Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Pro

A. Judul

: Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Bali Berdasarkan

Analisis Anggaran dan Value For Money Tahun Anggaran 2008-2011.
B. Latar Belakang Masalah
Indonesia mulai berbenah sejak terkena krisis ekonomi pada awal tahun
1996 dan puncak dari krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997. Pemerintah mulai
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menjadi solusi untuk mengatasi dampak
dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Kebijakan pemerintah untuk
mengubah sistem pemerintahan yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi
menjadi desentralisasi diharapkan dapat meringankan beban pemerintah pusat
didalam membiayai pemerintah daerah dan memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah secara mandiri dengan
harapan pemerintah darah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hal ini
juga didukung dengan dikelurkannya UU No.22 Tahun 1999 (kemudian menjadi
UU No.32 Tahun 2004) tentang pemerintahan daerah dan UU Nomor 25 Tahun
1999 (kemudian menjadi UU No.33 Tahun 2004) tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Kebijakan tersebut berdampak pada perkembangan sektor publik yang
sangat pesat, selain itu juga masyarakat saat ini menuntut agar adanya transparansi

dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Lembaga – lembaga
sektor publik saat ini mendapatkan tekanan untuk dapat melakukan efisiensi,
memperhitungkan biaya ekonomi dan sosial serta bertanggung jawab atas aktifitas
negatis yang dilaksanakan. Lembaga publik juga dituntut untuk dapat

1

mempersiapkan diri baik secara kelembagaan, sumber daya manusia, dan
teknologi untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi secara nyata.
Untuk mendukung transparansi, akuntabilitas dan tingkat kesuksesan
pemerintah didalam melaksanakan kinerjanya harus diukur. Penyusunan anggaran
pada organisasi sektor publik dapat membantu mewujudkan akuntabilitas, karena
anggaran dapat dijadikan standar atas kegiatan dan pengukuran kinerja pada
organisasi sektor publik. “Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan
bahwa uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan
bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan
efektif” (Mardiasmo 2002:121).
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan rancangan
keuangan pemerintah daerah dalam periode satu tahun anggaran didalam
melaksanakan kewenangan pemerintahan. Didalam pengukuran kinerja keuangan

tidak dapat lepas dari tiga siklus utama pengelolaan keuangan daerah, yaitu :
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ketiga proses tersebut tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya karena ketiganya merupakan satu kesatuan dari
pengelolaan keuangan daerah. Fokus kinerja berbasis anggaran sebenarnya adalah
untuk mengetahui kinerja keuangan daerah, yaitu seberapa besar efisiensi dan
efektifitas pengelolaan keuangan daerah.
Bali merupakan salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia, perubahan
sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi membuat pemerintah
daerah Provinsi Bali harus mengikuti peraturan yang telah tertuang didalam
undang – undang. Bali diharapkan dapat mengelola daerahnya sendiri secara

2

mandiri baik pengelolaan sumberdaya alam dan sumber daya manusianya
sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Bali. Hak
pengelolaan atas sumber daya yang terdapat di Bali yang diberikan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah Provinsi Bali harus menjujung tinggi transparansi
dan akuntabilitas terhadap publik. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran
kinerja pemerintahan, menurut Nurliza Kartika dalam buku akuntansi keuangan
daerah (Abdul Halim, 2002: 5) agar pengelolaan dana masyarakat dapat dilakukan

secara lebih transparan, ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel, kiranya
pemerintahan daerah harus menggunakan konsep value for money dalam
mengelola keuangan dana masyarakat. Pandangan ini juga didukung oleh Iskandar
Herbanu (Abdul Halim, 2002: 27) yang menyatakan “Dalam konteks otonomi
daerah value for money merupakan jembatan untuk menghantarkan pemerintah
daerah mencapai good governance. Value for money harus dioperasionalkan
dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah”.
Menurut (Abdul Halim, 2002: 15) beberapa manfaat yang diberikan
didalam menerapkan konsep value for money ;
1. Efektifitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan
tepat pada sasaran.
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.
3. Dengan

menghilangkan

inefisiensi

dalam


seluruh

kegiatan

pemerintah maka biaya pelayanan publik akan menjadi murah dan
selalu dilakukan penghematan dalam pemakaian sumber dana.

3

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.
5. Meningkat publik cost awareness sebagai akar dari akuntabilitas
publik.
Meskipun value for money sangat dianjurkan didalam mengukur kinerja
organisasi sektor publik, penilaian kinerja berbasis anggaranpun harus tetap
dilakukan karena anggaran merupakan refleksi dari rencana keuangan jangka
pendek suatu organisasi, dan dari hasil penilaian kinerja berbasis anggaran dapat
digunakan dasar dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Bali Berdasarkan Value For

Money Tahun Anggaran 2008-2011.” Adapun beberapa rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini :
1. Bagaimanakah kinerja Pemerintah Provinsi Bali berdasarkan teknik
analisis anggaran?
2. Bagaimanakah kinerja Pemerintah Provinsi Bali berdasarkan konsep
value for money ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui kinerja Pemerintah Provinsi Bali berdasarkan teknik
analisis anggaran.
2. Untuk mengetahui kinerja Pemerintah Provinsi Bali dalam konsep
value for money..

4

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi kalangan akademisi

didalam menambah wawasan dan informasi mengenai kinerja keuangan
pemerintah daerah khususnya pemerintah provinsi Bali. Selain itu juga
penelitian ini dilakukan untk menambah refrensi bagi penelitian yang
terkait dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai
bahan pertimbangan bagi pemerintah provinsi Bali didalam mengevaluasi
kinerja keuangan pemerintah. Selain itu juga penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran pengaruh kinerja keuangan terhadap
pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi di
provinsi Bali, agar dimasa yang akan datang pemerintah lebih cermat lagi
didalam menyusun ataupun mengevaluasi kinerja keuangan pemerintahan.
E. Kajian Pustaka
E.1 Landasan Teori
E.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakukan akuntansi pada domain publik. Dpmain publik itu sendiri memiliki
wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah
publik bukan hanya disebabkan oleh jenis dan bentuk organisasi yang berada


5

didalamnya, akan tetapi karena kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi
lembaga publik sendiri memiliki pengertian yang bermacam – macam. Hal
tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik sehingga setiap
disiplin ilmu memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda – beda.
Menurut Abdul Halim (2002: 143), yang dimaksud dengan akuntansi
sektor publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan informasi
kuantitatif terutama bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan
keputusan ekonomi yang nalar dari pihak – pihak yang berkepentingan atas
berbagai alternatif arah tindakan. Sedangkan menurut Indra Bastian (2001: 6),
pengertian akuntansi sektor publik adalah mekanisme teknik dan analisis
akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga –
lembaga tinggi negara dan departemen dibawahnya, Pemerintah Daerah, BUMN.
BUMD, LSM, dan yayasan – yayasan sosial ataupun proyek – proyek kerja sama
sektor publik dan swasta.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat didefinisikan bahwa akuntansi
sektor publik merupakan suatu aktifitas penyediaan jasa oleh lembaga – lembaga
pemerintah dalam bentuk informasi pengelolaan dana masyarakat yang bersifat
keuagan guna pengambilan keputusan oleh pihak – pihak berkepentingan. Jadi

secara umum pengertian akuntansi sektor publik tidak jauh berbeda dengan
akuntansi bisni. Perbedaannya hanya pada jenis transaksi yang dicatat dan
penggunannya. Jenis transaksi pada akuntansi sektor publik adalah transaksi
keuangan pemerintah yag sebagaian memiliki karakteristik tersendiri yang
membedakan dengan akuntansi.

6

E.1.2 Pengertian Penilaian Kinerja
Kinerja dalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program kerja/ kegiatan/ kebijaksanaan dalam mewujudkan saran, tujuan, visi dan
misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi.
Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang
dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.
Larry D. Stout dalam Indra Bastian (2001: 329) mengungkapkan bahwa
pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur
pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplisment)
melalui hasil yang ditampilkan berupa produk jasa, ataupun proses suatu proses.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah, setiap kegiatan organisasi harus dapat
diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa

yang akan datang yang dituangkan dalam bentuk visi dan misi organisasi.
Sedangkan menurut James B. Whiteker dalam Indra Bastian (2001: 330),
pengukuran atau penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Tujuan dan manfaat dari penilaian kinerja yaitu :
1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk
mencapai prestasi.
2. Memastikan tercapainya skema prestasi yang telah disepakati.
3. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan membandingkan skema kerja
dan pelaksanaan.

7

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi
pelaksanaan yang telah diukur sesuai dengan pengukuran prestasi yang
telah disepakati.
5. Menjadi alat komunikasi antara bawahan dan atasan dalam upaya
memperbaiki prestasi organisasi.
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membangun pemahaman proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilaksanakan secara objektif.
9. Menunjukan peningkatan yang perludilakukan.
10. Mengungkap permasalahan yang terjadi.
E.1.3 Pengukuran Kinerja Dalam Organisasi Sektor Publik
Pengukuran kinerja organisasi sektor publik sangat penting dilakukan
untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan
pelayanan publik yang lebih baik. “Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan
menunjukkan bahwa uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan
menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis,
efisien, dan efektif” (Mardiasmo 2002:121). Pengukuran kinerja sektor publik
bertujuan untuk :
1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah, sehingga akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas organisasi sektor publik dalam memberikan
pelayanan publik.
2. Pengalokasian sumber dana dan pembuatan keputusan.

8

3. Mewujudkan


pertanggungjawaban

publik

yang

transparan

dan

memperbaiki kinerja kelembagaan yang terdapat dalam organisasi sektor
publik.
Oleh badan legislatif ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan
biaya pelayanan yang dibebankan kepada masyarakat penggunan fasilitas sektor
publik.
E.1.4 Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Sistem pengukuran kinerja sektor publik merupakan sitem yang bertujuan
untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui
alat ukur finansial dan nonfinalsial. Mardiasmo (2002: 112) menyatakan bahwa
tujuan sistem pengukuran kinerja adalah :
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan
bottom up)
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi yang telah di
rencanakan.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah
dan bawah serta memotivasi untuk mencapai good governance.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual
dan kemampuan kolektif yang rasional.
E.1.5 Pengertian Value for Money
Organisasi sektor publik sering dikatakan sebagai organisasi yang
inifisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana dan institusi yang selalu merugi.

9

Hal ini terjadi karena tidak adanya transparansi publikasi pertanggungjawaban
didalam penggunaan dana. Oleh karena itu perlu dilakukannya pengukuran
terhadap kinerja organisasi sektor publik, Mardiasmo (2002: 4) menyatakan
bahwa falue for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik
yang mendasarkan pada tiga elem utama, yaitu : ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas.
1. Ekonomi, merupakan pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas
tertentu dengan harga terendah. Ekonomi merupakan perbandingan
masukan dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
2. Efisiensi, merupakan pencapaian output maksimum dengan input tertentu
atau penggunaan input terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar
kinerja atau target yang telah ditetapkan.
3. Efektifitas, merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target
yang telah ditentukan.
E.1.6 Pengukuran Value for Money
Dalam Mardiasmo (2002: 130) kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan
manajemen publik dewasa ini adalah ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi,
dan akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup
pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu ekonomis
(hemat cermat), dalam pengadaan dan pengalokasian sumber daya, efisien
(berdayaguna) dalam penggunaan sumber daya, maksudnya dengan menggunakan
sumber daya yang minimal dan hasilnya maksimal (maximizing benefits and

10

minimizing cost), serta efektif (berhasil guna) dalam artian mencapai tujuan dan
sasaran.
Agar dalam penilaian kinerja organisai sektor piblik dilakukan secara
objektif, maka diperlukan suatu indikator kinerja. Indikator kinerja yang bagus
harus terkait dengan efisiensi biaya dan kualitas pelayanan. Sementara itu,
kualitas terkait dengan kesesuaian dengan maksud dan tujuan, konsisten dan
kepuasan publik. Kepuasan publik dalam konteks tersebut dapat dilihat dari
berkurangnya keluhan masyarakat terhadap organisasi sektor publik. Mekanisme
penentuan indikator kinerja membutuhkan:
a.

Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi proses, prosedur, dan

struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan
dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai
komando.
b. Spesifikasi teknis dan standarisasi. Spesifikasi ini digunakan sebagai
ukuran kinerja kegiatan, program dan organisasi.
c.

.Kompetensi teknis dan profesionalisme. Personil yang memiliki

kompetensi dan professional merupakan jaminan dukungan dalam pekerjaan.
d. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar. Mekanisme ekonomi
terkait dengan pemberian reward dan punishment yang bersifat finansial.
e.

Sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya.

Mekanisme ini digunakan untuk memperbaiki kinerja personil dan organisasi.

11

E.1.7 Pengembangan Indikator Value for Money
Peranan indikator kinerja adalah menyediakan informasi pertimbangan
untuk pembuatan keputusan. Mardiasmo (2002: 130) mengemukakan, indikator
Value for Money dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Indikator alokasi biaya (ekonomis dan efisiensi),Ekonomis artinya
pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas tertentu pada harga
terbaik (spending less). Serta apa yang masuk ke dalam menyediakan
layanan, seperti biaya per jam pekerja perawatan atau sewa per meter
persegi akomodasi. Efisiensi artinya output tertentu dapat dicapai dengan
dengan sumber daya yang serendah-rendahnya (spending well).
2. Indikator kualitas pelayanan (efektifitas),Efektivitas artinya kontribusi
output terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
(spending wisely). Selain itu, efektivitas bisa berarti ukuran dari dampak
yang telah dicapai, yang dapat berupa kuantitatif atau kualitatif.Contohnya
termasuk berapa banyak orang dicegah membutuhkan perawatan
perumahan melalui menggunakan jasa rumah perawatan (kuantitatif), dan
umpan balik dari berbagai bagian masyarakat dengan pengaturan untuk
partisipasi penyewa (kualitatif). Hasil harus adil di masyarakat, sehingga
langkah-langkah efektivitas harus mencakup aspek modal, serta
kualitas. Keberlanjutan juga merupakan aspek yang semakin penting
efektivitas.

12

Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun
ekternal, pihak internal dapat menggunakan dalam rangka meningkatkan kuantitas
dan kualitas pelayanan serta efisiensi biaya. Dengan kata lain indikator kinerja
berperan untuk menunjukan, memberi indikasi atau memfokuskan perhatian pada
bidang yang relevan dilakukannya tindakan perbaikan. Pihak eksternal dapat
mengunakan indikator kinerja sebagai kontrol dan sekaligus sebagai informasi
dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik. Pembuatan dan penggunaan
indikator kinerja tersebut membantu setiap pelaku utama dalam proses
pengeluaran publik. Indikator kinerja akan membantu manajer publik untuk
memonitor pencapaian kinerja dan mengidentifikasi masalah yang penting.
Selain itu indikator kinerja akan membantu pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan anggaran dan mengawasi kinerja anggaran. Indikator
kinerja memudahkan bagi badan legislatif dalam mengkaji dan mengawasi alokasi
dan penggunan anggaran, khususnya melalui proses pembahasan pada sidangsidang.
E.1.8 Tiga Pokok Bahasan Dalam Indikator Value for Money
Mardiasmo (2002: 131) mengatakan bahwa pengembangan indikator
kinerja sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi,
efisiensi, dan efektifitas program dan kegiatan. Tiga konsep dasar Value for
Money atau yang dikenal dengan3E :
Ekonomi adalah hubungan antara pasar danmasukan (cost of input).
Dengan kata lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang atau jasa input
dengan tingkat kualitas tertentu dengan harga terbaik yang dimungkinkan

13

(spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan
yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan
tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dapat dikatakan ekonomis
ketika tidak terjadinya pemborasan pada saat pelaksanaan. Dengan demikian pada
dasarnya pengertian efisiensi dan ekonomis adalah sama karena kedua-duanya
menginginkan penghapusan atau penurunan biaya.
Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara outpun
yang dihasilkan dengan input yang diterima. Suatu kegiatan operasional dapat
dikatakan efisiensi ketika hasil kinerja yang direncanakan dapat tercapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya.
Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian
tujuan atau target kebijakan. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
dengan tujuan atau sasaranyang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan
efektif ketika proses kegiatan mencapai tujuan yang diinginkan.
Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak dari
output program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi outpun
yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka
semakin efektif proses kerja suatu organisasi.
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa ketiga pokok bahasan dalam
value for money sangat terkait satu dengan yang lainnya. Ekonomi membahas
mengenai input, efisiensi membahas tentang input dan output, dan efektivitas
membahas mengenai keluaran dan dampak (outcame).

14

E.1.9 Langkah-langkah Pengukuran Value for Money
1. Pengukuran Ekonomi
Dalam buku Mardiasmo (2002: 133) pertanyaan sehubungan dengan
pengukuran ekonomi adalah :
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh
organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang
sejenis yang dapat diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara
optimal?
Mohamad Mahsun (2006: 186) memberikan kriteria untuk mengukur
tingkat ke ekonomisan suatu organisasi sektor publik :
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% berarti ekonomis.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% berarti ekonomis berimbang.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% berarti tidak ekonomis.
2. Pengukuran Efisiensi
Mardiasmo (2002: 133) mengatakan bahwa efisiensi merupakan hal
penting dari tiga pokok bahasan value for money. Efisiensi diukur dengan rasio
antara outpun dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin
tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Output
Efisiensi =

Input

15

Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk
relatif. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan.
Maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara :
a. Meningkatkan output pada input yang sama.
b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
peningkatan input.
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.
Adapun kriteria efisiensi penilaian kinerja keuang sesuai dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 :
Tabel E.1 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan

Kriteria

100% keatas

Tidak Efisien

90% - 80%

Kurang Efisien

80% - 70%

Cukup Efisien

70% - 60%

Efisien

Kurang dari 60%

Sangat Efisien

Sumber : Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996
3. Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut telah dikatakan berjalan secara efektif. Efektivitas tidak menyatakan

16

tentang beberapa besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah program atau kegiatan tersebut telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun
1996, kriteria efektifitas penilaian kinerja keuangan adalah :
Tabel E.2 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan

Kriteria

100% keatas

Sangat Efektif

90% - 80%

Efektif

80% - 70%

Cukup Efektif

70% - 60%

Kurang Efektif

Kurang dari 60%

Tidak Efektif

Sumber : Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996
E.1.10 Pengertian Anggran
Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa yang akan datang
yang pada umumnya mencakup satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter.
Anggaran

merupakan

perencanaan

jangka

pendek

organisasi

yang

menterjemahkannya kedalam berbagai program rencana keuangan yang lebih
kongkret. Usulan anggaran biasanya ditelaah atau direview terlebih dahulu oleh
pejabat yang lebih tinggi untuk bisa dijadikan anggaran formal.
E.1.11 Pengukuran kinerja berbasis Anggaran
Menurut Mahsun (2006: 150) analisis selisih anggaran adalah teknik
pengukuran kinerja tradisional yang membandingkan antara anggaran dan

17

realisasi tanpa melihat keberhasilan program. Pengukuran kinerja ditekankan pada
input yaitu terjadinya overspending atau

underspending. Suatu organisasi

pemerintahan dikatan berhasil kenika dapat menyerap 100% dari anggaran
pemerintah walaupun hasil maupun dampak yang dicapai dari pelaksanaan
program tersebut masih jauh dibawah standar. Pengukuran kinerja berbasis
anggaran dilakukan dengan menilai selisih antara anggaran dan realisasinya.
E.1.12 Tahap-tahap Dalam Analisis Anggaran
Mahsun (2006: 154) menguraikan tahapan – tahapan dalam melakukan
analisis selisih anggaran :
1. Siapkan data anggaran dan laporan realisasinya
Data utama yang digunakan dalam analisis ini adalah APBD dan laporan
realisasinya sesuai dengan tahun anggaran yang digunakan. Data anggaran
memuat rencana – rencana penerimaan pendapatan, pengeluaran belanja,
dan pembiayaan dalam satu periode. Data laporan realisasi anggaran
memuat realisasi penerimaan pendapatan, pengeluaran belanja, dan
pembiayaan dalam satu periode. Pastikan item – item dalam laporan
realisasi anggaran sama dengan item – item pada rencana anggaran.
2. Bandingkan data – data realisasi dengan anggarannya untuk setiap item
yang sama. Item anggaran dibandingkan dengan item realisasi baik pada
pos pendapatan, belanja, maupun pembiayaan.
3. Hitung selisih anggaran.
Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menghasilkan selisih atau
penyimpangan. Selisih ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu selisih

18

penerimaan dan selisih pengeluaran sehingga dapat diketahui surplus atau
defisit anggaran.
4. Hitung persentase tingkat ketercapaian anggaran
Nilai

selisih

anggaran

yang

terjadi

dapat

dihitung

persentase

ketercapaiannya ini dilakukan pada pos – pos penerimaan maupun
pengeluaran.
5. Lakukan analytical procedur dengan membuat rasio – rasio kinerja.
Untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang kinerja organisasi
khususnya pure non profit organization

misalnya instansi pemerintah

(pemerintah daerah) maka dilakukan analytical procedure

dengan

pembuatan rasio – rasio kinerja. Rasio kinerja dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Rasio Kemandirian Daerah
Rasio ini ditujukan untuk mengukur kemampuan pemerintah
daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahannya
sendiri dengan membandingkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan subsidi pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman
daerah.
2) Rasio pajak daerah terhadap PAD
Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam
menghasilkan pendapatan pajak daerah.

19

3) Rasio restribusi terhadap PAD
Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah didalam
menghasilkan pendapatan dari restribusi daerah.
4) Rasio laba BUMD terhadap PAD
Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah didalam
mengahasilkan pendapatan dari bagian laba BUMD.
5) Rasio lain – lain PAD yang sah terhadap PAD
Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam
menghasilkan pendapatan dari lain – lain PAD yang sah.
6) Rasio belanja aparatur terhadap total belanja
Perbandingan rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi
belanja aparatur daerah terhadap total belanja yang dikeluarkan
pemerintah daerah.
7) Rasio belanja pelayanan publik terhadap total belanja
Perbandinga rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi
belanja pelayanan publik terhadap total belanja yang dikeluarkan
pemerintah daerah.
E.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Utami (2005) dengan judul “Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Gianyar
Ditinjau darisegi Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas Dalam Hunbungannya
dengan Pajak Hotel dan Restoran”. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kinerja Dinas Pendapatan Daerah Gianyar jika ditinjau dari segi ekonomi, terlihat
pada tahun 2004 tidak ekonomis dibandingkan tahun2003. Dilihat dari segi

20

Efisiensi pada tahun 2004 lebih efisien daripada tahun 2003, dan ditinjau dari segi
efektivitas tahun 2004 lebih efektif dibandingkan dengan tahun 2003. Penelitian
ini menggunakan teknik analisis audit ekonomi, rasio efisiensi, rasio efektivitas.
Supadmini (2005) dengan judul “Kinerja Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Karangasem ditinjau dari segi Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas
dalam hubungannya dengan penerimaan Pajak Galian Golongan C”. Teknik
analisis yang digunakan adalah audit ekonomi, rasio efisiensi, dan rasioi
efektivitas. Dengan hasil penelitiannya adalah kinerja Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Karangasem ditinjau dari segi ekonomis pada tahun 2004 lebih
ekonomis dibandingkan tahun 2003. Ditinjau dari segi efisiensi bahwa tahun 2003
lebih efisien daripada tahun 2004, dan ditinjau dari segi efektivitas tahun 2004
lebih efektif dibandingkan tahun 2003.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Raiwin (2005), meneliti mengenai
“Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng ditinjau dari segi
ekonomis, efektivitas, dan efisiensi dalam hubungannya dengan penerimaan Pajak
Daerah. Tekhnik analisis yang digunakan yaitu audit ekonomi, rasio efisiensi,
rasio efektivitas. Dan hasil dari penelitian yang dilakukan Raiwin yaitu Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng pada tahun 2004 tidak ekonomis
dibandingkan tahun 2003 jika dilihat dari segi ekonomi. Ditinjau dari segi
efisiensi, kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng tergolong sangat
efisien, dan ditinjau dari segi efektivitas kinerja Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Buleleng tergolong dalam kategori sangat efektif.

21

Dalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian sebelumnya
adalah cakupan dan waktu penelitian, dimana dalam penelitian sebelumnya hanya
meneliti kinerja pemerintah daerah kabupaten sedangkan penelitian ini mencakup
kinerja pemerintah provinsi bali tahun anggaran 2008-2011 pada saat
kepemimpinan Bapak Mangku Pastika. Walaupun sama – sama menggunakan
tekhnik analisis value for money tetapi terdapat pengembangan tekhnik analisis
dengan menambah tekhnik analisis berbasis anggaran.
F. Metode Penelitian
F.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Provinsi Bali, dipilihnya Provinsi
Bali sebagai lokasi. penelitian karena peneliti ingin mengetahui bagaimana
perkembangan Provinsi Bali didalam menjalankan pemerintahan dibawah rezim I
Made Mangku Pastika. Selain itu peneliti ingin ikut serta didalam mengawasi
kinerja Pemerintah Provinsi Bali terutama organisasi sektor publik yang terdapat
didalamnya.
F.2 Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
Pemerintah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2008 – 2011.
F.3 Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan didalam penelitian ini yaitu :
1. Penilaian kinerja keuangan pemerintah Provinsi Bali berbasis anggaran
2. Kinerja Pemerintah Provinsi Bali ditinjaut dari segi ekonomis
3. Kinerja Pemerintah Provinsi Bali ditinjau dari segi efisiensi

22

4. Kinerja Pemerintah Provinsi Bali ditinjau dari segi efektivitas
F.4 Definisi Operasional Variabel
1. Penilaian kinerja berbasis anggaran dengan cara membandingkan realisasi
anggaran kemudian menghitung selisih anggaran dan menghitung persentase
tingkat pencapaian anggaran, setelah itu dilanjutkan dengan analytical
procedure menggunakan tujuh rasio kinerja berikut :
a. Rasio kemandirian daerah
b. Rasio pajak daerah terhadap PAD
c. Rasio restribusi daerah terhadap PAD
d. Rasio bagian laba BUMD terhadap PAD
e. Rasio lain – lain PAD yang sah terhadap PAD
f. Rasio belanja aparatur terhadap total belanja
g. Rasio belanja pelayanan publik terhadap total belanja
2.

Kinerja berdasarkan ekonomi merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh Pemerintah Provinsi Bali yang
diukur dengan membandingkan realisasi anggaran belanja dengan rencana
anggaran belanja.

3.

Kinerja berdasarkan efisiensi merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh Pemerintah Provinsi Bali yang
diukur dengan membandingkan realisasi belanja dengan realisasi penerimaan.

4.

Kinerja berdasarkan efektivitas merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau prestasi yang dicapai oleh Pemerintah Provinsi Bali yang

23

diukur dengan membandingkan realisasi pendapatan dengan anggaran
pendapatan.
F.5 Jenis dan Sumber Data
F.5.1 Jenis Data
a. Data kuantitatif
Menurut Sugiono (2004: 13) data kuantitatif merupakan data dalam bentuk
angka – angka dan dapat dihitung dengan satuan hitung. Data kuantitatif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggaran penerimaan dan
pengeluaran Pemerintah Provinsi Bali dan realisasi anggaran penerimaan
dan pengeluaran Pemerintah Provinsi Bali.
b. Data kualitatif
Menurut sugiono (2004: 13) data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata,
kalimat, skema, dan gambar. Dalam penelitian ini data kualitatif seperti
sejarah Provinsi Bali, struktur organisasi dan penjelasan lainnya yang
terkait dengan penelitian ini.
F.5.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data sekunder,
yaitu data yang diperoleh melalui media perantara, dicatat dan disimpan dalam
organisasi, seperti : sejarah Provinsi Bali dan anggaran penerimaan dan
pengeluaran Pemerintah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2008 – 2011.
F.5.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam metode ini peneliti didalam pengumpulan data menggunakan
metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengamatan

24

terhadap data dari buku – buku refrensi, informasi langsung pada internet, jurnal,
serta majalah atau tabloid yang berhubungan dengan penelitian ini.
F.5.4 Tekhnik Analisis Data
Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik
analisis kuantitatif, yaitu dengan melakukan perhitungan – perhitungan terhadap
data keuangan yang diperoleh untuk memecahkan masalah sesuai dengan tujuan
penelitian.
Untuk mengukur kinerja berbasis anggaran dilakukan dengan cara
membandingkan data realisasi dan anggaran untuk setiap itemnya, kemudiaan
akan didapatkan hasil berupa selisih atau variance. Selisih tersebut akan dibagi
menjadi dua, yaitu selisih penerimaan dan selisih pengeluaran. Berikut adalah
formula analisis penerimaan dan pengeluaran :
a. Selisih penerimaan = Realisasi penerimaan – Anggaran penerimaan......(1)
b. Selisih pengeluaran = Realisasi pengeluaran – Anggaran pengeluaran....(2)
Mahsun (2006: 152) mengatakan bahwa dalam rangka mengukur persentase
tingkat ketercapaian anggaran atas implementasi anggaran, dapat dicari dengan
formula sebagai berikut :
a. Persentase tingkat ketercapaian penerimaan anggaran
Realisasi Penerimaan Anggaran

X 100%..................................... (3)

Anggaran Penerimaan Tahunan
b. Persentase tingkat ketercapaian pengeluaran anggaran
Realisasi Pengeluaran Anggaran

X 100%..................................... (4)

Anggaran Pengeluaran Tahunan

25

Selanjutnya dilakukan analytical procedur menggunakan rasio – rasio sebagai
berikut :
a. Rasio kemandirian daerah

PAD

Rasio kemandirian =
Subsidi dan pinjaman pusat
b. Rasio pajak terhadap PAD

Pajak Daerah

Rasio pajak terhadap PAD =

PAD

X 100%.................
(5)

X 100%.................
(6)

c. Rasio restribusi daerah terhadap PAD
Restribusi Daerah
=

PAD

X 100%.................................................
(7)

d. Rasio bagian laba BUMD terhadap PAD
Bagian laba BUMD
=

PAD

X
100%.................................................
(8)

e. Rasio lain – lain PAD yang sah terhadap PAD
Bagian lain – lain PAD yang sah
=

PAD

X
100%..........................................
(9)

f. Rasio belanja aparatur terhadap total belanja
Biaya aparatur
=

Total biaya

X 100%..........................................
(10)

26

g. Rasio belanja pelayanan publik terhadap total belanja
Biaya pelayanan publik
=

Total biaya

X 100%..........................................
(11)

Sumber : Muhamad Mahsun (2006: 152-154)
Sedangkan untuk mengukur kinerja berdasarkan value for money dapat
menggunakan rasio :
a. Rasio Ekonomi
Rasio ekonomi menunjukan pemerolehan input dan kualitas tertentu pada
harga terendah (Mardiasmo, 2002: 4). Rasio Ekonomi merupakan
perbandingan antara realisasi belanja dalam APBD dengan rencana
belanja.

Realisasi belanja APBD

Rasio ekonomi =
Rencana belanja APBD

X 100%......................
(12)

b. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi digunakan nuntuk mengukur tingkat input dari organisasi
sektor publik terhadap tingkat outputnya. Dalam penelitian ini rasio
efisiensi adalah realisasi belanja APBD dengan realisasi penerimaan
APBD.

Realisasi belanja APBD

Rasio efisiensi =
Realisasi penerimaan APBD

X 100%......................
(13)

27

c. Rasio Efektivitas
Rasio efektifitas dalam penelitian ini mengukur realisasi penerimaan
APBD dengan rencana penerimaan APBD
Realisasi penerimaan APBD
Rasio efektivitas =

Rencana penerimaan APBD

X 100%...............
(14)

28

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Halim. 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah,
Jakarta: Salemba Empat.
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996
Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
UU No.22 Tahun 1999 (kemudian menjadi UU No.32 Tahun 2004) tentang
pemerintahan daerah.
UU Nomor 25 Tahun 1999 (kemudian menjadi UU No.33 Tahun 2004) tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisinis Bandung: Alfabeta.

29

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63