Penyesuaian Diri Remaja Pemain Barongsai di Perkumpulan Liong-Samsie Panca Naga Muntilan

  

Penyesuaian Diri Remaja Pemain Barongsai

di Perkumpulan Liong-Samsie

Panca Naga Muntilan

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun Oleh:

Tania Indriawati

009114055

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  Skripsi ini kudedikasikan untuk : Tuhan-ku, yang slalu berikan yang terbaik untukku

  Keluargaku tercinta Spesial untuk Alm. O’ok

  Teman-temenku yang ku kasihi

  

ABSTRAK

  Indriawati, Tania. 2008. Penyesuaian Diri Remaja Pemain Barongsai di Perkumpulan Liong-Samsie Panca Naga Muntilan.

  Barongsai yang dahulu tidak diperbolehkan melakukan pertunjukan karena adanya pembatasan gerak untuk warga keturunan dalam upacara keagamaan setelah adanya G30S/PKI kini semakin berkembang dan banyak kita jumpai di era reformasi ini. Barongsai pada umumnya dimainkan dua orang. Para pemain ini membutuhkan kerjasama dan kekompakan yang lebih dari sebuah pengertian antara pemain yang satu dengan yang lainnya.

  Penyesuaian diri adalah proses mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi ituasi-situasi yang baru. Masa remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa merupakan masa yang penuh gejolak emosi dan ketidak-seimbangan “Strom and Stress” mengakibatkan remaja mengalami hambatan secara psikologis yang salah satunya adalah penyesuaian diri. Aspek yang dapat mempengaruhi remaja didalam penyesuaian diri adalah seperti aspek emosi, sosial, aktivitas, serta kemampuan berkomunikasi pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penyesuaian Diri pada anak-anak pemain Barongsai di Perkumpulan Liong –Samsie Panca Naga Muntilan.

  Penelitian kualitatif ini menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara. Subyek penelitian adalah Anak-anak pemain Barongsai di Perkumpulan Liong Samsie Panca Naga Muntilan yang masuk kategori umur remaja dan selalu bermain pada setiap pertunjukan. Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan wawancara. Metode analisis data adalah dengan analisis tematik.

  Hasil penelitian ini didapatkan bahwa penyesuaian diri pada subyek penelitian adalah baik, mereka memiliki kematangan secara emosi. Mereka sedikit banyak memahami dan mengerti antara satu dengan yang lainnya sangat baik, karena mereka mengenal serta mengetahui pasangan mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik tentang sifat maupun tentang masalah yang sedang di hadapi pasangannya. Dalam mereka berinteraksi dan berhubungan antara subyek yang satu dengan yang lain amat cukup intensif hingga menimbulkan rasa saling mengerti dan memahami antara subyek yang satu dengan yang lain. Komunikasi pada para pemain Barongsai tersebut adalah baik, karena mereka dapat mengungkapkan ide atau gagasan kepada teman sepermainannya atau dengan pasangannya.

  

ABSTRACT

  Indriawati, Tania. 2008. self adjustment at adolescent Player of Barongsai in Group Of Liong-Samsie Panca Naga Muntilan.

  Erstwhile Barongsai not be enabled to do show caused by demarcation of motion for the citizen of clan in religious ceremony after existence of G30S / PKI nowadays progressively expand and many us meet in reform era. Barongsai in general played by two people. This player require solidarity and cooperation which more than a congeniality between player which is one with is other.

  Adjustment of it self is process study new attitude or action to face new ituasi-situasi. Teen-Age representing transitory time from a period of/to child to a period of/to adult represent a period of/to which is the full of emotion distortion and of ketidak-seimbangan " And Stress Strom" resulting adolescent experience of resistance psychologically which one of them is adjustment of it self Aspect . able to influence adolescent in adjustment of it self is like emotion aspect, social, activity, and also ability communicate [at] is adolescent.

  Target of this research is to know how self adjustment of adolesence player of Barongsai in Group Of Liong - Samsie Panca Naga Muntilan. This qualitative research, proces and processed decriptive data, like interview transcript. Subject research is Children who player of Barongsai in

  Group Of Liong Samsie Panca Naga Muntilan which in adolescent age category and always play in every show. The data’s analysis method is with thematic analysis.

  Result of this research is got that adjustment of it self at research subject is goodness, they have maturity emotionly. They are more or less comprehending and understanding between one with other very good, because assocciation at teen-age very closely related with friend group coeval and they recognize and also know their couple in everyday life, goodness about nature of and also about problem of which is in facing its couple. In them have interaction to and correlate between subject which is one with other very intensive enough till more or less generating to feel understanding each other. Communications at all player of the Barongsai is goodness, because they earn to lay open idea or idea to its playmate or with its couple.

  ‘Bermimpilah tentang apa yang kita inginkan. Tetapi

janganlah kamu hanya terbuai di dalam mimpi-mimpi.

  

Bangunlah dari mimpimu dan wujudkanlah mimpi-mimpimu itu

karena apa yang terjadi di dunia sebagian besar berasal dari

mimpi dan impian manusia.’ ‘Be Your self’ ‘Janganlah melekat pada apa yang di cintai dan pada apa

yang tidak di cintai, karena tidak bertemu dengan orang yang di

cintai dan bertemu dengan orang yang tidak di cintai, keduanya

merupakan suatu penderitaan’ Ku persembahkan Kepada Papa dan Mama tercinta Special buat Alm. O’ok

KATA PENGANTAR

  Puji syukur sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, berkat, karunia dan penyelenggaraan-Nya yang di limpahkan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mengakhiri masa studi penulis dan untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma.

  Dengan selesainya skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan baik.

  Terima kasih untuk semua kebaikan-Mu kepadaku Tuhan, kau begitu menyayangiku..

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si , selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

  4. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MSi., dan Bapak Drs. H. Wahyudi M.Si selaku dosen pembimbing akademik, yag telah membantu penulis dalam bidang akademik.

  5. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran membimbing, membantu dan memberikan masukan yang berguna dalam menyelesaikan sripsi ini.

  6. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih atas bantuan dan kebaikan bapak dan ibu dalam menguji skripsi Nia.

  7. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan sumbangsih pengetahuan dan keteladanan bagi penulis.

  8. Para Staff dari Fakultas Psikologi Univeritas Sanata Dharma, Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandhung, Mbak Nanik, Pak Gi yang telah banyak membantu penulis selama ini.

  9. Papa, Mama dan Alm. O’ok, terima kasih sudah mengasuhku selama ini, memberikan semangat, dukungan, doa dan perhatian pada penulis. Specially for Mom, thanks to giving me a reality that sometime things are not like what we want to.

  10. O Kian, Om Dalimun, Cek Gee, Cim Ciauw, Dody, Sylvi, makaci ya buwat do’a dan dukungan-nya..

  11. Wo Te Ai, makasih atas dukungan dan kasih sayang yang kau berikan selama ini ^.^

  12. Nana, makasih ya bantuannya selama ini. Maaf uda’ banyak merepotkan ‘tuk antar ke mana-mana. Inti, Lia, Eko, Tur n eNdut makasi atas dukungan buat nia ya ampe kalian tenggorokan kering kasi semangat ke Nia.

  13. Teman-teman yang sudah banyak memberikan rasa persahabatan dan persaudaraan, dukungan dan pertolongannya.. Eka, Cici, Nifita, Nana, Tony, Annette, Poer, Devi 01, Emi 01, temen-temen angkatan 2000.

  14. Temen-temen Republik ‘n emon makasi ya atas pertemanan kalian selama ini... Senang bisa kenal ma kalian.. Koh Budi dan keluarganya makasi buat semuanya. Maaf atas segala kerepotannya yang uda nia kasi ke kalian selama ini...

  15. ‘Ko Agung ‘n Dede... thanks atas bantuan ‘n marah2 kalian ya... thanks juga wat saran, masukan ‘n bantuan ke nia buat kasi jalan keluar masalah nia... maafin adik-mu yang penuh masalah ‘n cu’il ini 16. Shujin tamashii, thanks atas bantuan dan dukungan bwat nia selama ini, maaf atas segala kerepotan dan kesusahan yang nia kasi... makasi atas semua yang telah kau berikan pada Nia, atas segala rasa yang nia rasakan karnamu. Moga Tuhan berikan yang terbaik untukmu.

  17. Om Adjie Chandra dan Engkong Bhe Kwat Jien, terima makasih atas bantuannya dan kerepotannya selama ini. Anak-anak Panca Naga Muntilan... makasi ya.. uda banyak bantuin Nia ‘n ngejailin nia..

  18. The Invisible man and woman, yang uda temani n bantu nia dalam suka dan duka selama ini. Thank u so much, tanpa kalian, nia ga akan bisa begini...

  19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini. Semoga ku bisa lebih dewasa dalam bersikap, lebih bijak dalam menghadapi masalah2 dan mengambil keputusan.

  DAFTAR ISI

  Halaman Halaman Judul..................................................................................... i Halaman Persetujuan........................................................................... ii Halaman Pengesahan........................................................................... iii Halaman Persembahan......................................................................... iv Pernyataan Keaslian Karya.................................................................. v Abstrak................................................................................................. vi Abstract................................................................................................ vii Halaman Moto..................................................................................... vii Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi karya Ilmiah................... ix Kata Pengantar..................................................................................... x Daftar Isi.............................................................................................. xiv Daftar Lampiran................................................................................... xvi

  BAB I : PENDAHULUAN................................................................. 1 A. Latar Belakang............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah........................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian............................................................................ 4 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 5 A. Peyesuaian Diri Remaja.................................................................. 5 B. Barongsai........................................................................................ 9

  C. Perkumpulan Liong-Samsie Panca Naga Muntilan........................ 14

  BAB III : METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 16 A. Jenis Penelitian............................................................................... 16 B. Subyek Penelitian............................................................................ 17 C. Batasan Permasalahan..................................................................... 17 D. Metode Pengumpulan Data............................................................. 18 E. Pedoman Wawancara...................................................................... 19 F. Analisis Data................................................................................... 20 G. Kredibilitas...................................................................................... 23 H. Dependibilitas................................................................................. 25 I. Konfirmibilitas................................................................................. 26 BAB IV : PELAKSANAAN dan HASIL PENELITIAN................... 27 A. Pelaksanaan .................................................................................... 27 B. Hasil Penelitian.............................................................................. 29 C. Pembahasan..................................................................................... 33 BAB V : PENUTUP............................................................................ 35 A. Kesimpulan..................................................................................... 35 B. Saran................................................................................................ 35 Daftar Pustaka...................................................................................... 37 Lampiran.............................................................................................. 38

  LAMPIRAN

  Lampiran I TRANSKRIP WAWANCARA Lampiran II ANALISIS dan KATEGORISASI DATA WAWANCARA Lampiran III HASIL PENELITIAN SAMPEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak kita jumpai atraksi barongsai di berbagai acara setelah

  terjadinya penumbangan Orde Baru. Barongsai yang dahulu tidak diperbolehkan melakukan pertunjukan karena adanya pembatasan gerak untuk warga keturunan dalam upacara keagamaan setelah adanya G30S/PKI kini semakin berkembang dan banyak kita jumpai di era reformasi ini. Baik dalam mengisi acara kegiatan kesenian, pesta pernikahan, karnaval dan acara-acara lainnya. Kemunculannya pada beberapa tahun belakangan ini di sebabkan karena peraturan yang mengekang segala bentuk perayaan dan batasan yang berlaku pada WNI keturunan telah di hapuskan oleh Presiden ke-3 RI, Bapak Abdurrahman Wahid. Maka, Barongsai yang dulunya tidak dapat dimainkan dan di pertunjukkan kepada umum kini banyak kita jumpai. Perkumpulan- perkumpulan barongsai banyak didirikan di berbagai kota.

  Barongsai adalah kesenian yang berasal dari China, yang di dalamnya terkandung unsur keagamaan dan olah raga (kung fu). Barongsai ini berkaitan dengan tradisi atau legenda dari cerita singa berbadan naga. Makhluk ini datangnya setiap Tahun Baru Imlek yang diasosiasikan sebagai tumbal. Guna mengusir makhluk ini, diciptakan musik-musik yang terdiri dari tambur besar, gembrengan, dan canang logam untuk mengiringi Barongsai. Barongsai pada umumnya dimainkan dua orang. Satu orang yang paling ahli adalah yang menggerakkan kepala Barongsai, bisa meloncat tinggi sehingga seolah Barongsai bisa tegak dan yang belakang harus pandai mengikuti gerak kepalanya sehingga Barongsai tampak hidup dengan berbagai ketangkasannya (Pikiran Rakyat, 2005).

  Para pemain ini membutuhkan suatu bentuk kerja sama yang lebih dari sebuah pengertian antara pemain yang satu dengan yang lainnya. Pada saat bermain, antara pemain kepala dan ekor hruslah kompak, dan antar pemain di butuhkan kerjasama dan pengertian yang tinggi sehingga dapat menampilkan suatu atraksi yang kompak. Perasaan akan menerima antar pemain yang menimbukan perasaan aman dan di hargai serta akan mendorong semakin tingginya sikap dan rasa keperdulian mereka terhadap masalah yang di hadapi oleh teman-teman antar pemain tersebut, yang pada akhirnya akan memunculkan hubungan timbal balik, saling memberi dan saling membantu di antara mereka, sehingga kesulitan seorang anggota kelompok di rasakan oleh seluruh anggotanya.

  Perkumpulan Liong – Samsie Panca Naga Muntilan, sebagian pemain Barongsai adalah anak usia remaja dimana pada usia tersebut suatu individu masih sering terbawa emosi serta kurang matangnya kontrol emosi pada mereka. Kelompok Samsie atau Barongsai para pemain terdiri dari anak-anak usia sekolah. Dan dalam satu permainan mereka bermain berpasang-pasangan.

  Dalam berlatih, mereka sesama pemain akan memberi masukan dan saran bagi pemain yang lainnya dalam memadukan gerak dan juga kadang menciptakan gerakan yang akan mereka lakukan. Dalam memberi masukan dan saran tersebut, kadang salah satu pemain merasa kurang senang untuk di kritik atau di beri masukan sehingga kadang terjadi keributan, yang kemudian di selesaikan secara bersama dengan anggota pemain yang lainnya.

  Diluar latihan ataupun di luar perkumpulan, anak-anak pemain Barongsai ini pun masih berteman dan sering berkumpul di tempat salah satu pemainnya. Ketika mereka berkumpul, mereka seringkali bercerita tentang apapun seperti misalnya kegiatan dan kehidupannya, mereka akan saling berbagi cerita satu sama lain dan mereka sering membantu teman mereka yang sedang dilanda kesusahan.

  Perkumpulan ini, sebagian anggota kelompoknya adalah masih pada usia remaja, dimana pada usia remaja adalah usia yang sering kali dipengaruhi oleh emosi. Permainan Barongsai adalah permainan yang membutuhkan kekompakan antar para pemain yang satu dengan pasangannya. Dalam permainan Barongsai, pada para pemain dibutuhkan kekompakan serta pengertian dan pemahaman diri yang tinggi terhadap sesama pemain agar dapat memainkan Barongsai tersebut dengan kompak. Apabila tidak ada kekompakan antar pemain yang satu dengan pasangan bermainnya, maka permainan yang mereka tampilkan pastinya tidak akan menjadi bagus dan mereka tidak akan berhasil dalam melakukan atraksi-atraksi dalam sebuah permainan atau pertunjukan. Untuk mendapatkan kekompakan tersebut, dituntut adanya rasa saling memiliki, rasa kebersamaan dan kesetia-kawanan yang tinggi antar pemain.

  Berdasarkan fenomena di atas, penulis ingin mengetahui tentang penyesuaian diri anak-anak pemain barongsai tersebut, yang pada usia tersebut mereka masih sering di kendalikan oleh emosi yang kadang juga mempengaruhi sosialisme mereka pada teman-teman sesama pemain Barongsai tersebut. Karena masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak emosi dan ketidak-seimbangan yang mencakup dalam “Strom andStress”. Hal ini mengakibatkan remaja mengalami hambatan secara psikologis dimana salah satunya adalah penyesuaian diri.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pengamatan peneliti, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana penyesuaian diri anak-anak pemain Barongsai di Perkumpulan Liong –Samsie Panca Naga Muntilan.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri anak-anak pemain Barongsai di Perkumpulan Liong –Samsie Panca Naga Muntilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyesuaian Diri Remaja

  Individu dalam kehidupan sosialnya memerlukan individu lain untuk bertahan hidup. Sehingga individu-individu yang mempunyai kepentingan yang sama akan membentuk suatu kelompok sosial. Menurut Hollander (1981), penyesuaian diri adalah proses mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi situasi-situasi yang baru. Penyesuaian diri terjadi ketika seseorang menghadapi kondisi lingkungan yang baru dimana diperlukan adanya respon dari individu. Menurut Haber & Runyon (1984), penyesuaian diri yang efektif dapat terjadi jika individu dapat menerima keterbatasan- keterbatasan yang tidak dapat diubah namun tetap melakukan modifikasi terhadap keterbatasan- keterbatasan itu seoptimal mungkin.

  Solidaritas kelompok merupakan suatu bentuk kesetiakawanan, kepedulian akan nasib dan penderitaan orang lain, kebersamaan dan kesatuan untuk menghadapi dan mengatasi keadaan yang tidak diinginkan secara bersama-sama melalui tindakan-tindakan baik yang positif maupun yang bersifat merugikan orang lain.

  Dalam memainkan Barongsai, pada para pemain dibutuhkan kekompakan serta pengertian dan pemahaman diri yang tinggi terhadap sesama pemain agar dapat memainkan barongsai tersebut dengan kompak. Kekompakan tersebut di butuhkan untuk dapat menyatukan dan menyelaraskan gerakan Barongsai antara pemain depan dan belakang sehingga gerakan yang dihasilkan tersebut dapat terlihat begitu kompak. Untuk mendapatkan kekompakan tersebut dituntut adanya rasa saling memiliki, rasa kebersamaan dan kesetia-kawanan yang tinggi antar pemain.

  Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara usia 12 sampai 21 tahun (Gunarsa, 1995; 203). Patokan tertentu untuk menetapkan batasan usia remaja belumlah ada seperti halnya Jersild (1978; 5) menandai datangnya masa remaja dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsung sampai tercapainya kemasakan dan pertumbuhan maksimal. Masa ini berlangsung mulai kira-kira pada usia 12 sampai 21 tahun. Dari berbagai pendapat diatas diambil suatu kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana biasanya dimulai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin primer dan sekunder yang akan berakhir bila tercapai kematangan seksual yang berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun.

  Hall (dalam Gunarsa dan Gunarsa, 1995;255) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak emosi dan ketidak- seimbangannya yang mencakup dalam “Strom and Stress”. Hal ini mengakibatkan remaja mengalami hambatan secara psikologis, dimana salah satunya yaitu penyesuaian diri. Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi remaja didalam penyesuaian dirinya seperti aspek emosi, sosialisasi, aktivitas serta kemampuan berkomunikasi pada remaja.

  1. Emosi Aspek emosi sangat mempengaruhi remaja didalam kepribadiannya.

  Salah satu pola emosi pada remaja yaitu marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, sedih dan kasih sayang. Remaja yang dapat mengontrol, mengendalikan serta menempatkan emosi nya dengan baik maka remaja tersebut memiliki kematangan secara emosi. Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosi secara stabil dan tidak berubah-ubah (Hurlock,1993;213).

  2. Kemampuan Bergaul Kemampuan bergaul merupakan salah satu tugas remaja yang paling sulit karena berhubungan dengan pola sosialisasi pada remaja. Adapun pergaulan di masa remaja sangat berhubungan erat dengan kelompok teman sebaya. Hal ini merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja dapat belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Pergaulan pada masa remaja sangat luas, meliputi kelompok

  

chums , kelompok cliques, kelompok crowds, kelompok yang diorganisir, dan

kelompok gangs (Mappiare, 1982;158-160).

  3. Aktivitas Remaja memiliki banyak aktivitas seperti tugas-tugas sekolah, tugas- tugas rumah, dan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler. Hal ini membuat remaja menjadi letih baik secara fisik maupun psikis, sehingga remaja perlu diimbangi dengan rekreasi. Adapun rekreasi yang dimiliki oleh remaja sangat dipengaruhi oleh derajad kepopulerannya, karena banyak jenis rekreasi yang memerlukan partisipasi kelompok sebaya, maka remaja yang tidak memiliki cliques atau sedikit terpaksa memusatkan perhatian pada bentuk rekreasi yang dapat dilakukan seorang diri seperti permainan dan olahraga, bersantai, berpergian, dansa, membaca, menonton televisi, dan melamun (Hurlock,1993;218).

  4. Kemampuan Berkomunikasi Kemampuan berkomunikasi sangat penting bagi remaja, hal ini dapat membuat remaja memliki rasa kepercayaan diri. Salah satu bentuk kemampuan berkomunikasi pada remaja yaitu mengobrol. Hal ini dilakukan ketika remaja sedang berkumpul dengan teman-temannya atau pada saat berbicara memaui telepon. Dengan adanya mengobrol, remaja dapat melatih dirinya sehingga remaja mampu mengemukakan perasaannya secara bebas.

  Mengobrol sangat mempengaruhi remaja sehingga remaja dapat memahami dirinya serta orang lain. Melalui kegiatan mengobrol, remaja akan dapat mengetahui hal-hal yang penting untuk dibicarakan dan yang tidak perlu dibicarakan (Soekanto, 1988;41-44).

  Berdasarkan beberapa aspek diatas maka remaja didalam penyesuaian dirinya membutuhkan dukungan dari keluarga. Gunarsa dan Gunarsa (1991;127) menyatakan bahwa keluarga sangat berperan penting didalam perkembangan remaja. Adanya keakraban, kehangatan serta perasaan aman maka remaja memiliki kepercayaan diri khususnya didalam bergaul dengan orang lain. Tanpa kemesraan dan pengakuan kasih sayang dari orang tua, remaja tidak mampu membentuk hubungan-hubungan sosial yang berarti bagi orang lain.

  Didalam menjalin hubungan dengan teman sebaya maupun teman yang tidak sebaya mengikut-sertakan adanya orang lain didalam melakukan suatu pertimbangan dimana akan digunakan untuk mengambil suatu keputusan terhadap perilakunya. Hal ini menunjukkan bahwa remaja dapat menyesuaikan dirinya dengan orang lain dan tidak bertingkah laku sekehendak hatinya.

  Melalui belajar menyesuaikan dirinya maka remaja mempunyai hubungan sosial yang lebih luas dan tugas perkembangan yang lebih baik.

  Dengan adanya penyesuaian diri maka remaja sudah menemukan identitas diri dan telah memperoleh sistem nilai yang mendasari perilakunya dengan penuh tanggung jawab. Hal ini berarti remaja telah dapat mereaksikan dirinya dimana tidak dipengeruhi oleh sifat kekanak-kanakannya, bahkan remaja sudah dapat menguasai emosi dan keinginannya dan sudah mampu bertenggang rasa terhadap orang lain dan lingkungan disekitarnya.

2. Barongsai

  Barongsai adalah kesenian yang berasal dari China, yang merupakan tradisi dan didalamnya terkandung unsur keagamaan dan olah raga (kung fu).

  Barongsai berkaitan dengan tradisi atau legenda dari cerita singa berbadan naga. Makhluk ini datang setiap Tahun Baru Imlek yang diasosiasikan sebagai tumbal.

  Istilah BARONGSAI terdiri dari kata barong (bahasa Jawa) yang mempunyai arti sejenis Singa atau bulu pada leher Singa, seperti pada kata singa Barong dalam kesenian Reog Ponorogo. Sedangkan kata Sai didalam bahasa Tionghoa (dialeg Hok Kian) berarti “Singa”, sehingga kata barong dapat disinonimkan dengan kata Sai; karena itu pentas Barongsai berarti pentas seni tari yang memperagakan tingkah laku dan gerak binatang Singa. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa istilah Barongsai berasal dari kata Ma Long

  

Shi , yang artinya Ma (Kuda), Long (Naga) dan Shi (Singa / Guru), maka arti

  seutuhnya adalah Kuda Naga berkepala Singa yang dapat dijadikan panutan atau Guru.

  Di Indonesia sebenarnya yang banyak dipentaskan bukanlah tarian Singa atau Barongsai tetapi tarian ‘SAM SIE” atau “SAM SU” yaitu sejenis binatang / hewan mitos berbentuk seperti Katak besar bertanduk tunggal yang hidup pada pohon-pohon raksasa di daratan Tiongkok (Cina) pada jaman dahulu. Baik tarian Liong maupun tarian Sam Sie ini didalam setiap pentas pada tanduknya selalu diikatkan seuntai daun Jeruk yang dipercaya dapat membawakan suasana keteduhan dan kenyamanan.

  Sebuah cerita Tionghoa Kuno (versi Tri Dharma) bahwa pada jaman dahulu ada seekor monster raksasa yang keluar hanya satu kali pada setiap tahunnya, dan bila keluar monster ini memakan apa saja yang dijumpainya, khususnya panen hasil tanaman rakyat.

  Monster ini di sebut Nian artinya tahun, karena keluarnya 1 tahun sekali. Rakyat yang merasa jengkel karena panen selama setahun pasti habis disantap sang monster kemudian mencari sarana untuk mengusirnya. Suatu hari datanglah kepada mereka seorang Aki / Bapak tua (sebenarnya jelmaan dewa) yang memberikan penjelasan / keterangan bagaimana caranya mengalahkan monster tersebut, tetapi umat Budha mengatakan bahwa orang tua itu perwujudan dari seorang Bikhu karena kepalanya gundul.

  Atas anjuran dari Bapak tua / Bikhu tersebut maka rakyat membuat boneka mirip Sam Sie yang kemudian dipakai untuk menakuti sang monster.

  Untuk melengkapi penampilan boneka ini maka rakyat menabuh berbagai macam tetabuhan dari benda yang ada disekitar mereka seperti panci, dandang bahkan piring dan tutup panci yang menimbulkan suara nyaring mengiringi penampilan boneka yang mereka pakai dengan menari dan hasilnya monster tersebut ketakutan serta melarikan diri masuk kedalam hutan. Ketika tahun berikutnya ia muncul lagi maka kembali rakyat membawakan tarian Sam Sie untuk mengusirnya dan kembali berhasil.

  Setiap tahun tradisi menarikan Sam Sie / barongsai ini selalu dilaksanakan dengan tidak lupa ada seorang yang menggunakan topeng Bapak tua / Bikhu sebagai penghargaan atas jasanya seperti cerita diatas, dan dengan semakin majunya jaman bentuk tarian Sam Sie ini semakin sempurna begitu pula dengan musik pengiringnya. Karena keluarnya 1 tahun sekali, sebagai ucapan syukur dan terima kasih serta wujud tolak bala / buang sial maka setiap ada tarian Sam Sie rakyat merasa senang dan pasti memasang Ang Pao (bungkusan merah) yang didalamnya diisi sejumlah uang dan akan disantap oleh Sam Sie / Liong yang melewati depan rumahnya dimana Ang Pao itu dipasang.

  Menurut falsafah Cina kuno binatang Singa melambangkan kekuatan / kekuasaan yang maha dahsyat, maka pemain Sam Sie / Barongsai diharapkan juga punya semangat / kekuatan kerja yang kuat, sedangkan dalam makna filosofis lain Sam Sie / barongsai dianggap menunjukkan sifat atau unsur Yin (negatif) sedangkan Liong / naga yang dapat menembus langit / awan dan menguasai samudera dianggap menunjukkan sifat Yang (positif), karena itu tarian Sam Sie / barongsai yang disertai tarian Naga / Liong akan menjadi / melambangkan perpaduan antara unsur Positif dan Negatif ( Yin dan Yang ).

  Maka dengan diadakan tari Sam Sie dan Liong yang memadukan antara unsur

  

Yin dan Yang (Negatif dan Positif) diharapkan membawa keharmonisan,

  kebahagiaan dan ketentraman hidup didunia sehingga berkah dan karunia Tuhan boleh kita terima setiap hari.

  Barongsai pada umumnya dimainkan dua orang. Satu orang yang paling ahli adalah yang menggerakkan kepala Barongsai, dapat meloncat tinggi sehingga seolah Barongsai dapat tegak dan pemain belakang harus pandai mengikuti gerak kepalanya sehingga Barongsai tampak hidup dengan berbagai ketangkasannya.

  Atraksi permainan Barongsai yang menirukan gerak, karakter, dan mimik singa ini, dengan suara gemerincing kliningan yang menggantung dikaki pemainnya, memang sangatlah atraktif. Sosok kepala singa yang dibentuk berupa "barong" dengan tanduk tunggal di bagian kepalanya dengan warna-warna yang menyala yang didominasi warna merah dan kuning keemasan bagaikan binatang mitologi. Gerakan yang lincah meloncat tinggi, tampak mulutnya terkatup-katup yang menimbulkan bunyi serta iringan musik yang berdegup dan berdentang-dentang, membuat Barongsai semakin hidup dalam gerakan akrobatiknya.

  Permainan Barongsai ini dituntut kekompakan antar pemain kepala dan ekor yang akan membentuk suatu gerakan yang menarik sehingga diperlukan pengertian antar kedua pemain. Pada permainan ini juga dituntut akan tingginya rasa solidaritas antar pemain satu sama lain dan mereka harus dapat menahan emosi pribadi mereka dan mengutamakan kepentingan bersama.

  Kesenian Barongsai yang sempat "dilarang" pada masa pemerintahan Orde Baru, kini dimainkan lagi oleh kelompok masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa. Barongsai atau "Samsie" memang berasal dari daratan Tiongkok (China) yang kemudian menyebar sampai ke negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Proses penyebaran seni yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu itu tentunya mengalami proses akulturasi dengan budaya lokal (Wargatjie, Kompas, 20/8/2001). Tidak mustahil corak permainan dan bentuk Barongsai itu mungkin tetap sama karena proses peniruan dari media komunikasi yang ada. Namun, pengetahuan tentang arti dan latar belakang Barongsai sesungguhnya sangatlah terbatas.

  Hal yang menarik pada tradisi Barongsai ini, kepercayaan lain dari masyarakat Tionghoa pada perayaan Imlek, yaitu 15 hari setelah tahun baru, Barongsai yang digunakan dalam perayaan Imlek tersebut harus dibakar. Diyakini bahwa ada makhluk yang menempel (bersatu) di kepala Barongsai.

4. Perkumpulan Liong Samsie Panca Naga Muntilan

  Perkumpulan Liong Samsie Panca Naga Muntilan diresmikan pada tanggal 13 Agustus 2000 dan dalam perkumpulan tersebut terdiri dari dua kelompok pemain, yaitu kelompok pemain Liong atau yang sering di sebut dengan Naga dan kelompok pemain Samsie atau Barongsai.

  Kelompok pemain Liong, sebagian besar pemain adalah orang-orang yang sudah dewasa atau sudak bekerja. Dalam satu permainan dibutuhkan sembilan pemain untuk memainkan badan Naga tersebut. Sedangkan pada kelompok Samsie atau Barongsai para pemain terdiri dari anak-anak usia sekolah. Dan dalam satu permainan mereka bermain berpasang-pasangan.

  Anak-anak pemain barongsai ini terdiri dari anak-anak yang bersekolah tingkat SD, SMP dan SMU. yang berusia 10 tahun sampai 18 tahun. Sebagian besar pemain inti barongsai adalah anak-anak SMU yang dalam cakupan umur adalah masuk dalam kategori remaja. Sebagian besar dari mereka adalah pemain yang sudah menjadi anggota sejak Perkumpulan ini berdiri, sehingga rasa kebersamaan mereka sudah terjalin cukup lama.

  Pemain semuanya sering mengadakan acara untuk keakraban bersama, dan dalam kehidupan sehari-hari terkadang mereka sering berkumpul di rumah salah satu pemain. Mereka berkumpul dan saling bercerita tentang segala hal, dan jika ada temannya yang sedang dalam kesulitan mereka akan bekerja sama berusaha untuk membantu permasalahannya. Bila ada pemain yang sedang bermusuhan atau ada masalah dengan pemain yang lain, maka mereka akan di kumpulkan dan kemudian akan diberi nasehat serta diminta untuk menyelesaikan masalahnya secepatnya agar tidak berlarut-larut.

  Latihan mereka dilakukan setiap hari Minggu pada hari biasa, namun jika waktu test atau ujian sekolah maka latihan di liburkan. Bila akan melakukan pertunjukan maka latihan dilakukan sore hari setiap hari minimal tiga hari sebelum hari H untuk persiapan. Latihan yang dilakukan bertempat dilapangan belakang Klenteng Hok An Kiong Muntilan. Anggota baru yang ingin mengikuti latihan dapat masuk langsung dan ikut latihan tanpa dipungut biaya.

  Pengurus Perkumpulan terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi yang menangani Liong dan Seksi yang menangani Barongsai serta Seksi Tata Usaha. Para pengurus, melakukan rapat setiap bulan satu kali untuk membahas tentang acara-acara yang akan diisi, tawaran untuk bermain, penyelesaian- penyelesaian masalah-masalah yang ada serta merapatkan pengembangan Perkumpulan tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Studi Kasus Instrumental, yaitu

  penelitian pada suatu kasus unik tertentu karena fokusnya merupakan penyelidikan mendalam pada sejumlah kecil kasus yang jarang diangkat sebagai penelitian, dilakukan untuk memahami isu lebih baik, juga untuk mengembangkan atau memperhalus teori. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan. Metode kualitatif secara khusus berorientasi pada eksplorasi, penemuan dan logika induktif karena peneliti tidak memaksa diri untuk hanya membatasi penelitian pada upaya menerima atau menolak dugaan-dugaannya, melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilkan diri. Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, sebagai suatu studi yang berorientasi pada penemuan. Peneliti sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam keadaan sesungguhnya dan menunggu apa yang akan muncul atau ditemukan (Poerwandari, 2001).

  B. Subyek Penelitian

  Subyek penelitian ini adalah anak-anak pemain barongsai di perkumpulan Panca Naga Muntilan yang berusia remaja antara umur 14-19 tahun. Peneliti mengambil sample sebanyak 8 orang. Sampel yang di ambil merupakan pemain barongsai yang selalu tampil dalam atraksi pertunjukan dan merupakan pasangan tetap dalam melakukan atraksi permainan. Sampel berumur antara 14-19 tahun dan peneliti menganggap bahwa mereka dapat mewakili apa yang ingin di ketahui oleh peneliti.

  C. Batasan Istilah

  Salim dan Salim (1991) mengatakan bahwa solidaritas merupakan sikap setiakawan, rasa senasib dan kebersamaan. Yang pada dasarnya merupakan semangat kepedulian seseorang, suatu kelompok atau masyarakat terhadap nasib orang lain. Pada remaja yang sedang dan masih dalam tahap perkembangan pengendalian emosi, penyesuaian diri ini tampak pada rasa solidaritas kelompok dan rasa kesetia-kawanan kepada anggota kelompoknya karena adanya saling memiliki dan merasa senasib dengan anggota kelompok yang diikuti oleh remaja tersebut, mencoba untuk saling memahami dan mengerti akan keberadaan orang lain selain dirinya sendiri. Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi remaja didalam penyesuaian dirinya seperti aspek emosi, sosialisasi, aktivitas serta kemampuan berkomunikasi pada remaja.

D. Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap. Analisis induktif dimulai dengan observasi khusus, yang akan memunculkan tema-tema, kategori-kategori dan pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut (Patton, 1990). Dalam tahap pertama, peneliti melakukan observasi ke lapangan saat subyek melakukan latihan, saat tidak latihan, saat mengadakan pertunjukan. Serta menanyakan kepada pengurus atau penanggung jawab tentang siapa saja pemain inti dalam tiap pertunjukan. Pemain inti adalah pemain yang selalu melakukan atraksi pertunjukan pada tiap acara.

  Tahap kedua adalah pengambilan data yang bertujuan untuk mengetahui penyesuaian diri pada tiap pemain. Peneliti melakukan proses wawancara dengan pedoman umum. Peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan hal-hal yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit, sekedar untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas. Hal ini dilakukan agar peneliti tidak hanya terpaku pada daftar pertanyaan yang ada namun juga dapat mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang mendukung pertanyaan tersebut.

E. Pedoman Wawancara ASPEK POINT DESKRIPSI

  Emosi yang terdiri dari Kontrol emosi dan Sejauh mana Subyek marah, takut, cemburu, pengendalian emosi dapat mengontrol emosi ingin tahu, iri hati, sedih dengan pasangan dan kasih sayang. Remaja permainan ketika sedang yang emosinya matang mengadakan pertunjukan memberikan reaksi emosi jika subyek sedang secara stabil dan tidak mempunyai masalah berubah-ubah dengan pasangan bermainnya. Sosialisasi yaitu pergaulan Kemampuan bergaul Sejauh mana Subyek di masa remaja yang sangat dengan teman sebaya mengenal dan memahami berhubungan erat dengan pasangan bermain mereka kelompok teman sebaya dalam kehidupan sehari- yang merupakan hari lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya Aktivitas yaitu aktivitas Aktivitas yang Sesering apa Subyek yang di lakukan oleh remaja diluar aktivitas sekolah dilakukan bersama kelompok berkumpul dan bertemu dengan temen-teman sepermainan dalam perkumpulan. Kemampuan berkomunikasi yang bertujuan untuk melatih kepercayaan diri pada remaja dan dapat membuat dirinya mengerti tentang orang lain.

  Berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya

  Sejauh mana Subyek dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran- pikiran kepada sesama pemain Barongsai dalam melakukan permainan.

F. Analisis Data

  Peneliti menggunakan analisis tematik sebagai dasar analisis penelitian studi kasus ini. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi atau memberi kode pada informasi yang didapat, yang dapat menghasilkan daftar tema (tema tersebut secara minimal dapat mendeskrepsikan fenomena, dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena), model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal diantara atau gabungan dari yang telah disebutkan (Poerwandari, 2001). Penggunaan analisis tematik ini memungkinkan peneliti menemukan pola yang pihak lain tidak melihat secara jelas, dan memungkinkan penerjemah gejala atau informasi kualitatif menjadi data kuantitatif seperti yang diperlukan oleh peneliti.

  Secara praktis dan efektif, langkah awal koding dilakukan melalui :

  

pertama , peneliti menyusun transkrip verbatim (kata demi kata) atau catatan

  lapangan sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan memudahkan membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu diatas transkrip tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip dan/atau catatan lapangan tersebut. Ketiga, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting meskipun peneliti yang satu dan yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya , penelitilah yang berhak (dan bertanggung jawab) memilih cara melakukan koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya. (Poerwandari, 2001)

  Data yang diperoleh dari tahap pertama melalui wawancara awal dengan pedoman umum untuk mengetahui gambaran situasi pada saat-saat tertentu di lokasi penelitian akan peneliti olah dengan analisis tematik tersebut. Peneliti akan menyusun transkrip verbatim sedemikian rupa yang dianggap penting untuk mewakili tiap-tiap elemen yang subyek teliti dalam tabel-tabel dan dalam tabel tersebut akan ada kolom di sebelah kanan transkrip verbatim tersebut untuk membubuhkan kode-kode tertentu yang mudah diingat dan memberikan nama untuk masing-masing tabel. Kemudian akan peneliti analisis sedemikian rupa sehingga akan didapatkan kesimpulan dari masing- masing tabel milik setiap subyek penelitian tersebut.

  Analisis data yang selanjutnya diperoleh melalui wawancara dengan pedoman umum dalam tahap ketiga proses pengambilan data mengenai penyesuaian diri masing-masing subyek penelitian, peneliti akan tetap menganalisa dengan analisis tematik dengan proses pengkodingan yang agak berbeda. Peneliti akan menyusun transkripsi verbatim milik tiap-tiap subyek dalam tabel-tabel. Misalnya untuk subyek pertama maka akan dibuatkan tabel tersendiri yang memuat transkripsi verbatim subyek pertama tersebut. Untuk subyek kedua akan dibuatkan tabel tersendiri yang memuat transkripsi verbatim dari subyek kedua tersebut. Dalam tiap tabel dimuat beberapa tema yang diungkap dalam penelitian ini, seperti sejauh mana rasa memahami rekan sepermainan mereka, seperti apa pemahaman mereka tentang rasa persatuan dan saling memiliki, seberapa tinggi tingkat kesetiakawanan mereka terhadap sesama pemain. Kemudian dari tiap tabel milik setiap subyek penelitian akan dibuat suatu kesimpulan.

  Analisis data selanjutnya melalui observasi sebagai pengamat murni dalam tahap ketiga proses pengambilan data mengenai penyesuaian diri masing- masing subyek penelitian kemudian peneliti akan melakukan kategorisasi dan menganalisisnya. Peneliti kemudian menyusun catatan lapangan milik tiap- tiap subyek dalam tabel-tabel. Misalnya untuk subyek pertama maka akan dibuatkan tabel tersendiri yang memuat catatan lapangan subyek pertama tersebut. Untuk subyek kedua dibuatkan tabel tersendiri yang memuat catatan lapangan dari subyek kedua tersebut. Dalam tiap tabel akan dimuat kegiatan- kegiatan subyek yang diobservasi oleh peneliti. Peneliti membubuhi kode- kode tertentu yang mudah diingat dalam kolom-kolom yang terdapat dalam tabel tersebut. Kemudian dari tiap tabel milik setiap subyek penelitian akan dibuat suatu kesimpulan.

  Peneliti kemudian menggabungkan transkripsi verbatim wawancara tahap ketiga dan catatan lapangan observasi tahap ketiga dari masing-masing subyek penelitian dalam tiap-tiap tabel milik masing-masing subyek penelitian. Dalam tabel ini akan dimuat beberapa tema yang diungkap dalam penelitian ini seperti sejauh mana rasa memahami rekan sepermainan mereka, seperti apa pemahaman mereka tentang rasa persatuan dan saling memiliki, seberapa tinggi tingkat kesetiakawanan mereka terhadap sesama pemain serta akan dimuat kegiatan subyek yang diobservasi oleh peneliti yang kemudian akan dibuat kesimpulan untuk tiap-tiap tabel.

G. Kredibilitas

  Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskrepsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks. Mengutip Stangl (1980), Sarantakos (1993) menyampaikan bahwa dalam penelitian kualitatif, validitas dicoba dicapai melalui orientasinya, dan upayanya mendalami dunia empiris, dengan menggunakan metode paling cocok untuk pengambilan dan analisis data.

  Penelitian ini memenuhi konsep : (Poerwandari, 2001)

  1. Validitas komunikatif Dilakukan melalui dikonfirmasikannya kembali data dan analisisnya pada responden penelitian.

  2. Validitas argumentatif Tercapai bila presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya, serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah.

  3. Validitas ekologis Menunjuk pada sejauh mana studi dilakukan pada kondisi alamiah dari partisipan yang diteliti, sehingga kondisi ‘apa adanya’ dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting penelitian.

  Penelitian ini menggunakan Validitas Ekologis untuk mengeksplorasi masalah yang ingin di teliti dengan mengkondisikan Sampel pada kondisi “apa adanya” tidak memaksakan sampel pada suatu kondisi tertentu.