Survai Pendahuluan Batubara Di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur
SURVAI PENDAHULUAN BATUBARA
DI KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Oleh:
Dahlan Ibrahim
Subdit Batubara, DIM
SARI
Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Flores, Provinsi Nusa Tenggara
Timur Secara geografis dibatasi oleh koordinat antara 121°00’00’’ - 121°15’00’’ BT dan 08°25’00’’ 08°40’00’’ LS, meliputi wilayah seluas 15’ x 15’ atau lebih kurang 75.000 ha.
Daerah Flores secara geologi terletak pada Busur Banda Dalam bergunung-api (Volcanic Inner Arc)
yang melengkung di sekitar Laut Banda. Stratigrafi daerah ini umumnya tersusun oleh formasi-formasi batuan
Tersier dan Kuarter yang berasosiasi dengan produk gunung-api dan marin. Keberadaan endapan batubara di
daerah ini merupakan fenomena yang cukup menarik, karena daerah Flores dan Nusa Tenggara Timur pada
umumnya diketahui tidak memiliki cekungan pengendapan batubara yang cukup potensial seperti cekungancekungan pengendapan di Sumatera dan Kalimantan.
Peneyelidikan batubara dengan metoda sumur uji didaerah ini telah menemukan adanya endapan
batubara dengan rank tinggi yang dicerminkan oleh nilai kalori sekitar 7520 kal /gr, dapat digolongkan sebagai
antrasit. Meskipun endapan batubara memiliki rank yang tinggi,namun secara kuantitas tidak memiliki sumber
daya yang cukup berarti karena lapisan batubara memiliki dimensi yang sangat terbatas baik sebaran maupun
ketebalan. Endapan batubara di daerah ini terkandung pada Formasi Bari berumur Miosen Tengah, batubara
diperkirakn diendapkan di lingkungan laguna, tingginya rank batubara dipengaruhi oleh intrusi Diorit Kuarsa
pada Miosen Akhir yang menerobos Formasi Bari. Hasil penghitungan sumber daya batubara daerah ini
adalah 533,2 ton yang digolongkan sebagai sumber daya tereka.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir terdapat
kecenderungan
makin
meningkatnya
harga
minyakbumi di pasaran dunia. Sebagaimana telah
diketahui minyakbumi selama ini merupakan salah
satu bahan energi yang utama dengan pemakaian yang
cukup luas di berbagai sektor antar lain pada sektor
industri, transportasi, rumahtangga dan lainnya.
Namun disadari bahwa jumlah cadangan minyak
bumi semakin menipis, sehingga diperlukan kebijakan
diversifikasi energi dan salah satu sumber energi
yang
makin banyak diminati adalah batubara,
Kebijakan tersebut tentunya perlu ditunjang dengan
pencarian dan penambahan jumlah cadangan maupun
sumber daya batubara tersebut.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM)
yaitu antara lain melakukan inventarisasi dan evaluasi
endapan bahan galian mineral termasuk batubara dari
seluruh wilayah Indonesia, maka pada tahun anggaran
2005 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral
(DIM) telah melakukan kegiatan Survai Pendahuluan
Batubara di Daerah Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Kegiatan ini dibiayai dari dana
Proyek Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)
tahun 2005.Disamping itu kegiatan ini juga
dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan dan
penyempurnaan data pada Bank Data Sumber Daya
Mineral di Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005
Mineral. Pemilihan daerah tersebut di atas dilatar
belakangi karena di wilayah tersebut diperkirakan
memiliki potensi endapan batubara.
Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan ini adalah untuk mencari
informasi awal mengenai keadaan endapan batubara
di daerah Ngada dan sekitarnya, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, yang antara lain meliputi lokasi,
jurus dan kemiringan, ketebalan, penyebaran serta
kualitas dari batubara. Tujuannya adalah untuk
mengetahui potensi endapan batubara di daerah
tersebut dan prospek pengembangannya di masa
mendatang.
Hasil survai ini diharapkan akan menambah
informasi mengenai potensi bahan galian khususnya
endapan batubara di daerah Kabupaten Ngada,
Provinsi NTT, sehingga akan menjadi masukan bagi
daerah bersangkutan. Disamping itu hasil kegiatan ini
dapat menjadi bahan untuk pembaharuan dan
penyempurnaan data pada Bank Data Sumber Daya
Mineral di Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral
Lokasi Penyelidikan
Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan
Riung, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Lokasinya terletak sekitar 71 km ke
arah utara dari Kota Bajawa, ibukota Kabupaten
Ngada. Lokasi ini bisa ditempuh dengan kendaraan
BATUBARA - NGADA
darat selama sekitar 3–4 jam dari Bajawa. Pencapaian
lokasi dari Jakarta adalah dengan penerbangan reguler
Jakarta – Kupang dilanjutkan dengan penerbangan
perintis Kupang – Ende dan perjalanan darat Ende –
Bajawa – Riung.
Secara geografis daerah survai dibatasi oleh
koordinat antara 121°00’00’’ - 121°15’00’’ BT dan
08°25’00’’ - 08°40’00’’ LS, meliputi wilayah seluas
15’ x 15’ atau lebih kurang 75.000 ha.
Keadaan Lingkungan
Kecamatan Riung terletak di bagian utara
dari Kabupaten Ngada, berbatasan langsung dengan
Laut Flores. Penduduk daerah ini umumnya adalah
penduduk asli Flores, setempat di daerah pantai
bermukim suku bangsa Bugis asal Sulawesi Selatan.
Jalan utama yang menghubungkan Riung –
Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, merupakan jalan
aspal dengan kondisi cukup baik tetapi umumnya
sempit dengan belokan-belokan tajam dan kemiringan
jalan
yang
terjal,
sedangkan
jalan
yang
menghubungkan pedesaan masih berupa jalan tanah
atau jalan setapak.
Lahan di daerah ini sebagian besar
merupakan padang rumput dan hutan belukar yang
ditumbuhi berbagai jenis pepohonan seperti kemiri,
asam, kayu manis, lontar dan sebagainya, disamping
itu terdapat lahan persawahan serta perladangan
penduduk.
Sebagaimana daerah Indonesia lainnya
daerah ini beriklim tropis, tingkat kelembaban rendah
dengan curah hujan relatif sedikit. Data terakhir dari
Dinas Pertanian Kabupaten Ngada menunjukkan
curah hujan rata-rata adalah 1.659 mm per tahun, hari
hujan 78, Curah hujan tinggi terjadi pada bulan
Nopember – Maret, curah hujan rendah terjadi pada
bulan April – September.
Penyelidik Terdahulu
Penyelidik terdahulu yang pernah melakukan
penyelidikan geologi di daerah ini antara lain adalah
S. Koesoemadinata, dkk, 1994 (Puslitbang Geologi,
Bandung) dan G. Sembiring, dkk, 1994 (Kanwil DPE,
Provinsi NTT).
S. Koesoemadinata dkk, 1994, dalam Peta
Geologi Lembar Ruteng, Nusa Tenggara memberikan
informasi secara umum mengenai geologi daerah
Ruteng dan sekitarnya mencakup fisiografi, tektonik,
stratigrafi , struktur dan kemugkinan potensi bahan
galian. Publikasi tersebut tidak menerangkan sama
sekali adanya endapan batubara maupun indikasi
endapan batubara pada formasi-formasi batuan yang
tersingkap di daerah penyelidikan.
G. Sembiring dkk, 1994, dari Kanwil DPE
Provinsi NTT, berdasarkan informasi awal dari
penduduk yang menggali sumur, melaporkan
terdapatnya endapan batubara di daerah Kecamatan
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005
Riung, Kabupaten Ngada, NTT. Penyelidikan dengan
pembuatan dua buah sumur uji yang digali dengan
jarak sekitar 6 meter menemukan satu lapisan
batubara dengan ketebalan sekitar 20 cm berbentuk
melensa. Lapisan batubara terdapat di bawah
permukaan, tertutup oleh endapan aluvial dan tufa
dengan kedalaman sekitar 2 – 6 m. Tidak dilaporkan
mengenai penyebaran, kuantitas maupun kualitas dari
endapan batubara.
GEOLOGI UMUM
Informasi mengenai geologi regional daerah
survai antara lain yang menyangkut tektonik dan
fisiografi, struktur geologi dan stratigrafi regional
termasuk penamaan formasi diperoleh dari publikasi
Peta Geologi Lembar Ruteng, Nusa Tenggara,
terbitan
Puslitbang
Geologi
Bandung
(Koesoemadinata, S., dkk., 1994).
Daerah Lembar Ruteng terletak di Pulau
Flores bagian barat dan merupakan bagian dari Busur
Banda-Dalam Bergunung-api (Volcanic Inner Arc)
yang melengkung di sekitar Laut Banda. Lembar ini di
bagian barat dibatasi oleh Lembar Bima, di bagian
timur oleh Lembar Ende, sedangkan di bagian utara
dan selatan dibatasi oleh Laut Flores.
Secara umum fisiografi lembar ini dapat
dibedakan atas tiga satuan yaitu : pegunungan,
perbukitan bergelombang dan dataran rendah. Satuan
pegunungan terletak di bagian tengah dan selatan
menempati sekitar 50 % dari daerah ini, satuan
perbukitan bergelombang terletak di bagian utara
menempati sekitar 45 % dari daerah Lembar Ruteng
sedangkan dataran dengan komposisi luas sekitar 5%
menempati daerah pantai bagian timurlaut dan
baratdaya.
Stratigrafi
Lembar Ruteng secara stratigrafi tersusun
oleh formasi-formasi batuan berumur Tersier hingga
Kuarter yaitu mulai dari Miosen Awal hingga
Holosen, yang dapat dibedakan atas batuan sedimen,
endapan permukaan, batuan produk gunung-api dan
batuan terobosan. Formasi atau satuan batuan yang
menyusun lembar ini adalah : Formasi Kiro, Formasi
Tanahau, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Diorit
Kuarsa, Granodiorit, Formasi Waihekang, Formasi
Laka, Batuan Hasil Gunungapi Tua, Batuan
Gunungapi Muda, Undak Pantai, Batugamping Koral
dan Aluvium.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi
Lembar Ruteng adalah sesar, lipatan dan kelurusan.
Sesar umumnya berupa sesar geser dan sesar normal
dengan arah umum Baratlaut – Tenggara dan
Timurtlaut-Baratdaya. Perlipatan berupa sinklin dan
antiklin dengan arah umum Baratlaut-Tenggara.
BATUBARA - NGADA
Kelurusan umumnya diperoleh dari citra SLAR
dengan arah umum Timurlaut-Baratdaya.
Indikasi Endapan Batubara
Berdasarkan publikasi Peta Geologi Lembar
Ruteng, Nusatenggara (Koesoemadinata, dkk, 1994)
daerah penyelidikan umumnya tersusun oleh formasiformasi batuan yang berasosiasi dengan produk
gunung api dan marin. Tidak diinformasikan sama
sekali terdapatnya endapan batubara pada batuan atau
formasi batuan di daerah tersebut.
Penyelidikan oleh Kanwil DPE, provinsi
NTT, 1994, melaporkan adanya endapan batubara
berupa lensa tipis dengan tebal sekitar 0,20 m di
daerah ini. Keberadaan endapan batubara pertama kali
diketahui dari informasi masyarakat yang sedang
menggali sumur. Dari penyelidikan dengan metoda
sumur-uji diketahui bahwa lapisan batubara terdapat
di bawah permukaan, ditutupi oleh endapan aluvial
dan tufa. Tetapi hasil penyelidikan Kanwil tersebut
belum menginformasikan lebih jauh mengenai
sebaran, kualitas, kuantitas maupun formasi pembawa
batubaranya.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan
dapat dibedakan atas pekerjaan lapangan dan
pekerjaan kantor. Pekerjaan lapangan antara lain
meliputi pemetaan geologi permukaan dan pembuatan
sumur uji (test pit). Pekerjaan kantor meliputi
pengujian conto batubara di laboratorium, penyusunan
laporan dan presentasi hasil penyelidikan.
Pemetan
geologi
permukaan
lebih
dititikberatkan untuk mencari singkapan batubara dan
mengetahui penyebaran lapisan batubara serta aspekaspek geologi lainnya yang dapat mendukung
penafsiran bentuk geometris dari lapisan batubara.
Pembuatan sumur uji dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan lapisan batubara tidak tersingkap di
permukaan.
Pengujian conto batubara dilakukan terutama
untuk untuk mengetahui kualitas dari batubara. Jenis
analisis meliputi analisis kimia, fisika dan petrografi.
Analisis kimia terdiri atas analisis proksimat dan
ultimat dengan parameter antara lain kandungan
moisture (IM, FM, TM), kandungan zat terbang (VM),
kandungan abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar
sulfur total (St). Analisis fisika terutama untuk
mengetahui nilai kalori (CV) dan berat jenis (SG),
sedangkan analisis petrografi terutama untuk
mengetahui kandungan maseral, nilai reflektansi
vitrinit dan kandungan mineral (lempung, oksida besi,
pirit).
Hasil penyelidikan dirangkum dalam laporan
akhir dan akan dipresentasikan sebagai salah satu
bentuk pertanggungjawaban dan penyebarluasan
informasi.
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan ditutupi oleh seri batuan
sedimen Tersier hingga Kuarter. Endapan Tersier
terdiri atas formasi-formasi batuan berumur Miosen
Awal - Pliosen dengan komposisi sekitar 95 % dari
batuan di daerah peneyelidikan, sedangkan Endapan
Kuarter menempati sekitar 5 % daerah penyelidikan
merupakan endapan aluvium yang menempati dataran
pantai di bagian utara.
Berdasarkan kenampakan bentuk bentang
alam daerah penyelidikan secara umum dapat
dibedakan atas dua satuan morfologi yaitu satuan
morfologi perbukitan bergelombang dan satuan
dataran. Satuan perbukitan bergelombang merupakan
satuan morfologi yang dominan, mempunyai
ketinggian lebih kurang 100 – 800 m di atas muka
laut. Satuan ini mencerminkan adanya perbedaan
tingkat resitensi batuan-batuan terhadap erosi,
tersusun umumnya oleh batuan-batuan produk
gunung-api serta marin berumur Tersier dari Formasi
Kiro, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Formasi
Tanahau, Formasi Waihekang dan Formasi Laka.
Litologinya antara lain breksi, konglomerat, lava,
batupasir, tufa, napal dan batugamping. Satuan
dataran terdapat di bagian utara, pelamparannya
sekitar 5 % daerah penyelidikan dan menempati
dataran pantai utara yang berbatasan dengan Laut
Flores. Satuan ini mempunyai ketinggian di bawah
100 m dan tersusun oleh endapan aluvium berumur
Kuarter. Pola aliran sungai di daerah ini umumnya
memperlihatkan pola dendritik dengan jentera erosi
yang masih dalam tahapan muda.
Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun oleh
formasi-formasi batuan yang berumur Miosen Awal Kuarter, yang dapat dibedakan atas batuan sedimen,
endapan permukaan, batuan produk gunung-api dan
batuan terobosan.
Formasi atau satuan batuan
berumur Tersier adalah : Formasi Kiro, Formasi
Tanahau, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Diorit
Kuarsa, Formasi Waihekang dan Formasi Laka.
Endapan Kuarter terdiri atas Endapan Gunungapi Tua
dan Aluvium.
Formasi Kiro tersusun oleh breksi, lava dan
tufa pasiran dan batupasir tufaan. Breksi, warna
kelabu kehitaman, komponen batuan andesitis dan
basaltis, semen tufa pasiran. Lava, warna kelabu
kehijauan - kehitaman, bersusunan andesitis, basaltis,
latit dan trakhit. Tufa pasiran dan batupasir tufaan,
merupkan sisipan, warna kecoklatan, berlapis,
terkersikkan. Formasi ini diperkirakan berumur
Miosen Awal – Miosen Tengah.
Formasi Tanahau menindih selaras Formasi
Kiro dan menjemari dengan Formasi Bari, litologinya
terdiri atas lava, breksi dan tufa. Lava, kelabu
kehijauan, dasitis, setempat struktur bantal. Breksi,
kelabu kehitaman, komponen dasit, ukuran fragmen
0,5 - 3,0 cm, semen tufa pasiran. Tufa, putih – kelabu,
dasitis, berbutir halus – sedang, masif, terkersikkan.
BATUBARA - NGADA
Formasi Tanahau diperkirakan berumur Miosen
Tengah..
Formasi Nangapanda menjemari dengan
Formasi Bari, litologinya terdiri atas batupasir dan
batugamping, setempat mengandung sisipan napal dan
breksi. Batupasir, kelabu kekuningan, halus – kasar,
konglomeratan, komponen andesit dan basalt, ukuran
0,5 – 2,0 cm, kompak, berlapis, setempat berselingan
dengan batupasir gampingan. Batugamping, kelabu,
keras, kompak. Formasi Nangapanda diperkirakan
berumur Miosen Tengah.
Formasi Bari menindih selaras Formasi Kiro,
formasi ini tersusun oleh batugamping berselingan
dengan batugamping pasiran. Setempat bersisipan
lempung tufaan, lempung karbonan dan batubara.
Formasi Bari diperkirakan berumur Miosen Tengah.
Diorit Kuarsa merupakan batuan terobosan
berwarna kelabu kehijauan, kompak, holokristalin,
komposisi oligoklas dan andesin, diperkirakan
berumur Miosen Akhir.
Formasi Waihekang menindih selaras
Formasi Bari. Formasi ini tersusun oleh batugamping
klastika, mengandung tufa dan rijang merah. Formasi
Waihekang diperkirakan berumur Miosen Akhir –
Pliosen.
Formasi Laka menjemari dengan Formasi
Waihekang, litologinya tersusun oleh Tufa, setempat
berselingan dengan batupasir tufaan dan batupasir
gampingan. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen
Akhir – Pliosen.
Endapan Gunungapi Tua terdiri merupakan
endapan hasil gunungapi berumur Plistosen, terdiri
atas lava bersusunan andesit, breksi dan aglomerat
bersusunan andesit dan basalt, setempat bersisipan
tufa.
Aluvium merupakan endapan permukaan
berumur Holosen, teridiri atas lempung, pasir dan
kerikil.
Struktur geologi yang terdapat di daerah
penyelidikan adalah sesar, lipatan dan kelurusan.
Sesar berupa sesar geser berarah baratlaut – tenggara
dan timurlaut – baratdaya, sesar normal berarah
timurlaut – baratdaya. Lipatan berupa antiklin berarah
relatif barat – timur sedangkan kelurusan berarah
umum timurlaut – baratdaya.
Potensi Endapan Batubara
Sejumlah penyelidikan geologi terdahulu
sejak masa pra kemerdekaan sampai dengan
penyelidikan dan pemetaan geologi sistematis oleh
Puslitbang Geologi Bandung, 1994, sama sekali tidak
menginformasikan terdapatnya endapan batubara di
daerah Ngada atau Nusa Tenggara Timur pada
umumnya. Diperkirakan hal tersebut disebabkan di
daerah ini tidak terdapat cekungan–cekungan
pengendapan yang secara geologi termasuk cekungan
pengendapan batubara yang cukup potensial
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005
sebagaimana halnya di Sumatera, Kalimantan atau
daerah – daerah berpotensi batubara lainnya. Awal
dari informasi keberadaan endapan diperoleh secara
kebetulan dari penduduk yang menggali sumur dan
kemudian ditindaklanjuti oleh Kanwil DPE Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Faktor tersebut di atas sebenarnya merupakan
suatu alasan yang menarik untuk melaksanakan
penyelidikan di daerah ini karena kemungkinan dapat
memperbaharui data perbatubara Indonesia. Namun
demikian keadaan tersebut juga menimbulkan
kendala dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
antara lain tidak diperolehnya informasi awal yang
cukup baik mengenai formasi pembawa batubara atau
faktor – faktor geologi lainnya yang dapat menjadi
acuan awal untuk melakukan penyelidikan.
Berdasarkan pengamatan singkapan batuan di
permukaan baik pada alur-alur sungai, tebing-tebing
bukit maupun kupasan jalan tidak ditemukan adanya
singkapan batubara.
Hal tersebut kemungkinan
karena tanah pelapukan yang cukup tebal, pengikisan
oleh air sungai sangat kecil karena daerah ini
merupakan daerah kering, tandus dan memiliki curah
hujan sangat sedikit, disamping itu kemungkinan
lapisan batubara sangat tipis dan tidak memiliki
penyebaran cukup luas. Dengan adanya kendala di
atas maka metoda yang dipakai untuk mengetahui
keberadaan batubara adalah dengan membuat sumur
uji (Testpit), dalam hal ini telah dilakukan pembuatan
sumur uji sebanyak empat buah. Penempatan lokasi
sumur uji dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperkirakan dapat merekonstruksi keberadaan lapisan
batubara kearah jurus maupun kemiringan lapisan.
Namun disadari bahwa metoda pembuatan sumur uji
ini mengandung kelemahan antara lain jumlah
kedalaman dan jumlah sumur yang terbatas, jangka
waktu cukup lama dan faktor-faktor kesulitan dalam
penggalian misalnya dalam menghadapi batuan yang
sangat keras, rembesan air dan sebagainya,
disebabkan tenaga dan peralatan yang digunakan
adalah tenaga manusia dan bukan peralatan mekanis.
Data Lapangan dan Interpretasi
Pekerjaan lapangan dilakukan dengan
melakukan pembuatan sumur uji dan pengamatan
singkapan batuan di permukaan, disamping itu
dilakukan juga pengamatan dari sumur penduduk,
khususnya untuk memperoleh informasi adanya
lapisan batubara.
Berdasarkan kegiatan lapangan tersebut
keberadaan endapan batubara diperoleh dari lokasi
sumur uji SU-01 dan sumur penduduk SM-01m.
Pembuatan sumur-uji dilakukan pada 4 lokasi yaitu
SU-01, SU-02, SU-03 dan SU-04. Pada lokasi sumuruji SU-01 ditemukan satu lapisan batubara setebal
0,43 m pada kedalaman 6,57 – 7,00 m. Kenampakan
fisik batubara berwarna hitam, mengkilap, keras,
friable (mudah hancur), tidak mengandung lapisan
pengotor. Lapisan batubara ini diapit di bagian atas
oleh batulempung, hitam, karbonan, keras, kompak
BATUBARA - NGADA
sebagian menyerpih, mengandung butir-butir pirit
yang terkonsentrasi, ketebalan batulempung 1,37 m.
Bagian bawah lapisan batubara adalah batulempung,
coklat kehitaman, mengandung sisa tumbuhan.
Kedudukan lapisan batubara yang diukur pada bidang
perlapisan menunjukkan kedudukan lapisan adalah
sekitar N 155° E/30°.
Lokasi SU-02 berjarak sekitar 10 m dari SU01 yang diperkirakan merupakan arah updip dari
lapisan batubara dan diperhitungkan secara teoritis
lapisan batubara akan ditemukan pada kedalaman
sekitar 4-5 m. namun dengan penggalian mencapai
kedalaman 7,25 m tidak ditemukan penerusan dari
lapisan batubara pada SU-01.
Pembuatan SU-03 dan SU-04 dilakukan
untuk melacak penerusan lapisan batubara ke arah
jurus lapisan, penentuan lokasi dilakukan dengan
bantuan GPS, kompas, tali ukur dan Altimeter.
Altimeter dipakai untuk mengetahui ketinggian dari
lokasi. Ketinggian lokasi diusahakan lebih kurang
sama. Lokasi SU-03 berjarak sekitar 40 m dengan
arah N 155° E dan SU-04 berjarak sekitar 750 m arah
N 330 °E tidak ditemukan penerusan dari lapisan
batubara pada SU-01.
Berdasarkan data keempat sumur uji di atas
disimpulkan lapisan batubara di daerah ini memiliki
penyebaran lateral sangat terbatas baik ke arah jurus
maupun kemiringan lapisan, atau dengan istilah lain
lapisan batubara tersebut merupakan lensa tipis
batubara.
Dari pengamatan batuan pengapit dan
singkapan batuan di permukaan di sekitar lokasi
diperoleh data sebagai berikut : Adanya perselingan
batugamping klastik dengan batuan klastik halus
(lempung atau lempung gampingan), batugamping
masif, adanya kandungan pirit pada lapisan lempung
di bagian bawah batubara, maka diperkirakan endapan
batubara di daerah ini terbentuk pada lingkungan
laguna yang terdapat di dekat suatu back reef.
Akumulasi dari sisa-sisa tumbuhan yang terawetkan
di daerah laguna ternyata tidak cukup banyak untuk
membentuk lapisan batubara yang tebal dan luas,
kemungkinan jumlah tetumbuhan yang menjadi
sumber dari bahan pembentuk batubara tidak cukup
melimpah atau karena material-material tersebut
segera tertutup oleh endapan hasil kegiatan
gunungapi.
Dari kenampakan fisik didukung dengan
hasil analisis conto di laboratorium, batubara memiliki
rank yang cukup tinggi, keadaan demikian
diperkirakan disebabkan oleh
faktor pemanasan
akibat intrusi (Diorit Kuarsa) pada Miosen Akhir yang
menerobos batuan sedimen Formasi Bari berumur
Miosen Tengah yang merupakan Formasi pembawa
batubara.
Kualitas Batubara
Conto batubara hasil sumur-uji telah
dianalisis di laboratorium yang meliputi analisis
kimia, fisika dan petrografi. Analisis dilakukann per
ply sample dan conto komposit. Ringkasannya
disarikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Kimia dan Fisika
Dari Conto Komposit Batubara (NSU-01_)
Jenis Analisis
Free Moisture (FM)
Total Moisture (TM)
Moisture (M)
Volatile Matter (VM)
Fixed Carbon (FC)
Ash
Total Sulphur (St)
Specific Gravity (SG)
Calorific Value (CV)
Satuan
%
%
%
%
%
%
%
Basis
ar
ar
adb
adb
adb
adb
adb
adb
adb
Cal/gr
Nilai
10,02
15,96
6,60
4,69
86,87
1,84
4,65
1,55
7523
Tabel 2. Hasil Analisis Petrografi Conto SU-01 dan SM-01
Kode
Rvmax
Kisaran
Conto
%
%
1
SU-01
2,94
2,78-4,14
2
SM-01
3,18
2,95-3,43
No.
SD
Maseral (%)
Mineral (%)
V
I
L
Cl
Ox.B
Py
0,09
94,5
-
-
5,0
0,5
-
0,12
98,5
-
-
1,0
0,5
DI KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Oleh:
Dahlan Ibrahim
Subdit Batubara, DIM
SARI
Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Flores, Provinsi Nusa Tenggara
Timur Secara geografis dibatasi oleh koordinat antara 121°00’00’’ - 121°15’00’’ BT dan 08°25’00’’ 08°40’00’’ LS, meliputi wilayah seluas 15’ x 15’ atau lebih kurang 75.000 ha.
Daerah Flores secara geologi terletak pada Busur Banda Dalam bergunung-api (Volcanic Inner Arc)
yang melengkung di sekitar Laut Banda. Stratigrafi daerah ini umumnya tersusun oleh formasi-formasi batuan
Tersier dan Kuarter yang berasosiasi dengan produk gunung-api dan marin. Keberadaan endapan batubara di
daerah ini merupakan fenomena yang cukup menarik, karena daerah Flores dan Nusa Tenggara Timur pada
umumnya diketahui tidak memiliki cekungan pengendapan batubara yang cukup potensial seperti cekungancekungan pengendapan di Sumatera dan Kalimantan.
Peneyelidikan batubara dengan metoda sumur uji didaerah ini telah menemukan adanya endapan
batubara dengan rank tinggi yang dicerminkan oleh nilai kalori sekitar 7520 kal /gr, dapat digolongkan sebagai
antrasit. Meskipun endapan batubara memiliki rank yang tinggi,namun secara kuantitas tidak memiliki sumber
daya yang cukup berarti karena lapisan batubara memiliki dimensi yang sangat terbatas baik sebaran maupun
ketebalan. Endapan batubara di daerah ini terkandung pada Formasi Bari berumur Miosen Tengah, batubara
diperkirakn diendapkan di lingkungan laguna, tingginya rank batubara dipengaruhi oleh intrusi Diorit Kuarsa
pada Miosen Akhir yang menerobos Formasi Bari. Hasil penghitungan sumber daya batubara daerah ini
adalah 533,2 ton yang digolongkan sebagai sumber daya tereka.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir terdapat
kecenderungan
makin
meningkatnya
harga
minyakbumi di pasaran dunia. Sebagaimana telah
diketahui minyakbumi selama ini merupakan salah
satu bahan energi yang utama dengan pemakaian yang
cukup luas di berbagai sektor antar lain pada sektor
industri, transportasi, rumahtangga dan lainnya.
Namun disadari bahwa jumlah cadangan minyak
bumi semakin menipis, sehingga diperlukan kebijakan
diversifikasi energi dan salah satu sumber energi
yang
makin banyak diminati adalah batubara,
Kebijakan tersebut tentunya perlu ditunjang dengan
pencarian dan penambahan jumlah cadangan maupun
sumber daya batubara tersebut.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM)
yaitu antara lain melakukan inventarisasi dan evaluasi
endapan bahan galian mineral termasuk batubara dari
seluruh wilayah Indonesia, maka pada tahun anggaran
2005 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral
(DIM) telah melakukan kegiatan Survai Pendahuluan
Batubara di Daerah Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Kegiatan ini dibiayai dari dana
Proyek Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)
tahun 2005.Disamping itu kegiatan ini juga
dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan dan
penyempurnaan data pada Bank Data Sumber Daya
Mineral di Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005
Mineral. Pemilihan daerah tersebut di atas dilatar
belakangi karena di wilayah tersebut diperkirakan
memiliki potensi endapan batubara.
Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan ini adalah untuk mencari
informasi awal mengenai keadaan endapan batubara
di daerah Ngada dan sekitarnya, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, yang antara lain meliputi lokasi,
jurus dan kemiringan, ketebalan, penyebaran serta
kualitas dari batubara. Tujuannya adalah untuk
mengetahui potensi endapan batubara di daerah
tersebut dan prospek pengembangannya di masa
mendatang.
Hasil survai ini diharapkan akan menambah
informasi mengenai potensi bahan galian khususnya
endapan batubara di daerah Kabupaten Ngada,
Provinsi NTT, sehingga akan menjadi masukan bagi
daerah bersangkutan. Disamping itu hasil kegiatan ini
dapat menjadi bahan untuk pembaharuan dan
penyempurnaan data pada Bank Data Sumber Daya
Mineral di Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral
Lokasi Penyelidikan
Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan
Riung, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Lokasinya terletak sekitar 71 km ke
arah utara dari Kota Bajawa, ibukota Kabupaten
Ngada. Lokasi ini bisa ditempuh dengan kendaraan
BATUBARA - NGADA
darat selama sekitar 3–4 jam dari Bajawa. Pencapaian
lokasi dari Jakarta adalah dengan penerbangan reguler
Jakarta – Kupang dilanjutkan dengan penerbangan
perintis Kupang – Ende dan perjalanan darat Ende –
Bajawa – Riung.
Secara geografis daerah survai dibatasi oleh
koordinat antara 121°00’00’’ - 121°15’00’’ BT dan
08°25’00’’ - 08°40’00’’ LS, meliputi wilayah seluas
15’ x 15’ atau lebih kurang 75.000 ha.
Keadaan Lingkungan
Kecamatan Riung terletak di bagian utara
dari Kabupaten Ngada, berbatasan langsung dengan
Laut Flores. Penduduk daerah ini umumnya adalah
penduduk asli Flores, setempat di daerah pantai
bermukim suku bangsa Bugis asal Sulawesi Selatan.
Jalan utama yang menghubungkan Riung –
Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, merupakan jalan
aspal dengan kondisi cukup baik tetapi umumnya
sempit dengan belokan-belokan tajam dan kemiringan
jalan
yang
terjal,
sedangkan
jalan
yang
menghubungkan pedesaan masih berupa jalan tanah
atau jalan setapak.
Lahan di daerah ini sebagian besar
merupakan padang rumput dan hutan belukar yang
ditumbuhi berbagai jenis pepohonan seperti kemiri,
asam, kayu manis, lontar dan sebagainya, disamping
itu terdapat lahan persawahan serta perladangan
penduduk.
Sebagaimana daerah Indonesia lainnya
daerah ini beriklim tropis, tingkat kelembaban rendah
dengan curah hujan relatif sedikit. Data terakhir dari
Dinas Pertanian Kabupaten Ngada menunjukkan
curah hujan rata-rata adalah 1.659 mm per tahun, hari
hujan 78, Curah hujan tinggi terjadi pada bulan
Nopember – Maret, curah hujan rendah terjadi pada
bulan April – September.
Penyelidik Terdahulu
Penyelidik terdahulu yang pernah melakukan
penyelidikan geologi di daerah ini antara lain adalah
S. Koesoemadinata, dkk, 1994 (Puslitbang Geologi,
Bandung) dan G. Sembiring, dkk, 1994 (Kanwil DPE,
Provinsi NTT).
S. Koesoemadinata dkk, 1994, dalam Peta
Geologi Lembar Ruteng, Nusa Tenggara memberikan
informasi secara umum mengenai geologi daerah
Ruteng dan sekitarnya mencakup fisiografi, tektonik,
stratigrafi , struktur dan kemugkinan potensi bahan
galian. Publikasi tersebut tidak menerangkan sama
sekali adanya endapan batubara maupun indikasi
endapan batubara pada formasi-formasi batuan yang
tersingkap di daerah penyelidikan.
G. Sembiring dkk, 1994, dari Kanwil DPE
Provinsi NTT, berdasarkan informasi awal dari
penduduk yang menggali sumur, melaporkan
terdapatnya endapan batubara di daerah Kecamatan
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005
Riung, Kabupaten Ngada, NTT. Penyelidikan dengan
pembuatan dua buah sumur uji yang digali dengan
jarak sekitar 6 meter menemukan satu lapisan
batubara dengan ketebalan sekitar 20 cm berbentuk
melensa. Lapisan batubara terdapat di bawah
permukaan, tertutup oleh endapan aluvial dan tufa
dengan kedalaman sekitar 2 – 6 m. Tidak dilaporkan
mengenai penyebaran, kuantitas maupun kualitas dari
endapan batubara.
GEOLOGI UMUM
Informasi mengenai geologi regional daerah
survai antara lain yang menyangkut tektonik dan
fisiografi, struktur geologi dan stratigrafi regional
termasuk penamaan formasi diperoleh dari publikasi
Peta Geologi Lembar Ruteng, Nusa Tenggara,
terbitan
Puslitbang
Geologi
Bandung
(Koesoemadinata, S., dkk., 1994).
Daerah Lembar Ruteng terletak di Pulau
Flores bagian barat dan merupakan bagian dari Busur
Banda-Dalam Bergunung-api (Volcanic Inner Arc)
yang melengkung di sekitar Laut Banda. Lembar ini di
bagian barat dibatasi oleh Lembar Bima, di bagian
timur oleh Lembar Ende, sedangkan di bagian utara
dan selatan dibatasi oleh Laut Flores.
Secara umum fisiografi lembar ini dapat
dibedakan atas tiga satuan yaitu : pegunungan,
perbukitan bergelombang dan dataran rendah. Satuan
pegunungan terletak di bagian tengah dan selatan
menempati sekitar 50 % dari daerah ini, satuan
perbukitan bergelombang terletak di bagian utara
menempati sekitar 45 % dari daerah Lembar Ruteng
sedangkan dataran dengan komposisi luas sekitar 5%
menempati daerah pantai bagian timurlaut dan
baratdaya.
Stratigrafi
Lembar Ruteng secara stratigrafi tersusun
oleh formasi-formasi batuan berumur Tersier hingga
Kuarter yaitu mulai dari Miosen Awal hingga
Holosen, yang dapat dibedakan atas batuan sedimen,
endapan permukaan, batuan produk gunung-api dan
batuan terobosan. Formasi atau satuan batuan yang
menyusun lembar ini adalah : Formasi Kiro, Formasi
Tanahau, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Diorit
Kuarsa, Granodiorit, Formasi Waihekang, Formasi
Laka, Batuan Hasil Gunungapi Tua, Batuan
Gunungapi Muda, Undak Pantai, Batugamping Koral
dan Aluvium.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi
Lembar Ruteng adalah sesar, lipatan dan kelurusan.
Sesar umumnya berupa sesar geser dan sesar normal
dengan arah umum Baratlaut – Tenggara dan
Timurtlaut-Baratdaya. Perlipatan berupa sinklin dan
antiklin dengan arah umum Baratlaut-Tenggara.
BATUBARA - NGADA
Kelurusan umumnya diperoleh dari citra SLAR
dengan arah umum Timurlaut-Baratdaya.
Indikasi Endapan Batubara
Berdasarkan publikasi Peta Geologi Lembar
Ruteng, Nusatenggara (Koesoemadinata, dkk, 1994)
daerah penyelidikan umumnya tersusun oleh formasiformasi batuan yang berasosiasi dengan produk
gunung api dan marin. Tidak diinformasikan sama
sekali terdapatnya endapan batubara pada batuan atau
formasi batuan di daerah tersebut.
Penyelidikan oleh Kanwil DPE, provinsi
NTT, 1994, melaporkan adanya endapan batubara
berupa lensa tipis dengan tebal sekitar 0,20 m di
daerah ini. Keberadaan endapan batubara pertama kali
diketahui dari informasi masyarakat yang sedang
menggali sumur. Dari penyelidikan dengan metoda
sumur-uji diketahui bahwa lapisan batubara terdapat
di bawah permukaan, ditutupi oleh endapan aluvial
dan tufa. Tetapi hasil penyelidikan Kanwil tersebut
belum menginformasikan lebih jauh mengenai
sebaran, kualitas, kuantitas maupun formasi pembawa
batubaranya.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan
dapat dibedakan atas pekerjaan lapangan dan
pekerjaan kantor. Pekerjaan lapangan antara lain
meliputi pemetaan geologi permukaan dan pembuatan
sumur uji (test pit). Pekerjaan kantor meliputi
pengujian conto batubara di laboratorium, penyusunan
laporan dan presentasi hasil penyelidikan.
Pemetan
geologi
permukaan
lebih
dititikberatkan untuk mencari singkapan batubara dan
mengetahui penyebaran lapisan batubara serta aspekaspek geologi lainnya yang dapat mendukung
penafsiran bentuk geometris dari lapisan batubara.
Pembuatan sumur uji dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan lapisan batubara tidak tersingkap di
permukaan.
Pengujian conto batubara dilakukan terutama
untuk untuk mengetahui kualitas dari batubara. Jenis
analisis meliputi analisis kimia, fisika dan petrografi.
Analisis kimia terdiri atas analisis proksimat dan
ultimat dengan parameter antara lain kandungan
moisture (IM, FM, TM), kandungan zat terbang (VM),
kandungan abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar
sulfur total (St). Analisis fisika terutama untuk
mengetahui nilai kalori (CV) dan berat jenis (SG),
sedangkan analisis petrografi terutama untuk
mengetahui kandungan maseral, nilai reflektansi
vitrinit dan kandungan mineral (lempung, oksida besi,
pirit).
Hasil penyelidikan dirangkum dalam laporan
akhir dan akan dipresentasikan sebagai salah satu
bentuk pertanggungjawaban dan penyebarluasan
informasi.
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan ditutupi oleh seri batuan
sedimen Tersier hingga Kuarter. Endapan Tersier
terdiri atas formasi-formasi batuan berumur Miosen
Awal - Pliosen dengan komposisi sekitar 95 % dari
batuan di daerah peneyelidikan, sedangkan Endapan
Kuarter menempati sekitar 5 % daerah penyelidikan
merupakan endapan aluvium yang menempati dataran
pantai di bagian utara.
Berdasarkan kenampakan bentuk bentang
alam daerah penyelidikan secara umum dapat
dibedakan atas dua satuan morfologi yaitu satuan
morfologi perbukitan bergelombang dan satuan
dataran. Satuan perbukitan bergelombang merupakan
satuan morfologi yang dominan, mempunyai
ketinggian lebih kurang 100 – 800 m di atas muka
laut. Satuan ini mencerminkan adanya perbedaan
tingkat resitensi batuan-batuan terhadap erosi,
tersusun umumnya oleh batuan-batuan produk
gunung-api serta marin berumur Tersier dari Formasi
Kiro, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Formasi
Tanahau, Formasi Waihekang dan Formasi Laka.
Litologinya antara lain breksi, konglomerat, lava,
batupasir, tufa, napal dan batugamping. Satuan
dataran terdapat di bagian utara, pelamparannya
sekitar 5 % daerah penyelidikan dan menempati
dataran pantai utara yang berbatasan dengan Laut
Flores. Satuan ini mempunyai ketinggian di bawah
100 m dan tersusun oleh endapan aluvium berumur
Kuarter. Pola aliran sungai di daerah ini umumnya
memperlihatkan pola dendritik dengan jentera erosi
yang masih dalam tahapan muda.
Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun oleh
formasi-formasi batuan yang berumur Miosen Awal Kuarter, yang dapat dibedakan atas batuan sedimen,
endapan permukaan, batuan produk gunung-api dan
batuan terobosan.
Formasi atau satuan batuan
berumur Tersier adalah : Formasi Kiro, Formasi
Tanahau, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Diorit
Kuarsa, Formasi Waihekang dan Formasi Laka.
Endapan Kuarter terdiri atas Endapan Gunungapi Tua
dan Aluvium.
Formasi Kiro tersusun oleh breksi, lava dan
tufa pasiran dan batupasir tufaan. Breksi, warna
kelabu kehitaman, komponen batuan andesitis dan
basaltis, semen tufa pasiran. Lava, warna kelabu
kehijauan - kehitaman, bersusunan andesitis, basaltis,
latit dan trakhit. Tufa pasiran dan batupasir tufaan,
merupkan sisipan, warna kecoklatan, berlapis,
terkersikkan. Formasi ini diperkirakan berumur
Miosen Awal – Miosen Tengah.
Formasi Tanahau menindih selaras Formasi
Kiro dan menjemari dengan Formasi Bari, litologinya
terdiri atas lava, breksi dan tufa. Lava, kelabu
kehijauan, dasitis, setempat struktur bantal. Breksi,
kelabu kehitaman, komponen dasit, ukuran fragmen
0,5 - 3,0 cm, semen tufa pasiran. Tufa, putih – kelabu,
dasitis, berbutir halus – sedang, masif, terkersikkan.
BATUBARA - NGADA
Formasi Tanahau diperkirakan berumur Miosen
Tengah..
Formasi Nangapanda menjemari dengan
Formasi Bari, litologinya terdiri atas batupasir dan
batugamping, setempat mengandung sisipan napal dan
breksi. Batupasir, kelabu kekuningan, halus – kasar,
konglomeratan, komponen andesit dan basalt, ukuran
0,5 – 2,0 cm, kompak, berlapis, setempat berselingan
dengan batupasir gampingan. Batugamping, kelabu,
keras, kompak. Formasi Nangapanda diperkirakan
berumur Miosen Tengah.
Formasi Bari menindih selaras Formasi Kiro,
formasi ini tersusun oleh batugamping berselingan
dengan batugamping pasiran. Setempat bersisipan
lempung tufaan, lempung karbonan dan batubara.
Formasi Bari diperkirakan berumur Miosen Tengah.
Diorit Kuarsa merupakan batuan terobosan
berwarna kelabu kehijauan, kompak, holokristalin,
komposisi oligoklas dan andesin, diperkirakan
berumur Miosen Akhir.
Formasi Waihekang menindih selaras
Formasi Bari. Formasi ini tersusun oleh batugamping
klastika, mengandung tufa dan rijang merah. Formasi
Waihekang diperkirakan berumur Miosen Akhir –
Pliosen.
Formasi Laka menjemari dengan Formasi
Waihekang, litologinya tersusun oleh Tufa, setempat
berselingan dengan batupasir tufaan dan batupasir
gampingan. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen
Akhir – Pliosen.
Endapan Gunungapi Tua terdiri merupakan
endapan hasil gunungapi berumur Plistosen, terdiri
atas lava bersusunan andesit, breksi dan aglomerat
bersusunan andesit dan basalt, setempat bersisipan
tufa.
Aluvium merupakan endapan permukaan
berumur Holosen, teridiri atas lempung, pasir dan
kerikil.
Struktur geologi yang terdapat di daerah
penyelidikan adalah sesar, lipatan dan kelurusan.
Sesar berupa sesar geser berarah baratlaut – tenggara
dan timurlaut – baratdaya, sesar normal berarah
timurlaut – baratdaya. Lipatan berupa antiklin berarah
relatif barat – timur sedangkan kelurusan berarah
umum timurlaut – baratdaya.
Potensi Endapan Batubara
Sejumlah penyelidikan geologi terdahulu
sejak masa pra kemerdekaan sampai dengan
penyelidikan dan pemetaan geologi sistematis oleh
Puslitbang Geologi Bandung, 1994, sama sekali tidak
menginformasikan terdapatnya endapan batubara di
daerah Ngada atau Nusa Tenggara Timur pada
umumnya. Diperkirakan hal tersebut disebabkan di
daerah ini tidak terdapat cekungan–cekungan
pengendapan yang secara geologi termasuk cekungan
pengendapan batubara yang cukup potensial
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005
sebagaimana halnya di Sumatera, Kalimantan atau
daerah – daerah berpotensi batubara lainnya. Awal
dari informasi keberadaan endapan diperoleh secara
kebetulan dari penduduk yang menggali sumur dan
kemudian ditindaklanjuti oleh Kanwil DPE Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Faktor tersebut di atas sebenarnya merupakan
suatu alasan yang menarik untuk melaksanakan
penyelidikan di daerah ini karena kemungkinan dapat
memperbaharui data perbatubara Indonesia. Namun
demikian keadaan tersebut juga menimbulkan
kendala dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
antara lain tidak diperolehnya informasi awal yang
cukup baik mengenai formasi pembawa batubara atau
faktor – faktor geologi lainnya yang dapat menjadi
acuan awal untuk melakukan penyelidikan.
Berdasarkan pengamatan singkapan batuan di
permukaan baik pada alur-alur sungai, tebing-tebing
bukit maupun kupasan jalan tidak ditemukan adanya
singkapan batubara.
Hal tersebut kemungkinan
karena tanah pelapukan yang cukup tebal, pengikisan
oleh air sungai sangat kecil karena daerah ini
merupakan daerah kering, tandus dan memiliki curah
hujan sangat sedikit, disamping itu kemungkinan
lapisan batubara sangat tipis dan tidak memiliki
penyebaran cukup luas. Dengan adanya kendala di
atas maka metoda yang dipakai untuk mengetahui
keberadaan batubara adalah dengan membuat sumur
uji (Testpit), dalam hal ini telah dilakukan pembuatan
sumur uji sebanyak empat buah. Penempatan lokasi
sumur uji dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperkirakan dapat merekonstruksi keberadaan lapisan
batubara kearah jurus maupun kemiringan lapisan.
Namun disadari bahwa metoda pembuatan sumur uji
ini mengandung kelemahan antara lain jumlah
kedalaman dan jumlah sumur yang terbatas, jangka
waktu cukup lama dan faktor-faktor kesulitan dalam
penggalian misalnya dalam menghadapi batuan yang
sangat keras, rembesan air dan sebagainya,
disebabkan tenaga dan peralatan yang digunakan
adalah tenaga manusia dan bukan peralatan mekanis.
Data Lapangan dan Interpretasi
Pekerjaan lapangan dilakukan dengan
melakukan pembuatan sumur uji dan pengamatan
singkapan batuan di permukaan, disamping itu
dilakukan juga pengamatan dari sumur penduduk,
khususnya untuk memperoleh informasi adanya
lapisan batubara.
Berdasarkan kegiatan lapangan tersebut
keberadaan endapan batubara diperoleh dari lokasi
sumur uji SU-01 dan sumur penduduk SM-01m.
Pembuatan sumur-uji dilakukan pada 4 lokasi yaitu
SU-01, SU-02, SU-03 dan SU-04. Pada lokasi sumuruji SU-01 ditemukan satu lapisan batubara setebal
0,43 m pada kedalaman 6,57 – 7,00 m. Kenampakan
fisik batubara berwarna hitam, mengkilap, keras,
friable (mudah hancur), tidak mengandung lapisan
pengotor. Lapisan batubara ini diapit di bagian atas
oleh batulempung, hitam, karbonan, keras, kompak
BATUBARA - NGADA
sebagian menyerpih, mengandung butir-butir pirit
yang terkonsentrasi, ketebalan batulempung 1,37 m.
Bagian bawah lapisan batubara adalah batulempung,
coklat kehitaman, mengandung sisa tumbuhan.
Kedudukan lapisan batubara yang diukur pada bidang
perlapisan menunjukkan kedudukan lapisan adalah
sekitar N 155° E/30°.
Lokasi SU-02 berjarak sekitar 10 m dari SU01 yang diperkirakan merupakan arah updip dari
lapisan batubara dan diperhitungkan secara teoritis
lapisan batubara akan ditemukan pada kedalaman
sekitar 4-5 m. namun dengan penggalian mencapai
kedalaman 7,25 m tidak ditemukan penerusan dari
lapisan batubara pada SU-01.
Pembuatan SU-03 dan SU-04 dilakukan
untuk melacak penerusan lapisan batubara ke arah
jurus lapisan, penentuan lokasi dilakukan dengan
bantuan GPS, kompas, tali ukur dan Altimeter.
Altimeter dipakai untuk mengetahui ketinggian dari
lokasi. Ketinggian lokasi diusahakan lebih kurang
sama. Lokasi SU-03 berjarak sekitar 40 m dengan
arah N 155° E dan SU-04 berjarak sekitar 750 m arah
N 330 °E tidak ditemukan penerusan dari lapisan
batubara pada SU-01.
Berdasarkan data keempat sumur uji di atas
disimpulkan lapisan batubara di daerah ini memiliki
penyebaran lateral sangat terbatas baik ke arah jurus
maupun kemiringan lapisan, atau dengan istilah lain
lapisan batubara tersebut merupakan lensa tipis
batubara.
Dari pengamatan batuan pengapit dan
singkapan batuan di permukaan di sekitar lokasi
diperoleh data sebagai berikut : Adanya perselingan
batugamping klastik dengan batuan klastik halus
(lempung atau lempung gampingan), batugamping
masif, adanya kandungan pirit pada lapisan lempung
di bagian bawah batubara, maka diperkirakan endapan
batubara di daerah ini terbentuk pada lingkungan
laguna yang terdapat di dekat suatu back reef.
Akumulasi dari sisa-sisa tumbuhan yang terawetkan
di daerah laguna ternyata tidak cukup banyak untuk
membentuk lapisan batubara yang tebal dan luas,
kemungkinan jumlah tetumbuhan yang menjadi
sumber dari bahan pembentuk batubara tidak cukup
melimpah atau karena material-material tersebut
segera tertutup oleh endapan hasil kegiatan
gunungapi.
Dari kenampakan fisik didukung dengan
hasil analisis conto di laboratorium, batubara memiliki
rank yang cukup tinggi, keadaan demikian
diperkirakan disebabkan oleh
faktor pemanasan
akibat intrusi (Diorit Kuarsa) pada Miosen Akhir yang
menerobos batuan sedimen Formasi Bari berumur
Miosen Tengah yang merupakan Formasi pembawa
batubara.
Kualitas Batubara
Conto batubara hasil sumur-uji telah
dianalisis di laboratorium yang meliputi analisis
kimia, fisika dan petrografi. Analisis dilakukann per
ply sample dan conto komposit. Ringkasannya
disarikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Kimia dan Fisika
Dari Conto Komposit Batubara (NSU-01_)
Jenis Analisis
Free Moisture (FM)
Total Moisture (TM)
Moisture (M)
Volatile Matter (VM)
Fixed Carbon (FC)
Ash
Total Sulphur (St)
Specific Gravity (SG)
Calorific Value (CV)
Satuan
%
%
%
%
%
%
%
Basis
ar
ar
adb
adb
adb
adb
adb
adb
adb
Cal/gr
Nilai
10,02
15,96
6,60
4,69
86,87
1,84
4,65
1,55
7523
Tabel 2. Hasil Analisis Petrografi Conto SU-01 dan SM-01
Kode
Rvmax
Kisaran
Conto
%
%
1
SU-01
2,94
2,78-4,14
2
SM-01
3,18
2,95-3,43
No.
SD
Maseral (%)
Mineral (%)
V
I
L
Cl
Ox.B
Py
0,09
94,5
-
-
5,0
0,5
-
0,12
98,5
-
-
1,0
0,5