Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Mahasiswa Overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

MAHASISWA OVERWEIGHT DI PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makassar

  

Oleh :

LISKA ALFAAIZIN

70300106029

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

  

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2010

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikembalikan hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seituhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Makassar, Agustus 2010 Penyusun,

LISKA ALFAAIZIN NIM. 70300106029

  ABSTRAK Nama Penyusun : LISKA ALFAAIZIN Nim : 70300106029

Judul Penelitian : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Mahasiswa Overweight di Prodi Keperawatan

  Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

  Jurusan keperawatan merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar yang memiliki banyak mahasiswa yang overweight. Dimana

  

overweight adalah suatu keadaaan berat badan seseorang yang melebihi berat badan

  normal. Individu yang mengalami overweight sering mendapatkan berbagai perlakuan seperti penghinaan atau menjadi bahan tertawaan sehingga individu tersebut tidak puas dengan penampilan fisiknya dan mempengaruhi konsep diri individu dan proses sosialisasinya. Dari adanya masalah, peneliti melakukan penelitian tentang bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri mahasiswa overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri mahasiswa overweight yakni faktor pola asuh keluarga, lingkungan dan status sosial ekonomi di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada individu overweight sehingga mampu memotivasi untuk menghasilkan konsep diri yang positif begitupun dengan keluarga sehingga dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan pengembangan konsep diri yang positif bagi individu atau anaknya yang mengalami overweight. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23-28 Juli 2010 dengan menggunakan desain cross sectional dan sampel berjumlah 30 responden dengan menggunakan teknik aksidental sampling. Variabel diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan dan pernyataan menggunakan skala Guttman. Analisis yang digunakan adalah Uji Pearson Correlation dan program SPSS-17.

  Hasil penelitian yang diperoleh adalah ada pengaruh antara pola asuh keluarga dan status sosial ekonomi terhadap konsep diri mahasiswa overweight dengan nilai p = 0,037 dan p = 0,040. Sedangkan hasil penelitian belum menemukan adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap konsep diri mahasiswa overweight dengan nilai p = 0,306.

  Oleh karenanya disarankan bagi individu yang mengalami overweight dapat meningkatkan konsep dirinya dengan cara memahami, menghargai dirinya secara utuh sehingga ia mampu menggali kemampuan yang dimiliki dan menggunakannya, membangun keterbukaan dan hubungan saling percaya diantara orang-orang sekelilingnya dan bagi keluarga menyediakan dukungan, kuatkan dan beri pengakuan pada kekuatan, keterampilan dan aspek positif lain yang dimiliki individu

  overweight.

KATA PENGANTAR

      Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya yang tiada henti diberikan kepada hambaNya. Salam dan salawat tak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

  

Mahasiswa Overweight Di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN

Alauddin Makassar “ dapat terselesaikan dengan baik yang sekaligus menjadi syarat

  untuk menyelesaikan studi di Prodi Keperawatan UIN Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

  Especially kupersembahkan karya ini kepada kedua orang tuaku tercinta

  Ayahanda Drs. Mappisabbi dan Ibunda Rosmaeni, terima kasih atas segala dukungan moril, materil, dan doa di setiap hembusan nafas beliau, kasih sayang tulus yang tak akan tertandingi oleh siapapun dan apapun. Terima kasih atas segala kepercayaan yang diberikan beliau bahwa Penulis akan mampu mandiri dan menjaga kehormatan dan nama baik beliau meski kami berada dalam jarak ribuan kilometer.

  Dengan segala kerendahan hati, melalui kesempatan ini Kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

  1. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta seluruh staf akademik atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan.

  2. Bapak dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar beserta seluruh staf akademik yang telah membantu mengikuti pendidikan.

  3. Ibu Nur Hidayah S. Kep, Ns, MARS Selaku Ketua Prodi Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar sebagai Ibu yang selalu memberikan motivasi dan pengetahuan yang luas kepada kami anak didiknya.

  4. Ibu Arbianingsih,S.Kep.Ns.M,Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Rahmianti Arsyad S.Kep.Ns selaku Pembimbing II serta tim penguji Bapak Zulfahmi Alwi, Ph. D dan Bapak Tofan A. Wibowo, S.Kep. Ns. M,Kes yang telah banyak memberikan masukan guna penyempurnaan penulisan skrispsi ini.

  5. Keluarga besar Bapak Irwan yang telah banyak membantu saya selama 4 tahun mengikuti pendidikan di UIN Alauddin Makassar.

  6. Bapak Abdullah H. SH selaku Kepala Desa Tibona beserta keluarga yang telah menerima kami dengan baik di kediamannya selama 2 bulan mengikuti program KKN.

  7. Kepada keluarga besar saya, yang selama ini menyayangi, mendukung dan memotivasi saya untuk selalu menjadi yang terbaik dan kebanggan keluarga.

  Terutama Kakek tercinta H. Abd. Madjid dan Tatak Jajuk serta tante saya Yulianni S.Pd. Serta keluarga Om Khaeruddin Madjid SH. MH dan Om Jusman S.Pd yang telah menerima saya di rumahnya selama 3 tahun mengenyam pendidikan di SMAN 1 Bulukumba.

  8. Terima kasih kepada A. Adriana Amal, Syur Hasriati Jufri, dan Nurul Fadhillah Gani atas bantuannya dalam menyelasaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku (Ita Sulistiani, Nurliah, Yulidar Pattalolo). Terima

  kasih atas kesediaannya mendengarkan segala keluh kesah, ngasih way out tiap kali saya mengalami masalah. Persahabatan ini tak akan berakhir sampai disini karena selamanya kita adalah sahabat.

  10. Kepada Nita Sri Ayu, Musifayah Accizah S.Farm, Zulfiar S.Kep, Nur Badri S.Kom terima kasih telah telah menjadi saudara dan memberikan banyak bantuan selama 4 tahun di Makassar.

  11. Anak-anak ”Tango” yang memberikan berjuta rasa selama menempuh pendidikan

  di Prodi Keperawatn (Ita, Lia, Cully, Ana, Unnu, Dilla, Lela, Yulia, Chu’, Aka, Adilah, Lena, Bunda Salma, Edy) kita bersama berbagi ilmu dan pengalaman,suka duka, keceriaan dan berjuang bersama menemukan tiap kepingan inti dari hidup kemudian merangkainya menjadi sebuah tujuan, I Love

  you all. Serta semua teman-teman Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

  UIN Alauddin Makassar angkatan 2006 yang tak bisa Penulis sebutkan satu- persatu.

  12. Teman-teman KKN angkatan 45 Desa Tibona (Waty, Tini, Asma, Marni, Ippank, dan Iccank) salut atas persaudaraan selama di posko.

  13. Senior-senior dan adik-adik Nursing atas kebersamaan serta bantuannya selama ini.

  14. Dan terima kasih buat teman-teman yang eksis dalam perjalanan hidup Penulis, kalian mengajarkan bagaimana arti menghargai rasa dan tak boleh menjadi angin kepada siapapun di samping kita.

  Penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, olehnya itu koreksi, saran dan kritikan yang sifatnya membangun penulis hargai untuk penyempurnaan Skripsi ini.

  Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat, baik itu bagi Penulis pribadi, Dunia Keperawatan, Dunia Pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Amiin... Wabillahitaufiq walhidayah wassalamu”alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Makassar, Agusutus 2010

   Penulis

  

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 : Distribusi responden berdasarkan umurTabel 5.2 : Distribusi responden berdasarkan angkatanTabel 5.3 : Distribusi responden berdasarakan jenis kelaminTabel 5.4 : Distribusi responden berdasarkan IMTTabel 5.5 : Distribusi responden berdasarakn pekerjaan orang tuaTabel 5.6 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tuaTabel 5.7 : Distribusi responden berdasarkan pola asuh keluargaTabel 5.8 : Distribusi responden berdasarkan lingkunganTabel 5.9 : Distribusi responden berdasarkan status sosial ekonomiTabel 5.10 : Distribusi responden berdasarkan konsep diriTabel 5.11 : Analisis pengaruh pola asuh keluarga dengan konsep diri mahasiswa overweightTable 5.12 : Analisis pengaruh lingkungan dengan konsep diri mahasiswa

  overweight

Tabel 5.13 : Analisi pengaruh status sosial ekonomi dengan konsep diri

  mahasiswa overweight

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya teknologi di segala bidang dan pengaruh globalisasi informasi,

  menjadikan budaya dan teknologi dari negara barat melanda Indonesia. Selain segi positif yang diperoleh, tak dapat dihindari penyebab terjadinya kelebihan berat badan adalah terjadi perubahan-perubahan gaya hidup bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang hidup di kota-kota besar. Pergeseran nilai-nilai hidup sehat telah berubah, pola hidup masyarakat modern meningkatkan kejadian

  overweight dan obesitas dengan segala dampaknya dibidang kesehatan.

  Masyarakat lebih mengkonsumsi makanan cepat olah, yang lebih tinggi mengandung lemak jenuh, garam dan glukosa. Selain itu masyarakat kurang bergerak / beraktivitas. Keadaan tingginya polusi dan tidak tersedianya sarana jalan kaki membuat orang memilih kendaraan bermotor daripada berjalan kaki atau bersepeda menuju pekerjaan, sekolah atau berbelanja (Sedyawan, 2009).

  Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight) dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas.

  Tingkat kegemukan di Indonesia cenderung meningkat grafiknya. Menurut data Riset Kesehatan Dasar data tahun 2007, prevalensi-prevalensi pada laki-laki 13,9 %, sedangkan perempuan 23,8 %. Sedangkan prevalensi kegemukan pada anak usia 6-14 tahun berbanding terbalik dengan dewasa. Anak laki-laki gemuk di Indonesia lebih banyak yang gembul dibanding anak putri, dengan prevalensi kegemukan mencapai 9,5 % sementara anak perempuan di level 6,4 %. Jumlah anak gemuk di Indonesia ini, nyaris setara dengan estimasi WHO sebesar 10 % dari total populasi pada anak usia 5-17 hari di seluruh dunia.

   Overweight atau kelebihan berat badan dapat dikatakan bila berat badan

  seseorang melebihi 10-20 % dari berat normalnya. Keadaan tersebut secara medis dapat mengakibatkan faktor risiko yaitu mudah terkena berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, diabetes, arthritis (pada pinggul, lutut, pergelangan kaki), batu empedu dan faktor risiko yang lainnya (Fathoni, 2009).

  Beberapa literatur juga ada yang menambahkan bahwa individu dengan kelebihan berat badan sering mendapatkan berbagai perlakuan seperti penghinaan atau menjadi bahan tertawaan sehingga individu dengan kelebihan berat badan selalu merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya. Dengan adanya persepsi yang keliru pada penampilan fisik, individu tersebut akan terus mencari cara untuk bisa merasa tampil lebih baik dan selalu mempunyai image bahwa badan kurus akan banyak mendapat peluang sehingga persepsi-persepsi itu akan mempengaruhi harga diri, gambaran tubuh serta mobilitas. Keadaan ini mengakibatkan individu tersebut menjadi depresi karena selalu meletakkan dirinya dengan penilaian dan penerimaan sosial di atas segalanya, padahal kesempurnaan ataupun kecantikan itu adalah nilai yang relatif dimana antara individu dengan yang lainnya berbeda, antara satu budaya dengan budaya yang lain juga beda atau antara satu masyarakat dengan maysrakat yang lain juga berbeda (Fathoni, 2009).

  Dapat dibayangkan jika kelebihan berat badan terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri (Tim Penulis Poltekkes Depkes, 2010).

  Perubahan fisik dan kejiwaan yang terjadi begitu cepat, dapat mengganggu ketidakseimbangan diri. Dalam usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat membangun (kontruktif) ataupun yang bersifat merusak (destruktif). Koping yang kontruktif akan menghasilkan respon yang adaftif yaitu aktualisasi diri dan konsep diri yang positif. Apabila individu menggunakan koping yang destruktif dan berlangsung secara terus menerus maka akan menimbulkan respon yang maladaptif berupa kekacauan identitas, harga diri rendah, dan depresionalisasi (Suliswati, 2005).

  Keadaan fisik merupakan hal yang penting dalam suksesnya pergaulan. Remaja sangat peka terhadap keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan gambaran masyarakat tentang tubuh ideal . Remaja mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penampilan diri, apabila ada bagian tubuh atau seluruh tubuh dinilai tidak baik (tidak sesuai dengan gambaran ideal) maka cenderung akan mempengaruhi proses sosialisasinya. Bila remaja mengerti bahwa tubuhnya memenuhi persyaratan maka hal ini berakibat positif terhadap penilaian diri remaja. Sedangkan bila ada penyimpangan–penyimpangan maka timbullah masalah – masalah yang berhubungan dengan perilaku diri dan sikap sosial remaja. Remaja percaya bahwa kondisi fisik akan membuat diterima atau ditolak oleh lingkungan sosial

   Overweight yang terjadi karena adanya faktor multifaktorial dimulai dari

  perkembangan genotif dan lingkungan, melibatkan perilaku, psikologi, status sosial ekonomi. Overweight kebanyakan didapati pada anak dan remaja dan ini semakin mengalami peningkatan dalam tiap tahunnya. Peneliti bermaksud melakukan penelitian di prodi keperawatan fakultas ilmu kesehatan UIN Alauddin Makassar karena berdasarkan kajian awal, jurusan keperawatan merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Kesehatan yang memilki banyak mahasiswa yang

  overweight.

  Bertolak dari besarnya masalah yang ada, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri mahasiswa overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH

  Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri mahasiswa

  overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu kesehatan UIN Alauddin

  Makassar?

  RUMUSAN SUB MASALAH : 1.

  Bagaimana pengaruh pola asuh terhadap konsep diri mahasiswa overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar? 2. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap konsep diri mahasiswa overweight di Prodi keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar?

3. Bagaimana pengaruh status sosial ekonomi terhadap konsep diri mahasiswa

  overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin

  Makassar?

4. Bagaimana pengaruh faktor yang paling dominan terhadap konsep diri

  mahasiswa overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar?

C. TUJUAN PENELITIAN

  1. Tujuan Umum Diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri mahasiswa

  overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

  2. Tujuan Khusus

  a. Diketahui ada pengaruh pola asuh keluarga terhadap konsep diri pada mahasiswa overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

  b. Diketahui ada pengaruh lingkungan terhadap konsep diri pada mahasiswa

  overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

  c. Diketahui ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap konsep diri pada mahasiswa overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

  d. Diketahui faktor yang paling dominan mempengaruhi konsep diri pada mahasiswa overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Bagi Ilmu Keperawatan Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menambah ilmu perawat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada individu/remaja yang mengalami overweight.

  2. Bagi Peneliti Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta memperluas wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada individu / remaja yang mengalami overweight dan hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk peneliti berikutnya.

3. Bagi Individu/Remaja Overweight

  Diharapkan agar hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang faktor- faktor yang mempengaruhi konsep diri pada individu/remaja yang overweight sehingga mampu memotivasi individu/remaja tersebut menghasilkan konsep diri yang positif.

  4. Bagi Keluarga dan Masyarakat Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang konsep diri individu/remaja yang mengalami overweight sehingga dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk pengembangan konsep diri yang positif bagi individu/remaja tersebut.

E. KAJIAN PUSTAKA

  Penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada mahasiswa overweight di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin

  Makassar tahun 2010. Menurut pengetahuan peneliti, penelitian belum pernah dilakukan tetapi ada penelitian yang mirip dengan penelitian ini yakni konsep diri remaja awal putri yang mengalami obesitas dengan nama peneliti Ajeng Purida Citra tahun 2006 di Universitas Gunadarma. Penelitian tersebut terdiri dari tiga responden dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara (in-depth interview) dan observasi. Dan hasil penelitiannya adalah berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa responden pertama dan ketiga memilki konsep diri positif dimana walaupun responden mengalami obesitas, responden tetap menerima keadaan dirinya, apa adanya, dan tidak memandang obesitas yang dialaminya sebagai beban. Responden juga tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan tidak memandang dirinya berbeda dengan orang lain karena obesitas yang dialaminya. Sedangkan konsep diri responden kedua dimana responden cenderung merasa dirinya memiliki bentuk tubuh yang obesitas serta sifat-sifat yang negatif. Responden juga memandang dirinya berbeda dengan orang lain karena keadaan fisiknya. Pada responden pertama dan ketiga, pembentukan konsep diri posiitif pada diri responden lebih disebabkan oleh faktor significant others diantaranya peran orangtua dan teman- teman dekatnya dan juga faktor sosial responden. Sementara konsep diri negarif dari responden kedua dipengaruhi oleh faktor penampilan fisik subjek, significant others dan faktor lingkungan sekolah responden. Sementara itu penyebab terjadinya obesitas pada responden pertama lebih disebabkan karena faktor eksternal yaitu pola makan yang berlebihan sementara responden kedua dan ketiga sudah mengalami obesitas sejak kecil dan obesitas yang dialami lebih disebabkan faktor genetik. Pada responden kedua faktor genetik ini juga ditambah oleh kurangnya aktifitas fisik responden. Sementara pada responden ketiga selain karena faktor genetik, responden juga memiliki pola makan yang berlebihan dan juga kurangnya aktifitas fisik responden serta kebiasaan yang sering mengalihkan diri pada makanan jika sedang merasa kesal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dari Ajeng Purida Citra adalah peneliti menggunakan responden yang overweight sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan responden yang obesitas, variabel yang diteliti oleh peneliti adalah pola asuh keluarga, lingkungan, status sosial ekonomi dan variabel yang tidak diteliti adalah pengalaman sedangkan pada penelitian sebelumnya variabel yang diteliti adalah pengalaman, keadaan fisik, lingkungan,status sosial. Dan perbedaan terakhir adalah peneliti menggunakan metode pengambilan sampel aksidental sampling yaitu setiap penderita overeweight yang ditemukan dan bersedia menjadi responden dan peneliti tidak menetapkan sampel berdasarkan jenis kelamin dan membatasi usia sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan metode pengambilan sampel

  purposive sampling yaitu menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara

  populasi sesuai dengan yang dikehendakinya, terbukti dengan hanya menggunakan tiga responden dan menetapkan sampelnya berdasarkan jenis kelamin.

BAB II TINJAUAN UMUM A. TINJAUAN UMUM KONSEP DIRI

  1. PENGERTIAN Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan dan keyakinannya ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang dikaitkan dengan pengalaman dan obyek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya (Suliswati, 2005).

  Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual (Sunaryo, 2004). Beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam konsep diri, yaitu (Sunaryo, 2004) : a. Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain.

  b. Berkembang secara bertahap, diawali pada waktu bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.

  c. Positif ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.

  d. Negatif ditandai dengan hubungan individu dan hubungan sosial yang maladaptif. e. Merupakan aspek kritikal dan dasar dari pembentukan perilaku individu.

  f. Berkembang dengan cepat bersama-sama dengan perkembangan bicara.

  g. Terbentuk karena peran keluarga, khususnya pada masa kanak-kanak, yang mendasari dan membantu perkembangannya. Sedangkan konsep diri dalam Islam diungkapkan dalam Q.S. At-Taghabun

  (64) :16

  

            

    

  Terjemahannya:

  “Maka bertakwalah kepada Allah sekuat kemampuan kamu dan dengarkanlah serta taatlah dan nafkanlah yang baik untuk diri kamu, dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran hatinya maka mereka itulah orang-orang yng beruntung”.

  Ini berarti konsep diri akan membantu kita dalam memposisikan dalam kehidupan sosial. Konsep diri juga membantu kita untuk bersifat tawadhu. Tawadhu berarti kemampuan memposisikan diri sewajarnya. Bukan berarti tawadhu itu bahwa kita tidak memilki apa-apa. Konsep diri juga merupakan salah satu langkah untuk menyerap Islam ke dalam diri (Aina Az Zahra, 2006).

  2. RENTANG RESPON KONSEP DIRI

  Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon maladaptif

  Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi Diri positif rendah identitas

  Respon konsep diri sepanjang sehat sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif. Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identitas masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing dengan diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya (Stuart, 2006).

  3. TEORI PENGEMBANGAN KONSEP DIRI Konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara bertahap, saat bayi dapat mengembangkan dirinya dari orang lain, mempunyai nama sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat membedakan dirinya, yang mana kaki, mata dan sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh kembang anak (Suliswati, 2005). Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua. Pengalaman dalam keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk megidentifikasi dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai atau pengharapan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan kepribadian seseorang (Suliswati, 2005). Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman. Karakter individu dengan konsep diri yang positif :

  a. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman, gampang bersahabat.

  b. Mampu berpikir dan membuat keputusan.

  c. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan. Membangun rasa percaya diri anak bisa dimulai dari rumah. Si anak diberi kesempatan untuk menjadi pribadi yang mandiri, melatih kemandirian untuk si anak simpel saja. Jadi ia sebisa mungkin melakukan segala sesuatunya sendiri sesuai porsi usianya. Dengan terbiasa melakukan segala sesuatu sendiri, maka kemampuannya akan semakin terasah. Efek psikologisnya juga akan timbul, dan si anak akan merasa : “oh ternyata saya bisa melakukan ini “. Dan dia bisa yakin dan merasa bangga dengan dirinya sendiri. Bila si anak sudah bisa merasakan hal semacam itu, hampir dipastikan dia tidak akan merasa malu-malu lagi. Dia tidak lagi malu-malu untuk mencoba sesuatu atau masuk ke dalam lingkungan yang baru dan berkenalan dengan orang yang baru. Diapun tidak akan takut lagi. Pada dasarnya, anak pemalu itu terjadi karena dia merasa ada yang kurang pada dirinya, kemudian takut salah. Tapi kalau anak-anak yang percaya diri dan di rumah sudah terbiasa untuk mandiri, dia tidak akan malu (Usman, 2008).

  4. KOMPONEN KONSEP DIRI Komponen konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri

  (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self-role), dan identitas diri (self- identity).

  a. Citra Tubuh Citra tubuh adalah sikap individu terhadap baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman- pengalaman baru. Citra tubuh harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya (bentuk tubuh, TB dan BB serta tanda- tanda pertumbuhan kelamin sekunder : mammae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu) sehingga individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi daripada individu yang tidak menyukai tubuhnya (Sunaryo, 2004).

  Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realistis yang akan memacu sukses dalam kehidupan (Suliswati, 2005).

  b. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar yang dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan / disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraihnya. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2005).

  Pembentukan penyesuaian diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu, individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dasar dari ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.

  Individu cenderung mengungkapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas. Ideal diri cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental (Suliswati, 2005).

  c. Harga Diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yang dicintai, dihormati, dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan (Suliswati, 2005).

  Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai meningkatnya sesuai usia. Untuk meningkatkan harga diri anak diberi kesempatan untuk sukses, tanamkan “ideal” atau harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-citanya dan bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang menganggu persepsinya.

  Harga diri sangat mengancam pada masa puberitas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan memutuskan apakaih ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial (Suliswati, 2005).

  Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu menerima keberadaan dirinya. Hal ini didapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal kelebihan dirinya. Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya tantangan baru sehubungan dengan pension, ketidakmampuan fisik, berpisah dari anak, kehilangan pasangan (Sunaryo, 2004).

  d. Peran Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasikan pada orang yang berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. e. Identitas Diri Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas diri semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut / jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan perasaan diri.

  Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan masa perkembangan konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri (Suliswati, 2005).

  5. GANGGUAN KONSEP DIRI

  a. Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005) 1) Faktor predisposisi gangguan citra tubuh : a) Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).

  b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit).

  c) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur pun fungsi tubuh.

  d) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi, transplantasi.

  2) Faktor predisposisi gangguan harga diri : a) Penolakan orang lain.

  b) Kurang penghargaan.

  c) Pola asuh yang salah ; terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten.

  d) Persaingan antar saudara.

  e) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.

  f) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan. 3) Faktor predisposisi gangguan peran :

  a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat-sakit.

  b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.

  c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.

  d) Peran yang terlalu banyak. 4) Faktor predisposisi gangguan identitas diri : a) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.

  b) Tekanan dari teman sebaya.

  c) Perubahan struktur sosial. b. Faktor Presipitasi (Suliswati, 2005) 1) Trauma

  Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan. 2) Ketegangan Peran

  Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi.

  

B. TINJAUAN UMUM TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

  Konsep diri ini bukanlah bawaan lahir, bukanlah sesuatu yang positif atau negatifnya sudah merupakan suratan takdir, konsep diri kita adalah hasil bagaimana kita berinteraksi dengan lingkungan, juga pengalaman, yang sifatnya dinamis (bisa berubah). Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah :

  1. Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak- anaknya yang meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya (Aat Sriati, 2008).

  a. Defenisi Keluarga Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya; memiliki ikatan emosi; terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan memiliki Friedman (1998) dalam Allender & Spradley (2001). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 Bab I ayat 1 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

  b. Persepsi Keluarga Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan manusia dan mengolah proses informasi tersebut “Human interpret their

  surroundings on a higher percive their word through information processing” (Wilson. D, 2000). Sedangkan pendapat Maramis (1998),

  persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancainderanya mendapat rangsang. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi keluarga merupakan suatu interpretasi yang dimiliki oleh keluarga terhadap kegemukan yang dialami oleh anaknya.

  Penelitian oleh Jessica, dkk (2008) beberapa studi tentang persepsi orang tua yang mempunyai anak overweight seperti di Australia, Amerika, Inggris dan Italia. Secara umum orang tua sering merasakan bahwa berat badan anaknya sama kelebihan berat badannya seperti orang tuanya. Adapun dukungan keluarga menurut Friedman (1998) adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anaknya. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.

  c. Bentuk Dukungan Keluarga Dukungan keluarga dapat diberikan dalam beberapa bentuk, yaitu

  1. Dukungan informasional

  2. Dukungan penghargaan

  3. Dukungan instrumental

  4. Dukungan emosional

  d. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga, di antaranya sebagai berikut: (Tim Penulis Poltekkes Depekes Jakarta I, 2009)

  1) Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.

  Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa. 2) Pola Asuh Otoriter

  Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. 3) Pola Asuh Demokratis

  Menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, mampu mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap orang lain. 4) Pola Asuh Penelantar

  Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman (Rusdijana, 2004).

  Pola asuh orang tua akan menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Sebaliknya, jika orangtua memberikan pola asuh yang baik dan lingkungan memberikan sikap yang baik serta positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.

  e. Struktur Kekuatan Keluarga Komunikasi yang ada dalam keluarga diharapkan terbuka antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lain. Struktur kekuatan dalam keluarga memegang penting untuk mempengaruhi anggota keluarga. Orang tua mempunyai pengaruh untuk mempengaruhi anak-anaknya untuk makan makanan yang sehat dan bergizi. Setiap keluarga juga mempunyai nilai-nilai yang dianut oleh keluarga. Nilai-nilai ini menjadi pedoman keluarga sebagai suatu sistem.

  2. Pengalaman Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan meninggalkan kesan dalam hidup seseorang (Aat Sriati, 2008).

  a. Kegagalan Konsep diri juga berkaitan dengan pengalaman mencapai berhasil atau gagalnya seseorang. Seringkali, kegagalan yang terus menerus dialami seseorang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan negatif kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan dirinya. Dengan begitu benih konsep diri negatif pun tumbuh pada diri orang itu. Tapi, jika ia mau terus berusaha dan berpikiran positif, mungkin hasilnya akan berbeda. Tidak akan muncul konsep negatif pada dirinya, dan kesuksesanpun bisa diraih (Ardhy, 2008).

  b. Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif.

  3. Lingkungan Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan. Lingkungan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu ke waktu, dari dilahir sampai meninggalnya, sehingga antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik dimana lingkungan mempengaruhi manusia untuk sebaliknya manusia juga mempengaruhi lingkungan.

  Lingkungan pada dasarnya dapat diartikan segala hal mempengaruhi hidup manusia atau lingkungan adalah segala sesuatu yang di sekeliling manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung.

  Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah bisa hidup seorang diri. Dimanapun berada manusia senantiasa memerlukan kerjasama dengan orang lain. Manusia membentuk pengelompokan sosial diantara sesama dalam upayanya mempetahankan hidup dan mengembangkan kehidupan. Dalam suatu kehidupan sosial, manusia juga memerlukan organisasi, yaitu seperti keluarga, kelompok, masyarakat, dll.

Dokumen yang terkait

Implementasi Bahasa Indonesia Baku dalam Interaksi Akademik pada Mahasiswa Angkatan 2016/2017 Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 85

Pengaruh Tutor Sebaya terhadap Keterampilan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Prodi PGMI FTK UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 3 108

Korelasi Antara Prestasi Belajar Ilmu Keislaman dengan Citra Diri Mahasiswa Angkatan 2007/2008 Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 97

Aplikasi Perpustakaan Prodi Teknik Informatika UIN Alauddin Makassar Berbasis Android - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 1 84

Pengetahuan Mahasiswi tentang Pemberian ASI di Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Burnout Perawat di RSUD Haji Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 0 80

Pengaruh Faktor Internal Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Keperawatan UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 131

Gambaran Stres Mahasiswa Tingkat Akhir dalam Penyusunan Skripsi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

1 4 123

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Konsep Diri pada Klien Hemodialisis di RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 83

Gambaran Kebiasaan Merokok pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 75