Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone - Repositori UIN Alauddin Makassar

PERANAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI
KELURAHAN MAMPOTU KECAMATAN AMALI
KABUPATEN BONE

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial
Pada Jurusan PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
Faultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar
Oleh

IRHAMSYAH
NIM. 503001131013

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2017

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: IRHAMSYAH

NIM

: 50300113013

Tempat/Tgl. Lahir

: Soppeng/25 November 1995

Jurusan/Prodi

: PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial

Fakultas

: Dakwah dan Komunikasi


Alamat

: Jalan Mustafa Dg Bunga (Beroanging)

Judul

: Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Petani Di Kelurahan
Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini
merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, maka gelar yang
diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, Oktober 2017
Penulis,

IRHAMSYAH
NIM: 50300113013


ii

KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬
‫ وصالة والسالم على‬,‫ َو ِب ِه نَ ْستَ ِعي ُْن على أمور الدنيا والدين‬,‫هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬
ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد‬
...‫ أما بعد‬.‫أشرف األنبياء والمرسلين وعلى آله وأصحابه أجمعين‬
Tiada ucapan yang patut dan pantas diucapkan atas terselesainya skripsi yang
berjudul “Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Petani Di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten
Bone”, kecuali ucapan syukur Kepada Allah SWT., karena Dia-lah sumber
kenikmatan dan sumber kebahagiaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabiullah Muhammad SAW., yang telah menunjukkan jalan
kebenaran kepada umat manusia.
Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang terlibat dalam
memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Musafir Pabbabari M.Si., Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Alauddin Makassar.
2. Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., M.M., Selaku Dekan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

v

3. Wakil Dekan I Dr. H. Misbahuddin, S.Ag., M.Ag., Wakil Dekan II Dr. H.
Mahmuddin, M.Ag., Wakil Dekan III Dr. Nur Syamsiah, M.Pd.I., dan staf
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
4. Dra. St. Aisyah. BM., M.Sos.I., Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam (PMI) Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
5. Dr. Syamsuddin. AB., S.Ag., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI) Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
6. Dr. H. Mahmuddin, M.Ag., Pembimbing I, yang dengan sabar membimbing
penulis dan memberikan motivasi sehingga kritikan dan saran dapat penulis
terima dengan baik sehingga penulis bisa merampungkan skripsi ini.
7. Dr. Syamsuddin. AB., S.Ag., Pembimbing II yang selalu sabar membantu
dan membimbing penulis sehingga penulis mampu menyerap ilmu dan

menyelesaikan skripsi ini.
8. Dr. H. Baharuddin ALi I, M.Ag. serta Drs. H. Syakhruddin DN., M.Si,
Penguji II yang telah memberikan saran dan ilmu kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Muh. Quraisy Mathar., S.Sos.,M.Hum., Kepala Perpustakaan UIN Alauddin
Makassar dan seluruh stafnya.

vi

10. Bapak Jawahere, S.P., Ketua Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Amali,
yang telah membantu penulis dalam membrikan data dan informasi terkait
penelitian yang dilakukan.
11. Bapak Amirdin, S.Pt., M.Si., Kepala Kelurahan Mampotu beserta Warga
Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone, yang telah
membantu penulis dalam membrikan data dan informasi terkait penelitian
yang dilakukan.
12. Ucapan

terima


kasih

kepada

rekan-rekan

seperjuangan

Jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
Angkatan 2013 (Bunglon)., terkhusus kepada Irsan Suandi, Muh.riskar, Alif
Nugraha, Nur Ikhsan, dan Samsul Alil Bahril sahabatku yang telah
membantu dan memotivasi penulis.
13. Ucapan

terima

kasih


kepada

rekan-rekan

seperjuangan

Kerukunan

Mahasisswa Bone (KMB) Lapareppa yang telah memberikan motivasi
penulis.
Orang tua tercinta Ayahanda Arifin dan Ibunda Nurtang, serta saudaraku
Irfan, Irmalasari dan Irsal Aiman ucapan terima kasih yang tak terhingga atas segala
kasih sayang, semangat, dukungan dan perhatiannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu demi kesempurnaan kritik dan saran yang sifatnya

vii

membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi para pembaca.
Samata-Gowa, 22 Agustus 2017
Penulis,

IRHAMSYAH
NIM: 50300113013

viii

DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1-12
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Fokus Penelitian dan Desksripsi Fokus.......................................................5
C. Rumusan Masalah .......................................................................................7

D. Kajian Pustaka .............................................................................................7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................................10
BAB II TINJAUAN TEORETIS ....................................................................... 13-33
A. Tinjauan Tentang Balai Penyuluh Kecamatan (BPK) dan Kesejahteraan
Petani.........................................................................................................13
B. Pandangan Islam Tentang Balai Penyuluh Kecamatan (BPK) dan
Kesejahteraan Sosial ................................................................................ 30
C. Kerangka Konseptual ................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 38-43
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .......................................................................34
B. Pendekatan Penelitian ...............................................................................36
C. Sumber Data..............................................................................................36
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................................37
E. Instrumen Penelitian .................................................................................40
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................................41
G. Pengujian Kabsah Data .............................................................................43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 45-66
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .........................................................45
B. Peranan Balai Penyuluh Kecamatan (BPK) di Kelurahan Mampotu
Kecamatan Amali Kabupaten Bone ..........................................................52

C. Keterlibatan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali
Kabupaten Bone ........................................................................................59
D. Penunjang Dan Penghambat Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Petani Di Kelurahan Mampotu Kecamatan
Amali Kabupaten Bone .............................................................................61

ix

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 68-60
A. Kesimpulan ...............................................................................................68
B. Implikasi....................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................70
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS

x

Abstrak
Nama

NIM
Judul

: Irhamsyah
: 50300113013
: Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam
meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu
Kecamatan Amali Kabupaten Bone.

Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana peranan Balai Penyuluhan
Kecamatan (BPK) dalam meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan
Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Pokok masalah tersebut
selanjutnya diuraikan ke dalam beberapa submasalah yaitu: Pertama, bagaimana
keterlibatan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone.
Kedua, bagaimana pengaruh Balai Penyuluh Kecamatan (BPK) di Kelurahan
Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Ketiga, apa faktor penunjang dan
penghambat Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam meningkatkan
Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara, dokumentasi dan
penelusuran referensi. Sumber data yang digunakan adalah sumber primer dan
sumber data sekunder. Teknik pengolahan dan analisis data dengan melalui tiga
tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan Balai Penyuluhan
Kecamatan (BPK) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan
Mampotu. Pertama, Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Sebagai Motivator atau
Pendorong. Kedua, Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) sebagai pendidik.
Ketiga, Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) sebagai Fasilitator. Keempat, Balai
Penyuluhan Kecamatan (BPK) sebagai Agen Perubahan. Balai Penyuluh
Kecamatan (BPK) di Kelurahan Mampotu, sangat telibat dalam peningkatan
kesejahteraan petani di Kelurahan Mampotu, karena Balai Penyuluhan Kecamatan
(BPK) tentu saja tidak sepantasnya untuk mengharapkan “peranan yang
menentukan”. Sedangkan, faktor penunjang, Faktor penunjang atau pendukung
Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam meniingkatkan kesejahteraan petani di
Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone yang utama yaitu
kebijaksanaan dari pemerintah berupa program maupun bantuan-bantuan modal
misalkan dana PUAP, faktor penghambat, yatu Kurangnya Tenaga penyuluh dan
Penyaluran prasarana pertanian mengalami Keterlambatan.
Setelah mengemukakan beberapa kesimpulan, maka dalam uraian tersebut
akan dikemukakan implikasi sebagai harapan yang ingin dicapai dalam penelitian
yaitu: (1). Diperlukan keterlibatan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam
rangka peningkatan kapasitas petani yang ada di Kelurahan Mampotu agar hasil
pertanian dapat lebih banyak dan lebih menjanjikan. (2). Perlunya pemahaman
dari petani dan pihak Balai Penyuluh Kecamatan (BPK) yang ada di Kecamatan
terhadap peningkatan kesadaran bagi petani dalam meningkatkan produktivitas
hasil pertanian di Kelurahan Mampotu.

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan
masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar
penduduk Indonesia. Berangkat dari hal tersebut, maka pertanian merupakan salah
satu penopang perekonomian nasional. Artinya bahwa sektor pertanian memegang
peran penting dan seharusnya menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian.
Berdasarkan data BPS 2014, penduduk yang bekerja di sektor pertanian berjumlah
sekitar 38,973,033 orang atau 40 persen dari total penduduk usia produktif,
sedangkan sisanya sebanyak 60 persen tersebar diberbagai sektor diluar pertanian.
Sektor pertanian sendiri dalam penerapannya terbagi dalam berbagai macam sub
sektor.1 Di Indonesia sektor pertanian terbagi menjadi lima, yaitu Pertama sub sektor
tanaman pangan, Kedua sub sektor perkebunan, Ketiga sub sektor hortikultural,
Keempat sub sektor peternakan, dan Kelima adalah sub sektor perikanan.
Pembangunan pertanian Indonesia telah dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertanian semaksimal
mungkin sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dalam mencapai

Badan Pusat Statistik, Lapangan Pekerjaan Utama Rakyat Indonesia 2013 –2014, (Jakarta:
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), 2013 dan 2014).
1

1

2

kesejahteraan,

Peningkatan

produksi

pangan,

peningkatan

pendapatan

dan

kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian
Pertanian

merupakan

sektor

primer

yang

mendominasi

aktivitas

perekonomian di Indonesia. Luasnya lahan pertanian dengan tanah yang subur
membuat banyak masyarakat yang berprofesi sebagai seorang petani. Namun, taraf
hidup sebagian petani di Indonesia belum maksimal. Oleh karena itu, Peranan Dinas
Pertanian sangat besar dalam mensejahterakan para petani di pelosok-pelosok desa
maupun di Kelurahan.
Disisi lain, pertanian menjadi pusat perhatian pemerintah sebagai cara untuk
mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan. Kesejahteraan hidup
merupakan dambaan setiap manusia, masyarakat yang sejahtera tidak akan terwujud
jika para masyarakatnya hidup dalam keadaan miskin. Oleh karena itu kemiskinan
harus dihapuskan karena merupakan suatu bentuk ketidaksejahteraan yang
menggambarkan suatu kondisi yang serba kurang dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi.2
Terlepas dari kepercayaan masyarakat petani terhadap usaha pertanian dan
kebijakan pemerintah, ternyata dilain pihak berbagai persoalan banyak menimpah
petani. Bentuk permasalahan tersebut seperti masalah akses terhadap air, tanah,
benih, iklim, dan jaminan terhadap harga produk konflik agraria, serta budaya yang
impor juga menjadi permasalahan dalam usaha pertanian termasuk persoalan yang

2

h. 32.

Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta: Gema Insani Press 1995),

3

lahir sebelum adanya Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) seperti sulitnya akses
terhadap air, kesulitan untuk mendapat benih dan pupuk, serta tidak bisa mengakses
alat-alat pertanian yang lebih canggih sehingga masyarakat mengalami kerugian, hal
ini terjadi sebelum adanya Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK).3 Akhirnya meskipun
kebijakan pemerintah untuk mensejahterahkan masyarakat melalui pertanian telah
diluncurkan, faktanya masih banyak ditemui masyarakat miskin yang penghasilan
pertanian rendah. Masyarakat miskin pada dasarnya adalah golongan masyarakat
yang jumlah pendapatannya belum dapat memenuhi kebutuhan pokok minimum
meliputi bahan makanan, pakaian, dan perumahan. Keterbatasan tersebut selanjutnya
menyebabkan golongan masyarakat belum dapat hidup secara layak sebagaimana
mestinya. Keadaan tersebut tentunya sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan
masyarakat bersangkutan.4
Oleh karena itu, pengembangan dan pembinaannya harus terus dilakukan oleh
pemerintah seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan
kepercayaan diri bagi Pemerintah Daerah yang dalam hal ini adalah Balai Penyuluhan
Kecamatan (BPK) melakukan pembinaan, pelaksanaan dan kerja teknis pada
masyarakat terutama pada masyarakat petani.
Balai Penyuluhanan Kecamatan (BPK) memiliki peran strategis dalam
menentukan keberhasilan pembangunan pertanian serta sekaligus merupakan cermin
keberhasilan pembangunan pertanian di wilayah Kecamatan. Sesuai dengan amanat
3

Buku pintar Pengolahan Data dan Informasi Pertanian di BPK, H. 5
Sjafrizal, Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi (Cet. II; Jakarta:
Rajawali Pers, 2005), h. 173.
4

4

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU No.16/2006 SP3K), kebijakan
pengembangan kelembagaan penyuluhan adalah (a) mengutamakan prinsip kemitraan
dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian dan (b) memacu
pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian melalui pemberian prioritas
insentif pembiayaan. Strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan adalah
menempatkan kelembagaan penyuluhan pertanian sebagai penggerak utama kegiatan
penyuluhan

pertanian

di

masing-masing

tingkatan

wilayah

administrasi

pemerintahan;5.
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani yang
meliputi kegiatan dalam ahli pengetahuan dan keterampilan dari penyuluh kepada
petani dan keluarganya yang berlangsung melalui proses belajar mengajar.
Penyuluh pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, disamping bisa
membimbing para

petani, penyuluh

juga memberikan motivasi, memberikan

informasi dan meningkatkan kesadaran petani sehingga dapat mendorong minat
belajar mereka dalam menghadapi permasalahan dilapangan. 6
Sebagai penjabaran dari Undang-Undang Nomor 16 tahu 2006, Kementerian
Pertanian mengambil kebijakan menjadikan BPK/BP3K sebagai pusat koordinasi
pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di wilayah kecamatan yang berbasis
berupa kawasan komoditi unggulan dan atau wilayah. Selain itu, BPK/BP3K
5

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Pertanian.
Mardikanto, Sistem Penyuluhan Pertanian, (Cet. II; Surakarta: Universitas Sebelas Maret,
2009), h. 467.
6

5

merupakan pusat data dan informasi bagi petani dan pemangku kepentingan lainnya
dalam pengembangan usaha di wilayah kecamatan.
Pengelolaan pada Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) di Kelurahan
Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone merupakan salah satu upaya yang
diarahkan agar dari pertanian ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
petani . Dengan dukungan yang baik dari Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK),
masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari bertani akan hidup semakin layak
dan makmur. Perlu peran aktif dari setiap bagian di dalam Balai Penyuluhan
Kecamatan (BPK) untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan batasan penelitian agar jelas ruang lingkup yang
akan diteliti. Olehnya itu pada penelitian ini, penulis memfokuskan penelitiannya
mengenai Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam meningkatkan
Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone.
2. Deskripsi Fokus
Deskripsi fokus adalah deskripsi mengenai penelitian yang bertujuan
memberikan gambaran secara umum terhadap apa yang akan diteliti pada penelitian
tersebut, adapun deskripsi fokus pada penelitian ini yaitu:
a. Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK)
Balai Penyuluhan Kecamatan/Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BPK/BP3K) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penyuluhan Badan

6

Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota atau kelembagaan yang menangani
penyuluhan di kabupaten/kota yang menyelenggarakan fungsi penyuluhan di
kecamatan. Jadi keterlibatan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam peningkatan
ekonomi

petani

sangat

menentukan

keberhasilan

petani

dalam

mencapai

kesejahteraannya.
b. Kesejahteraan Sosial
Istilah kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera” yang berarti aman sentosa
dan makmur dan dapat berarti selamat terlepas dari gangguan. Sedangkan
kesejahteraan adalah orang yang sejahtera yaitu orang dalam hidupnya bebas dari
kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran, sehingga hidupnya aman dan
tentram. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang
dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara
baik.7
c. Petani
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Petani dapat jga di
definisikana sebagai pekerjaan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan
mengunakan peralatan yang bersifat tradisional dan modern. Jadi, Secara umum

7

Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( KBBI ) h. 1284.

7

pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya
yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan.8
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
pokok masalah adalah bagaimana Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK)
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali
Kabupaten Bone?. Adapun sub masalahnya yaitu :
1. Bagaimana aktivitas Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) di Kelurahan
Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone?
2. Bagaimana keterlibatan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali
Kabupaten Bone?
3. Apa faktor penunjang dan penghambat Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK)
dalam meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali
Kabupaten Bone?

D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu
Eksistensi kajian pustaka dalam bagian ini dimaksudkan oleh penulis untuk
memberi pemahaman serta penegasan bahwa masalah yang menjadi kajian tentang
Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Penelitian ini

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( KBBI ) h. 1447.

8

dilakukan dengan menggunakan beberapa literatur yang relevan untuk mendukung
penelitian. Beberapa referensi yang relevan. Pembahasan mengenai Peranan Balai
Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani di
Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone, penulis hanya menemukan
yang hampir sama dengan judul penelitian yang peneliti lakukan yaitu sebagai
berikut:
1. Skripsi Irmayanti Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Hasanuddin Makassar yang berjudul “Intervensi Penyuluh Pertanian
Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok
Tani Cisadane Para Petani Sawah Linkungan Talamangape Kelurahan Raya
Kabupaten Maros)” tahun 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk intervensi penyuluh
pertanian kepada kelompok tani

Cisadane

dalam

upaya

memberdayakan

kehidupan Sosial Ekonomi petani sawah dan mengetahui perubahan kehidupan
Sosial Ekonomi setelah adanya penyuluhan pertanian kelompok tani Cisadane
yang terjadi pada petani sawah di Linkungan Talamangape, Kel. Raya, Kab.
Maros.9 Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui bagaimana
keterlibatan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone.

9

Skripsi Irmayanti, Intervensi Penyuluh Pertanian Dalam Pemberdayaan Sosial Ekonomi
Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok Tani Cisadane Para Petani Sawah Linkungan
Talamangape Kelurahan Raya Kabupaten Maros), (Universitas Hasanuddin, 2013), h. 13.

9

2. Jurnal Sunarti Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan
Politik Universitas Mulawarman yang berjudul “Peranan

Dinas

Pertanian

(DIPERTA) Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kecamatan
Sebatik timurKabupaten Nunukan”, tahun 2015.
Adapun fokus penelitiannya ini yaitu

Peningkatan kesejahteraan petani;

meliputi: Pelaksanaan kegiatan usaha tani, Peningkatan produktivitas usaha tani,
Peningkatan pendapatan usaha tani.10 Sedangkan pada penelitian ini memfokuskan
Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam meningkatkan Kesejahteraan
Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone.
3. Skripsi Wahyu Sugianto Jurusan Jurusan Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas lampung yang berjudul “Peran Balai Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) dalam Peningkatan Swasembada
Beras di Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah” tahun 2016.
Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Penelitian yuridis normatif dan
empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan
(library research) dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis teori-teori
hukum dan

peraturan

perundang-undangan

yang

berhubungan

dengan

permasalahan dalam penelitian. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologi karena pada penelitian ini bersangkut paut dalam hidup bermasyarakat baik
mengenai jalinan unsur-unsur yang pokok seperti kaidah-kaidah sosial, lembaga10

Jurnal Sunarti, Peranan Dinas Pertanian (DIPERTA) Dalam Rangka Meningkatkan
Kesejahteraan Petani di Kecamatan Sebatik timurKabupaten Nunukan, (Universitas Mulawarman,
2015), h. 191.

10

lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan sosial maupun pengaruh timbal
balik antara segi kehidupan bersama.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam rangka untuk mengarahkan pelaksana penelitian dan mengungkapkan
masalah yang di kemukakan pada pembahasan pendahuluan, maka dikemukakan
tujuan kegunaan penelitian.
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini sebagaimana tercermin dalam perumusan masalah yang
dikemukakan pada pembahasan pendahuluan, maka perlu dikemukakan sebagai
berikut.
a) Untuk mengetahui aktivitas Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali
Kabupaten Bone.
b) Untuk Mengetahui keterlibatan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) di
Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone.
c) Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat Balai Penyuluh
Kecamatan (BPK) dalam meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan Mampotu
Kecamatan Amali Kabupaten Bone.
2. Kegunaan penelitian
a) Kegunaan teoritis
Kegunaan yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain :

11

Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi semua kalangan dan
memberi gambaran pengetahuan terhadap Balai Penyuluh Kecamatan (BPK) di
Kelurahan Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone, sehingga diharapkan
mampu untuk mencapai kinerja yang maksimal.
1) Menambah wawasan berpikir tentang bagaimana cara meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di pedesaan/ kelurahan yang sebagian besar berprofesi
sebagai petani.
2) Bagi background sosial, khususnya jurusan PMI-Kesejahteraan Sosial UIN
Alauddin

Makasssar

menjadi

referensi

atau

tambahan

informasi

dalam

pengembangatn ilmu pengetahuan terhadap para mahasiswa mengenai Peranan Balai
Penyuluh Kecamatan (BPK) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kelurahan
Mampotu Kecamatan Amali Kabupaten Bone.
b) Kegunaan praktis
Penelitian diharapkan dapat berguna untuk menjelaskan permasalahan yang
berkaitan dengan penelitian ini. Sehingga dapat berguna untuk memberikan
sumbangan pemikiran bagi civitas akademika yang akan melakukan penelitian
selanjutnya. Dengan demikian penelitian ini dapat berguana bagi kalangan-kalangan
seperti :
1) Bagi Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) di Kelurahan Mampotu
Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada
Petugas Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) di Kelurahan Mampotu Kecamatan

12

Amali Kabupaten Bone sehingga dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan bidang
masing-masing.
2) Bagi penulis. Dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan
terhadap sesuai atau tidaknya teori Peningkatan Kesejahteraan Petani melalui Peranan
Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) yang terjadi di Kelurahan Mampotu Kecamatan
Amali Kabupateb Bone.
3) Bagi Masyarakat. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat yang terkhusus berprofesi sebagai petani bahwa
petugas Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) telah terdidik dan terlatih dalam
menangani permasalahan pertanian.

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan Tentang Peranan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dan
Kesejahteraan Petani
1. Pengertian Peranan
Peranan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) : (1). Berperan
sebagai, (2). Melakukan tindakan atau bertindak dengan giat, (3). Tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Peranan adalah suatu kompleks
harapan manusia terhadap individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi
tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Peran dalam ilmu sosial berarti
suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu,
seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.1
Teori peran (role theory) mengemukakan bahwa peran adalah sekumpulan
tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu. Peran yang berbeda
membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi apa yang membuat tingkah
laku itu sesuai dalam suatu situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain relatif bebas
pada seseorang yang menjalankan peran tersebut.2
Peran dalam suatu lembaga berkaitan dengan tugas dan fungsi, yaitu dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh seseorang atau

1
2

Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( KBBI ) h. 898.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. ( Jakarta: Rajawali Press, 2002), h 221.

13

14

lembaga. Tugas merupakan seperangkat bidang pekerjaan yang harus dikerjakan
dan melekat

pada

seseorang

atau

lembaga

sesuai

dengan

fungsi

yang

dimilikinya. Fungsi berasal dari kata dalam Bahasa Inggris function, yang berarti
sesuatu yang mengandung kegunaan atau manfaat. Fungsi suatu lembaga atau
institusi formal adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki
oleh seseorang dalam kedudukannya di dalam organisasi untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan bidang tugas dan wewenangnya masing-masing. Fungsi lembaga
atau institusi disusun sebagai pedoman atau haluan bagi organisasi tersebut
dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan organisasi. 3
2. Pengertian Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK)
Balai Penyuluhan Kecamatan/Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BPK/BP3K) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penyuluhan Badan
Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota

atau kelembagaan yang menangani

penyuluhan di kabupaten/kota yang menyelenggarakan fungsi penyuluhan di
kecamatan. Balai Penyuluhan Kecamatan/Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BPK/BP3K) memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan
pembangunan

pertanian

serta

sekaligus

merupakan

cermin

keberhasilan

pembangunan pertanian di wilayah Kecamatan. Sesuai dengan amanat UndangUndang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian,

Perikanan

dan

Kehutanan

(UU

No.16/2006

SP3K),

kebijakan

pengembangan kelembagaan penyuluhan adalah (a) mengutamakan prinsip kemitraan
3

Muammar Himawan, Pokok-Pokok Organisasi Modern, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), h. 51.

15

dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian dan (b) memacu
pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian melalui pemberian prioritas
insentif pembiayaan. Strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan adalah
menempatkan kelembagaan penyuluhan pertanian sebagai penggerak utama kegiatan
penyuluhan

pertanian

di

masing-masing

tingkatan

wilayah

administrasi

pemerintahan. 4
Sebagai penjabaran dari UU No 16/2006, Kementerian Pertanian mengambil
kebijakan menjadikan BPK/BP3K sebagai pusat koordinasi pelaksanaan kegiatan
pembangunan pertanian di wilayah kecamatan yang berbasis berupa kawasan
komoditi unggulan dan atau wilayah. Selain itu, BPK/BP3K merupakan pusat data
dan informasi bagi petani dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengembangan
usaha di wilayah kecamatan.
3. Tujuan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK)
Tujuan Balai Penyuluh Kecamatan (BPK) adalah dalam rangka menghasilkan
SDM

pelaku

pembangunan

pertanian

yang

kompeten

sehingga

mampu

mengembangkan usaha pertanian yang tangguh, bertani lebih baik (better farming),
berusaha tani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better
living) dan lingkungan lebih sehat. Penyuluhan pertanian dituntut agar mampu
menggerakkan masyarakat, memberdayakan petani-nelayan, pengusaha pertanian dan
pedagang pertanian, serta mendampingi petani untuk: (1) Membantu menganalisis
situasi-situasi yang sedang mereka hadapi dan melakukan perkiraan ke depan; (2)
4

Buku Pintar Pengelolaan Data dan Informasi Pertanian di BPK, h. 2.

16

Membantu mereka menemukan masalah; (3) Membantu mereka memperoleh
pengetahuan/informasi

guna

memecahkan

masalah;

(4)

Membantu

mereka

mengambil keputusan, dan (5) Membantu mereka menghitung besarnya risiko atas
keputusan yang diambilnya. 5
Penyuluhan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang menunjang
keberhasilan program perkembangan pertanian.

Kegitan penyuluhan pertanian

bertujuan meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya, melalui peningkatan
produksi pertanian. Sistim penyuluhan pertanian adalah rangkaian pengembangan
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap bagi pelaku utama
dan pelaku usaha melalui penyuluhan dan peran sertanya dalam pembangunan
pertanian.

Pembangunan Pertanian bertujuan meningkatkan pendapatan petani,

meningkatkan kualitas konsumsi gizi, medorong terciptanya lapangan kerja, dan
kesempatan berusaha serta mendorong peningkatan pertambahan industri pertanian
melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan.6
4. Cara mencapai tujuan
Upaya mencapai itu semua diperlukan penyelenggaraan penyuluhan pertanian
yang baik, selanjutnya dibutuhkan kelembagaan, ketenagaan yang kompeten,
mekanisme dan tata kerja yang jelas termasuk supervisi, monitoring dan evaluasi
yang efektif dan pembiayaan yang memadai. UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) sebagai wujud revitalisasi
5
6

Buku Pintar Pengelolaan Data dan Informasi Pertanian di BPK, h.8.
Buku Pintar Pengelolaan Data dan Informasi Pertanian di BPK h. 1.

17

penyuluhan pertanian, telah mengatur penyelenggaraan penyuluhan yang baik. Untuk
implementasi UU SP3K tersebut menghendaki kearifan lokal dari otonomi daerah. 7
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas pembangunan pertanian diarahkan
pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia termasuk di dalamnya penyuluhan
pertanian. Dengan semakin meningkatnya pendidikan pertanian, banyaknya informasi
dari berbagai media massa, adanya Alsintan baru serta perbaikan usaha tani.
Perbaikan usaha tani tersebut telah meningkatkan terjadinya perubahan usaha tani
dari semula bersifat subsistem menjadi usaha tani yang bersifat komersial.
Agar Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

dapat berjalan secara produktif,

efektif, dan efisien, maka perlu dilakukan identifikasi sumber daya dan programprogram pembangunan pertanian, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat. Dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian sekarang
menghadapi berbagai tantangan baik berupa lingkungan ekonomi nasional maupun
era globalisasi yang terus bergerak dinamis. Programa penyuluhan pertanian,
perkebunan, peternakan dan kehutanan dan perikanan merupakan rencana yang
disusun secara sistematik memuat tentang penjabaran aspirasi kebutuhan petani di
Desa dan program pemerintah kecamatan guna memberikan arahan dan pedoman
sebagai alat pengendali tercapainya tujuan penyuluhan tahun berikutnya dengan

7

Sep 2013).

Http//.bpppataruman.blogspot.com/2013/09/balai-penyuluhan-pertanian.html

(Disper 5

18

memperhatikan siklus anggaran pada masing-masing tingkat dan cakupan
pengorganisasian pengelolaan sumber daya yang ada sebagai pelaksana penyuluhan8
5. Tugas dan Fungsi Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK)
a.

Tugas

Balai Penyuluh Kecamatan mempunyai tugas:
1) Memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan tingkat kecamatan yang
sejalan dengan programa penyuluhan kabupaten/ kota;
2) Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan kecamatan;
3) Menyediakan akses terhadap penyebaran informasi teknologi, sarana
produksi, pembiayaan penyuluhan, dan pasar;
4) Memfasilitasi pengembangan kelembagaan petani dan usahatani,
pengembangan sejenisnya, kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha;
Pedoman Pelaksanaan Klasifikasi Balai Penyuluhan Kecamatan
5) Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya
dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran di BPK/BP3K secara
berkelanjutan; dan;
6) Melaksanakan

proses

pembelajaran

melalui

percontohan

dan

pengembangan model usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

8

Buku Program Balai Penyuluhan Kecamatan(BPK) h.2.

19

b. Fungsi
Balai Penyuluhan Kecamatan mempunyai fungsi sebagai tempat
pertemuan para penyuluh, petani/pelaku utama, dan pelaku usaha untuk memfasilitasi
pelaksanaan tugas BPK/BP3K. 9
6. Program kegiatan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK)
a. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian;
b. Peningkatan jumlah dan kompetensi ketenagaan penyuluhan;
c. Pemberdayaan Kelembagaan Petani;
d. Optimalisasi penyelenggaraan penyuluhan;
e. Peningkatan sarana, prasarana dan pembiayaan penyuluhan. 10
7. Definisi Kesejahteraan Sosial
Istilah kesejahteraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global
maupun nasional. Dalam membahas analisis tingkat kesejahteraan, tentu kita
harus mengetahui pengertian sejahtera terlebih dahulu. Kesejahteraan merupakan
sesuatu yang sangat diinginkan oleh setiap manusia, bahkan orang rela bekerja keras
dengan tujuan utamanya adalah ingin sejahtera serta memiliki kehidupan yang layak
agar terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Adapun tujuan dari kesejahteraan sosial
yaitu; a). Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar
kehidupan pokok seperti sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan, dan relasi-relasi

9

Winny Dian Wibawa, M. Sc., Podoman Pelaksanaan Klasifikasi Balai Penyuluhan
Kecamatan (BPK), (Jakarta: Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian, 2014), h. 4-5.
10
Buku Pintar Pengelolaan Data dan Informasi Pertanian di BPK, h.11.

20

sosialyang harmonis dengan lingkungan hidupnya. b). Unyuk mencapai penyusuaian
diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya menggali
sumber-sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.11
Sebagaimana kesejahteraan sosial yang dimaksud dalam undang-undang no. 11 tahun
2009 tentang kesejahteraan sosial pasal 1.
“Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”12
Dari Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat
kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam
usahanya memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya. Kebutuhan material
dapat

kita hubungkan

dengan

pendapatan

yang

nanti

akan

mewujudkan

kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan
spiritual kita hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman
hidup.
Lee dan Hanna (1990) mendefenisikan kesejahteraan sebagai total dari net
worth (manfaat yang benar-benar diperoleh) dan human capital wealth (kesejahteraan
sumber daya manusia). Manfaat yang diperoleh merupakan nilai atas aset yang
dimiliki dikurang pengeluaran (liabilitas). Sedangkan kesejahteraan SDM (human
capital income) yang ada saat ini, atau dihitung dari nilai pendapatan non aset.
Sajogyo (1984) mendefenisikan kesejahteraan keluarga sebagai penjabaran delapan
11
12

Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: LIPI Press, 2005) h. 10.
Undang-undang No. 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial pasal 1 ayat 1.

21

jalur pemerataan dalam Trilogi Pembangunan sejak Repelita III yaitu: (1) peluang
berusaha, (2) peluang bekerja, (3) tingkat pendekatan, (4) tingkat pangan, sandang,
perumahan, (5) tingkat pendidikan dan kesehatan, (6) peran serta, (7) pemerataan
antar daerah atau desa/kota, dan (8) kesamaan dalam hukum.13
Menurut Syarief dan Hartoyo (1993), faktor kesejahteraan keluarga
dipengaruhi oleh:
1. Faktor Ekonomi
Adanya kemiskinan yang dialami oleh keluarga akan menghambat upaya
peningkatan pengembangan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga, yang pada
gilirannya akan menghambat upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. Masalah
kemiskinan saling berkaitan dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia
sebagai salah satu faktor produksi. Strategi pembangunan ekonomi yang tidak
semata-mata ditujukan untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
mampu menciptakan kondisi yang baik dalam mengatasi masalah kemiskinan.
2. Faktor Budaya
Kualitas kesejahteraan keluarga ditandai oleh adanya kemantapan budaya
yang dicerminkan dengan penghayatan dan pengalaman nilai-nilai luhur budaya
bangsa. Kemantapan budaya ini dimaksudkan untuk menetralisir akibat dari adanya
pengaruh budaya luar. Adanya kemantapan budaya diharapkan akan mampu
memperkokoh keluarga dalam melaksanakan fungsinya.

13

h. 46.

Agus Sjafari, Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014),

22

3. Faktor Teknologi
Peningkatan kesejahteraan keluarga juga harus didukung oleh pengembangan
teknologi. Keberadaan teknologi dalam proses produksi diakui telah mampu
meningkatkan kapasitas dan efesiensi produksi. Penguasaan teknologi ini berkaitan
dengan tingkat pendidikan dan pemilikan modal.
4. Faktor Keamanan
Keberhasilan

pelaksanaan

pembangunan

dalam

rangka

peningkatan

kesejahteraan masyarakat ditentukan pula oleh adanya stabilitas keamanan yang
terjamin. Hal ini dimaksudkan agar program-program pembangunan dapat
dilaksanakan dengan baik dan hasil-hasilnya bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat. 14
5. Faktor Kehidupan Agama
Kesejahteraan keluarga akan menyangkut masalah kesejahteraan spiritual,
seperti ketakwaan. Oleh karenanya, program peningkatan kesejahteraan keluarga
harus didukung oleh kehidupan beragama yang baik. setiap keluarga diberi hak untuk
dapat mempelajari dan menjalankan syariat agamanya masing-masing dengan tanpa
memaksakan agama dengan yang satu kepada agama yang lainnya. Sehingga
pemahaman keagamaan dan pelaksanaan syariat akan mampu meningkatkan
kesejahteraan spiritual.

14

Agus Sjafari, Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok, h. 47

23

6. Faktor Kepastian Hukum
Peningkatan kesejahteraan keluarga juga menuntut adanya jaminan atau
kepastian hukum. Sebagai contoh: suatu keluarga akan mampu mengusahakan
lahannya dengan baik, kalau kepastian akan hak milik lahan tersebut terjamin.
Kepastian hukum atas berlakunya peraturan upah minimum yang diterima oleh
pekerja pabrik hal ini akan memperbesar kemungkinan pekerja atau keluarga dapat
meningkatkan kesejahteraannya. 15
Di dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945, kesejahteraan sosial menjadi
judul khusus Bab XIV yang di dalamnya memuat Pasal 33 tentang sistem
perekonimian dan pasal 34 tentang kepedulian negara terhadap kelompok lemah
serta sistem jaminan sosial. Ini berarti, kesejahteraan sosial sebenarnya merupakan
flatform sistem perekonomian dan sistem sosial di Indonesia.
Pembangunan kesejahteraan sosial sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk
mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas
kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial, Negara
menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan. Pembangunan

kesejahteraan

sosial

merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang diamanatkan

15

Agus Sjafari, Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok, h. 48

24

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia

Tahun

1945.

Sila

kelima Pancasila menyatakan bahwa;
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan
negara untuk melindungi segenap bangsa. Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.16
8. Sistem Pelayanan Sosial
Kesejahteraan sosial sebagai sistem pelayanan sosial menitikberatkan pada
pemberisn pelayanan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. berdasarkan
definisi kesejahteraan sosial dalam sudut pandang pelayanan sosial tersebut, ada tiga
hal yang termaksud yaitu:
a. Konsep pelayanan sosial, yaitu semua aktivitas yang sangat luas, mulai dari
perundang-undangan sosial sampai kepada tindakan lansung pemberian bantuan
b. Konsep “kesejahteraan sosial” berbeda dengan “kesejahteraan”. Terpenuhinya
kebutuhan sosial (kesejahteraan sebagai suatu keadaan) menjadi dasar bagi
terciptanya “kesejahteraan” (sebagai keadaan yang baik dalam semua aspek
kehidupan manusia).
c. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti terdapatnya ketertiban
sosial (social older) yang lebih baik.17

16

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1995
Syamsuddin AB., Benang-benang Merah Teori Kesejahteraan Sosial, (Cat. 1, Jawa Timur
: Wade 2017), h. 5.
17

25

Fungsi utama pemerintah adalah memberikan pelayanan, menyelenggarakan
pembangunan dan menyelenggarakan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus
masyarakatnya, dengan menciptakan ketentraman dan ketertiban yang mengayomi
dan mensejahterkan masyarakatnya. 18 Salah satunya melalui penyelenggaraan
pelayanan sosial, pelayanan sosial dapat ditafsirkan dalam konteks kelembagaan
sebagai terdiri atas program-program yang disediakan berdasarkan kriteria selain
kriteria pasar untuk menjamin tingkatan dasar dari penyediaan kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan keberfungsian
individual, untuk memudahkan akses pada pelayanan-pelayanan di lembaga-lembaga
pada umunya dan untuk membantu mereka yang berada dalam kesulitan dan
kebutuhan.
9. Kosep Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan pola prilaku, hubungan sosial,
lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu . Perubahan sosial menunjuk
pada perubahan fenomena sosial, baik individu maupun kelompok, pada struktur
maupun proses sosial, pada hakikatnya dapat dipelajari, baik itu tentang sebabsebab terjadinya, bagaimana proses perubahan itu terjadi, maupun pengaruhpengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan sosial tersebut. Perubahan sistem
masyarakat menjadi masyarakat terbuka serta berubahnya tatanan dunia baru
menuju era globalisasi ,menyebabkan berubahnya paradigma pembangunan pada
negara-negara berkembang. Terjadi pergeseran fungsi birokrasi (reinventing the
18

Hardiansyah, Komunikasi Pelayanan Publik, Konsep dan Aplikasi (Cet, 1, 2015), h. 15

26

government),

“dimana

pemerintah

yang

tadinya

menjadi

pelaku

utama

pembangunan (provider), berubah fungsinya menjadi fasilitator pembangunan
(enabler) atau yang disebut dengan pemerintahan katalis (Osborne dan Gaebler,
1996: 24).19
Perubahan ini merupakan peluang dalam menumbuhkan inisiatif dan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Melalui pendekatan ini pengelolaan
sumber daya produktif tidak dirancang dan dikelola secara terpusat, melainkan
oleh warga setempat sesuai dengan masalah, kebutuhan, dan kondisi daerahnya.
Prinsip dasarnya adalah kontrol atas suatu tindakan harus dipegang oleh mereka
yang akan menanggung akibat tindakan tersebut. Perubahan

sosial

dalam

pemberdayaan komunitas pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan
evolusioner yang disengaja (intended change) dan terarah (directional change). 20
Dalam kehidupan manusia sehari-hari kemiskinan adalah sesuatu yang nyata
adanya bagi mereka yang tergolong miskin karena mereka sendirilah yang
merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Munculnya
kemiskinan ditandai oleh berbagai faktor keterbatasan yang mengakibatkan
rendahnya

kualitas

kehidupan,

seperti

rendahnya

penghasilan,

terbatasnya

kepemilikan rumah tinggal yang layak huni, pendidikan dan keterampilan yang
rendah. Program pemberdayaan masyarakat miskin dirumuskan dan dilaksanakan

19

Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. (Cet.1, Jakarta: Prenada Media Group,
2010).h. 29.
20
Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial, h. 35.

27

dengan Bottom up, dimana pada pelaksanaan kegiatan dilapangan berdasarakan
inisiatif masyarakat, mulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan pelaksanaan
pembangunan, berhasil atau

tidaknya pelaksanaan program ini ditentukan oleh

partisipasi masyarakat itu sendiri.
Dari faktor inilah maka Pemerintah berinisiatif membentuk Kelompok Tani
yang diberi pengawasan atau intervensi langsung oleh penyuluh pertanian dalam
memberdayakan Sosial Ekonomi petani, diharapkan agar usaha dan pendapatan
Petani semakin meningkat. Dari intervensi penyuluh pertanian ini terdapat
program-program penyuluhan yang diberikan kepada para anggota kelompok
tani, untuk meningkatkan hasil produksi padi mulai dari pemilihan bibit unggul,
jarak tanam, pemilihan pupuk, penyemprotan pestisida, dll. dari penyuluhan
pertanian ini, diharapkan partisipasi masyarakat untuk bekerjasama dengan ikut
serta dalam kegiatan program kerja dan mendukung jalannya program kerja ini.
maka hasil yang dicapai nantinya bisa maksimal sesuai dengan yang diharapkan. 21
10. Konsep Petani
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelolah lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang
sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta pembesaran
21

Sunarti, dkk., Masyarakat Petani, Mata Pencaharian Sambilan dan Kesempatan kerja di
Kelurahan Cakung Timur Daerah Khusus IbukotaJakarta: De

Dokumen yang terkait

Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Mabbarasanji pada Masayrakat Bugis di Kelurahan Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 191

Sikap Keberagamaan Jama’ah Khalwatiyah Samman di Desa Waji Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 99

Peranan Orang Tua dalam Mensosialisasikan Nilai-Nilai Keagamaan terhadap Anak di Desa Walenreng Kecamatan Cina Kabupaten Bone - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 101

Peranan Remaja Mesjid dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Bagi Remaja Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polman - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 93

Strategi Guru dalam Meningkatkan Kesadaran Beribadah pada Siswa MIS No. 32 Ulaweng Kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 75

Peranan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 112

Eksistensi dan Peranan Hakam dalam Pencegahan Perceraian di Kelurahan Limpomajang Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng. - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 153

Pernikahan Dini Akibat Hamil diluar Nikah Ditinjau dari Tradisi dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Kecamatan Amali Kabupaten Bone - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 94

Konsep Penataan Ruang Pedagang Kaki Lima di Pantai Kering Kelurahan Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 117

Peranan Kelompok Tani dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Maccini Baji Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 84