TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata I (S-1) Pada Program Studi Ilmu Hukum

  TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata I (S-1) Pada Program Studi Ilmu Hukum Oleh : ANISA RAMLA D1A013031 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM

  HALAMAN PENGESAHAN

TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

  

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

ANISA RAMLA

  

D1A013031

Menyetujui,

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Dr.Hj. Sumiati Ismail, SH.,MM,MH Dr.Eduardus Bayo Sili,SH.,M.Hum

NIP.195404081988032001 NIP. 196902101999031002

  SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DISEMINARKAN PADA TANGGAL :………………………… Ketua, Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH., MM., MH. (………………..) NIP. 19540408 198803 2 001 Anggota I Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum (………………..) NIP. 19690210 199903 1 002 Anggota II Dr. H. Muhaimin, SH., M.Hum (………………..) NIP. 19761001 200112 1 001

  Mengetahui, Bagian Hukum Bisnis

  Ketua, Budi Sutrisno, SH., M.Hum.

  

NIP. 19590122 198903 1 0

  

SKRIPSI INI TELAH DITERIMA DAN DISAHKAN OLEH FAKULTAS

HUKUM UNIVERSITAS MATARAM PADA TANGGAL : …………………………

  Dekan, Prof. Dr. H. Lalu Husni, SH., M.Hum. NIP. 19621231 198803 1 010

  MOTTO “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki kehancuran suatu kaum, maka tidak ada yang sanggup mencegahnya, dan tidak ada perlindungan mereka selain dari Allah ”. (Q.S. Ar –Ra’d : 11) Skripsi Ini Ku Persembahkan Untuk Orang Tua Tercinta, Kakak dan Adek Saya

  Abdullah, Rahmatiah, Akmalul Mukminin, Sohwatul Muslimah

KATA PENGANTAR

  Segala puja dan puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya dan pertolongan-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  “

  

Tinjauan Yuridis Asuransi Hasil Pertanian Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian yang

  merupakan persyaratan untuk mencapai derajat S-1 pada Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Mataram.

  Shalawat serta salam tidak lupa penyusun sampaikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang pada saat sekarang ini.

  Selesainya penyusunan ini tidak terlepas dari budi baik berbagai pihak. Untuk itu, penyusun ingin menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Mataram, Bapak Prof. Dr .H. Lalu

  Husni,SH.,M.Hum. yang telah memudahkan penyusun untuk menyelesaikan skripsi ini melalui kelengkapan yang di miliki oleh Fakultas Hukum Universitas Mataram.

  2. Bapak Budi Sutrisno, SH., M.Hum. selaku Ketua Bagian Hukum Bisnis yang telah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan yang begitu banyak untuk memberikan saran terkait dengan skripsi yang sedang penyusun selesaikan,

  3. Ibu Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH.,MM., MH. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya kepada penyusun untuk konsultasi serta memberikan arahan yang sangat baik guna penyelesaian skripsi ini.

  4. Bapak Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum. selaku dosen pembimbing juga yang telah meluangkan waktunya kepada penyusun untuk konsultasi serta memberikan arahan yang sangat baik guna penyelesaian skripsi ini.

  5. Bapak Dr.H. Muhaimin, SH., M.Hum. yang telah memberikan saran-saran dan arahan-arahan terkait kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat penyusun perbaikan dan lengkapi.

  6. Orang Tua tercinta dan tersayang, Abdullah dan Rahmatiah yang tiada henti- hentinya memanjatkan do’a dan memberikan dukungan dari dulu sampai sekarang.

  7. Kakek dan nenek tercinta, Temmaukke Daeng Manasse dan Salma, terimah kasih untuk nasehat, do’a dan dukungan yang diberikan dari dulu sampai sekarang.

  8. Kakak dan adik ku tercinta, Akmalul Mukminin dan Sohwatul Muslimah yang selalu memberikan dukungan dari dulu sampai sekarang

9. Semua keluarga yang tidak mampu penyusun sebutkan satu per satu yang selalu mengingatkan penyusun jika lupa dan salah.

  10. sama dalam suka maupun duka serta selalu memberikan semangat, motivasi, dan bantuannya.

  11. Teman-teman Semua teman-teman yang ada di Kampus Merah angkatan 2013 yang selalu bersama KKN TEMATIK di Desa Ubung Lombok Tengah yang terus bersama saling bahu-membahu untuk penyelesaian skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penyusun.

  Semoga atas budi baik yang telah diberikan kepada penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan yang lebih dari setimpal oleh Allah SWT. Penyusunan skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapakan kepada berbagai pihak untuk memberikan kritik dan sarannya guna mencapai perbaikan yang semestinya.

  Mataram, 20 Maret 2017 Penyusun, Anisa Ramla

  RINGKASAN

TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN

DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN

  Anisa Ramla Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH., MM., MH. Dr. Eduardus Bayo Sili, SH., M.Hum

  Sektor pertanian saat ini merupakan sektor yang identik dengan ketidakpastian (uncertainty) kerena bergantung pada musim yang berpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko untuk gagal panen dan juga rusaknya prasarana pertanian. Kekhawatiran ketidakpastian ini, menimbulkan kebutuhan akan perlindungan asuransi. Berdasarkan uraian di atas, maka sudah selayaknya usaha pertanian seharusnya mendapat perhatian khusus untuk memperkecil risiko dalam bentuk asuransi, yang disebut dengan asuransi pertanian. Dasar hukum untuk melaksanakan asuransi pertanian muncul dengan terbitnya Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 merupakan peraturan hukum baru yang mengatur asuransi pertanian, perlu kiranya masyarakat mengetahui lebih jelas bagaimana pengaturan perjanjian asuransi pertanian dan bagaimana penerapannya dalam masyarakat serta mekanisme dalam mengikuti asuransi, serta kebijakan Pemerintah untuk melindungi petani dalam melakukan usahatani dalam bentuk asuransi pertanian.

  Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana

  • – Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang Undang Nomor 19 Tahun 2013, serta Bagaimana Penetapan Pembayaran Premi Dan Penggantian Kerugian Dalam Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2013, tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana pengaturan perjanjian Asuransi Usha Tani Padi (AUTP) menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, serta untuk menjelaskan bagaimana penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013, manfaat yang diharapkan adalah manfaat akademis, manfaat teoritis, manfaat praktis. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif, yaitu penelitian yang meneliti peraturan perundang-undangan, teori hukum beserta berbagai gejalanya di masyarakat untuk dapat menjawab isu hukum yang sedang diteliti. Pendekatan yang digunakan adalah : Pertama, Pendekatan Perundang- Undangan, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah semua undangundang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
ditangani. Kedua, Pendekatan Konseptual, yaitu Pendekatan yang beranjak dari pandanganpandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum.

  Hasil penelitian menyatakan : Pertama, pengaturan perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian, sebelumnya telah diatur dalam KUHD dari pasal 299 sampai 301, meskipun tidak secara rinci, Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yang mengatur asuransi pertanian sebagai bentuk perlindungan pertanian yang mengancam hasil pertanian, ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 40/permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian, serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 02/KPTS/ SR.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi yang mengatur asuransi usahatani padi. Obyek pertanggungan dalam asuransi ini adalah sesuai dengan keputusan menteri pertanian yaitu padi, penanggung yaitu PT.Jasindo sebagai pelaksana tunggal asuransi pertanian kemudian bekerjasama dengan perusahaan BUMN dibidang pertanian dalam memberikan subsidi bantuan pembayaran premi, tertanggung yaitu kelompok tani, jangka waktu pertanggungan Polis asuransi diterbitkan untuk satu musim tanam dengan jangka waktu pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen.

  Kemudian polis ikhtisar polis asuransi diberikan kepada masing-masing petani peserta asuransi didalam kelompoknya, dimana didalam polis terdapat hak serta kewajiban masing-masing pihak, Terdapat dua prinsip utama dalam asuransi yaitu prinsip indemnity dan prinsip parametric. Kedua, penetapan pembayaran premi, pola pembayaran premi asuransi dibedakan dengan pola swadaya dan pola bantuan premi pemerintah, sumber pembiayaan premi asuransi oleh petani dapat diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari sumber sebagai berikut: (a) pemerintah (APBN atau APBD), (b) Kemitraan (BUMN dan Perusahaan Swasta), (c) Perbankan, jika petani mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya, dan (d) swadaya (oleh petani sendiri), Dimana petani membayar premi sebanyak 20% yaitu Rp.36.000,-ha. Sedangkan dari pemerintah sebanyak 80% yaitu Rp.144.000,-/ha. Penggantian kerugian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yaitu ganti rugi diberikan kepada peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP) apabila terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan OPT yang mengakibatkan kerusakan tanaman padi yang dipertanggungkan dengan kondisi persyaratan yang telah ditentukan harga pertanggungan ditetapkan sebesar Rp. 6.000.000,- per hektar per musim tanam dihitung secara proporsional. Harga pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi dan batas maksimum ganti rugi.

  Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani belum jelas mengatur mengenai teknis pelaksanaan asuransi pertanian, khususnya asuransi tanaman perkebunan dan hortikultura, jadi pemerintah harus lebih aktif dalam melaksanakan dan menindaklanjuti asuransi pertanian ini sesuai dengan amanat petani tanaman pangan, petani hortikultura maupun pekebun dapat terlindungi hasil pertaniannya dengan asuransi pertanian, sehingga dapat terlaksana amanat dari Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan pertanian.

  

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN

DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 dan menjelaskan bagaimana penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang- Undang Nomor 19 tahun 2013, manfaat yang diharapkan adalah manfaat akademis, manfaat teoritis, manfaat praktis. Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: pengaturan perjanjian asuransi pertanian menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 yaitu bahwa tertanggung adalah PT.Jasindo sebagai pelaksana tunggal yang bekerjasama dengan perusahaan BUMN dalam memberikan subsidi premi, tertanggung yaitu kelompok tani, obyek yang diasuransikan yaitu padi sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian, jangka waktu pertanggungan Polis asuransi diterbitkan untuk satu musim tanam dengan jangka waktu pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen. Kemudian polis ikhtisar polis asuransi diberikan kepada masing-masing petani peserta asuransi didalam kelompoknya, Terdapat dua prinsip utama dalam asuransi yaitu prinsip indemnity dan prinsip parametric. Serta penetapan pembayaran premi yaitu dari subsidi bantuan premi oleh pemerintah sebanyak 80% serta petani menanggung sebanyak 20%, Penggantian kerugian asuransi hasil pertanian yaitu ganti rugi diberikan kepada peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP) apabila terjadi banjir, kekeringan dan atau serangan organism pengganggu tumbuhan . harga pertanggungan ditetapkan sebesar Rp.

  6.000.000,- per hektar per musim tanam. Harga pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi dan batas maksimum ganti rugi, penggantian kerugian dihitung secara proporsional.

  Kata kunci : Asuransi, hasil pertanian, perlindungan, pemberdayaan

  

REVIEW OF JURIDIS INSURANCE OF AGRICULTURAL PRODUCTS BY

LAW NUMBER 19 YEAR 2013 REGARDING PROTECTION AND

EMPOWERMENTOF AGRICULTURE

ABSTRACT

  The purpose of this study is to explain the regulation of rice farmers insurance agreement (AUTP) based on law No. 19 of 2013 and explain how the determination of premium payment and compensation in the rice farming insurance agreement (AUTP) pursuant to law No. 19 of 2013, expected benefits are academic benefist, theoretical bebefist, practical benefist. This type of research is normative research. The results showed that : the arrangement of agricultural insurance agreement according to law No. 19 of 2013 that the insured PT.Jasindo as a sole implementer in cooperation with the state-owned companies in providing premium subsidies, the insured is the farmer group, the insured object is rice in accordance with the decision minister of agriculture, coverage period an insurance policy is assued for one growing season with a term of coverage commencing on the dateof planting estimate and ending on the estimated date of harvest. Then the insurance policy overview policy is given to each participant farmer in the group, there are two main principles in insurance that is indemnity principle and parametric principle. As well as the stipulation of premium payment that is from the subsidy of premium contribution by the government as much as 80% and thefarmers bear as much as 20%, replacement af agricultural insurance losses that compensation is given to participants of rice farm insurance (AUTP) in case of floods, drought and or attack of plant pest organisms. The insurance coverage is set at 6.000.000 per hectare per planting season. The price of coverage is the basis for calculating the premium and maximum limit of indemnity, compensation is calculatedproportionally.

  Keywords: insurance, agricultural products, protection, empowerment.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI DAN KETUA BAGIAN ....................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN DEKAN .............................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi RINGKASAN ....................................................................................................... ix ABSTRAK ............................................................................................................ xii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................................... 5

  1. Tujuan penelitian ................................................................................. 5

  2. Manfaat penelitian .............................................................................. 5

  D. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 6

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7 1. Pengertian Asuransi ................................................................................... 7 2. Unsur-Unsur Asuransi ................................................................................ 8

  4. Pengertian Asuransi Pertanian ................................................................... 16 5.

  Unsur-Unsur Asuransi Pertanian................................................................ 17 6. Tinjauan tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian ................... 20

  BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 21 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 21 B. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 21 C. Sumber dan Bahan Hukum ................................................................... 22 D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ................................................... 23 E. Analisis Bahan Hukum ......................................................................... 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 25 A. Pengaturan Perjanjian Asuransi Pertanian Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindugan dan Pemberdayaan Pertanian ............................................................................................... 25 1. Landasan Operasional ....................................................................... 25 2. Para Pihak dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ...................... 29 3. Obyek Asuransi Pertanian ................................................................. 36 4. Polis Asuransi Pertanian Sebagai Perjanjian..................................... 37 5. Jangka Waktu Pertanggungan .......................................................... .44 6. Hak Dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung ......................... 45 7. Prinsip Asuransi Pertanian ................................................................ 48 B. Penetapan Pembayaran Premi dan Penggantian Kerugian dalam Perjanjian Asuransi Hasil Pertanian Menurut Undang - Undang

  Nomor 19 Tahun 2013 ......................................................................... 51 1.

  Penetapan Pembayaran Premi ........................................................ 51 a.

  Pembayaran premi oleh petani (Tertanggung) ............................ 52 b. Pembagian Beban Pembayaran Premi Asuransi Pemerintah

  Pusat Dan Daerah ..................................................................... 53 c. Mekanisme Penyaluran Bantuan Premi ........................................ 55 2.

  Penggantian Kerugian Dalam Asuransi Hasil Pertanian Menurut Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 ....................................... 57 a.

  Risiko dalam asuransi pertanian .............................................. 57 b. Pembayaran klaim .................................................................... 58 1)

  Prosedur Penyelesaian Klaim. ............................................... 59 2)

  Persetujuan Klaim ................................................................. 61 3)

  Pembayaran Ganti Rugi ........................................................ 61 4)

  Harga Pertanggungan ............................................................ 61

  BAB V PENUTUP ................................................................................................ 63 A. Kesimpulan ................................................................................... 63 B. Saran ............................................................................................. .64 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65 LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

  mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindung segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyak Indonesia, bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga negara, negara menyelenggarakan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya petani secara terencana, terarah, dan

  1 berkelanjutan.

  Indonesia sebagai negara agraris sedang menghadapi suatu tantangan. Pertanian sebagai penunjang kehidupan berjuta juta masyarakat, Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan pesat. Sektor ini juga merupakan salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk

  2

  mengentaskan kemiskinan. Penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya disektor pertania tercatat lebih dari 50% (lima puluh persen) bukan hanya menyediakan bahan pangan saja tetapi sektor pertanian menyediakan lapangan kerja yang cukup besar, selain itu, sektor pertanian menyediakan bahan baku industri serta penyedia bahan 1 Lembaran pertama Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanain.

  3

  baku ekspor baik mentah maupun olahan. Sektor pertanian saat ini merupakan sektor yang identik dengan ketidakpastian (uncertainty) kerena bergantung pada musim yang berpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko untuk gagal panen dan juga rusaknya prasarana pertanian. Kekhawatiran ketidakpastian ini,

  4 menimbulkan kebutuhan akan perlindungan asuransi.

  Berdasarkan uraian di atas, maka sudah selayaknya usaha pertanian seharusnya mendapat perhatian khusus untuk memperkecil risiko dalam bentuk

  5

  asuransi, yang disebut dengan asuransi pertanian. Oleh karena itu, diterbitkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian yang mengatur mengenai asuransi pertanian.

  Dalam Pasal 37 ayat (1) dijelaskan : “Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi usaha tani yang dilakukan oleh petani sebagaimana dalam bentuk asuransi pertanian.”

  Tujuan dari diterbitkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 untuk melindungi petani dalam melakukan usahataninya dalam bentuk asuransi pertanian.

  Dasar hukum pengaturan asuransi pertanian berdasarkan peraturan perundang- undangan di Indonesia diatur dalam KUHD. Pengaturan asuransi pertanian dalam KUHD tidak diatur secara rinci, sehingga pemerintah mengesahkan Undang-Undang

  di akses pada 15 oktober 2016 pukul 16.00 4 di akses pada 29 oktober 2016 pukul 17.00 Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian yang mengatur lebih lanjut asuransi pertanian.

  Kemudian ditindak lanjuti dengan adanya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/SR.230/7/2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian yang mengatur mengenai fasilitasi asuransi pertanian. Yang diundangkan pada tanggal 15 juli 2015, yaitu untuk memberikan kemudahan dalam meringankan perjanjian antara petani dengan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko usaha tani.

  Kemudian ditindak lanjuti dengan adanya Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi, yang mengatur teknis pelaksanaan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Dalam pelaksanaannya Otoritas Jasa Keuangan menunjuk PT.Jasindo sebagai perusahaan pelaksana asuransi tanaman padi dan sebagai penjamin asuransi tunggal bagi petani yang mengalami gagal penen akibat kejadian luar biasa seperti bencana alam atau rusaknya infrastruktur pertanian. Dalam Undang- Undang Nomor 19 tahun 2013 Pasal 39 pemerintah mengamanatkan kepada BUMN dibidang pertanian (BUMN Pupuk) untuk memberikan bantuan subsidi premi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) kepada petani peserta AUTP. Dalam perjanjiannya BUMN Pupuk membayar premi sebesar 80% yaitu Rp.144.000,- / Ha dan petani membayar Premi sebesar 20% yaitu Rp.36.000,-/Ha. Premi asuransi

  Ketentuan perjanjian asuransi pertanian dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 sebagaimana dijelaskan diatas, menentukan tertanggung yang berkewajiban membayar premi adalah petani dan BUMN Pupuk, sedangkan dalam hal apabila terjadi peristiwa tidak pasti (evenemen) penanggung PT Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) akan membayar penggantian kerugian hanya kepada petani sementara BUMN Pupuk tidak menerima penggantian kerugian. Hal ini menenjukan adanya kekaburan norma, karna dalam ketentuan hukum asuransi umumnya yang berhak mendapat penggantian kerugian adalah tertanggung yang berkewajiban membayara premi yaitu petani dan BUMN Pupuk.

  Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul TINJAUAN YURIDIS ASURANSI HASIL PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaturan Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut

  Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian?

  2. Bagaimana Penetapan Pembayaran Premi dan Penggantian Kerugian dalam Perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Menurut Undang

  • – Undang Nomor 19 tahun 2013 ? C.

   Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian a.

  Untuk menjelaskan pengaturan perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang - Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan pertanian.

  b.

  Untuk menjelaskan penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang - Undang Nomor 19 tahun 2013.

  2. Manfaat Penelitian a.

  Manfaat Akademis Dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang hukum asuransi mengenai asuransi hasil pertanian sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan pertanian.

  b.

  Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang ingin menambah pengetahuan tentang perkembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya hukum asuransi. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan persoalan mengenai asuransi pertanian terhadap petani sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan pertanian. Selain itu, mensosialisasikan kepada petani mengenai asuransi tersebut agar petani mengerti dan memahami manfaat asuransi pertanian bagi usahataninya.

  Di dalam penelitian ini, agar tidak meluas dan menyimpang maka perlu kiranya dibatasi ruang lingkup penelitian yaitu mengkaji tentang bagaimana pengaturan perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang

  c.

D. Ruang Lingkup Penelitian

  • – Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian dan bagaimana penetapan pembayaran premi dan penggantian kerugian dalam perjanjian Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menurut Undang – Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Asuransi Di Indonesia, selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan. Pemakaian kedua istilah itu tampaknya mengikuti istilah dalam Bahasa Belanda,

  yaitu assurantie (asuransi) dan verzekering (pertanggungan). Memang asuransi di Indonesia bermula dari negeri Belanda. Di Inggris digunakan istilah insurance dan yang mempunyai pengertian yang sama. Istilah insurance digunakan

  assurance

  6 untuk asuransi jiwa.

  Pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD, dijelaskan sebagai berikut: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti

  .” Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang perasuransian, pengertian asuransi dijelaskan sebagai berikut :

  “Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

  a) Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak 6 pasti.

  Radiks Purba, Memahami Asuransi Di Indonesia, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,1995, b) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”.

2. Unsur-Unsur Asuransi a.

  Kesepakatan Para Pihak Syarat-syarat perjanjian didalam Pasal 1320 KUHPerdata ialah:

  1) Kesepakatan para pihak

  Kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi : (a)

  Benda yang menjadi obyek (b)

  Pengalihan risiko dan pembayaran premi (c)

  Evenemen dan anti kerugian (d)

  Syarat-syarat kuhusus asuransi (e) Dibuat secara tertulis yang disebut polis.

  Kesepakatan dalam melakukan perjanjian asuransi harus dibuat secara bebas, tidak berada dibawah pengaruh tekanan, atau paksaan dari pihak tertentu. 2)

  Kecakapan untuk membuat perjanjian Kecakapan untuk membuat perjanjian dibagi menjadi dua sifat:

  (a) Subyektif

  Kewenangan bersifat subyektif artinya kedua pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak berada dibawah perwalian (trusteeship), atau pemegang kuasa yang sah

  7

  (b) Obyektif

  Kewenangan yang bersifat obyektif artinya tertanggung mempunyai hubungan kebendaan dengan benda obyek asuransi karena benda tersebut kekayaan miliknya sendiri. 3)

  Suatu hal tertentu Obyek yang diperjanjikan dalam asuransi harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung. Hubungan langsung artinya tertanggung memiliki sendiri harta kekayaan, jiwa atau raga yang menjadi obyek asuransi. Dikatakan ada hubungan tidak langsung apabila tertanggung hanya mempunyai kepentingan atas obyek asuransi. Tertanggung harus dapat membuktikan bahwa dia adalah benar sebagai pemilik atau mempunyai kepentingan atas obyek asuransi.

  4) Suatu sebab yang halal

  Kausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian asuransi itu tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan. 7 Tujuan yang hendak dicapai oleh tertanggung dan penanggung adalah

  Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm.120 beralihnya risisko atas obyek asuransi yang diimbangi dengan pembayaran premi.

  Kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan, artinya suatu perjanjian asuransi sudah terjadi sejak adanya kesepakatan antara penanggung dan tertanggung. Polis hanyalah sebagai alat bukti terjadinya pertanggungan.

  Penutupan asuransi dalam praktiknya dibuktikan dengan disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak sementara (cover note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, penanggung atau perusahaan

  8 asuransi wajib menerbitkan polis asuransi.

  b.

  Premi Asuransi Pengertian premi menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 dalam Pasal 1 ayat (29), yaitu :

  “Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi atau perusahaan reasuransi dan disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian Asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat

  .” Berdasarkan rumusan tersebut, dapat diketahui bahwa premi adalah salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama yang wajib dipenuhi tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, asuransi dapat dibatalkan atau setidak-tidaknya asuransi tidak berjalan. Premi harus dibayar lebih dahulu oleh tertanggung karena tertanggunglah pihak yang berkepentingan.

  Kriteria premi asuransi adalah sebagai berikut : 1)

  Dalam bentuk sejumlah uang 2)

  Dibayar lebih dahulu oleh tertanggung 3)

  Sebagai imbalan pengalihan risiko 4)

  Dihitung berdasarkan presentase terhadap nilai risiko yang dialihkan Penetapan tingkat premi asuransi harus didasarkan pada perhitungan analisis risiko yang sehat. Besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung ditentukan berdasarkan penilaian risiko yang dipikul oleh penanggung. Dalam praktiknya penetapan besarnya jumlah premi itu diperjanjikan oleh tertanggung dan penanggung secara layak dan dicantumkan dalam polis. Besarnya jumlah premi dihitung sedemikian rupa sehingga dengan penerimaan premi dari beberapa tertanggung. Penanggung berkemampuan membayar klaim ganti kerugian kepada tertanggung yang terkena peristiwa yang menimbulkan kerugian.

  c.

  Kerugian Kerugian adalah menurunnya atau hilangnya nilai ekonomi yang telah diharapkan, akibat terjadinya suatu peristiwa baik atas diri sendiri, keluarga, ataupun hak miliknya. Kerugian ini merupakan kerugian yang tidak diharapkan atau tidak dapat diduga, seperti misalnya penyusutan, tidaklah termasuk dalam pengertian kerugian.

  Menurut Sonni Dwi Harsono kerugian dapat dibagi kedalam empat kelompok, yaitu:

  9

  1) Kerugian atas hak milik, termasuk biaya perbaikan atau penggantian, misalnya untuk kendaraan bermotor, rumah, mesin, dan sebagainya akibat peristiwa yang tidak dapat diduga, yang datangnya dari luar dan tidak di sengaja.

  2) Kerugian atas pendapatan atau penghasilan orang lain, yaitu kerugian yang dapat disebabkan oleh sakit, kecelakaan, ketidakmampuan bekerja, atau kematian, atau dapat pula disebabkan oleh kerusakan pada bangunan atau mesin-mesin yang memberikan atau menunjang penghasilan. Kerugian ini mempunyai akibat lebih serius dibandingkan kerugian atas hak milik, sebab

9 Sonni Dwi Harsono, ,Ekonomi Asuransi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

  Jakarta,1996, hlm. 13 kemampuan untuk bekerja atau memberikan penghasilan merupakan nilai yang tinggi.

  3) Kerugian yang timbul akibat tuntutan dari pihak ketiga, dimana setiap kerugian yang kita lakukan kemungkinan dapat memberikan tuntutan dari pihak ketiga yang menderita, baik diri maupun harta bendanya.

  4) Kerugian yang timbul karena adanya pengeluaran yang tidak terduga, misalnya biaya pengobatan atau perawatan dokter dan lain-lain yang kadang-kadang cukup memberatkan kita.

  d.

  Peristiwa Tidak Pasti.

  Salah satu unsur penting dari asuransi adalah adanya peristiwa yang akan terjadi. Peristiwa (evenemen) itu belum diketahui akan terjadi atau kapan apa penyebabnya akan terjadi.

  Satu syarat mutlak dalam suatu perjanjian pertanggungan kerugian adalah akibat dari suatu peristiwa tak tentu.Peristiwa (tidak tentu itu) harus berhubungan dengan kerugian itu.

  10 3.

   Prinsip – Prinsip Asuransi a.

  Iktikad Baik Kedua belah pihak yang melakukan kontrak asuransi, baik penanggung maupun tertanggung harus menerapkan prinsip iktikad baik yang presentasikan dengan keterbukaan atas semua informasi mengenai pertanggungan.

  11 Maksudnya adalah iktikad baik atas dasar saling saling mempercayai antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung dalam melaksanakan kontrak penutupan asuaransi, yaitu :

  1) Pihak penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luas syarat atau kondisi dari asuransi yang bersangkutan dan menyelesaikan tuntutan ganti rugi sesuai dengan syarat dan kondisi pertanggungan.

  2) Sebaliknya, pihak tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan .

  12 keterangan yang benar tentang sebab musabab terjadinya kerugian.

  b.

  Prinsip Kepentingan Menurut ketentuan Pasal 268 KUHD, asuransi dapat mengenai segala macam kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh bahaya, dan tidak dikecualikan oleh Undang

  • – Undang, oleh karena itu, dalam hukum asuransi, ditentukan bahwa apabila seseorang menutup perjanjian asuransi, yang bersangkutan harus mempunyai kepentingan terhadap obyek yang diasuransikan .

  Mengenai hal tersebut di atas, diatur dalam Pasal 250 KUHD yang berbunyai : 11 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Live and General) Konsep dan Sistem

  Operasional , Gema Insani Press, Jakarta, 2004, hlm. 238 12 Seisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Resiko dan Asuransi, Salemba Empat,

  “Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu perjanjian asuransi untuk diri sendiri, atau apabila seseorang yang untuknya telah telah diadakan suatu asuransi, pada saat diadakan asuransi tersebut tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang diasuransikan tersebut, maka penanggung tidak diwajibkan memberikan ganti kerugian.” c. Prinsip Keseimbangan

  Prinsip keseimbangan maksudnya adalah keseimbangan antara besarnya ganti rugi yang diterima oleh tertanggung dengan kerugian yang dideritanya. Untuk mengadakan keseimbangan antara kerugian yang diderita tertanggung dengan ganti rugi yang diberikan oleh penanggung, harus diketahui berapa nilai harga dari obyek yang diasuransikan. Pedoman perhitungan yaitu perbandingan antara jumlah risiko yang dipertanggungkan

  13 dengan nilai penuhnya dikalikan dengan jumlah kerugian yang diderita .

  Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip keseimbangan hanya berlaku bagi asuransi yang kepentingannya dapat dinilai dengan uang, yaitu asuransi kerugian. Oleh karena itu, mekanisme penanggung untuk mengkompensasi risiko yang menimpa tertanggung dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

  14 pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali.

  d.

  Prinsip Subrogasi Subrogasi diatur dalam Pasal 284 KUHD adalah :

  “Penanggung yang telah membayar kerugian barang yang dipertanggungkan, memperoleh semua hak yang sekiranya dimiliki oleh tertanggung terhadap pihak ketiga berkenaan dengan kerugian itu; dan tertanggung 13 Hasyami Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta,1995, hlm. 131 bertanggurgjawab untuk setiap perbuatan yang mungkin merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga itu ”.

  Dalam hukum asuransi, apabila tertanggung telah mendapatkan hak ganti kerugian dari penanggung, dia tidak boleh lagi mendapatkan hak dari pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian itu. Hak terhadap pihak ketiga itu beralih kepada penanggung yang telah memenuhi ganti kerugian kepada tertanggung.

  15 e.

  Prinsip Sebab Akibat Dengan ditutupnya perjanjian asuransi, maka menimbulkan kewajiban kepada penanggung untuk memberikan ganti kerugian karena tertanggung menderita kerugian. Kemungkinan yang akan terjadi, kerugian yang timbul disebabkan oleh serangkaian peristiwa yang menjadi penyebab kerugian berada dalam tanggungan penanggung. Dengan kata lain, harus ditelaah kaitan antara peristiwa-peristiwa tersebut dengan kerugian yang terjadi.

  Dalam prinsip sebab akibat, dikehendaki bahwa akibat kerugian yang terjadi memang oleh suatu sebab yang merupakan tanggungan penanggung.

  Apabila tidak, penanggung dibebaskan dari kewajibannya.

4. Pengertian Asuransi Pertanian

  Dalam Pasal 1 butir (16) Undang-Undang nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pengertian asuransi pertanian adalah perjanjian antara petani dan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko usaha tani.

  Usahatani adalah kegiatan dalam bidang pertanian, mulai dari sarana produksi, produksi/budi daya, penanganan pasca panen, pengolahan, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang.

5. Unsur-Unsur Asuransi Pertanian a.

  Kesepakatan Para Pihak Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan, artinya suatu perjanjian asuransi sudah terjadi sejak adanya kesepakatan antara penanggung dan tertanggung. Polis hanyalah sebagai alat bukti terjadinya pertanggungan.

  Hubungan hukum yang terjadi antara penanggung dan tertanggung adalah keterikatan yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas.

  Keterikatan tersebut berupa kesediaan secara sukarela dari penanggung dan tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama lain (secara timbal balik). Artinya sejak tercapai kesepakatan asuransi, tertanggung terikat dan wajib membayar premi kepada penanggung, dan sejak itu pula penanggung menerima pengalihan risiko.

  Perjanjian asuransi dapat menjadi batal apabila tertanggung melalaikan kewajiban melakukan pemberitahuan kepada penanggung mengenai keadaan benda (obyek) yang diasuransikan, setiap pemberitahuan yang keliru atau penyembunyian hal-hal yang diketahui oleh tertanggung walaupun dengan iktikad baik mengakibatkan asuransi tersebut batal.

  Dalam asuransi hasil pertanian, hal-hal yang wajib diberitahukan tertanggung kepada penanggung diatur dalam dalam Pasal 299 KUHD, yaitu : 1)

  Letak dan pembatasan lahan yang penghasilannya telah diasuransikan

2) Pemakaian lahan.

  b.