Pengukuran dan Karakterisasi Interferensi Radio pada Pita High Frequency (HF)

  Abstrak — terjadinya interferensi antara pengguna komunikasi radio HF yang lain tidak dapat dihindari. S ehingga, pengukuran dan karakterisasi terhadap interferensi pada pita HF perlu dilakukan. Pengukuran dilakukan pada simulasi sistem komunikasi HF untuk lintasan S urabaya – Ternate pada frekuensi 7, 14, dan 21 MHz. Interferensi diterima menggunakan antena HF dipole dan kemudian didemodulasi dengan IQ Demodulator menggunakan perangkat Universal S oftware Radio Peripherals (US RP) dan LabVIEW kemudian diolah menggunakan software MATLAB. Dari data yang diperoleh, mean dan standard deviation tertinggi terjadi pada pukul 17.00 & 18.00 untuk frekuensi 7 MHz sebesar -41.65 dB dan -39.67. Mean dan standard deviation terendah terjadi pada pukul 03.00 & 04.00 untuk frekuensi 21 MHz sebesar 65.45 dB dan -59.59. Berdasarkan hasil cumulative distribution function terhadap variasi frekuensi, daya interferensi terbesar pada pukul 03.00 & 04.00 dan 17.30 &18.30 terjadi di frekuensi 7 MHz dan pada pukul 10.00 & 11.00 terjadi pada frekuensi 21 MHz. Berdasarkan cumulative distribution function variasi jam, daya interferensi terbesar pada frekuensi 7 MHz dan 14 MHz terjadi pada pukul 17.30 & 18.30 dan pada frekuensi 21 MHz terjadi pada pukul 10.00 & 11.00.

  Kata Kunci Cumulative Distribution Function, Interferensi, Komunikasi HF, Mean, Standard Deviation.

  NDONESIA adalah sebuah negara kepulauan yang terbesar di dunia. Sekitar lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil yang memanjang dari Sabang sampai Merauke, dengan laut yang terbentang diantara pulau-pulau tersebut. Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan tersebut, sistem komunikasi gelombang HF merupakan salah satu teknologi alternatif yang bisa digunakan untuk melakukan komunikasi antar pulau jarak jauh. HF merupakan gelombang radio yang bekerja pada frequensi 3-30 MHz dengan panjang gelombang 10 -100 m, biasanya digunakan untuk radio komunikasi jarak jauh karena sifat gelombangnya yang dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Sistem komunikasi HF ini juga tergolong murah, karena komunikasi HF tidak membutuhkan repeater, untuk bisa mencapai jarak lebih dari 3.000 km, karena sifatnya tersebut.

  Namun, sistem komunikasi dengan menggunakan frekuensi HF rawan terhadap interferensi karena jarak propagasi sangat jauh. Maka dari itu, pengukuran dan karakterisasi terhadap terjadinya interferensi antara pengguna komunikasi radio HF yang lain perlu dilakukan.

  Pada makalah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengukuran interferensi pada simulasi komunikasi radio HF dan dianalisis hasilnya berdasarkan parameter-parameter yang diperlukan terutama hasil sinyal I dan Q. Sin yal I dan Q didapatkan dari pengukuran interferensi pada berbagai frekuensi dan waktu. Selanjutnya, karakterisasi interferensi dilakukan dengan berdasarkan dari hasil simulasi dan analisis sinyal interferensi yang diterima.

  Bab 2 dari makalah ini berisi pembahasan mengenai propagasi gelombang radio HF, antena, perangkat yang digunakan, serta interferensi. Bab 3 berisi tentang metode penelitian meliputi parameter sistem komunikasi, instalasi perangkat, perancangan program sub sistem penerima dan skenario pengambilan data. Pada bab 4 akan ditampilkan pelaksanaan pengukuran, hasil pengukuran, karakterisasi interferensi dan sintesis yang telah diperoleh berdasarkan data.

  yang memanfaatkan gelombang radio HF dan bekerja pada range frekuensi 3-30 MHz. Sistem komunikasi HF digunakan untuk komunikasi jarak jauh (long distance) hingga ribuan kilometer. Hal ini sesuai dengan karakteristik gelombang HF yang dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer pada atmosfer bumi.

  Gelombang yang berpropagasi melalui lapisan ionosfer ini disebut sebagai gelombang ionosfer (ionospheric wave ) atau juga disebut gelombang langit (sk y wave). Lapisan ionosfer ini berada pada ketinggian 50 - 500 Km terdiri dari partikel yang terionisasi oleh radiasi matahari. Gelombang yang melewati lapisan ionosfer dipantulkan oleh partikel yang terionisasi. Gelombang yang sampai disisi penerima selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi partikel yang ada di lapisan ionosfer. Kondisi yang baik memungkinkan gelombang yang dikirimkan dapat dipantulkan kembali ke bumi pada jarak tertentu dengan kondisi gelombang yang tidak tembus ke luar angkasa.

  B.

   Lapisan Lapisan Ionosfer Lapisan ionosfer dipengaruhi oleh radiasi matahari yang menyebabkan terjadinya pemisahan elektron bebas di

  

Pengukuran dan Karakterisasi Interferensi Radio

pada Pita High Frequency (HF)

Vigor Aryaditya, Prof. Ir. Gamantyo H. , M. Eng, Ph. D. , dan Dr. Ir. A. Mauludiyanto, MT.

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

  

E-mail

Bab 5 berisi tentang kesimpulan, dan saran berdasarkan hasil yang telah dilakukan dalam penelitian ini. II. TEORI PENUNJANG A. Propagasi Gelombang Radio HF Sistem komunikasi HF merupakan sistem komunikasi

I. PENDAHULUAN

  I

  Gambar. 1. Peta Maxim um Usable Frequ2]

  Berdasarkan Keputusan Ketua Umum Organisasi Amatir Radio Indonesia Nomor: KEP-065/OP/KU/2009 tentang Pembagian dan Penggunaan Segmen Band Frekuensi Amatir Radio (BAND PLAN) frekuensi tengah yang digunakan untuk komunikasi data pada simulasi sistem komunikasi HF adalah 7 MHz, 14 MHz, dan 21 MHz.

   

  (1) dimana BW (dalam kHz) adalah bandwidth saluran. Dalam persamaan 1

  , β, α

  k , b , b 1 , b 2 merupakan parameter yang sesuai

  atau fungsi dari frekuensi tengah, jumlah sunspot (indikasi aktivitas matahari), dan sebagainya. Waktu transisi antara dua interferensi dapat dimodelkan oleh distribusi eksponensial yang rata-ratanya berada pada urutan beberapa menit. Pada frekuensi, pemisahan dari 1 kHz dan yang lebih menghasilkan daya interferensi yang mendekati independen. Di samping itu, dalam dimensi ruang, daya interferensi sangat berkorelasi. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kekuatan interferensi yang diukur secara simultan di dua lokasi yang terpisah oleh sekitar 100 km.

  III. PERENCANAAN PENGUKURAN A.

   Frekuensi Kerja

  Pemilihan frekuensi kerja pada simulasi komunikasi radio HF ini adalah frekuensi untuk radio amatir dan bersifat non-komersial yang dapat digunakan oleh umum. Selain itu, frekuensi kerja tersebut sering digunakan pada suatu eksperimen ilmiah dengan tujuan tertentu.

  1

  B.

   Skenario Pengambilan Data dan Lokasi Pengukuran

  Untuk melakukan pengukuran interferensi, langkah yang dilakukan adalah pengimplementasian simulasi sistem komunikasi HF secara langsung pada lintasan Surabaya- Ternate dengan jarak lintasan sepanjang 1845 km. Prosedur sistem pengukuran dilakukan dengan beberapa persiapan, diantaranya sebagai berikut: 1.

  Membuat susunan jadwal pengukuran selama rentang waktu yang telah ditentukan

  2. Persiapan dan konfigurasi perangkat pada sistem pemancar di Laboratorium Antena Propagasi ITS Surabaya 3. Persiapan dan konfigurasi perangkat pada sistem penerima di Gedung Elektro UNKHAIR, Ternate

  4. Sinkronisasi waktu antara Surabaya dan Ternate dengan menggunakan GPS sehingga waktu transmit dan waktu receive sama dan data IQ yang diterima dapat terekam utuh

  5. Persiapan penyimpanan folder khusus untuk data hasil

  1 Qk BW b BW f b b k

  10 1 k log log x

  atmosfer dan struktur ionosfer berubah secara terus menerus khususnya antara siang dan malam hari. Lapisan ionosfer terbagi menjadi lapisan D, E, dan F. Gelombang HF memantul pada lapisan F, pada siang hari lapisan ini terbagi menjadi dua yaitu lapisan F1 dan F2. Sedangkan, pada malam hari lapisan ini menyatu kembali . Pada siang hari radiasi dari matahari akan mencapai nilai maksimum dan malam hari akan mencapai nilai minimum yang akan mempengaruhi propagasi gelombang HF. Posisi matahari berubah-ubah terhadap titik-titik tertentu di bumi, dimana perubahan itu bisa terjadi harian, bulanan, dan tahunan, maka karakteristik yang pasti dari lapisan-lapisan tersebut sulit ditentukan atau dipastikan.

  Interferensi adalah sinyal pengganggu yang tidak diinginkan. Interferensi disebabkan oleh pemancar lain yang bekerja pada frekuensi yang sama. Interferensi pada komunikasi HF dapat terjadi karena adanya pelanggaran regulasi dan kondisi propagasi yang memaksa penggunaan frekuensi yang sama oleh lebih dari satu pengguna contohnya akibat maximum usable frequency. Interferensi sering terjadi pada malam hari. Hal ini disebabkan rendahnya absorpsi dari ionosfer yang membuat pengirim dari luar daerah dan luar negeri menjadi mudah terdengar. ionosfer, dan kegiatan surya. Jika Q

  C.

   Maximum Usable Frequency Maximum usable frequency adalah frekuensi tertinggi,

  dimana gelombang masih bisa dipantulkan ke bumi dengan jarak tertentuGelombang radio HF menggunakan frekuensi tertinggi yang sesuai untuk dipantulkan kembali ke bumi. Oleh karena itu, komunikasi HF memerlukan frekuensi kerja yang optimal agar sistem pengukuran dapat berjalan optimum.

  Secara umum, frekuensi pada gelombang radio HF mengalami peningkatan pada siang hari dan akan menurun pada malam hari. Peningkatan dan penurunan frekuensi terjadi akibat pengaruh radiasi matahari. Produksi elektron di lapisan ionosfer akan meningkat saat siang hari dan membuat lapisan D, E, F1 dan F2 terlihat. Sedangkan pada malam hari, elektron pada ionosfer menurun dan memunculkan lapisan F. Komunikasi pada malam hari hanya terjadi pada lapisan F dengan maximum

  usable frequency yang akan terus menurun hingga mencapai minimum sebelum fajar tiba, seperti pada gambar 1.

  D.

   Model dan Karakteristik Interferensi HF

  k

  2

  menunjukkan probabilitas daya interferensi (dalam dBm) di saluran yang terletak di k th alokasi IT dengan frekuensi tengah f k (dalam MHz) melebihi ambang batas daya yang telah ditetapkan threshold x. Menurut model empiris Laycock-Gott, Q k diperoleh dar

             

  • exp

     

     

     

       

  2

  10

IV. PENGUKURAN SISTEM DAN ANALISA A.

  15.00

  18.00

  24.5

  17.6

  20.4

  17.00

  26.7

  20.6

  24.5

  16.00

  31.1

  23.9

  28.5

  34.2

  14.9

  26.4

  31.4

  14.00

  36.0

  27.8

  33.0

  13.00

  37.7

  29.5

  34.0

  12.00

  38.8

  30.4

  17.4

  20.8

  11.00

  15.2

  5. Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 10.00 &

  4. Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 10.00 & 11.00 menggunakan frekuensi 7 MHz.

  3. Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 03.00 & 04.00 menggunakan frekuensi 21 MHz.

  2. Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 03.00 & 04.00 menggunakan frekuensi 14 MHz.

  1. Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 03.00 & 04.00 menggunakan frekuensi 7 MHz.

  16.0 Gambar 2. Contoh hasil rekam interferensi.

  11.2

  13.5

  24.00

  15.6

  10.9

  13.1

  23.00

  10.6

  19.00

  12.8

  22.00

  15.5

  10.8

  13.0

  21.00

  16.9

  12.1

  14.1

  20.00

  18.5

  13.3

  15.4

  35.0

  40.5

  Masing-masing USRP terkoneksi dengan PC melalui

  Gambar 2 menunjukkan contoh bentuk sinyal interferensi yang diterima saat pengukuran dengan mencuplik sebagian bentuk sinyal I dan Q yang diterima yaitu dari 0 detik hingga 0.0014 detik dari total 5 detik yang diterima oleh antena penerima.

  12.2

  02.00

  15.6

  10.5

  13.1

  01.00

  (MHz)

  (MHz) HPF

  (MHz) FOT

  Waktu MUF

  Maximum Usable Frequency, Frequency of Optimum Traffic, dan Highest Possible Frequency

  Sinyal interferensi berupa sinyal I dan Q yang diterima antena penerima kemudian diolah menggunakan MATLAB untuk mendapatkan karakterisasinya. Langkah awal yang dilakukan adalah menggabungkan seluruh sample sinyal interferensi menjadi 9 kelompok besar. Kelompok besar tersebut terdiri dari:

  Pengukuran interferensi dilakukan dengan mengambil data dari sinyal yang diterima antena penerima. Kemudian sinyal interferensi tersebut dikuatkan dengan LNA agar level sinyal tidak terlalu kecil. Selanjutnya, sinyal yang telah dikuatkan masuk ke dalam USRP yang dikontrol dengan sebuah laptop untuk menjalankan proses demodulasi serta menampilkan hasil sinyal demodulasi berupa I dan Q.

  14.5

   Hasil Pengukuran dan Karakterisasi

  B.

  Tabel 1 menunjukkan prediksi Maximum Usable Frequency,Frequency of Optimum Traffic, dan Highest Possible Frequency pada tanggal 13

  Maximum Usable Frequency, Frequency of Optimum Traffic, dan Highest Possible Frequency

  Pengukuran interferensi dilakukan di tiga frekuensi kerja yang digunakan untuk simulasi komunikasi HF. Tiga frekuensi itu adalah 7, 14, dan 21 MHz. Hasil sinyal interferensi yang diterima adalah sinyal I dan Q dalam format .tdms.

  03.00 WIB, 04.00 WIB, 10.00 WIB, 11.00 WIB, 17.30 WIB, dan 18.30 WIB. Untuk waktu penerimaan data interferensi pada penerima, lama waktunya adalah 5 detik.

  Waktu pengukuran dilakukan selama tiga hari yaitu pada tanggal 13 -15 Mei 2015. Pengukuran dilakukan pada pukul

  Pada pengukuran, tahap awal yang dilakukan adalah pengimplimentasian simulasi sistem komunikasi HF. Penempatan lokasi pemasangan antena pemancar berada pada lantai 4 Gedung B yang melintang hingga ke gedung AJ Teknik Elektro, ITS, Surabaya. Sedangkan antena penerima berada pada Gedung Teknik Elektro, Universitas Khairun, Ternate.

   Pelaksanaan Pengukuran

  Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya dan sistem penerima di Gedung Teknik Elektro, UNKHAIR, Ternate.

  8. Lama interferensi yang direkam pada penerima adalah selama 5 detik Pada pengukuran ini, simulasi sistem komunikasi HF dilakukan dengan meletakan sistem pemancar di Gedung B

  pemancar dan penerima 1 pada posisi siap 7. Sinyal interferensi direkam pada penerima sebelum sistem pemancar mengirim sinyal.

  Gigabit Ethernet Interface dan operator sistem

  9.8

  03.00

  31.7

  07.00

  36.5

  10.00

  29.4

  23.4

  26.3

  09.00

  28.2

  22.4

  25.2

  08.00

  34.1

  24.7

  29.4

  24.8

  11.6

  18.0

  21.4

  06.00

  17.5

  12.7

  15.1

  05.00

  14.4

  9.6

  12.1

  04.00

  13.8

  9.2

  • – 15 Mei 2015 untuk masing-masing jam berdasarkan VOACAP.
Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 10.00 & 11.00 menggunakan frekuensi 21 MHz. Tahap selanjutnya adalah mencari cumulative distribution function (CDF) terhadap variasi frekuensi.

  7. Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 17.30 & 18.30 menggunakan frekuensi 7 MHz.

  8. Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 17.30 & 18.30 menggunakan frekuensi 14 MHz.

  9. Kombinasi waktu dan frekuensi pukul 17.30 & 18.30 menggunakan frekuensi 21 MHz. Kemudian, masing-masing kelompok dicari dayanya menggunakkan persamaan:

  2   (2)

  W I jQ

  Dimana W merupakan daya interferensi yang diterima dalam Gambar 3. CDF pada Pukul 03.00 dan 04.00 watt.

  Dari hasil grafik pada gambar 3 dapat disimpulkan

  Hasil Mean dan Standard Deviation

  bahwa daya interferensi terbesar yang diterima pada pukul Tahap selanjutnya untuk pengarakterisasian

  03.00 & 04.00 terjadi pada frekuensi 7 MHz. Hal ini interferensi adalah mencari mean dan standard deviation untuk diakibatkan oleh maximum usable frequency. Berdasarkan tiap kelompok. Mean adalah daya rata-rata dari sinyal gambar 1, maximum usable frequency pada pukul 03.00 & interferensi yang diterima. Standard deviation adalah sebaran 04.00 adalah 12-13 MHz sehingga penggunaan frekuensi 14 data sample sinyal interferensi yang diterima. Mean untuk tiap MHz dan 21 MHz untuk komunikasi HF menjadi jarang. kelompok ditunjukkan oleh tabel 2.

  Dengan begitu, interferensi pada frekuensi 7 MHz pada pukul 03.00 & 04.00 lebih mudah terjadi karena pengguna frekuensi

  Tabel 2 Hasil perhitungan Mean untuk tiap kelompok 7 MHz untuk komunikasi HF sangat banyak.

  Frekuensi Jam

  7 MHz

  14 MHz

  21 MHz

  n a e

  Jam 3-4 -54,41 dB -57,26 dB -65,45 dB

  M

  Jam 10-11 -50,33 dB -56,82 dB -46,59 dB Jam 17-18 -41,65 dB -48,69 dB -54,21 dB

  Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa daya rata-rata interferensi tertinggi terjadi pada pukul 17.00 & 18.00 untuk frekuensi 7 MHz. Selain itu, daya rata-rata interferensi terendah terjadi pada pukul 03.00 & 04.00 untuk frekuensi 21 MHz.

  Gambar 4. CDF pada Pukul 10.00 dan 11.00 Tabel 3

  Dari hasil grafik pada gambar 4 dapat disimpulkan Hasil perhitungan standard deviation untuk tiap kelompok bahwa interferensi terbesar yang diterima pada pukul 10.00 &

  Frekuensi 11.00 terjadi pada frekuensi 21 MHz. Berdasarkan gambar 1, Jam

  n maximum usable frequency pada pukul 10.00 & 11.00 adalah rd o

  7 MHz

  14 MHz

  21 MHz

  a ti

  24-25 MHz sehingga penggunaan frekuensi 7 MHz, 14 MHz

  d ia n

  Jam 3-4 -51,59 -54,75 -59.59

  v

  dan 21 MHz untuk komunikasi HF menjadi umum. Seharusnya,

  ta S De

  interferensi yang diterima antara frekuensi 7 MHz, 14 MHz, Jam 10-11 -46,14 -53,74 -41,54 dan 21 MHz tidak berbeda jauh. Namun, berdasarkan hasil Jam 17-18 -39,67 -47,52 -50,87 grafik dapat diambil hipotesa bahwa komunikasi HF pada pukul

  10.00 & 11.00 banyak pengguna yang memilih frekuensi 21 Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada pukul 17.30 & MHz dan 7 MHz.

  18.30 untuk frekuensi 7 MHz, sebaran data sample daya interferensi yang diterima merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan yang lain. Selain itu, standard deviation terkecil terjadi pada pukul 03.00 & 04.00 untuk frekuensi 21 MHz.

  Gambar 5. CDF pada Pukul 17.30 dan 18.30 Dari hasil grafik pada gambar 5 dapat disimpulkan bahwa interferensi terbesar yang diterima pada pukul 17.30 &

  V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari setelah dilakukan pengukuran dan karakterisasi interferensi radio pada pita HF adalah interferensi lebih sering terjadi di malam hari yaitu pada pukul 17.30 dan 18.30. Selain itu, interferensi lebih sering terjadi pada frekuensi rendah yaitu 7 MHz.

  Pada pukul 17.30 & 18.30, komunikasi HF untuk antar pulau di Indonesia daerah timur dapat menggunakan frekuensi

  Pada pukul 10.00 & 11.00, komunikasi HF dapat menggunakan frekuensi 7 MHz, 14 MHz, dan 21 MHz baik untuk komunikasi jarak dekat maupun jarak jauh. Untuk frekuensi 14 MHz, interferensi yang diterima merupakan yang terstabil sehingga dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pengurangan pengaruh interferensi terhadap sinyal yang diinginkan.

  Sedangkan untuk jarak jauh seperti Surabaya - Ternate, komunikasi HF dapat menggunakan frekuensi 7 MHz karena berada di bawah maximum usable frequency. Selain itu, pada pukul 03.00 & 04.00, interferensi yang didapat merupakan yang terstabil sehingga mempermudah pengurangan pengaruh interferensi terhadap sinyal yang diinginkan. Namun, penggunaan frekuensi 7 MHz memiliki resiko mendapatkan interferensi yang tinggi.

  line of sight dan ground wave) karena penggunaan frekuensi tersebut jarang sehingga interferensi dapat dikurangi.

  14 MHz dan 21 MHz untuk jarak dekat (jarak efektif propagasi

  Pada pukul 03.00 & 04.00, komunikasi HF untuk antar pulau di Indonesia daerah timur dapat menggunakan frekuensi

  Gambar 8. CDF pada Frekuensi 21 Dari hasil grafik pada gambar 8 dapat disimpulkan bahwa interferensi terbesar yang diterima pada frekuensi 21 MHz terjadi pada pukul 10.00 & 11.00. Berdasarkan gambar 2.7, frekuensi 21 MHz dapat dipantulkan oleh ionosfer pada pukul 10.00 & 11.00 sehingga penggunaan frekuensi 21 MHz banyak terjadi. Karena itu, interferensi pada frekuensi 21 MHz pada pukul 10.00 & 11.00 lebih banyak terjadi.

  18.30 terjadi pada frekuensi 7 MHz. Berdasarkan gambar 1,

  Gambar 7. CDF pada Frekuensi 14 bahwa interferensi terbesar yang diterima pada frekuensi 14 MHz terjadi pada pukul 17.30 & 18.30. Frekuensi 14 MHz dapat dipantulkan oleh ionosfer pada pukul 10.00 & 11.00 dan 17.30 & 18.30. Namun, berdasarkan hasil grafik dapat diambil hipotesa bahwa penggunaan frekuensi 14 MHz lebih banyak terjadi pada pukul 17.30 & 18.30.

  7 MHz lebih mudah mendapatkan interferensi. Hal ini terjadi karena frekuensi 7 MHz dapat dipantulkan oleh ionosfer kapanpun sehingga banyak digunakan untuk komunikasi HF.

  7 MHz terjadi pada pukul 17.30 & 18.30. Penggunaan frekuensi

  Gambar 6. CDF pada Frekuensi 7 Dari hasil grafik pada gambar 6 dapat disimpulkan bahwa daya interferensi terbesar yang diterima pada frekuensi

  Tahap selanjutnya adalah mencari CDF terhadap variansi waktu.

  14-15 MHz sehingga penggunaan frekuensi 21 MHz untuk komunikasi HF menjadi jarang. Berdasarkan hasil grafik dapat diambil hipotesa bahwa komunikasi HF pada pukul 17.30 & 18.30 banyak terjadi pada frekuensi 7 MHz. Sedangkan untuk frekuensi 14 MHz, interferensi yang diterima lebih sedikit karena berada pada batas maximum usable frequency sehingga penggunaan frekuensi 14 MHz memiliki resiko beberapa sinyal tidak dipantulkan oleh ionosfer.

  maximum usable frequency pada pukul 17.30 & 18.30 adalah

  21 MHz untuk jarak dekat (jarak efektif propagasi line of sight dan ground wave) karena penggunaan frekuensi tersebut jarang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pengurangan pengaruh interferensi terhadap sinyal yang diinginkan. Sedangkan untuk jarak jauh seperti Surabaya - Ternate, komunikasi HF dapat menggunakan frekuensi 7 MHz dan 14 MHz karena berada di bawah maximum usable frequency. Namun, penggunaan frekuensi 7 MHz memiliki resiko mendapatkan interferensi yang tinggi. Penggunaan frekuensi 14 MHz memiliki resiko sebagian sinyal tidak dipantulkan oleh ionosfer karena nilai maximum usable frequency pada jam tersebut semakin malam akan semakin turun.

  UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada tim HF dan seluruh rekan Laboratorium Antena dan Propagasi B-306, ITS,

  Surabaya atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan dalam mengerjakan penelitian ini.

  DAFTAR PUSTAKA [1] Rappaport, Theodore S. “Wireless Communication Principles and Practice”. Prential Hall, USA. 2002.

  [2] Adhitya, Aryo Darma. “SUB SISTEM PENERIMA PADA

  SIST EM PENGUKURAN KANAL HF PADA LINT ASAN MERAUKE- SURABAYA”. Elektro ITS, Surabaya, 2014.

  Orari. Pembagian dan Penggunaan Segmen Band Frekuensi Amatir

  [3] Radio (BANDPLAN). Kep-065/Op/Ku/2009. [4] Uysal, M. dan Heidarpur, MR. (2012), “ Cooperative

  Com m unication Techniques for Future-Generation HF Radio ”.IEEE Communication Magazine.

  MUF,FOT , HPF values. Diakses pada tanggal 13 Januari 2016.

  [5] VOACAPl .