DOCRPIJM 95192122e8 BAB Irevieu RPI2JM Tangsel 2016
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya telah dapat disusun dan disajikan untukperiode tahun 2016-2021.
RPI2-JM ini dikembangkan sebagai upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara merata di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat Dengan adanya Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) BidangPU/Cipta Karya diharapkan Kota Tangerang Selatan dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni.
Dokumen ini secara kualitas masih membutuhkan penyempurnaan, maka setiap tahunnya akan dilakukan review terhadap program-program pembangunan yang tercantum di dalam dokumen RPI2-JM ini, sehingga dapat dihasilkan rencana pembangunan infrastruktur yang mutakhir sesuai perkembangan kebutuhan Kota
Tangerang Selatan, kegiatan review juga diharapkan lebih dapat
mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kota, secara
spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi individual Kota Tangerang Selatan.Kota Tangerang Selatan, September 2016 A.n. Pemerintah Kota Tangerang Selatan Kepala Bappeda Kota Tangerang Selatan
Teddy Meiyadi, SE., MM Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19610529 198212 1 001
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
DAFTAR ISI
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
DAFTAR TABEL
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
BAB I.
PENDAHULUAN 1.
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, adil, dan makmur seperti yang dicita- citakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025, salah satu caranya adalah dengan mewujudkan pembangunan yang lebih
merata dan berkeadilan melalui perwujudan permukiman tanpa kumuh. Untuk
menunjang lingkungan permukiman di tanah air, perlu dibangun prasarana dan
sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara
profesional, kredibel, mandiri, dan efisien. Di samping itu, RPJPN juga
mengamanatkan bahwa pembangunan bidang air minum dan sanitasi diarahkan
pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat serta untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi.Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun 2007 bahwa Pemerintah
Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur fisik bidang
Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur, pembina,
dan pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di Indonesia. Hal ini sesuai
kebijakan desentralisasi yang dilakukan di Indonesia saat ini, dimana pemerintah
daerah dituntut untuk lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan
masyarakat. Agar dapat memberikan manfaat yang sebesar- besarnya bagi
masyarakat, pemerintah daerah perlu merencanakan pembangunan infrastruktur
permukiman secara terpadu dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal,
efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.Tahun 2016, Direktorat Jenderal Cipta Karya menetapkan prakarsa 100-0-100
atau universal access yaitu tercapainya 100% akses air minum 0% wilayah kumuh
dan 100% akses sanitasi layak di akhir tahun 2019. Dari data BPS tahun 2013, di
bidang pengelolaan air limbah pencapaian proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap sanitasi layak baru mencapai 59,71% sedangkan di bidang
persampahan baru mencapai 79,80%, sehingga masih diperlukan upaya-upaya
untuk memenuhi target tersebut.Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan
Propinsi Banten, dalam mengemban tugasnya dalam mendukung program
pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu menyiapkan perencanaan
program khusus bidang Cipta Karya yang diberi nama Rencana Terpadu dan
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) bidang Cipta Karya.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah ini
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
dikembangkan sebagai upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara merata di
seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan
efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh
masyarakat.1.2. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN RPI2-JM
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Bidang Cipta Karya atau disingkat sebagai RPI2-JM Cipta Karya adalah dokumen
rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode
5 (lima) tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah Daerah, maupun
oleh masyarakat/swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin
keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan
pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan.Dokumen ini disusun pada tingkat Kabupaten/Kota dan bersifat multi sektoral,
multi stakeholder, dan multi pendanaan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan multi
sector adalah RPI2-JM meliputi sektor-sektor di lingkungan Ditjen Cipta Karya yaitu
Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum, Pengembangan Penyehatan
Lingkungan dan Permukiman, Pengembangan Kawasan Permukiman, dan Penataan
Bangunan dan Lingkungan. Adapun maksud dari multi stakeholder adalah para
pemangku kepentingan yang terkait turut dilibatkan dalam proses penyusunan dan
implementasi Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2-JM) sesuai kewenangan dan peranannya masing-masing.
Stakeholder yang terkait dalam RPI2JM meliputi pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha.Sedangkan maksud dari multi-pendanaan adalah sumber pembiayaan
infrastruktur permukiman dalam RPI2-JM tidak hanya berasal dari pemerintah pusat
saja, tetapi juga pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta dunia usaha
dan masyarakat. Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2-JM) disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan difasilitasi
oleh Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Provinsi.
Sebagai dokumen teknis, RPI2JM sudah harus menampung aspirasi pemangku
kepentingan lokal dan aspirasi masyarakat. Dalam penyusunannya, RPI2-JM harus
ditekankan pada proses partisipasi melalui dialog dengan seluruh pemangku
kepentingan sehingga dapat diterima oleh semua pihak sebagai acuan
pembangunan infrastruktur bersama. Dengan demikian, maka pembangunan
infrastruktur permukiman bisa ditangani atau dibiayai secara bersama-sama oleh
para pemangku kepentingan. RPI2-JM tidak dimaksudkan untuk menggantikan
fungsi RPJMD ataupun Renstra OPD,namun RPI2-JM merupakan dokumen teknis
operasional pembangunan bidang Cipta Karya yang berisikan rencana investasi
sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah.Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
RPI2-JM disusun dengan mengacu pada kebijakan spasial dan sektoral, baik di
tingkat nasional maupun daerah. Kebijakan spasial meliputi RTRWN, RTRW
Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari
RPJMN, RPJMD Provinsi, dan RPJMD Kabupaten/Kota. Disamping itu, RPI2-JM juga mengacu pada Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah.Gambar 1-1. Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Sesuai dengan skema di atas, integrasi dan sinkronisasi setiap strategi sektor sangat penting, termasuk antara Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-
SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL). Dokumen sektoral ini terintegrasi dalam Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) yang
memberikan arahan pembangunan infrastruktur skala kota/kabupaten.Selanjutnya, RP2KP ini akan diturunkan ke dalam Rencana Pembangunan
Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dengan skala kawasan. RPI2-JM perlu
mempertimbangkan dokumen-dokumen teknis ini sehingga perencanaan
pembangunan infrastruktur permukiman menjadi lebih terarah dan terpadu.Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
Gambar 1-2. Keterkaitan RTRW, RP2KP, RPIJM dan KSPD
1.3. KETERKAITAN RPIJM DENGAN RPI2JM BIDANG PU
Perkembangan isu dan lingkungan strategis, baik nasional maupun global serta
upaya menjaring masukan dari pemerintah daerah, diperlukan penajaman RPI2-JM.
Yakni RPI2-JM melalui penyempurnaan pedoman penyusunan Rencana Terpadu
dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM). Proses
penajaman RPI2JM dilakukan secara top down dan bottom up dengan menjaring
masukan dari pemerintah daerah sebagai pelaku/instansi RPI2-JM di daerah. Antara
top down dan bottom up tersebut harus ada titik temu.Di sisi lain, saat ini juga tengah Rencana Terpadu dan Program Investasi
Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
RPI2-JM tersebut akan mencakup semua sektor infrastruktur termasuk infrastruktur
permukiman. Selain itu, RPI2-JM bidang Cipta Karya juga mengacu pada Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota serta Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional dan Daerah (RPJMN dan RPJMD).RPI2-JM bidang Cipta Karya diperlukan untuk beberapa tujuan yaitu
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembangunan di daerah.
RPI2-JM juga berfungsi untuk mewujudkan hasil pembangunan yang lebih optimal
melalui perencanaan pembangunan infrastruktur terpadu dan sebagai dokumen
kelayakan kerjasama program dan anggaran pembangunan bidang Cipta Karya di
daerah antara Pemerintah Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/kota.Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
1.4. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud RPI2-JM yaitu untuk mewujudkan kemandirian penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, menciptakan kualitas
kehidupan masyarakat yang sejahtera selaras dengan tujuan pembangunan
nasional.Sedangkan tujuan RPI2-JM adalah sebagai dokumen yang dijadikan acuan
dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur Bidang
Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan, baik APBN, APBD
Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, maupun sumber pendanaan lainnya dalam jangka
waktu lima tahun yang mencakup sector Pengembangan Kawasan Permukiman,
Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan
Penyehatan Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan, dan
drainase).1.5. PRINSIP PENYUSUNAN RPI2-JM Prinsip dasar Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) secara sederhana adalah:
1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk
rencana investasi yang disusun.2. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan kawasan permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase, peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan gedung.
3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah,
sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber pendanaan pemerintahdapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, sedangkan dana
swasta dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate
Social Responsibility (CSR). Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam bentuk barang dan jasa.
4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta
sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan Rencana Terpadu dan
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) maupun pada saat
pelaksanaan program.
5. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah
(kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up).Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
BAB II.
2. ARAH RTRW KOTA TANGERANG SELATAN
2.1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Tujuan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
“mewujudkan Kota Tangerang pendidikan,Selatan seba perumahan,perdagangan
dan jasa, berskala regional dan nasional yang mandiri, aman, nyaman, asri,
produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan serta berkeadilan dalam mendukung
Kota Tangerang Selatan sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.2.1.1. Kebijakan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan
1. Kebijakan Struktur Ruang
a. Memantapkan peran kota dalam sistem nasional sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) yang melayani kegiatan skala nasional; b. Meningkatkan aksesibilitas pusat-pusat pelayanan kota yang terintegrasi dan berhirarki sebagai pusat pelayanan pendidikan, perumahan, perdagangan dan jasa, berskala regional dan internasional, yang aman, nyaman, religius, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan; c. Mengembangkan dan meningkatkan sarana prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali;
d. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem
infrastruktur kota, prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu, meratadan berkelanjutan dengan mengutamakan kelestarian lingkungan hidup.
2. Kebijakan Pola Ruang
a. Pengembangan kawasan lindung dengan meningkatkan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya sehingga terjaga kelestariannya;
b. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. Pengembangan kawasan budi daya dengan meningkatkan produktivitas kawasan namun tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
3. Kebijakan Kawasan Strategis Kota
a. Menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan sosial budaya;
b. Menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan aspek pertumbuhan ekonomi; c. Menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan aspek lingkungan.
2.1.2. Strategi Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan
1. Strategi Struktur Ruang
a. Memantapkan peran kota dalam sistem nasional sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) yang melayani kegiatan skala nasional.
Mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala nasional;
Mengembangkan infrastruktur dalam rangka mendukung kota sebagai pusat dan simpul utama kegiatan ekspor-impor serta pintu gerbang nasional; Memperkuat kota agar dapat berfungsi dan berpotensi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala nasional.
b. Meningkatkan aksesibilitas pusat-pusat pelayanan kota yang terintegrasi dan
berhirarki sebagai pusat pelayanan pendidikan, perumahan, perdagangan dan jasa, berskala regional dan internasional, yang aman, nyaman, religius, produktif, berdaya saing, serta berkelanjutan. Menetapkan tiga pusat pelayanan kota yang membawahi 3 (tiga) sub- pusat pelayanan kota dan 3 (tiga) pusat lingkungan yang dihubungkan
melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola pergerakan merata;
Mengembangkan fungsi-fungsi kegiatan yang mendukung kegiatan sub- pusat pelayanan kota; Menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala pelayanannya; Mengembangkan sistem Transit Oriented Development (TOD) meliputi pembangunan dan pengembangan terminal/stasiun antar moda pada pusat-pusat kegiatan, stasiun angkutan jalan rel, shelter angkutan massal jalan raya dan terminal angkutan umum jalan raya yang terintegrasi dengan pengembangan lahan di sekitarnya.c. Mengembangkan dan Meningkatkan sarana prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali.
Membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat dalam menyediakan prasarana dan sarana transportasi; Menjaga fungsi dan hirarki jalan;
Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021
Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan
pelebaran jalan, pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan; Memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang
terpadu; Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat- pusat kegiatan; Membangun sistem park and ride dengan mengembangan lahan parkir di
pinggir kota maupun lokasi transfer moda untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum menuju ke tengah kota; Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun terminal di
batas kota dengan menetapkan lokasi yang dikoordinasikan dengan
Pemerintah Daerah yang berbatasan; Mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem transportasi
kota.BAB III.
3. PROFIL KOTA TANGERANG SELATAN
3.1. LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu pada titik
koordinat 106˚38’ - 106˚47’ Bujur Timur dan 06˚13’30” - 06˚22’30” Lintang Selatan
dan secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 54 (lima puluh empat)
kelurahan dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha.Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang • Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok • Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Wilayah Kota Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali
Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah
barat. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi
DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota
Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarata,
selain itu juga sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan
Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi salah satu
daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.
Tabel 3-1. Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan
No Potensi Fisik Dasar Keterangan1 Letak Geografis Disebelah Timut Provinsi Banten
2
2 Luas Wilayah 147,19 KM atau 14.719 Ha
3 Batas-batas Sebelah Utara Kota Tangerang - Sebelah Timur Provinsi DKI - Sebelah Selatan Kota Depok dan Kabupaten Bogor - Sebelah Barat Kabupaten Tangerang
- 4 Wilayah Pemerintahan Kecamatan
- 7 Kecamatan Kelurahan
- 54 Kelurahan
Sumber : Hasil Olahan Potensi Desa Tahun 2006 dalam kompilasi Data untuk penyusunan RTRW
- Kota Tangerang Seatan (2008) Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008
2.1. Kecamatan dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas
2.988 Ha atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan
kecamatan dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 1.480 Ha atau 10,06%.
Tabel 3-2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Luas Wilayah Persentase Kecamatan2 No.
(Km ) (%)
1. Setu 14,8 10,06
2. Serpong 24,04 16,33
3. Pamulang 26,82 18,22
4. Ciputat 18,38 12,49
5. Ciputat Timur 15,43 10,48
6. Pondok Aren 29,88 20,3
7. Serpong Utara 17,84 12,12 Kota Tangerang Selatan 147,19 100
Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015
3.2. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk merupakan aset bagi suatu daerah yang mempunyai peran
cukup besar dalam penentuan percepatan pembangunan daerah apabila didukung
dengan kualitas yang baik. Penduduk mempunyai dua peranan dalam bidang
ekonomi yaitu sebagai produsen dan konsumen. Perkembangan penduduk suatu
daerah ditentukan oleh tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2014 adalah 1.492.999 jiwa.
Penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 752.600 jiwa sedangkan perempuan
740.399 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 1,02, yang menunjukkan bahwa
jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan.Bila dilihat dari penyebarannya pada tiap kecamatan, maka Kecamatan Pondok
Aren merupakan kecamatan yang paling penduduknya yaitu sebanyak 353.904 jiwa,
diikuti Kecamatan Pamulang sebanyak 323.957 jiwa dan yang paling sedikit jumlah
penduduknya adalah Kecamatan Setu, yaitu sebanyak 77.881 jiwa.
Tabel 3-3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin menurut Kecamatan Tahun
2014
Penduduk (orang) Kecamatan Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah No.1 Setu 39 814 38 067 77 881 1,05
2 Serpong 81 291 82 624 163 915 0,98
3 Pamulang 163 531 160 426 323 957 1,02
4 Ciputat 111 535 107 849 219 384 1,03
5 Ciputat Timur 99 683 98 277 197 960 1,01
6 Pondok Aren 179 064 174 840 353 904 1,02
7 Serpong Utara 77 682 78 316 155 998 0,99 Jumlah 752 600 740 399 1 492 999 1,02
Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015 Dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan penduduk Kota mencapai 10.143
orang/Km2 di tahun 2014. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Ciputat Timur
yaitu 12.830 orang/Km2 sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 5
262 orang/Km2.Kepadatan penduduk yang tinggi disebabkan kecenderungan peningkatan
jumlah penduduk dari waktu ke waktu, yang bukan hanya disebabkan oleh
pertambahan secara alamiah, tetapi juga tidak terlepas dari kecenderungan
masuknya para migran yang disebabkan oleh daya tarik Kota Tangerang Selatan
seperti banyaknya perumahan-perumahan baru yang dibangun sebagai daerah yang
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dan menjadi limpahan penduduk dari
Kota Jakarta. Hal tersebut akan menyebabkan dibutuhkannya ruang yang memadai
dengan lapangan kerja baru untuk mengimbangi pertambahan tenaga kerja.
Tabel 3-4. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2014
Luas Penduduk (orang) Kepadatan Penduduk Kecamatan(orang/
2 Km % Jumlah %
2 km )
1 Setu 14,8 10,06 77.881 5,22 5.262
2 Serpong 24,04 16,33 163.915 10,98 6.818
3 Pamulang 26,82 18,22 323.957 21,7 12.079
4 Ciputat 18,38 12,49 219.384 14,69 11.936
5 Ciputat Timur 15,43 10,48 197.960 13,26 12.830
6 Pondok Aren 29,88 20,3 353.904 23,7 11.844
7 Serpong Utara 17,84 12,12 155.998 10,45 8.744 Jumlah 147,19 100 1.492.999 100 69.514
Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015
380.284 jiwa atau 25,82% penduduk yang termasuk usia belum produktif secara
ekonomi, yaitu penduduk berumur 0-14 tahun. Sedangkan untuk penduduk
kelompok umur produktif, yaitu penduduk berumur 15-64 tahun berjumlah 1.072.001
jiwa atau 71,80%. Pada kelompok umur penduduk yang dianggap tidak produktif lagi,
yaitu penduduk berumur 65 tahun keatas terdapat sejumlah 40.714 jiwa atau 2,73%.
Tabel 3-5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2014
No Kelompok Umur Penduduk (Orang) % Laki-laki % Perempuan % Jumlah1 0 – 4 72.781 9,67% 70.051 9,46% 142.832 9,57% 2 5 – 9 65.471 8,70% 62.290 8,41% 127.761 8,56% 3 10 – 14 56.034 7,45% 53.657 7,25% 109.691 7,35% 4 15 – 19 60.052 7,98% 62.875 8,49% 122.927 8,23% 5 20 – 24 65.314 8,68% 67.525 9,12% 132.839 8,90% 6 25 – 29 71.163 9,46% 73.139 9,88% 144.302 9,67% 7 30 – 34 72.926 9,69% 74.394 10,05% 147.320 9,87% 8 35 – 39 68.947 9,16% 69.591 9,40% 138.538 9,28% 9 40 – 44 62.624 8,32% 60.389 8,16% 123.013 8,24% 10 45 – 49 51.817 6,89% 49.994 6,75% 101.811 6,82% 11 50 – 54 39.773 5,28% 36.964 4,99% 76.737 5,14% 12 55 – 59 29.921 3,98% 25.263 3,41% 55.184 3,70% 13 60 – 64 16.475 2,19% 12.855 1,74% 29.330 1,96% 14 65 – 69 9.431 1,25% 9.140 1,23% 18.571 1,24% 15 70 – 74 5.181 0,69% 5.579 0,75% 10.760 0,72% 16 75+ 4.690 0,62% 6.693 0,90% 11.383 0,76%
Jumlah 752.600 100,00% 740.399 100,00% 1.492.999 100,00%
Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015
3.3. KESEHATAN
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat didukung oleh tingkat kesehatan
yang cukup tinggi. Pada tahun 2014, presentase balita (usia 2-4 tahun) yang pernah
disusui, tercatat bahwa 12,81 persen dari balita yang menyusui selama kurang dari 5
bulan saja, 13,55 persen balita menyusui selama 6-11 bulan, 46,40 persen balita
yang menyusui selama 12-23 bulan, sedangkan balita yang menyusui selama 24
bulan lebih besar 27,24 persen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2014 di
Kota Tangerang Selatan tingkat kesadaran ibu menyusui sudah cukup besar.
Persentase Balita (2-4 tahun) yang pernah menyusui menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut.Tabel 3-6. Persentase Balita (2-4 tahun) yang pernah menyusui menurut jenis kelamin
tahun 2014
Jumlah BalitaNo Bulan disusui Jumlah Laki-laki Perempuan 1 < 5 15,03 10,49 12,81 2 6 – 11 9,42 17,88 13,55 3 12 – 17 30,95 26,04 28,55 4 18 – 23 19,05 16,59 17,85 5 >24 25,54 29,01 27,24
Kota Tangerang Selatan 100 100 100 Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015
Sarana kesehatan merupakan sarana sosial yang sangat penting dalam
pembangunan manusia yang sehat. Oleh karena itu pembangunan dalam bidang
kesehatan antara lain dilakukan pada pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan
serta pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di antaranya dilakukan dengan program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) bagi keluarga miskin dan
pelayanan kesehatan bagi balita melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Selain
itu Pemerintah Kota Tangerang Selatan selalu berupaya meningkatkan pelayanan
pada Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Pustu, dan Poskesdes serta layanan untuk
para lansia. Lansia yang mendapat bantuan pelayanan kesehatan berjumlah 65.459
orang. Pelayanan kesehatan bagi kaum marjinal tersebut perlu mendapatkan
perhatian lebih.Keberadaan fasilitas kesehatan sangatlah diperlukan dalam rangka
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota
Tangerang Selatan di antaranya rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan
posyandu. Jumlah total Posyandu berjumlah 801 unit yang terdiri dari Posyandu
Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri dengan kondisi aktif seluruhnya dengan total
kader posyandu yang aktif sebanyak 794.
Tabel 3-7. Jumlah Lansia yang Mendapat Pelayanan Kesehatan di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2013
Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,2014
Tabel 3-8. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013
Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014 Saat ini jumlah rumah sakit ada di Kota Tangerang Selatan sebanyak 27 unit.
Satu di antaranya merupakan Rumah Sakit Umum Daerah yang terletak di
Kecamatan Pamulang. Pada tahap pertama pembangunan, RSU sudah mampu
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan kapasitas 66 tempat
tidur untuk rawat inap kelas III.
Tabel 3-9. Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Menurut Kecamatan Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013
Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014
3.4. TRANSPORTASI
Jalan merupakan salah satu infrastruktur terpenting sebagai salah satu faktor
daya tarik investasi di suatu daerah. Berdasarkan data Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kota Tangerang Selatan, panjang total jalan di Kota Tangerang Selatan
adalah 683,60 Km dengan rincian jalan negara 9,16 Km, jalan provinsi 48,90 Km,
jalan kota 137,78 Km dan jalan desa dan lingkungan 487,76 Km.Faktor yang masih menjadi penyebab kemacetan di beberapa titik dan ruas
jalan adalah dikarenakan Tangerang Selatan belum memiliki terminal yang dapat
angkutan umum parkir di pinggir jalan untuk menunggu atau menaikturunkan
penumpang yang biasanya berlokasi di sekitar pasar, stasiun, kompleks perumahan
dan persimpangan jalan. Kondisi ini menimbulkan kemacetan di banyak ruas jalan.
Titik rawan kemacetan terdapat pada 60 titik yang umumnya terdapat pada sekitar
persimpangan jalan atau pasar. Titik-titik ini tersebar di seluruh kecamatan dan
terbanyak berada di Pondok Aren, Serpong Utara dan Ciputat.Selain angkutan jalan raya, kereta api memegang peranan penting dalam
sistem transportasi di Kota Tangerang Selatan. Untuk mendukung pengoperasian
angkutan kereta ap di wilayah Kota Tangerang Selatan telah dilengkapi dengan 5
stasiun dengan kodisi yang belum memadai dari segi kapasitas mapun tingkat
pelayanan.Data yang bersumber dari Stasiun KA Serpong menunjukkan jumlah
penumpang kereta api di Stasiun Serpong mengalami fluktuasi dari 3 tahun terakhir
ini, dimana pada tahun 2012 jumlah penumpang kereta api mencapai 2.081.482
penumpang, sedangkan pada tahun 2013 jumlah penumpang turun menjadi
1.536.236 enumpang (turun 26,24%). Pada tahun 2014 jumlah penumpang kereta
api di stasiun Serpong mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu berjumlah
2.320.851 penumpang atau naik 51,17 persen dari tahun 2013.3.5. UTILITAS
Dari data yang disampaikan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Permakaman
Kota Tangerang Selatan, saat ini Kota Tangerang Selatan sudah memiliki 41 unit
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST3R), 1 unit ITF dan 1 TPA
(Cipeucang), di tahun 2014 ini daya tampung pembuangan sampah yang dimiliki
melalui TPST3R sebesar 23,65 m3/hari, 12,5 m3/hari di ITF dan 123.275 m3 di TPA.
Sedangkan untuk volume sampah yang tertangani 23,65 m3/hari (Bank sampah &
TPS3R) dan 656 m3/hari (TPA, ITF). Volume produksi sampah di Tahun 2013
sebesar 3.640 m3/hari dengan jumlah penduduk 1.443.403 jiwa diperkirakan
mencapai ±5.196 m3 sampah/hari.Dari volume sampah sampah yang dihasilkan, sampah yang terlayani oleh
armada sebesar 820.00 m3 per hari, yang terlayani oleh TPS3R dan Bank Sampah
sebanyak 26,02 m3 per hari dan sampah yang dilayan oleh ITF sebanyak 50 m3 per
hari, sehingga total sampah yang terlayani di Kota Tangerang Selatan sebanyak
928.52 m3 per hari.
Tabel 3-10. Jumlah Tempat Pembuangan Sampah Tahun 2015
No Tahun Tempat pembuangan sampah Volume Satuan
1 2011 Belum ada 2 20121 2011 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 2,36 Meter³/hari 2 2012 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 7,08 Meter³/hari Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 123275 Meter³ 3 2013 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 15,34 Meter³/hari Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 123275 Meter³ 4 2014 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 23,65 Meter³/hari Intermediate Treatment Facility (ITF) 12,5 Meter³/hari Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 123275 Meter³
Pembakaran dengan Ineserator (2015) 7 kecamatan x 10 m3 = 70 m3/hari
Di masa mendatang perlu dikembangkan pengelolaan sampah berbasis
masyarakat (PSBM). Paradigma pengolahan sampah yang telah berubah dari
“mengumpulkan, mengangkut dan membuang” menjadi “mengurangi, menggunakan
kembali, mendaur ulang, memulihkan” atau “reduce, reuse, recycle, recover”
menuntut keterlibatan masyarakat yang lebih besar dalam pengelolaan sampah.Sumber : Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, 2015
2014 656.00 23.65 679.65 2015 820.00 26.02 50 928.52
Tahun 2015 Tahun Sampah yg dilayani Armada (m3/hari) sampah yg ditangani TPS3R & bank sampah (m3/hari) sampah yg ditangani ITF (m3/hari) Total Sampah yg dilayani (m3/hari)
Tabel 3-12. Sampah yang terlayani
Sumber : Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, 2015
Tabel 3-11. Daya Tampung Tempat Pembuangan Sampah Tahun 2015
No Tahun Tempat pembuangan sampah Volume SatuanTempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R)
Sumber : Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, 2015
1 Unit
1 Unit Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang)
41 Unit Intermediate Treatment Facility (ITF)
1 Unit 4 2014 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R)
41 Unit Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang)
1 Unit 3 2013 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R)
41 Unit Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang)
1 Pelayanan ITF (2015) Kapasitas layanan 5000 KK x 4 jiwa x 2,5 liter/orang/hari = 50 m3/hari
1. Sosial Umum
4. Industri Kecil -
Besar -
Tabel 3-14. Tempat Pemakanan Umum (TPU) Kota Tangerang Selatan
Tempat pemakaman umum (TPU) milik Pemerintah Daerah Kota Tangerang
Selatan terdapat 7 lokasi sedangkan milik wakaf terdapat 125 lokasi yang tersebar di
kecamatan-kecamatan di Kota Tangerang Selatan. Saat ini pula terdapat satu
makam pahlawan yang terdapat di Setu, yaitu Taman Makam Pahlawan Seribu di
dekat kawasan industri Taman Tekno di Kecamatan Setu.Sumber : PDAM Kota Tangerang Selatan, 2014
13 Jumlah 10670
)
5. Khusus Pelabuhan -
Lainnya (Air Curah8
Selatan masih dilayani oleh PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang.
Jumlah pelanggan air minum pada tahun 2014 di wilayah IV sebanyak
10.657sambungan langsung (SL) sedangkan air curah sebanyak 13 SL. Di daerah
perumahan, pelayanan air bersih diberikan oleh pihak pengembang melalui pompa
deepwell, yang berarti masih menggunakan air tanah. Demikian juga masyarakat
yang tinggal di kawasan bukan perumahan yang menggunakan pompa air untuk
mendapatkan air bersih dengan sumber dari air tanah.
3. Niaga Kecil 495
Besar10
2. Non Niaga Rumah Tangga 10069
Instansi Pemerintah28
47 Khusus
Tabel 3-13. Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen dan Curah di Kota
Tangerang Selatan
No Jenis Konsumen 2014- )
4. ASPEK TEKNIS PERSEKTOR
4.1. RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang
terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau perdesaan.Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat
pertumbuhan, serta desa tertinggal.4.1.1. Isu Strategis Pengembangan Permukiman Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti
kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-
isu strategis pengembangan permukiman di Kota Tangerang Selatan adalah sebagai
berikut: a Penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan b Pengembangan permukiman yang pro poor; c Sudah ada data terkait dengan wilayah kumuh dan masterplan penanganannya.4.1.2. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah
wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman
yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Kondisi eksisting
pengembangan permukiman di Kota Tangerang Selatan terkait dengan capaian
dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Saat ini kebutuhan akan
lahan dan ruang tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang