HUKUM TOLERANSI KELOMPOK SALAFI TERHADAP KELOMPOK ISLAM LAINNYA DI KABUPATEN BANYUMAS
377
HUKUM TOLERANSI KELOMPOK SALAFI
TERHADAP KELOMPOK ISLAM LAINNYA DI KABUPATEN BANYUMAS
Abdul Rohman dan Elis Puspit asari
Fakult as ISIP Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o E-mail:
Abst r act
Isl am as a r el i gion has a doct r i ne f ul l f i nal , compl et e, compr ehensive and uni ver sal , so t hat t he
t ext s t hat became t he gui di ng pr i nci pl e i s univer sal l y vi ewed as wel l . In t he r eal l evel , especi al l y in
need of i nt er pr et at ion, of t en l eadi ng t o pr obl ems of i t s own because each gr oup has a f l ow t hat
al l ows t he r esul t s ar e di f f er ent i nt er pr et at ions. Thi s i s l i ke t he Sal af i gr oup based it s i nt er pr et at ion
on gr oups consi der ed her et i cal Isl ami c sect s ot her , so t hat a const r ai nt when a di al ogue about t he
devel opment of t ol er ance val ues. Despit e t he r ej ect i on of t he di alogue is act ual l y cont r ar y t o t he
Qur 'an i t sel f . Key wor ds: Sal af i , t ol er ance, i nt er pr et at ion, her et i cal i nnovat ion
Abst rak
Islam sebagai agama t erakhir memiliki aj aran yang lengkap, sempurna, komprehensif dan universal, sehingga nash-nash yang menj adi pedomannya banyak dit ampilkan secara universal pula. Dalam t at aran riil, t erut ama yang membut uhkan int erpret asi, sering menimbulkan problem t ersendiri karena masing-masing kelompok aliran memiliki int erpret asi yang memungkinkan hasilnya berbeda. Hal ini sepert i kelompok Salaf i yang berdasarkan int erpret asinya menganggap bid’ ah pada kelompok aliran Islam lainnya, sehingga menj adi kendala ket ika berdialog mengenai pengembangan nilai-nilai t oleransi. Meskipun sebenarnya penolakan dialog it u bert ent angan dengan Al Quran it u sendiri. Kat a Kunci : Salaf i, t oleransi, int erpret asi, bid’ ah
Pendahuluan Sebagai cont oh adalah konf lik yang t erj adi ba-
Islam sebagai agama r ahmat an l i l ’ al amin ru-baru ini di beberapa daerah di Indonesia se-
shoheh f i kul l i zamani n
memiliki aj aran yang pert i di Sambas, Aceh, Kupang, Ambon dan
wa makani n (benar pada set iap wakt u dan t em- beberapa daerah lainnya, yang mengakibat kan
pat ) t ereduksi oleh dominannya penaf siran dok- kerugian yang besar baik berupa mat erial mau
syar i ’ ah ket ika dihadapkan pada perbedaan
t rin pun nyawa, moral dan immat erial yang dipicu
1
penaf siran pada kehidupan sosial, sehingga oleh komunit as ant arumat beragama . Oleh ka- menj adikan sikap keagamaan para j amaah ke- rena it u upaya mewuj udkan nilai-nilai t oleransi lompoknya sangat t erbat as bila berint eraksi de- baik secara inst it usional, pemikiran maupun ngan kelompok aliran keagamaan lainnya. Na- akt if it as amaliyah kolekt if sangat diperlukan. mun demikian, mereka berint eraksi dengan ke- Aliran keagamaan yang t umbuh di Indo- lompoknya sendiri mereka sangat akrab. Hal ini nesia demikian banyak. Masing-masing aliran dapat memicu t umbuhnya sikap-sikap int ole- membawa ideologi keagamaan sendiri-sendiri ransi dalam kehidupan sosial dan keagamaan, yang merupakan hasil int erpret asi dari pemaha- sebagaimana dinyat akan oleh Zulkarnain bahwa man kelompoknya. Perbedaan ini sebenarnya secara normat if dokt riner, set iap agama selalu sebagai suat u pluralit as dalam sat u agama. mengaj arkan kebaikan, cint a-kasih dan keru- 1 kunan. Dalam kenyat aan sosiologis, agama j us-
Zul karnain S. , dkk. , “ Model Int eraksi Sosi al Ant arumat Beragama St udi Kasus Umat Beragama di Pul au
t ru sering memperlihat kan waj ah konf lik yang
Enggano” , Jur nal Ist i qr o’ , Vol . 02, No. 1, 2003, Jakar t a, t ak kuj ung reda, ket egangan dan kerusuhan. Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011
Apabila perbedaan it u disebabkan karena aga- ma, bukan karena int erpret asi, maka pluralisme mudah unt uk diwuj udkan, karena landasan pi- j akannya j elas berbeda, apalagi ket ika diapli- kasikan di Indonesia yang menganut asas demo- krasi, di mana menganut dalam suat u agama di- ref leksikan sebagai kebebasan nurani yang pa- ling hakiki
resent asi dari cerminan agama-agama yang ber- beda sat u sama lain.
kekerasan t erhadap pengikut Al Qiyadah di Su- mat ra Barat , Ahmadiyah di Cianj ur dan Lombok.
hab) yang dianut oleh Ponpes YAPI. Selain it u,
adalah kej adian penyerangan t erhadap pondok pesant ren Yayasan Pesant ren Islam (YAPI) Pasu- rusan pada pert engahan Februari 2011 oleh para sant ri dari ponpes yang lainnya, dan t er- nyat a adalah bukan penyerangan yang pert a- ma, t et api sudah beberapa kali t erj adi. Menurut Ket ua Yayasan YAPI bahwa penyerangan it u le- bih disebabkan oleh perbedaan ideologi ( madz-
bi d’ ah. Cont oh riil
Persoalan yang muncul adalah ket ika in- t erpret asi set iap aliran keagamaan masing-ma- sing mengaku paling benar, padahal hasil int er- pret asi t ersebut saling bert ent angan dan kemu- dian t idak dapat dikompromikan, apalagi hasil penaf siran t ersebut diakuinya sebagai dokt rin agama yang apabila t idak dilaksanakan mereka merasa berdosa. Inilah t it ik rawan dari sebuah penaf siran agama yang dapat menum-buhkan konf lik horisont al dalam kehidupan masyarakat agama. Oleh karena it u, sering t erj adi dalam kehidupan masyarakat adanya suat u penyerang- an t erhadap kelompok aliran keagamaan yang dianggap sesat , provokasi unt uk membenci ke- lompok aliran yang dianggap radikal, dan at au provokasi t erhadap kelompok yang dianggap suka menyebarkan aj aran
Abudin Nat a memet akan keragaman pe- mikiran Islam di Indonesia menj adi 12 (dua be- las) macam, yang masing-masing mempunyai ciri khas dan karakt er sendiri-sendiri. Kedua belas macam t ersebut adalah Islam Fundamen- t alis, Islam Teologis-Normat if , Islam Eksklusif , Islam Rasional, Islam Transf ormat if , Islam Ak- t ual, Islam Kont ekst ual, Islam Esot eris, Islam Tradisionalis, Islam Modernis, Islam Kult ural dan Islam Inklusif -Pluralis. Set iap pemikiran dari se- mua aliran keagamaan memiliki nilai kele-bihan dan kekurangan, sehingga t idak pada t empat - nya dan t idak bij aksana j ika f aham pemikiran yang sat u menganggap paling unggul dan benar sedang pemikiran dari kelompok aliran keaga- maan yang lainnya adalah keliru sert a salah.
dan Kebebasan” , Jur nal Anal i sa Pengkaj i an Masal ah Sosi al Keagamaan, Vol . XVII, No. 01, Januar i-Juni 2010, Semar ang, Bal ai Penel it i an Dan Pengembangan Agama, hl m. 3 3 Tauf ik Abdul l ah, “ Di Sekit ar Masal ah Agama Dan Kohesi
2 .
. Hal ini menyangkut rep- 2 Abu Haf sin, “ Demokr asi Di Indonesia, Ant ar a Pembat asan
3
direnungkan, dalam sat u agama saj a sangat su- lit unt uk menemukan kebenaran t unggal dalam memahami realit as t eks (kit ab suci). Menurut Tauf ik Abdullah, bahwa semakin seseorang ber- konsolidasi dalam keyakinan suat u agama se- sungguhnya membuat bat as yang t egas ant ara “ kit a” dan “ mereka”
naf i kan kebenaran pihak lain. Padahal apabila
Agama, dalam perj alanan sej arahnya, se- lain alat pemersat u sosial, j uga dapat menj adi sumber konf lik. Kenyat aan ini, dapat dit emukan landasan hist orinya sampai sekarang bahwa set iap t erj adinya konf lik selalu mengat asnama- kan agama. Kenyat aan ini agaknya sudah men- j adi t radisi yang t umbuh dari agama-agama pa- da kehidupan sosial. Bent uran agama t idak lagi bisa dielakkan, ket ika pemeluk agama mengeks- presikan kebenaran agamanya secara monolit ik dan eksklusif . Art ikulasi subyekt if it as keyakinan dan kebenaran yang diyakininya seringkali me-
Kehidupan ant ar aliran agama dalam Is- lam mempunyai perspekt if yang berbeda, seba- gaimana ket ika dihadapkan pada kondisi-kondisi riil dalam kehidupan kelompok keagama-an yang t erkait dengan kehidupan sosial keaga- maan, sehingga membut uhkan penaf siran nash at au ayat . Dalam kerangka penaf siran ini t idak j arang muncul perbedaan yang signif ikan, yang dapat mengakibat kan dalam perj uangan melak- sanakan dokt rin-dokt rin syar i ’ at menj adi berbe- da ant ara kelompok keagamaan yang sat u de- ngan yang lainnya. Perbedaan ini berpengaruh pada komit men perj uangan dalam rangka me- nyebarkan kebenaran keyakinan aj aran Islam.
Dan Budaya, Vol 11, No. 1, 2009, Jakart a, LIPI, Pusat
Hukum Toleransi Kelompok Salafi Ter hadap Kelompok Islam Lainnya di Kab. Banyumas
8 Kondisi sepert i t ersebut adalah suat u ke-
4 .
Lebih mengerikan lagi adalah bahwa t in- dakan provokasi unt uk menumbuhkan keben- cian, penyerangan dan at au pembakaran t em- pat ibadah it u dilakukan at as dasar dokt rin aga- ma, yakni j ihad. Apabila semua aliran keagama- an meyakini apa yang dilakukannya adalah rep- resent asi dari j ihad, maka konf lik horisont al t idak dapat dihindarkan lagi. Agama yang dipa- hami secara sempit dan para pemeluknya bersi- f at eksklusif , maka agama akan menj adi sumber konf lik, sebaliknya apabila pemeluk agama da- pat menerima perbedaan sebagai ket ent uan Tu- han dan karena it u dapat saling menghargai se- sama pemeluk agama sat u dengan lainnya, maka agama dapat mencipt akan keda-maian.
5 Berdasarkan laporan dari Unit ed Nat i on
Suppor t Faci l it y t o Indonesian Recover y (UNS-
FIR) yang berj udul Pat t er ns of Col l ect ive Vio-
l ence in Indonesi a 1999-2003 menunj ukkan bah-
wa t ingkat t ingginya kekerasan komunal di In- donesia, yakni mencapai angka 89, 3%. Dalam perist iwa kekerasan it u, kekerasan ant ar agama maupun di dalam agama yang sama, dengan ali- ran at au kelompok yang berbeda merupakan j enis kekerasan yang paling banyak t erj adi dan menyebar di hampir seluruh provinsi di Indone- sia.
Pot ret sepert i it ulah menj adi pent ing un- t uk dikaj i dan dikembangkan nilai-nilai t oleransi yang ada dalam kelompok aliran keagamaan Islam. Salah sat u di ant ara sekian banyak aliran dalam Islam adalah kelompok Salaf i. Kelompok ini mempunyai karakt erist ik t ersendiri. Akt if i- t asnya lebih eksklusif dan pandangan-pandang- annya mengarah pada ideologi kaum purit an dalam mengant isipasi perkembangan zaman. Melihat kelompok aliran dalam Islam yang demi- kian t umbuh di Indonesia, maka alangkah indah- nya apabila ant ar kelompok aliran saling bersi- lat urrahmi, berint eraksi, berdiskusi t ent ang
nyat aan yang t erj adi di bumi pert iwi, t ermasuk di wilayah-wilayah kabupat en sepert i Banyu- mas. Gesekan, ket egangan, kekerasan, dan kon- f lik yang dipicu oleh kelompok aliran keagama- an merupakan pemandangan yang sering t er- j adi. Islam yang universal, inklusif , t oleran, de- mokrat is dan menj unj ung t inggi nilai-nilai ke- adilan t elah dif ahami oleh kelompok-kelompok aliran keagamaan menj adi Islam yang lokal, sempit , kaku dan keras. Islam sebagai agama yang penuh rahmat , belum memberikan keber- dayaannya dalam ranah yang lebih riil.
UUD 1945 sesungguhnya memberi ruang bagi perbedaan t af sir, sej auh menj alankan iba- dah it u dilakukan dengan t ert ib dan damai, t i- dak ada hak-hak yang dilanggar. Namun demi- kian, ruang unt uk berbeda t af sir di sini dinihil- kan dan yang t ersisa adalah yindak kekerasan yang melawan hukum sepert i pembakaran, pe- ngusiran dan pengucilan. Negara melalui apa- rat nya melakukan pembiaran ( omi ssion) dan j uga int imidasi
t api pada saat yang sama ia sering menebar kekerasan. Sesekali agama dapat merupakan f akt or pemersat u, dan pada saat yang lain ia dapat mencabik-cabik persat uan yang dianj ur- kannya.
7 Kepent ingan agama dan kepent ingan
umat beragama dalam kehidupan sosial bahkan seringkali menj adi t umpang t indih. Di sinilah ket egangan, bahkan konf lik di Indonesia yang t erkait dengan masalah agama dengan keumat - an dapat dipet akan menj adi lima kat egori ket e- ganagn at au konf lik keagamaan, yait u int ern aliran; lint as aliran dalam sat u agama; lint as agama; agama dan kepercayaan lokal sert a agama dan negara.
6 Hal ini dikuat kan oleh hasil kaj ian Af if
Jur nal Pengkaj i an Masal ah Sosi al Dan Keagamaan, Vol .
Menggugat Di skrt i minasi ” , Jur nal Hukum Dan Pembangu- nan, Th. Ke-39, No. 1, Januari 2009, Jakart a, UI, hl m. 64-65. 5 Murniat i Mawar di, “ Corak Ker ukunan Umat Kri st en Dan Umat Isl am Di Kel ur ahan Naikol an Provinsi NTT” , Anal i sa
syar i ’ at at au persoalan-persoalan duniawi. 7 Af i f Muhammad, “ Radikal isme Agama Agama Abad 21” , Al Jami ’ ah, Jour nal of Isl ami c St udi es, Vol . 41, Number 02, Tahun 2003, Yogyakart a – Indonesi a, IAIN, hl m. 309. 8 Muj ahir in Thohir, “ Fundament al isme Keagamaan Dal am Perspekt i f Kebudayaan” , Jur nal Anal i sa, Vol . XVII, No.
02 Jul i – Desember 2010, Bal ai Lit bang Agama, Sema-
Muhammad, t ent ang Radikalisme Agama-Agama Abad 21, bahwa agama sebenarnya menj anj ikan perdamaian dan menyerukan keselamat an, t e- 4 Todung Mul ya Lubis, “ Menegakkan Hak Asasi Manusia,
XVI, No. 2, Jul i-Desember 2009, Semarang, Bal ai Penel i- t ian dan Pengembangan Agama, hl m. 215. 6 Mukhsin Jamil , 2008, Agama Agama Bar u Di Indonesi a,
Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011
Tulisan ini akan menelaah persoalan sisi t eorit ik dari pandangan kelompok Salaf i dalam mengimplement asikan nilai-nilai t oleransi de- ngan kelompok aliran Islam lainnya baik secara riil melalui int eraksi individual maupun komu- nal, at au secara int elekt ual melalui diskusi dan at au t ukar pendapat dalam menghadapi per- soalan umat . Aplikasi amaliyah suat u kelompok aliran t idak lepas dari konsep t eorit ik at au hu- kum yang dikemukakannya.
Pembahasan Peluang Islam Sebagai Aj aran yang Mem- bangun Nilai-Nilai Toleransi
Islam sebagai agama t erakhir yang dit u- runkan Allah, diakui umat nya sebagai aj aran yang lengkap, sempurna, komprehensif dan universal. Akibat dari sif at -sif at nya it u maka aj aran Islam ini berlaku sepanj ang masa, di segala t empat , dan t idak dibat asi oleh sekat - sekat kult ural, budaya, maupun bangsa. Islam sebagai aj aran yang universal, maka banyak
nash yang sif at nya umum, dan t idak appl i cat ed
pada persoalan sosial yang sif at nya sangat ope- rasional, memunculkan problem t ersendiri. Ma- salah ini sering memunculkan ket egangan so- sial, meskipun sebenarnya memberikan ruang gerak int erpret asi yang lebih berkembang.
Peran agama, apabila dilihat dalam kehi- dupan manusia, maka mempunyai ket erika-t an t ersendiri. Pada t at aran t eorit is, ada dua kon- sep yang dapat memperngaruhi para pemeluk- nya dalam berhubungan di ant ara mereka, yak- ni f anat isme dan t oleransi. Kedua konsep ini hendaknya diprakt ekkan dalam pola yang seim- bang. Apabila f anat isme t erlalu kuat , sement a- ra t oleransi lemah, maka yang muncul adalah sikap permusuhan t erhadap pemeluk lain. Na- mun j ika t oleransi yang dominan, maka eksis- t ensi akan melemah, karena dalam sit uasi se- pert i it u para pemeluk agama t idak lagi merasa bangga dengan agama yang dipeluknya
9 .
Di Indonesia, prakt ik t oleransi mengalami pasang surut . Pasang surut ini dipicu oleh pe- mahaman di st ingt i f yang bert umpu pada relasi “ mereka” dan “ kit a” . Dalam kait an ini, sering 9 Endang Turmudi dan Reza Sihbudi, 2005, Isl am Dan dikemukakan bahwa, radikalisme, ekst remisme, dan f undament alisme merupakan baj u kekeras- an yang dit imbulkan oleh pola pemahaman yang eksklusif dan ant i dialog at as t eks-t eks keaga- maan. Seluruh agama harus bert anggung j awab unt uk mewuj udkan keadilan dan kedamaian. Hal ini t idak akan t ercapai hanya dengan me- ngandalkan t eologi eksklusif yang hanya ber- hent i pada klaim kebenaran, t et api membut uh- kan t eologi inklusif yang menj unj ung nilai-nilai pluralism, yang berorient asi pada pembebasan.
Islam, dalam ranah t oleransi, sebenarnya t elah memberikan dasar t eologis yang sangat mendasar. Set iap orang bebas unt uk memilih dan menj alankan agamanya sesuai dengan ke- yakinannya. Bagi manusia disadari at au t idak, adalah berasal dari sumber yang sama yakni Tuhan. Oleh karena it u sangat t idak elegan j ika ant ara yang sat u dengan yang lainnya saling bersit egang, membenci, konf lik dan melakukan t indakan anarkis. Termasuk di dalamnya adalah memicu munculnya perbuat an-perbuat an yang dapat menimbulkan konf lik, bahkan yang di- aj arkan agama adalah menaburkan kasih sa- yang, kedamaian (salam), kepedulian dan saling mengenal ant ar sesama.
Islam, dalam ranah hukum, j uga membe- rikan ruang gerak yang dinamis. Hal ini t erlihat dari penampilan nash Al Quran yang banyak memberikan dzann (dugaan) t erut ama dalam persoalan mu’ amal ah, j ika dibandingkan de- ngan ayat -ayat yang bersif at qat h’ i (past i) t er- ut ama dalam persoalan ibadah. Ayat -ayat yang bersif at dzann ini dikemukakan dengan bahasa yang t idak t egas, memiliki banyak art i yang me- mungkinkan unt uk dit af sirkan dengan makna lain ( i nt er pr et abl e) at au disebut dengan ayat
mut asyabi hat . Teks-t eks t idak t egas inilah yang
menj adi lahan penggalian hukum dalam menye- lesaikan berbagai persoalan kehidupan manusia yang t idak dit emukan j awabannya di dalam Al Quran maupun Al Hadit s
10
. Dengan demikian, meskipun aj aran agama t elah memberikan nu- ansa yang besar bagi pengembangan nilai-nilai 10 Tit ik Tri Wul an Tut ik, “ Anal isis Hukum Isl am t erhadap
Prakt ek Aborsi Bagi Kehamil an Ti dak Dihar apkan (KTD) Aki bat Perkosaan Menur ut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tent ang Kesehat an” , Jur nal Hukum Dan Pemba- Hukum Toleransi Kelompok Salafi Ter hadap Kelompok Islam Lainnya di Kab. Banyumas
t oleransi, t et api dalam kenyat annya, sering muncul ket egangan, disharmoni, dan at au kon- f lik yang berangkat dari agama at au klaim in- t erpret asi kebenaran agama it u sendiri. Masalah sosial, ekonomi, budaya, polit ik, maupun hege- moni penguasa j uga ikut mewarnainya. Salah sat u cara unt uk menanggulangi persoalan t erse- but adalah upaya memunculkan pemikiran, int erpret asi, sikap, t indakan yang didasarkan pada nilai-nilai demokrasi dan inklusivit as.
Pada saat sebagian kelompok Islam ingin menampilkan Islam yang inklusif , dari sisi lain khususnya gerakan Salaf i, yang di masa lalu ha- nya sebagai varian kecil, t iba-t iba muncul seba- gai raksasa corak keIslaman yang dalam gerak- annya selalu mengedepankan t eks dari pada kont eks, bukan hanya mendekonst ruksi t erha- dap apa yang disebut ” Barat ” , t et api j uga me- nyudut kan Islam inklusif , t oleran, adapt if dan set ia pada t radisi
11
. Persoalan sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat demikian kom- pleks, maka pengembangan nilai-nilai t oleransi dalam rangka memunculkan kehidupan yang da- mai, harmonis, set ara dan adil lebih memung- kinkan dari pada pengembangan cara lainnya.
Toleransi sebagai sikap manusia adalah muncul bukan karena f akt or ket erpaksaan, t e- t api benar-benar muncul dari kesadaran hat i yang paling dalam. Sikap inilah yang menj adi landasan ut ama bagi t ercipt anya wadah ber- sama bagi kelompok aliran agama. Dalam suat u perbedaan int erpret asi dari kelompok aliran keagamaan yang masing-masing mengakui me- miliki kebenaran, bahkan mengakuinya seba-gai paling benar, kemudian saling bert abrakan, ma- ka bukan j alan f ormal sepert i pengadilan, hege- moni penguasa unt uk menghanguskan eksis- t ensinya, melainkan j alan negosiasi, melalui pendekat an hat i, pengembangan nilai-nilai t ole- ransi j auh lebih elegan. Pert ent angan int erpre- t asi yang dapat memunculkan konf lik pada ha- kekat nya merupakan perbedaan penaf siran nash yang suci, sehingga cara-cara penyelesaianpun dilakukan dengan cara-cara yang baik dan suci. 11 Anas Sai di, “ Rel asi Pancasil a, Agama Dan Kebudayaan,
Sebuah Ref l eksi ” , Jur nal Masyar akat Dan Budaya, Vol 11, No. 1/ 2009, Jakart a, LIPI, Pusat Penel it ian Kemasya-
Islam sebagai agama t erakhir yang dit u- runkan Allah diakui umat nya sebagai aj aran yang lengkap, sempurna, komprehensif dan uni- versal. Akibat dari sif at -sif at nya it u, maka aj a- ran Islam ini berlaku sepanj ang masa, di segala t empat , dan t idak dibat asi oleh sekat -sekat kul- t ural, budaya, maupun bangsa. Islam, sebagai aj aran yang universal, maka banyak nash yang sif at nya umum, dan t idak appl i cat ed pada per- soalan sosial yang sif at nya sangat operasional, memunculkan problem t ersendiri. Masalah ini- lah yang sering memunculkan ket egangan dan konf lik sosial.
Upaya pengembangan nilai-nilai t oleransi di kalangan kelompok-kelompok aliran keaga- maan dalam Islam adalah pembent ukan f orum yang dij adikan media dalam merealisirnya. Fo- rum ini adalah sebagai media komunikasi dan wadah silat urahmi int elekt ual. Tuj uannya ada- lah unt uk pengembangan nilai-nilai t oleransi, moderasi, demokrasi, keset araan dan keadilan di ant ara kelompok aliran keagamaan yang di- dasarkan pada int erpret asi nash agama. Kepen- t ingan bersama lebih didahulukan. Dalam pro- ses mendahulukan kepent ingan bersama, ada beberapa langkah sebagai pedoman.
Per t ama, bahwa set iap manusia memiliki
hak unt uk melaksanakan aj aran Islam secara t ot al. Kedua, kebenaran int erpret asi manusia t erhadap nash adalah relat if . Hal ini dibukt ikan dalam sej arah Islam, di mana perbedaan-per- bedaan int erpret asi merupakan wacana int elek- t ual yang menakj ubkan. Munculnya kit ab Mad-
zahi bul Ar ba’ ah (Int erpret asi agama menurut 4
Madzhab, yakni Imam Hanaf i, Maliki, Syaf i’ i dan Hambali) karya Abdurrahman al Juj airi, meru- pakan bukt i t ent ang adanya perbedaan int er- pret asi dalam persoalan agama dan sosial. Hal ini nampak j elas ket ika para Imam t ersebut menyampaikan akan relat if nya penda-pat yang dikemukakannya. Imam Abu Hanif ah berkat a: “ Kami hanyalah seorang manusia. Hari ini kami berpendapat demikian t et api besok kami men- cabut nya ". ” Kemudian Imam Malik berpendapat ” Saya hanyalah seorang manusia, t erkadang sa- lah, t erkadang benar. Oleh karena it u, t elit ilah pendapat ku. Bila sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, ambillah; dan bila t idak sesuai dengan Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011
Al-Qur'an dan As Sunnah, t inggalkanlah” . Ke- mudian Imam Syaf i’ I j uga berkat a: “ Bila kalian menemukan dalam kit abku sesuat u yang ber- lainan dengan Hadit s Rasulullah, peganglah Ha- dit s Rasulullah it u dan t inggalkan pendapat ku it u”
12
. Dengan demikian sangat t idak bij ak, apabila seseorang mengkult uskan dan at au memut lakkan suat u madzhab t ert ent u, padahal pendirinya sendiri merelat if kannya.
Kemut lakan Tuhan, sebenarnya dapat di- maklumi bahwa selain Tuhan past i relat if . Oleh karena it u dapat dinyat akan bahwa sesuat u yang dat ang dari Tuhan yakni agama j uga me- miliki nilai absolut . Namun demikian, pada saat manusia menyampaikan aj aran agama, sesuai kapasit asnya sebagai manusia yang t erbat as, maka secara implisit harus mengakui t ent ang kenisbiannya dalam menangkap kebena-ran Tu- han. Sikap t oleran dalam melihat set iap perbe- daan yang relat if it u akan lebih bij ak apabila dimiliki, sehingga t idak sepant asnya apabila da- lam kehidupan masyarakat t erdapat orang at au suat u aliran agama yang merasa memonopoli kebenaran dan kemudian memaksakan kepada orang lain at as nama Tuhan.
Dani Muht ada, menyat akan bahwa mema- hami syari’ at secara proporsional kit a harus melihat Islam sebagai sebuah sist em keyakinan
(bel i ef syst em). Sebagian orang mungkin akan
menolak cara sepert i ini, sebab akan dianggap mensej aj arkan Islam dengan paradigma at au ideologi lain, yang merupakan produk dan reka- yasa manusia (t idak sepert i Islam yang merupa- kan rekayasa Tuhan). Perlu diingat , bahwa t er- dapat hal yang harus diakui, bahwa t idak ada sat upun pola pemikiran Islam yang sungguh- sungguh obyekt if , dalam pengert ian sebagaima- na yang dimaksudkan Tuhan sebagai sumber aj aran. Set iap orang yang mencoba memahami Islam dalam kerangka subyekt ivit asnya, t erle- pas dari apakah subyekt ivit asnya it u dapat di- pert anggungj awabkan secara ilmiah at au t idak, 12 Syaikh Muhammad Nashiruddin Al -Al bani, Pernyat aan
Par a Imam Unt uk Mengikut i Sunnah Dan Meni nggal kan Yang Menyal ahi Sunnah, t er sedia di websit e googl e. co. id/ search?hl =id&sour ce=hp&q= PERNYATAAN+ PARA+IMAM+UNTUK+MENGIKUTI+SUNNAH+DAN+MENINGGA LKAN+YANG+MENYALAHI+SUNNAH& met a=&aq=f & aqi=&aql
sehingga dit emukan pemahaman Islam menurut pola pemikiran orang t ert ent u.
13 Kelompok aliran keagamaan Islam di Ka-
bupat en Banyumas memberikan pandangan bah- wa t oleransi it u perlu diaplikasikan dalam kehi- dupan nyat a, bukan hanya sekedar t eori. Saling menghormat i dalam beribadah, menghormat i peribadat an dilakukan di masj id-masj id yang di bangun oleh kelompok masing-masing, memper- bolehkan kelompok lain unt uk melakukan peri- badat an (sholat ) di masj id kelompok lain. Da- lam kerangka menj aga nilai-nilai t oleransi ant ar kelompok keagamaan Islam inilah diperlukan suat u wadah yang dapat dij adikan media sila- t urahmi int elekt ual. Kemudian dalam upaya pe- ngembangan nilai-nilai t oleransi di kabupat en Banyumas, beberapa kelompok aliran dalam Is- lam yait u Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Islam Jamaah at au lembaga Dakwal Islamiyah Indo- nesia (LDII), Jamaah Tabligh, Syahadat ain dan Salaf i melalui pert emuan yang t elah dif asilit asi FISIP Universit as Jenderal Soedirman unt uk me- ngadakan dialog int erakt if . Namun dalam pert e- muan t ersebut t erdapat sat u kelompok yang t idak berkenan hadir yait u kelompok aliran Sa- laf i. Dialog t ersebut t elah menggagas muncul- nya sebuah f orum yang bernama ” Forum Sila- t urrahmi Int elek-t ual dan Sosial” . Senada de- ngan ide t ersebut Habib Muhsin,
14
memberikan gagasan bahwa dalam proses perubahan menuj u ke arah yang lebih baik diperlukan komunikasi da’ wah melalui ” dialog Islami” yait u dialog lisan, dialog amal, dialog int elekt ual, dialog seni dan dialog agama.
Keberadaan suat u ” wadah” sebagai me- dia unt uk merespon masalah-masalah yang mun-cul kiranya memang cukup mendesak. Ra- hesli Humsona, berpendapat , diperlukan suat u pengembangan lembaga mediasi lokal yang
part isipat if dan melindungi (prot ekt if ), advoka- t if dan konsult at if bagi suat u warga agar hidup rukun, aman dan damai. Dalam mewuj udkan 13 Dani Muht ada, “ El abor asi Syari ’ at Isl am Dal am Konst it usi
Indonesi a: Paradigma Bar u” , Jur nal Konst i t usi , Vol . I, No. 1, Agust us 2008, Jakar t a, PKKKD-FH Uni versit as Mu- hammadiyah Magel ang, MK RI. , hl m. 67-68 14 Habi b Muhsin, “ Menggagas Komunikasi Da’ w ah Bil Hal Di Pedesaan” , Jur nal Il mu Sosi al Al t er nat i f , Vol . IX, No. 2, Hukum Toleransi Kelompok Salafi Ter hadap Kelompok Islam Lainnya di Kab. Banyumas
lembaga yang mant ap perlu dikembangan siner- git as ant ara RT/ RW dengan f orum-f orum ma- syarakat lokal yang sudah ada melalui acara- acara perkumpulan sosial keagamaan yang secara khusus dibut uhkan dan dihargai.
komprehensif dan universal diperlukan, sehing- ga Islam t et ap dapat memberikan peluang besar dan dapat menj adi pembimbing dalam meng- int ernalisasikan nilai-nilai t oleransi dalam kehi- dupan masyarakat , kemudian nilai-nilai t oleran- si yang dikemas dalam wacana int elekt ual t er- sebut , disosialisasikan melalui wadah ” Forum Silat urrahmi Int elekt ual dan Sosial” menj adi ni- lai dasar yang menj adi acuan bagi munculnya kehidupan yang harmonis, demokrat is, mode- rat , adil dan set ara. Forum merupakan media dan alat komunikasi dalam menj alin silat urahmi int elekt ual dan sosial ant ar kelompok aliran ke- agamaan.
Profil Kelompok Keagamaan Salafi dan Pene- rapan Hukum Terhadap Pengembangan Tole- ransi
Pengungkapan prof il kelompok aliran ke- agamaan Salaf i ini t idak secara det ail ke akar- akarnya. Namun hanya berkisar pada sisi se- j arah berdirinya at au masuknya ke wilayah Kabupat en Banyumas, kepengurusannya (kalau ada), j ari-nganya, t uj uan pendiriannya, karak- t erist iknya sert a konsep dan hukum t oleransi- nya. Sej arah pendirian kelompok aliran Salaf i t idak diket ahui secara persis kapan masuk ke wilayah Indonesia. Salaf i dalam kat egori dimak- sud adalah mereka yang t ergolong dalam suat u gerakan dakwah yang ingin meneladani perilaku dan perj uangan Nabi yang dif ahami secara t eks- t ual. Dalam kat egori ini ada dua kelompok Salaf i yait u Salaf i Saudi, yakni mereka yang menj adi alumni perguruan t inggi di Saudi Arabia dan Salaf i Yamani, yakni mereka yang menj adi alumni dari perguruan t inggi Yaman. Sebelum gerakan ini muncul, sebenarnya di Indonesia t elah dikenal ist ilah Salaf i. Hal ini lebih menga- cu pada sist em pendidikan pondok pesant ren 15 Rahesl i Humsona, “ Sit uasi Kr isis Dan Muncul nya Fenome-
na Keker asan” , Jur nal Di nami ka, Vol . 6, No. 1/ 2006,
yang mempelaj ari kit ab-kit ab para ulama Sal af (ulama t erdahulu) at au Sal af us shãl i h. Ulama Salaf diambil dari mereka yang hidup set elah sahabat , yait u t ergolong pada masa
t abi ’ i n dan masa t abi it t abi ’ i n.
15 Pemahaman Islam yang lebih kosmopolit ,
Menurut Ir. Syarif Basyir, Ket ua Cabang Al Irsyad, bahwa dalam masalah pemikiran, Salaf i t erbagai menj adi menj adi 2 (dua) kelompok sebagaimana asal dari proses pembelaj aran yang mereka lakukan, yait u kelompok Salaf i Saudi, dan Kelompok Salaf i Yamani. Dalam kiprah pemikirannya kelompok Salaf i Saudi lebih mode-rat dibandingkan dengan kelompok Salaf i Yamani. Kelompok aliran Salaf i masuk ke wilayah Indonesia sekit ar t ahun 1980-an. Ke- lompok ini bergerak ke pelosok kot a di Indo- nesia, t ermasuk adalah di wilayah Banyumas.
Salaf i sebagai gerakan, merupakan suat u kelom- pok Islam yang berawal dari gerakan Wahabis- me pada era 70-an. Dalam dialog ant ara penulis dengan Ket ua Al Irsyad Cabang Purwokert o, Ir. Syarif Basyir, t ert anggal 21 Okt ober 2010, di- nyat akan bahwa gerakan Salaf i ini sukses da- lam melakukan t ransf ormasi secara keseluruhan model-model Salaf isme yang berorient asi mo- derat -liberal kepada model Salaf isme yang puri- t an, konservat if dan lit eralis. Gerakan Salaf i inilah yang kini sedang melakukan akt if it asnya secara int ens di Indonesia.
Menurut Saef udin (t okoh Salaf i Purwoker- t o) bahwa Salaf i bukan sebuah kelompok, at au golongan t ert ent u yang diident ikkan dengan t ingkat an-t ingkat an st rukt ural kepengurusan. Salaf i t idak punya st rukt ur organisasi, sehingga t idak punya ket ua, sekret aris, namun mem- punyai j amaah. Mereka ada di berbagai ormas keagamaan, asal mereka mengikut i pet unj uk Rasulullah, para sahabat maupun para t abi’ in. Dalam j amaah Salaf i t idak ada seniorit as dan penokohan. Salaf i menganggap bahwa ulama, kiyai, para ahli, para guru, dan sebagainya me- rupakan panut an yang harus dipat uhi. Salaf i lebih berpegang t eguh pada ayat -ayat dan hadit s yang suci yang disampaikan rasul Muham- mad SAW dan at sar para sahabat . Namun de- mikian para ulama at au guru t ersebut secara Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011
16 Salaf i sa-
Tol er ansi Pada Kel ompok Al i r an Keagamaan Mi nor i t as Di Kabupat en Banyumas, Laporan Hasil Penel it i an,
Mi mbar Il mi ah Th. 16, No. 2, Desember 2006, Jakar t a,
ngan t oleransi umat beragama, ust adz Saef udin 18 M. Sukant a, “ Fundament al isme Isl am Di Ti mur Tengah” ,
Kedua, saat dit anya t ent ang pengemba-
perbedaan yang muncul ant ara NU, Muhamadi- yah, kemudian aliran apa pun, sepanj ang yang dit uj u adalah Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman yang menyempur- nakan aj aran Islam. Menurut aliaran ini Islam t i- dak mengaj arkan umat nya unt uk menj adi umat yang pasrah dan malas, akan t et api menj adi umat yang mau berf ikir dan membaca agar ma- nusia menj alakan sebagaimana f ungsinya.
Per t ama, salaf i t idak mempermasalahkan
Konsep pengembangan nilai-nilai t oleran- si diint erpret asikan oleh kelompok salaf i lebih menekankan pada pengembangan t oleransi yang hanya dapat dist andarkan dengan apa yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW, para sahabat , t abi ’ in dan t abii t t abi ’ i n. Berdasarkan ket erangan yang disampaikan t okoh mereka, dapat diungkapkan sebagai berikut .
Dalam bidang pemikiran ini kelompok Salaf i menj adi t erlihat lebih t egas dalam memegang t eks-t eks agama, t et api dalam sisi yang lain ke- lompok ini menj adi kaku dalam kiprah pergaul- an kemasyarakat an.
18 .
menyemir rambut kepala, maka semir yang digunakan adalah selain warna hit am Ket i ga, dalam peribadat an khãs, sepert i sholat j amaah, kelompok Salaf i sangat memelihara dengan baik dan konsist en. Keempat , t idak mau diaj ak dia- log, meskipun dialog agama, apabila orang at au kelompok yang mengaj ak dialog it u dianggap t elah menyimpang dari aj aran Islam yakni pe- nuh dengan perilaku bi d’ ah. Kel i ma, dalam pe- mikirannya memiliki pl at f or m, yakni cenderung melakukan int erpret asi lit eral t erhadap t eks- t eks suci agama dan menolak pemahaman kon- t ekst ual at as t eks-t eks agama, karena dianggap mereduksi kesucial agama; menolak pluralisme, karena mendist orsi pemahaman aj aran agama; memonopoli kebenaran at as t af sir agama, bah- kan mereka menganggap dirinya sebagai peme- gang ot orit as penaf siran agama yang paling benar; dan memiliki korelasi dengan f anat isme, int oleransi, radikaliasme dan milit ansisme
inf ormal adalah sebagai pemimpin.
ngat menekankan bahwa set iap orang seharus- nya mengikut i j alan yang t erang lagi mudah, yakni j alan yang t elah dit empuh oleh para sa- habat Rasulullah Sal l al l ãhu ‘ Al ai hi Wasal l am,
Per t ama, anggot a j amaah kelompok Salaf i pada
Karakt erist ik yang dimiliki kelompok Sala- f i, sebenarnya t idak j auh berbeda dengan kaum Muslimin pada umumnya. Namun secara spesif ik kelompok ini dalam kehidupan masyarakat lebih menonj ol ke “ Arab” nya, sepert i ket ika menge- nakan dalam mengenakan pakaian. Terdapat beberapa karakt erist ik yang dapat diungkapkan.
17 .
ngedepankan sunat ur -r asul wal j amaah. Dalam aplikasinya Salaf i lebih cenderung menerapkan aj aran Rasul secara t ekst ual. Mereka hidup da- lam kesederhanaan dan mengedepankan aj aran agama. Kemudian t idak hanya belaj ar mengaj i (t adãrus) akan t et api lebih kepada menelaah Al Quran. Jaringan yang dibangun adalah melalui kaj ian bersama ant ar kelompok Salaf i sendiri yang dilakukan set iap hari Sabt u ke-2 set iap bulan. Kegiat an ini dipusat kan di masj id Agung “ Bait us Salam” Purwokert o yang diikut i oleh j a- maah dari Kabupat en Banyumas, Purbalingga, Kebu-men, Cilacap, Maj enang maupun daerah- daerah sekit arnya. Kelompok ini j uga mempu- nyai j ari-ngan dengan pondok pesant ren Ibnu Taimiyah yang berada di kecamat an Sumpyuh, Banyu-mas
sal l am, t abi ’ i n (murid-murid shahabat ) dan t a- bi ’ i t t abi ’ i n (murid-murid t abi ’ in). Salaf i me-
imam yang akan dij adikan panut an, maka imam yang hidup pada t iga abad pert ama Islam, dari para shahabat Rasulullah Sal l al l ãhu ‘ Al ai hi Wa-
Wasal l am. Oleh karena it u ket ika menent ukan
perilaku maupun dalam memahami dienul Is- lam yang dibawa Rasulullah Sal l al l ãhu ‘ Al ai hi
t abi ’ i n dan t abi ’ i t t abi ’ i n, baik dalam sikap,
umumnya dari kaum Adam (i khwan) memakai j ubah dan celana congklang (di at as mat a kaki). Kaum hawa (Akhwat ) memakai gaun gamis dan waj ah bercadar. Kedua, j amaah pria memeliha- ra j enggot dan mencukur kumis, apabila mereka 16 Endang Turmudi dan Reza Si hbudi , op. ci t . , hl m. 165. 17 Abdul Rohman, dkk. , 2010, Pengembangan Ni l ai Ni l ai
Hukum Toleransi Kelompok Salafi Ter hadap Kelompok Islam Lainnya di Kab. Banyumas
menj awab bahwa t oleransi merupakan bent uk at au rasa kecint aaan kit a t erhadap sesama umat manusia yang ada di dalam muka bumi ini. Toleransi dit ingkat an dunia t idak begit u dipermasalahkan oleh Salaf i, akan t et api ada bat as t oleransi yakni dit unj ukkan dengan t idak membant u urusan orang-orang kaf ir, t idak akan t oleran dengan orang-orang yang menyimpang dari j alan sahabat dan Rasul dalam int erpret asi mereka.
Ket i ga, dalam menanggapi adanya aliran-
aliran yang banyak bermunculan akhir-akhir ini, Salaf i lebih melihat f enomena t ersebut sebagai hal yang waj ar, karena sudah dipast ikan dalam
kal ãmul l ah bahwa akan bermunculan banyak
golongan dalam Islam. Sebat as aliran t ersebut punya landasan yang kuat dan t idak menyim- pang dari j alan sahabat dan rasul, maka masih dapat di t olerir. Akan t et api apabila yang t er- j adi sebaliknya yakni menyimpang dan at au berselisih dari j alan sahabat dan rasul, maka harus segera disadarkan melalui nasihat unt uk mengingat kan t ent ang kekeliruan yang diper- buat oleh mereka, sepert i t erhadap kelompok Ahmadiyah. Pemikiran Ahmadiyah it u sesat , karena menganggap ada Nabi lagi set elah Mu- hammad SAW. Kekeliruan ini waj ib diingat kan kesalahannya karena orang-orang yang berada di dalamnya adalah orang Islam, t et api pemi- kirannya yang kaf ir. Apabila ada pemikiran yang sesat , maka dapat dicegah dengan cara-cara yang akhsan (baik), ilmiah, dan t idak ada mak- sud kepent ingan pribadi.
Keempat , sesama Muslim harus t oleran. Kel i ma, apabila diundang unt uk mengikut i dan
menj adi nara sumber dalam dialog int erakt if ant ar kelompok aliran keagamaan (Islam), da- lam rangka mengembangkan nilai-nilai t oleransi di ant ara kelompok aliran dalam Islam, Sae- f udin Zuhri menj elaskan bahwa agama it u unt uk disampaikan, bukan unt uk didialogkan. Salaf i ada kecenderungan t idak mau dialog dalam soal agama. Namun apabila ada yang bert anya, dan benar-benar karena t idak t ahu, bukan unt uk menguj i, maka harus dij awab berdasarkan ilmu yang diket ahuinya. Oleh karena it u ket ika di- adakan pert emuan, baik melalui Focus Gr oup
Di scussion (FGD) yang di dalamnya ada dialog
int erakt if maupun wor kshop, dalam rangka un- t uk membicarakan konsep t oleransi secara ber- sama, yang t erdiri dari Salaf i, Hizbut Tahrir In- donesia (HTI), Jamaah Tabligh, Syahadat ain, dan Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII), maka kelompok Salaf i t idak mau dat ang. Mereka beralasan bahwa t erdapat kekhawat ir- an, apabila konsep t oleransi it u membawa pada keberpihakan yang menyimpang dari aj aran Na- bi, Sahabat , Tabi ’ i n maupun t abi i t t abi ’ in; dan Salaf i menganggap bahwa kelompok-kelompok di luar dirinya, yait u yang diaj ak berdialog ada- lah kelompok-kelompok yang t elah berbuat
bi d’ ah, sehingga mereka t idak mau berdialog
dengan kelompok yang dianggap ” menyimpang” t ersebut . Mereka khawat ir barangkali konsep yang disampaikan kelompok-kelompok t ersebut mempengaruhi dirinya, sehingga ia sendiri ma- suk dalam lingkaran yang menyimpang ( bi d’ ah) j uga .
Rasa kekhawat iran it ulah yang menj adi sebab dari t erhalangnya mereka melakukan dia- log dengan kelompok lain. Secara umum gerak- an kelompok Salaf i ini dipengaruhi oleh gerak- an Wahabi di Saudi Arabia. Pendirinya Abdul Wahab berpandangan, bahwa prakt ek Islam kaum Muslimin pada saat it u, t ermasuk yang bersif at rit ual, t idak dilakukan oleh Nabi pada saat hidupnya. Oleh karena it u prakt ek sepert i it u t idak mempunyai ruj ukan dari Nabi, sehing- ga dianggap bi d’ ah, dan set iap bi d’ ah adalah sesat dan set iap yang sesat adalah neraka t em- pat nya. Pola pemikiran ini mencerminkan mo- del pemikiran yang bersif at normat if -t ekst ual. Bahkan Salaf i sebagai kelompok yang berada di luar kelompok Islam Liberal, hanya mendasar- kan pada ot orit as t eks-t eks aj aran agama yai- t u al Quran dan As Sunnah, t anpa melakukan pemikiran secara kont ekst ual
19 .
Pemikiran model normat if t ekst ual sebe- narnya banyak dipengaruhi oleh pemikiran Islam yang berasal dari Timur Tengah, karena model pemikiran yang dikembangkan ant ara lain dit an- 19 Ol af Schumann, “ Jihad f or Whom ?, The Radi cal izat ion of
Rel igion as a Response t o Pol it i cal Oppression: From Tuski sh t o Indonesi an Isl am” , Jour nal of Indonesi an Isl am, Vol . 2, No. 02, Desember 2008, Surabaya, Program Pascasarj ana – Lembaga St udi Agama Dan Sosial , IAIN Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011
dai oleh adanya upaya idealisasi t erhadap realit as sosio-kult ural masyarakat berdasarkan pet unj uk-pet unj uk yang t erdapat dalam Al-Qur- an dan As Sunnah. Realit as sosio-kult ural ma- syarakat yang sangat beragam di dunia ini harus didekat kan dengan model agama yang t ercer- min dalam Al Quran, Sunnah, Shahabat , Tabi ’ i n maupun Tabi it Tabi ’ i n, sehingga t ingkat t ole- ransi t erhadap realit as t ersebut relat if rendah dan t idak j arang muncul kemudian j urang an- t ara idealit as Islam dan realit as umat Islam it u sendiri. Model pemikiran sepert i ini dapat di- j umpai pada t okoh-t okoh Salaf i.