HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN CITRA TUBUH PADA REMAJA PUTRI

  HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN CITRA TUBUH PADA REMAJA PUTRI Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun oleh:

  HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN CITRA TUBUH PADA REMAJA PUTRI Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun oleh:

  

“ Ser ahkanlah per buatanmu kepada Tuhan, maka ter laksanalah

segala r encanamu.”

Amsal 16 : 3

  All our dream can come t rue if we have t he courage t o pursue t hem.

  • Walt Disney-

  When you want something, all the univer se conspir es in helping you to achieve it.

  • Paulo Coelho-

  Bea u t i fu l D ecem ber ...

5 D esem ber & 1 2 D esem ber 2 0 1 1

  

Skr i psi i n i ku per sem ba h ka n u n t u k :

Y esu s K r i st u s, d a n B u n d a Sa n t a Pel i n d u n g, M a r i a i bu Y esu s K ed u a Or a n g T u a , Y oh a n n es d e B r i t t o Sa r d i , d a n Su r a st r i A d i K ed u a k a k a k t er ci n t a ,

  

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN CITRA TUBUH

PADA REMAJA PUTRI

Maria Wening Sulistyowati Handayani

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan negatif antara

konformitas dengan citra tubuh pada remaja putri. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri

berusia 13 s.d. 18 tahun. Jumlah subyek dalam penelitian ini berjumlah 75 orang siswi.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling pada siswi SMP

Pangudi Luhur 1 dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Peneliti mempunyai hipotesis bahwa

terdapat hubungan negatif antara konformitas dengan citra tubuh pada remaja putri. Data

penelitian diungkap dengan skala konformitas dan skala citra tubuh yang telah disusun

berdasarkan teknik Likert. Uji coba alat ukur dikenakan pada 84 subyek try out dan menghasilkan

koefisien reliabilitas skala konformitas sebesar 0.90 dan koefisien reliabilitas skala citra tubuh

sebesar 0.915. Validitas konkuren skala citra tubuh diukur dengan Contour Drawing Rating Scale

yang menghasilkan korelasi 0.517 (p>0.05). Analisis data dilakukan dengan menggunakan

korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji hipotesis penelitian menunjukkan korelasi antara

konformitas dengan citra tubuh pada keseluruhan subyek sebesar 0.081 dan nilai signifikansi 0.250

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan negatif antara konformitas dan citra tubuh pada remaja

putri. Uji hipotesis juga dilakukan pada kelompok subyek SMP, yakni remaja putri berusia 13 s.d.

15 tahun dan kelompok subyek SMA, yakni remaja putri berusia 16 s.d. 18 tahun. Hasil uji

hipotesis pada subyek SMP menunjukkan korelasi sebesar 0.219 dengan nilai signifikansi 0.103

(p<0.05). Hasil uji hipotesis pada subyek SMA menunjukkan korelasi sebesar -0.283 dengan nilai

signifikansi 0.047 (p>0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang

signifikan antara konformitas dan citra tubuh pada remaja putri berusia 16 s.d. 18 tahun,

sedangkan pada remaja putri usia 13 s.d. 15 tahun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

konformitas dan citra tubuh. Kata kunci : konformitas, citra tubuh, remaja putri, subyek SMP, subyek SMA.

THE RELATION BETWEEN CONFORMITY AND BODY IMAGE

  

Maria Wening Sulistyowati Handayani

ABSTRACT

  This study aims to determine whether there is a negative relationship between

conformity and body image in adolescent girls. The subjects in this study were young girls aged

between from 13 to 18 years old. The number of subjects in this study amounted to 75 girls.

Sampling method in this research was purposive sampling has done on students of Pangudi Luhur

  

1 Junior High School and Pangudi Luhur Senior High School in Yogyakarta. Researcher have

hypothesized that there is a negative relationship between conformity and body image in

adolescent girls. The research data revealed conformity scale and body image that had been

prepared based on Likert technique. Scales try out in 84 try-out-subject produced coefficient

reliability of conformity at 0.90 and coefficient reliability of body image amounted at 0,915.

Concurrent validity of the body image scale was measured with Contour Drawing Rating Scale

which produced correlation at 0.517 (p>0.05). Data analysis was performed using Pearson

Product Moment Correlation. Hypothesis test result showed a correlation between conformity and

the body image was 0.081 and the significance value was 0.250 (p>0.05), which means there was

no negative correlation between conformity and body image in adolescent girls. Hypothesis test

has been examined on subjects of Junior High School, that were adolescent girls aged 13 to 15

years old and Senior High School subjects, that were adolescent gilrs aged 16 to 18 years old.

Hypothesis test result on subjects of Junior High School showed a correlation was 0.219 and the

significance value was 0.103 (p<0.05). Hypothesis test result on subjects of Senior High School

showed a correlation was -0.283 and the significance value was 0.047 (p<0.05). These results of

this study showed that there was significant negative correlation between conformity and body

image in adolescent girls aged 16 to 16 years old, whereas in adolescent girls aged 13 to 15 years

old, there was no significant correlation between conformity and body image.

  

Keywords : conformity, body image, adolescent girls, subjects of Junior High School, subjects of

Senior High School.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih penulis sampakan pada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini ber

  judul ”Hubungan Antara Konformitas dengan Citra Tubuh pada Remaja Putri”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima sebesar-besarnya kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus dan Ibu Santa Pelindung, Bunda Maria yang senantiasa memberkati dan menyertai langkahku. Thankful and Grateful.

  2. Bapak Yoannes de Britto Sardi dan Ibu Surastri Adi, terima kasih untuk semua curahan kasih, kesabaran, dan doa, serta semua pelajaran kehidupan.

  3. Mas Abraham Bondan dan Mbak Ika, Mas David Ontosari dan Mbak Santi terima kasih untuk kehangatan dan motivasi yang tak putus selalu diberikan. waktu dan kesempatan yang diberikan, terima kasih juga untuk siswi-siswi yang bersedia menjadi subyek baik subyek try-out maupun subyek penelitian.

  7. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi selaku selaku kepala P2TKP, serta Bapak C.

  Wijoyo Adinugroho, S.Psi selaku koordinator divisi Konseling P2TKP. Terima kasih untuk motivasi dan bimbingannya serta kesempatan menjadi asisten selama 1 tahun yang memberi saya banyak pengalaman.

  8. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, terima kasih untuk bekal ilmu dan kemampuan, serta segala inspirasi dari bapak-ibu dosen. Terima kasih untuk seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji Lab, Mas Doni, dan Pak Giek yang selalu memberikan senyuman, sapaan hangat, bahkan juga candaan yang membuat saya nyaman berada di kampus.

  9. Keluarga besar R. Ngt. Notopandoyo Bogem dan Rumpun Paulus Pawirodikromo, terima kasih untuk dorongan semangat dan kekerabatannya.

  10. Andika Diwangkara, terima kasih telah menjadi partner, sahabat, sekaligus kakak yang super. Terima kasih berjuta-juta untuk segala hal yang datang dari kamu, matahari, tanpa terkecuali.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii HALAMAN MOTTO....................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... vi ABSTRAK......................................................................................................... vii ABSTRACT....................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR....................................................................................... x DAFTAR ISI..................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii

  1. Pengertian Citra Tubuh...................................................................... 9

  2. Aspek Citra Tubuh............................................................................ 11

  3. Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh......................................... 15

  B. Konformitas.......................................................................................... 16

  1. Definisi Konformitas........................................................................ 16

  2. Aspek-Aspek Konformitas............................................................... 17

  C. Nilai Tubuh dalam Masyarakat............................................................ 20

  D. Remaja Putri......................................................................................... 22

  E. Dinamika Hubungan............................................................................ 27

  F. Hipotesis.............................................................................................. 32

  BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 33 A. Jenis Penelitian.................................................................................... 33 B. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................... 33 C. Definisi Operasional............................................................................ 33

  1. Konformitas.................................................................................... 33

  2. Citra Tubuh..................................................................................... 34

  H. Metode Analisis Data....................................................................... 49

  BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN................................ 50 A. Pelaksanaan Penelitian..................................................................... 50 B. Hasil Penelitian................................................................................ 50

  1. Deskripsi Subyek Penelitian........................................................ 50

  2. Deskripsi Data Penelitian............................................................ 51

  3. Kategorisasi Data Penelitian........................................................ 54

  4. Analisis Data................................................................................ 57

  C. Pembahasan...................................................................................... 76

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 83 A. Kesimpulan...................................................................................... 83 B. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 83 C. Saran................................................................................................. 84 Daftar Pustaka..............................................................................................85

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Blue Print Skala Konformitas.................................................. 36 Tabel 2. Blue Print Skala Citra Tubuh................................................... 37 Tabel 3. Deskripsi Statistik Data Penelitian Variabel Konformitas....... 51 Tabel 4. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik Skala Konformitas.... 52 Tabel 5. Deskripsi Statistik Data Penelitian Variabel Citra Tubuh........ 53 Tabel 6. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik Skala Citra Tubuh..... 53 Tabel 7. Kategorisasi Skor pada Skala Konformitas............................. 55 Tabel 8. Kategorisasi Skor pada Skala Citra Tubuh.............................. 56 Tabel 9. Uji Normalitas Residu............................................................. 58 Tabel 10. Uji Normalitas Residu Subyek SMP....................................... 59 Tabel 11. Uji Normalitas Residu Subyek SMP outlier dihapus.............. 60 Tabel 12. Uji Normalitas Residu Subyek SMA...................................... 61 Tabel 13. Uji Linearitas........................................................................... 62 Tabel 14. Uji Linearitas Subyek SMP..................................................... 63 Tabel 15. Uji Linearitas Subyek SMP outlier dihapus............................ 65

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Contour Drawing Rating Scale ......................................................47 Gambar 2. Scatter Plot Variabel Citra Tubuh dan Variabel Konformitas.......63 Gambar 3. Scatter Plot Variabel Citra Tubuh dan Variabel Konformitas pada Subyek Siswi SMP................................................................64 Gambar 4. Scatter Plot Variabel Citra Tubuh dan Variabel Konformitas pada Subyek Siswi SMP outlier dihapus.......................................66 Gambar 5. Scatter Plot Variabel Citra Tubuh dan Variabel Konformitas pada Subyek Siswi SMA...............................................................68 Gambar 6. Scatter Plot Variabel Citra Tubuh dan Variabel Konformitas pada Subyek Siswi SMA outlier dihapus......................................69

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Skala Penelitian........................................................................ 91 Lampiran 2. Hasil Analisi dan Seleksi Aitem Skala Konformitas dan

  Skala Citra Tubuh..................................................................... 105 Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Konformitas dan Citra Tubuh...... 108 Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Konkuren Skala Citra Tubuh..................... 110 Lampiran 5. Hasil Data Deskriptif Skala Konformitas dan Skala

  Citra Tubuh............................................................................... 112 Lampiran 6. Hasil Uji t Mean Empirik dan Mean Teoretik.......................... 117 Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Residu..................................................... 118 Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas Residu pada Subyek SMP....................... 121 Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Residu pada Subyek SMA...................... 127 Lampiran 10. Hasil Uji Linearitas................................................................... 130 Lampiran 11. Hasil Uji Linearitas Subyek SMP............................................ 132 Lampiran 12. Hasil Uji Linearitas Subyek SMA............................................ 136 Lampiran 13. Hasil Uji Hipotesis................................................................... 140

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja sangat memperhatikan tubuhnya dan melakukan berbagai

  aktivitas yang berpusat pada tubuh. Remaja, khususnya remaja putri cenderung menyukai kegiatan merawat tubuh dengan mengunjungi salon kecantikan. Selain itu, banyak pula remaja yang gemar berbelanja pakaian dan kosmetik untuk menunjang penampilannya supaya terlihat menarik.

  Aronson, Wilson, dan Akert (2005) menyatakan bahwa 70% remaja putri di Amerika Serikat melakukan aktivitas diet untuk mengurangi berat badan dengan mengurangi porsi dan frekuensi makan, bahkan memuntahkan makanan atau menggunakan obat pelangsing tubuh.

  Kepedulian berlebihan terhadap pengendalian berat badan tersebut melibatkan pola abnormal dalam konsumsi makanan yang ditandai dengan gangguan makan anoreksia dan bulimia nervosa. Perilaku-perilaku tersebut

  Usia remaja juga merupakan usia kritis ketika muncul sikap dan perilaku memperhatikan penampilan kian menonjol. Hal ini tidak terlepas dari masa pubertas yang mengawali usia remaja. Pada masa pubertas, terjadi perubahan ukuran dan proporsi tubuh karena berkembangnya seks primer dan sekunder (Hurlock, 1997). Perubahan fisik tersebut membawa dampak pada remaja, khususnya remaja putri, yakni mereka mengkhawatirkan bertambahnya berat pada masa puber. Salah satu tugas perkembangan remaja terutama pada masa puber adalah menerima kenyataan akan perubahan fisik, namun hanya sedikit remaja yang mampu menerimanya, sehingga mereka tidak puas dengan penampilannya (Hurlock, 1997).

  Fallon dan Rozin (dalam Grogan, 1999) melakukan studi garis bayangan (silhouette study) dengan memberikan sembilan gambar tubuh perempuan dari yang sangat kurus hingga sangat gemuk. Dari hasil studi tersebut, ditemukan bahwa para perempuan memilih gambar yang lebih gemuk untuk menggambarkan bentuk tubuh nyata mereka, dan memilih bentuk tubuh yang jauh lebih kurus untuk menggambarkan bentuk tubuh Eksperimen yang dilakukan oleh Stice dan Shaw (dalam Maria, Prihanto, & Sukamto, 2001) menunjukkan bahwa perempuan yang melihat gambar model yang bertubuh kurus akan merasa bersalah, depresi, stres, malu, tidak aman, dan tidak puas terhadap sosok tubuhnya.

  Di Indonesia, ketidakpuasan tubuh juga mempunyai dampak buruk, seperti penelitian yang dilakukan oleh Maria, Prihanto, dan Sukamto (2001) yang menunjukkan bahwa ketidakpuasan tubuh dan kepribadian narsistik mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan perilaku gangguan makan anoreksia dan bulimia nervosa. Penelitian lain dilakukan oleh Arimbi, Saptaningrum, dan Sulistyani (dalam Maria, Prihanto, & Sukamto, 2001) yang menunjukkan bahwa perempuan yang bertubuh gemuk akan tersingkir dan hal itu tidak menyenangkan, karenanya perempuan harus tetap berusaha langsing agar tetap atau semakin berdaya. Hal tersebut menegaskan kembali bahwa ketidakpuasan tubuh yang tinggi mempunyai efek buruk, yakni mempengaruhi harga diri remaja dan membentuk penilaian negatif terhadap tubuhnya sendiri. seseorang yang dibentuk oleh pikiran individu itu sendiri, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri.

  Penilaian seseorang terhadap tubuhnya dipengaruhi oleh bagaimana sosial atau orang lain memandang tubuh. Selain itu, dalam suatu kelompok sosial dengan budaya tertentu, terdapat standar tubuh yang ideal. Standar tubuh yang ideal tersebut ada dalam kelompok-kelompok remaja dan tersebar pada masing-masing individu melalui interaksi dan perbincangan sehari-hari. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Berscheid dan Walster (dalam Synott, 2007) melakukan penelitian dan menemukan pendapat dari para siswa bahwa orang-orang yang berpenampilan fisik baik umumnya lebih sensitif, baik hati, menarik, kuat, cerdik, rapi, berjiwa sosial, ramah, dan menyenangkan daripada orang-orang yang kurang baik. Orang- orang yang mempunyai penampilan menarik secara fisik akan lebih diterima oleh lingkungan (Synott, 2007).

  Bentuk tubuh ideal banyak ditampilkan melalui media massa. Media massa seperti film, majalah, dan program televisi, secara konsisten

  (2007) memaparkan pula bahwa informasi yang disampaikan media massa ikut memberi kontribusi terhadap pandangan dan nilai-nilai mengenai tubuh yang berkembang di masyarakat termasuk remaja perempuan. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 158 remaja perempuan siswi SMP di Kota Bandung yang berusia 12-15 tahun, ditemukan bahwa komparasi sosial yang dilakukan mereka terhadap selebritis dan model sebagai representasi citra media massa dapat berpengaruh negatif terhadap citra tubuh mereka (Amalia, 2004).

  Selain media massa, relasi teman sebaya merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan citra tubuh, terutama pada remaja. Remaja sangat mengidektikkan dirinya dengan teman sebayanya dengan berpenampilan seperti mereka, dan segala hal yang dapat menjauhkannya dari kelompok sebayanya dirasakan sangat mengganggu (Ribner, 2000). Remaja merasa cemas akan keterpisahan dengan teman sebaya, kemudian remaja bersedia melakukan berbagai macam cara untuk dapat diterima temannya serta tidak terpisah dari kelompok sebayanya. Oleh

  Konformitas oleh Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2009) dijelaskan sebagai tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku diri sendiri agar sesuai dengan perilaku orang lain. Selain itu, pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Baron, Byrne, dan Branscombe (2006), bahwa konformitas adalah suatu pengaruh sosial, yakni individu- individu berusaha mengubah perilaku atau sikap mereka dengan tujuan untuk mengikuti norma-norma yang ada dalam kelompok atau sosial. Hal itu dilakukan oleh remaja dengan maksud supaya kelompok menyukai, memperlakukan, dan bersedia menerimanya (Sears, Freedman, & Peplau, 1985). Hal tersebut menggugah keingintahuan peneliti untuk melihat apakah dorongan konformitas seorang remaja pada kelompok sebaya mempunyai kontribusi pada citra tubuhnya, apakah remaja yang konformis cenderung mempunyai citra tubuh yang rendah.

  Penelitian ini hendak melihat hubungan antara konformitas dengan citra tubuh pada kelompok remaja putri. Peneliti memandang bahwa relasi sosial remaja dengan teman sebaya sangat mempengaruhi perilaku, sikap, serta aturan, atau nilai yang dianut kelompoknya. Selain itu, sikap dan pemikirannya pun akan disesuaikan dengan standar nilai tentang tubuh menurut kelompok. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak mengkaji pengaruh tekanan yang diberikan kelompok terhadap citra tubuh, namun kurang melihat sikap remaja terhadap tekanan tersebut. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara citra tubuh dengan konformitas yang lebih menekankan pada hubungan antara sikap remaja dalam merespon tekanan dari kelompok sebaya dengan penilaian remaja terhadap tubuhnya. Peneliti tertarik untuk melihat apakah citra tubuh remaja putri ditentukan oleh tingkat konformitasnya terhadap kelompok sebaya.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Apakah terdapat hubungan negatif antara konformitas dengan citra tubuh pada remaja putri?

  C. TUJUAN memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu Psikologi, dan secara lebih khusus bagi kajian Psikologi Perkembangan dan Sosial. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi peneliti dan peneliti lain yang mempunyai ketertatikan untuk mengkaji permasalahan remaja seputar relasi sosial dan perkembangan fisik.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan gambaran kondisi remaja saat ini serta memberi informasi yang penting bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi remaja sebagai bahan refleksi mengenai sikap konformisnya pada kelompok sebaya serta keterkaitannya dengan citra tubuhnya yang dimiliki. Selain itu, mampu memberikan wawasan bagi remaja untuk menentukan sikap terhadap tekanan sosial yang mampu mempengaruhi penilaian dirinya sendiri.

  b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua yang memiliki

BAB II LANDASAN TEORI A. CITRA TUBUH 1. Pengertian Citra Tubuh Citra tubuh atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Body

  image didefinisikan oleh Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2006),

  sebagai ide seseorang mengenai penampilan badannya di hadapan orang atau bagi orang lain, kadang dimaksudkan pula konsep seseorang mengenai fungsi tubuhnya. Oleh Grogan (1999), citra tubuh didefinisikan sebagai suatu persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang tentang tubuhnya.

  Selanjutnya, ditambahkan oleh Schilder (dalam Grogan, 1999), bahwa citra tubuh merupakan gambaran mengenai tubuh seseorang yang dibentuk oleh pikiran individu itu sendiri, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri.

  Secara lebih sederhana, citra tubuh juga merupakan gambaran penampilan fisiknya sendiri, sebuah persepsi unik individu terhadap tubuhnya. Definisi tersebut menjelaskan bahwa citra tubuh dipahami sebagai suatu evaluasi terhadap ukuran tubuh seseorang, berat, maupun aspek lain yang mengarah pada penampilan fisik.

  Thompson, et al. (1999) juga menambahkan bahwa gangguan citra tubuh diartikan sebagai suatu ketidakpuasan terhadap tubuh, perhatian dan distres yang berhubungan dengan aspek penampilan fisik. Penekanannya secara khusus pada penilaian subyektif, kognitif, perilaku, dan perseptual individu terhadap tubuh baik pada area-area tertentu tubuh maupun keseluruhan penampilan fisik.

  Citra tubuh mempunyai keterkaitan dengan harga diri dan citra diri. Oleh Alipoor, Goodarzi, Nezhad, dan Zaheri (2009) citra tubuh dijelaskan sebagai suatu konstruk psikologis yang mengarah pada konsep diri, termasuk citra diri dan perasaan individu tentang tubuhnya sendiri. Seorang individu yang mempunyai citra tubuh rendah juga terkait dengan konsep diri yang rendah atau kurangnya perasaan diri berharga yang menjabarkan citra tubuh dengan sangat jelas. Thompson mampu melengkapi definisi yang diungkapkan oleh Grogan serta Cash dan Pruzinsky yang menyatakan bahwa citra tubuh merupakan penilaian orang terhadap tubuhnya baik positif maupun negatif. Thompson tidak hanya menjelaskan mengenai penilaian, namun juga tentang bagaimana individu mengevaluasi area-area tubuhnya maupun keseluruhan penampilan fisiknya. Thompson memperjelas definisi-definisi tersebut dengan menekankan pada penilaian masing-masing individu terhadap tubuh yang secara khusus mengarah pada ukuran, berat badan, dan penampilan fisik. Penilaian tersebut yang kemudian akan mempengaruhi sikap dan perilaku masing-masing individu. Selain itu, menurut Thompson, citra tubuh tidak hanya terbatas pada persepsi, penilaian secara kognitif maupun afektif, namun juga memahami adanya reaksi-reaksi individu dalam sikap dan perilaku yang muncul.

2. Aspek Citra Tubuh

  Selanjutnya, menurut Schilder (dalam Grogan, 1999) citra tubuh mempunyai aspek persepsi, pikiran, dan emosi. Dimensi persepsi merupakan estimasi individu terhadap ukuran atau bentuk tubuh. Dimensi pikiran merupakan penilaian terhadap penampilan. Dimensi emosi yakni perasaan individu terhadap tubuhnya, yakni bentuk dan ukuran tubuh.

  Selain itu, Alipoor, et al. (2009) menjelaskan bahwa konstruk citra tubuh dapat dijelaskan dalam tiga dimensi, yakni dimensi kognitif, emosional, dan idealistik. Dimensi kognitif membahas tentang bagaimana seseorang memikirkan penampilannya. Dimensi emosional membahas tentang bagaimana seseorang merasakan penampilannya. Yang terakhir, dimensi idealistik membahas tentang bagaimana seseorang ingin tubuhnya ditampilkan.

  Thompson (dalam Thomson, et.al., 1999) menyatakan tentang tiga aspek citra tubuh, yakni komponen kognitif, perilaku, dan perseptual.

  Aspek yang dikemukakan oleh Thompson (1999) berbeda dari aspek yang dikemukakan oleh Cash dan Schilder, ia menambahkan komponen

  Dari berbagai aspek yang telah dijelaskan mengenai citra tubuh, terdapat beberapa kesamaan, yakni aspek kognitif dan emosional. Aspek- aspek lain yang juga dikemukakan adalah aspek perilaku dan harapan yang ideal terhadap tubuh. Berdasarkan uraian aspek-aspek citra tubuh di atas, peneliti menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Thompson, et al. (1999) sebab konstruk citra tubuh tidak hanya terbatas pada penilaian dan perasaan individu terhadap tubuh, namun juga termasuk bagaimana individu bereaksi dan melakukan tindakan berdasarkan pikiran dan perasaannya tersebut, yang kemudian dimaksud dalam dimensi perilaku.

  Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci masing-masing aspek citra tubuh yang dikemukakan oleh Thompson (dalam Thompson, Heinberg, Altabe, & Tantleff-Dunn, 1999) :

  a. Aspek Kognitif, yakni harapan yang tidak realistis pada figur atau bentuk penampilan tertentu. Individu yang mempunyai pikiran negatif terhadap tubuhnya berasumsi bahwa orang lain menilainya dan menafsirkan bahwa perilaku orang lain berdasarkan kepercayaan yang bahwa orang lain memandang tubuhnya negatif, sehingga ia pun memandang dirinya demikian.

  b. Aspek Perseptual, yakni penilaian yang terlalu tinggi pada ukuran tubuh diri sendiri yang dikaitkan dengan perasaan individu. Perasaan yang dimaksudkan adalah perasaan suka maupun tidak suka pada bagian tubuh tertentu maupun pada keseluruhan tubuh. Aspek ini mempunyai fokus yang lebih besar pada pengalaman subyektif individu terkait kepuasan atau ketidakpuasannya. Individu yang merasa tidak puas dengan tubuhnya kemudian mempunyai kecemasan akan kegemukan. Kecemasan tersebut umumnya ditunjukkan dengan gangguan makan anoreksia dan bulimia nervosa, harga diri yang rendah dan gejala depresi. Aspek ini juga menyebutkan mengenai distorsi persepsi pada bentuk dan ukuran tubuh, yakni ketidaksesuaian antara tubuh nyata yang dipersepsikan dan tubuh ideal yang diinginkan. tidak dapat mengenakan pakaian yang menonjolkan bentuk tubuh atau penampilan supaya terlihat menarik. Selain perilaku penghindaran terdapat pula tindakan yang mengarah penilaian fisik, misalnya membaca atau memperhatikan iklan yang ditampilkan di media massa, melakukan aktivitas fisik seperti fitnes atau olahraga, serta melakukan diet untuk mengurangi berat badan. Perilaku lain yang muncul juga berupa aktivitas memerhatikan tubuh dengan memeriksa bagian-bagian tubuh seperti yang sering di lakukan perempuan di depan cermin.

3. Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh

  Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya citra tubuh pada seseorang, secara khusus pada remaja antara lain melalui media massa, keluarga, dan hubungan interpersonal.

  a. Isi tayangan media massa sering menggambarkan standar kecantikan b. Kedua, yakni faktor keluarga, menurut teori belajar sosial, orang tua dalam keluarga merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi. Orang tua merupakan model bahi anak untuk membangun penilaian terhadap tubuh. Selain itu, penilaian anak akan tubuhnya dipengaruhi oleh penilaian orang tua terhadap tubuh anak. Sikap orang tua yang menilai tubuh anak secara negatif akan diikuti oleh anak, sehingga anak akan cenderung menilai tubuhnya secara negatif pula.

  c. Ketiga, relasi sosial interpersonal. Dalam relasi interpersonalnya, seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain.

  Umpan balik yang diterima mempengaruhi konsep diri seseorang termasuk penilaian terhadap penampilan fisik. Penilaian dari orang lain terhadap penampilan dalam hubungan interpersonal mempengaruhi pikiran dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya.

B. KONFORMITAS 1. Definisi Konformitas

  Menurut Baron, Byrne, dan Branscombe (2006), konformitas adalah suatu pengaruh sosial, yakni individu-individu berusaha mengubah perilaku atau sikap mereka dengan tujuan untuk mengikuti norma-norma yang ada dalam kelompok atau sosial. Definisi lain mengenai konformitas juga dikemukakan oleh Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2009), bahwa konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain.

  Taylor, Peplau, dan Sears (2009) juga menyatakan konformitas dimaksudkan sebagai kesediaan untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok dianggap sebagai sesuatu yang perlu dan penting bagi kerukunan kelompok.

  Santrock (2002) menjelaskan pula bahwa konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja.

  Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas

a. Aspek Informasional

  Pada beberapa situasi, individu merasa tidak yakin dengan apa yang mereka pikirkan dan bagaimana harus bereaksi. Untungnya, individu mempunyai sumber pengetahuan dan informasi yang berguna, yakni perilaku orang lain. Bertanya kepada orang lain tentang apa yang mereka pikirkan atau menyaksikan apa yang mereka lakukan untuk membantu individu tersebut mengatasi situasi tertentu. Pengaruh dari orang lain mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri atau konform karena mereka melihat orang lain sebagai sumber informasi untuk menuntun perilaku mereka. Di dalam aspek informasional terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni : i. Pengaruh informasi sosial

  Orang menyesuaikan diri karena percaya bahwa interpretasi orang lain terhadap stimulus yang ambigu lebih akurat daripada pemahamannya sendiri dan hal tersebut dapat membantu mereka memilih tindakan yang paling tepat dan sesuai.

  Penyesuaian diri terhadap perilaku orang lain secara umum tanpa perlu mempercayai apakah yang mereka lakukan atau katakan tersebut merupakan hal yang tepat atau benar.

b. Aspek Normatif

  i. Agar diterima, disukai, dan diakui oleh kelompok Individu menyesuaikan diri dengan norma sosial yang dianut oleh kelompoknya, yakni, aturan-aturan tertentu mengenai perilaku, nilai, dan kepercayaan yang diterima atau diakui. Individu yang tidak mengikuti aturan-aturan tersebut akan merasa berbeda, sulit diterima, dan menyimpang dari kelompok. Anggota kelompok yang menyimpang diejek atau ditertawakan, dihukum, atau ditolak oleh orang lain di dalam kelompok tersebut. ii. Penghindaran terhadap konflik dan situasi tidak menyenangkan

  Pada beberapa situasi, individu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang lain bukan karena mereka

C. NILAI TUBUH DALAM MASYARAKAT

  Tubuh tidak hanya dipandang sebagai aspek biologis semata, namun juga melibatkan aspek sosial-kultural. Tubuh dan bagian-bagiannya dimuati oleh simbolisme kultural dan bersifat sosial (Synott, 2007). Ditambahkan oleh Amalia (2007), bahwa tubuh dengan semua organ, atribut, fungsi, kondisi, dan inderanya bukan hanya merupakan kondisi biologis, melainkan merupakan produk sosial dengan kompleksitas yang luas. Informasi- informasi mengenai tubuh disampaikan melalui media massa yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya setempat dan norma-norma sosial yang berlaku. Media massa turut membangun konsep mengenai tubuh ideal dengan menampilkan perempuan cantik, menarik, dan bertubuh langsing.

  Sepanjang sejarah, citra ideal mengenai kecantikan telah bervariasi dan berubah selaras dengan perkembangan standar kecantikan pada periode waktu tertentu, perempuan berusaha untuk mengubah dirinya demi mengikuti perkembangan standar ideal tersebut (Thompson, et al., 1999). Standar kecantikan ideal tidak pernah statis. Antara tahun 1400 sampai dengan 1700, tubuh yang ideal mulai muncul pada sekitar tahun 1920 (Grogan, 1999). Selain itu, tubuh yang kurus dianggap sebagai hasil dari kesuksesan pemasaran industri pakaian dan mode, yang kemudian menjadi standar budaya dan sosial masyarakat mengenai kecantikan pada abad ke-20 (Gordon dalam Grogan, 1999).

  Standar ideal tersebut semakin mengakar dalam nilai sosial dengan berkembangnya media massa di seluruh penjuru dunia. Selain itu, media massa mampu menanamkan standar tubuh yang ideal adalah tubuh yang ramping yakni dengan menampilkan model, artis, bintang film yang mempunyai tubuh ramping atau bahkan kurus. Menurut Amalia (2007), kecantikan fisik tidak dapat terpisahkan dari diri perempuan. Dijelaskan pula bahwa kulit putih bersih, tubuh langsing, rambut hitam lurus teurai menjadi standar umum untuk menggambarkan idealitas tubuh perempuan Indonesia.

  Remaja menilai tubuh mereka dengan standar yang menjadi ukuran dalam masyarakat.

  Dalam nilai masyarakat yang berkembang saat ini, tubuh yang langsing yang berkembang pada masa itu (Amalia,2007). Usaha-usaha tersebut antara lain diwujudkan dalam perilaku diet, merawat tubuh, dan berbelanja kosmetik serta pakaian guna menunjang penampilan agar tampil menarik.

D. REMAJA PUTRI

  Menurut Santrock (2007), masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Hurlock (1997) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yakni antara 13 hingga 18 tahun. Menurut Santrock (2007), rentang usia remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Stanley Hall (dalam Hurlock, 1997) menyatakan bahwa masa remaja merupakan suatu tahap perkembangan yang dikarakteristikkan sebagai “storm and stress”, yakni remaja sangat dipengaruhi oleh suasana hati dan tidak dapat dipercaya.

  Remaja, khususnya yang berada pada masa pubertas, sulit untuk yang ideal berdasarkan konsep dari berbagai sumber individu ideal dalam kelompoknya. Kedua, kepercayaan tradisional tentang penampilan yang pantas untuk jenis kelamin tertentu cenderung mewarnai sikap remaja sedemikian rupa, sehingga mengganggu penerimaan terhadap tubuhnya sendiri (Hurlock, 1997). Kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh meyebabkan remaja prihatin akan pertumbuhan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku (Hurlock, 1997).

  Santrock (2007) menyatakan bahwa pada masa pubertas, remaja mengembangkan citra individual mengenai seperti apa tubuhnya. Berscheid dan Walster (dalam Synott, 2007) melakukan studi penelitian di Amerika dan menemukan pendapat dari para siswa, bahwa orang-orang yang berpenampilan baik umumnya lebih sensitif, baik hati, menarik, kuat, cerdik, rapi, berjiwa sosial, ramah, dan menyenangkan daripada orang-orang yang berpenampilan kurang baik. Para siswa juga meyakini bahwa mereka yang cantik secara seksual lebih responsif daripada mereka yang tidak menarik. mengevaluasi dirinya. Remaja cenderung membandingkan dirinya dengen kelompok sebaya serta dengan remaja lain yang populer, menarik dan atletis.

  Hal tersebut didukung oleh pendapat Ribner (2000) yakni, remaja berusaha untuk mengatasi perubahan pubertas mereka dengan baik, beberapa remaja menjadi sangat memperhatikan penampilan fisik mereka. Melakukan aktivitas mandi berjam-jam dan menghabiskan waktu dengan memperhatikan tubuh di depan kaca merupakan hal biasa dilakukan remaja.

  Remaja merasa cemas terhadap penampilan mereka dan berpikir tentang tubuh mereka yang terlalu tinggi atau terlalu pendek, terlalu kurus atau terlalu gemuk, dan tidak menarik dalam beberapa hal. Remaja laki-laki dan perempuan merasa cemas dengan penampilan fisik mereka, namun remaja putri cenderung tidak senang dengan penampilan mereka dibandingkan remaja putra yang sebaya. Oleh sebab itu, remaja putri lebih mudah mengalami depresi dan mempunyai masalah terkait harga diri yang dapat terbawa hingga masa dewasa. Ribner (2000) menyatakan bahwa remaja ingin berpenampilan seperti kelompok sebayanya, segala hal yang dapat berperilaku, berpenampilan, bersikap menurut nilai kelompoknya dengan maksud supaya kelompok menyukai, memperlakukan, dan bersedia menerimanya (Sears, Freedman, & Peplau, 1985).

  Remaja mengikuti nilai yang ada dalam kelompoknya. Hal itu disesuaikan dengan minat yang dimiliki. Hurlock (1997) memaparkan beberapa minat remaja, antara lain : minat rekreasi yakni dengan aktivitas olahraga serta mengembangkan hobi yang dimiliki, minat pribadi yakni pada penampilan diri dan pakaian, minat pada prestasi akademik maupun non- akademik, minat pada kemandirian, minat pada uang, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat pada agama, minat pada simbol status, serta minat pada seksualitas.

  Berbagai minat remaja tersebut berkembang seiring dengan perkembangan tahap usia, sosialisasi interpersonal, serta diikuti dengan berbagai pengalaman unik masing-masing individu. Dari berbagai minat remaja tersebut terdapat minat terhadap penampilan yang menunjukkan bahwa remaja mempunyai kesukaan untuk memperhatikan penampilan sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 1997). Remaja mempunyai keinginan untuk tampil sama dan bersedia mengikuti nilai atau norma yang dipegang kelompoknya, yang dinamakan konformitas. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2003). Faktor fisik dan budaya tertentu mempengaruhi kepopuleran remaja. Remaja yang secara fisik menarik akan lebih populer dibandingkan dengan mereka yang tidak menarik (Kennedy dalam Santrock, 2003).

  Rice (dalam Zebua & Nurdjayadi, 2001) menyatakan bahwa remaja putri lebih konform terhadap kelompoknya dibandingkan remaja putra.

  Selain itu, ia juga menemukan bahwa tekanan teman sebaya lebih dominan dalam kehidupan remaja putri. Hal ini disebabkan oleh besarnya keinginan untuk menjaga harmonisasi, mencapai tujuan, dan penerimaan sosial. Kail dan Nelson (dalam Zebua & Nurdjayadi, 2001) menyatakan bahwa

E. DINAMIKA HUBUNGAN

  Remaja merupakan masa pembentukan identitas diri. Dalam proses pembentukan identitas diri tersebut, remaja banyak menyerap berbagai informasi dari luar dan membandingkan dengan dirinya. Remaja cenderung membandingkan dirinya dengan teman sebayanya kemudian melakukan penyesuaian dengan kelompok sebayanya. Remaja cenderung memandang sikap, pendapat, dan perilaku orang lain yang dibandingkan dengan dirinya sendiri kemudian menirunya dan menjadikan hal-hal tersebut menjadi sikap, pendapat, serta perilakunya. Bagi remaja, penyesuaian diri dengan kelompok jauh lebih penting daripada individualitas (Hurlock, 1997).

  Begitu pula halnya dengan penampilan, remaja menyadari bahwa penampilan merupakan hal yang penting dalam relasi sosial dan penampilan merupakan hal yang pertama diperhatikan oleh orang ketika berinteraksi dalam lingkungan sosial. Kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh meyebabkan remaja prihatin akan pertumbuhan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku (Hurlock, lingkungan atau teman sebaya dibandingkan dengan remaja putra karena remaja putri lebih mudah dipengaruhi. Selain itu, remaja putri juga suka menyesuaikan diri dengan kelompok yang disebabkan oleh besarnya keinginan untuk menjaga harmonisasi kelompok dan penerimaan sosial.

  Keinginan untuk tampil sama dan mengikuti nilai-nilai yang dianut kelompok dikenal dengan istilah konformitas.