Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Return Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Uraian Teoritis

2.1.1 Teori Signal (Signaling Theory)
Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen
perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut.
Teori

sinyal

mengemukakan

tentang bagaimana

seharusnya perusahaan

memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promisi atau informasi lain
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Informasi

yang dipublikasikan sebagai

suatu pengumuman akan

memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar
ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu
informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis
informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news).
Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka
terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan
antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun


20

Universitas Sumatera Utara

sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam
efisiensi pasar.
Berikut pengertian mengenai teori sinyal menurut para ahli :
1. Menurut Graham, Smart,dan Meggison (2010:493), menyatakan bahwa model
sinyal dividen membahas ketidaksempurnaan pasar yang membuat kebijakan
pembayaran yang relevan : asymmetric information. Sinyal secara efektif
memisahkan perusahaan yang kuat dengan perusahaan-perusahaan yang lemah
(sehingga perusahaan yang kuat dapat memberikan sinyal jenisnya ke pasar),
itu menjadi mahal untuk sebuah perusahaan yang lemah untuk meniru tindakan
perusahaan yang kuat.
2. Brigham dan Houston (2009:444), menyatakan bahwa teori sinyal adalah teori
yang mengatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai
sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen.

2.1.2 Pasar Modal
Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang

dimaksud dengan pasar modal adalah segala kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana untuk mempercepat
akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan
dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang
produktif.

21

Universitas Sumatera Utara

Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, right issue dan
sejenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara perdagangan
efek. Secara formal pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
public authorities, maupun swasta (Husnan dan Pudjiastuti, 2002).
Definisi pasar modal menurut Tandelilin (2010:26) adalah


pertemuan

antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan
dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

2.1.3

Saham

2.1.3.1 Pengertian Saham
Tandelilin (2010:32) menyatakan Saham Biasa (Common Stock)
menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Sedangkan menurut Fahmi dan
Hadi (2011:7) saham adalah :
1.

Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.

2.


Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan
diikuti dengan hal dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.

22

Universitas Sumatera Utara

3.

Persediaan yang siap dijual
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:5) saham merupakan tanda

penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan dan
perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut.
Sedangkan menurut Sunariyah (2007:126) saham adalah surat berharga
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT)

atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut
adalah juga pemilik dari sebagian perusahaan tersebut.

2.1.3.2 Jenis-jenis Saham
Jenis-jenis saham yang diperdagangkan di Bursa Efek adalah sebagai
berikut:
1.

Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan bukti penyertaan kepemilikan kepada suatu
perusahaan, apakah itu perseroan terbatas atau perusahaan publik
(Gumanti,2011:31). Menurut Nor Hadi (2013: 68) saham biasa adalah
saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap claim. Saham
biasa merupakan jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian
saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang
saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Biasanya, setiap lembar
saham memberikan hak kepada pemegangnya untuk memilih dalam rapat

23


Universitas Sumatera Utara

umum pemegang saham (Gumanti,2011:31). Beberapa hak yang dimiliki
oleh pemegang saham biasa antara lain (Jogiyanto, 2010):
a. Hak Kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi.
Hal ini berarti pemegang saham biasa berhak untuk mengontrol siapa
yang akan memimpin perusahaan. Pemegang saham dapat melakukan
hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat
tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang
membutuhkan persetujuan pemegang saham.
b. Hak Menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat
bagian dari keuntungan perusahaan. Laba dibagikan dalam bentuk
dividen. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika
perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.
c. Hak Preemptif
Hak preemptif (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan
persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan

lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan
akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang lama akan
turun. Hak preemptif memberi prioritas kepada pemegang saham lama
untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase
pemilikannya tidak berubah.

24

Universitas Sumatera Utara

2.

Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak
laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang
tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi dibayar
pada tahun yang mengalami keuntungan. Hak istimewa ini diberikan
kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana
ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan (Samsul, 2006:45). Menurut
Jogiyanto (2010), karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut:

a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen
terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.
b. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu
memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahuntahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham
biasa menerima dividennya.
c. Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan
dibanding hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi
likuidasi.

2.1.3.3 Return Saham
Return merupakan hasil yang diharapkan dari investasi yaitu selisih
antara harga jual dengan harga beli ditambah kas lain (misalnya dividen). Definisi
ini menjelaskan bahwa return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan,
individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya (Fahmi,
2012).

25

Universitas Sumatera Utara


Return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital
gain (loss). Yield mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara
periodik dari suatu investasi, misalnya berupa dividen atau bunga. Jika melakukan
investasi pada sebuah obligasi, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga
obligasi yang dibayarkan, dan bila investasi pada saham maka yield ditunjukkan
oleh besarnya deviden yang diperoleh. Capital gain (loss) merupakan kenaikan
(penurunan) harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan
(kerugian) bagi investor, atau perubahan harga sekuritas.
Menurut Jogiyanto (2010) return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi. Return dibedakan menjadi dua yaitu return yang telah terjadi (realized
return) dan return yang diharapkan (expected return) akan diperoleh investor
dimasa mendatang.
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang
dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa datang.
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi yang sifatnya belum terjadi. Return ini
digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.


26

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.4 Pengukuran Saham
Dalam manajemen investasi, return suatu investasi diukur sebagai total
keuntungan atau kerugian yang diterima investor selama periode waktu tertentu.
Return seringkali dinyatakan dalam perubahan dalam nilai asset (capital gain atau
capital loss) ditambah sejumlah penerimaan tunai (cash distribution) yang dapat
berupa dividen atau pembayaran bunga yang diekspresikan dalam suatu
persentase atas nilai awal suatu periode investasi.
Rumus yang digunakan untuk menghitung return saham menurut
Jogiyanto (2010,416) :

Dimana :

�� =

�1,� − ��,�−1
��,�−1

Rt = Return saham pada periode t
P1,t = Harga saham untuk waktu t
Pi,t-1 = Harga untuk waktu sebelumnya
2.1.3.5 Analisis Saham
Untuk mendapat keuntungan normal atas saham yang diperjualbelikan,
maka akan lebih tinggi pula resiko yang akan ditanggung. Oleh karena itu investor
harus dapat melakukan penilaian saham. Menurut Tandelilin (2010:301)
menyatakan bahwa dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis, yaitu :
1.

Nilai buku, yaitu nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahan
penerbit saham (emiten).

27

Universitas Sumatera Utara

2.

Nilai pasar, yaitu nilai saham di pasar yang dapat dinilai pada harga
saham di bursa efek.

3.

Nilai intrinsik (teoritis) saham yaitu nilai saham yang sebenarnya atau
yang seharusnya terjadi. Meskipun semuanya dinyatakan dalam per
lembar saham, namun ketiga jenis nilai tersebut ditambah nilai nominal
umumnya adalah tidak sama besarnya.
Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai

sebenarnya atas saham yang diperjualbelikan adalah analisis fundamental dan
analisis teknikal. Menurut Jogiyanto (2009:89) menerangkan bahwa analisis
fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan
menggunakan data keuangan perusahaan.
Sedangkan analisis teknikal dijelaskan oleh Tandelilin (2010:392)
adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan saham dan indikator pasar
saham lainnya berdasarkan data pasar historis seperti informasi harga dan volume.

2.1.4 Laporan Keuangan
Menurut Brigham & Houston (2010:84) laporan keuangan adalah
beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi
penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada dibalik angka
tersebut. Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau
enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan.
Menurut Brigham & Houston (2010:86) informasi yang terkandung dalam
laporan tahunan dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba dan dividen

28

Universitas Sumatera Utara

di masa depan. Oleh karena itu, para investor biasanya sangat tertarik dengan
laporan keuangan, karena dapat membantu memprediksikan return yang akan
diperoleh oleh para investor di masa yang akan datang. Laporan keuangan
tahunan menyajikan empat laporan keuangan dasar, yaitu : neraca, laporan laba
rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas (Brigham & Houston, 2010:86).
Semua laporan ini memberikan gambaran operasional dan posisi keuangan
perusahaan.
1.

Neraca
Neraca menggambarkan posisi suatu perusahaan pada suatu titik waktu
tertentu. Neraca di bagi menjadi dua bagian, yaitu sebelah kiri untuk
menyajikan aset yang dimiliki perusahaan. Sisi sebelah kanan menyajikan
kewajiban dan ekuitas perusahaan yang mencerminkan klaim terhadap aset.

2.

Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang merangkum pendapatan dan
beban perusahaan selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau
satu tahun. Penjualan bersih disajikan pada bagian atas laporan, sedangkan
laba bersih tersedia bagi pemegang saham biasa. Laba dan deviden per
saham disajikan pada bagian bawah laporan. Laba per saham disebut “garis
bawah”, dan menunjukkan seluruh pos dalam laporan laba rugi, EPS
biasanya merupakan pos terpenting bagi pemegang saham.

3.

Laporan Laba Ditahan
Laporan laba ditahan adalah laporan yang menyajikan seberapa besar
jumlah laba perusahaan yang ditahan di dalam usaha dan tidak dibayarkan

29

Universitas Sumatera Utara

sebagai deviden. Angka laba ditahan dalam neraca merupakan jumlah laba
ditahan tahunan untuk setiap tahun sepanjang riwayat perusahaan.
4.

Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan suatu perusahaan pada arus kas sepanjang periode
akuntansi.
Pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi

kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan.
Berikut masing-masing pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan :
1.

Pemilik, untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini, melihat
perkembangan, dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode, serta menilai
kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan.

2.

Manajemen, untuk menilai dan mengevaluasi kinerja manajemen dalam
suatu periode, melihat kemampuan dalam mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki perusahaan saat ini, serta dasar dalam hal pengambilan
keputusan.

3.

Kreditor, untuk melihat kemampuan suatu perusahaan dalam membayar
kredit.

4.

Pemerintah, untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh
keuangan perusahaan yang sesungguhnya, dan untuk mengetahui kewajiban
perusahaan terhadap negara dari hasil laporan keuangan yang dilaporkan.

5.

Investor, untuk melihat prospek suatu perusahaan dalam masa ini dan masa
yang akan datang.

30

Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Kinerja Keuangan
2.1.5.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan
perusahaan

dapat

diartikan

sebagai

hasil

yang

telah

dicapai

atas

berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja
keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan

keuangan

secara

baik

dan

benar

(Fahmi,

2012:2).

Menurut Mulyadi (2007:2) kinerja keuangan ialah penentuan secara periodik
efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Dengan melakukan analisa
terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan, maka dapat diketahui kekuatan
maupun kelemahan kinerja perusahaan.

2.1.5.2 Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Rasio dalam analisis laporan keuangan
adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur
lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan
tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Rasio lebih tepat
digunakan untuk awal analisis. Analisis rasio keuangan digunakan secara khusus
oleh perusahaan untuk mengambil keputusan dan para investor serta kreditor
dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Menurut Brigham dan Houston

31

Universitas Sumatera Utara

(2010:134) rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu rasio
likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, profitabilitas, dan nilai pasar.

2.1.6 Rasio Keuangan
2.1.6.1 Profitabilitas
Proftabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan
yang dilakukan oleh perusahaan. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah
kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Ehrhardt,
2011:98). Rasio profitabilitas juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari
penjualan atau dari pendapatan investasi (Kasmir, 2014:114).
Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan ROA (Return on Assets).
ROA adalah rasio yang mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban
bunga dan pajak. Secara matematis, ROA dapat dirumuskan (Brigham dan
Houston, 2010:148) :
Return on Assets (ROA) =

������� ����� �������� ��� ���
����� ������

Nilai ROA menunjukkan efektifitas perusahaan dalam memakai aset sesuai
dengan kontrolnya untuk menciptakan pendapatan. Semakin besar nilai ROA,
semakin baik karena mengindikasikan bahwa perusahaan semakin efektif dalam
menggunakan atau memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dalam menghasilkan
laba.

32

Universitas Sumatera Utara

2.1.6.2 Solvabilitas
Rasio solvabilitas sering juga disebut sebagai rasio leverage atau rasio
tingkat kecukupan utang. Pada prinsipnya rasio ini memberikan gambaran tentang
tingkat kecukupan utang perusahaan. Artinya, seberapa besar posi utang yang ada
di perusahaan jika dibandingkan dengan modal atau aset

yang ada

(Gumanti,2011:113).
Rasio utang (DER) adalah jenis rasio yang seringkali dijadikan dasar
dalam mengevaluasi risiko, sehingga dapat ditentukan seberapa beresiko suatu
perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan membandingkan utang total dengan
aset total (total debt to total assets) atau utang total dengan modal total (total debt
to total equity) (Gumanti,2011:113). Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi
resiko kebangkrutan perusahaan. Jika rasio ini tinggi beban utang perusahaan juga
tinggi, sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar kembali kewajibannya
jika dikaitkan dengan harta atau aset atau modal perusahaan menjadi berat atau
sulit.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Prihadi,2012:168):

2.1.6.3 Rasio Pasar

��� =

����� (������ + �����)
�������

Rasio ini untuk mengetahui hubungan antara harga saham terhadap laba
dan nilai buku saham (Prihadi,2012:168). Rasio ini dapat diukur dengan Earning
Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Price To Book Value (PBV).

33

Universitas Sumatera Utara

1.

Earning Per Share (EPS)
Menurut Tryfino (2009:11) Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang
digunakan untuk menghitung laba atau keuntungan bersih yang diperoleh
dari selembar saham. Kegunaan dari metode ini adalah untuk mengukur
kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan menghitung rasio
EPS, investor dapat mengetahui keuntungan yang dihasilkan dari selembar
saham. Semakin besar EPS dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan
semakin efektif atau baik.
Sedangkan Sihombing (2008:91) Earning Per Share (EPS) adalah laba
bersih yang diterima oleh setiap lembar saham. Jika untuk modal usahanya
emiten hanya mengeluarkan saham biasa, EPS dihitung dengan cara
membagi laba bersih dengan jumlah saham perusahaan yang beredar.
Menurut Tandelilin (2010:365) Earning Per Share (EPS) adalah laba
bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah
lembar saham perusahaan.
Rumus untuk menghitung EPS sebagai berikut (Tandelilin, 2010:375):
������� ��� �ℎ��� (EPS) =

2.

Laba bersih setelah bunga dan pajak
Jumlah saham beredar

Price Earning Ratio (PER)
Tryfino (2009: 12) mendefinisikan price earning ratio adalah rasio yang
digunakan

untuk

menghitung

tingkat

pengembalian

modal

yang

diinvestasikan. Tujuan dari metode ini adalah untuk memprediksi kapan
atau berapa kali laba yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan

34

Universitas Sumatera Utara

harga sahamnya pada waktu tertentu. Semakin rendah PER suatu saham
akan lebih baik. tingkat pengembalian investasi di saham tersebut akan
semakin cepat karena earning per share yang dihasilkan semakin besar.
Menurut Prihadi (2012:170) price earning ratio merupakan perbandingan
antara harga pasar saham pada saat tertentu dengan laba per lembar saham.
Rasio ini ingin melihat kaitan antara kinerja internal perusahaan berupa
laba bersih dan bagaimana investor menilai saham perusahaan yang
bersangkutan.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Brigham dan
Houston, 2010:150) :
����� ������� ����� (���) =
3.

����� ��� ��ℎ��
���� ��� ��ℎ��

Price To Book Value (PBV)
Menurut Anthanasius (2012) Price to book value adalah rasio yang
menunjukkan seberapa tinggi suatu saham dibeli oleh penanam modal
dibandingkan dengan nilai buku saham tersebut. Semakin kecil nilai price
to book value maka harga dari suatu saham dianggap semakin murah.
Price to boook value (PBV) merupakan nilai yang bisa digunakan
untukmembandingkan suatu saham lebih mahal atau lebih murah
dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk membandingkannya, dua atau
lebihperusahaan harus dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis
yang sama (Sihombing, 2008: 95)

35

Universitas Sumatera Utara

Price to book value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara
market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio PBV ini,
investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu
saham dihargai dari book value-nya. Rasio PBV dapat memberikan
gambaran potensi pergerakan harga saham sehingga dari gambaran
tersebut, secara tidak langsung rasio PBV juga memberikan pengaruh
terhadap harga saham. Market value (harga/nilai pasar) dibagi dengan
book value (harga/nilai buku). Jika pada analisis book value investor hanya
mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, investor dapat
membandingkan langsung book value dengan market value. Dengan
demikian investor akan mendapat gambaran mengenai harga saham,
apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah
(Tryfino, 2009: 11).
Price to book value (PBV) dapat dihitung dengan rumus (Brigham dan
Houston, 2010:152) :
����� to ���� ����� (PBV) =
2.2

Harga pasar per saham
Nilai buku per saham

Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai referensi pada penelitian ini

antara lain:
1.

Maryyam Anwar (2016)
Penelitian yang dilakukan diberi judul “Impact of Firm Performance on
Stock Returns (Evidence from Listed Companies of FTSE-100 Index

36

Universitas Sumatera Utara

London, UK)” menggunakan regresi panel dengan common effect model
(OLS) sebagai metode analisis data. Penelitian dilakukan pada seluruh
perusahaan yang terdaftar di FTSE-100 Index London, UK selama
periode penelitian 2005-2014. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa
return on assets dan net profit margin berpengaruh

secara positif

signifikan terhadap return saham, sedangkan earning per share
berpengaruh

secara negatif signifikan terhadap return saham.

kemudian quick ratio dan return on equity tidak berpengaruh
secarasignifikan terhadap return saham.
2.

Muhammad Saleh (2015)
Penelitian yang dilakukan diberi judul “Relationship between Firm’s
Financial Performance and Stock Return, Evidence from Oil and Gas
Sector Pakistan”menggunakan unit root test dan OLS sebagai metode
analisis data. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar pada
sektor minyak dan gas Pakistan selama periode 2010-2014. Hasil
penelitian menunjukkan return on equity berpengaruh secara positif
signifikan terhadap return saham. Sedangkan return on assets dan net
profit margin berpengaruh secara negatif signifikan terhadap return
saham.

3.

Nadeem Iqbal, Sajid Rahman Khattak dan Muhammad Arif Khattak
(2013)
Peneliti memberikan judul “Does Fundamental Analysis Predict Stock
Returns?” Teknik analisis data yang digunakan adalah Ordinary Least

37

Universitas Sumatera Utara

Square (OLS). Penelitian dilakuakan pada perusahaan non keuangan
selama periode 2000-2009. Variabel yang digunakan adalah FSCORE,
leverage, ROA, cash flow ratio, PBV, dan accrual ratio. Hasil
penelitian menunjukkan analisis fundamental dan FSCORE tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan untuk memprediksi return
saham.
4.

Emamngholipour, Pouraghajan dkk (2013)
Peneliti melakukan penelitian dengan judul “The effect of Performance
Evaluation Market Ratios on Stock Return : Evidence the Tehran Stock
Exchange” menggunakan teknik analisis data OLS pada 80 perusahaan
yang terdaftar pada Tehran Stock Exchange selama periode 2006-2010.
Variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu earning per share,
price earning ratio, dan price to book value. Hasil penelitian
menunjukkan earning per share berpengaruh

secara signifikan

terhadap return saham, sedangkan price earning ratio, dan price to
book value tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
5.

Farkhan dan Ika (2013)
Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh rasio keuangan
terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
(Studi kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Food And
Beverage).” Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linear berganda dengan variabel current ratio, DER, ROA, total assets
turnover, dan PER. Hasil penelitian menunjukkan ROA dan PER

38

Universitas Sumatera Utara

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham, sedangkan
DER, current assets dan total assets turnover tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap return saham.
6.

Suriani Ginting dan Erward (2013)
Peneliti memberikan judul penelitian “Analisis faktor-faktor yang
memengaruhi return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia” dengan teknik analisis data adalah analisis
regresi linear berganda. Variabel yang digunakan dalam penelitian
adalah Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), dan Price
to Book Value (PBV) dengan sampel sebanyak 68 perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan Price to Book Value (PBV) berpengaruh
terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008 – 2011. Sedangkan perubahan laba usaha,
Net Profit Margin (NPM), dan Price Earning Ratio (PER) tidak
berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 – 2011.

7.

Şebnem Er dan Bengü Vuran (2012)
Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Factors Affecting Stock
Returns of Firms Quoted in ISE Market: A Dynamic Panel Data
Approach” dengan menggunakan

Dynamic Panel Data Analysis

Methods sebagai teknik analisis data. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu firms size, price to book value, dan earning per
share sebagai variabel mikro dan exchange rate (euro), interest rate, oil

39

Universitas Sumatera Utara

price sebagai variabel makroekonomi dengan hasil penelitian yaitu
rasio pada mikroekonomi dan makroekonomi memengaruhi return
saham secara signifikan.
8.

Desi Arista (2012)
Peneliti melakukan peneltian dengan judul “Analisis faktor-faktor yang
memengaruhi retun saham (kasus pada perusahaan manufaktur yang go
public di BEI periode 2005-2009.” Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER),
earnings per share (EPS), and price to book value (PBV) dengan
menggunakan teknik analisis data yaitu regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan ROA dan EPS tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham perusahaan, sedangkan PBV
mempunyai pengaruh yang signifikan. DER memiliki pengaruh negatif
tetapi signifikan terhadap return saham perusahaan.

40

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
N
Peneliti/
o
Tahun
1 Maryyam

Anwar
(2016)

2

Muhammad
Saleh
(2015)

3

Iqbal,
Khattak,
dan
Khattak
(2013)

Judul Penelitian

Variabel
Penelitian

“Impact of Firm
Performance on
Stock
Returns
(Evidence
from
Listed Companies
of
FTSE-100
Index
London,
UK)”

Dependen :
Return saham
Independen :
return
on
assets,
net
profit margin,
earning
per
share, quick
ratio
dan
return
on
equity

Metode
Analisis

common
effect
model
(OLS)

Hasil Penelitian
1. Return on assets dan
net
profit
margin
berpengaruh
secara
positif
signifikan
terhadap return saham
2. Earning per share
berpengaruh
secara
negatif
signifikan
terhadap return saham.
3. Quick ratio dan return
on
equity
tidak
berpengaruh
secarasignifikan
terhadap return saham.

“Relationship
between Firm’s
Financial
Performance and
Stock
Return,
Evidence from Oil
and Gas Sector
Pakistan”

Dependen :
Return saham

unit root 1. Return
on
equity
test dan
berpengaruh
secara
Ordinary
positif
signifikan
Independen :
Least
terhadap return saham.
2. Return on assets dan
return
on Square
net
profit
margin
assets,
net (OLS)
profit margin,
berpengaruh
secara
dan return on
negatif
signifikan
equity
terhadap return saham.

Does Fundamental
Analysis
Predict
Stock Returns?

Dependen:
Return saham
Independen:
FSCORE,
Leverage,
ROA, cash flow
ratio, market to
book value, dan
accrual ratio

Ordinary
Least
Square
(OLS)

Analisis fundamental dan
FSCORE
tidak
mempunyai
pengaruh
yang signifikan untuk
memprediksi
return
saham.

Sumber: Berbagai Penelitian Terdahulu

41

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
4

5

6

Peneliti/
Tahun

Judul Penelitian

Emamng

“The effect of
Performance
holipour, Evaluation
Market Ratios on
Pouragha Stock Return :
Evidence
the
jan dkk Tehran
Stock
Exchange”
(2013)

Farkhan
dan Ika
(2013)

Suriani
Ginting
dan
Erward
(2013)

Pengaruh
rasio
keuangan terhadap
return
saham
perusahaan
manufaktur
di
Bursa
Efek
Indonesia
(Studi
kasus
Pada
Perusahaan
Manufaktur Sektor
Food
And
Beverage).
Analisis
faktorfaktor
yang
memengaruhi
return
saham
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia

Variabel
Penelitian

Dependen:
Return saham
Independen:
earning
per
share, price
earning ratio,
dan price to
book value

Dependen:
Return saham
Independen:
current ratio,
DER,
ROA,
total
assets
turnover, dan
PER.

Dependen:
Return saham
Independen:
Net
Profit
Margin (NPM),
Price Earning
Ratio
(PER),
dan Price to
Book
Value
(PBV)

Metode
Analisis
Ordinary
Least
Square
(OLS)

Hasil Penelitian

1. Earning per share
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
return saham,
2. Price earning ratio,
dan price to book value
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap return saham.

Analisis
regresi
linear
berganda

1. ROA dan PER memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap return saham
2. DER, current assets dan
total assets turnover tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return
saham.

Analsis
Regresi
berganda

1. Price to Book Value
(PBV)
berpengaruh
terhadap return saham
2. Perubahan laba usaha, Net
Profit Margin (NPM), dan
Price
Earning
Ratio
(PER) tidak berpengaruh
terhadap return saham
perusahaan

Sumber: Berbagai penelitian terdahulu

42

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
7

8

Peneliti/
Tahun
Sebnem
dan
Vuran
(2012)

Arista
(2012)

Judul Penelitian

Variabel
Penelitian

Factors Affecting
Stock Returns of
Firms Quoted in
ISE Market: A
Dynamic
Panel
Data Approach

Dependen:
Return saham

Analisis
faktorfaktor
yang
memengaruhi retun
saham (kasus pada
perusahaan
manufaktur yang go
di
BEI
public
periode 2005-2009.

Independen:
firms
size,
price to book
value,
dan
earning
per
share sebagai
variabel mikro
dan exchange
rate
(euro),
interest rate,
oil
price
sebagai
variabel
makroekonom
i
Dependen:
Return saham
Independen:
return on assets
(ROA), debt to
equity
ratio
(DER),
earnings
per
share
(EPS),
and price to
book
value
(PBV)

Metode
Analisis
Dynamic
Panel Data
Analysis
Methods

Analisis
regresi
linear
berganda

Hasil Penelitian
Mikroekonomi
dan
makroekonomi
memengaruhi return saham
secara signifikan

1. ROA dan EPS tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return
saham perusahaan
2. PBV
mempunyai
pengaruh yang signifikan
3. DER memiliki pengaruh
negatif tetapi signifikan
terhadap return saham
perusahaan.

Sumber: Berbagai penelitian terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual
2.3.1 Pengaruh Return on Assets (ROA) Terhadap Return Saham
Return on Assets (ROA) adalah adalah rasio antara laba setelah pajak
terhadap total aset. ROA menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktiva perusahaan yang digunakan untuk

43

Universitas Sumatera Utara

operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif
perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih
setelah pajak.

Kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva untuk

menghasilkan keuntungan mempunyai daya tarik dan mampu mempengaruhi
investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Peningkatan ROA akan
menambah daya tarik investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan.
Sehingga harga saham perusahaan akan meningkat, dengan kata lain ROA akan
berdampak positif terhadap return saham. Hal ini sesusai dengan penelitian
Sebnem dan Vuran (2012), Farkhan dan Ika (2013), serta Anwar (2016) yang
menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham perusahaan.

2.3.2 Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham
Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara hutang dengan
modal sendiri. DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
leverage dalam menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjang. Rasio ini menunjukkan dan menggambarkan
komposisi atau struktur modal dari perbandingan total hutang dengan total ekuitas
(modal) perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Semakin
besar DER menandakan struktur permodalan lebih banyak memanfaatkan hutanghutang terhadap ekuitas sehingga mencerminkan risiko perusahaan yang relatif
tinggi. Demikian juga menurut Prihadi (2012) semakin tinggi nilai DER
menunjukkan semakin tinggi resiko kebangkrutan perusahaan. Dengan melihat

44

Universitas Sumatera Utara

sumber modal perusahaan tergantung dari pihak luar akan mengurangi minat
investor dalam menanamkan modal terhadap perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa DER berpengaruh negatif terhadap return saham sesuai dengan penelitian
Arista (2012).

2.3.3 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham
Earning Per Share (EPS) diperoleh dari jumlah pendapatan bersih dibagi
dengan jumlah saham yang beredar. Informasi EPS suatu perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih penjualan yang siap dibagikan kepada seluruh
pemegang saham. Semakin besar nilai EPS menunjukkan semakin besar pula
return yang akan diperoleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang
dimilikinya. Apabila perusahaan mampu meningkatkan laba untuk tiap lembar
sahamnya, maka investor menganggap bahwa perusahaan dapat memberikan
dividen per lembar saham yang besar. Hal ini menambah tingkat kepercayaan
investor kepada perusahaan. Kepercayaan investor kepada emiten akan
berdampak pada permintaan akan saham emiten. Dengan demikian EPS
berpengaruh positif terhadap return saham sesuai dengan penelitian Sebnem dan
Vuran (2012) dan Emamngholipour, Pouraghajan dkk (2013)

2.3.4 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham
Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar
saham pada saat tertentu dengan laba per lembar saham. PER mengindikasikan
besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah

45

Universitas Sumatera Utara

earnings perusahaan. Dengan kata lain PER menunjukkan besarnya harga setiap
satu rupiah earnings perusahaan. PER dapat memberikan petunjuk mengenai apa
yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan dimasa lalu dan prospek dimasa
yang akan datang karena Price EarningsRatio (PER) menggambarkan kesediaan
investor membayar lembar per saham dalam jumlah tertentu untuk setiap rupiah
perolehan laba perusahaan. Dengan demikian, PER berpengaruh positif terhadap
return saham sesuai dengan penelitian Farkhan dan Ika (2013).

2.3.5 Pengaruh Price To Book Value (PBV) Terhadap Return Saham
Price to book value (PBV) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung
dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham
(book value per share). Book value per share digunakan untuk mengukur nilai
shareholder equity atas setiap saham dan dasarnya nilai book value per share
dihitung dengan membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang
diterbitkan (outstanding shares). Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di
pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar
bursa.
Price to book value merupakan rasio yang penting sebagai salah satu
indikasi perusahaan dalam upaya komitmen yang tinggi terhadap pasar. Tingginya
rasio ini menunjukkan penilaian atau harapan investor terhadap perusahaan.
Perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik, umumnya memiliki rasio price to

46

Universitas Sumatera Utara

book value di atas satu, yang menunjukkan nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai
bukunya. Semakin tinggi rasio price to book value, maka semakin tinggi pula
perusahaan dinilai oleh investor. Apabila suatu perusahaan dinilai lebih tinggi
oleh investor, maka harga saham akan semakin meningkat di pasar, yang pada
akhirnya return saham tersebut akan meningkat. Hal ini menunjukkan price to
book value (PBV) berpengaruh positif terhadap return saham sesuai dengan
penelitian Sebnem dan Vuran (2012) dan Arista (2012).
Dari penjelasan diatas, maka dapat digambarkan hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan skema sebagai berikut:

Return On Assets (X1)
Debt To Equity Ratio (X2)
Earning Per Share (X3)

Return Saham (Y)

Price Earning Ratio (X4)

.

Price To Book Value (X5)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

47

Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dipaparkan, maka hipotesis pada
penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), Debt To Equity Ratio (DER),
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Price To Book Value
(PBV) berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

48

Universitas Sumatera Utara