100428 AKJ 2009 03 16 Uri Uri Keris

Judul : uri uri keris
Tempat :
Rep :
Tanggal :
Sebagai karya seni dalam wujud senjata tajam dengan bentuk khas satu-satunya di dunia, keris terdapat di
hampir seluruh kawasan Nusantara. // Tetapi banyak temuan arkeologi dan sejarah yang sangat menguatkan
kesimpulan bahwa keris-keris generasi awal dibuat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. // Oleh karena itu buku
ini berusaha membahas khusus keris Jawa secara komprehensif, mulai dari segi mistik, dongeng, legenda,
kepercayaan, filsafat, sejarah, sampai teknik pembuatan hingga tradisi yang berkaitan dengan keris dalam
tata kehidupan suku Jawa. //
keris yang dikenal sekarang adalah tinggalan budaya masa lalu, dengan kegunaannya yang berkembang dari
masa ke masa. Fungsi keris dapat dibedakan secara fisik, simbolik, spiritual, dan menurut peran
sampingannya. Berbagai perkembangan itu bukan semata-mata menyangkut bilah kerisnya saja, melainkan
juga pelengkap bilahnya seperti jejeran, mendhak, selut, warangka, dan pendhok. Apresiasi terhadap keris
tidak terlepas dari pengaruh perkembangan pola pikir masyarakat dari zaman ke zaman.
Secara garis besar perkembangan masyarakat dapat digolongkan ke dalam empat tingkat, mulai dari
masyarakat yang terasing dan primitif, ke masyarakat tradisional, kemudian ke masyarakat peralihan, dan
akhirnya ke masyarakat modern. Pada umumnya orang Jawa pada awal abad ke-21 ini sedang berubah
statusnya dari masyarakat peralihan menjadi masyarakat modern. Oleh karena itu, sikap dan cara hidupnya
pun dalam beberapa aspek sudah mengacu ke cara berpikir modern.
Dalam perkerisan sikap peralihan tersebut, antara lain, tampak bahwa sebagian orang Jawa masih tetap

membudayakan keris itu sebagai kelengkapan busana adat atau pusaka, tetapi sebagian lain sudah mulai
menempatkannya sebaga benda seni, cender mata, atau bahkan menjadi incestasi komersial. Demikian pula
satu kalangan masih percaya pada tuah dalam sebilah keris, tetapi kalangan lain sudah melakukan penelititan
keris dengan cara mengorbankan bilah keris, misalnya dibelah atau dipotong, dan dietsa. Sebagian sikap
orang Jawa dalam perkerisan dapat diikuti dalam uraian berikut ini.

Ditinjau dari mutu garapan fisiknya, terdapat dua golongan keris, yakni keris gramen dan keris yasan. Keris
gramen adalah keris dagangan atau keris yang dibuat tidak berdasarkan pesanan. Harganya murah dengan
mutu biasa atau kurang baik karena hanya dibuat sekadar untuk pelengkap busana dan peristiwa adat lain.
Keris macam itu dibuat oleh para empu rakyat atau pandai besi biasa, sedangkan keris yasan dibuat
oleh seorang empu yang ahli dan ternama atas pesanan raja, para bangsawan, pejabat istana, dan orang
berada lainnya. Keris yasan dapat pula dibedakan menurut siapa pemesannya. //
Pengertian baik di sini sebenarnya sangat kompleks artinya, antara lain secara teknis material, estetis, etis,
simbolis, psikologis, dan spiritual. Walau pada akhirnya soal baik atau tidak baik itu banyak dipengaruhi oleh
subjektivitas individual, tetapi dalam budaya perkerisan tetap dikenal kriteria untuk menilai keris.
Berikut adalah kriteria yang dipertimbangkan:
(1) Teknis-material: Mutu pengerjaan teknis kelogaman sebagai senjata tajam, termasuk bahan bakunya
memenuhi syarat.
(2) Estetis: Keindahannya memenuhi syarat.
(3) Serasi: Kesesuaian antara keris dan pemiliknya, baik secara eksternal maupun internal; eksternal adalah

kesan menurut penilaian orang lain, sedangkan internal menurut apa yang dirasakan si pemilik.
(4) Historis: Asal-usul pemilikan atau peristiwa yang melatarbelakanginya.
(5) Simbolis: Arti yang terkandung dalam bentuk fisik keris itu.

(6) Psikologis: Pengaruh kejiwaan yang ditimbulkan oleh keris itu. Hal ini hanya berlaku bagi mereka yang
percaya dan atau dapat merasakannya.
(7) Spiritual: Jenis tuah yang dibawa oleh keris itu bagi mereka yang percaya dan/atau dapat merasakannya.

Hingga saat ini apa yang disebut ilmu perkerisan sebenarnya belum dapat disusun. Ilmu yang dimaksudkan
adalah pengetahuan perkerisan yang sistematis, yang dibekali dengan berbagai penalaran terhadap
obyek pengamatan, antara lain: prasasti, relief candi, keris tinggalan kuno, ajaran, kepustakaan masa lalu,
roman sejarah, cerita rakyat dan penelitian ilmiah. Ilmu ini diharapkan menjadi panduan bagi para
peminat keris masa kini dan yang akan datang. Dalam ilmu tersebut kelak semua aspek, sikap, dan
pandangan tentang perkerisan akan ditampung secara selektif. Misalnya mana yang pantas diyakini, mana
yang didukung oleh bukti-bukti, mana yang sekedar tutur tinular, dan mana pula yang cukup sekedar menjadi
catatan
"Masyarakat Indonesia tidak mengenal sejarah dalam pengertian apa yang dikenal sebagai history. Dalam
hidup sehari-hari, masyarakat memahami sejarah sebagai babad atau kronik. Sejarah model babad,
menurut beberapa ahli sesungguhnya ahistory (bukan sejarah)." Jelasnya babad, kakawin, serat, dan buku
kuno tentang perkerisan, belum dapat dipakai sebagai sumber utama sejarah. Penyebutan angka

tahun tertentu dalam buku perkerisan kuno sepintas lalu memang seperti mengilmiahkan data perkerisan.
Padahal sebenarnya hanya suatu pseudo-ilmiah yang justru semakin menimbulkan kerancuan. Bagi
orang awam - mitos, legenda, dan dongeng di satu pihak - memang sulit dibedakan dengan fakta sejarah
ilmiah di lain pihak. Bagi orang masa kini, cara yang paling mudah untuk mendapat pengetahuan perkerisan
adalah dengan menghayati keris-keris yang masih ada sekarang. Sudah tentu bahwa untuk mempelajarinya
masih tetap harus mempertimbangkan kaidah-kaidah tradisional, namun menggunakan cara analisis modern.
Oleh karena itu diperlukan sikap mental, yang berani merumuskan penalaran-penalaran baru, dan sedapat
mungkin menghindari perbenturannya dengan tata nilai lama yang masih berlaku. Cara mempelajari
pengetahuan perkerisan dapat juga dilakukan pada kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan sesama
penggemar keris, atau dengan mengadakan ceramah, seminar, sarasehan, pameran, diskusi dan lokakarya.
Bisa juga dengan pertemuan berkala. Yang paling efektif adalah dialog antara tiga atau empat orang
penggemar yang sekaligus kolektor, baik pemula maupun kolektor senior.