalam penyusunan konsep perencanaan
wilayah yang mengacu pada kesesuaian
lahannya.Penyediaan data terkini secara rasional
diperoleh dengan menggunakan teknologi
penginderaan jauh dan sistim informasi geografis
dengan pendekatan konsep evaluasi kesesuaian
lahan. Luas wilayah ketersediaan lahan untuk
pengembangan padi di Barito Timur mencapai
37.560 Ha (9,80%). Dengan dukungan masukan
teknologi spesifik lokasi yang sesuai maka
wilayah ini memiliki prospek tidak hanya sebagai
lahan-lahan cadangan namun juga untuk bagian
tahapan perluasan areal tanam melalui program
ekstensifikasi pertanian khususnya tanaman
pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Altiery MA. 1987. Agroecology: the scientific
basis of alternative agriculture. Westview Pr,
London.

29

Amdam J. 2011. Flexibility in regional planning.
Di dalam: Rural and regional planning and
development at the 3rd world planning
schools congress. Volda University College,
Perth, 4-8 July 2011.
Amler B, Betke D. Eger H, Ehrich C. Hpesle U,
Kohler U, Kusel C, Lossau Av, Lutz W,
Muller U, Schwedersky T, Seldemann S,
Slebert M, Trux A, Zimmermann W. Land use
planning methods, strategies and tools.
Deutsche Gesellachaft fur Technische
Zusammenarbelt (GTZ), Eschborn.
Aubert G. 1981. Soil survey: different types and
categories. In: Soil resource inventories and
development planning, proceedings of
workshops at Cornell University 1977-1978.
Technical monograph no. 1. Soil management
support services. P: 17-25.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG). 2017. Peta Analisis Curah Hujan
Juli 2017. BMKG, Jakarta.
Baja S. 2012. Perencanaan tata guna lahan
dalam pengembangan wilayah: pendekatan
spasial dan aplikasinya. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Djaenudin D, Hendrisman M, Hidayat A,
Subagyo H. 2003. Petunjuk teknis evaluasi
lahan untuk komoditas pertanian. Balai
Penelitian Tanah (Balittanah), Bogor.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan
Tengah. 2016. Kalimantan Tengah dalam
angka 2016. BPS Kalteng, Palangka Raya.
Chauhan HB, Nayak S. Land use/land cover
changes near HAzira region, Gujarat using
remote sensing satellite data. J Indian Soc
Remote 33 (3): 413-420.
Dent D, Young A. 1981. Soil survey and land
evaluation. Georg Allen & Unwin Pr, London.
Djaenudin D, Sulaeman Y, Abdurrachman A.
2002. Pendekatan pewilayahan komoditas
pertanian menurut pedo-agroklimat di
kawasan timur Indonesia. J Litbang Pert 21
(1): 1-10
Food and Agriculture Organization of the United
Nations (FAO). 1985. Guidelines: land
evaluation for irrigated agriculture. FAO Soil
Bulletin, 55. FAO, Rome.

30

AGRISILVIKA 1 (2) : 22-30, September 2017

Malczewski J. 2004. GIS-based land-use
suitability analysis: a critical overview. Prog
Plan 62: 3–65.
Martin D, Saha SK. 2009. Land evaluation by
integrating remote sensing and Gis for
cropping system analysis in a watershed. Curr
Sci 96 (4): 569-575.
Martin D. 1996. Geographic information system
socioeconomic applications. 2nd ed. Routledge,
London.
Oldeman LR. Irsal L, Muladi. 1980. Agroclimatic map of Kalimantan. Central Research
Institute for Agriculture, Bogor.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
(Puslittanak). 2000. Atlas sumberdaya tanah
eksplorasi Indonesia, skala 1:1.000.000.
Badan Penelitian Pengembangan Pertanian
(Badan Litbang Pertanian), Jakarta.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
(Puslittanak).
1995.
Peta
potensi
pengembangan
pertanian
Provinsi
Kalimantan Tengah Skala 1:500.000. Badan
Penelitian Pengembangan Pertanian (Badan
Litbang Pertanian), Jakarta.
Ritung S, Mulyani A, Kartiwa B, Suhardjo H.
2004. Peluang perluasan lahan sawah. Di
dalam: Fahmuddin A, Adimihardja A,
Hardjowigeno S, Fagi AM, Hartatik W (eds).
Tanah sawah dan teknologi pengelolaannya.
Pusat Penelitian & Pengembangan Tanah &
Agroklimat (Puslitbangtanak), Bogor.Hal:
258-282.
Rossiter DG. 2004. Digital soil resource
inventories: status and prospects. Soil Use
Manage 20 (3): 296-301.
Sulaeman Y, Ropik S, Bachri S, Sutriadi MT,
Nursyamsi D. 2015. Sistem informasi
sumberdaya lahan pertanian Indonesia: status
terkini dan arah pengembangan ke depan. J
Sumberdaya Lahan 9 (2): 121-140.
Suriadikarta DA, Sutriadi MT. 2007. Jenis-jenis
lahan berpotensi untuk pengembangan
pertanian di lahan rawa. J Litbang Pert 26 (3):
115-122.
Susanto AN, Sirappa MP. 2007. Karakteristik
dan ketersediaan data sumber daya lahan
pulau-pulau
kecil
untuk
perencanaan
pembangunan pertanian di Maluku. J Litbang
Pert 26 (2): 41-53.

Webster R. 1981. Soil survey: its quality and
effectiveness. In: Soil resource inventories
and development planning, proceedings of
workshops at Cornell University 1977-1978.
Technical monograph no. 1. Soil management
support services. P: 53-62.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63