HUBUNGAN ANTARA PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN KETIDAKPUASAN CITRA TUBUH PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ANTARA PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN KETIDAKPUASAN CITRA TUBUH PADA REMAJA AWAL

  i

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh: Vania Narwastu Mahanani

  NIM : 079114141

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

  

MOTTO

  "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa

  

Roma 12 : 12

  Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu

1 Petrus 5 : 7

  ...kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan

  

Roma 5 : 3c-4

  Success is the ability to go from one failure to another with no loss of enthusiasm

  

Sir Winston Churchill

  iv

  KARYA SEDERHANA INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK : TUHAN YESUS KRISTUS

Juru selamatku, pemberi kasih yang tak berkesudahan di sepanjang hidupku. . .

ORANG TUAKU BAPAK WIDIYONO, S.Pd. DAN IBU GINI MIRANTI Sumber cinta yang tak terhingga, pelita dalam hidupku. . . ADIKKU ANNETE RATNAGREHA NANDIN I

Motivator yang memberikan dukungan dan penghiburan di setiap langkahku. . .

MASKU Pemberi warna dan semangat dalam hidupku. . . SAHABAT-SAHABATKU Pendamping dalam suka maupun duka. . . ALMAMATER UNIV. SANATA DHARMA

  v

  

HUBUNGAN ANTARA PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN

KETIDAKPUASAN CITRA TUBUH PADA REMAJA AWAL

Vania Narwastu Mahanani

  

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengaruh teman

sebaya dan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal. Peneliti berhipotesis bahwa ada hubungan

antara pengaruh teman sebaya dan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja awal. Asumsinya adalah

semakin besar pengaruh teman sebaya maka semakin besar juga ketidakpuasan citra tubuh yang

dimiliki oleh remaja tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII, dan IX dari

dua sekolah swasta di Yogyakarta yang berjumlah 205 orang yang berusia 12-15 tahun. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Data dalam penelitian ini

dikumpulkan menggunakan dua macam skala yaitu skala Pengaruh Teman Sebaya dan Contour

Drawing Rating Scale. Kedua skala ini merupakan skala adaptasi. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan korelasi Kendall Tau-b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif

yang signifikan antara antara pengaruh teman sebaya dan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja

awal. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi (r) = 0,269 (p=0,000) dengan probabilitas 1% (p

< 0,01). Hal ini berarti bahwa hipotesis yang diajukan diterima.

  Kata kunci: pengaruh teman sebaya, ketidakpuasan citra tubuh, remaja awal

  vii

  

THE RELATION BETWEEN PEERS INFLUENCE AND BODY IMAGE

DISSATISFACTION IN EARLY ADOLESCENCE

Vania Narwastu Mahanani

ABSTRACT

  The aim of this research was to know the relationship between peers influence and

body image dissatisfaction in early adolescence. Researcher hypothesis that there was a

correlation between peers influence and body image dissatisfaction in early adolescence. There

assumption that the bigger peers influence will also has bigger body image dissatisfaction by those

th th th

teenagers. Subjects in this research are 205 students of the 7 , 8 , and 9 grade from two private

school at Yogyakarta, that age 12-15 years old. Correlation method was used in this study as the

research method. The data in this study was collected by using two scale that is Peers Influence

Scale skala and Contour Drawing Rating Scale. Data was analyzed uses Kendall Tau-b

correlation. The results were shown that there is a significant positive relationship between peers

influence and body image dissatisfaction in early adolescence. It can be seen from coefficient

correlation (r) = 0,269 (p=0,000) with 1% probability (p < 0,01). It’s means that the porposed

hypotesis is accepted.

  Keywords : peers influence, body image dissatisfaction, early adolescence

  viii

KATA PENGANTAR

  x

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat, kurnia, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bantuan, bimbingan, dan saran selama proses penulisan skripsi ini.

  3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis baik selama kuliah maupun dalam mengerjakan skripsi.

  4. Seluruh staf karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak membantu penulis ketika masih menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  5. Kedua orang tuaku, yang tiada henti memberikan cinta kasih yang tulus, doa, perhatian, dan dukungan yang begitu besar kepada penulis.

  6. Adikku tersayang yang selalu mencereweti penulis untuk segera penyelesaikan skripsi ini dan juga seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat dan mendokan penulis.

  7. Masku tercinta yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan perhatian kepada penulis serta menemani dengan setia.

  8. Sahabat-sahabat tersayang, Ita, Those, Mami Mel, Nenek Anas, Uyut Ika, Elis, Ika, dan Dhoti yang memberikan dukungan yang besar bagi penulis.

  Makasih ya Guy’s udah mau berbagi suka dan duka. Kehadiran kalian sangat berarti buatku dan tidak akan terlupakan.

  9. Mbak Haksi yang telah bersedia membaca skipsi ini dan memberikan kritik juga saran.

  10. Teman-teman yang lain, Putri Ringgo, Inang Kiki, Inno, Widi, Kakek Iqin, Kakek Fendi, Mas Dwi, dan juga teman seperjuangan terutama teman satu bimbingan dan psi’07 USD. Terima kasih atas semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

  11. Bapak Kepala Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dan SMP Pangudi Luhur

  I Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah. Terima kasih juga kepada siswa siswi yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

  12. Semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material dalam penyelesaian skripsi ini. xi

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritik yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

  Penulis, Vania Narwastu Mahanani xii

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii

  

ABSTRACT.......................................................................................................... viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian......................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian....................................................................... 8

  1. Manfaat Teoritis ................................................................... 8

  2. Manfaat Praktis..................................................................... 8

  BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 10 A. Citra Tubuh.................................................................................. 10 xiii

  xiv

  C. Remaja......................................................................................... 36

  2. Pengaruh Teman Sebaya ...................................................... 47

  1. Ketidakpuasan Citra Tubuh.................................................. 47

  BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 46 A. Jenis Penelitian ............................................................................ 46 B. Variabel Penelitian ...................................................................... 46 C. Definisi Operasional .................................................................... 47

  D. Dinamika Hubungan Antara Pengaruh Teman Sebaya danKetidakpuasan Tubuh pada Remaja Awal............................. 41 E. Hipotesis ...................................................................................... 45

  2. Ciri Khas Perkembangan pada Masa Remaja Awal............. 38

  1. Pengertian dan Batasan Remaja ........................................... 36

  3. Pengaruh Teman Sebaya pada Kekhawatiran terhadap Tubuh dan Makan................................................................. 35

  1. Pengertian Citra Tubuh ........................................................ 10

  2. Pengaruh Teman Sebaya ...................................................... 31

  1. Pengertian Teman Sebaya .................................................... 29

  B. Teman Sebaya ............................................................................. 29

  5. Citra Tubuh pada Remaja Awal ........................................... 28

  4. Pengukuran Citra tubuh........................................................ 27

  3. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpuasan Citra tubuh ..... 15

  2. Ketidakpuasan Citra Tubuh.................................................. 11

  D. Subjek Penelitian ......................................................................... 48

  xv

  E. Metode dan Alat Pengumpulan Data........................................... 48

  1. Contour Drawing Rating Scale ............................................ 49

  2. Skala Pengaruh Teman Sebaya ............................................ 50

  F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data ......................... 53

  1. Validitas Alat Ukur .............................................................. 53

  2. Reliabilitas Alat Ukur........................................................... 55

  G. Metode Analisis Data .................................................................. 57

  1. Uji Asumsi............................................................................ 57

  2. Uji Hipotesis......................................................................... 58

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 59 A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 59 B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 60 C. Hasil Analisis Data Penelitian ..................................................... 61

  1. Hasil Uji Asumsi .................................................................. 61

  2. Hasil Uji Hipotesis ............................................................... 62

  D. Analisis Tambahan ...................................................................... 64

  E. Pembahasan ................................................................................. 69

  BAB V PENUTUP .......................................................................................... 77 A. Kesimpulan.................................................................................. 77 B. Saran ............................................................................................ 77 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 79 LAMPIRAN ........................................................................................................ 85

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Blueprint Skala Pengaruh Teman Sebaya .............................................. 53 Tabel 2 Deskripsi Usia Subjek............................................................................ 60 Tabel 3 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ............................................................ 61 Tabel 4 Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 61 Tabel 5 Hasil Uji Linearitas ................................................................................ 62 Tabel 6 Hasil Uji Korelasi .................................................................................. 63 Tabel 7 Output Group Statistics.......................................................................... 65 Tabel 8 Output Independent Sample Test ........................................................... 65 Tabel 9 Hasil Uji Normalitas pada Remaja Perempuan dan Laki-laki ............... 66 Tabel 10 Hasil Uji Linearitas pada Remaja Perempuan dan Laki-laki ............... 67 Tabel 11 Hasil Uji Korelasi pada Remaja Perempuan dan Laki-laki ................. 68 xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri bahwa seseorang memasuki usia remaja dalam

  perkembangan hidupnya adalah perubahan fisik. Al-Mighwar (2006) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa pesatnya pertumbuhan dan mencoloknya perubahan dalam ukuran dan proporsi tubuh. Perubahan yang terjadi ini akibat dari perubahan hormonal yang terjadi dalam diri seseorang yang juga menandai bahwa orang tersebut telah memasuki pubertas. Pertumbuhan tersebut antara lain seperti bertambahnya berat badan dan tinggi badan secara pesat, juga melebarnya pinggul pada anak perempuan dan bahu pada anak laki-laki (Santrocks, 2007).

  Perubahan fisik yang terjadi secara pesat menjadi perhatian bagi para remaja, terutama remaja awal. Oleh sebab itu, remaja menjadi lebih peduli terhadap dirinya dan lebih memperhatikan tubuh mereka. Salah satu aspek psikologis dari pubertas yang pasti muncul pada remaja adalah praokupasi (perhatian) terhadap tubuhnya (McCabe dan Ricciardelli dalam Santrocks, 2007). Dengan demikian, perubahan fisik yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan psikologis remaja. Sarwono (2003) menyatakan bahwa perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik.

  1 Meningkatnya perhatian dan kesadaran akan tubuhnya mengakibatkan gambaran dan penilaian terhadap tubuh juga mulai terbentuk dalam diri remaja. Jersild (1965) menyatakan bahwa keadaan dan sifat bawaan pada tubuh seorang remaja memiliki peran penting pada gambaran dan pikiran mereka pada diri mereka. Penilaian yang muncul terhadap tubuh itulah yang disebut sebagai citra tubuh. Citra tubuh merupakan persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang tentang tubuhnya (Grogan, 1999). Hal ini meliputi penilaian terhadap ukuran tubuh, berat badan, ataupun aspek-aspek lainnya dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik (Thompson & Altabe, 1993).

  Remaja membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka (Santrocks, 2003). Penilaian yang muncul terhadap tubuhnya tersebut dapat berupa penilaian positif maupun negatif. Remaja dengan citra tubuh yang positif akan dapat berfungsi dengan baik dalam kehidupannya sehari- hari. Berscheid dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2008) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap citra tubuhnya lebih mampu menghargai dirinya. Selain itu, Witari (1997) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa remaja yang memiliki citra tubuh positif tidak hanya akan memiliki harga diri yang tinggi tetapi juga merasa mampu dan penuh percaya diri. Oleh sebab itu, citra tubuh yang positif sangat penting dimiliki oleh seorang remaja.

  Akan tetapi, fokus yang lebih intens pada tubuhnya dapat membuat remaja menemukan kesalahan pada tubuh dan penampilan mereka. Hal ini menyebabkan perasaan tidak nyaman pada diri remaja terhadap tubuh dan penampilan mereka. Graber dan Brooks-Gunn (2001) menyatakan bahwa perasaan negatif yang muncul biasa terjadi ketika remaja menjalani masa pubertas. Perasaan tidak nyaman akan bentuk tubuhnya sendiri muncul karena remaja menilai bahwa pada kenyataannya bentuk tubuh yang dimiliki tidak sesuai dengan bentuk tubuh ideal yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan adanya ketidakpuasan citra tubuh dalam diri remaja awal. Semakin tinggi perbedaan antara bentuk tubuh sebenarnya dengan bentuk tubuh ideal yang diinginkan maka akan semakin besar ketidakpuasan citra tubuh seseorang (Thomposon, Heinberg, Altabe & Stacey, 1999).

  Ketidakpuasan citra tubuh merupakan pikiran dan perasaan negatif seseorang mengenai tubuhnya (Grogan, 1999). Dacey dan Kenny (2001) menyatakan bahwa remaja sering merasa tidak puas akan perubahan dan penampilan mereka. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya (Hurlock, 1999). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sri Adiningsih (2002), mengenai citra tubuh remaja pada siswa SMP di Surabaya. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa banyak remaja merasa belum mencapai tubuh yang ideal, yaitu remaja perempuan (87,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (11,3%). Pada remaja putri mayoritas berpendapat tubuh idaman mereka adalah tinggi langsing (63,2%) dan tinggi sepadan berat badan (21,4%).

  Ketika seseorang merasa tidak puas dengan citra tubuhnya maka individu tersebut dapat mengalami masalah psikologis. Ketidakpuasan citra tubuh selama masa remaja merupakan faktor risiko dalam memprediksi depresi, gangguan makan, dan rendah diri (Byely, Archibald, Graber, & Brooks-Gunn, 2000; Thompson, Heinberg, Altabe, & Stacey, 1999). Sebagai contoh analisis lain oleh Johnson dan Wardle (2005) menemukan bahwa ketidakpuasan citra tubuh secara signifikan memprediksi rendahnya harga diri di kalangan remaja. Secara khusus, ditemukan bahwa remaja perempuan dengan tingkat diet dan ketidakpuasan citra tubuh yang lebih tinggi memiliki harga diri yang rendah.

  Standar ideal bagi tubuh yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh masyarakat atau budaya tertentu. Sebagian besar peneliti menyetujui bahwa dampak terkuat dari berkembangnya ketidakpuasan citra tubuh di masyarakat barat adalah faktor sosiokultural (Thompson, 1996).

  Keindahan tubuh dan standar tentang tubuh ditentukan oleh masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat memiliki penilaian tentang apa yang dikatakan indah, ideal, dan apa yang tidak (Thompson, 1996). Selain itu, diketahui bahwa pengaruh sosial budaya yang paling sering terlibat adalah orang tua, teman sebaya, dan media massa (Thompson, Heinberg, Altabe, & Stacey, 1999).

  Teman sebaya, orang tua, dan media diketahui memiliki peran dalam pembentukan ketidakpuasan citra tubuh dan gangguan makan pada remaja perempuan (Shroff & Thompson, 2006). Ketiga hal tersebut terbukti memberikan pengaruh pada remaja tentang penampilan fisiknya. Remaja yang tadinya tidak mempedulikan tentang tubuhnya bisa jadi terganggu dan terpengaruh oleh sindiran dari keluarga atau ejekan dari temannya.

  Pada masa remaja, teman sebaya memiliki peran yang sangat besar bagi kehidupan remaja. Papalia, Olds, dan Feldman (2008) menyatakan bahwa teman sebaya adalah sumber kasih sayang dan pengertian, tempat untuk melakukan eksperimen, serta saran untuk mencapai otonomi dan kemandirian dari orang tua. Pada masa remaja keterlibatan dengan teman sebaya meningkat karena remaja merasa mendapatkan dukungan emosional selama masa peralihan yang rumit. Remaja yang mengalami perubahan fisik yang cepat juga merasa lebih nyaman dengan teman sebaya yang juga mengalami perubahan fisik serupa.

  Teman sebaya diketahui menjadi hal yang berpengaruh pada pembentukan ketidakpuasan citra tubuh seseorang. Teman sebaya merupakan sumber yang sangat relevan dalam hal mengembangkan keyakinan seseorang remaja tentang dirinya. Jones (2004) menemukan bahwa percakapan dan perbandingan sosial dengan teman sebaya tentang penampilan dan massa tubuh adalah prediktor signifikan dari perubahan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja perempuan. Selain itu, penelitian lain pada remaja baik perempuan maupun laki-laki menemukan bahwa semakin sering mereka melakukan percakapan dengan teman-teman mereka tentang penampilan ideal maka semakin besar juga ketidakpuasan citra tubuh dan internalisasi penampilan ideal pada diri mereka (Jones, Vigfusdottir, & Lee, 2004).

  Di samping hal tersebut, gambaran remaja pada dirirnya dipengaruhi juga oleh bagaimana teman sebaya menilai mereka. Ruff dalam Jersild (1965) menilai bahwa agar diterima oleh kelompok teman sebaya, seorang remaja harus tidak jauh berbeda dari teman-temannya pada penampilan fisik. Jika seseorang berbeda dengan teman yang lain kemungkinan dia akan dihindari oleh yang lain atau menerima panggilan hinaan, seperti gemuk, si pendek, dan sebagainya.

  Pengaruh teman sebaya terhadap citra tubuh secara lebih spesifik telah dilihat pada kelompok usia anak-anak. Thompson, Heinberg, Altabe, dan Stacey (1999) menyatakan bahwa anak-anak (sama seperti orang dewasa) memiliki kriteria tentang hal-hal yang menjadi daya tarik pada diri teman mereka. Anak-anak memiliki penilaian terhadap siapa dan bukan siapa yang menarik bagi mereka. Hal ini membuat mereka memberikan perlakuan istimewa terhadap teman sebaya yang menarik dan diskriminasi terhadap teman-teman sebaya yang kurang menarik. Hal tersebut akan membentuk keyakinan mereka bahwa menjadi kurus akan membuat mereka lebih disukai oleh teman sebaya mereka. Hal tersebut menjadikan dasar perkembangan dari citra tubuh negatif dan upaya yang tidak sehat untuk meningkatkan daya tarik. Selain itu pada penelitian yang lain, ketidakpuasan citra tubuh yang buruk pada anak-anak juga telah dikaitkan dengan ejekan oleh teman sebaya dan percakapan dengan teman sebaya tentang topik yang terkait penampilan (Gardner, Sorter, & Friedman, 1997).

  Pada usia remaja akhir, pengaruh teman sebaya juga telah dikaitkan dengan ketidakpuasan citra tubuh. Sebagai contoh, dalam Paxton, Schutz, Wertheim, & Muir (1999) menemukan bahwa anak perempuan pada bangku SMA yang berpikir bahwa hubungan dengan teman sebaya mereka akan meningkatkan melalui penurunan berat badan juga merasa negatif tentang tubuh mereka. Dengan demikian, penerimaan oleh teman sebaya dikaitkan dengan tampilan ideal. Remaja merasa bahwa dengan memiliki tubuh kurus ideal mereka lebih bisa menjalin hubungan dan diterima oleh teman sebaya mereka.

  Pengaruh teman sebaya juga dapat dilihat pada masa dewasa awal. Schwats, Thompson, Johnson (1981) dalam Thompson, Heinberg, Altabe, dan Stacey (1999) menemukan bahwa mahasiswi yang memiliki lebih banyak teman yang diet cenderung lebih memiliki simptom gangguan makan.

  Sebagai tambahan, mahasiswi yang terkadang muntah mengetahui bahwa teman perempuan lain juga muntah.

  Dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan dapat dilihat bahwa teman sebaya berperan dalam membentuk ketidakpuasan citra tubuh seseorang. Hal tersebut sudah diketahui pada masa anak-anak, remaja akhir, dan usia yang lebih tua yaitu pada kelompok dewasa awal. Dari sini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada kelompok usia yang lain yaitu pada kelompok remaja awal untuk melihat apakah teman sebaya berperan dalam membentuk ketidakpuasan citra tubuh. Hal ini disebabkan peran teman sebaya justru paling kuat disaat remaja awal dan biasanya memuncak di usia 12-13 tahun (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu apakah ada hubungan antara ketidakpuasan citra tubuh dengan pengaruh teman sebaya pada kelompok usia remaja awal?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara ketidakpuasan citra tubuh dengan pengaruh teman sebaya pada kelompok usia remaja awal.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi bidang psikologi secara umum dan secara khusus dalam bidang psikologi perkembangan dan kepribadian. Serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi remaja, memberikan pemahaman mengenai ketidakpuasan citra tubuh agar remaja khususnya kelompok remaja awal semakin menyadari akan citra tubuhnya sehingga dapat bersikap lebih baik, termasuk juga dalam menyikapi hubungan dengan teman sebaya mereka sehingga dapat bertumbuh menjadi pribadi yang lebih matang.

  b. Bagi peneliti, dapat memperkaya pengetahuan dan informasi berkaitan dengan citra tubuh sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan.

  c. Bagi pembaca terutama orang tua dan guru, penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan citra tubuh sehingga dapat membantu dalam pencegahan dan upaya intervensi terhadap anak dan anak didik terkait dengan citra tubuh negatif yang diakibatkan oleh pengaruh teman sebaya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh

1. Pengertian Citra Tubuh

  Citra tubuh merupakan persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang tentang tubuhnya (Grogan, 1999). Citra tubuh meliputi penilaian terhadap ukuran tubuh, berat badan, ataupun aspek-aspek lainnya dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik (Thompson & Altabe, 1993).

  Hal ini diperjelas oleh kamus APA (2007) yang menyatakan bahwa citra tubuh merupakan suatu bentuk gambaran mental seseorang mengenai bentuk tubuhnya secara keseluruhan, termasuk karakter fisik dan fungsional (persepsi tubuh) dan sikap seseorang terhadap karakteristik ini (konsep tubuh). Persepsi tubuh dijelaskan sebagai suatu bentuk gambar mental seseorang mengenai karakteristik fisik dari tubuhnya sendiri, yaitu, apakah dirinya langsing atau kekar, kuat atau lemah, menarik atau tidak menarik, tinggi atau pendek. Sedangkan konsep tubuh merupakan pikiran, perasaan, dan persepsi yang merupakan cara individu memandang tubuhnya, yaitu gambar konseptual dari tubuh seseorang. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Duffy dan Atwater (2005) menyatakan bahwa citra tubuh adalah gambaran mental mengenai tubuh seseorang, bagaimana perasaan seseorang tentang

  10 tubuhnya, bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya. Threes (1996) mengatakan bahwa gambaran seseorang pada dirinya sendiri akan mempengaruhi proses berfikir, perasaan, keinginan, nilai, maupun perilakunya.

  Citra tubuh juga merupakan gambaran mental yang tertuju kepada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan bentuk tubuh kita yang berupa penilaian positif dan negatif (Schludt & Johnson, 1990). Masing-masing orang memiliki penilaian sendiri akan bentuk tubuhnya. Sebagai contoh, ada orang yang merasa tubuhnya gemuk padahal kenyataannya kurus. Orang seperti ini disebut memiliki citra tubuh negatif. Di samping itu, menurut ensiklopedia psikologi (Corsini, 1994) yang mengatakan bahwa citra tubuh adalah evaluasi dari tubuh seseorang dan dipengaruhi oleh standar budaya terhadap penampilannya saat itu.

  Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa citra tubuh adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk tubuhnya secara keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dari tubuhnya sendiri, dan juga persepsi, pikiran, serta perasaan terhadap tubuhnya. Gambaran mental tersebut dapat berupa gambaran yang positif maupun negatif yang dipengaruhi oleh standar budaya.

2. Ketidakpuasan Citra Tubuh

  Menurut Tim Reality (2008) kata puas berarti merasa sangat lega karena terpenuhi keinginannya atau merasa sangat senang karena terpenuhi hasratnya, sedangkan kepuasan diartikan sebagai kesenangan atau kelegaan. Selain itu, menurut Gie (1991) kepuasan adalah perasaan bahagia di dalam diri seseorang tanpa ada kerisauan, ketakutan, kecemasan, ataupun pertentangan dalam batinnya. Dengan kata lain jika seseorang tidak terpenuhi hasrat dan keinginannya maka akan mengalami ketidakpuasan. Menurut Locke dalam Gundersen et all. (1996) perasaan puas merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, yang diperoleh dari kesesuaian persepsi seseorang yaitu antara keinginan dengan keadaan yang didapatkannya secara nyata. Oleh sebab itu, jika terdapat adanya ketidaksesuaian antara dua hal tesebut maka akan terjadi ketidakpuasan pada diri seseorang.

  Perasaan puas atau tidak puas juga muncul ketika seseorang menilai tubuhnya sendiri (Hurlock, 1999; Dacey & Kenny, 2001). Ketika terdapat ketidaksesuaian antara persepsi terhadap keadaan tubuhnya sendiri dengan gambaran tubuh ideal yang diinginkan akan menimbulkan ketidakpuasan citra tubuh. Ketidakpuasan tersebut disebabkan adanya kesenjangan antara bentuk tubuh ideal yang didasarkan budaya aktual dengan keadaan tubuh yang dimiliki (Asri & Setiasih, 2004). Semakin tinggi perbedaan antara bentuk tubuh sebenarnya dengan bentuk tubuh ideal yang diinginkan maka akan semakin besar juga ketidakpuasan yang muncul pada diri seseorang dan begitu juga sebaliknya (Thomposon, Heinberg, Altabe & Stacey, 1999). Gambaran ini terbentuk oleh pesan dan standar fisik dari masyarakat atau budaya tertentu. Sebagian besar peneliti menyetujui bahwa dampak terkuat dari berkembangnya ketidakpuasan citra tubuh di masyarakat barat adalah faktor sosiokultural (Thompson, 1996).

  Ketidakpuasan citra tubuh merupakan pikiran dan perasaan negatif seseorang mengenai tubuhnya (Grogan, 1999). Hal ini diperkuat oleh Rosen dan Reiter dalam Asri dan Setiasih (2004) yang menyatakan ketidakpuasan citra tubuh adalah keterpakuan pikiran akan penilaian yang negatif terhadap tampilan fisik dan adanya perasaan malu dengan keadaan fisik ketika berada di lingkungan sosial. Selain itu, ketidakpuasan citra tubuh dimaknai sebagai evaluasi subyektif dan negatif terhadap tubuh terkait dengan bentuk tubuh dan berat badan (Troisi, dkk., 2006). Apa yang dipikirkan dan dirasakan mengenai keadaan tubuh belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif. Oleh sebab itu, ketidakpuasan citra tubuh tidak hanya terjadi pada orang yang memiliki fisik yang buruk, namun hal ini juga dapat terjadi pada orang yang sebetulnya secara obyektif memiliki tubuh yang ideal. Seseorang bisa saja memandang tubuhnya terlalu kurus, gendut, atau tidak 'memuaskan' meskipun secara obyektif jika dilihat oleh orang lain tubuhnya termasuk ideal.

  Ketidakpuasan citra tubuh akan dapat membawa seseorang kepada masalah psikologis. Kaitan antara ketidakpuasan citra tubuh dan kesehatan psikologis seseorang sangat kuat terutama pada orang yang secara psikologis menekankan dan mementingkan penampilan mereka (Thompson, 1996). Individu yang mengalami ketidakpuasan terhadap tubuh akan merasa kurang percaya diri dan timbul rasa cemas ketika individu tersebut mengalami konflik batin serta perasaan yang tertekan (Daradjat dalam Asri & Setiasih, 2004). Hal itu dapat membawa orang tersebut kepada perilaku yang tidak sehat sebagai upaya untuk lebih dekat dengan gambaran ideal yang diinginkan. Selain itu, ketidakpuasan citra tubuh merupakan faktor risiko dalam memprediksi depresi, gangguan makan, dan rendah diri (Thompson, Heinberg, Altabe, & Stacey, 1999; Wertheim, Koerner, & Paxton, 2001).

  Ketidakpuasan citra tubuh mengindikasikan hal yang negatif. Apabila ketidakpuasan tersebut berlangsung parah dapat membuat seseorang tidak dapat melakukan kegiatan sosial ataupun pekerjaan sehari-hari (Thompson, Heinberg, Altabe, & Stacey, 1999). Orang yang selalu merasa tidak puas terhadap tubuh dan penampilan mereka sendiri secara individu maupun sosial mereka tidak dapat berfungsi secara normal.

  Meskipun demikian, ketidakpuasan citra tubuh bukan berarti selalu mengindikasikan sesuatu yang buruk. Ketidakpuasan citra tubuh dapat menjadi hal yang menguntungkan. Pada tingkat yang rendah, ketidakpuasan citra tubuh bisa dianggap sebagai hal yang berguna karena bisa mengarahkan individu pada perilaku sehat seperti olahraga dan mengatur pola makan. Kebiasaan tersebut jika dilakukan secara rutin dan menjadi gaya hidup dapat berguna dalam waktu jangka panjang (Thompson, Heinberg, Altabe, & Stacey, 1999).

3. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpuasan Citra Tubuh

  Faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan citra tubuh dikelompokkan menjadi : a. Faktor Biologis i. Jenis Kelamin

  Pada umumnya, perempuan terutama pada usia remaja memiliki citra tubuh yang buruk dari pada laki-laki (Graber, Petersen, & Brooks-Gunn, 1996). Pada usia remaja, perempuan jauh tidak puas pada tubuhnya sehingga kemungkinan untuk melakukan perilaku berisiko yang berhubungan dengan tubuh menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Misalnya, penelitian yang dilakukan Dunn (1992) menemukan bahwa 11 milyar perempuan di Amerika mengalami gangguan makan (anorexia nervosa dan bulimia

  nervosa) dan hanya 1 milyar laki-laki yang mengalami

  gangguan tersebut. Hal tersebut disebabkan perempuan mengalami kekhawatiran yang lebih besar mengenai berat badan dan penampilan (Thompson, 1996).

  Selama masa pubertas, individu tumbuh pada waktu yang berbeda dan pada tingkat yang berbeda. Variasi antara individu dalam tingkat perkembangan mereka dapat meningkatkan sensitivitas pada masalah tubuh. Dalam gender, individu pun memulai pubertas pada waktu yang berbeda. Perempuan biasanya memulai perkembangan ini 1 atau 2 tahun lebih cepat daripada laki-laki (Papalia, Olds, & Feldman, 2009).

  Pada usia remaja, tubuh remaja perempuan lebih berlemak daripada remaja laki-laki. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja laki-laki menurun dari sekitar 18-19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja perempuan, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26-27 % (Sinclair dalam Seifert & Hoffnung, 1987). Hal ini menyebabkan ketidakpuasan pada remaja perempuan dengan tubuh mereka.

  Hal ini diperkuat temuan bahwa perempuan lebih suka daripada laki-laki untuk mengevaluasi tubuh mereka dalam hal berat mereka (Drewnowski, Kennedy, Kurth, & Krahn, 1995). Oleh sebab itu, perempuan cenderung memiliki citra tubuh yang buruk dari pada laki-laki. Remaja perempuan senang untuk menurunkan berat badan sedangkan remaja pria senang untuk meningkatkan berat dan masa otot (Cusumano & Thompson, 1997). Hal ini konsisten dengan adanya temuan bahwa remaja menyesuaikan diri dengan ideal sosial yaitu tubuh kurus untuk perempuan dan tinggi berotot untuk laki-laki (Graber & Brooks-Gunn, 2001). ii. Pubertas dan Waktu Pematangan Ketidakpuasaan remaja pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja (Papalia, Olds, &

  Feldman, 2009; Santrock, 2003). Hal ini disebabkan remaja mengalami pubertas yang juga menjadikan perubahan pada tubuh remaja. Namun, untuk sebagian remaja perasaan negatif tentang tubuh mereka menghilang setelah masa pubertas berakhir dan akan terus meningkat setelah satu dekade (Graber, Petersen, & Brooks-Gunn, 1996).

  Di samping itu, diketahui juga perempuan yang dewasa lebih awal dari perempuan lain memiliki citra tubuh yang lebih buruk sepanjang masa remaja (Graber, Petersen, & Brooks-Gun, 1996). Digambarkan bahwa perempuan yang dewasa lebih awal tersebut tampaknya merasa sangat asing dan janggal atau menyadari bahwa tubuh mereka telah mengalami perubahan dan berbeda dari pada perempuan lain. Pubertas yang lebih awal mengakibatkan remaja mengalami kenaikan berat badan secara drastis. Hal ini membuat mereka lebih sadar diri tentang keadaan berat badannya. Umumnya perempuan yang mengalami pematangan lebih lambat (menarche setelah usia 14) mempunyai citra tubuh yang lebih positif dari pada perempuan yang mengalami menarche yang lebih awal (sebelum usia 11) atau pada waktunya (usia 11-14) (Thompson, 1996). Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu perempuan dengan keterlambatan pematangan lebih sedikit mengalami ketidakpuasan citra tubuh, gangguan makan, dari pada perempuan yang mengalami pematangan pada waktunya atau lebih cepat (Brooks-Gunn & Warren, 1985). Hal ini menjelaskan bahwa anak-anak perempuan yang dewasa lebih cepat memiliki reaksi yang lebih negatif terhadap tubuhnya dibandingankan dengan anak perempuan yang dewasa lebih lambat atau di usia rata-rata.

  Sebaliknya, laki-laki yang dewasa lebih awal cenderung memiliki perasaan yang positif tentang tubuh mereka.

  Mereka lebih tinggi dan memperoleh masa otot. Selama pubertas, laki-laki dengan dewasa yg lebih awal bergerak lebih dekat pada budaya ideal (Graber, Petersen, and Brooks-Gun, 1996). iii. Massa Tubuh

  Massa tubuh telah menjadi karakteristik biologis yang paling konsisten berhubungan dengan ketidakpuasan citra tubuh. Temuan baik dari penelitian crosssectional maupun penelitian longitudinal menemukan bahwa individu dengan massa tubuh yang lebih besar menyatakan tingginya ketidakpuasan pada tubuh (Jones, 2004). Seseorang dengan badan yang lebih berat dan besar dari teman sebaya atau budaya yang ideal memiliki dampak yang kuat pada pengalaman ketidakpuasan citra tubuh.

  Besarnya ketidakpuasan tersebut diakibatkan oleh individu terutama remaja perempuan yang kelebihan berat badan sering mengalami pengalaman interaksi psikososial yang negatif dengan teman-temannya, seperti komentar menyakitkan yang sengaja diarahkan pada penampilan mereka dan juga penghindaran sosial (Thompson, Heinberg, Altabe, & Stacey, 1999). Misalnya, penelitian yang dilakukan Neumark-Sztainer dkk. (2002) menemukan bahwa 63% anak perempuan kelebihan berat badan diejek tentang penampilan mereka. Dengan demikian anak perempuan yang lebih berat lebih mungkin untuk mendengar komentar negatif tentang berat dan bentuk badan dalam lingkungan mereka. Mereka juga berpikir bahwa teman- teman mereka akan lebih menerima mereka jika mereka lebih menarik. Selain itu, temuan lain dari penelitian tersebut adalah remaja dengan kelebihan berat badan melakukan perilaku penurunan berat badan yang tidak sehat yaitu dengan melakukan diet yang ekstrim. Subyek dengan massa tubuh yang lebih tinggi merasa lebih banyak tekanan sosial budaya untuk merubah badan mereka. b. Faktor Sosial Budaya i. Etnis Budaya

  Perempuan kulit putih lebih suka dibandingkan dengan perempuan dari ras dan latar belakang etnis lain untuk mengevaluasi dirinya dan membandingkan dirinya terutama dengan tubuh kurus ideal. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh utama dari model kulit putih dan citra pada media (Graber & Brooks-Gunn, 2001). Dari wawancara yang dilakukan terhadap perempuan American African diketahui bahwa mereka kurang sensitif dibandingkan dengan perempuan kulit putih tentang berat badan mereka. Para perempuan tersebut cenderung melihat sisi positif ketika berpikir tentang tubuh mereka (Parker et al. dalam Graber & Brooks-Gunn, 2001).

  Sedikit diketahui mengenai citra tubuh laki-laki pada ras dan latar belakang etnis yang berbeda. Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa remaja laki-laki Afrika Amerika juga menunjukkan kepuasan yang lebih besar dengan tubuh mereka dari pada laki-laki dari kelompok ras lainnya (Story et al. dalam Graber & Brooks-Gunn, 2001). Namun bagaimanapun, laki-laki kulit putih, laki-laki Afrika Amerika, Hispanic, dan laki-laki Asia sangat mirip satu sama lain dalam melaporkan perasaan tentang tubuh mereka yang sebagian besar positif. Di samping itu, diketahui juga bahwa individu Afrika dan Asia memiliki ketidakpuasan citra tubuh yang lebih rendah jika dibandingkan dengan individu Kaukasia (Thompson, 1996). ii. Media Massa

  Media massa memiliki peran yang kuat dalam membentuk standar tubuh ideal dan secara spesifik berperan dalam mengkomunikasikan hal tersebut pada masyarakat (Thompson, 1996). Citra yang muncul di media massa menjadi objek yang menarik untuk diamati dan dijadikan standar sosial mengenai kriteria daya tarik. Informasi yang disampaikan media massa ikut memberi kontribusi terhadap pandangan dan nilai- nilai mengenai tubuh yang berkembang di masyarakat.

  Media massa memiliki peran yang penting dalam mengkomunikasikan standar berat badan kurus pada wanita (Thompson, 1996). Selain itu, menurut Thompson tubuh ideal yang kurus memang tidak dipromosikan secara langsung oleh media, akan tetapi popularitas televisi, film, dan majalah merupakan sarana di mana media menjadi salah satu alat yang memberikan pengaruh yang sangat kuat untuk mengkomunikasikan tubuh kurus. Kehadiran public figure yang hadir melalui media massa menjadi model yang sangat menarik untuk dijadikan target komparasi oleh masyarakat karena dianggap representasi figur ideal yang sesuai dengan standar nilai-nilai sosiokultural. Lakoff dan Scherr dalam Thompson

  (1996) menekankan bahwa televisi dan majalah memiliki efek negatif karena model dalam media ini dilihat sebagai representasi yang sebenarnya yaitu sebagai wanita dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai gambar yang sudah dimanipulasi dan dikembangkan secara hati-hati. Wanita bisa gagal untuk melihat bahwa model dalam televisi atau media cetak menghabiskan banyak waktu dengan make-up dan perawatan rambut untuk sesi pemotretan dan juga berdiet secara ketat dengan program olah raga yang juga ketat, dan melihat model ini sebagai figur yang nyata dan pantas untuk dijadikan perbandingan. Hal inilah yang seringkali menimbulkan ketidakpuasan citra tubuh karena seseorang merasa jauh dari tubuh ideal yang muncul di media. iii. Keluarga

  Komentar yang dibuat oleh orang tua dan anggota keluarga juga memiliki pengaruh dalam membentuk gambaran tubuh pada diri seseorang. Beberapa studi telah menemukan hubungan yang signifikan antara komentar orang tua mengenai berat badan anak mereka dan kekuatiran anak pada berat badannya sendiri (Thelen & Cormier, 1995). Sebagai contoh, penelitian Smolak, Levine, dan Schermer (1999) pada sampel anak-anak kelas empat dan lima menemukan bahwa komentar langsung orang tua kepada anak mereka tentang berat badan anak berhubungan signifikan dengan harga tubuh.

  Selain itu, ditemukan bahwa remaja dengan BMI yang tinggi merasa sangat kuat bahwa ibu mereka mendukung mereka untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan massa otot. Remaja perempuan lebih banyak daripada remaja laki-laki merasa bahwa ibu mereka mendorong mereka melakukan strategi untuk mengubah tubuh mereka semakin dekat dengan ideal sosial (McCabe & Ricciardelli, 2001). iv. Teman Sebaya