PENGARUH BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI EBONI (Diospyros celebica Bakh.) | Asriyanti | Jurnal Warta Rimba 6356 21045 1 PB

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 103-110

PENGARUH BERBAGAI INTENSITAS NAUNGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI EBONI (Diospyros celebica Bakh.)
Asriyanti¹, Wardah², Irmasari²
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Abstract
Eboni (Diospyros celebica Bakh.) is a semi-toleranttree species that need shading during growth
process. This study aimed todetermine the effect of various intensity of shading on the growth
of eboni seedlings.The researchwas conducted from May to August 2013, at
thePermanentNursery,Tadulako University, Palu,CentralSulawesi. The experiment was laid out

in a Randomized Block Design (RBD) with five treatments; shading percentage 10% (N1),
shading percentage 30% (N2), shading percentage 50% (N3), shading percentage 70% (N4) and
shading percentage 90% (N5). Observation Parameters consist of seedling height increment,
stem diameter increment, and increment of leaf number per plant, root fresh and dry weight, and
shoot fresh and dry weight. The results of the study showed that there were no significant
differences between the treatments in all the parameters assessed. The height increment
response and root fresh and dry weight of eboni seedlings was higher in the treatment with
shading 90% than other shading intensity treatments, while the diameter and leaf number
increment response and shoot fresh and dry weight was higher in the treatment with shading
30%.
Keywords : Shading intensity, Growth, Diospyros celebica Bakh.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Eboni atau kayu hitam (Diospyros
celebica Bakh.) merupakan flora endemik
Sulawesi, dengan penyebaran di Sulawesi
Tengah, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan
(Restu dan Mukrimin, 2007). Eboni adalah
salah satu jenis flora yang dilindungi
(Hendromono dan Allo, 2008).

Saat ini habitat eboni paling selatan
adalah di wilayah Maros (Sulawesi Selatan),
sedangkan bagian utara di daerah Tomini dan
Toli-Toli (Sulawesi Tengah).
Sulawesi
Tengah merupakan daerah utama penyebaran
alami kayu eboni, yang meliputi wilayah
Poso, Parigi, Donggala, Palu, Luwuk, Tomini
dan Toli-Toli. Eboni mempunyai nama lokal
kayu hitam atau kayu arang (Sumiasri dan
Setyowati,
2006).
Masyarakat
Bugis
(Sulawesi Selatan) mengenal tanaman ini
dengan nama lokal aju lotong sedangkan Kaili
(Sulawesi Tengah) mengenalnya dengan nama
moutong.
Kayu eboni termasuk salah satu jenis
kayu yang sangat mahal harganya termasuk


dalam kelas mewah (Suryawan dkk, 2011).
Kayu Eboni adalah salah satu jenis kayu kelas
kuat satu, mewah, indah, dan bernilai
ekonomi tinggi yang kini semakin langka
(Mayasari dkk, 2012).
Dalam upaya mencegah penurunan
populasinya, telah pula dilakukan pelestarian
eboni secara ex situ dan in situ (Allo, 2001
dalam Sumiasri dan Setyowati, 2006).
Keterbatasan
informasi
jenis
eboni
mengakibatkan upaya konservasi genetik in
situ dan ex situ belum dilakukan secara baik
(Restu, 2007).
Berdasarkan sifat silvik eboni, yang semi
toleran, yang membutuhkan naungan pada
fase semai (Restu, 2006). Pertumbuhan bibit

dipersemaian memerlukan pemeliharaan yang
lebih intensif dibandingkan dengan di
lapangan.
Eboni merupakan jenis semi toleran
sehingga
persemaiannya
memerlukan
naungan atau dibuat pada tempat yang agak
teduh. Banyak spesies memerlukan naungan
pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan
bertambahnya umur naungan dapat dikurangi
secara bertahap (Irwanto, 2006).

103

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373

Hal: 103-110

Beberapa spesies yang berbeda mungkin
tidak memerlukan naungan dan yang lain
mungkin memerlukan naungan mulai awal
pertumbuhannya. Pengaturan naungan sangat
penting untuk menghasilkan semai-semai
yang berkualitas.
Oleh karena adanya
naungan, transpirasi dari semai dapat
dikurangi.
Beberapa
spesies
lain
menunjukkan perilaku yang berbeda.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah
dikemukakan, maka perlu mengadakan
penelitian tentang pengaruh intensitas
naungan terhadap pertumbuhan semai eboni.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
berbagai
intensitasnaungan
terhadap
pertumbuhan semai eboni.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui pengaruh berbagai intensitas
naungan terhadap pertumbuhan semai eboni.
Kegunaan penelitian ini agar dapat dijadikan
sebagai bahan informasi tentang naungan
yang terbaik dalam pertumbuhan awal semai
eboni.
Hipotesis
Perbedaan intensitas naungan diduga

memberikan perbedaan pertumbuhan tinggi,
diameter dan daun semai eboni.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei
sampai dengan Agustus 2013 bertempat di
Persemaian Permanen BPDAS Palu Poso di
Kampus Universitas Tadulako Palu Provinsi
Sulawesi Tengah, dan di Laboratorium Ilmuilmu Kehutanan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain:
1. Polybag, digunakan sebagai wadah media
tumbuh
2. Tanah lapisan atas (top soil)
3. Semai eboni (Diospyros celebica Bakh.)
yang berasal dari hutan alam di Desa
Siweli.
Alat yang digunakan antara lain:
1. Kaliper untuk mengukur diameter semai

2. Mistar untuk mengukur tinggi semai.

Luxmeter, untuk mengukur intensitas
cahaya
4. Oven, untuk mengeringkan semai
5. Neraca elektrik, untuk menimbang berat
semai
6. Cangkul/sekop,
digunakan
untuk
mengambil media tanah
7. Ayakan tanah (2 mm)
8. Kalkulator, untuk menghitung data
9. Laptop, untuk mengolah data
10. Kamera untuk dokumentasi penelitian,
dan
11. Alat tulis menulis.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan
uji coba pemberian berbagai intensitas

naungan terhadap semai eboni di persemaian.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan:
1) N1 = Naungan 10%
2) N2 = Naungan 30%
3) N3 = Naungan 50%
4) N4 = Naungan 70%
5) N5 = Naungan 90%
Penelitian ini terdiri lima perlakuan dan
tiga kelompok yaitu kelompok 1, semai
berdaun 1-2 helai, kelompok 2, semai berdaun
3-4 helai, kelompok 3, semai berdaun 5-6
helai, sehingga terdapat 15 unit percobaan.
Satu unit percobaan terdiri dari enam semai
sehingga total keseluruhan yaitu 5 x 3 x 6= 90
semai. Tanaman yang digunakan adalah
anakan eboni yang berasal dari cabutan alam,
dengan kriteria jumlah daun antara 1-6 helai.
Prosedur Penelitian
Pengumpulan dan Penyediaan Bahanbahan Penelitian

1. Penyediaan dan Seleksi Semai:
Bahan penelitian berupa semai dari
anakan alam eboni diambil dari habitat asli
yaitu Siweli. Anakan alam dicabut dengan
hati-hati yang berukuran relatif sama, dari
daun 1-6 helai, dimana:
a. Semai berdaun 1-2 helai = 35 semai
b. Semai berdaun 3-4 helai = 35 semai
c. Semai berdaun 5-6 helai = 35 semai
2. Penyiapan Naungan
Paranet yang digunakan sesuai dengan
perlakuan berbagai intensitas naungan yaitu
10%, 30%, 50%, 70%, 90%, dan dipasang
dengan tinggi 1,50 m di atas permukaan
tanah.
3.

104

WARTA RIMBA

Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 103-110

3. Penyediaan media
Tanah yang digunakan sebagai media
adalah tanah lapisan atas (top soil) yang
berasal dari Desa Sidera.
Pelaksanaan di Persemaian
1. Penyediaan media
Tanah dipisahkan dari akar-akar dan
kotoran yang terbawa ketika pengambilan
tanah dengan mengayak. Kemudian tanah
tersebut dimasukkan ke polybag yang
berukuran 20 cm x 25 cm.
2. Seleksi dan penanaman semai
Semai eboni diseleksi berdasarkan
kelompok jumlah daun. Selanjutnya semai
eboni ditanam di media yang telah disiapkan.
3. Penataan semai
Setelah paranet dengan intensitas cahaya
yang sesuai perlakuan telah disiapkan, satu
hari setelah pengambilan semai, semai
ditanam pada media yang sudah disiapkan.
4. Pemeliharaan
a. Semai disiram secara merata dua kali
sehari, tetapi pada saat hari hujan
intensitas penyiraman dikurangi.
b. Pembersihan gulma yang tumbuh pada
media sesuai kebutuhan.
5. Pengamatan dan pengukuran
a. Setelah tanaman berumur satu minggu
di persemaian, maka dilakukan
pengukuran awal (tinggi semai,
diameter semai, dan jumlah daun).
b. Pengukuran dilakukan setiap empat
minggu sekali selama penelitian.
Pelaksanaan di Laboratorium
a. Semai eboni dipanen setelah 3 bulan
dipelihara di persemaian. Tajuk dan akar
dipanen
dan
dipisahkan
untuk
mendapatkan berat basahnya. Semai yang
dipanen mewakili tiap-tiap kelompok.
b. Kemudian masing-masing sampel akar
dicuci dengan air bersih sebelum
dikeringkan dalam oven.
c. Tajuk dan akar dipanen secara terpisah
untuk mendapatkan berat basahnya (BB),
setelah itu dikeringkan dalam oven pada
suhu 110ºC selama 24 jam (sampai berat
konstan) kemudian ditimbang untuk
mendapatkan berat kering (BK).
Parameter Yang Diamati
Adapun parameter yang diukur adalah
sebagai berikut:
1. Tinggi semai (cm). Pengamatan tinggi
semai dilakukan dengan cara mengukur

tinggi semai dari pangkal batang sampai
pada pucuk batang. Data tinggi semai
diukur pada awal dan akhir penelitian
untuk mengetahui pertambahan tingginya.
2. Diameter batang (cm), dilakukan dengan
cara mengukur diameter batang dua cm
dari pangkal batang. Data diameter semai
diukur pada awal dan akhir penelitian
untuk
mengetahui
pertambahan
diameternya.
3. Jumlah daun (helai). Pengamatan jumlah
daun yaitu menghitung jumlah daun yang
tumbuh sampai akhir pengamatan. Data
diameter semai diukur pada awal dan akhir
penelitian untuk mengetahui pertambahan
daunnya.
4. Berat basah, semai dicabut dari polybag,
semai dibersihkan dari tanah yang melekat
pada akar, kemudian semai ditimbang (gr).
5. Berat kering, semai yang sudah ditimbang
berat basahnya kemudian dimasukan ke
dalam oven (suhu oven 110ºC, sampai
pada berat konstan) untuk mengetahui
berat kering semai.
Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
rumus sebagai berikut (Gaspersz, 1991):
Yij = u + τi+ βj + €ij
Dimana :
Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i
dalam kelompok ke-j
u = Nilai tengah umum
τi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
βj = Pengaruh aditif dari kelompok ke-j
€ij = Pengaruh galat percobaandariperlakuan
ke-i pada kelompok ke-j
Analisis sidik ragam menunjukkan
pengaruh yang nyata atau sangat nyata akan
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT) pada taraf 5% untuk melihat perbedaan
perlakuan yang dicobakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertambahan Tinggi Semai Eboni
Untuk mengetahui pengaruh intensitas
naungan
yang
diberikan
terhadap
pertambahan tinggi semai eboni maka
dilakukan analisis sidik ragam disajikan pada
Tabel 1.

105

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

Tabel

1.

ISSN: 2406-8373
Hal: 103-110

Hasil Analisis Sidik Ragam
pertambahan Tinggi Semai Eboni
(cm).

Dari
hasil
analisis
sidik
ragammenunjukkan bahwa
pengaruh
berbagai intensitas naungan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap semai eboni.
Untuk lebih jelasnya pertambahan tinggi
semai eboni pada berbagai inensitas naungan
disajikan pada gambar 1.

Pertambahan Tinggi Rata-rata
Semai Eboni (cm) Umur Tiga
Bulan Setelah tanam
Meskipun hasil sidik ragam tidak
berpengaruh nyata, namun berdasarkan hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
kecenderungan bahwa pemberian perlakuan
naungan
90%
(N5),
menghasilkan
pertambahan tinggi semai eboni yang lebih
baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pertumbuhan tinggi tersebut disebabkan
karena semai membutuhkan sinar matahari
untuk berfotosintesis guna mendukung
pertumbuhan semai.
Pertambahan Diameter Batang Semai
Eboni
Untuk mengetahui pengaruh berbagai
intensitas naungan yang diberikan terhadap
pertambahan diameter batang semai eboni
maka dilakukan analisis sidik ragam disajikan
pada tabel 2.

Tabel

2.

Hasil Analisis Sidik Ragam
Pertambahan Diameter batang
Semai Eboni (cm)

Hasil
analisis
sidik
ragam
memperlihatkan bahwa perlakuan berbagai
intensitas
naungan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap pertambahan
diameter batang pada semai eboni selama tiga
bulan.
Pertambahan diameter pada
hakekatnya merupakan produk yang sama
dengan pertambahan tinggi, keduanya adalah
hasil dari aktivitas penanaman unsur hara dan
nutrisi yang diperoleh tanaman dari media
tumbuh. Untuk lebih jelasnya pertambahan
diameter batang semai eboni pada berbagai
intensitasnaungan disajikan pada gambar 2.

Gambar 1.

Gambar 2.

Pertambahan Diameter Batang
Rata-rata Semai Eboni (cm)
Umur Tiga Bulan Setelah Tanam
Meskipun hasil sidik ragam tidak
berpengaruh nyata, namun berdasarkan hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
kecenderungan bahwa pemberian intensitas
naungan30% (N2) menghasilkan pertambahan
diameter batang semai eboni yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pertambahan Jumlah Daun Semai Eboni
Untuk mengetahui berbagai intensitas
naungan terhadap pertambahan jumlah daun
semai eboni maka dilakukan analisis sidik
ragam disajikan pada tabel 5.

106

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

Tabel 3.

ISSN: 2406-8373
Hal: 103-110

Hasil Analisis Sidik Ragam
Pertambahan Jumlah Daun
Semai Eboni (helai)

Hasil
analisis
sidik
ragam
memperlihatkan bahwa berbagai intensitas
naungan tidak berpengaruh nyata terhadap
berat basah tajuk semai eboni. Untuk lebih
jelasnya berat basah tajuk semai eboni pada
berbagai intensitas naungan disajikan pada
gambar 4.

Hasil analisis sidik ragam memperlihtkan
bahwa berbagai intensitas naungan tidak
memberi pengaruh nyata terhadap jumlah
daun semai eboni. Untuk lebih jelasnya
pertambahan jumlah daun semai eboni
disajikan pada gambar 3.

Gambar 3.

Pertambahan Jumlah Daun Ratarata Semai eboni (helai) Umur
Tiga Bulan Setelah Tanam
Meskipun hasil sidik ragam tidak
berpengaruh nyata, namun berdasarkan hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
kecenderungan bahwa pemberian intensitas
naungan
30%
(N2)
menghasilkan
pertambahan jumlah daun semai eboni yang
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.
Berat Basah Tajuk Semai Eboni
Untuk mengetahui pengaruh berbagai
intensitas naungan yang diberikan terhadap
berat basah tajuk semai tanaman eboni maka
dilakukan analisis sidik ragam seperti yang
disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat
Basah Tajuk Semai Eboni (gr)

Gambar 4. Berat basah Tajuk Rata-rata Semai
Eboni (gr) Umur Tiga Bulan
Setelah Tanam
Meskipun hasil sidik ragam tidak
berpengaruh nyata, namun berdasarkan hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
kecenderungan bahwa pemberian intensitas
naungan 30% (N2) menghasilkan berat basah
tajuk semai eboni yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Berat Basah Akar Semai Eboni (gr)
Untuk mengetahui pengaruh berbagai
intensitas naungan terhadap berat basah akar
semai eboni maka dilakukan analisis sidik
ragam disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis sidik Ragam Berat
basah Akar semai eboni (gr)

Hasil
analisis
sidik
ragam
memperlihatkan bahwa berbagai intensitas
naungan tidak berpengaruh nyata terhadap
berat basah akar semai eboni. Untuk lebih
jelasnya berat basah akar semai eboni pada
berbagai intensitas naungan disajikan pada
gambar 5.

107

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 103-110

Gambar 5. Berat Basah Akar Rata-rata Semai
Eboni (gr) Umur Tiga Bulan
Setelah Tanam
Meskipun hasil sidik ragam tidak
berpengaruh
nyata,
namun
terdapat
kecenderungan bahwa pemberian intensitas
naungan 90% (N5) menghasilkan berat basah
akar semai eboni yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Berat Kering Tajuk Semai Eboni
Untuk mengetahui berbagai intensitas
naungan yang diberikan terhadap berat kering
tajuk semai eboni maka dilakukan analisis
sidik ragam disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat
Kering Tajuk Semai Eboni (gr)

Hasil
analisis
sidik
ragam
memperlihatkan bahwa berbagai intensitas
naungan tidak berpengaruh nyata terhadap
berat kering tajuk semai eboni (gambar 6).

Gambar 6.

Berat Kering Tajuk Rata-rata
Semai Eboni (gr) Umur Tiga
Bulan Setelah Tanam

Meskipun hasil sidik ragam tidak
berpengaruh
nyata,
namun
terdapat
kecenderungan bahwa pemberian intensitas
naungan 30% (N2) menghasilkan berat kering
tajuk semai eboni yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Berat Kering Akar Semai Eboni (gr)
Untuk mengetahui pengaruh berbagai
intensitas naungan terhadap berat kering akar
semai eboni maka dilakukan analisis sidik
ragam disajikan pada tabel 7.
Tabel 7.
Hasil analisis sidik ragam berat
kering akar semai eboni (gr)

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa perlakuan berbagai intensitas naungan
tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering
akar semai eboni (gambar 7).

Tabel 7.

Berat kering akar rata-rata semai
eboni (gr) umur tiga bulan setelah
tanam
Meskipun hasil sidik ragam tidak
berpengaruh
nyata,
namun
terdapat
kecenderungan bahwa pemberian intensitas
naungan 90% (N5) menghasilkan berat kering
akar semai eboni yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pembahasan
Eboni yang merupakan tumbuhan semi
toleran, meskipun memerlukan naungan pada
awal pertumbuhannya namun naungan yang
dibutuhkan tidak telalu berat karena eboni
juga masih memerlukan sinar matahari untuk
proses fotosintesis. Pada naungan yang berat
dapat menyebabkan terganggunya proses

108

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 103-110

fotosintesis pada pertumbuhan semai,
sehingga pertumbuhan semai tidak seimbang
antara pertumbuhan tinggi dan diameter.
Pemberian
naungan
yang
ringan
menyebabkan pertumbuhan ke samping,
sedangkan untuk tinggi semai cenderung
pendek.
Hasil
pengamatan
di
lapangan
menunjukkan bahwa eboni dengan ukuran
tinggi kurang dari 20 cm banyak dijumpai di
bawah tegakan induknya, namun yang
berhasil tumbuh sampai pada tingkat pancang
dan tiang sangat sedikit. Hal ini diduga
karena kebutuhan akan penyinaran matahari
kurang memadai karena terhalangi oleh
penutupan tajuk yang cukup rapat (Mayasari
dkk, 2012).
Faktor lingkungan seperti media, iklim
mikro, ketersediaan air, suhu udara, cahaya
dan ketersediaan hara dapat mempengaruhi
pertumbuhan
tanaman.
Media
tanam
merupakan salah satu unsur penting bagi
pertumbuhan tanaman, oleh sebab itu media
yang sesuai untuk jenis tanaman tertentu
sangatlah diperlukan (Setyowati, 2011).
Tanaman naungan ditandai dengan
rendahnya titik kompensasi cahaya sehingga
dapat mengakumulasi produk fotosintat pada
tingkat cahaya yang rendah dibandingkan
dengan tanaman cahaya penuh (Pantilu dkk,
2012).
Daun
merupakan
organ
tempat
fotosintesis umumnya terjadi pada tanaman
berhijau daun (Panjaitan dkk, 2011). Pada
penelitian ini pemberian tingkat naungan yang
berbeda ternyata tidak berpengaruh nyata
terhadap
pertambahan
jumlah
daun).
Meskipun
hasil sidik ragam tidak
berpengaruh nyata, namun berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pertambahan
jumlah daun pada semai eboni yang paling
baik pada naungan N 30% (N2). Pemberian
naungan 30% memberikan respon yang lebih
baik dilihat dari warna daun yang lebih segar
(hijau tua), dibanding naungan 10% yang
warna daun yang lebih pucat (hijau mudah).

Perbedaan
tingkat
naungan
mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara,
kelembaban udara dan suhu tanah lingkungan
tanaman, sehingga intensitas cahaya yang
diterima oleh tanaman berbeda dan
mempengaruhi ketersediaan energi cahaya
yang akan diubah menjadi energi panas dan
energi kimia (Widiastuti dkk, 2004).
Secara genetik, tanaman yang toleran
terhadap naungan mempunyai kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap perubahan
lingkungan.
Peningkatan
luas
daun
merupakan
upaya
tanaman
dalam
mengefisiensikan penangkapan energi cahaya
untuk fotosintesis secara normal pada kondisi
kekurangan cahaya, tanaman berupaya untuk
mempertahankan agar fotosintesis tetap
berlangsung dalam kondisi intensitas cahaya
rendah (Djukri dan Purwoko, 2003).
Pada pengamatan banyaknya daun,
naungan mempengaruhi terbentuknya daun
pada kelompok perlakuan (Khoiri, 2013).
Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat
ternaung daripada di tempat terbuka. Jenis
yang diteliti memberikan respon terhadap
perbedaan intensitas cahaya. Tumbuhan pada
naungan akan meningkatkan laju fotosintesis
diantaranya dengan memperbanyak jumlah
daun.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa perlakuan persentase
naungan memberikan pengaruh yang tidak
nyata terhadap semua parameter pengamatan.
Perlakuan naungan 90% (N5) cenderung
memberikan respon yang lebih baik terhadap
pertambahan tinggi, berat basah akar, berat
kering akar semai eboni, sedangkan naungan
30% (N2) memberikan respon yang lebih baik
terhadap pertambahan diameter batang,
pertambahan jumlah daun, berat basah tajuk
dan berat kering tajuk semai eboni
dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

109

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 103-110

DAFTAR PUSTAKA
Djukri dan Purwoko. B. S., 2003. Effect of
paranets shade to tolerance characters
of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott).
Ilmu Pertanian 10 (2) : 17-25
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan
Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian,
Ilmu-ilmu Teknik dan Biologi. Armico.
Bandung
Hendromono, dan M.K. Allo. 2008.
Konservasi Sumberdaya Genetika Eboni
di Sulawesi Selatan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan Tanaman. Balai
Penelitian Kehutanan Makassar. Info
Hutan 5 (2) : 177-187
Irwanto, 2006.
Pengaruh Perbedaan
Naungan terhadap Pertumbuhan Semai
Shorea sp di Persemaian. Ilmu-ilmu
Pertanian, Yogyakarta
Khoiri. M., 2013. Pengaruh Naungan
Terhadap Pertumbuhan dan Laju
Fotosintesis Tanaman Cabe Merah
(Capsicum annuum L) Sebagai Salah
Satu Sumber Belajar Biologi. Universitas
Muhammadiyah Metro, Metro.
Mayasari, A., J. Kinho, dan A. Suryawan.
2012. The Association of Ebony
(Diospyros spp.) and Dominant Tree
Species in Tangkoko Nature Reserve
North Sulawesi.
Balai Penelitian
Kehutanan Manado Info BPK Manado 2
(1) : 55-71
Panjaitan, S., R.S. Wahyuningtyas, dan
Ambarwati. 2011. Effect of Shading on
the Ecophysiology Process of Shorea
selanica (DC.) Blume at Nursery. Balai
Penelitian
Kehutanan
Banjarbaru,
Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian
Dipterokarpa, 5 (2): 73-82
Pantilu, L.I., F.R. Mantiri., Nio Song Ai, D.
Pandiangan, 2012. Respons Morfologi
dan Anatomi Kecambah Kacang Kedelai
(Glycine max (L.) Merill) Terhadap
Intensitas Cahaya Yang Berbeda.
Fakultas
MIPA Universitas
Sam
Ratulangi Manado. Jurnal Bioslogos,
Agustus 2012, 2 (2) : 81-87

Restu, M., 2006. Potensi dan Permudaan
Tegakan Alam Eboni (Diospyros celebica
Bakh.) di Areal HPH PT. INHUTANI.
Mamuju. Jurnal Perennial, 2 (2) : 44-46
Restu, M., 2007. Uji Provenansi Eboni
(Diospyros celebica Bakh.) Fase Anakan.
Laboratorium
Silvikultur,
Fakultas
Kehutanan, Program Studi Manajemen
Hutan,
Universitas
Hasanuddin,
Makassar. Jurnal Hutan dan Masyarakat,
2 (2) : 194-199
Restu, M., dan Mukrimin, 2007. Keragaman
Genetik Ebony (Diospyros celebica
Bakh.) Provenansi Amaro Kabupaten
Barru.
Laboratorium
Silvikultur,
Fakultas Kehutanan,
Universitas
Hasanuddin. Makassar. Jurnal Hutan
dan Masyarakat, 2 (3) : 263-267
Setyowati, N., 2011. Pengaruh Intensitas
Cahaya dan Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Bibit Rosella. Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta,
Bogor. J. Agrivigor, 10 (2)
Sumiasri, N., dan N. Setyowati, 2006.
Pengaruh Beberapa Media pada
Pertumbuhan Bibit Eboni (Diospyros
celebicaBakh) melalui Perbanyakan Biji.
Biodiversitas, 7 (3)
Suryawan, A., J. Kinho, dan A. Mayasari,
2011. Potensi Permudaan Alami Jenisjenis Eboni (Diospyros spp.) di Cagar
Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara.
Info BPK Manado, 1 (1) : 21-33
Widiastuti, L., Tohari., E. Sulistyaningsih,
2004.Pengaruh Intensitas Cahaya dan
Kadar Daminosida Terhadap Iklim
Mikro dan Pertumbuhan Tanaman
Krisan Dalam Pot. Ilmu Pertanian, 11
(2) : 35-42

110

Dokumen yang terkait

SIFAT FISIK TANAH DI BAWAH TEGAKAN EBONI ( Diospyros celebica Bakh ) PADA KAWASAN CAGAR ALAM PANGI BINANGGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Evarnaz | Jurnal Warta Rimba 3621 11403 1 PB

0 0 8

VARIASI FENOTIP DAN GENOTIP EBONI (Diospyros celebica Bakh) PADA HUTAN ALAM DAN HUTAN TANAMAN DI SULAWESI TENGAH DAN SULAWESI BARAT | Wahyuningsih | Jurnal Warta Rimba 3608 11351 1 PB

0 0 7

SIFAT FISIK TANAH DI BAWAH TEGAKAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DI DESA KASIMBAR BARAT KECAMATAN KASIMBAR KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Marwan | Jurnal Warta Rimba 6357 21049 1 PB

0 0 7

ASOSIASI EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DENGAN JENIS POHON LAIN PADA SEBARAN ALAMNYA DI SULAWESI TENGAH | Wulandari | Jurnal Warta Rimba 8517 27985 1 PB

0 0 7

ANALISIS FITOKIMIA EKSTRAK KAYU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) | Ariyanti | Jurnal Warta Rimba 8541 28037 1 PB

0 1 8

PERTUMBUHAN TANAMAN EBONI (Diospyros celebica Bakh) PADA BERBAGAI NAUNGAN | Rauf | Jurnal Warta Rimba 8129 26688 1 PB

0 0 6

DAMPAK PERUBAHAN FISIOLOGI DAN BIOKIMIA BENIH EBONI ( Bakh.) SE PENYIMPANAN Diospyros celebica

0 0 7

SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT DI HABITAT EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DAS SAUSU SULAWESI TENGAH | Rukmi | Jurnal Warta Rimba 8675 28468 1 PB

0 0 9

PERTUMBUHAN BIBIT EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DAN (Diospyros malabarica Desr. Kostel.) PADA VARIASI INTENSITAS CAHAYA Naskah Publikasi - Pertumbuhan Bibit Eboni (Diospyros Celebica Bakh.) Dan (Diospyros Malabarica Desr. Kostel.) Pada Variasi Intensit

0 0 26

PERTUMBUHAN SEMAI EBONI (Diospyros celebica Bakh.) PADA BERBAGAI INTENSITAS CAHAYA DAN PENYIRAMAN Bambang Sutejo

0 2 7