Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Minum Roh Kudus (Suatu Tinjauan Teologis terhadap Penghayatan Roh Kudus Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang) T1 712007042 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri

sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Hal itu semua diwujudkan dengan sejelas-jelasnya di dalam diri Tuhan Yesus Kristus, Firman
yang menjadi manusia. Dalam Kekristenan, salah satu keunikannya adalah kepercayaan terhadap
Allah Tritunggal. Allah Tritunggal merupakan Doktrin. Doktrin ini merupakan suatu konsep
yang tidak ada pada agama-agama lain. Bukan suatu konsep yang ditarik sebagai kesimpulan
dari hasil pikiran manusia melalui kemampuan rasio yang diciptakan oleh Allah. Hal ini
merupakan suatu konsep yang tidak dapat dihindari oleh manusia, karena Allah telah demikian
menyatakan Diri, memperkenalkan diriNya kepada manusia. 1
Hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan antara Roh Kudus dengan Allah dan
Kristus. Menurut Perjanjian Lama, hanya Allah saja yang pada dirinya Kudus. Barang atau orang
dapat menjadi kudus berkat hubungan khusus dengan Allah, sehingga seolah-olah dimasukkan
ke dalam dunia illahi. Kudus secara dasariah searti dengan transenden. Roh itu adalah milik
Allah yang khas dan karenanya datang dari dicurahkan olehNya. Dalam pendangan pandangan
Israel “roh Tuhan” berupa suatu karunia khas yang diberikan kepada manusia. Pemahaman ini

kemudian berlanjut pada Perjanjian Baru. 2 Tidak diragukan, bahwa Roh Kudus dulu pun sudah
berkarya di dunia, sebelum Kristus dimuliakan. Tetapi pada hari Pentakosta Roh turun atas para

1

Stephen Tong, Allah Tritunggal (Lembaga Reformed Injili Indonesia: 1993), 2.
C. Groenen OFM, Kitab Suci tentang Roh Kudus dan hubungannya dengan Allah Bapa dan Anak
Allah(Yogyakarta: Kanisius, 1982), 22.
2

1

murid, untuk tinggal bersama mereka selama-lamanya. Orang-orang tiba-tiba sadar akan suatu
kuasa baru dan cenderung memahami bahwa segala kejadian yang luar biasa berasal dari
padaNya. Roh itu adalah suatu karunia kekuasaan, yang bukan suatu kehadiran pribadi: suatu
karunia dari Allah, diberikan dengan perantaraan Kristus yang ditinggikan untuk menggenapkan
nubuat.3
Tampillah Gereja secara resmi dihadapan banyak orang dan memulai penyebaran
Injil melalui pewartaan diantara para bangsa-bangsa. Dengan kuasa Injil, Ia membuat Gereja
bertumbuh dan terus menerus memperbaharuinya. Roh Kudus mempunyai peranan yang sangat

menentukan dalam seluruh pertumbuhan, perkembangan, sejak Gereja perdana di Yerusalem
hingga Gereja sekarang. Ia memelihara dan bekerja di dalam Gereja melalui RohNya. 4 Dalam
Perjanjian Baru, Gereja dilihat sebagai Tubuh Kristus. Ini merupakan ungkapan yang paling
disukai oleh Rasul Paulus mengenai Gereja. Istilah ini menekankan bahwa Gereja adalah suatu
persekutuan yang baru, artinya Yesus hadir secara konkrit dan kelihatan di dalam Gereja, yang
adalah Tubuh Kristus. Gereja ialah Tubuh Kristus yang terikat dan tak terpisahkan dari Kristus.5
. Gereja kemudian mengalami dinamika perkembangan dalam berbagai aspek.
Berbagai denominasi memiliki pemaknaan tersendiri akan Roh Kudus dan karunia-karuniaNya.
Secara konkrit terlihat dalam Gerakan Kharismatik, yang mengutamakan Baptisan dan karuniakarunia Roh. Karunia-karunia, dalam bahasa Yunani. Charismata, berasal dari kata charis,
artinya kasih karunia. 6

Berkaitan denga karunia, berbagai pendapat timbul dari kalangan

Kharismatik dan Non-Kharismatik. Pengikut-pengikut Gerakan Kharismatik pun tidak
3

A.M. Hunter, Memperkenalkan Teologi Perjanjian Baru (BPK. Gunung Mulia, 2004), 70.
Aloys Budi Purnomo, Roh Kudus Jiwa Gereja yang Hidup (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 13.
5
Robert Davidson, Alkitab Berbicara (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2000), 193.

6
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas,1994), 1901.
4

2

mempunyai pendapat yang sama tentang banyaknya karunia Roh yang diberikan kepada
anggota-anggota Jemaat. Paling sedikit mereka menganut dua pendapat yang berbeda. Pertama:
pendapat (ekstrim) yang mengatakan, bahwa tiap-tiap orang telah dibaptis dengan Roh Kudus
memperoleh semua karunia, dan karena itu ia dapat menggunakannya setiap waktu, kalau ia
mau.

Kedua: pendapat yang mengatakan, bahwa tiap-tiap orang- Allah secara tetap (terus

menerus) mengaruniakan satu atau beberapa kharisma. 7
Gerakan kharismatik, sering dipandang negatif oleh warga jemaat yang lain karena
dianggap ajaran-ajarannya menyimpang dari Alkitab, dan lain sebagianya. Seringkali terjadi
perdebatan tentang karunia-karunia Roh Kudus, yang menjadi salah satu penyebab utama
perpecahan dalam Gereja. Perpecahan melahirkan kelompok-kelompok atau denominasi dalam
kekristenan, salah satunya satunya yakni kelompok Kharismatik. Akan tetapi sadar atau tidak,

kelompok Kharismatik telah menyediakan suatu tempat berlindung, mendapatkan kenyamanan,
suatu tempat yang menjadikan mereka bagian dari kelompok. Merasa di terima dengan baik oleh
anggota-anggota kelompok. Sesuatu yang berbeda akan membuat orang lain berubah pikiran,
penasaran untuk menemukan apa yang berbeda yang tidak dimilikinya sedangkan orang lain bisa
memilikinya. Secara langsung, orang-orang yang bergabung dengan gerakan Kharismatik
menunjukkan bahwa adanya kebutuhan mereka yang belum terpenuhi. Kebutuhan mereka akan
keamanan pribadi dan ekspresi emosional belum dipenuhi oleh gereja protestan lainnya
Gerakan kharismatik, walaupun dalam satu aliran yaitu kharismatik namun berbeda
pemahamannya akan Roh Kudus. Salah satunya Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan
di Semarang yang menghayati arti kehadiran Roh Kudus dalam konteks Minum Roh Kudus.

7

J. L. CH. Abineno, Karunia-Karunia Roh Kudus (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1980), 6.

3

Secara khusus, Minum Roh Kudus telah menjadi suatu praktek yang telah menjadi kebiasaan dan
bukan menjadi beban. Tujuan dari Minum Roh Kudus adalah semakin dekat kepada Tuhan dan
pencapaian akan karunia-karunia Roh.

1.2.

Alasan Pemilihan Judul

Gereja terdiri dari berbagai denominasi yang memiliki ketidaksamaan corak dan
suasana beribadah. Salah satunya, gerakan kharismatik yang dalam hal ini berjasa dalam
memaksa Gereja-gereja untuk kembali memperhatikan peranan Roh Kudus lebih pada masamasa lampau (Perjanjian Baru). Di Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang,
Minum Roh Kudus begitu familiar dan dianggap penting, sedangkan begitu asing bagi jemaat di
luar Gereja ini. Begitupun bagi penulis, Minum Roh Kudus merupakan istilah yang baru. Roh
Kudus dihayati dengan cara yang berbeda dalam konteks Minum Roh Kudus. Maka, penulis
merasa menarik untuk meneliti tentang Minum Roh Kudus.
Dengan mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka judul yang
diangkat oleh penulis adalah: Minum Roh Kudus (Suatu Tinjauan Teologis Terhadap
Penghayatan Roh Kudus) Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang.

1.3.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah:
1. Apa makna pemahaman Minum Roh Kudus di Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil
Kerajaan di Semarang?

4

2. Apa Tinjauan Teologis terhadap penghayatan warga Jemaat Kristen Indonesia Injil
Kerajaan di Semarang tentang Roh Kudus?

1.4.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pemahaman tentang Minum Roh Kudus di Gereja Jemaat
Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang.
2. Melakukan Tinjauan Teologis terhadap penghayatan jemaat- Gereja Kristen
Indonesia di Semarang tentang Roh Kudus.

1.5.


Signifikansi Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka signifikansi atau manfaat dari penelitian

ini adalah:
1. Mendapatkan pemahaman tentang Minum Roh Kudus di Jemaat Kristen
Indonesia Injil Kerajaan di Semarang.
2. Memberikan

sumbangan

pemikiran

kepada

Fakultas

Teologi

dalam


pengembangan keilmuwan Teologi khususnya pada Mata Kuliah Eklesiologi
dalam pemahaman dan penghayatan akan Roh Kudus dan karuniaNya.
3. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
gereja agar dapat mengkritisi penjabaran tentang Roh Kudus dalam fenomena
tentang Roh Kudus dan karuniaNya.

5

1.6.

Metode Penelitian
Dalam tulisan ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif yaitu

suatu metode yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi
tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Metode kualitatif
juga lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan.8
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan secara
sistematis dan akurat mengenai fakta yang ada. Pendekatan yang dilakukan adalah Kualitatif.
Objek penelitian adalah manusia atau sesuatu yang dipengaruhi manusia, termasuk tindakan dan
perkataan manusia secara alamiah. Oleh karena itu objek yang diteliti harus dalam kedaan wajar

(natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif dalam bentuk jumlah
atau bilangan yang memiliki perbandingan yang pasti. Penelitian kualitatif, di pihak lain,
merupakan penelitian yang mengutamakan segi kualitas data. Teknik pengumpulan data yang
digunakan antara lain terdiri atas berbagai teknik pengamatan dan wawancara kepada para
jemaat.

1.7.

Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu:

Dalam Bab I Penulis akan menyampaikan: Pendahuluan yang berisi uraian mengenai
latar belakang, alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi masalah,
metode penelitian, dan sistematika Penulisan.

8

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 81.

6


Dalam Bab II Penulis akan menyampaikan: Roh Kudus Dalam Teologi Kristen: Berisi
uraian mengenai Roh Kudus, Roh Kudus dan Karunia, Roh Kudus dan Gereja.

Dalam Bab III Penulis akan menyampaikan: Kajian tentang tanggapan Jemaat Kristen
Indonesia di Semarang tentang Roh Kudus

Dalam Bab IV Penulis akan menyampaikan: Analisa. Berisi uraian tentang Tinjauan
Teologis terhadap penghayatan tentang Roh Kudus JKI Injil Kerajaan di Semarang.

Dalam Bab V Penulis akan menyampaikan: rangkuman tentang kesimpulan dan saran
dari keseluruhan penulisan yang ditulis secara singkat.

7