HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK TANI DENGAN EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PACITAN KABUPATEN PACITAN

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK TANI DENGAN EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PACITAN KABUPATEN PACITAN

Oleh : MUHAMMAD DARWIS ZAKARIYYA

H0406004

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK TANI DENGAN EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PACITAN KABUPATEN PACITAN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Disusun Oleh : MUHAMMAD DARWIS ZAKARIYYA

H0406004

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK TANI DENGAN EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PACITAN KABUPATEN PACITAN

yang dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Darwis Zakariyya H0406004

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 14 Juli 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Tanda tangan

Tanda tangan

Tanda tangan

Dr. Ir. Eny Lestari, MSi NIP. 19530405 198303 1 002

Ir. Sutarto, MSi

Dra. Suminah, MSi

NIP. 19661001 200003 2 001

NIP. 19601226 198601 2 001

Surakarta, Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Tanda tangan

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah Mencurahkan karuniaNya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani dengan Efektivitas Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan

Kabupaten Pacitan ”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Ir. Sutarto, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing utama skripsi.

5. Ibu Dra. Suminah, MSi selaku pembimbing pendamping skripsi.

6. Ibu Dr. Ir. Eny Lestari, MSi selaku dosen penguji sekripsi.

7. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

8. Kepala Kesbangpollinmas Kabupaten Pacitan yang telah mempermudah perizinan pengumpulan data.

9. Segenap Penyuluh Pertanian Lapang Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.

10. Pengurus dan anggota Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.

11. Ayah, Ibu dan saudara-saudara tercinta atas segala kasih sayang yang membuat penulis selalu bersemangat dalam menjalani perkuliahan.

iii

12. Teman-teman Wisma Radhityo atas dukungan dan semangat kekeluargaan selama ini.

13. Teman-teman dan sahabat-sahabat atas dukungan yang diberikan kepada penulis.

14. Teman-teman jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan 2006 atas kebersamaan dan kerjasamanya.

15. Kakak-kakak Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian atas berbagai masukan yang disampaikan.

16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak- pihak yang memerlukan.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

iv

43

C. Keadaan Pertanian ...........................................................................

44

D. Keadaan Sarana Perekonomian .......................................................

45

E. Keadaan Umum Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan.................

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

50

A. Identitas Responden ........................................................................

B. Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani Kecamatan Pacitan............ 52

60

C. Efektivitas Kelompok Tani Kecamatan Pacitan .............................

D. Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani dengan Efektivitas Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan ............................................ 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

75

A. Kesimpulan .....................................................................................

76 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 78 LAMPIRAN

B. Saran .............................................................................................

vi

Tabel 5.6 Kategori Sub Variabel Kemampuan Kelompok Tani merencanakan Kegiatan Untuk meningkatkan Produktivitas Usahatani di Kecamatan Pacitan ...................................................................................................... 61

Tabel 5.7 Kategori Sub Variabel Ketaatan Kelompok Tani Terhadap Perjanjian ... 62 Tabel 5.8 Kategori Sub Variabel Kemampuan Pemupukan Modal dan

Pemanfaatan Pendapatan .......................................................................... 63 Tabel 5.9 Kategori Sub Variabel Kemampuan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Hubungan dengan Koperasi ............................................. 65 Tabel 5.10 Kategori Sub Variabel Kemampuan kelompok Tani dalam Mencari dan Memanfaatkan Informasi serta Menggalang Kerja Sama Kelompok ...... 66 Tabel 5.11 Kategori Efektivitas Kelompok Tani Kecamatan Pacitan ....................... 68 Tabel 5.12 Hubungan antara Kepemimpinan Ketua kelompok Tani dengan

Efektivitas Kelompok Tani di kecamatan Pacitan ................................... 70

viii

RINGKASAN

Muhammad Darwis Zakariyya. H0406004. 2010." Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani dengan Efektivitas Kelompok Tani di

Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Skripsi ini disusun di bawah bimbingan Ir. Sutarto, MSi dan Dra. Suminah, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembangunan pertanian akan lebih lancar apabila petani beperan di kelompok tani dalam usaha petani mencukupi kebutuhan taninya. Fungsi kelompok tani akan berjalan baik apabila pemimpin dalam hal ini adalah ketua kelompok tani mampu menggerakkan anggota kelompok tani untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Dalam menggerakkan anggota, kepemimpinan ketua kelompok tani sangat menentukan sikap anggota kelompok terhadap perintah maupun informasi yang diberikan. Kesesuaian keadaan dan kondisi kelompok tani dengan kepemimpinan ketua kelompok tani akan mewujudkan keefektifan kelompok tani yang dibina. Sehingga petani dapat memperoleh manfaat sebagai bagian anggota kelompok tani, oleh karena itu diperlukan efektivitas kelompok tani yang mampu meningkatkan produktivitas usahatani.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan menggunakan metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah yang aktual. Populasi penelitian ini adalah semua anggota kelompok tani di Kecamatan Pacitan yang tergabung di dalam 105 kelompok tani. Penentuan sampel petani menggunakan teknik proportional stratified random sampling di kelompok tani Kecamatan Pacitan. Terpilih 20 kelompok tani dengan sampel 2 orang di setiap kelompok tani. Kelompok tani terdiri dari tingkatan kelompok pemula, lanjut, madya dan utama. Sampel yang digunakan sebanyak 40 responden. Sedangkan metode analisa yang digunakan adalah Uji Korelasi Koefisien Rank Spearman (r s ).

Berdasarkan hasil penelitian Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani dengan Efektivitas Kelompok Tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan menyatakan bahwa: Kepemimpinan ketua kelompok tani di Kecamatan Pacitan tercakup di dalam kategori sedang atau sebesar 70%. Efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan termasuk dalam kategori sedang atau sebesar 65%. Dari hasil uji Rank Spearman dan uji signifikansi pada taraf kepercayaan 95%, diperoleh hasil bahwa hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani dengan Efektivitas Kelompok Tani memiliki hubungan yang signifikan.

ix

SUMMARY

Muhammad Darwis Zakariyya. H0406004. 2010. “ Relation between Farmer Group Chief Leadership with the Farmer Group Effectiveness at

District of Pacitan Regency of Pacitan. Under consultant by Ir. Sutarto, MSi and Dra. Suminah, MSi. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.

Agriculture development will be succeed if farmer participate in farmer group to complete needs. Farmer group function will work well farmer group chief able to move farmer group member to do something to reach target. In moving member, farmer group chief leadership very determine group member attitude to command and information given. According to farmer groups condition and circumstance with farmer groups chief leadership will realize constructed farmer groups effectiveness. So that farmer can obtain, get the benefit from their taking part in as member of farmer groups hence needed by effectiveness of farmer group so that can improve the productivity effort farmer.

This research done at District Pacitan, Regency of Pacitan use the descriptive method, focus research at exist or actual problem. Population of this research is farmers have joined in 105 farmers groups at District Pacitan. Determination of sample farmer done by proportional stratified random sampling in farmer groups of District Pacitan. Chosen twenty farmer groups by sample 2 people each lot farmer. The farmer groups deputize from level of group pemula, lanjut, madya and utama. Responders used as much 40 responders. While analysis method used is Correlation Test Coefficient of Rank Spearman (rs).

Pursuant to result of research and solution studying relation between farmer groups chief leadership with the farmer group effectiveness in District Pacitan regency of Pacitan hence that: level leadership of group farmer chief in District Pacitan included in the middle category equal to 70%. Level of the group farmer effectiveness in District Pacitan pertained by a middle category equal to 65%. From result analyze the Rank Spearman and significance test at belief level 95% got result that between farmer group chief leadership correlate significant with the farmer groups effectiveness.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan di sektor pertanian disesuaikan dengan perkembangan jaman melalui pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian menurut Hadisapoetro dalam Mardikanto (1994) didefinisikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk selalu memperbesar produksi pertanian sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan menambah peralatan, modal dan ketrampilan untuk memperbesar turut campur tangan manusia dalam perkembangan tumbuhan dan hewan.

Menurut Mosher dalam Mardikanto (1996), salah satu faktor yang dapat memperlancar pembangunan pertanian adalah kesadaran masyarakat dalam hal ini ialah petani yang tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani terbentuk karena adanya kenyataan bahwa petani di dalam memenuhi kebutuhan di bidang pertanian membutuhkan kelompok. Kelompok tani merupakan wadah bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan menjadi lebih baik.

Fungsi kelompok tani akan berjalan baik apabila pemimpin dalam hal ini adalah ketua kelompok tani mampu menggerakkan anggota kelompok tani untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Dalam menggerakkan anggota, kepemimpinan ketua kelompok tani sangat menentukan sikap anggota kelompok terhadap perintah maupun informasi yang diberikan. Kesesuaian keadaan dan kondisi kelompok tani dengan kepemimpinan ketua kelompok tani akan mewujudkan keefektifan kelompok tani yang dibina.

Demikian halnya yang terjadi pada kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Sebagai kecamatan yang memiliki jumlah gabungan kelompok tani terbanyak di Kabupaten Pacitan, kepemimpinan ketua kelompok tani menentukan sejauh mana efektivitas kelompok dapat tercipta. Oleh karena itu penelitian ini disusun untuk mengetahui hubungan Demikian halnya yang terjadi pada kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Sebagai kecamatan yang memiliki jumlah gabungan kelompok tani terbanyak di Kabupaten Pacitan, kepemimpinan ketua kelompok tani menentukan sejauh mana efektivitas kelompok dapat tercipta. Oleh karena itu penelitian ini disusun untuk mengetahui hubungan

B. Perumusan Masalah

Mokhzani (1979) dalam Mardikanto (1994) menyatakan asumsi kecenderungan alami dari masyarakat petani untuk menuju kegiatan kerjasama melalui pembentukan kelompok tani menjelaskan bahwa dengan berkelompok akan timbul interaksi dan kerjasama sehingga akan terjadi hubungan timbal balik di antara anggota-anggota kelompok tani yang secara efektif akan mendekatkan pada tujuan dan harapan mereka. Kelompok yang efektiflah yang dapat memenuhi kebutuhan anggota melalui tujuan kelompok. Dalam mencapai efektivitas kelompok tani maka diperlukan seorang ketua kelompok tani sebagai pemimpin aktivitas dari kelompok tani tersebut.

Ketua kelompok tani sebagai pemimpin selayaknya mampu memimpin sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok. Kepemimpinan ketua kelompok tani akan menentukan sejauhmana praktik-praktik pengelolaan sumberdaya manusia di dalam kelompok itu sendiri. Kepemimpinan ketua kelompok tani pada akhirnya bertujuan menciptakan suatu kondisi kelompok tani yang efektif. Dalam menjalankan peran kepemimpinannya, ketua kelompok tani dipengaruhi perilaku kepemimpinannya.

Berkaitan dengan hal tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan ketua kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan?

2. Bagaimana tingkat efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan?

3. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan ketua kelompok tani dengan tingkat efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengkaji kepemimpinan ketua kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan

2. Mengkaji tingkat efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan

3. Mengkaji hubungan antara kepemimpinan ketua kelompok tani dengan tingkat efektivitas kelompok tani di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan

D. Kegunaan penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan

informasi dan landasan dalam mengambil kebijakan selanjutnya.

3. Bagi kelompok tani, dapat memberikan pengetahuan mengenai kepemimpinan ketua kelompok tani dan hubungannya dengan efektivitas kelompok tani.

4. Bagi peneliti lain, bisa digunakan sebagai bahan perbandingan dalam penyusunan laporan sejenis.

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan Pertanian

Mardikanto (1993) mengartikan penyuluhan pertanian sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat (petani) agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usahataninya demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian. Lebih lanjut Van den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan penyuluhan secara sistematis sebagai proses yang:

a. Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan

b. Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut

c. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani

d. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka memiliki berbagai alternatif tindakan

e. Membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal

f. Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya

g. Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.

Tugas utama penyuluhan pertanian adalah untuk memfasilitasi petani belajar dan bertindak melalui penyediaan informasi teknis, akses terhadap fasilitas pengembangan dan dukungan hukum untuk pertanian dan kegiatan usaha. Tujuan dasarnya adalah untuk membantu para petani untuk membantu diri mereka sendiri dalam memecahkan masalah mereka.

The main task of agricultural extension is to facilitate farmers' learning and action through the provision of technical information, access to development facilities and legal support for farming and business activities. Its basic goal is to assist farmers to help themselves in solving their problems. Agricultural extension in Indonesia is conceived as: a means of promoting human development;

a bridge between research findings and their application in the farming community; a mechanism for diffusion of agricultural innovations; a cooperative effort between the central and local governments; and a partnership between the government and the farming community; more specifically, between agricultural extension workers and farmers (Martaamidjaja, 1996).

Schumacher (1976) dalam Mardikanto (1994) menegaskan bahwa kunci keberhasilan setiap pembangunan ekonomi adalah pada pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Sebab melalui pendidikan (seperti halnya juga penyuluhan pertanian), (petani) pelaksana pembangunan itu dapat disiapkan untuk:

a. Memiliki sikap yang mau (responsive) menerima teknologi baru

b. Memiliki kemampuan pengetahuan tentang teknologi baru

c. Memiliki keterampilan untuk menerapkan/menggunakan, mengembangkan, memodifikasi atau bahkan untuk menciptakan sendiri teknologi baru yang dapat menaikkan produktivitas dan pendapatannya.

Penyuluhan merupakan suatu usaha pendidikan non formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau Penyuluhan merupakan suatu usaha pendidikan non formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau

Ibrahim et al (2003) menyatakan bahwa sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah, penyuluhan pertanian harus disertai dengan berbagai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian pada penyuluhan pertanian harus ada usaha pendidikan yang ditujukan kepada petani, memberikan pengetahuan, informasi dan kemampuan baru agar petani dapat bersikap dan bertindak ke arah yang lebih baik. Jadi aspek-aspek yang ingin diperbaiki dalam proses penyuluhan adalah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).

Untuk memajukan usahatani, pemerintah membantu dengan memberikan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh para tenaga dinas penyuluhan pertanian kepada para petani di berbagai tempat. Penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku manusia (petani) yang dilakukan melalui suatu sistem pendidikan. Efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku (petani) sasarannya, baik yang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Kesemuanya itu dapat diamati pada:

a. Perubahan-perubahan kegiatan bertani yang mencakup macam dan jumlah sarana atau teknik bertaninya

b. Perubahan-perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya

c. Perubahan dalam mengelola usaha (perorangan, kelompok, koperasi) serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usahataninya (Liliweri, 1997).

Dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pendidikan non formal dari penyuluh kepada masyarakat tani yang bertujuan memperbaiki aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan petani dalam usahatani yang dikelolanya.

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan secara umum menurut Onong (1981) menunujukkan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu karya, seperti buku, lukisan dan sebagainya atau melalui kontak pribadi anatar seseorang dengan orang lain secara tatap muka (face to face ).

Tidak dapat disangkal bahwa keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Bahkan kiranya dapat

diterima sebagai trueisme apabila dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya (Siagian, 1999).

Stogdill (1974) identified the following skills as critical to leaders: clever, conceptually skilled, creative, diplomatic and tactful, fluent in speaking, knowledgeable about group task, organised (administrative ability), persuasive, socially skilled.

Stogdill mengidentifikasi keterampilan yang penting bagi para pemimpin antara lain pintar, keterampilan konseptual, kreatif, diplomatik dan bijaksana, fasih dalam berbicara, paham tentang tugas kelompok, terorganisir (dalam hal kemampuan administratif), persuasif dan keterampilan sosial.

Yuki dan Wexley (2003) membagi aspek kepemimpinan yang sangat sering dikaji dalam literatur kepemimpinan dalam organisasi adalah:

a. Sifat Pemimpin Menurut Rivai (2003), teori sifat berusaha mengidentifikasi karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan. Sehubungan dengan hal itu, Depositario dalam Mardikanto (1996) mengemukakan beberapa karakteristik pemimpin di dalam penyuluhan yang meliputi:

1) Diterima dan disegani masyarakat karena hasil kerjanya. Seorang pemimpin harus benar telah memperoleh pengakuan dari seluruh anggotanya sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang andal untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil yang baik.

2) Memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tugasnya dengan baik dan mudah dihubungi oleh warga masyarakatnya.

3) Memiliki kondisi fisik yang kuat dan mental yang sehat. Seorang pemimpin sangat dituntut kekuatan/ketahanan fisik dan mentalnya untuk melaksanakan tugas dan menghadapi beragam masalah yang umumnya tidak mudah dipecahkan sendiri.

4) Memiliki kesediaan untuk berbagi pengetahuan/pengalaman. Seorang

kewajiban untuk menyebarluaskan/menyampaikan pengetahuan/keterampilan baru serta pengalamannya kepada orang yang dipimpinnya.

pemimpin

memiliki

5) Memiliki kepekaan social yang tinggi serta memiliki kepekaan yang tinggi tentang suasana dan perasaan para anggotanya yang bekerja sama dengannya.

6) Memiliki minat yang tinggi untuk mengikuti latihan-latihan dalam setiap upaya pengembangan dan perbaikan kegiatan yang dilaksanakannya.

7) Memiliki motivasi yang tinggi untuk memimpin dan mengembangkan kemampuan dirinya sendiri.

b. Perilaku Kepemimpinan Banyaknya fungsi-fungsi dan aktifitas kepemimpinan yang hampir-hampir tidak terbatas, satu tujuan riset awal terhadap perilaku organisasi adalah identifikasi kategori perilaku yang berarti dan relative berbeda. Riset tentang kategori perilaku pemimpin telah dilakukan Ohio State University di tahun 1950. Dua kategori perilaku utama ditemukan dan keduanya masing- masing diberi nama konsiderasi dan pembentukan struktur.

c. Kekuasaan Pemimpin Analisa tentang kekuasaan pemimpin merupakan pendekatan ketiga yang digunakan dalam studi kepemimpinan. Kekuasaan (power) didefinisikan sebagai kapasitas mempengaruhi perilaku orang lain. Seseorang dianggap mempunyai kekuasaan sepanjang terus dapat mempengaruhi bawahannya.

Teori perilaku kepemimpinan tidak mencari ciri atau kemampuan bawaan. Sebaliknya, mereka melihat apa yang pemimpin lakukan. Jika kesuksesan dapat dilukiskan sebagai tindakan, maka relatif mudah bagi orang lain untuk bertindak dengan cara yang sama.

Behavioral theories of leadership do not seek inborn traits or capabilities. Rather, they look at what leaders actually do. If success can be defined in terms of describable actions, then it should be relatively easy for other people to act in the same way (Anonim, 2010).

Kreitner dan Kinicki (1998), mengemukakan bahwa: situational control refers to the amount of control and influence the leader has in her or his immediate work environment. There are three dimensions of situational control:

a. Leader-member relations, reflect the extent to which the leader has the support, loyalty and trust of the work group. this a. Leader-member relations, reflect the extent to which the leader has the support, loyalty and trust of the work group. this

b. Task structure is concerned with the amount of structure contained within tasks performed by the work group.

c. Position power refers to the degree to which the leader has formal power to reward, punish or otherwise obtain compliance from employees

Apabila diartikan dapat dimaksudkan sebagai berikut, kendali situational mengacu pada jumlah kendali dan pengaruh yang dimiliki pemimpin lingkungan pekerjaannya. Ada tiga dimensi kendali situational:

a. Hubungan pemimpin-anggota, mencerminkan tingkat dimana pemimpin mempunyai dukungan, kesetiaan dan kepercayaan menyangkut kelompok kerja itu. Dimensi ini adalah komponen kendali situational yang paling utama. Hubungan pemimpin- anggota yang baik menyatakan bahwa pemimpin dapat tergantung pada kelompok, memastikan bahwa kelompok kerja akan mencoba untuk menemukan sasaran dan tujuan pemimpin.

b. Struktur tugas mempunyai kaitan dengan jumlah struktur yang dimasukkan di dalam tugas yang dilakukan oleh kelompok kerja.

c. Kekuasaan mengacu pada tingkat dimana pemimpin mempunyai kuasa formal untuk memberi penghargaan, menghukum jika tidak memperoleh pemenuhan dari anggota.

Dengan demikian kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi, membimbing dan mengontrol pikiran dan tingkah laku orang lain agar melakukan suatu tindakan yang diinginkan untuk mencapai keberhasilan organisasi. Aspek yang dikaji dalam kepemimpinan meliputi sifat pemimpin, perilaku pemimpin dan kekuasaan pemimpin.

3. Ketua Kelompok Tani sebagai Pemimpin

Pemimpin adalah individu dalam sebuah unit kerja yang selalu harus memenuhi minat dan harapan semua orang. Oleh karena itu pemimpin haruslah:

a. Orang yang terkemuka dalam organisasi yang merupakan pusat perhatian perilaku anggotanya

b. Seseorang yang secara sosiometrik paling disukai oleh seluruh anggotanya

c. Seseorang yang dilatih untuk mempengaruhi orang lain

d. Seorang ketua yang mengepalai, kehadiran orang itu diakui kelebihannya melebihi siapapun yang ada di dalam kelompok itu

e. Seseorang yang patut diikuti oleh orang lain karena tingkah lakunya maka dia ditetapkan sebagai seseorang yang mempunyai posisi dalam struktur (Liliweri, 1997).

Gibson, et al (2000) mendefinisikan pemimpin sebagai agen perubahan yang mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain lebih dari kemampuan orang lain mempengaruhinya. Kepemimpinan terjadi manakala salah seorang anggota kelompok memodifikasi kemampuan atau motivasi orang lain di dalam kelompok.

Leaders are agents of change, persons whose act affect other people more than other people's act affect them. Leadership occurs when one group member modifies the motivation or competencies of others in the group. The leadership definition implies that it involves the use of influence and that all interpersonal relationships can involve leadership.

Menurut Muhammad (2001), pemimpin yang baik mempunyai sifat-sifat tertentu seperti: bertanggungjawab, mempunyai kemampuan yang lebih, mempunyai status yang lebih tinggi, jujur dan percaya diri. Pimpinan yang efektif haruslah menyelesaikan kedua tujuan aktifitas kelompok yaitu tujuan fungsional dan pemeliharaan. Oleh karena itu pimpinan kelompok disamping pimpinan dalam melaksanakan tugas Menurut Muhammad (2001), pemimpin yang baik mempunyai sifat-sifat tertentu seperti: bertanggungjawab, mempunyai kemampuan yang lebih, mempunyai status yang lebih tinggi, jujur dan percaya diri. Pimpinan yang efektif haruslah menyelesaikan kedua tujuan aktifitas kelompok yaitu tujuan fungsional dan pemeliharaan. Oleh karena itu pimpinan kelompok disamping pimpinan dalam melaksanakan tugas

Kelompok tani dipimpin oleh seseorang ketua kelompok tani (dan pengurusnya) yang membina 10-20 petani maju yang masing- masing memimpin 1 kelompok kegiatan atau satu kelompok blok (kelompok blok hamparan yang terdiri atas 5-10 petani pengikut), (Hadisapoetra, 1978).

Ketua kelompok tani menurut Soedijanto (1999), adalah pemimpin yang atas kepandaiannya sendiri bekerjasama sebagai partner penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian bagi kelompok taninya dan masyarakat di sekitarnya. Adapun ciri-ciri ketua kelompok tani adalah:

a. Menggarap sendiri usahataninya dan berhasil

b. Dinamis dan responsive terhadap perubahan

c. Disegani dan mempunyai pengaruh baik terhadap lingkungan

d. Mampu memimpin dan membina kelompok tani. Singh dalam Mardikanto (1996) mengemukakan beberapa peran pemimpin dalam penyuluhan yang mencakup:

a. Membantu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah

b. Melakukan percontohan yang perlu ditiru oleh anggotanya

c. Menggerakkan segenap anggota kelompok sesuai dengan fungsinya masing-masing

d. Mendorong dan meningkatkan interaksi antar anggota kelompok agar terjalin keserasian pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing anggotanya demi tercapainya tujuan bersama

e. Menggerakkan kerjasama kelompok agar semua kegiatan yang dilaksanakan merupakan kesatuan kegiatan yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya dan yang selalu mengarah kepada tercapainya tujuan bersama

f. Menunjukkan potensi sumber daya yang tersedia dan mendorong segenap anggotanya agar tahu dan mampu untuk memanfaatkan f. Menunjukkan potensi sumber daya yang tersedia dan mendorong segenap anggotanya agar tahu dan mampu untuk memanfaatkan

Elit kelompok tani merupakan formal leader karena mereka memperoleh kekuasaan berdasarkan kedudukannya dan mereka memiliki kekuasaan yang bersumber pada karisma pribadi, sebab petani-petani yang diakui oleh petani di wilayahnya sebagai petani yang berhasil usahataninya, responsif terhadap pembaharuan dan dipandang mampu memimpin anggotanya (Mardikanto, 1994).

Dengan demikian ketua kelompok tani dapat didefinisikan sebagai individu yang dijadikan pemimpin karena dianggap memiliki kelebihan dibandingkan dengan anggota tani yang lain dan mampu mempengaruhi anggotanya.

4. Efektivitas

Prawirosentono (1999) mendefinisikan efektifitas kelompok yaitu tercapainya tujuan kelompok sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Kelompok menjadi efektif menurut Krech dan Cruthfield (1962) dalam Santosa (1999) apabila kelompok merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi yaitu kebutuhan berkawan, dukungan dan cinta kasih. Sarana untuk mengembangkan, memperkaya serta menetapkan rasa harga diri serta identitasnya, sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial, sarana memperkuat perasaan aman, tenteram dan kekuasaan atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama dan sarana dimana suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab.

Ukuran efektivitas kelompok tani menurut Nikmatullah (1995) dan Sekaran (1989) dibatasi pada produktivitas kelompok, kepuasan anggota kelompok dan semangat kelompok.

a. Produktivitas Kelompok

Produktivitas menurut Kopelman (1986) dalam Mauled (2004) adalah suatu konsepsi sistem yang diekspresikan sebagai rasio yang merefleksikan bagaimana memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya secara efisien untuk menghasilkan luaran. Sedangkan menurut Sartono (2004) produktivitas kelompok diartikan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok yaitu kearah nilai yang lebih positif/lebih negatif.

b. Kepuasan Anggota Kelompok Kepuasan menurut Drever (1986) adalah keadaan perasaan sederhana yang menyertai setiap tujuan atau keadaan akhir dalam perasaan yang menyertai pencapaian oleh dorongan hati dan tujuannya. Kepuasan menurut Robbins dan Judge (2007) adalah perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi kharakteristiknya.

c. Semangat Kelompok tani Morale adalah sikap/semangat yang khas yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan suatu usaha, kegembiraan dan organisasi yang baik (Chaplin, 2005). Semangat menurut Moekijat (1981) menggambarkan suatu perasaan yang berhubungan dengan tabiat, jiwa, semangat kelompok, kegembiraan dan kegiatan. Dalam kelompok, semangat menunjukkan iklim dan suasana pekerjaan.

The effectiveness of a work group is determined by the ability, knowledge, experience, and communication skills of facilitator, as mediated by the personal characteristics which includes appearance, gender, and race. The model suggests that a work group is likely to perform well if its facilitator is very knowledgeable and skillful with regard to the task at hand, make a great effort in guiding the group members, is a good listener and have good communication skills to convey the necessary notions and prerequisites for successfully completing the task.

Efektivitas kelompok kerja ditentukan oleh kemampuan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan komunikasi fasilitator, seperti yang ditengahi oleh karakteristik pribadi yang mencakup penampilan, jenis kelamin, dan ras. Model ini menunjukkan sebuah kelompok kerja cenderung berperforma baik jika fasilitator berpengetahuan luas dan terampil dengan tugasnya, membuat usaha besar dalam membimbing para anggota kelompok, pendengar yang baik dan mempunyai keterampilan berkomunikasi untuk menyampaikan gagasan dan prasyarat yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan tugas. (Baninajarian dan Zulhamri, 2009)

Efektivitas kelompok tani erat kaitannya dengan kinerja yang selanjutnya Prawirosentono (1999) mendefinisikan kinerja atau performance sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Pengukuran efektivitas kelompok tani dapat dengan menggunakan Lima Jurus Kemampuan Kelompok Tani yang didefinisikan Dinas Pertanian (1999) dalam Purwadi (2005) yaitu kriteria penilaian kelompok tani berdasarkan skor yang diperoleh dari kemampuan setiap kelompok tani dalam hal:

a. Kemampuan dalam hal merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usaha tani

b. Kemampuan mentaati dan melaksanakan perjanjian dengan pihak lain

c. Permodalan

d. Kemampuan meningkatkan hubungan melembaga antara kelompok tani dengan KUD

e. Kemampuan menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi serta kerjasama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas usahatani.

Dengan demikian efektifitas kelompok tani merupakan pencapaian tujuan kelompok kelompok tani yang direncanakan sebelumnya yang meliputi kepuasan, produktivitas dan semangat kelompok tani dan dapat diukur melalui jurus kemampuan kelompok tani.

5. Kelompok Tani

Menurut Allen (1958) The informal organization refers largerly to what people do because they are human personalities to their actions in terms of needs, emotions and attitudes, not in terms of procedures and regulations. In the informal organizations, people work together because of their personal likes and dislikes. to facilitate his work, he made use of informal organizational relationships as frequently as he needed them. The effectiveness of this group depended upon informal relations, the recognition of a common goal and the desire to work together in accomplishing it. There no principles of formal organization which apply to the formation or operation of such groups, but they are a commonplace and necessary part of the operation of every company

Organisasi informal secara umum mengacu pada apa yang orang lakukan karena kepribadian mereka terhadap tindakan mereka dalam kaitannya dengan kebutuhan, emosi dan sikap, yang tidak berkaitan dengan prosedur dan peraturan. Di dalam organisasi informal, orang bekerja sama karena pribadi mereka suka maupun tidak suka. Untuk memudahkan pekerjaan, hubungan informal organisasi sering digunakan ketika dibutuhkan. Efektivitas grup ini tergantung atas hubungan- hubungan informal, pengakuan tujuan umum dan keinginan bekerja sama di dalam menyelesaikan pekerjaan. Di dalam kelompok ini prinsip organisasi formal tidak berlaku dalam formasi atau operasi organisasi, tetapi mereka adalah bagian yang biasa dan saling memerlukan dalam menjalankan organisasi.

Kelompok terdiri atas dua atau lebih individu, yang ada secara bersama-sama dalam satu hubungan psikis tertentu, dimana kondisi Kelompok terdiri atas dua atau lebih individu, yang ada secara bersama-sama dalam satu hubungan psikis tertentu, dimana kondisi

A group can be defined as two or more humans that interact with one another, accept expectations and obligations as members of the group, and share a common identity. By this definition, society can be viewed as a large group, though most social groups are considerably smaller. A true group exhibits some degree of social cohesion and is more than a simple collection or aggregate of individuals, such as people waiting at a bus stop. Characteristics shared by members of a group may include interests, values, ethnic or social background, and kinship ties (Paul Hare dalam Anonim, 2006).

Menurut Feldman (1998) according to many social psychologist, though, the most useful view of groups involves the consideration of several basic criteria that all groups seem to share. In this view, a groups consists of two or more people who (1) interact with one another, (2) perceive themselves as a group, and (3) they are interdependent, bahwa menurut para psikolog sosial, pandangan mengenai kelompok memiliki beberapa ukuran-ukuran dasar bahwa semua anggota kelompok saling berbagi. Dalam pandangan ini, suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih, saling berhubungan satu sama lain, merasa diri mereka sebagai kelompok, dan saling tergantung.

Samsudin (1993) mengemukakan kelompok tani merupakan kumpulan petani yang bersifat non formal dan berada dalam lingkungan pengaruh ketua kelompok tani, memiliki pandangan dan kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan bersama, dimana hubungan antara satu sama lain sesama anggota kelompok tani bersifat luwes, wajar dan kekeluargaan. Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana Samsudin (1993) mengemukakan kelompok tani merupakan kumpulan petani yang bersifat non formal dan berada dalam lingkungan pengaruh ketua kelompok tani, memiliki pandangan dan kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan bersama, dimana hubungan antara satu sama lain sesama anggota kelompok tani bersifat luwes, wajar dan kekeluargaan. Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana

Departemen Pertanian (2004) mendefinisikan kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk mengembangkan usaha anggota.

Menurut Soedijanto (1996) dalam Supanggyo (2007) pengelompokan petani yang bermacam-macam menjadi empat kelompok tani, yaitu kelompok pemula, kelompok lanjut, kelompok madya dan kelompok utama. Penyusunan kelompok-kelompok tersebut mendasarkan pada kemampuan kelompok yang disusun berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani yang dikenal sebagai 10 jurus kemampuan kelompok tani.

Menurut Dinas Pertanian (1999) dalam Purwadi (2005), kelompok tani dibagi atas empat kelas kelompok tani, yaitu kelas utama, madya, lanjut dan pemula. Pembagian kelas kelompok tani ini berdasarkan penilaian yang dilakukan Dinas Pertanian terhadap setiap kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok, pengurus dari masing-masing kelompok tani.

Total skor untuk semua kriteria adalah 1000 dan untuk masing- masing kelas dikelompokkan berdasarkan skor dengan kriteria yaitu:

a. Kelas utama merupakan kelas kelompok tani tertinggi, yaitu memiliki skor 751-1000 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Sangat mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana

2) Sangat mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati perjanjian dengan pihak lain

3) Kelompok sangat mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, sangat mampu secara terus-menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, sangat mampu secara 3) Kelompok sangat mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, sangat mampu secara terus-menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, sangat mampu secara

4) Kelompok sangat mampu secara terus-menerus dan teratur mencari, menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok, melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok sangat mampu menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani

b. Kelas madya adalah kelas kelompok tani yang tinggi, yaitu memiliki skor 501-750 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana

2) Mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati perjanjian dengan pihak lain

3) Kelompok mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, mampu secara terus-menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, mampu secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan pemasaran melalui KUD dan mampu memanfaatkan pelayanan yang disediakan KUD.

4) Kelompok mampu secara terus-menerus dan teratur mencari, menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok, melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok mampu menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani

c. Kelas lanjut adalah kelas kelompok tani yang cukup tinggi, yaitu memiliki skor 251-500 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Cukup mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana

2) Cukup mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati perjanjian dengan pihak lain

3) Kelompok cukup mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, cukup mampu secara terus-menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, cukup mampu secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan pemasaran melalui KUD dan cukup mampu memanfaatkan pelayanan yang disediakan KUD.

4) Kelompok cukup mampu secara terus-menerus dan teratur mencari, menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok, melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok cukup mampu menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani

d. Kelas pemula adalah kelas kelompok tani yang paling rendah, yaitu memiliki skor 0-250 dengan kriteria sebagai berikut:

1) Kurang mampu mengetahui potensi wilayah dan penyusunan rencana

2) Kurang mampu melaksanakan perjanjian dengan pihak lain dan mentaati perjanjian dengan pihak lain

3) Kelompok kurang mampu dalam mendorong anggota atau pengurus kelompok tani untuk menjadi anggota atau pengurus KUD, kurang mampu secara terus-menerus melakukan kegiatan produksi atas dasar kerjasama dengan KUD, kurang mampu secara teratur dan terus menerus melakukan prosesing dan pemasaran melalui KUD dan kurang mampu memanfaatkan pelayanan yang disediakan KUD.

4) Kelompok kurang mampu secara terus-menerus dan teratur mencari, menyampaikan dan memanfaatkan informasi, kerjasama anggota kelompok, melakukan pencatatan analisa usahatani dan anggota kelompok kurang mampu menerapkan rekomendasi teknologi dan meningkatkan produktivitas usahatani.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kelompok tani adalah kumpulan dua atau lebih petani yang memiliki kesamaan kepentingan dan kondisi dimana terdapat ketergantungan dan saling mempengaruhi antara petani satu dengan yang lainnya.

B. Kerangka Berpikir

Kelompok tani merupakan suatu wadah bagi petani untuk menyalurkan gagasan, opini dan ide serta sarana bagi petani untuk memperoleh informasi tentang inovasi pertanian. Dalam melaksanakan kegiatan kelompok, dibutuhkan seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin. Keberhasilan dan kegagalan kelompok tani ditentukan oleh kepemimpinan ketua kelompok tani.

Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh pemimpin kelompok untuk mencoba mempengaruhi dan menggerakkan orang lain. Kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang ketua kelompok tani dapat berbeda dengan kepemimpinan yang dilakukan oleh ketua kelompok tani yang lain sesuai dengan kondisi dan situasi ketua kelompok tani tersebut.

Kepemimpinan ketua kelompok tani akan mempengaruhi struktur dan kultur kelompok tani. Dari pengaruh tersebut akan menentukan kebijaksanaan dan perilaku sumberdaya manusia di dalam kelompok tani. Kebijaksanaan dan perilaku sumberdaya manusia inilah yang nantinya menjadi penentu efektivitas kelompok tani.

Efektivitas dari suatu kelompok tani sangat diperlukan dalam kegiatan pembangunan pertanian, karena hanya melalui kelompok tani yang efektiflah yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi anggotanya. Tingkat efektivitas kelompok tani diukur dengan mengacu pada lima jurus kemampuan kelompok tani yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian yaitu kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani, kemampuan Efektivitas dari suatu kelompok tani sangat diperlukan dalam kegiatan pembangunan pertanian, karena hanya melalui kelompok tani yang efektiflah yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi anggotanya. Tingkat efektivitas kelompok tani diukur dengan mengacu pada lima jurus kemampuan kelompok tani yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian yaitu kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani, kemampuan

Efektivitas Kelompok Tani meliputi

Kemampuan

Kelompok tani Kelompok Tani dalam:

a. Merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani

Kepemimpinan Ketua

b. Ketaatan dan pelaksanaan Kelompok tani:

perjanjian

Tinggi

c. Pemupukan modal dan

a. Sifat pemimpin pemanfaatan pendapatan Sedang

b. Perilaku pemimpin

d. Peningkatan hubungan