Eksplorasi Rinci Batuan Kalium Di Daerah Bungatan, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur

EKSPLORASI RINCI BATUAN KALIUM DI DAERAH BUNGATAN,
KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR
Kusdarto, Bayu Sayekti
Kelompok Program Penelitian Mineral
SARI
Secara administratif lokasi eksplorasi rinci terletak termasuk dalam wilayah Desa Patemon,
Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur, secara geografis daerah
ini terletak di antara garis-garis koordinat 113° 50' 7,28" – 113° 51' 33,73" Bujur Timur dan
7° 44' 40,64"– 7° 46' 5,36" Lintang Selatan dengan luas sekitar 650 hektar.
Batuan tertua yang terdapat di daerah penyelidikan adalah Formasi Ringgit secara tidak
selaras ditutupi oleh Satuan Batuan Breksi Hasil Gunungapi Tua dan diterobos oleh diorit
serta trakhit, endapan termuda adalah endapan aluvial. Batuan mengandung kalium terdapat
dalam satuan batuan breksi, Hasil Gunungapi Tua. Endapan yang mengandung kalium adalah
satuan tufa dan batuan nefelin sienit porfiri, kandungan K2Onya bervariasi dari 2,02 – 10,18
%, dengan luas sebaran mencapai 146,3 hektar dan ketebalan rata-rata kurang lebih 30 m,
diperkirakan sumberdaya terukur mencapai 12.581.585 m3.
Potensi batuan pembawa kalium tersebut tidak dapat langsung digunakan dalam industri
pertanian, karena unsur K dalam batuan yang diperlukan sebagai nutrisi dari mineral tersebut
tidak dapat langsung diserap oleh tumbuhan, perlu proses “bioleaching” agar unsur K terurai
dan diserap oleh tumbuhan.
Untuk prospek pengembangan potensi batuan kalium sebagai bahan baku dalam industri

pupuk, khususnya pupuk kalium masih perlu penelitian terutama penggunaannya. Untuk itu
perlu dilakukan penelitian dengan semua pihak baik industri, pendidikan maupun pihak
lainnya, karena dari pertimbangan ekonomi dan lingkungan penggunaan batuan sebagai
pupuk (dalam hal ini pupuk kalium), merupakan sumberdaya yang cukup potensil, disebabkan
pupuk jenis ini mudah larut dalam air dan tidak merusak struktur tanah.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2008 Pusat Sumber Daya
Geologi telah melakukan Eksplorasi
Umum Agromineral di Kabupaten
Situbondo, Provinsi Jawa Timur, dan
merekomendasikan untuk dilakukannya
eksplorasi rinci terhadap bahan galian
batuan
kalium guna
mendapatkan
gambaran potensinya secara lebih akurat
dan lengkap sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pengembangan dari potensi
bahan galian tersebut. Menurut penyelidik
terdahulu (Kusdarto,2008) di daerah

Patemon dan sekitarnya, Kecamatan
Bungatan, Kabupaten Situbondo, Jawa
Timur dijumpai batuan yang mengandung
kalium dengan kadar K2O sebesar 2,02% 9,30%
dan
sumberdaya
sebesar
45.000.000 m3.

Dengan kegiatan eksplorasi rinci ini dapat
disajikan data bawah permukaan melalui
analisa laboratorium terhadap conto-conto
inti bor (core), sehingga sumber daya dan
mutu batuan yang mengandung kalium
baik secara lateral maupun vertikal dapat
tersedia secara lebih lengkap.
Secara administratif daerah eksplorasi
termasuk dalam komplek Gunung RinggitBeser, yang secara administratif termasuk
dalam wilayah Desa Patemon, Kecamatan
Bungatan, Kabupaten Situbondo, Provinsi

Jawa Timur luasnya lebih kurang 650 ha.
Secara geografis terletak di antara garisgaris koordinat 113° 50' 7,28" – 113° 51'
33,73" Bujur Timur dan 7° 44' 40,64"– 7°
46' 5,36" Lintang Selatan, terletak lebih
kurang 15 km arah barat Kota Situbondo,
dapat dicapai dengan kendaraan roda
empat melalui jalan negara, dan ke selatan
dari Bungatan melalui jalan kabupaten
lebih kurang 5 km (Gambar 1).

- Endapan Aluvial
Metoda penyelidikan yang digunakan
berkaitan dengan kegiatan ini antara lain :
1. Pengumpulan data sekunder
2. Pengumpulan data primer
· Pemetaan Geologi dan Pengukuran
Topografi skala 1: 5.000
· Pemboran Eksplorasi (5 titik bor),
kedalaman rata-rata 25 m
· Pengamatan dan pengambilan conto

data permukaan
3. Analisis Laboratorium
4. Pengolahan data
GEOLOGI DAN POTENSI
BATUAN KALIUM
Daerah Eksplorasi Rinci merupakan
bagian selatan dari kompleks Gunung
Ringgit dapat dibedakan menjadi 2 satuan
morfologi, yaitu satuan morfologi dataran
rendah dan satuan morfologi perbukitan.
Satuan morfologi dataran rendah, terdapat
di bagian utara dan selatan ditempati oleh
endapan aluvium membentuk suatu
dataran banjir Kali Waringin dan Kali
Ngabinan yang umumnya merupakan
tempat bercocok tanam dan pemukiman
penduduk.
Satuan morfologi Perbukitan, satuan ini
menempati
sebagian besar

daerah
penyelidikan, terutama berkembang di
bagian tengah, morfologinya dikontrol
oleh tufa, breksi, lava andesit, dengan retas
andesit dan sienit porfir dari satuan batuan
Formasi Ringgit. Relief kasar, lembah
yang sempit berbentuk V, lereng-lereng
yang terjal dengan sudut kemiringan lebih
dari 60o. Deretan puncak-puncak bukit
merupakan batas pemisah aliran sungai.
Pola aliran sungai umumnya dendritik di
beberapa tempat menyebar (radier ).
Singkapan tertua yang terdapat di daerah
eksplorasi rinci adalah satuan nefelin sienit
porfiri, di atasnya diendapkan satuan tufa,
di beberapa tempat diterobos oleh nefelin
sienit porfiri berupa retas, trakhit, endapan
termuda adalah endapan aluvial.
Urut-urutan stratigrafi daerah penyelidikan
mulai dari tua sampai muda adalah sebagai

berikut :
- Nefelin sienit porfiri
- Tufa
- Trakhit

1. Satuan Nefelin sienit porfiri
Batuan berwarna abu-abu kehijauan muda
sampai abu-abu kehijauan tua, rapuhkeras, kompak, banyak dijumpai rekahan,
yang diisi oleh urat karbonat, dijumpai
mika berwarna kuning kecoklatan sampai
kehitaman hitam, bintik putih. Batuan ini
umumnya tidak tersingkap, terdapat
dibawah satuan tufa, dijumpai pada
kedalaman 5 – 10 m (hasil pemboran).
Satuan ini juga tersingkap sebagai retas,
berwarna abu-abu kehijauan setempat
kehitaman berbintik putih, tebal dari 30
cm sampai 1 m, banyak mengandung
mineral nefelin dan mika, umumnya lapuk,
seperti yang dijumpai di jalan antara

Patemon-Ngabinan dan di daerah sekitar
Gunung Rabunan.
2. Satuan tufa
Menempati
bagian
tengah
daerah
penyelidikan dengan sebaran barat-timur,
menutupi satuan andesit membentuk
punggungan-punggungan. Berupa tufa
pasiran setempat breksian, retas, dan tufa
pasiran. Tufa berwarna putih kotor sampai
kecoklatan, nampak bintik hitam mineral
mika, setempat berupa tufa breksi dengan
komponen aneka batuan, seperti : andesit,
batuan leusit dengan masa dasar tufa
berbintik putih, berwarna putih kecoklatan
setempat sampai kehitaman, fragmen
berbentuk
bersudut

tajam
sampai
tanggung, berukuran kerikil sampai
bongkah, pada daerah yang mengalami
pelapukan kuat sukar dibedakan antara
fragmen dan masa dasar seperti yang
dijumpai di timur laut Bukit Rabunan,
Dsn. Ngabinan, Ds. Patemon.
3. Trakhit
Batuan ini menerobos satuan Nefelin sienit
porfiri dan tufa, membentuk perbukitan
yang dikenal dengan Gunung Rabunan.
Batuan berwarna putih kecoklatan, dengan
bintik hitam, keras, tampak butir kuarsa.
Dijumpai di daerah sekitar gunung
Rabunan, di dusun Ngabinan.
4. Endapan Aluvial
Endapan ini menempati lembah sungai
Ngabinan, di sekitar Kampung Ngabinan,
berupa endapan sungai dan endapan

undak, endapan sungai terlihat pada dasar
sungai yang mengalir, berupa lumpur,
pasir, kerikil, kerakal dan bongkah,

sedangkan endapan undak berupa endapan
pasir campur kerikil dan endapan kerikil,
seperti yang dijumpai pada dinding
Sungai Kesambian, Desa Sumber Tengah.
Setelah dilakukan eksplorasi, pengambilan
contoh, analisa labratorium dan evaluasi,
baik hasil lapangan serta hasil kajian dari
berbagai sumber pustaka, batuan yang
mengandung kalium di Desa Patemon dan
sekitarnya,
Kecamatan
Bungatan,
Kabupaten Situbondo, Jawa Timur
terdapat dalam satuan tufa, dan batuan
nefelin sienit porfiri. Umumnya batuan
nefelin tidak tersingkap dipermukaan, di

beberapa tempat dijumpai sebagai retas,
dengan tebal bervariasi dari 30 cm sampai
1 m, berwarna abu-abu kehijauan,
setempat kehitaman, berbintik putih dan
banyak mengandung mineral mika. Tufa
pasiran, berwarna putih kekuningan
sampai kecoklatan berbintik putih. Setelah
dilakukan analisa kimia terhadap contocontoh batuan dari kegiatan tahun 2008
dan 2010 (91 contoh), baik breksi, retas
dan tuf, ternyata kandungan K2Onya
bervariasi dari 2,02 – 10,18 %.
Sedangkan dari contoh bor kandungan
K2O nya 2,54% - 7,05%. Dari hasil analisa
petrografi dan kimia contoh bor dapat
diketahui, bahwa batuan ini berupa nefelin
sienit porfiri, yang menerobos satuan tufa,
baik berupa intrusi maupun retas.
Di daerah eksplorasi rinci ini endapan
batuan yang diperkirakan mengandung
kalium

dijumpai
meliputi
Dusun
Gebangan, Ngabinan dan Patemon, Desa
Patemon dengan luas sebaran mencapai
146,3 hektar.
Estimasi sumberdaya pada dasarnya
adalah menghitung volume atau tonase
bahan galian dengan menggunakan
metode perhitungan tertentu, disesuaikan
dengan antara lain : jenis, sifat, kedudukan
dan genesa dari bahan galian tersebut.
Melihat bentuk geometrisnya berdasarkan
keadaan sebaran (data permukaan dan data
pemboran) serta topografis keberadaan
batuan yang mengandung kalium, maka
volumenya dihitung berdasarkan metode
”Cross Section“.
Dengan formula sebagai berikut :
V = d/6 (A1 + 4M + A2)
dimana :
d : jarak antar penampang A1 dan A2

A1 : Luas penampang A1
4M : Luas penampang antara A1 dan A2,
yang jaraknya sama antar keduanya
A2 : Luas penampang A2
penampang dibuat dengan anggapan tebal
batuan yang mengandung kalium adalah
satuan tufa dan satuan nefelin sienit
porfiri, sedangkan jarak antar penampang
dibuat sejauh 100 m.
Dari hasil perhitungan setiap blok dan
jumlah total seluruh blok diketahui
sumberdaya terukur batuan kalium di
daerah penyelidikan sebesar 12.581.585
m3.
PROSPEK PEMANFAATAN DAN
PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN
Unsur kalium/potassium (K) sangat
penting bagi pertumbuhan tanaman secara
umum, bersama dengan nitrogen (N) dan
fosfor (P). Sumber K (kalium/potassium)
alam untuk produksi pupuk umumnya
berasal dari endapan potas sedimenter
yang terdiri dari silvit (KCl) atau senyawa
kompleks (K, Mg)-klorit dan sulfat.
Pupuk-K ini larut air, sehingga cocok
untuk bertindak sebagai pupuk-K dan KMg. Tanaman sendiri menyerap K secara
alamiah dari pelapukan mineral K,
kompos dan sisa tumbuhan. Akan tetapi
mineral pembawa K yang paling umum
adalah K-felspar, leusit, biotit, phlogopit
dan glaukonit, serta mineral lempung
(illit), sedangkan batuan silikat kaya-K
yang cepat lapuk adalah batuan volkanik
pembawa leusit. Banyak sumber K yang
mudah larut diperdagangkan sebagai
pupuk-K, misalnya ” muriate of potash”
(KCl), akan tetapi garam tersebut dapat
menimbulkan masalah pada jenis tanaman
yang peka terhadap garam. Sedangkan
penggunaan mineral pembawa-K yang
berstruktur silikat lebih dianjurkan, karena
pupuk alam akan melepaskan nutrisi
secara lambat untuk jangka panjang,
termasuk di dalamnya adalah batuan
leusit, fosfat, biotit dan phlogopit yang
secara berangsur melepaskan unsur K dan
Mg. Jika perlu, kecepatan pelepasan
nutrisi dapat dipercepat, tetapi untuk
beberapa tanaman yang memerlukan
potassium dalam jumlah besar (pisang,
kelapa dan karet) pelepasan unsur K yang
lambat tersebut sangat menguntungkan.

Endapan batuan pembawa unsur kalium di
daerah penyelidikan, adalah dari jenis
batuan volkanik pembawa unsur kalium,
berupa retas sienit porfir, serta breksi
yang berkomposisi sienit yang dijumpai
pada Formasi Ringgit.
Diluar yang ditambahkan dari pupuk,
kalium yang dikandung tanah berasal dari
proses disintegrasi dan dekomposisi
batuan yang mengandung mineral
pembawa kalium. Mineral-mineral yang
umumnya dianggap sebagai sumber asli
dari kalium, diantaranya adalah leusit [K
(AlSi2O6)], biotit [K (Mg,Fe)3 AlSi3O10],
kalium feldspar ortoklas dan mikrolin
(KAlSi3O8). Kalium dalam tanah juga
ditemukan dalam mineral sekunder atau
mineral liat (illit; vermikulit; khlorit).
Penelitian maupun implementasi pupuk
kalium tunggal (KCl-Muriate of Potashsilvit) sudah umum digunakan dan
pengaruhnya
terhadap
pertumbuhan
tanaman serta peningkatan unsur K dalam
tanah sudah terbukti. Tetapi K dalam
bentuk pupuk majemuk (PK) alam masih
dalam taraf penelitian (sumber pupuk K
alam yang digunakan adalah K-felspar).
Pada beberapa hasil penelitian pemupukan
K alam dengan pupuk majemuk masih
belum memberikan hasil yang dapat
disimpulkan. Peningkatan ketersediaan K
dalam tanah dan peningkatan hasil
tanaman akibat dari hasil pemberian pupuk
K alam masih belum jelas.
Walaupun demikian, masih diperlukan
penelitian mengenai pemupukan kalium
alam dalam jangka panjang pada berbagai
jenis tanah utama.
Pemupukan kalium sebaiknya tidak
disertai dengan pemupukan magnesium
(MgO alam) dan atau kalsium (Kalsium
alam). Hal ini dikarenakan kalsium dan
magnesium berkompetisi dengan kalium
dalam memasuki tanaman. Kalsium dan
magnesium yang tinggi pada larutan tanah
dapat menyebabkan penyerapan kalium
menurun.
Potensi batuan pembawa kalium tersebut
tidak dapat langsung digunakan dalam
industri pertanian, karena unsur K dalam
batuan yang diperlukan sebagai nutrisi dari
mineral tersebut tidak dapat langsung
diserap oleh tumbuhan, perlu proses
“bioleaching” agar unsur K terurai dan
diserap oleh tumbuhan.

Untuk prospek pengembangan potensi
batuan kalium sebagai bahan baku dalam
industri pupuk, khususnya pupuk kalium
masih
perlu
penelitian
terutama
penggunaannya, perlu dilakukan penelitian
dengan semua pihak baik industri,
pendidikan maupun pihak lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan eksplorasi dan evaluasi,
baik hasil lapangan serta hasil kajian dari
berbagai
sumber
pustaka,
batuan
mengandung kalium di Desa Patemon dan
sekitarnya,
Kecamatan
Bungatan,
Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, batuan
tertua
yang
terdapat
di
daerah
penyelidikan adalah Formasi Ringgit
secara tidak selaras ditutupi oleh Satuan
Batuan Breksi Hasil Gunungapi Tua dan
diterobos oleh diorit serta trakhit, endapan
termuda adalah endapan aluvial. Batuan
mengandung kalium terdapat dalam satuan
batuan breksi, Hasil Gunungapi Tua.
Endapan yang mengandung kalium adalah
satuan tufa dan batuan nefelin sienit
porfiri, kandungan K2Onya bervariasi dari
2,02 – 10,18 %, dengan luas sebaran
mencapai 146,3
hektar dan ketebalan
rata-rata kurang lebih 30 m, diperkirakan
sumberdaya terukur mencapai 12.581.585
m3.
Potensi batuan pembawa kalium tersebut
tidak dapat langsung digunakan dalam
industri pertanian, karena unsur K dalam
batuan yang diperlukan sebagai nutrisi dari
mineral tersebut tidak dapat langsung
diserap oleh tumbuhan, perlu proses
“bioleaching” agar unsur K terurai dan
diserap oleh tumbuhan.
Untuk prospek pengembangan potensi
batuan kalium sebagai bahan baku dalam
industri pupuk, khususnya pupuk kalium
masih
perlu
penelitian
terutama
penggunaannya, perlu dilakukan penelitian
dengan semua pihak baik industri,
pendidikan maupun pihak lainnya, karena
dari
pertimbangan
ekonomi
dan
lingkungan penggunaan batuan sebagai
pupuk, dalam hal ini pupuk kalium,
merupakan sumberdaya yang cukup
potensil, disebabkan pupuk jenis ini
mudah larut dalam air dan tidak merusak
struktur tanah. Dengan adanya kerjasama
dan saling tukar informasi diantara pihak-

pihak yang saling terkait, maka potensi
dan penggunaan agromineral dalam
pertanian akan berjalan baik.
DAFTAR PUSTAKA

3. Kusdarto, 2008 Eksplorasi Umum
Agromineral Di Kabupaten Situbondo,
Provinsi Jawa Timur, Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung.

1. Agustiyanto, D.A. dan S. Santoso,
1993 Peta Geologi Lembar Situbondo,
Jawa Timur, Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi, Bandung.

4. Pendowo, B., 1991, Peta Geologi
Lembar Besuki, Jawa Timur, Pusat
Penelitian
Dan
Pengembangan
Geologi, Bandung.

2. Hutabarat, J., 2004 Himpunan Batuan
Vulkanik Kalium Tinggi Komplek
Ringgit Beser, Bondowoso-Situbondo,
Jawa Timur (Studi Petrologi dan
Geokimia Batuan), Thesis Pasca
Sarjana Teknik Geologi ITB, Bandung

5. Van Straten, Peter, 2002 Rocks for
Crops, Agrominerals of Sub Saharan
Afrika, International Centre for
Research in Agroforestry (ICRAF),
University of Guelph, Canada.

Gambar 1. Peta Lokasi Eksplorasi Rinci

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penyelidikan