ARSITEKTUR MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK JAWA TIMUR.
ARSITEKTUR MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh
Ahmad Oktavian Rozakhi NIM: AO.22.12.036
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur, masalah yang di teliti ini tentang (1) bagaimana tata letak dan bentuk Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur ditinjau dari segi arsitektur (2) apa makna arsitektur yang terkandung pada bangunan Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur ?
Penulisan ini menggunakan metode etnografi dengan beberapa langkah antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi yang digunakan untuk menganalisi arsitektur yang ada dalam kebudayaan. Selain itu teori yang digunakan penulis adalah teori kebudayaan koentjoroningrat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan (1) Masjid Agung Syeh Maulana Ibrahim Gresik terletak di pusat pemerintahan kota Gresik sehingga memiliki tata letak yang strategis dan memenuhi kajian sejarah perkotaan, Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik ini mempunyai bentuk berbeda dengan yang lainnya, Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik merupakan masjid yang tampak elegan beraksitektur Jawa, Modern dan Timur Tengah (2) Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur ini memiliki beberapa makna arsitektur yang sangat menonjol diantaranya Jawa, Modern dan Timur Tengah.
(7)
ABSTRACT
This research entitled Arsitektur Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur, problems that stating in research, such as (1) how are the site system and the shape of Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur (2) what is the meaning of architecture site which include to the it’s building of the great Arsitektur Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur?
This research use ethnography method that has 3 step of analysis. The first is observation, the second is interview and the last is documentation. The approach that used in this research is antrophology approach. Antrophology approach is used to analyse about architecture which include to the cultural aspect. Henceforth, the theory that used in this research is using Koentjoroningrat culture theory.
For the result, the researcher concludes (1) syech maulana malik ibrahim mosque were located in Gresik sub-districk. Thus, the mosque looks so elegent in the central of the city which boldly used Javanese, modernese and middle east of
architevture style (2) the architecture of this mosque has some meaning of it’s
architecture that makes the mosque uniquely presented of Javanese, modernese and middle east architecture style that makes this mosque so different with another mosque in Indonesia.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ...vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR ISI ...xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 5
F. Penelitian Terdahulu ... 7
G. Metode Penelitian ... 8
H. Sistematika Bahasan ... 12
BAB II: MASJID SENI BANGUN ISLAM A. Asal Usul Masjid ... 14
(9)
1. Sejarah Awal Mula Masjid ... 15
2. Konsep Masjid ... 16
3. Perkembangan Masjid ... 17
B. Seni Bangun Masjid (Gaya) ... 18
1. Masjid Jawa ... 18
2. Masjid Modern ... 26
3. Masjid Timur Tengah ... 33
BAB III : MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK A. Wilayah Administrasi Kabupaten Gresik... 43
1. Kedudukan Gresik ... 43
2. Kondisi Geografis ... 44
3. Batas Wilayah ... 44
4. Wilayah Administrasi Pemerintahan... 45
5. Topografi ... 45
B. Keberadaan Masjid... 46
C. Lembaga Pengelola ... 47
D. Penyandang Dana ... 48
E. Fungsi dan Kondisi Masjid ... 49
1. Tata Ruang ... 49
2. Kondisi Masjid ... 52
F. Kegiatan Masjid ... 52
BAB IV : ARSITEKTUR MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK A. Layout Bangunan Masjid... 55
B. Bagian-Bagian Pada Bnagunan Masjid ... 56
1. Atap Masjid (Kubah)... 57
(10)
3. Serambi ... 59
4. Menara... 60
5. Mihrab ... 62
6. Mimbar ... 64
7. Lampu Gantung ... 65
8. Lampu Duduk (Tempel Tembok) ... 66
9. Bedug ... 66
10.Kaligrafi ... 67
11.Monumen Sejarah ... 70
C. Makna Kultur dan Histori ... 71
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan pola tata kehidupan masyarakat Indonesia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mengingat pula bahwa
sebagian besar bangsa Indonesia memeluk agama Islam, maka setiap saat
bermunculah masjid-masjid baru dari yang berukuran besar sampai yang
berukuran kecil, dari yang megah-megah serta indah-indah sampai kepada
yang sederhana tapi tanpa mengabaikan kaidah-kaidah dalam
pembangunannya.
Masjid adalah tempat ibadah umat muslim yang artinya tempat
sujud, dan masjid ukuran kecil disebut mushollah, langgar atau surau.
Selain tempat ibadah masjid merupakan pusat komunitas muslim.
Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah,
dan belajar al-Qur’an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam
sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas peranan
kemasyarakatan hingga kemiliteran.1
Masjid juga disebut rumah Allah SWT yang dibangun agar umat
mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik. Menurut
etimologi, kata masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid
adalah sajadah dimana sajadah berarti sujud atau tunduk. Kata masjid
sendiri berakar dari bahasa Arab. Kata masgid (m-s-g-h) ditemukan dalam
(12)
2
inskripsi dari abad ke 5 sebelum Masehi. Kata masgid ini berarti tiang suci
”tempat sembahan orang muslim”.
Menurut arti katanya, fungsi masjid yang utama adalah sebagai
tempat sujud. Namun, jika dilihat secara lebih mendalam, fungsi masjid
yang sebenarnya meliputi segala segi kehidupan manusia. Hal ini
sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Alaq : 19, “sujudlah kepada
Tuhan dan beribadahlah”. Ketika Nabi Muhammad SAW membangun
masjid di sekitar kediamannya, tempat ini digunakan untuk kepentingan
pendidikan, sosial, politik, bahkan militer. Di antara fungsi-fungsi tersebut,
yang menonjol adalah fungsi pendidikan. Majelis-majelis taklim tempat
kaum muslim belajar agama, juga bisa dilangsungkan di masjid. Sejarah
mencatat, bahwa wahyu yang turun dalam kurun waktu di Madinah, biasa
diterima Nabi Muhammad di masjid. Masjid juga digunakan nabi untuk
menerangkan hukum-hukum Islam di dalamnya. Hal ini memberikan
teladan bahwa masjid berfungsi sebagai tempat menimba ilmu agama dan
belajar tentang hukum Islam.2
Di Indonesia, perkembangan bangunan masjid tidak lepas dari
sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Pada masa awal sejarah nusantara,
munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang mulai menggantikan kerajaan
Hindu-Budha biasanya juga diikuti dengan berdirinya bangunan masjid
sebagai pusat kegiatan agama Islam. Demikian pula pada masa-masa
selanjutnya, penyebaran Islam di berbagai wilayah selalu diiringi dengan
2 Gatut Susanta, Choirul Amin, Riska Kautsar, Membangun masjid & mushola (Depok: Griya
(13)
3
bangunan masjid di kawasan tersebut.3 Maka dari itu setiap wilayah
mempunyai ciri-ciri tersendiri dengan gaya arsitektur yang khas.
Menara-menara, serta kubah masjid yang besar seakan menjadi
saksi betapa jayanya Islam dalam kurun abad pertengahan. Masjid telah
melalui masa yang panjang dalam sejarahnya. Mulai dari perang salib
sampai perang teluk. Selama lebih dari 1000 tahun pula, arsitektur masjid
perlahan-lahan mulai menyusuaikan bangunan masjid dengan arsitektur
modern.
Hampir semua kota di Indonesia memiliki masjid sebagai ciri khas
atau identitas umat Islam yang mudah dikenal oleh masyarakat. Namun
sedikit kota di Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan maka umat
Islam memiliki ikon masjid yang berbeda beda. Seperti halnya kota-kota
yang bernuansa Islam pasti akan memiliki ikon masjid yang berbeda beda.
Demak misalnya memiliki ikon masjid yang sangat menawan dan masjid
tersebut memiliki gaya arsitektur khas Jawa.
Melihat perkembangan pembangunan masjid sekarang ini banyak
yang menampilkan suatu kreasi baru dengan mengembangkan potensi arsitektur Jawa Modern, seperti halnya “Masjid Agung Maulana Malik
Ibrahim Gresik Jawa Timur” yang menyajikan bentuk masjid Jawa
Modern dengan adanya bau-bau gaya Timur Tengah. Hal ini yang menarik
sehingga mendorong penulis mengambil Masjid Agung Maulana Malik
Ibrahim Gresik dijadikan obyek penelitian dalam penulisan skripsi.
(14)
4
Memiliki perkembangan kegiatan Masjid khususnya di Indonesia
yang semakin berkembang, sehingga masjid tidak hanya sebagai tempat
ibadah, maka sebagai upaya oleh lembaga resmi atau non resmi telah
diarahkan ke arah terwujudnya berbagai aktivitas yang lebih luas sesuai
dengan peran dan fungsi masjid itu sendiri.
Keindahan masjid adalah salah satu sentuhan yang menjadi
perhatian penting dalam proses pembangunan Masjid Agung Syeh
Maulana Malik Ibrahim Gresik. Salah satu penunjang keindahan adalah
terpenuhinya kebutuhan penerangan, mulai dari penerangan dalam gedung
maupun di luar gedung.
Yang dibahas dalam skripsi ini adalah ditekankan pada kajian seni
bangunnya (Arsitektur), karena itulah diambil obyek pembahasan yang
berjudul “ ARSITEKTUR MASJID SYEH AGUNG MAULANA
MALIK IBRAHIM GRESIK JAWA TIMUR”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada hakekatnya adalah, generalisasi deskripsi
tentang lingkup masalah, Berdasarkandarilatarbelakangmasalah di atas,
penulisdapatmerumuskanpermasalahansebagaiberikut:
1. Bagaimana tata letak dan bentuk Masjid Agung Syeh Maulana Malik
Ibrahim Gresik Jawa Timur ditinjau dari segi arsitektur?
2. Apa makna arsitektur yang terkandung pada bangunan Masjid Agung
(15)
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan darilatar belakang masalah di atas, maka dapat
diketahui tujuan dari penelitian yang berjudul “Arsitektur Masjid Agung
Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur” dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tata letak dan makna bentuk arsitektur Masjid
Agung Syeh Maulanan Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui makna arsitektur Masjid Agung Syeh Maulana
Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur.
D. Manfaat Penelitian
Mengenai kegunaan penelitian tentang Arsitektur Masjid Agung
Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur adalah:
1. Ingin memberikan kontribusi terhadap penilaian masjid tersebut, dari
segi arsitektur.
2. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata Satu
(S-I) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan
sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang
sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut membantu membentuk
peradaban Islam yang kaya.
Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam
(16)
6
yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan
lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum,
air mancur dan bangunan domestik lainnya.4
Adapun kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa5.
Menurut Koentjoroningrat wujud kebudayaan ada 3 yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Dapat dipahami bahwa kebudayaan dapat dikaitkan dengan wujud
bangunan karena dengan adanya kebudayaan yang bersifat kongrit dapat
mewujudkan suatu kelakuan yang berfungsi untuk memahami dan
menafsirkan lingkungan yang dihadapi. Kelakuan ini menghasilkan
benda-benda kebudayaan, misalnya bangunan-bangunan lama yang berupa candi
dan masjid tua. Berdasarkan uraian diatas maka, penelitian ini
menggunakan teori difusi yang dikemukakan oeh Graebner, semua
regularitas proses budaya merupakan hukum dari kehidupan mental.6
Studi difusi budaya lebih kearah survival (kelestarian) kebudayaan dari
4Tanpa Nama, “Arsitektur Islam”, dalam http:/www.wikipedia.Arsitektur Islam.net. diunduh 11:30
16 maret 2016
5Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropolog (Jakarta: Rineka cipta, 1990), 181.
6Swardi Endarwarsa, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gajah Mada University
(17)
7
tempat satu ketempat yang lain. Survival budaya berarti ketahanan, bukan
persoalan fungsi semata. Survival adalah daya eksis budaya.
Selain menggunakan teori difusi, juga menggunakan teori
aklulturasi yang dikemukakan oleh J. Powel dan di setir oleh J.W.M.
Bakker. J. Powel mengatakan bahwa akulturasi dapat diartikan masuknya
nilai tradisional (keluar/kedalam budaya lokal).7
Bagi Lincoln dan Guba, strategi penelitiannya dapat dikembangkan
berdasarkan electic framework, misalnya dengan memodifikasi konsepsi
metodologis dalam strategi penelitian lapangan, interaksionisme simbolik,
dan penemuan naturalistik kemudian direkontruksi sesuai dengan tujuan
penelitiannya. Dalam hal demikian, terbuka peluang menyusun rancangan
penelitian sebagai emergent design, yakni rancangan penelitian yang
karateristiknya tidak dapat ditentukan secara ketat karena bisa dimodifikasi
dan diubah sesuai dengan karateristik tujuannya. Dalam kondisi demikian
peneliti dapat mengembangkan metodenya sendiri dengan mempelajari
sejumlah konsep metodologis yang ada kerana qualitative research is
inherently multimethod in focus (Denzim dan Lincoln 1994).8
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian terdahulu yang telah penulis teliti, penulis tidak
menemukan karya yang meneliti tentang judul yang saat ini peneliti bahas,
yakni Arsitektur Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa
Timur. Maka dari itu peneliti ingin menyelesaikan dengan memfokuskan
7J.W.M. Bakker, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 115. 8Dr. Maryaeni, M.Pd, Metode Penelitian Kebudayaan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), 33-34.
(18)
8
pada arsitektur masjid. Adapun penelitian terdahulu mengenai masjid yang
pernah dilakukan antara lain:
1. Muhammad Ulumuddin, sejarah perkembangan, bangunan masjid
Jami’ Gresik abad XV-XXI. Dalam skripsi ini dijelaskan bagaimana perkembangan masjid jami’ serta perkembangan religius kota Gresik sebagai kota santri.
2. Umi Kalsum, Masjid Ulul Albab IAIN Sunan Ampel Surabaya (Studi
Arsitektur). Dalam skripsi ini membahas mengenai seni arsitektur
serta menganalisa bangunan dari segi arsitektur.
3. Sholikatin, arsitektur masjid Ashabul Kahfi perut bumi Al-Maghribi
Tuban Jawa Timur. Yang dibahas dalam skripsi ini adalah ditekankan
pada kajian seni (arsitektur).
G. MetodePenelitian
Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti dengan
mempraktikkan metode etnografi, penulis akan melakukan pengamatan
terhadap obyek yang akan diteliti yang sebelumnya sudah diketahui wujud
dari obyek tersebut, kemudian akan dilakukan pengumpulan data dan
wawancara. Pengumpulan data yang diperlukan untuk memperoleh data
yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya dan mampu mewakili
seluruh populasi yang diteliti. Untuk memilih dan menyusun alat
pengumpulan data perlu ketetapan penelitian ini. Dengan demikian
(19)
9
pada akhirnya dapat dirumuskan dengan objektif. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif.Berkaitan
dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang arsitektur masjid
agung Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Jenis Data
Jenis Data yang akan dikumpulkan adalah jenis data primer dan
skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil
observasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh penelitian. Dan
data skunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder dapat
diperoleh dari hasil laporan wawancara. Pemahaman terhadap
kedua jenis data tersebut diperlukan sebagai landasan dalam
langkah-langkah penelitian.
b. Observasi
Menurut Edwards dan Talbott, observasi demikian biasa
dihubungkan dengan upaya merumuskan masalah, membandingkan
masalah yang dirumuskan dengan kenyataan di lapangan dan untuk
menemukan strategi pengambilan data.9 Observasi yang dilakukan
(20)
10
penulis disini adalah observasi secara langsung untuk meneliti
sebuah bangunan arsitektur masjid tersebut. Maka penulis akan
terjun langsung ke lokasi penelitian (masjid),
c. Wawancara atau Interview
Wawancara atau Interview merupakan salah satu cara pengambilan
data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalam
bentuk struktur. Wawancara yang struktur merupakan bentuk
interview yang sudah diarahkan oleh sejumlah daftar pertanyaan.
Yaitu proses tanya jawab yang mengetahui tentang masjid Agung
Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa Timur. Dapat menggunakan
bentuk interview yang sudah diarahkan oleh sejumlah pertanyaan
yang terstruktur, tetapi baik kemungkinan muncul ide secara
spontan.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi yang dipakai oleh penulis adalah metode
domuntasi tertulis maupun tidak tertulis. Metode dokumentasi
tertulis yang digunakan sebagai acuan adalah buku buku yang
berhubungan mengenai seni bangunan (arsitektur) maupun buku
yang bersangkutan dengan masjid. Sedangkan metode yang tidak
tertulis peneliti menggunakan rekaman hasil interview dan juga
(21)
11
2. Interpretasi atau Penafsiran
Interpretasi atau penafsiran, merupakan kegiatan pembingkaran
atau dekontruksi makna teks secara literal menuju ke pembentukan
metanarasi guna memperoleh gambaran pengertian baru yang
ditempuh melalui kegiatan penelusuran ulang, menghadirkan fakta
yang tidak teramati secara langsung, dan penghadiran fakta dalam
berbagai domain maupun perspektif waktu.10 Seperti halnya
menggunakan refrensi dari buku yang bersangkutan dengan arsitektur
maupun masjid.
3. Penelitian Kualitatif
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi
serta tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa. Pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metode kualitatif itu
sendiri merupakan pengamatan, wawancara atau penelaah dokumen.
4. Analisa Data
Setelah penelitian terkumpul, selanjutnya penelitian melakukan
analisis terhadap data yang didapatkan. Analisis itu sendiri berarti
menguraikan data sehingga data itu pada gilirannya dapat ditarik
(22)
12
pengertian dan kesimpulan. Metode analisis berarti mengadakan
interpretasi terhadap data-data yang telah tersusun dan terseleksi.
Untuk dapat menganalis data kualitatif menggunakan metode
deskriptif analis, yaitu cara pengambilan kesimpulan yang berdasarkan
wawancara untuk memahami unsur-unsur suatu pengetahuan yang
menyeluruh, mendeskripsikannya dalam suatu kesimpulan.
5. Penulisan
Setelah langkah-langkah operasional peneliti lakukan, pengumpulan
data yang diperoleh sebagai fakta-fakta yang meneliti mengenai
Arsitektur Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik Jawa
Timur.
H. Sistematika Bahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mudah dimengerti
tentang keseluruhan dari pembahasan penulisan skripsi ini, maka perlu
dirumuskan suatu sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama meliputi: Pendahuluan, Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Pendekatan dan
Kerangka Teori, Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian, Sistematika
Bahasan.
Bab kedua Menjelaskan Seni Bangun Islam meliputi, Asal Usul
Masjid (Sejarah Awal Mula Masjid, Konsep Masjid, Perkembangan
Masjid), Seni Bangun Masjid Gaya (Masjid Jawa, Masjid Modern, Masjid
(23)
13
Bab ketiga Menjelaskan Letak Masjid Agung Maulana Malik
Ibrahim Gresik meliputi Wilayah Administrasi Kabupaten Gresik
(Kedudukan Kabupaten Gresik, Kondisi Geografis, Batas Wilayah,
Wilayah Administrasi Pemerintah, Topografi), Keberadaan Masjid,
Lembaga Pengelola, Penyandang Dana, Fungsi dan Kondisi Masjid (Ruang Wudlu, Ruang Utama, Ruang Ta’mir, Ruang Majelis Ulama
Indonesia, Ruang Taman Pendidikan Al-Qur’an), Kondisi Masjid,
Kegiatan Masjid.
Bab keempat Menjelaskan Bentuk Arsitektur Masjid Agung
Maulana Malik Ibrahim Gresik, Layout Bangunan Masjid, Bagian-Bagian
Pada Bangunan Masjid (Atap Masjid, Atap Ruangan Wudlu, Serambi,
Menara, Mihrab, Mimbar, Lampu Gantung, Lampu Duduk, Bedug,
Kaligrafi, Monumen Sejarah), Makna Kultur dan Histori.
(24)
14
BAB II
MASJID SENI BANGUN ISLAM
A. Asal Usul Masjid
Masjid dapat diartikan sebagai tempat di mana saja untuk bersembahyang orang muslim, seperti sabda Nabi Muhammad Saw. :”di manapun engkau bersembahyang, tempat itulah masjid”. Kata masjid
disebut banyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Qur’an, berasal dari
kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Qur’an,
berasal dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh
hormat dan takzim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan dahi,
kedua tangan ke tanah adalah bentuk nyata dari arti kata tersebut di atas.
Oleh karena itu bangunan dibuat khusus untuk salat disebut masjid yang
artinya : tempat untuk sujud.11
Namun orang-orang mengartikan masjid dengan kata tempat
ibadah orang muslim, selain difungsikan sebagai ibadah, masjid juga
difungsikan sebagai kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat dilakukan
secara berjamaah maupun individual, serta kegiatan lain yang
berhubungan dengan kebudayaan Islam.
11Yulianto Sumalyo, Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim (Yogyakarta: Gadjah Mada
(25)
15
1. Sejarah Awal Mula Masjid
Kira-kira 4.500 tahun yang silam keluarga Nabi Ibrahim yaitu Nabi
Ismail dan istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar telah membangun suatu tempat
ibadah berbentuk segi empat/kubus yang disebut dengan Baitullah atau ka’bah dan sering juga disebut dengan Masjid Haram yang berarti masjid terhormat.
Masjidil haram yang berada di kota Mekkah selain merupakan
masjid pertama di dunia juga merupakan arah atau kiblat dalam melakukan
salat oleh kaum muslimin di seluruh dunia
Sedangkan masjid yang kedua di dunia adalah masjidil Aqso yang
berarti masjid terjauh berada di Palestina dibangun oleh Nabi Daud dan
Nabi Sulaiman.12
Masjid adalah pusat ibadah berjamaah dan urusan masyarakat.
Masjid dalam bahasa Arab berarti tempat bersujud, maka masjid terutama
merupakan tempat salat, tempat kaum muslim berlutut dan bersujud di
hadapan Allah.
12Umi Kalsum, ‘’Masjid Ulul Albab IAIN Sunan Ampel Surabaya (Studi Arsitektur)’’, (Skripsi:
(26)
16
2. Konsep Masjid
Karena kaum muslim diperintahkan berdoa menghadap ka’bah,
masjid di negara-negara Islam dirancang menghadap kiblat (arah ka’bah) dan imam memimpin salat dari dinding belakang, yang bersebarangan dengan pintu masuk.
Kebanyakan masjid tampak identik dalam hal arsitektur dasar
dinding belakang, tempat mihrab (relung berlangit-langit melengkung)
yang biasanya berdekorasi. Imam akan berdiri di hadapan mihrab
sewaktu mengimami salat.
Di sebelah kanan mihrab terdapat mimbar yang terbuat dari kayu,
batu, atau lumpur, bergantung pada bahan yang ada saat masjid
dibangun. Ada anak tangga yang menuju bagian atas, di mana imam berdiri untuk menyampaikan khotbah jum’at.
Kebanyakan masjid besar di negara-negara Islam memiliki pintu
masuk besar yang menghadap ke pekarangan tengah. Pekarangan itu tak
hanya tempat penting tempat orang dan keluarga bisa duduk dan
merenung namun juga tempat air mancur dan bak untuk wudhu.
Masjid selalu punya setidaknya satu menara. Menara adalah tempat muazin menyeru kaum beriman untuk salat. Ka’bah memiliki banyak menara, namun masjid biru di Istanbul, Turki, adalah satu-satunya yang
(27)
17
Oleh karena laki-laki dan perempuan muslim salat terpisah, masjid
menyediakan ruang salat bagi perempuan di bagian belakang aula
utama, seperti di masjid Sultan Ahmet, Istanbul, atau ruang salat
terpisah tempat mereka bisa mendengar imam. Seperti di masjid
Nabawi, Madinah.13
1. Perkembangan Masjid
Arsitektur masjid dalam Islam mulai berkembang, bentuk-bentuk
dan penyelesaian arsitekturnya cenderung bersifat fungsional. Pada
saat kebudayaan Islam telah berkembang dengan diiringi oleh
munculnya banyak khalifah yang identik dengan raja yang memeluk
agama Islam, maka bentuk dan penyelesaian arsitekturnya menjadi
amat megah dan mewah, selain terlihat kemegahan dan keindahannya,
maka fungsi ini telah bertambah sebagai pencerminan kemakmuran
pendirinya.
Oleh karena itu perkembangan masjid dapat ditandai dengan
berbagai faktor yang menyertainya seperti bertambahnya pengalaman
atau masuknya unsur adat kebiasaan lama yang telah lebih dahulu
berkembang (seperti kebudayaan Sassanid di Persia) atau memang
merupakan perkembangan kondisi, sifat dan watak masyarakat yang
peka terhadap kehidupan barunya.
13Raana Bokhari, Mohammad Seddon dkk, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Kementrian agama RI,
(28)
18
Dengan demikian maka masjid senantiasa menjadi ukuran dari
setiap periode perkembangan Islam, daerah perkembangannya, dan
nilai kehidupan muslimin yang melahirkannya14.
B. Seni Bangunan Masjid (Gaya)
Di dalam al-qur’an dan al-hadits tidak ditemukan tentang ketentuan
bagaimana bentuk masjid, hal ini justru menunjukan bahwa kedua kitab
suci ini bernilai/bermutu tinggi, sebab untuk bangunan itu meski berkaitan
erat dengan fungsi namun akan sangat dipengaruhi oleh ruang dan waktu,
maksudnya akan dipengaruhi dimana didirikan dan kapan dia akan
dibangun. Dengan kesempatan luas untuk membangun atau
mengembangkan kreasi pada bidang ini sesuai dengan semangat ijtihad
dalam Islam.
1. Masjid Jawa
Dari tinjauan peneliti, peneliti menggunakan contoh seni bangun Masjid Jami’ Ainul Yaqin Gresik yang bernuansa Jawa. Masjid ini terletak di bukit Giri yang kini terletak di arah sebelah barat dari pabrik
Semen Gresik dan dekat dengan pabrik Petrokimia Gresik. Kompleks
Masjid dan makam ini terletak di puncak bukit cadas dan mempunyai
jalan masuk yang bertangga-tangga. Kompleks makam berada di
sebelah barat sedangkan kompleks masjid berada di sebelah timurnya.
Lokasi ini dapat dicapai dari kota Gresik dengan kendaraan
bermotor atau roda empat, sampai di kaki bukit persis di depan jalan
(29)
19
masuk ke kompleks makam dan masjid. Jalan masuk yang semakin
menaik ini lurus ke utara akan sampai ke pintu gerbang masjid yang
terdiri dari gapura yang menyerupai candi bentar dan gapura dan
gapura di belakangnya yang menyerupai kori Agung atau paduraksa
dua jenis gapura yang dapat kita saksikan pada bangunan puri di Bali.
Sedangkan dari jalan masuk tadi apabila belok ke kiri (ke barat),
maka akan kita temukan tangga pertama ke arah utara menuju
kompleks makam. Di sini kita temukan tiga halaman yang berteras.
Jadi mempunyai ketinggian yang berbeda, gapura pertama berbentuk
Candi Bentar, yang kedua juga bentuk Candi Bentar dengan dua
patung ular naga kembar di kiri dan kanannya, dan gapura yang
ketiga/teratas berupa Kori Agung/Padukarsa, baru sampai ke halaman
makam.
Lokasi yang dipilih ini di puncak ini amat sesuai untuk
menunjukkan kesucian (sakral) kompleks ini. Setelah melewati gapura
Padukarsa kompleks masjid tadi maka sampailah kita di halaman dalam masjid Jami’ ini di sebalah barat halaman ini terdapat bangunan masjid jami’ dan masjid wanita, di sebelah utara terdapat pendopo sebagai ruang istirahat tamu. Di sebelah utara pendopo ini terdapat
jurang yang cukup dalam sehingga kalau kita memandang ke utara
(30)
20
Di sebelah timur halaman ini terdapat ruang kuliah, kantor dan
ruang penjaga masjid, serta sebuah trap menurun ke arah pemukiman
di sebelah timur (bawah) kompleks masjid ini.15
Bangunan utama masjid terdiri dari ruang liwan/haram pria yang
berbentuk empat segi panjang dengan atap tajug tumpang tiga dan
beratapan genteng. Di samping depannya terdapat bangunan serambi
masjid berbentuk empat segi panjang beratap genteng dengan topengan
dari batu bata dan pada bagian depan terdapat hiasan lengkung
struktural.
Gambar 2.1 arsitektur Masjid Jami’ Ainul Yaqin Sunan Giri Gresik.
15Zein M. Wiryoprawiro, IAI,Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur (Surabaya: PT.
(31)
21
Di samping selatan Haram pria itu terdapat liwan wanita yang
berdenah bujur sangkar dengan bentuk atap tajung tumpang dua,
mempunyai skala yang lebih kecil dari liwan pria tersebut.
Diatas tajug teratas terdapat ‘mustoko’ yakni suatu bentuk menyerupai mahkota dalam pewayangan, dan biasanya dianggap benda
yang dikeramatkan. Hal yang sangat menarik adalah sistem instilasi air
bersihnya. Ternyata di kompleks yang sudah tua ini pun telah berlaku
prinsip hemat energi. Karena lokasinya yang berada di puncak bukit, maka
untuk mendapatkan air tanah jelas sangat sulit. Hal itu diatasi dengan
membuat bak tampung air hujan yang cukup banyak dan cukup besar
kapasitasnya. Jadi dengan menampung air hujan dari atap, kemudian air
ini ditampung dan diendapkan di bak tampung tadi, baru kemudian di
salurkan ke tempat wudhu dan keperluan yang lain. Agar tidak
memerlukan pompa maka tempat-tempat wudhu dipilih di daerah yang
letaknya lebih rendah, seperti dibagian bawah ruang serambi, dan
sebagainya. Dengan demikian ternyata kompleks ini jarang kekurangan air
bersih.16
(32)
22
Gambar 2.2 Atap Masjid Jami’ Ainul Yaqin Sunan Giri Gresik
Perlu ditambahkan bahwa cungkup masjid Jami’ ini berbentuk tumpang tiga sama hal nya dengan makam Sunan Giri yang kompleks
makamnya berbentuk tumpang segi tiga.
Jadi di sini masih dapat dilihat betapa eratnya Sunan Giri dan
keturunannya ini begitu mendekati kesenian tradisioanal masyarakat Jawa
yang telah mewarisi kesenian Hindu Jawa, sehingga bangunan yang ada
amat dekat dengan bentuk bangunan yang telah pernah ada di masyarakat
Jawa.
Selain bangunan, maka sunan ini juga menciptakan gending Jawa:
Asmorodhono dan pucung, serta permainan anak: Jelungan, lir-ilir,
jamuran, cublak-cublak suweng. Dengan cara itu maka syiar Islam dari
(33)
23
Tengah dan Timur. Terdapat hal yang menarik apabila benar bahwa
Masjid wedok yang beratap tumpang dua ini berasal dari masjid Sunan
Giri yang dipindah dari Giri Kedaton.
Jumlah tumpang yang dua ini sama seperti yang terdapat pada
masjid Sunan Ampel di Surabaya. Kalau hal ini benar maka walisongo
awal ternyata tidak membuat atap masjid amat mirip dengan atap Meru
yang selalu tumpang ganjil itu. Mungkin baru setelah wali-wali berikutnya
membangun masjid tumpang tiga.
Kompleks masjid ini meliputi ruang-ruang sebagai berikut:
1. Serambi
2. Haram Pria
3. Haram Wanita
4. Bak tampung air hujan dan tempat wudhu
5. Ruang Penjagaan/tunggu
6. Kantor Ta’mir Masjid
7. Dapur
8. Ruang kuliah/Mushola Wanita
9. Pendopo (ruang istirahat)
Penerangan ruang dalam memanfaatkan cahaya matahari
secukupnya. Semua dindingnya terdapat pembukaan berupa jendela.
Sedangkan di antara atap tumpang ditempatkan jendela penerangan atas.
(34)
24
penerangannya menjadi agak temaram sehingga menambah kekhidmatan
ruang suci ini.
Penghawaan ruang dalam juga sama halnya, artinya memanfaatkan
hembusan angin yang selalu bertiup semilir karena bangunan ini berada di
puncak bukit. Dari segi akustik juga cukup baik kaeran cukup banyak
pembukaan dinding sehingga terhindar dari suara gema.
Ruang peribadatan pada umumnya tingkat kebersihannya cukup
memadai. Hanya pada bagian pendopo dan ruang umum lain yang bersifat
profan perlu peningkatan hygienenya, misalnya membuat ruangan yang
relatif terbuka sehingga mendorong pengunjung untuk tidak berbuat
sesukanya. Di samping itu tiap tiap ruang perlu disediakan perabotan yang
pantas, sesuai dengan fungsinya masing-masing, sehingga pengunjung
tidak lagi menggelar kain atau tikar sesukanya. Dengan demikian untuk
mendorong ke arah hygiene yang baik maka perlu diberi sarana yang
memadai yang mendorong agar pengunjung tidak berbuat sesuak hatinya
sehingga mengganggu kebersihan, ketertiban dan pandangan umum.
Sistem senitlasi di sini cukup baik. Sistem instalasi air bersih alami
yang hemat energi itu patut mendapat pujian, sedangkan riolerinya juga
cukup memadai dan tidak mengalami kesukaran keran lokasinya yang
berada di puncak bukit ini maka pembuangan air kotor dapat di salurkan
(35)
25
Arah kiblat di dalam masjid cukup jelas sebab arah shaf sesuai
dengan arah melintangnya dinding masjid. Sedangkan ruang serambi
sebagai ruang transisi antara ruang ruang sakral dan ruang profan
mempunyai skala manusia. Demikian pula untuk ruang-ruang umum yang
bersifat profan seperti: pendopo, kantor ta’mir , dan sebagainya memiliki
skala manusia. Dengan demikian maka suasana keintiman dapat dirasakan.
Ruang liwan dengan atap tumpang yang memusat ke atas ini
menimbulkan suasana demikrasi dalam beribadat menjadi hambar, sebab
akan terasa perbedaan suasana bagi yang mendapat tempat di tengah
dengan yang mendapat temoat di bagian pinggir.
Ragam hias di ruang dalam ini cukup menonjol. Pintu masuk ruang
haram pria misalnya, berbentuk mirip dengan padukarsa dengan hiasana
huruf Arab di sekeliling atas pintu. Tiang-tiang kayu yang cukup besar dan
tinggi dihubungkan dengan balok sunduk antara satu dengan lainnya. pada
tiap pertemuan antara tiang dengan balok sunduk itu selalu diselesaikan
dengan ragam hias yang cantik dengan gaya Majapahit. Pengisi
pembukaan jendela atas yang tidak digunakan untuk penerangan dan
ventilasi dibuat hiasan dengan motif tulisan Arab.
Mihrab dan mimbar yang berbentuk lengkung dan di puncaknya
masing-masing terdapat bentuk mahkota atau kuncup bunga. Sedangkan di
(36)
26
singgasana. Ukirannya yang rumit, warna hijau keemasan dan bentuk yang
anggun memberikan kenampakan yang mewah namun cukup sakral.17
Gambar 2.3 lukisan Masjid Jami’ Ainul Yaqin Sunan Giri Gresik
2. Masjid Modern
Disini peneliti mengambil contoh masjid modern dengan Masjid
Istiqlal. Masjid Istiqlal adalah masjid yang terletak di ibukota Negara
Republik Indonesia, Jakarta. Lokasi kompleks masjid ini berada di
bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka
yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di seberang
timur masjid ini berdiri Greja Katedral Jakarta. Bangunan utama
masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini
(37)
27
memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis
marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat.
Bangunan utama masjid di mahkotai satu kubah besar berdiameter
45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total
96,66 meter menjulang di sudut selatan masjid. Karena bangunan yang
begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh permukaan lantai di
semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung maksimal
sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini
adalah 120.000 jamaah.
Masjid bergaya asritektur Islam modern ini menerapkan
bentuk-bentuk geometri sederhana sperti kubus, persegi, dan kubah bola,
dalam ukuran raksasa untuk menimbulkan kesan agung dan
monumental. Bahannya pun dipilih yang bersifat kokoh, netral,
sederhana, dan minimalis, yaitu marmer putih dan baja antikarat
(stainliess stell). Ragam hias ornamen masjid pun bersifat sederhana
namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam
krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau
persegi. Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sebagai penyekat,
jendela, atau lubang udara, juga berfungsi sebagai unsur estetik dari
bangunan ini. Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela,
lubang angin, atau ornamen koridor masjid. Pagar langkan di tepi
balkon setiap lantainya serta pagar tangga pun terbuat dari baja
(38)
28
kerangka baja anti karat. Dua belas pilar utama penyangga kubah pun
dilapisi lempengan baja antikarat.
Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan
ukuran yang memiliki makna dan perlambangan tertentu. Terdapat
tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Masjiid Itiqlal yang
masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul Husna, nama-nama
Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan langit tujuh
lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari
dalam semingu. Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara
ruangan utama dan peralatan utama terletak di lantai dasar, sementara
ruangan utama dan peralatan utama terletak di lantai satu yang di
tinggikan. Bangunan masjid terdiri atas dua bangunan; bangunan
utama dan bangunan pendamping yang lebih kecil. Bangunan
pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus tempat tambahan
untuk beribadah. bangunan utama ini di mahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka ‘45’ melambangkan tahun 1945, tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak
atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat
(39)
29
Gambar 2.4 menara Masjid Istiqlal
Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan
minimal berupa ornamen geometri dari bahan baja antikarat. Sifat
gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, bersih dan
minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan
terkandung keindahan. Pada dinding utama yang menghadap kiblat
terhadap mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama
terdapat ornamen logam bertulikan aksara Arab Allah diseblah kanan
dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi
Arab Surah Thaha ayat ke-4. Semua ornamen logam baja antikarat di
(40)
30
Gambar 2.5 ruang utama Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal merupakan masjid negara Indonesia, yaitu masjid
yang mewakili umat muslim Indonesia. Karena menyandang status
terhormat ini maka masjid ini harus dapat menjadi kebanggaan bangsa
Indonesia sekaligus menggambarkan semangat perjuangan dalam
meraih kemerdekaan.
Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini
juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia,
aktivitas sosial, dan kegiatan umum, pusat pendidikan agama Islam
pusat aktivitas syir Islam dan Masjid ini juga menjadi salah satu daya
tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang
berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan
asing yang bergama Islam. Masyarakat non-muslim juga dapat
(41)
31
informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian
bagian yang boleh dikunjungi kaum non-muslim terbatas dan harus di
dampingi pemandu.18 Maka itu wisatawan dapat melihat keunikan
arsitektur Islam modern yang terkandung dalam Masjid Istiqlal ini.
Istiqlal merupakan sebuah bangunan masjid sebagai ungkapan
rasa syukur atas terlepasnya Indonesia dari cengkraman penjajah. Oleh
karena itualah masjid yang terbesar di Asia Tenggara ini diberi nama “Istiqlal” yang artinya kebebasan, lepas, atau kemerdekaan.
Ide pembangunan Masjid Istiqlal ini muncul lima tahun setelah
Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1950. K.H Wahid Hasyim yang
waktu itu menjabat sebagai Menetri Agama RI dan H. Anwar
Tjokrominoto dari Partai Syarikat Islam di Desa Park, sebuah gedung
pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka.
Pertemuan pun dipimpin oleh KH. Tufiqurrahman, yang membahas
rencana pembangunan masjid.
Pada sebuah pertemuan di gedung Desa Park (gedung ini akhirnya
tergusur karena pembangunan monumen nasional-monas), secara
mufakat disepakati bahwa H. Anwar Tjokrominoto terpilih sebagai
ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk secara mufakat
sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal.
Pada tahun 1953, panitia pembangunan masjid melaporkan rencana
pembangunan tersebut kepada kepala negara, presiden Soekarno. Sang
18 Tanpa Nama, “Masjid Istiqlal”, dalam http:/www.wikipedia.Arsitektur Islam.net. diunduh
(42)
32
Presiden pun menyambut baik rencana tersebut., bahkan akan
membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Yayasan Masjid
Istiqlal kemudian disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada
tanggal 7 Desember 1954.19
Gambar 2.6 Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal di Jakarta baik jaman pembangunan dan fungsi
secara nasional, kira-kira setingkat dengan Masjid Nasional di Kuala
Lumpur, Malaysia. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar tidak
hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia pada waktu selesai dibangun.
Perancangnya F. Silaban, arsitek Indonesia terkemuka pada tahun
60-an masa presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno, setelah
memenangkan sayembara nasional untuk membangun masjid nasional
ini. Silaban juga merupakan salah seorang dari arsitek pribumi
19Aulia Fadhli, Masjid-Masjid Paling Menakjubkan dan Berpengaruh di Dunia(Yogyakarta: Qudsi
(43)
33
pertama pada masa awal kemerdekaan, merancang banyak bangunan
penting pada jamannya terutama di Jakarta. Perancang Silaban
terpilih pada 1954, masjid baru selesai dibangun 1978, cukup lama
mengingat besar dan luasnya.
Arsitektur Masjid Istiqlal dapat dikategorikan dalam aliran modern
fungsionalisme, pertengahan abad ke-20 M. Ciri utama dari aliran ini
adalah kesederhanaan, tanpa dekorasi, elemen-elemen fungsional
antara lain kolom, dinding atapnya yang datar, ventilasi dan lain-lain
disusun dalam komposisi yang selaras, seimbang dan harmonis,
merupakan unsur yang menampilkan keindahan tersendiri. Selain itu
ciri modernisme fungsional berkembang dari tahun 30-an hingga
pasca perang dunia ke-II terlihat menyatunya elemen kontruksi
bidang, kolom, dinding di sini juga jelas terlihat.20 Sangat tampak
modern Masjid Istiqlal ini, semoga masjid-masjid di indonesia
nampak memiliki ciri khas tersendiri seperti halnya Masjid Istiqlal di
Jakarta.
3. Timur Tengah
Peneliti mengambil contoh masjid Timur Tengah dengan masjid
Nabawi. Lokasi Masjid Nabawi terdapat di kota Madinah, Arab Saudi
karena dibangun oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadi tempat
makam beliau dan para sahabatnya. Masjid ini merupakan salah satu
masjid yang utama bagi umat muslim setelah Masjidil Haram di
20 Yulianto Sumalyo, Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, (Yogyakarta: Gadjah
(44)
34
Mekkah dan Masjidil Aqsa di Yerussalem. Masjid ini juga merupakan
Masjid terbesar ke-2 di dunia, setelah Masjidil Haram di Mekkah.21
Masjid Nabawi selaku menjadi rujukan peneguh bagi tampilan
elemen arsitektur masjid di tempat lain. Meskipun sesungguhnya
elemen-elemen yang dipasang pada masjid tersebut pernah diterapkan
di masjid-masjid lain bahkan yang dibangun sebelumnya, akan tetapi kehadiran elemen tersebut seakan belum “sah” sebelum masjid Nabi juga menggunakannya. Mihrab atau minaret, misalnya, pernah
dipasang pada masjid-masjid di Kufah, Fustat, Basrah, dan Damaskus. Akan tetapi, ‘pengesahan’ kehadirannya berlangsung setelah elemen tersebut terpasang resmi di Masjid Nabawi.
Baru setelah perubahan-perubahan tersebut, maka menjadi
resmilah kiranya bahwa atas dasar suatu pertimbangan penting masjid
dapat dibangun dengan menafsiran kembali prinsip kesederhanaan dan
mengetengahkan unsur keindahan dan kemegahan.22 Sehingga masjid
Nabawi sebagai contoh masjid-masjid di Timur Tengah bahkan
menjadi contoh arsitektur masjid di seluruh dunia. Inilah bukti
peradaban Islam tidak hanya berpacu pada Sejarah namun dengan
adanya seni bangunan yang berfokus pada arsitektur masjid adalah
suatu kebudayaan Islam dimana Islam tidak hanya mengenal dalam sisi
agamanya saja.
21Tanpa Nama, “Masjid Nabawi”, dalam http:/www.wikipedia.Arsitektur Islam.net. diunduh pada
14:54 26/042016.
(45)
35
Dalam catatan sejarah, hanya dua kali itulah Nabi melakukan
perubahan terhadap masjidnya, yakni setelah datang perintah
memalingkan kiblat dan setelah perang Khaibar. Yang pertama tanpa
menambah luas area, yang kedua memprluas area masjid dengan
penambahan luas tanah. Pada kedua kesempatan membangun tersebut
Nabi tetap mempertahankan bentuk denah bujur sangkar. Pilihan
bentuk ini menarik perhatian para ahli.
Dengan demikian, maka setelah perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut, sehabis perang Khaibar masjid rumah Rasul bertambah
luasnya. Dinding kelilingnya mencakup luas 2.475 m. Zullah menjadi
lebih luas, dengan atap menjadi selebar tiga baris tiang memanjang
sebatas dinding kiblat. Suffah berada penuh di sepanjang dinding
antikiblat, atapnya tidak selebar atap zulla, kemungkinan satu atau dua
baris saja.
Masjid ini, setelah perluasan dari bentuknya yang asli pada sepuluh
tahun sebelumnya, berukuran 45 meter setiap sisinya, dan hanya
memiliki dua pintu utama untuk umum, sebuah di sisi utara dan sebuah
di sisi barat.23
Masjid Nabawi atau yang sering disebut Masjid Nabi ini di bangun
pertama kali pada tahun pertama Hijriah. Waktu membangun masjid,
Nabi Muhammad saw meletakkan batu pertama. Selanjutnya, batu
kedua, ketiga, keempat, dan kelima masing-masing oleh Abu Bakar
(46)
36
Al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib. Dalam pembangunannya, masjid masjid ini dikerjakan secara
gotong royong sampai selesai oleh kaum muslimin yang ada pada
waktu itu. Pagar masjid dibangundari batu tanah (setinggi +/- 2m),
tiang-tiangnya terbuat dari batang kurma, atap dari pelepah daun
kurma, dan halamannya ditutup dengan batu-batu kecil. Saat itu, kiblat
masih di arahkan menghadap Baitul Maqdis, Masjidil Al-Aqsha. Di
sisi timur masjid dibangun tempat kediaman Nabi Muhammad saw dan
keluarga yang kemudian menjadi tempat pemakaman beliau.
Masjid dibangun dengan tiga pintu, yaitu pintu kanan, pintu kiri,
dan pintu belakang. Panjang masjid sekitar 70 hasta dan lebarnya
sekitar 60 hasta. Masjid Nabawi ini sangat sederhana ketika masa
awal, tanpa hiasan, tanpa tikar, dan untuk penerangan waktu malam
hari pun hanya menggunakan pelepah kurma kering yang dibakar.
Dalam perkembangannya, Masjid Nabawi terus diperluas oleh
sahabat dan penerus Nabi Muhammad saw. Pada bulan Muharam 1406
H atau Oktober 1985 M, dimulailah proyek besar ini dengan
penggusuran pertama meliputi 100.000 m2 berupa bangunan
hotel-hotel bertingkat dan pasar atau kompleks pertokoan. Di atas tanah
tersebut, di bangunlah suatu bangunan masjid baru seluas 82.000 m2
yang mengitari dan menyatu dengan bangunan masjid yang sudah ada.
Dengan tambahan bangunan baru ini, luas lantai dasar Masjid
(47)
37
Sementara itu, lantai atas yang digunakan untuk salat memiliki luas
67.000 m2 dan mampu menampung sebanyak 90.000 jemaah.
Bagian dalam masjid ini terdapat sebuah kubah hijau di
tengah-tengah masjid sebagai tempat makam Nabi Muhammad saw. Tidak ada
sejarah yang pasti dan autentik tentang pembangunan kubah hijau ini.
Yang pasti pada awalnya, kubah hijau ini adalah bangunan terbuka,
dengan rencana dasar bangunan telah diadopsi dalam pembangunan
masjid lain di seluruh dunia.
Pada awalnya, makam Nabi Muhammad saw berada di luar masjid.
Dalam sejarah diceritakan bahwa makam Nabi Muhammad saw berada
di dalam kamar beliau pada sebuah rumah yang bersebelahan dengan
masjid kala itu. Seiring perluasan area masjid, akhirnya makam
tersebut berada di dalam masjid karena perluasan masjid tersebut
menjangkau makam Nabi saw.24
Perkembangan arsitektur masjid seakan-akan merupakan upaya
pencarian harmoni antara struktur bangunan dengan kaidah-kaidah
keagamaan. Kaidah ibadah telah berhasil memandu pertumbuhan
arsitektur masjid sampai ia mencapai pola baku dengan adanya
unsur-unsur: ruang jamaah utama, mihrab, mimbar, tempat wudhu, minaret,
halaman. Perkembangan penampilan arsitektur masjid boleh dikata
berada di sekitar unsur-unsur utama tersebut dengan sama sekali tidak
mengubah keberadaan unsur-unsur utama itu sendiri. Bahkan ketika
24Aulia Fadhli, Masjid-Masjid Paling Menakjubkan dan Berpengaruh di Dunia(Yogyakarta: Qudsi
(48)
38
faktor-faktor politisi menjadi dominan dalam kehidupan, pola baku
unsur-unsur arsitektur masjid tidak mengalami perubahan berarti.
Perkembangan arsitektur masjid dari sisi internalnya selalu berjalan
beriringan dengan proses pelembagaan ibadah dalam masyarakat
Islam. Paling tidak tercatat dua wujud pelembagaan dalam proses yang
memengaruhi pertumbuhan arsitektur masjid. Pertama adalah proses
pelembagaan internal dalam prosesi menjalankan ibadah shalat berjamaah: wudlu, azan, imam, ma’mum, khutbah; sehingga unsur -unsur itu terbakukan di dalam perwujudannya. Juga dalam karakter
kegiatan menjalankan shalat terdapat hierarki sejak dari jenjang
individu hingga jamaah akbar, yang memandu tampilan jenis masjid.
Rumah Nabi secara sederhana menjadi menjadi tempat pertemuan
para mukminin dan oleh karenanya sekaligus demikian pulalah masjid
itu pertama-tama di fungsikan. Jadi, masjid bukanlah tempat
persemayaman para dayang, atau bukan pula seperti kebiasaan gereja
kristiani yang selalu terkait dengan layanan biarawan. Pertumbuhan
personel dalam masjid secara formal terkait dengan kebutuhan ritual.
Perangkat ritual ini selalu ada di setiap masjid di mana pun. Misalnya,
seorang imam jamaah shalat, aslinya ia adalah nabi sendiri atau
kemudian reprentasinya.
Apabila dilihat fungsi dan peran Masjid Nabawi terhadap
perkembangan kehidupan masyarakat Muslim, paling tidak terjadi tiga
(49)
39
Pertama kali ia dibangun sampai dengan terjadinya perang Badar,
masjid menjadi tempat berlatih disiplin persiapan kelahiran sebuah
tatanan baru, baik dengan latihan ibadah, musyawarah, fisik, dan
sebagainya. Ketika usai perang Badar, fungsi masjid bertambah
menjadi tempat menampung tawanan perang, kegiatankuttab (sebuah
kegiatan pengajaran baca tulis) sebagai pelaksanaan tebusan
kemerdekaan bagi para tawanan badar. Pada saat inilah peran
bagian-bagian masjid seperti shuffah, menjadi penting. Kemungkinan bahwa
shuffah yang tadinya hanya ada di sebagian dinding anti kiblat, sangat
masuk akal bila kemudian ditambah memanjang memenuhi sisa
dinding yang ada.
Sumber yang dikutip Hillenbarnt menyebutkan penggunaan masjid
sebagai tempat penampungan tawanan perang terjadi juga pada
peristiwa Khaibar (Hillenbrant, 1994: 490), artinya itu di sekitar tahun
ke-7 H, sehingga wajar bahwa informasi yang sketsa denah yang
menunjukka bagian shuffah yang memenuhi sepanjang dinding anti
kiblat (stierlin, 1996: 26). Ketika perjanjian Hudaibiyah berhasil
disepakati, fungsi sebagai tempat sidang perutusan kabilah mulai
tampak gejalanya. Peran masjid sebagai bangsal pertemuan (public
hall) mulai diantisipasi, sehingga selepas peristiwa Khaibar, Nabi
melakukan perluasan serta penambahan bagian-bagian beratap. Pada
saat ini pula kemungkinan penambahan bagian atap pada bagian
(50)
40
akal, mengingat kebutuhan menampung kegiatan serta populasi yang
semakin tinggi. Oleh karena itu, agaknya wajar bila dalam diagram
yang ditunjukan program Raja Fahd untuk pembangunan Masjid
Nabawi, kondisi setelah perubahan kedua yang dilakukan oleh Nabi itu
mengagambarkan adanya atap pada sisi dinding tersebut. Dengan
demikian, maka halaman tengah bentuknya semakin tegas. Ketika
kemudian mekkah dibebaskan, peran sebagai bangsal sidang menjadi
semakin nyata.
Masjid Nabawi yang sebelum peristiwa penaklukan mekkah
menjadi tempat melaksanakan ibadah sekaligus ajang latihan disiplin
dan ketertiban bagi pembentukan cikal bakal masyarakat Muslim, kini
menjadi kesepakatan Muslim, kini menjadi tempat kesepakatan politik,
pengungkapan rasa solidaritas warga masyarakat, untuk kelahiran
sebuah daulat Islam. Demikian pula kebutuhan ketika cikal-bakal
mimbar dipakai bukan lagi hanya sebagai temoat duduk Nabi
Muhammad ketika berceramah, tetapi menjadi semacam singgasana
ketika ia menerima utusan para kabilah.
Meskipun dalam perwujudan, tampil dengan sangat sederhana,
tetapi masjid rumah rasul memiliki kandungan cukup lengkap sebagai
sebuah pusat pengembangan kemasyarakatan. Sejumlah fungsi
tercakup di dalamnya, dan setiap perkembangan fungsi meningkatkan
(51)
41
Pertama-tama ia memuat fungsi tempat ibadah shalat berjamaah, dan
itu yang utama.
Bersamaan dengan itu sekaligus ia menjadi tempat diskusi
pemecahan berbagai persoalan kehidupan, juga tempat latihan fisik.
Masjid Nabawi juga mencatat dirinya sebagai ajang belajar, baik
tentang pengetahuan keagamaan yang dipandu oleh Rasul langsung,
maupun ilmu-ilmu “alat”, yakni pengetahuan baca tulis untuk kalangan
Muslimin yang saat itu kebanyakan masih buta huruf. Untuk
kebutuhan ini Nabi tak segan-segan meminjam keahlian orang-orang
bukan muslim.
Masjid ini juga dijadikan markas militer, ketika Madinah dikepung
di saat perang Khandaq. Masjid juga sekaligus adalah pondokan para
pengabdi kehidupan keagamaan. Ketika masyarakat Muslimin semakin
diakui keberadaanya, baik setelah perjanjian Hudaibiyah maupun
setelah pembebasan Mekkah, masjid nmenjadi bangsal sidang. Dengan
demikian, ketika Nabi wafat konsep dasar tentang masjid, terutama
mengenai ihwal keberadaanya di tengah masyarakat telah selesai
diletakkan. Mengenai perkembangan fisiknya Nabi telah memberi
contoh, ketika kebutuhan praktisi mulai mendesak, pertumbuhan dan
pemberontakan dimungkinkan terjadi. Nabi sekalaigus telah memberi
contoh dan menghapus kesan bahwa masjid adalah benda yang
disakralkan. Meskipun demikian, Nabi tetap membimbing pada setiap
(52)
42
umat Muslimin menjadi saksi betapa Nabi telah menawartakan
risalahnya. Sebagaimana Islam yang telah disempurnakan oleh Allah,
maka masjid Rasul pun telah merefleksikan persan kesempurnaan itu.
Sekali lagi, masjid rumah Rasul dengan demikian semakin
meneguhkan perannya sebagai tempat ibadah dalam pengertian yang
utuh, baik jasmani maupun ruhani, bukan sekadar menjadi tempat
shalat semata, meskipun itu adalah yang utama.25
Gambar 2.7 tahapan perubahan Masjid Nabawi
(53)
43
BAB III
MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK JAWA TIMUR
A. Wilayah Administrasi Kabupaten Gresik
1. Kedudukan Kabupaten Gresik
Secara geografis, kabupaten Gresik diapit oleh dua wilayah
Kabupaten dan satu wilayah Kotamadya. Dalam kebijaksanaan
perwilayahan Jawa Timur, kabupaten Gresik termasuk dalam SWP
(Satuan Wilayah Pembangunan) Gerbangkertosusila. Dengan
pertimbangan Gerbangkertosusila yang sangat padat tersebut dan
mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan fisik yang sangat tinggi.
Zona SWP Gresbangkertosusila dibagi menjadi 4 zona
pengembangan:
a. Zona Surabaya Raya (Surabaya, Gresik, Sidoarjo)
Surabaya Raya sebagai pusat wilayah Gerbangkertosusila, Jawa
Timur secara keseluruhan maupun Indonesia, dengan kegiatan yang
harus dikembangkan meliputi:
1) perniagaan / komersial, perdagangan, pemerintahan,
permodalan dan penerangan.
2) pelabuhan dalam rangka mendorong penyaluran berbagai
(54)
44
3) industri manufaktur baik yang bersifat modern maupun
tradisional pengembangannya diupayakan serasi.
4) perumahan untuk mengantisipasi pertambahan jumlah
penduduk serta berbagai fasilitas rekreasi dan juga taman
hiburan.
b. Zona Pengaruh Surabaya Raya di Bnagkalan
c. Zona Pengaruh Surabaya Raya di Lamongan
d. Zona Pengaruh Surabaya Raya di Mojokerto
2. Kondisi Geografis
Kabupaten Gresik terletak antara 7o – 8o selatan dan 112o – 113o
bujur timur, dengan luas wilayah 1.191,25 kilometer persegi.
Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 – 25
meter di atas permukaan air laut (kecuali kecamatan panceng
mempunyai 25 meter permukaan air laut). Hampir sepertiga bagian
dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu
sepanjang Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik,
Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah dan Kecamatan
Ujungpangkah, Sidayu dan Panceng. Serta Kecamatan Tambak dan
Kecamatan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean.
3. Batas Wilayah
Sebagian daerah-daerah lain, Kabupaten Gresik juga berdekatan
dengan kabupaten-kabupaten yang tergabung dalam
(55)
45
Sidoarjo dan Lamongan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten
Gresik adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Laut Jawa
b. Sebelah Selatan: Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan
Kabupaten Mojokerto.
c. Sebelah Barat : Selat Madura
d. Sebalah Timur : Kabupaten Lamongan
4. Wilayah Administrasi Pemerintahan
a. Kecamatan : 18
b. Kelurahan : 26
c. Desa : 330
d. Dusun : 360
e. Rukun Warga : 1.792
f. Rukun Tetangga : 5. 101
5. Topografi
Wilayah Kabupaten Gresik sebagian besar merupakan dataran
rendah dengan ketinggian anatar 0 – 25 meter di atas permukaan air
laut (dpl). Berdasarkan konsepsi wilayah Administrasi, Kabupaten
Gresik dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) wilayah:
a. Wilayah dengan ketinggian 0 - 7 meter dpl terletak di Kecamatan
(56)
46
b. Wilayah dengan ketinggian 7 – 25 meter dpl meliputi wilayah
Gresik utara (Panceng dan sebagian UjungPangkah) kemudian
wilayah Gresik bagian barat dan selatan.
c. Wilayah dengan ketinggian 25 – 50 meter dpl terdapat di
Kecamatan Dukun, Kebomas, Kedamean, Driyorejo, Wringinanom
dan kepulauan Bawean.
d. Wilayah dengan ketinggian 50 – 100 meter dpl meliputi kecamaatn
panceng, Ujungpangkah, sebagian Kecamatan Dukun, Kebomas,
Kedamean, Wringinanom dan kepulauan Bawean.
e. Wilayah dengan ketinggian 100 dpl ke atas terdapat di kepulauan
Bawean.26
B. Keberadaan Masjid
Sebelumnya Masjid-Masjid besar terutama Masjid Jami’ di
Kabupaten Gresik telah menjamur dan bahkan banyak bangunan Masjid
yang cukup dibilang tua. Masjid-Masjid di Kabupaten Gresik sangatlah
beragam bahkan ada yang mempunyai ciri khas masing-masing dan ada
pengelola dari pihak masing-masing seperti halnya Masjid Nurul Jannah
Petrokimia dikelola oleh pihak PT. Petrokima Gresik, sedangkan Masjid
Agung Gresik dikeolola pihak pemerintah Kabupaten Gresik.
26Tim Penyusun, Profil Investasi Kabupaten Gresik (Gresik: Pemerintah Kabupaten Gresik, 2002),
(57)
47
Karena memang keberadaan Masjid merupakan ciri suatu daerah
yang notebannya orang muslim sebagai pusat ibadah dan kebudayaan
Islam.
Keberadaan Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik ini
yang sanghat strategis bahkan sering dikunjungi wisatawan asli Gresik
maupun luar Kota Gresik.
Masjid ini tampak tampil dengan arsitektur Jawa bercampuran
dengan gaya Modern namun berbau Timur Tengah. Mengrefleksikan
khasanah budaya arsitektur Jawa Islami.
Secara letak geografis Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim
Gresik di desa Sumber, Kecamatan Kebomas (simpang tiga sumber).
Letak Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim di jalan protokol, di
karenakan Masjid Agung lebih dekat dengan jalan tol Kebomas dan jalur
menuju arah Gresik Selatan, bahkan bisa untuk akses menuju makam
Sunan Giri.27
C. Lembaga Pengelola
Gagasan untuk membangun Masjid Agung Syeh Maulana Malik
Ibrahim Gresik adalah gagasan dari pihak pemerintah Kabupaten Gresik.
Masjid jenis ini biasanya merupakan masjid agung yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitas. Lokasi yang strategis, yaitu di pusat pemerintahan. Hal
ini dapat terlihat dengan adanya sistem tata kota yang ada di Pulau Jawa,
(58)
48
terutama Jawa Tengah. Masjid Agung di dirikan di sebelah utara, pusat
ekonomi di sebelah selatan dan lembaga pemasyarakatan di sebelah timur.
Pengelola masjid ini adalah orang-orang yang ditunjuk oleh
pemerintah setempat. Ta’mir bisa berasal dari pejabat pemerintah maupun orang-orang dari luar yang di rekomendasikan untuk memegang amanah tertentu dalam unit ta’mir.
Masjid Agung yang didirikan oleh pemerintah biasanya berada di
bawah perlindungan kepala daerah setempat. Di setiap bidang diadakan
sesuai dengan tingkat kebutuhan setiap masjid demi lancarnya
pelaksanaan setiap program kerja. Setiap masjid demi lancarnya
pelaksanaan setiap program kerja. Setiap bidang bertanggung jawab
kepada ketua, namun jika ada suatu acara semua anggota ta’mir wajib
membantu acara tersebut meskipun bidang yang ditugaskan tidak dalam
bidangnya.28
D. Penyandang Dana
Dana pembangunan Masjid Agung ini tidak sepenuhnya termasuk
ke dalam anggaran pemerintah. Dengan demikan maka untuk
mewujudkan niat suci pembangunan dan pengembangan Masjid Agung
ini maka adanya peran dan partisipasi masyarakat dan berbagai pihak,
antara lain: pemerintah pusat, pemerintah dearah, masyarakat sekitar, pihak instilasi pemerintah maupun swasta dan juga ta’mir masjid.
(59)
49
Tetapi untuk kegiatan-kegiatan dakwah biasanya diambil dari khas
masjid tetapi kegiatan yang bersifat besar dapat bantuan dari pemerintah
juga ada dana bantuan dari instilasi swasta di daerah Gresik jadi tidak
seluruhnya menggunakan kas masjid.29
E. Fungsi dan Kondisi Masjid
Selain menyediakan ruang salat bagi laki-laki, perempuan, maupun
anak-anak, masjid juga harus memenuhi fungsi-fungsi masyarakat lain
agar disebut masjid. Setiap masjid juga disediakan ruangan bersuci atau
tempat wudhu, sebab wudhu merupakan kewajiban sebelum salat.
Terakhir, masjid punya fasilitas memandikan dan mengkafani jenazah.
Tidak seluruh ruangan dalam masjid di gunakan sebagai tempat
peribadatan, namun setiap ruangan memiliki fungsi masing-masing,
sehingga ruangan peribadatan utama di buat dengan suasana suci, khusuk
dan nyaman. Masjid selain digunakan sebagai pusat kegamaan juga
merupakan pusat kebudayaan Islam.
1. Tata Ruangan
Secara keseluruhan maka ruang-ruang yang terdapat di masjid
ini, seperti:
a. Ruang Aula
(60)
50
Sebagian besar ruangan ini sering dipergunakan sebagai
acara-acara besar. Acara itu tidak hanya untuk acara pribadi
masjidnya namun juga acara umum biasanya untuk acara
komersial, seperti digunakan untuk resepsi pernikahan, seminar dll.
b. Ruang Utama
Ruangan utama ini terletak di lantai 2 yang dibuat untuk
salat, ruangan utama memiliki luas 6400 M2. Ruangan ini tidak
sembarangan orang boleh memasukinnya kecuali yang bertujuan
untuk salat dengan keadaan yang suci
c. Ruangan Ta’mir
Ruangan ini khusus untuk anggota ta’mir maupun staf administrasi dan yang tidak berkepentingan di larang untuk
memasukinya.
d. Ruangan Wudlu
Ruang wudhu ini ruang untuk kita bersuci. Ruang wudhu di
masjid ini memiliki 2 ruangan wudhu yang satu untuk laki-laki
dan yang satu untu wanita.
Di ruang wudhu ini terdapat beberapa ruang lagi. Ruangan
kamar mandi digunakan untuk mandi, sedangkan ruang lainnya
yaitu ruang toilet, ruang toilet ini untuk membuang hajad dan satu
(61)
51
e. Ruang Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Ruangan ini khusus untuk masyarakat yang mau
berkonsultasi masalah keagamaan bahkan juga di gunakan untuk
membimbing orang mualaf.
f. Ruangan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Masjid adalah pusat pendidikan dan pengajaran agama dan
karenanya masjid juga disebut sebagai pusat ilmu. Ilmu-ilmu
disampaikan melalui pengkajian-pengkajian, ceramah, kuliah dan
khutbah. Dalam hal ini, Gazalba memiliki pandangan bahwa
pelajaran bahwa pelajaran pertama yang langsung berhubungan
dengan masjid adalah al- Qur’an dan Hadits. Pangkal pengajaran
Islam adalah menghapal dan mengartikan al- Qur’an. Sesudah itu
kemudian pelajaran hadits yang mengatur perbuatan Muslim.30
Dengan demikian masjin Agung Syeh Maulana Malik
Ibrahim Gresik memberikan ruangan khusus untuk pendidikan,
Dimana ruangan ini sangat ramai akan masyarakat yang belajar
mengenai Al-Qur’an. Berbagai usia untuk belajar Al-Qur’an di
ruang ini, tidak hanya masyarakat sekitar namun masyarakat
Gresik hingga mencakup wilayah luar Gresik.
30A. Bachrun Rifa’i, Moch. Fakhruroji, Manajemen Masjid Mengoptimalkan Fungsi
(62)
52
2. Kondisi Masjid
Lantai bangunan Masjid Agung terbuat dari marmer kelas
prima yang halus, licin dan sejuk, selain memberi kesan mewah
juga memberi kesan elegan.
Pada bagian dalam ruanga utama atau tempat salat terdapat
delapan tiang yang sangat besar berdiamer + 4m, selain sebagai
soko guru juga memberikan kesan elegan pada bangunan. Soko
guru diambil dari tradisional Jawa tapi berbentuk modern.
F. Kegiatan Masjid
Addin Islam meliputi seluruh kehidupan. Dalam kehidupan dapat
dibedakan antara hunbungan manusia dengan tuhan (agama) dan
hubungan manusia dengan manusia, termasuk hubungan dengan alam
(kebudayaan).31
Lembaga pertama dan utama addin Islam itu ialah masjid. Maka
masjid sangat berperan penting dalam kegiatan keagamaan, selain kegiatan
keagamaan masjid juga sebagai kegiatan kebudayaan. Tak hanya sekedar
belajar agama dan budaya masjid juga memeprsatukan umat Islam.
Yang dimaksud dengan kegiatan peribadatan, adalah:
1. Sholat fardhu lima waktu
2. Sholat Jum’at
31 Drs. Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadah dan kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
(63)
53
3. Sholat Tarawih
4. I’tikaf
Yang dimaksud dengan kegiatan kebudayaan, adalah:
1. Festival Hadrah dan Qosidah
2. Selamatan untuk memperingati hari hari besar
Kegiatan-kegiatan yang terprogram di Masjid Agung Syeh
Maulana Malik Ibrahim Gresik:
1. melaksanakan hari-hari besar agama Islam
2. Setiap bulan sekali ada kegiatan-kegiatan perkumpulan ibu-ibu
muslimah
3. Kajian-kajian agama seperti dakwah mingguan dan dakwah bulanan
4. Seminar bedah buka yang di narasumber tokoh ternama
5. Kajian remaja masjid (remas) setiap satu bulan sekali
6. Ada pula kegiatan kegiatan baru yang menunjang yang keterkaitan
dengan ubudiyah, dakwah maupun perpolitikan dari luar, kita
komunikasikan dan kita diskusikan bersama.
Selain itu, masjid ini sering digunakan untuk:
1. Pelatihan keagamaan untuk mualaf
(64)
54
3. Kegiatan pernikahan, karena mempunyai aula yang cocok untuk
resepsi pernikahan.32
Tujuan umat Islam berkumpul di masjid ternyata tidak hanya untuk
melaksanakan salat semata, dalam pertemuan tersebut muncul proses
komunikasi dan unteraksi untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan kepentingan bersama. Hal ini lama kelamaan membentuk suatu
ikatan emosional dan membentuk kesatuan sosial diantara mereka, yaitu
kesatuan sosial Muslim. Kesatuan Muslim ini bisa disertakan sebagai
kesatuan masyarakat yang tersusun rapi dan terorganisir.33
32Ahmad Ulil Albab, Wawancara, Gresik, 21 Mei 2016.
33 A. Bachrun Rifa’i, Moch. Fakhruroji, Manajemen Masjid Mengoptimalkan Fungsi
(65)
55
BAB IV
ARSITEKTUR MASJID AGUNG SYEH MAULANA MALIK IBRAHIM GRESIK
A. Layout Bangunan Masjid
Layout bangunan adalah tata letak bangunan dari segi arsitektur.
Untuk layout bangunan Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim
berada di selatan kota Gresik yang menghubungkan jalan Gresik selatan
menuju kabupaten Lamongan, bahkan keluar masuk tol kebomas. Yang
mana bangunan masjid ini sangatlah terlihat begitu megah dan memiliki
lahan parkir yang luas, sehingga para penziarah dari makam Sunan Giri
juga menyempatkan diri untuk singgah di masjid ini. Di karenakan jalur ke
makam Sunan Giri begitu dekat dengan keberadaan masjid ini. Dngan
demikian bangunan masjid ini nantinya akan mudah dicapai baik dari kota
Gresik, makam Sunan Giri, jalan tol dan jalan arteri Gresik selatan.
Rancangan bangun Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim
Gresik dikerjakan oleh tim dari pemerintah Kabupaten Gresik bersama
konsultan ahli yang telah berpengalaman membangun masjid-masjid besar
di Indonesia.
Di lantai dasar bangunan ini terdapat aula yang begitu luas yang
dapat di gunakan baik untuk kegiatan kemasjidan, maupun untuk umum.
Di lantai satu dan dua khusus untuk beribadah yang dimana selain untuk
beribadah dilarang masuk. Tak lupa dengan bangunan menara atau
(1)
72
kompleks bangunan (wadah) merupakan wujud dari aspek fisik/artefak
dari kebudayaan Islam.56
Sebagaimana masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik
mempunyai makna kultur atau sosial budaya dari masjid tersebut. Dari
segi kultur masjid agung ini berusaha untuk mengadopsi salah satu budaya
yang ada di wilayah kota Gresik dan dari budaya Jawa, yang bergaya
Jawa, Modern dan Timur Tengah.
Terlihat akan pintu masuk ke dalam ruang utama menggunakan
gaya setengah lingkaran (tapal kuda), sedangkan atap pada tempat wudhu
bergaya tumpang lima yang diambil dari gaya Jawa yang menyimbolkan
rukun Islam,57 karena tempat wudhu adalah tempat untuk mensucikan diri
sebelum masuk kemasjid.
Sedangkan kaca-kaca yang terdapat di serambi mengambil dari
gaya modern, sehingga nampak lebih indah dan variasi seni lebih membuat
ketertarikan untuk berkunjung ke masjid Agung. Begitu juga terdapat
sebuah sendang Sunan Giri yang bersejarah di kompleks masjid ini.
Makna kultur pada bangunan Masjid Agung Syeh Maulana Malik
Ibrahim Gresik ini mengambil tiga varian gaya yaitu Jawa, Modern dan
(2)
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik itu terletak di
pusat pemerintahan kota Gresik, sehingga memiliki tata letak yang
strategis dan memenuhi kajian sejarah perkotaan, Masjid Agung Syeh
Maulana Malik Ibrahim Gresik, merupakan masjid yang tampak
elegan berasitektur Jawa, Modern dan Timur Tengah. Maka masjid
agung ini juga sebagai icon wisata religi Kabupaten Gresik. Meskipun
gaya arsitektur berkombinasi dengan gaya modern dan Timur Tengah,
gaya Jawa tak luntur atau masih terlihat dengan jelas. Dan juga
melestarikan budaya yang ada pada bangunan masjid.
2. Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik ini memiliki
beberapa arsitektur yang sangat menonjol dengan gaya Jawa, Modern
dan Timur Tengah.
B. Saran
Setalah mengkaji arsitektur pada masjid Agung Syeh Maulana
Malik Ibrahim Gresik dalam pembahasan skripsi, maka penulis
(3)
74
1. Mengingat pentingnya bangunan-bangunan masjid sebagai
kebudayaan Islam, maka harus kita lestarikan sebagaimana kita tahu
bahwa masjid adalah icon umat muslim.
2. Mengingat pentingnya data kepustakaan sebaiknya di simpan dengan
baik, guna mempermuda penelitian selanjutnya.
3. Mengharap kepada pihak yang berwenang untuk menambah anggaran
dana, guna meningkatkan mutu dan pemeliharaan kompleks maupun
bangunan masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik.
4. Mengharap kepada seluruh masyarakat Gresik dan pengunjung
(wisatawan) untuk bisa menggunakan sebagaimana fungsinya, dan
menjaga melestarikan sendang Sunan Giri dan bangunan masjid untuk
kepentingan bersama.
5. Mengingat Masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim Gresik ini
bangunan penting, maka disediakan perpustakaan, radio dan juga
stasiun televisi.
6. Mengingat di kompleks masjid Agung Syeh Maulana Malik Ibrahim
Gresik terdapat bangunan bersejarah yaitu sendang Sunan Giri, maka
mari di jaga dan di rawat dengan baik karena suatu peninggalan
bersejarah adalah cagar budaya yang penting dan harus kita jaga
baik-baik.
Demikianlah pembahasan skripsi dengan judul : ARSITEKTUR
(4)
75
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Mengingat pembahasan skripsi ini cukup banyak, sehingga
masing-masing obyek kurang terbahas dengan detail dan kurangnya
sumber. Oleh karena itu penulis berharap lain waktu ada kesempatan
untuk membahas masing-masing obyek dengan pembahasan yang lebih
detail.
Semoga Allah selalu ada untuk orang-orang yang sedang berusaha
dan memberikan petunjuk kepada semua umatnya, agar dapat melestarikan
budaya leluhur dan menjadikan sejarah sebagai pelajaran sekarang dan
yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku:
Bakker, J.W.M. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Kanisiu,1984.
Endaswara, Swardi. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:
UGM Press, 2003.
Fadhli, Aulia. Masjid-Masjid Paling Menakjubkan dan Berpengaruh di
Dunia. Yogyakarta: Qudsi Media, 2013.
Fanani, Ahmad. Arsitektur Masjid. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka,
2009.
Gazalba, Sidi. Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1989.
Kementrian, Agama. Tafsir/Al-Qur’an dan Terjemahan. Klaten: Sahabat.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1990.
Maryaeni. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2005.
M Wiryoprawiro, Zein. Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur.
Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986.
Rifa’i, A Bachrun; Fakhruroji, Moch. Manajemen Masjid Mengoptimalkan
Fungsi Sosial-Ekonomi Masjid. Bandung: Benang Merah Press, 2005.
Situmorang, Oloan. Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangan.
Bandung: Angkasa, 1993.
Sumalyo, Yulianto. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim.
Yogyakarta: UGM Press, 2000.
Susanta, Gatut; Amin, Choirul; Kautsar, Rizka. Membangun Masjid dan
(6)
B. Internet:
Nuonline.com. di Sayangkan Serambi Masjid Kini Hanya Untuk Tiduran. di unduh (30 Mei 2016)
Wikipedia, Arsitektur Masjid. di unduh ( 16 Maret 2016)
Wikipedia, Masjid. di unduh (16 Maret 2016)
Wikipedia, Masjid Istiqlal. di unduh (26 April 2016)
Wikipedia, Masjid. Nabawi. di unduh (26 April 2016)
C. Jurnal dan Skripsi
Kabupaten Gresik, Pemerintah. Profil Investasi Kabupaten Gresik.
Kalsum, Umi. “Masjid Ulul Albab IAIN Sunan Ampel Surabaya Studi
Arsitektur”, (Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Sruabaya
1997).
D. Ensiklopedia
Bokhari, Raana; Sedden, Mohammad. Ensiklopedia Islam.
E. Wawancara
Ega Samudra, Gresik, 17 Mei 2016.
Ahmad Ulil Albab, Gresik, 21 Mei 2016.