Relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi bagi pemberdayaan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam rangka pelestarian lingkungan hidup - USD Repository

  

RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI

BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Febriyanto NIM: 021124011

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  S K R I P S I RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

  Oleh: Febriyanto

  NIM: 021124011 Telah disetujui oleh:

  Pembimbing,

  

S K R I P S I

RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI

BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP

  Dipersiapkan dan ditulis oleh Febriyanto

  NIM: 021124011 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 1 September 2007 dan dinyatakan memenuhi syarat

  SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama Tanda Tangan

  Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. …………………… Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd. …………………… Anggota : 1. Dra. J. Sri Murtini, M.Si. ……………………

  2. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si. ……………………

  3. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. …………………… Yogyakarta, 1 September 2007

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

  Dekan,

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: bapakku ibuku, saudara-saudaraku, dan semua orang yang berkehendak baik dalam pelestarian lingkungan hidup.

  

MOTTO

  “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”

  (Hos 6:3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 23 Juli 2007 Penulis,

  Febriyanto

  

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST.

  

FRANSISKUS ASISI BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT DI KEUSKUPAN

AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN

HIDUP”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis akan krisis lingkungan

  hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak. Krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak saat ini telah mengancam kehidupan semua makhluk hidup yang ada saat ini dan generasinya yang akan datang.

  Krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak disebabkan oleh manusia yang cenderung berusaha menguasai dan mengeksploitasi lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Manusia menganggap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya hanya sebagai obyek kebutuhannya saja, tanpa mempertimbangkan kelestarian dan penghargaan terhadap keagungan nilai ciptaan Allah yang terkandung di dalamnya. Kenyataan semacam ini memberikan tuntutan kepada manusia untuk memperbaharui pandangan, sikap dan perilakunya terhadap lingkungan hidup. Dalam rangka pembaharuan pandangan, sikap dan perilaku manusia ini, penulis mengajak manusia untuk bersahabat dan mencintai lingkungan hidup melalui pembentukan kepribadian berdasarkan spriritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi. Dalam hidup sehari-hari, St. Fransiskus Asisi sungguh bersahabat dengan seluruh ciptaan yang ada di sekitarnya. Ia begitu mencintai dan menghargai keagungan Allah yang terkandung dalam tiap-tiap ciptaanNya. Pada akhirnya, persahabatan dengan ciptaan tersebut dapat menghantar dirinya dalam relasi yang harmonis dengan Allah Pencipta. Oleh karena itu, kepribadian St. Fransiskus Asisi perlu diteladani oleh manusia saat ini dalam rangka mewujudkan keutuhan ciptaan. Dalam upaya pembentukan kepribadian manusia yang senantiasa menjaga keutuhan ciptaan ini, katekese umat merupakan momen yang penting pertama-tama untuk membantu jemaat agar menyadari dan peka terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitarnya, kemudian berupaya untuk mengatasinya secara bersama-sama. Di dalam katekese umat, jemaat dapat menggali inspirasi dan belajar mencintai alam sesuai dengan teladan St Fransiskus Asisi. Maka, di dalam skripsi ini penulis membuat sekaligus menawarkan usulan program katekese umat dalam rangka pelestarian lingkungan hidup berdasarkan spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi.

  Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan bagi semua orang yang berkehendak baik dalam melestarikan lingkungan hidup berdasarkan spritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi. Secara khusus bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam rangka pelestarian lingkungan hidup di bumi Keuskupan Agung Pontianak tercinta.

  ABSTRACT The title of the thesis is “THE COSMIC SPIRITUALITY OF ST.

  

FRANCES DE ASISI FOR EMPOWERING THE FAITHFUL AT

ARCHBISHOP PONTIANAK IN THE FRAME WORK OF

ENVIRONMENTAL CONSERVATION”. This title has been chosen according

  the writer’s concern of environmental crisis which has been happening in the Archbishop Pontianak. Presently, the environmental crisis happeneing in the Archbishop Pontianak. Can threaten all God’s creatures now and in the future.

  The environmental crisis that has happened in Archbishop Pontianak is caused by the people who try to control and exploit environmental conservation in their neighborhood. People think that the environment in their surrounding is only their object to get their needs. They never observe the conservation needs and appreciation towards the grandeur of God’s power. In reality, people must renew their capability to appreciate God’s mercy in taking care the environment. To revitalize people’s point of view, attitude, and behavior, the writer asks people to understand and love the environment through personal appreciation related to the cosmic spirituality of St. Frances. In the daily life, St. Frances Asisi declared his love and friendship to all God’s creatures. He really loved and appreciated God’s blessings, through his creatures. Finally, the friendship with all creatures could bring him in to a harmonic relation with God. Because of that, St. Frances’s personality needs to be applied by the faithful today to protect God’s creation wholly together. Through catechism, the faithful can find the inspiration and learn to love the universe as deep as what St. Frances has done. So, in the thesis the writer does not only make but also proporse the cathecism programs with the aim of conserving the environment according to cosmic spirituality St. Frances De Asisi.

  The writer hopes that the thesis can be one source of ideas and hope that the faithful do the better things for the environmental conservation to based on the cosmic spirituality of Frances. Specifically, for the faithful at the Archbishop Pontianak. Hopefully, the thesis can give advantages is beneficial for them in their way to conserve the environment of the beloved archbishop Pontianak.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI BAGI

  

PEMBERDAYAAN JEMAAT DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP”.

  Skripsi ini ditulis berdasarkan keprihatinan penulis terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini, khususnya di Keuskupan Agung Pontianak. Krisis ini terjadi karena ulah manusia yang secara serakah mengekploitasi bumi. Sebagai akibatnya terjadilah kerusakan alam, selain itu pelbagai sendi kehidupan publik juga menjadi terpuruk, baik itu ekonomi, sosial, budaya, religius dan politik. Banyak masyarakat yang mengandalkan alam sebagai mata pencahariannya menjadi kehilangan sumber kehidupan, bahkan pelbagai pencemaran dan kerusakan alam telah menimbulkan bencana yang merugikan hidup manusia. Situasi yang memprihatinkan ini menuntut gerakan bersama dalam pelestarian lingkungan hidup.

  Berhadapan dengan situasi semacam ini manusia perlu menciptakan paradigma baru dalam berelasi dengan alam. Manusia harus menjaga dan menghargai alam, karena dalam masing-masing unsur ciptaan tersebut telah mempunyai nilai dan martabat untuk tetap ada di dunia ini. Paradigma baru yang perlu diupayakan oleh manusia ini dapat terwujud dengan sikap penghargaan dan kemampuan untuk berelasi dengan alam secara harmonis. Salah satu jalan untuk mewujudkan mampu berelasi secara harmonis dengan alam ciptaan. Ia juga sungguh menyadari eksistensinya di tengah dunia sebagai mandataris Allah pencipta yang bertugas menjaga keutuhan dan keharmonisan ciptaan. Kedekatan St. Fransiskus dengan alam ciptaan ini pada akhirnya mampu menghantar dirinya pada pertemuan secara pribadi dengan Pencipta. Oleh karena itu, kepribadian St. Fransiskus Asisi layak untuk diteladani berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup saat ini. Secara nyata spiritualitas ini digali dalam katekese umat, sehingga dapat sungguh memberdayakan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka.

  Skripsi ini telah disusun berkat dukungan dan bantuan pelbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis dengan hati yang tulus mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen pembimbing utama yang telah mendampingi, membimbing, memberikan perhatian, sumbangan pemikiran, dan memotivasi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  2. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing kedua yang telah bersedia membimbing, mendampingi, dan memotivasi penulis selama studi sampai dengan penyelesaian sripsi ini.

  3. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen penguji ketiga yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan berkaitan isi skripsi ini.

4. Segenap staf, dosen, dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

  Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang membantu penulis selama studi sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  5. Rekan-rekan mahasiswa, angkatan 2001 dan 2002 yang telah meneguhkan, memberi dukungan, dan berjuang bersama dalam semangat persaudaraan untuk mewujudkan kepribadian katekis yang bermutu dan bijaksana.

  6. Akhirnya, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman, sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pelestarian lingkungan hidup.

  Yogyakarta, 23 Juli 2007 Penulis

  Febriyanto

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv MOTTO .................................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. vi ABSTRAK .............................................................................................................. vii ABSTRACT............................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix DAFTAR ISI........................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xvii

  BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 8 D. Manfaat Penulisan...................................................................................... 9 E. Metode Penulisan ....................................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 10 BAB II. PANDANGAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN GAMBARAN KEADAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK .................................................. 12 A. Pandangan Umum tentang Lingkungan Hidup ......................................... 12

  1. Pengertian Lingkungan Hidup ................................................................ 13

  2. Kedudukan dan Pergumulan Manusia di Tengah Lingkungan Hidup... 15

  a. Kedudukan manusia di tengah lingkungan hidup ............................... 15

  b. Pergumulan manusia di tengah lingkungan hidup .............................. 16

  3. Beberapa Pandangan tentang Lingkungan Hidup................................... 18

  b. Biosentrisme ....................................................................................... 20

  c. Ekosentrisme ....................................................................................... 21

  d. Pandangan Gereja tentang lingkungan hidup ..................................... 23

  B. Gambaran Keadaan Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak . 29

  1. Keadaan Geografis Keuskupan Agung Pontianak .................................. 30

  2. Pola Pengelolaan Hutan dan Penyelamatan Keanekaragaman Hayati dalam Tradisi Masyarakat Adat Dayak di Keuskupan Agung Pontianak ............................................................................................. 31

  a. Kearifan masyarakat adat Dayak mengelola hutan ............................. 32

  b. Persepsi masyarakat adat Dayak mengenai hutan .............................. 33

  c. Perladangan dalam masyarakat adat Dayak ........................................ 34

  d. Nilai alam bagi masyarakat adat Dayak.............................................. 35

  3. Kerusakan Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak ............ 36

  a. Kerusakan sungai ................................................................................ 36

  b. Kerusakan hutan.................................................................................. 40

  4. Ancaman Kelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak pada Masa yang Akan Datang ............................................. 46

  a. Perusahaan-perusahaan HTI................................................................ 46

  b. Perusahaan-perusahaan HPH .............................................................. 48

  5. Upaya Gereja dalam Pelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak..................................................................................... 50

  a. Seruan Pastoral.................................................................................... 50

  b. Lokakarya ........................................................................................... 51

  BAB III. SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI......................... 55 A. Spiritualitas Kosmis ................................................................................. 56

  1. Pengertian Spiritualitas ......................................................................... 57

  2. Pengertian Spiritualitas Kosmis ............................................................ 58

  B. Keberadaan St. Fransiskus Asisi di Tengah-tengah Lingkungan Hidup.. 59

  1. Riwayat Singkat Hidup St. Fransiskus Asisi ........................................ 60

  2. Situasi Lingkungan Hidup Pada Zaman St. Fransiskus Asisi............... 62

  3. Munculnya Perhatian St. Fransiskus Asisi terhadap Lingkungan hidup 64

  b. Tahap kedua ...................................................................................... 64

  c. Tahap ketiga ...................................................................................... 65

  C. Perwujudan Spiritualitas Kosmis di dalam Hidup St. Fransiskus Asisi... 66

  1. Relasi St. Fransiskus Asisi dengan Pelbagai Unsur Ciptaan ................ 67

  a. Relasi dengan makhluk hidup ........................................................... 67

  b. Relasi dengan bukan makhluk hidup ................................................ 72

  c. Sikap dasar relasi St. Fransiskus Asisi .............................................. 72

  2. Relasi St. Fransiskus Asisi dengan Allah di dalam Doa ....................... 73

  D. Gita Sang Surya sebagai Puncak Pengungkapan Spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi................................................................................. 74

  1. Kedudukan Gita Sang Surya sebagai Cermin Kepribadian Kosmis St. Fransiskus Asisi............................................................................... 76

  2. Gita Sang Surya sebagai Bentuk Pengungkapan Rasa Persaudaraan St. Fransiskus Asisi dengan Semua Unsur Kosmos.............................. 76

  3. Gita Sang Surya sebagai Ungkapan Kepribadian St. Fransiskus Asisi yang Senantiasa Mengangkat Martabat Ciptaan................................... 77

  4. Gita Sang Surya Mengungkapkan Pandangan St. Fransiskus Asisi terhadap Pelbagai Unsur Kosmos ......................................................... 78 E. Relevansi Spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi bagi Upaya

  Pelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak............ 79

  1. Dasar Relevansi .................................................................................... 80

  2. St. Fransiskus Asisi Sebagai Pola Anutan Pelestarian Lingkungan Hidup di Keuskupan Agung Pontianak................................................. 81

  BAB IV. KATEKESE UMAT SEBAGAI BENTUK PEMBERDAYAAN JEMAAT DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP ........................ 84 A. Gambaran Umum Katekese Umat ........................................................... 85

  1. Pengertian Katekese Umat .................................................................. 85

  2. Tujuan Katekese Umat........................................................................ 87

  3. Isi Katekese Umat ............................................................................... 89

  4. Peserta Katekese Umat ....................................................................... 91

  5. Pendamping Katekese Umat ............................................................... 92

  B. Katekese Umat dengan Metode Analisis Sosial sebagai Salah Satu Usaha yang Penting dalam Pelestarian Lingkungan Hidup .................... 94

  1. Arti dan Tujuan Analisis Sosial .......................................................... 96

  2. Unsur-unsur dalam Analisis Sosial ..................................................... 97

  a. Unsur historis ................................................................................. 97

  b. Unsur struktural ............................................................................. 98

  3. Pelbagai Pembagian Masyarakat ........................................................ 99

  4. Pelbagai Derajat dan Tingkatan Masalah yang Ada ........................... 99

  5. Analisis Sosial dengan “Tiga Poros” .................................................. 100

  a. Poros negara................................................................................... 100

  b. Poros pasar..................................................................................... 101

  c. Poros masyarakat ........................................................................... 101

  6. Model atau Kerangka Pikir dalam Analisis Sosial ............................. 102

  a. Model konsensus ........................................................................... 102

  b. Model konflik ................................................................................ 104

  7. Proses Katekese Umat dengan Metode Analisis Sosial ...................... 107

  a. Langkah pertama: Melihat dan menyadari fenomena ketidakadilan sosial yang ada....................................................... 107 b. Langkah kedua: Merumpun fenomena ketidakadilan itu.............. 108

  c. Langkah ketiga: Mencari akar ketidakadilan dan akibatnya......... 109

  d. Langkah keempat: Merefleksikannya dalam iman (Kitab Suci dan Ajaran Gereja)................................................................ 110

  e. Langkah kelima: Merencanakan aksi yang kemudian disusul dengan aksi.................................................................................... 111 C. Usulan Program Katekese Umat bagi Jemaat di Keuskupan Agung

  Pontianak dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup....................... 111

  1. Pengertian Program............................................................................. 112

  2. Tujuan Program .................................................................................. 113

  3. Latar Belakang Pemilihan Program .................................................... 113

  4. Alasan Pemilihan Tema ...................................................................... 114

  5. Tema dan Tujuan Program.................................................................. 115

  6. Penjabaran Program ............................................................................ 118

  8. Contoh Persiapan Katekese Umat....................................................... 122

  a. Identitas ........................................................................................... 122

  b. Pemikiran dasar............................................................................... 123

  c. Pengembangan langkah................................................................... 124

  BAB V. PENUTUP ................................................................................................ 137 A. Kesimpulan ............................................................................................. 137 B. Saran ....................................................................................................... 141

  1. Bagi Umat Beriman Kristiani pada Umumnya ................................... 142

  2. Bagi Para Aktivis Sosial ..................................................................... 143

  3. Bagi Para Katekis................................................................................ 144

  4. Bagi Jemaat Kristiani di Keuskupan Agung Pontianak...................... 146 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 149 LAMPIRAN ........................................................................................................... 152 Lampiran 1: Teks Cerita St. Fransiskus Asisi Tokoh Pelestarian Lingkungan

  Hidup................................................................................................. (1) Lampiran 2: Peta Keuskupan Agung Pontianak ................................................... (4) Lampiran 3: Peta Kawasan Hutan di Pulau Kalimantan dari tahun 1900 sampai dengan Prakiraannya pada tahun 2020 ............................... (5) Lampiran 4: Peta Kawasan Proyek Penanaman Kelapa Sawit di Pulau

  Kalimantan ...................................................................................... (6) Lampiran 5: Peta Kawasan Hutan Lindung di Pulau Kalimantan ....................... (7)

DAFTAR SINGKATAN A.

   Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab

  Deuterokanonika . (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh

  Lembaga Alkitab Indonesia). Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2001, hlm 6.

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  CA: Centesimus Annus, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang Kenangan Ulang Tahun Keseratus Ensiklik Rerum Novarum, 11 Mei 1991.

  CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

  LE: Laborem Exercens, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang Kerja Manusia, 14 September 1981

  PP: Populorum Progressio , Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang Perkembangan Bangsa-bangsa, 26 Maret 1967.

  SRS: Sollicitudo Rei Socialis , Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang Keprihatinan Sosial, 30 Desember 1987.

  C. Singkatan Tarekat/Kongregasi Religius Singkatan tarekat/kongregasi religius mengikuti Komisi Liturgi KWI.

  

Penanggalan Liturgi 2004: Tahun C/II . Yogyakarta: Kanisius, 2003, hlm 4-6.

D. Singkatan Lain

  & : Dan Art : Artikel Bdk : Bandingkan DAS : Daerah Aliran Sungai DE : Deep Ecology Ed : Editor

  Ha : Hektar HPH : Hak Pengusahaan Hutan HTI : Hutan Tanaman Industri

  IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kalbar : Kalimantan Barat Komkat : Komisi Kateketik KOMSOS : Komisi Sosial KWI : Konferensi Waligereja Indonesia LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat PB : Perjanjian Baru Pemda : Pemerintah Daerah PL : Perjanjian Lama PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PSDA : Pelestarian Sumber Daya Alam St : Santo Thn : Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, manusia banyak menemukan dan mendengar kabar

  tentang krisis lingkungan hidup baik di media cetak maupun elektronik. Krisis lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini telah mengancam kehidupan semua makhluk hidup termasuk manusia, padahal krisis ini adalah dampak ulah manusia sendiri. Sampai saat ini ternyata pengelolaan lingkungan hidup secara bertanggungjawab belum membudaya. Manusia cenderung menguras lingkungan hidup yang ada di sekitarnya, tanpa penghargaan dan penghormatan terhadap hak hidup mahluk ciptaan lain. Keadaan ini terutama menimpa negara-negara sedang berkembang dan berpenduduk padat, khususnya di Indonesia. Krisis ini tentunya menuntut keseriusan berpikir dan bertindak demi masa depan yang lebih baik dan luput dari bencana-bencana yang memprihatinkan (Chang, 2001: 29).

  Keluhan akan krisis lingkungan hidup ini dirasakan juga oleh masyarakat yang tinggal di Pontianak. Kalau tidak ada hujan selama lima hari saja, kota Pontianak panasnya bukan main. Hampir setiap malam orang santai di luar rumah mencari angin karena kepanasan. Tim ilmuwan dari American Geophysical Union (AGU) menemukan bahwa bumi yang manusia huni telah mengalami pembesaran di wilayah khatulistiwa. Pemanasan global yang terjadi saat ini terutama disebabkan karena kerusakan hutan. Populasi hutan di dunia menurun drastis, seiring dengan penebangan kayu baik secara legal maupun ilegal. Di Kalimantan Barat sendiri,

  2 Kerakyatan Kalbar (PPSHK) ditambah lagi dengan kebakaran hutan serta pembukaan lahan perkebunan besar di Kalbar mencapai luas 500.000 Ha setiap tahun dan aktornya para pemegang HPH dan HTI (Kusmiran, 2005: 36). Dengan kenyataan ini, pemanasan global akan mengancam kehidupan manusia. Dampak pemanasan global ini sangat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di kota Pontianak, karena pusat katulistiwa di dunia ini berada di kota Pontianak.

  Eksploitasi hutan tak terkendali di Kalimantan Barat beberapa tahun ini telah menimbulkan banyak bencana lingkungan hidup. Akibat pembabatan hutan, daya serap air menjadi kecil. Pada musim kemarau, masyarakat dihadapkan pada kondisi kekurangan air. Sungai-sungai mengalami kekeringan, akibatnya transportasi macet.

  Padahal, dahulu kondisi semacam ini jarang atau tidak pernah terjadi di Kalbar. Ini adalah dampak penebangan hutan tak terkendali oleh perusahaan maupun kelompok perorangan yang menyebabkan lahan kritis terus bertambah. Keadaan ini berdampak buruk pada potensi kawasan hutan di Kalbar yang menjurus pada kehancuran sumber daya ekologi dan kehancuran hidrologi (Indil, 2004: 10).

  Keadaan lingkungan yang buruk dewasa ini tentu menuntut pengembangan sikap etis yaitu mengurangi eksplorasi dan eksploitasi yang tidak bertanggung jawab dari manusia terhadap lingkungan hidup. Sikap dan tindakan yang merusak lingkungan hidup harus ditinggalkan, karena merusak lingkungan hidup sama dengan membunuh kehidupan. Tuntutan etis ini bukan lagi hanya suatu nilai ideal, tetapi bernilai praktis untuk menyelamatkan kehidupan bersama (Pare, 1992a: 44).

  Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini, bagaimana

  3 berperan penting untuk merumuskan pandangan-pandangan mengenai alam dan menciptakan perspektif mengenai peran manusia di dalam alam. Olah karena itu, tinjauan mengenai pelbagai pandangan tentang dunia yang religius penting artinya untuk menganalisis akar-akar krisis lingkungan hidup maupun mengusulkan pemecahannya (Tucker & Grim, 2003: 7).

  Secara khusus bagaimana peranan Gereja terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini. Untuk menanggapi krisis ekologi dewasa ini, dogma kekristenan tentang penciptaan alam semesta diharapkan dapat memberikan sumbangan yang penting bagi pelestarian lingkungan hidup. Pandangan kekristenan mengenai alam ciptaan secara implisit mengajak umat manusia untuk mengambil sikap yang pantas dan bijaksana menghadapi bukti cinta kasih Allah dan pentas kemuliaan-Nya. Sebab penciptaan alam semesta tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan hidup jasmani umat manusia, tetapi juga menawarkan nilai-nilai luhur yang mendewasakan umat manusia (Chang, 1989: 109-110). Gereja juga mengingatkan jemaatnya bahwa para leluhur mereka sudah mewariskan cinta kodrati kepada alam dan binatang dengan mengajarkan hidup dalam keselarasan dengan alam dan hidup serba seimbang. Khususnya sebagai umat Katolik yang termotivasi iman, mereka harus mengembangkan penghayatan mendalam akan makna lingkungan hidup. Kemanusiaan sejati hanya ada dalam kesatuan dengan ciptaan lain (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996b: 38).

  Pandangan Gereja tentang alam ciptaan dapat dipahami berangkat dari kesadaran manusia sebagai “gambar Allah”, “wakil Allah”, dan “pusat dunia” yang

  4 dunianya. Manusia hanyalah bagian dari seluruh ciptaan dan hidupnya disangga oleh alam semesta. Kesadaran ini hendaknya tidak dimengerti secara personal saja, melainkan dimengerti dari aspek sosial dan ekologis. Kesadaran ini penting dalam menjalin hubungan dan tanggung jawab terhadap kehidupan bersama dan alam semesta (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996a: 151).

  Salah satu ungkapan keprihatinan Gereja yang mengundang kepedulian jemaatnya untuk menanggapi krisis lingkungan hidup adalah: Selain masalah konsumerisme, yang memprihatinkan juga dan erat berhubungan dengan manusia ialah soal lingkungan hidup. Karena manusia lebih ingin memiliki daripada menemukan dan mengembangkan dirinya. Ia secara berlebihan dan tidak teratur menyerap sumber-sumber daya bumi maupun hidupnya sendiri. Di balik pengrusakan alam lingkungan yang bertentangan dengan akal sehat ada kesesatan di bidang antropologi, yang memang sudah tersebar luas. Manusia, yang menyadari bahwa dengan kegiatannya ia mampu mengubah dan dalam arti tertentu “menciptakan dunia”, melupakan bahwa kegiatannya itu selalu harus didasarkan pada pengurniaan segalanya oleh Allah menurut maksudnya semula. Manusia mengira boleh semaunya sendiri mendaya-gunakan bumi dan menikmati hasilnya, dengan menaklukkannya tanpa syarat kepada kehendaknya sendiri seolah-olah bumi tidak mengemban tuntutan serta maksud-tujuannya semula yang diterimannya dari Allah, dan yang manusia memang dapat mengembangkan, tetapi tidak boleh mengkhianati. Manusia bukannya menjalankan tugasnya bekerja sama dengan Allah di dunia. Ia justru malahan mau menggantikan tempat Allah, dan dengan demikian akhirnya membangkitkan pemberontakan alam, yang tidak diaturnya tetapi justru disiksanya (CA, art. 37). Berdasarkan dokumen di atas, secara jelas Gereja mengingatkan jemaat

  Kristiani bahwa masalah lingkungan hidup yang terjadi kian berat. Kritik tajam telah dilontarkannya terhadap sikap manusia yang memanfaatkan alam dengan semena- mena. Sikap peduli terhadap lingkungan hidup menjadi hal yang penting untuk menjawab keprihatinan ini.

  Di Keuskupan Agung Pontianak sendiri, seruan untuk melestarikan lingkungan

  5 Pontianak, Mgr Hieronymus Bumbun, OFM Cap., mengungkapkan bahwa bagaimanapun semua orang harus bertoleransi dan rekonsiliasi dengan alam di sekitarnya. Semua orang harus sadar bahwa perusakan lingkungan hidup melalui penebangan hutan, pertambangan emas, dan limbah industri raksasa sudah mengancam keberadaan dan kesehatan manusia (Yos, 2003: 35).

  Manusia harus sadar bahwa dirinya diutus untuk mengatur dan memimpin dunia dengan baik adanya sesuai dengan kehendak Allah (Kej 1: 26–28). Sebagai warga gereja yang bertanggungjawab dalam menjawab krisis ekologi pada zaman sekarang ini. Jemaat memerlukan suatu teologi baru yang berkenaan dengan seluruh alam ciptaan dan kebutuhan akan spiritualitas kosmis. Agama-agama di dunia, termasuk agama tradisional dan penduduk asli dapat memberikan sumbangan banyak terhadap pencarian itu. St. Fransiskus dari Asisi pelindung ekologi, hendaknya dapat dijadikan sumber inspirasi manusia dalam hal visi masyarakat kosmis yang mencakup manusia, tumbuhan, binatang, matahari, bulan, dan seluruh alam ciptaan Allah (Komisi Internasional untuk Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan, 2001: 140).

  Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup saat ini, Chang (1989: 5) berpendapat bahwa cara hidup St. Fransiskus Asisi dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam pelestarian lingkungan hidup. St. Fransiskus Asisi adalah seorang tokoh religius abad XIII dan orang kudus populer yang berpengaruh besar dari dulu hingga sekarang. Banyak umat manusia yang mengagumi dan meneladani cara hidupnya sebagai pengamal Injil suci yang setia. St. Fransiskus Asisi yang berhati sederhana

  6 mengherankan bahwa Paus Yohanes Paulus II menetapkan St. Fransiskus Asisi sebagai pelindung pelestarian lingkungan hidup.

  Dalam hidupnya, St. Fransiskus Asisi sering mengundurkan diri untuk berdoa di alam yang ada sekitarnya. Ia mengajarkan bahwa dunia ciptaan ini adalah tanda langsung kegiatan ilahi yang penuh rahmat terhadap manusia. Ia memanggil mereka dengan sebutan “saudara” dan “saudari”, ia melihat semua binatang, tumbuhan dan gejala alami sebagai sahabat ciptaan Allah. Jalan hidup yang ia sarankan ialah kesederhanaan hidup, keutamaan yang tenang, tak tertarik akan usaha pencarian akal budi dan ambisi duniawi, dan hubungannya yang intim dan kekeluargaan dengan alam semesta. Ada yang mengatakan bahwa St. Fransiskus Asisi itu adalah orang yang paling mirip dengan Yesus dalam sejarah kristianitas. Teladan hidupnya, doa- doa yang ia tulis, pendekatan iman yang sederhana dan langsung, membuat banyak gerakan kaum awam dan kongregasi pria serta wanita yang mengikuti jalan hidupnya maupun gerakan kaum awam sendiri. Oleh karena itu spiritualitas St. Fransiskus dari Asisi ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah kristianitas (Michel, 2001: 131-132).

  Dalam rangka pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak saat ini spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi ini perlu digali, sehingga dapat menjadi inspirasi bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan lingkungan hidup. Untuk mendalami dan memberikan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi kepada jemaat di Keukupan Agung Pontianak, penyelenggaraan katekese umat menjadi hal yang penting.

  7 Fransiskus Asisi, sehingga pada akhirnya mereka dapat peka dan peduli terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitar mereka saat ini.

  Katekese umat pertama-tama perlu diupayakan sebagai jalan untuk memberikan kesadaran kepada jemaat di Keuskupan Agung Pontianak akan adanya fakta krisis lingkungan yang terjadi di sekitar mereka. Berangkat dari kesadaran ini, diharapkan jemaat dapat belajar dari St. Fransiskus Asisi untuk melestarikan lingkungan hidup. Oleh karena itu, penyelenggaraan katekese umat sangat penting diupayakan bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak secara terus menerus untuk menciptakan kelestarian lingkungan hidup.

  Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok, sehingga iman masing- masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna (Komisi Kateketik KWI, 1995: 11). Sikap hidup melestarikan lingkungan hidup merupakan salah satu bentuk penghayatan iman, karena pelestarian lingkungan hidup adalah mandat atau kehendak Allah. Tuhan menciptakan manusia agar manusia dapat memuliakan Tuhan melalui hidupnya dan keharmonisan hubungan dengan alam ciptaan-Nya (Suprihadi Sastrosupeno, 1984: 15). Dalam hal ini, katekese umat mempunyai peranan penting bagi upaya Gereja dalam menghayati panggilan Allah untuk melestarikan lingkungan hidup saat ini.

  Dalam proses katekese umat itu sendiri, pelaksanaan analisis sosial sangat penting untuk menganalisis permasalahan sosial yang terjadi di sekitar hidup jemaat.

  Analisis sosial dapat didefinisikan sebagai usaha memperoleh gambaran yang lebih

  8 strukturalnya. Analisis sosial berperan sebagai perangkat yang memungkinkan manusia menangkap dan memahami realitas yang dihadapi (Holland & Henriot, 1986: 30). Berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup, analisis sosial sangat diperlukan untuk membantu sekaligus memberikan gambaran kepada jemaat di Keuskupan Agung Pontianak tentang situasi krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitar mereka saat ini. Pada akhirnya melalui proses ini diharapkan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak sadar dan peduli akan krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitar mereka.

  Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa terpanggil untuk memilih judul skripsi ”RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS

  

ST. FRANSISKUS ASISI BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT DI

KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Mengapa di Keuskupan Agung Pontianak terjadi krisis lingkungan hidup? 2. Apa relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi bagi upaya pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak?

3. Apa upaya penting yang harus ditempuh untuk memberdayakan jemaat di

  Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan lingkungan hidup? C.

   Tujuan Penulisan 1.

  Memaparkan penyebab krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan

  9 2. Memaparkan relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi bagi upaya pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

  3. Memaparkan upaya penting yang harus ditempuh untuk memberdayakan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam melestarikan lingkungan hidup.

  4. Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  D. Manfaat Penulisan 1.

  Memberikan inspirasi bagi penulis untuk memberdayakan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam rangka melestarikan lingkungan hidup.

  2. Mendorong dan memberdayakan jemaat di Keuskupan Agung Pontianak untuk melestarikan lingkungan hidup melalui katekese umat berdasarkan spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi.

  E. Metode Penulisan

  Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis. Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha mengumpulkan dan memaparkan data-data sekunder (buku- buku, majalah, surat kabar, artikel dan dokumen Gereja) maupun data primer (pengalaman dan pengamatan langsung penulis di lapangan) tentang spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi, katekese umat dan upaya pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak. Kemudian, penulis menganalisis data-data tersebut dalam suatu kajian pustaka tentang relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi

  10 ini ditempuh untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pemahaman bagi penulis secara pribadi maupun bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.

F. Sistematika Penulisan

  Judul skripsi yang dipilih oleh penulis adalah “RELEVANSI SPIRITUALITAS KOSMIS ST. FRANSISKUS ASISI BAGI PEMBERDAYAAN JEMAAT DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK DALAM RANGKA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP”. Judul ini akan diuraikan dalam lima bab, sebagai berikut:

  Bab I : Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, metode, dan sistematika penulisan skripsi ini. Bab II : Pandangan Umum Tentang Lingkungan Hidup dan Gambaran Keadaan Lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak. Bab ini berbicara mengenai pandangan umum tentang lingkungan hidup dan keadaan lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

  Bab III : Spiritualitas Kosmis St. Fransiskus Asisi. Bab ini menguraikan pemahaman tentang spiritualitas kosmis, keberadaan St. Fransiskus di tengah-tengah lingkungan hidup, perwujudan spiritualitas kosmis di dalam hidup St. Fransiskus Asisi, Gita Sang Surya sebagai puncak pengungkapan spiritualitas kosmis St.

  Fransiskus Asisi, dan relevansi spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi bagi upaya pelestarian lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

  Bab IV : Katekese Umat sebagai Bentuk Pemberdayaan Jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bab ini berbicara

  11 analisis sosial sebagai salah usaha yang penting dalam pelestarian lingkungan hidup, dan usulan program katekese umat bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.

  Bab V : Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

  

BAB II

PANDANGAN UMUM TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN

GAMBARAN KEADAAN LINGKUNGAN HIDUP

DI KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK

Pada bab I penulis telah mengungkapkan latar belakang penulisan skripsi ini,

  yaitu keprihatinan akan krisis lingkungan hidup yang terjadi di pelbagai belahan dunia, khususnya di Keuskupan Agung Pontianak. Krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak telah mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup. Oleh karena itu, upaya pelestarian lingkungan hidup sangat penting dilakukan untuk menjamin keberlangsungan hidup semua makhluk hidup yang ada di Keuskupan Agung Pontianak, baik yang ada saat ini maupun bagi generasi yang akan datang.

  Berangkat dari keprihatinan tersebut, penulis menyadari pentingnya menggali pandangan umum tentang lingkungan hidup itu sendiri, agar dapat dipahami sejauhmana pengaruh pandangan tersebut dalam relasi antara manusia dengan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Dengan memahami pandangan-pandangan tentang lingkungan hidup yang ada, diharapkan dapat ditemukan penyebab krisis lingkungan hidup itu itu sendiri beserta solusinya. Maka, pada bab II ini penulis akan membahas pandangan umum tentang lingkungan hidup dan gambaran keadaan lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak.

A. Pandangan Umum tentang Lingkungan Hidup

  Manusia dapat memahami lingkungan hidup berdasarkan pandangan-

  13 Pelbagai pandangan tentang lingkungan hidup ini muncul dari kesadaran, bahwa antara manusia dan lingkungan hidup terdapat hubungan yang tak dapat terpisahkan.

  Hal ini terutama didasarkan atas kesadaran, bahwa lingkungan hidup merupakan tempat tinggal sekaligus sumber kehidupan umat manusia. Kesadaran ini muncul secara berangsur-angsur dalam proses interaksi manusia dengan lingkungannya secara turun-temurun hingga saat ini.