Buku Pedoman Uji Mutu dan Uji Efikasi Lapangan APH

(1)

DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

PEDOMAN

UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN

AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)


(2)

i KATA PENGANTAR

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, ditetapkan bahwa pestisida yang akan diedarkan di Indonesia wajib terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan lingkungan hidup serta diberi label. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida, hanya pestisida yang telah terdaftar dan atau memperoleh izin Menteri Pertanian yang boleh diedarkan, disimpan dan digunakan dalam wilayah Republik Indonesia.

Agens pengendali hayati (APH) seperti cendawan entomopatogen telah banyak dipergunakan secara luas oleh petani sebagai bahan pengendali OPT yang efektif, aman dan ramah lingkungan. Berbagai APH telah dikembangkan oleh Laboratorium Lapangan (LL)/Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat, namun sampai saat ini penggunaannya di lapangan masih terkendala dengan masalah legalitas perizinannya, seperti yang disyaratkan oleh Permentan No. 24 tahun 2011, yang mensyaratkan semua jenis bahan pengendali yang dipergunakan harus terdaftar dan mendapatkan izin dari Menteri Pertanian.TahapanAPH dalam mendapatkan izin adalah melakukan uji mutu dan uji efikasi lapangan.

Buku pedoman uji efikasi lapangan dan uji mutu APH berisi pedoman uji mutu dan uji efikasi APH golongan cendawan entomopatogen yaitu Metarrhizium anisopliae, Beauveria bassiana dan Trichoderma sp serta feromon Rhynchophorus ferrugineus. Buku ini selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalampelaksanaan pengujian mutu dan efikasi APH di lingkup perkebunan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini, khususnya para pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) serta Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya yang telah memberikan masukan dalam penyusunan pedoman uji mutu dan uji efikasi lapangan APH. Akhirnya kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Maret 2014


(3)

ii DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii

BAB I. Protokol Uji Efikasi Lapang Agens Pengendali Hayati (APH) ... 1

I. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit Busuk Buah Kakao (BBK)

Phytophthora palmivora Pada Tanaman Kakao ... 2 II. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit VSD (Oncobasidium theobromae) Pada Tanaman Kakao ... 7 III. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma sp.

Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) Phytophthora Capsici

Pada Tanaman Lada ... 12 IV. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB)

Ganoderma boninense Pada Tanaman Kelapa sawit... 17 V. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) Rigidoporus

lignosus Pada Tanaman Karet ... 21 VI. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Trichoderma sp.) Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) Rigidoporus

lignosus Pada Tanaman Jambu Mete ... 26 VII. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Metarhizium anisopliae.) Terhadap Hama Kumbang Nyiur Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa ... 31 VIII. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Metarhizium anisopliae.) Terhadap Hama Kumbang Janur Brontispa


(4)

iii IX. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur

Metarhizium anisopliae.) Terhadap Uret Lepitioda stigma Pada

Tanaman Tebu ... 40

X. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur Beauveria bassiana) Terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo) Hypothenemus hampei Pada Tanaman Kopi ... 44

XI. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur Beauveria bassiana.) Terhadap Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella Pada Tanaman Kakao ... 49

XII. Pengujian Lapangan Efikasi Agens Pengendali Hayati Kandungan (Jamur Beauveria bassiana.) Terhadap Hama Penghisap Buah Kakao Helopeltis sp ... 54

XIII. Protokol Pengujian Lapangan Efikasi Feromon Terhadap Hama Kumbang Mocong (Rhynchophorus ferrugineus) pada Tanaman Kelapa ... 58

BAB II. Protokol Uji Mutu Agens Pengendali Hayati (APH) ... 61

XIV. Agens Pengendali Hayati (APH) Trichoderma spp. ... 62

XV. Agens Pengendali Hayati (APH) Metarhizium anisopliae ... 85

XVI. Agens Pengendali Hayati (APH) Bagian 1 : Beauveria bassiana ... 101


(5)

1

BAB I

PROTOKOL UJI EFIKASI LAPANG

AGENS PENGENDALI HAYATI


(6)

2 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.)

TERHADAP PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO (BBK) Phytophthora palmivora PADA TANAMAN KAKAO

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kakao dengan tingkat serangan penyakit busuk buah kakao diatas 10% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan di lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(7)

3 5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kakao yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per lubang tanam 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya kakao.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu : A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam


(8)

4 5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan setiap baris empat pohon).

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran Phytophthtora palmivora sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk. 5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman disesuaikan dengan dosis yang tertera pada produk.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi 5.2.11.1 Aplikasi pertama

Aplikasi APH pertama dilakukan bila sudah terdapat serangan penyakit sasaran namun masih dalam intensitas yang sangat rendah.

5.2.11.2 Interval aplikasi

Disesuaikan dengan informasi produk. 5.2.11.3 Banyaknya aplikasi


(9)

5 5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Jumlah tanaman contoh yang diamati setiap petak percobaan adalah 12 tanaman.

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Penentuan tanaman contoh dilakukan secara

sistematis.

5.2.12.3 Metode pengamatan

Tingkat kerusakan tanaman kakao oleh penyakit busuk buah ditentukan dengan rumus :

% 100 x N

n I 

I = tingkat kerusakan tanaman akibat penyakit busuk buah

n = jumlah buah yang menunjukkan gejala busuk akibat P.palmivora

N = jumlah buah yang diamati 5.2.12.4 Waktu pengamatan

a. Pengamatan dilakukan satu hari sebelum setiap aplikasi dan dua minggu setelah aplikasi terakhir. 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data tingkat kerusakan tanaman oleh patogen sasaran pada petak-petak percobaan yang diberi perlakuan APH uji dan pembanding serta kontrol dilakukan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan.

Demikian juga data produksi tanaman tiap petak percobaan dianalisa sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

Kriteria efikasi didasarkan pada tingkat kerusakan tanaman oleh patogen sasaran apabila pada awal percobaan tingkat kerusakan tanaman pada semua petak percobaan merata. Kriteria efikasi didasarkan pada perkembangan penyakit oleh patogen sasaran apabila pada awal percobaan serangan tidak merata.


(10)

6 Tingkat efikasi (TE) APH uji dihitung dari hasil pengamatan terakhir dengan menggunakan rumus :

TE = (ISK – ISP) (ISK)-1 x 100%, dimana TE ≥50%

Keterangan :

TE = tingkat efikasi

ISK = intensitas serangan penyakit pada kontrol (tanpa APH)

ISP = intensitas serangan penyakit pada perlakuan APH

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain


(11)

7 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.)

TERHADAP PENYAKIT VSD (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kakao dengan tingkat serangan VSD diatas 10%. Pengujian dilakukan di lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(12)

8 5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kakao yang digunakan adalah tanaman menghasilkan yang memperlihatkan gejala serangan VSD.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman = 1 tanaman per lubang tanam 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya kakao.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam


(13)

9 5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan setiap baris empat pohon).

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran VSD sasaran merata. 5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk. 5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman disesuaikan dengan dosis yang tertera pada produk.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi 5.2.11.1 Aplikasi pertama

Aplikasi dilakukan segera setelah ditemukan gejala serangan VSD pada daun dan ranting.

5.2.11.2 Interval aplikasi

Interval aplikasi dua minggu sekali. 5.2.11.3 Banyaknya aplikasi

Banyaknya aplikasi dilakukan selama tiga bulan. 5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh


(14)

10 5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh adalah empat pohon yang ada dibagian petak. Sebelum aplikasi dimulai setiap pohon diambil secara acak 4-10 ranting (tergantung jenisnya) yang tumbuh dibagian batang dengan ukuran panjang ranting 7-10 cm dan diberi tanda. 5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan penyakit VSD diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I = a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%)

a = jumlah ranting yang terserang b = jumlah ranting sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

Pengamatan dilakukan satu hari sebelum setiap aplikasi dan dua minggu setelah aplikasi terakhir.

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi APH yang diuji didasarkan pada tingkat kerusakan ranting yaitu apabila pada awal percobaan penyebaran gejala kerusakan ranting pada petak merata, atau perubahan tingkat kerusakan ranting, yaitu apabila pada awal percobaa penyebaran gejala kerusakan ranting pada semua petak merata maupun tidak merata.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta


(15)

11 EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain


(16)

12 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) Trichoderma sp. (Sebutkan nama dagang dan nama bahan aktifnya) TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB)

Phytophthora capsici PADA TANAMAN LADA

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman lada dengan tingkat serangan penyakit BPB pada tanaman lada diatas 50% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan di lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(17)

13 5.1.3 Umur tanaman

Tanaman lada yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per lubang tanam 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya lada.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam


(18)

14 5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam lada yang direkomendasikan adalah 2,5 x 2,5 m (1600 tanaman/ha) atau 3 x 3 m (1100 tanaman/ha).

5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Ukuran petak perlakuan tergantung jumlah tanaman sampel yang diambil.Misal: setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan setiap baris empat pohon)

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran Phytophthtora capsici merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan yang tertera pada formulasi produk 5.2.10 Volume/dosis

Per tanaman disesuaikan dengan dosis dan volume yang tertera pada produk

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi Tergantung produk yang diuji 5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Dari setiap petak diamati empat pohon. 5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh adalah empat pohon yang ada dibagian petak.


(19)

15 5.2.12.3 Metode pengamatan

Untuk satu unit pengamatan, pengamatan

dilaksanakan terhadap seluruh tanaman lada dalam kebun milik petani. Pengamatan dilakukan bukan dengan sistem sampel tetapi dengan sistem sensus untuk semua tanaman di kebun. Intensitas serangan dihitung dengan cara sebagai berikut:

I = a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%)

a = jumlah tanaman terserang BPB lada b = jumlah tanaman lada sehat

Hal-hal yang diamati:

- Terjadinya kelayuan pada daun dimulai dari daun pucuk di puncak tajuk, kemudian diikuti daun-daun dibawahnya.

- Daun-daun layu tersebut akan berwarna hitam, kemudian gugur atau tetap menggantung.

- Perubahan warna pada pangkal batang menjadi hitam, kulit batang kadang-kadang mudah terlepas dan tinggal jaringan pembuluh kayu berwarna coklat kehitaman.

- Serangan patogen pada daun menyebabkan bercak pada ujung, tengah atau tepi daun.

5.2.12.4 Waktu pengamatan

Pengamatan ada/tidaknya serangan penyakit BPB lada pada kebun petani dilaksanakan secara terus menerus dengan interval waktu sebulan sekali pada musim kemarau, dan 15 hari sekali pada musim penghujan. 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.


(20)

16 5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi APH yang diuji didasarkan pada pertumbuhan akar baru yang sehat pada tanaman lada setelah diaplikasi dengan jamur Trichoderma sp.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak kontrol setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang 5.2.15.1 Iklim

5.2.15.2 Kemiringan lahan

5.2.15.3 Cara budidaya tanaman lada yang dilakukan petani 5.2.15.4 Sejarah kebun


(21)

17 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.)

TERHADAP PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) Ganoderma boninense PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain kondisi tanah dan bibit yang akan digunakan sebagai bahan uji (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan semi lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(22)

18 5.1.3 Umur tanaman

8-10 bulan di polybag.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per polybag 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya kelapa sawit

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat uji.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam


(23)

19 5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari min 18 petak uji (4 blok dengan 5 perlakuan atau 3 blok dengan 6 perlakuan)

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga ada jarak yang jelas antar perlakuan 5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk. 5.2.10 Waktu dan banyaknya aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk 5.2.11. Pengamatan

5.2.11.1. Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman 5.2.11.2. Metode pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan daun, kondisi pangkal batang tanaman dan pertumbuhan APH pada permukaan tanah

5.2.11.3 Waktu pengamatan

Pengamatan dilakukan sebelum aplikasi dan setelah aplikasi.

5.2.12. Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.


(24)

20 5.2.13. Kriteria efikasi

- Jumlah tanaman terserang per satuan luas (dibagi jumlah tanaman yang diamati).

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH

Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).


(25)

21 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.)

TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP) Rigidoporus lignosus PADA TANAMAN KARET

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman karet dengan tingkat serangan Jamur Akar Putih diatas 5% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Lokasi uji adalah semi lapangan

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan OPT sasaran.


(26)

22 5.1.3 Umur tanaman

Tanaman karet yang digunakan adalah tanaman yang berumur 8-10 bulan di polybag.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman: 1 tanaman per lubang tanam 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya karet.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat uji.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam


(27)

23 5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan setiap baris empat pohon).

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran JAP sasaran merata. 5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk. 5.2.10 Volume

Pertanaman sesuai dengan dosis dan volume yang tertera pada produk APH .

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi Tergantung produk yang diuji 5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh Semua tanaman uji

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh Semua tanaman uji diamati. 5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan penyakit JAP diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:


(28)

24

I = a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%)

a = jumlah tanaman yang terserang b = jumlah tanaman sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

a. Pengamatan dilakukan 2 minggu sebelum

aplikasi, satu minggu setelah aplikasi (untuk mengetahui perkembangan Trichoderma sp. di sekitar tanaman sakit) dan 2 bulan setelah aplikasi (untuk melihat kesembuhan tanaman). 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Tingkat signifikan perlakuan terhadap kontrol, jumlah tanaman terserang per satuan luas dibagi jumlah tanaman yang diamati.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb


(29)

25 EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain

5.2.15.2 Produksi lateks pada saat penyadapan.

5.2.15.3 Data kesembuhan tanaman (yang ditandai dengan): Hilangnya rhizomorfa JAP yang menempel pada kulit akar, pulihnya luka pada akar, munculnya akar halus di sekitar leher akar atau di ujung akar yang semula membusuk.


(30)

26 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMURTrichoderma sp.)

TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (JAP) Rigidoporus lignosus PADA TANAMAN JAMBU METE

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman jambu mete dengan tingkat serangan Jamur Akar Putih diatas 5% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Lokasi uji adalah semi lapangan

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan OPT sasaran.


(31)

27 5.1.3 Umur tanaman

Tanaman jambu mete yang digunakan adalah tanaman yang berumur 8-10 bulan di polybag.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per lubang tanam 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya jambu mete.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat uji.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).


(32)

28 5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur 5.2.5 Jarak tanam

Disesuaikan dengan keadaan setempat 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 pohon (empat baris dan setiap baris empat pohon).

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak disesuaikan dengan keadaan setempat. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran JAP sasaran merata. 5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk. 5.2.10 Volume

Pertanaman (sesuai dosis yang tertera pada produk APH) . 5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

Tergantung produk yang diuji 5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh Semua tanaman uji

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh Semua tanaman uji diamati. 5.2.12.3 Metode pengamatan


(33)

29 Intensitas serangan penyakit JAP diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I = a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%)

a = jumlah tanaman yang terserang b = jumlah tanaman sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

a. Pengamatan dilakukan 2 minggu sebelum

aplikasi, satu minggu setelah aplikasi (untuk mengetahui perkembangan T.koningii di sekitar tanaman sakit) dan 2 bulan setelah aplikasi (untuk melihat kesembuhan tanaman).

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Tingkat signifikan perlakuan terhadap kontrol, jumlah tanaman terserang per satuan luas dibagi jumlah tanaman yang diamati.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:


(34)

30 EI = 1−Ta

Cax Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain

5.2.15.2 Produksi lateks pada saat penyadapan.

5.2.15.3 Data kesembuhan tanaman (yang ditandai dengan): Hilangnya rhizomorfa JAP yang menempel pada kulit akar, pulihnya luka pada akar, munculnya akar halus di sekitar leher akar atau di ujung akar yang semula membusuk.


(35)

31 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMUR Metarhizium anisopliae.)

TERHADAP HAMA KUMBANG NYIUR Oryctes rhinoceros PADA TANAMAN KELAPA

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kelapa dengan tingkat serangan kumbang janur kelapa diatas 50% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan semi lapang.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus telah diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(36)

32 5.1.3 Umur tanaman

Pengujian dilakukan pada larva Oryctes rhinoceros 5.1.4 Jumlah bibit per lubang tanam

-

5.1.5 Pemeliharaan tanaman -

5.1.6 Pemupukan -

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam -

5.2.5 Jarak tanam -

5.2.6 Ukuran petak perlakuan -


(37)

33 5.2.7 Jarak antar petak

-

5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa agar pada awal percobaan penyebaran hama sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk 5.2.10 Waktu dan banyaknya aplikasi

Tergantung produk yang diuji 5.2.11 Volume dan dosis

Disesuaikan dengan volume/dosis yang tertera pada produk 5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Seluruh larva yang diberi perlakuan 5.2.12.2 Metode pengamatan

Menghitung jumlah larva yang mati 5.2.12.3 Waktu pengamatan

Satu minggu setelah aplikasi. 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.


(38)

34 Efikasi Metharizium anisopliaeyang diuji didasarkan pada jumlah larva yang mati. Jumlah larva yang mati pada perlakuan APH dibandingkan dengan petak kontrol.


(39)

35 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMURMetarhizium anisopliae.)

TERHADAP HAMA KUMBANG JANUR Brontispa longissima PADA TANAMAN KELAPA

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kelapa dengan tingkat serangan kumbang janur kelapa diatas 50% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan semi lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus telah diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(40)

36 5.1.3 Umur bibit

Tanaman kelapa yang digunakan adalah tanaman kelapa yang berumur 2 tahun.

5.1.4 Jumlah bibit per lubang tanam

Jumlah bibit: 1 bibit per lubang tanam 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya kelapa.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) sesuai situasi dan kondisi tempat uji.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan control dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam


(41)

37 5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam : 6 x 6 m 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap plot percobaan terdiri atas 6 x 6 pohon (36 pohon) yang diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 4 x 4 pohon (16 pohon) untuk diamati. Pada setiap plot pohon contoh dipilih 5 helai janur yang masih bebas serangan hamaBrontispa longissima.

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak adalah 5 larik pohon. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian ruma sehingga penyebaran hama sasaran merata. 5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk 5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman sesuai volume dan dosis yang tertera pada produk APH.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi Tergantung produk yang diuji 5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan Brontispayang dinyatakan dalam persen janur terserang

Dengan cara mengambil 5 helai janur untuk dilihat apakah janur tersebut membuka dengan sempurna atau mengkerut dan berwarna cokelat.


(42)

38 5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh secara sistematik 5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan hamaBrontispa diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I = a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%) a = jumlah janur yang terserang b = jumlah janur sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

Pengamatan pendahuluan intensitas serangan

dilakukan pada waktu sebelum aplikasi pertama 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi dinyatakan dengan banyaknya larva Brontispa yang mati.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH


(43)

39

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain 5.2.15.2 Produksi tanaman


(44)

40 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMUR Metarhizium anisopliae)

TERHADAP URET

Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kelapa dengan tingkat serangan kumbang janur kelapa diatas 50% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan semi lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus telah diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(45)

41 5.1.3 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.4 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya tebu.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) atau Rancangan Acak Lengkap (RAL).

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur 5.2.5 Jarak tanam

Jarak tanam : 1,25 m 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Terdiri dari tanaman tebu 5.2.7 Jarak antar petak


(46)

42 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa agar pada awal percobaan penyebaran hama sasaran merata.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Cara aplikasi Metharizium sp. dan alat yang digunakan disesuaikan dengan sifat, cara kerja dan bentuk formulasi Metharizium yang diuji.

5.2.10 Waktu dan banyaknya aplikasi Tergantung produk yang diuji

5.2.11 Volume Penyemprotan

Per tanaman sesuai dengan volume dan dosis yang tertera pada produk.

5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Jumlah contoh

Seluruh tanaman, kecuali 2 baris tanaman pinggir 5.2.12.2 Metode pengamatan

Menghitung jumlah tanaman yang mati dan yag sehat pada petak perlakuan, kecuali 2 baris tanaman pinggir dengan menggunakan rumus :

I = a x 100 % a + b

Keterangan : I = tingkat kerusakan tanaman a = Jumlah tanaman contoh mati b = jumlah tanaman contoh sehat 5.2.12.3 Waktu pengamatan

Pengamatan dilakukan tiga kali :

a. Pengamatan pertama dilakukan 2 minggu

setelahtanam.

b. Pengamatan kedua dilakukan 4 minggu setelah tanam.


(47)

43 c. Pengamatan ketiga dilakukan 6 minggu setelah

tanam. 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi Metharizium anisopliaeyang diuji didasarkan pada jumlah larva yang mati.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang Produksi tebu


(48)

44 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMUR Beauveria bassiana)

TERHADAP HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) Hypothenemus hampei PADA TANAMAN KOPI

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kopi dengan tingkat serangan penggerek buah kopi diatas 10% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan).

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(49)

45 5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kopi yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman: 1 tanaman per lubang tanam. 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya kopi.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur 5.2.5 Jarak tanam


(50)

46 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap plot percobaan terdiri atas 6 x 6 pohon (36 pohon) yang diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 4 x 4 pohon (16 pohon) untuk diamati. Pada setiap plot pohon contoh dipilih 100 buah kopi yang diperkirakan masih bebas serangan hamaPBKo.

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak adalah 5 larik pohon. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran hama sasaran merata. 5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk. 5.2.10 Volume penyemprotan

Disesuaikan dengan formulasi produk. 5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi

5.2.11.1 Aplikasi pertama

Aplikasi dilakukan pada saat buah masak susu.

5.2.11.2 Interval aplikasi

Aplikasi dilakukan dengan interval 10 hari sekali.

5.2.11.3 Banyaknya aplikasi

Banyaknya aplikasi dilakukan minimal sebanyak 5 (lima) kali.

5.2.12 Pengamatan


(51)

47 Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan PBKo yang dinyatakan dalam persen buah terserang pada:

- Setiap putaran panen sebelum dan sesudah aplikasi APH selama 4 bulan.

- Pengamatan dilakukan terhadap 20 pohon contoh. Dari setiap pohon diambil 5 ranting, dari setiap ranting diambil 25 biji kopi.

5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh secara sistematik 5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan hama PBKo diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I = a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%) a = jumlah buah yang terserang b = jumlah buah sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

Pengamatan intensitas serangan dilakukan pada waktu sebelum aplikasi pertama

5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Kriteria efikasi dinilai berdasarkan jumlah buah yang terserang.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta


(52)

48 EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain 5.2.15.2 Produksi tanaman


(53)

49 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMUR Beauveria bassiana.)

TERHADAP HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) Conopomorpha cramerella PADA TANAMAN KAKAO

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kakao dengan tingkat serangan penggerek buah kakao diatas 10% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan di lapangan.

3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(54)

50 5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kakao yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubangtanam

Jumlah tanaman : 1 tanaman per lubang tanam 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budidaya kakao.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu : A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan control dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur 5.2.5 Jarak tanam


(55)

51 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap plot percobaan terdiri atas 6 x 6 pohon (36 pohon) yang diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 4 x 4 pohon (16 pohon) untuk diamati. Pada setiap plot pohon contoh dipilih 100 buah kakao berukuran panjang 8-10 cm yang diperkirakan masih bebas serangan hama penggerek buah kakao.

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak adalah 5 larik pohon. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Pengaturan tata letak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa sehingga penyebaran hama sasaran merata. 5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk. 5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman sesuai dengan volume dan dosis yang tertera pada produk APH.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi 5.2.11.1 Aplikasi pertama

Aplikasi dilakukan pada saat buah kakao berukuran 8-10 cm.

5.2.11.2 Interval aplikasi

Aplikasi dilakukan dengan interval 10 hari sekali. 5.2.11.3 Banyaknya aplikasi

Banyaknya aplikasi dilakukan minimal sebanyak 5 (lima) kali.

5.2.12 Pengamatan


(56)

52 Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan PBK yang dinyatakan dalam persen buah terserang pada:

- Setiap putaran panen sebelum dan sesudah aplikasi APH selama 4 bulan.

- 100 buah contoh setelah dipanen. 5.2.12.2 Metode pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh secara sistematik 5.2.12.3 Metode pengamatan

Intensitas serangan hama PBK diamati di lapangan pada tanaman contoh dan dihitung dengan rumus:

I = a

a + b x 100%

I = intensitas serangan (%) a = jumlah buah yang terserang b = jumlah buah sehat

5.2.12.4 Waktu pengamatan

a. Pengamatan pendahuluan intensitas serangan dilakukan pada waktu sebelum aplikasi pertama 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Kriteria efikasi dinilai berdasarkan gejala buah terserang dan tingkat kerusakan buah (biji lengket).

- Bilakerusakantanamanpadapengamatanpertama

(sebelumaplikasi APH)

tidakberbedanyataantarpetakperlakuan, tingkatefikasi APH dihitungdenganrumus Abbot:

EI = Ca−Ta


(57)

53 EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta = Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain 5.2.15.2 Produksi tanaman


(58)

54 PENGUJIAN LAPANGAN

EFIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI (Sebutkan nama dagang) KANDUNGAN (JAMUR Beauveria bassiana)

TERHADAP HAMA PENGHISAP BUAH KAKAO Helopeltis sp.

1. LINGKUP PENGUJIAN

Pengujian lapangan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah semua percobaan pengujian yang pada prinsipnya dilakukan dalam kondisi lapangan. 2. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi dan waktu percobaan ditetapkan atas dasar cukup tersedianya sarana dengan memperhatikan faktor fisik dan biologi yang diperkirakan akan mempengaruhi tujuan percobaan antara lain pertanaman kakao dengan tingkat serangan penghisap buah kakao diatas 50% (sebutkan tempat dan waktu pelaksanaan). Pengujian dilakukan di lapangan (dengan kurungan). 3. PELAKSANA

Sebutkan nama institusi pelaksana pengujian yang telah ditunjuk atau disetujui oleh Menteri Pertanian.

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN

Sebutkan jumlah unit kegiatan pengujian yang telah disetujui oleh Komisi Pestisida.

5. BAHAN DAN METODE

5.1. BAHAN

5.1.1 Contoh APH yang diuji

Contoh APH yang diuji harus diuji mutu kadar bahan aktifnya oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian, bersegel dan berlabel Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 5.1.2 Varietas

Varietas tanaman yang digunakan adalah varietas yang sering digunakan oleh petani setempat atau terdapat di lokasi percobaan (nama varietas disebutkan) dan cukup rentan terhadap serangan hama sasaran.


(59)

55 5.1.3 Umur tanaman

Tanaman kakao yang digunakan adalah tanaman yang sudah menghasilkan.

5.1.4 Jumlah tanaman per lubang tanam

Jumlah tanaman: 1 tanaman per lubang tanam 5.1.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan percobaan efikasi APH. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu dipergunakan bahan pengendali lain (pestisida kimia) harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak bersamaan waktunya dengan APH yang diuji.

5.1.6 Pemupukan

Pemupukan sesuai dengan rekomendasi untuk budi daya kakao.

5.2. METODE

5.2.1 Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.

5.2.2 Jumlah perlakuan dan ulangan

Banyaknya perlakuan dan ulangan harus memenuhi persyaratan (p-1) (u-1) > 15 dan u > 3; p = jumlah perlakuan, u = jumlah ulangan.

5.2.3 Macam perlakuan yang diuji

Untuk pengujian 1 (satu) formulasi APH, digunakan 4 (empat) taraf konsentrasi/dosis yaitu: A, ¾ A, ½ A dan ¼ A dan kontrol dengan taraf konsentrasi tertinggi diharapkan menjadi konsentrasi anjuran penggunaan formulasi APH tersebut (bila permohonan pendaftaran disetujui).

5.2.4 Pola tanam

Pola tanam yang digunakan adalah monokultur 5.2.5 Jarak tanam


(60)

56 5.2.6 Ukuran petak perlakuan

Setiap petak perlakuan terdiri dari 2 pohon. Pada tiap pohon digantungkan empat kurungan, satu diantaranya berisi 10 ekor Helopeltis spp. Instar kelima.

5.2.7 Jarak antar petak

Jarak antar petak adalah 2 pohon. 5.2.8 Tata letak perlakuan

Letak petak percobaan tidak penting karena populasi awal diketahui dan penyebaran hama sasaran diketahui atau ditetapkan.

5.2.9 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk 5.2.10 Volume penyemprotan

Per tanaman disesuaikan dengan volume dan dosis yang tertera pada produk APH.

5.2.11 Waktu dan banyaknya aplikasi Tergantung produk APH yang diuji 5.2.12 Pengamatan

5.2.12.1 Metode pengamatan

Menghitung gejala bekas tusukan dan mortalitas nimfa instar 3

5.2.12.2 Waktu pengamatan

a. Pengamatan awal dilakukan sesaat sebelum aplikasi, dan apabila ada Helopeltis spp. Yang mati, diganti dengan Helopeltis spp. Dari kelompok umur yang sama.

b. Pengamatan akhir

Pengamatan akhir dilakukan 72 jam setelah aplikasi APH.


(61)

57 5.2.13 Pengolahan data

Pengolahan data dikerjakan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

5.2.14 Kriteria efikasi

- Efikasi APH yang diuji didasarkan pada tingkat populasi yaitu banyaknya nimfa instar 3 yang mati dan gejala bekas tusukan.

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama

(sebelum aplikasi APH) tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, tingkat efikasi APH dihitung dengan rumus Abbot:

EI = Ca−Ta

Ca x 100%

EI =Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca= Persentase kerusakan tanaman pada petak control setelah aplikasi APH

Ta= Persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan setelah aplikasi APH

- Bila kerusakan tanaman pada pengamatan pertama berbeda nyata antar perlakukan, tingkat efikasi insektisida dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton:

EI = 1−Ta Cax

Cb

Tb X 100%

EI = Keefektifan APH yang diuji (%)

Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Suatu formulasi APH dikatakan efektif pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi/infestasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI).

5.2.15 Data penunjang

5.2.15.1 Serangan OPT lain 5.2.15.2 Produksi tanaman


(62)

58 PROTOKOL

Pengujian Lapangan Efikasi Feromon (Sebutkan Nama Dagang) Terhadap Hama Kumbang Mocong (Rhynchophorus ferrugineus) pada

Tanaman Kelapa

1. PEMILIK FORMULASI:

2. LINGKUP PENGUJIAN: Pengujian Lapangan

3. PELAKSANA:

Institusi:

Pelaksana Pengujian:

4. JUMLAH UNIT KEGIATAN: 1 unit percobaan

5. LOKASI DAN WAKTU

5.1. Lokasi: 5.2. Waktu:

6. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

6.1. Bahan

6.1.1 Jenis: Feromon (Nama Dagang) yang telah dilegalisir oleh Komisi Pestisida

6.1.2 Luas Areal: 6.1.3 Komoditi: Kelapa

6.1.4 Tahun Tanam: yang ada di lapangan 6.1.5 Jarak tanam: yang ada di lapangan 6.1.6 Pemupukan: Sesuai dengan anjuran


(63)

59 6.2. Metode

6.2.1 Rancangan Percobaan: rancangan acak kelompok (RAK) 6.2.2 Perlakuan yang diuji:

 Kontrol

 Feromon dengan kepadatan 1 perangkap/hektar  Feromon dengan kepadatan 2 perangkap/hektar  Feromon dengan kepadatan 3 perangkap/hektar  Feromon dengan kepadatan 4 perangkap/hektar 6.2.3 Ulangan: 5 (lima)

6.2.4 Plot percobaan:

Plot percobaan adalah hamparan tanaman kelapa yang mempunyai serangan hama penggerek kumbang moncong di atas 20%.

6.2.5 Cara dan alat aplikasi

Disesuaikan dengan formulasi produk

6.2.6 Tata letak percobaan

Pengaturan tata letak plot percobaan dilakukan secara acak. Setiap plot percobaan berupa hamparan tanaman kelapa seluas 1 ha, antar plot dipisahkan dengan jarak minimal 100 m, sedangkan antar blok sekitar 500 m. Dengan demikian jumlah plot percobaan sebanyak (5)(5) = 25 plot.

6.3. Kriteria Efikasi

Efikasi senyawa feromon yang diuji didasarkan pada jumlah hama penggerek kumbang moncong yang tertangkap. Hasil trapping pada perlakuan feromon yang diuji akan dibandingkan dengan petak kontrol.


(64)

60 6.4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah penggerek kumbang moncong yang tertangkap setiap 5 hari sekali selama empat kali pengamatan. Data tambahan berupa tingkat serangan hama penggerek kumbang moncong, sebelum dan sesudah pemasangan perangkap juga akan diamati.

6.5. Analisis Data

Analisis data jumlah hama penggerek kumbang moncong yang tertangkap dilakukan dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) (P=0.05). Sedangkan untuk menentukan perbedaan nilai rata-rata akan menggunakan uji Duncan taraf 5%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program statistik SAS.


(65)

61

BAB II

PROTOKOL UJI MUTU


(66)

62 Agens pengendali hayati (APH)

Trichoderma spp.

1. Ruang lingkup

Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh, pengujian, pengemasan dan penandaan Agens Pengendali Hayati(APH)Trichoderma spp

2. Acuan normatif

SNI 19-0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan

SNI 19-0429, Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat

3. Istilah dan definisi

3.1

agens pengendali hayati (APH)

mikroorganisme atau organisme yang mempunyai kemampuan untuk menekan, menghambat, atau mematikan jasad sasaran melalui mekanisme tertentu dan berpotensi diigunakan dalam pengendalian. APH dapat sebagai parasit, predator atau patogen.

3.2

Trichoderma spp

jamur Imperfecti, kelas Deuteromycetes, genus Trichoderma,meskipun ada beberapa diantaranya yang mampu berkembangbiak secara seksual

CATATANTrichoderma spp. memiliki aktivitas antifungal atau dekomposer

sehingga dimanfaatkan sebagai APH.Di alam, jamur Trichoderma spp. banyak ditemukan di hutandan lahan pertanian atau pada sisa-sisa kayu lapuk. Jamur Trichoderma spp. termasuk jamur tanah (soil fungus).


(1)

110 Lampiran D

(normatif)

Uji viabilitaskonidium

D.1 Prinsip

Menghitung persentase jumlah konidium yang berkecambah. D.2Bahan

a. SampelAPH Beauveria bassiana;

b. Akuades; c. Kapas gulung; d. Alkohol 70%;

e. Medium PDA atau SDA

D.3 Peralatan a. Mikroskop; b. Hand t counter;

c. Gelas benda (object glass) d. Gelas penutup;

e. Magnetic stirrer; f. Skalpel;

g. Lampu spiritus

h. Syringe atau pipet tetes 1 ml;

i. Cawan petri (petridish) diameter 9 cm; j. Bor gabus(cork borrer) diameter 0,5 cm.

D.4 Prosedur pengujian viabilitas konidium

a) Cairkan medium PDA atau SDA tegak diatas lampu spiritus.

b) Tuangkan PDA atau SDA cair kedalam cawan petri berdiameter 9cm, ratakan dan biarkan sampai padat.

c) Potong mediumPDA atau SDA menggunakan bor gabus diameter 0,5 cm.

d) Letakkan potongan medium PDA atau SDA menggunakan skalpel diatas gelas benda (object glass).Tiap gelas benda berisi 3 (tiga) potongan medium PDA atau SDA sebagai ulangan.

e) Teteskan suspensi konidium yang akan diuji sebanyak 1 tetes (kerapatan 106/ml) dengan menggunakan syringe atau pipet volume 1 ml.

f) Tutup tiap-tiap potongan medium PDA atau SDA dengan menggunakan gelas penutup.

g) Amati dibawah mikroskop apakah konidium tampak jelas dan nantinya dapat diamati.


(2)

111 h) Siapkan cawan petri berdiameter 9 cm dan isi dengan 1 gulung kapas yang beratnya lebih kurang 0,45 g. Tiap gulung kapas dibasahi dengan 5 tetes akuades.

i) Letakkan gelas benda tersebut kedalam cawan petri dan inkubasikan selama 8, 16 atau 24 jam pada suhu kamar.

j) Amati menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Hitung jumlah konidium

yang berkecambah dan yang tidak berkecambah.

k) Hitung daya kecambah konidium dengan rumus sebagai berikut :

VK = KB

KB + KTB x 100 %

Keterangan :

VK adalah viabilitas konidium

KB adalah konidium yang berkecambah

KTB adalah konidium yang tidak berkecambah

l) Ulangi langkah D.4 j dan D.4 k untuk kedua potongan medium yang lain. m) Hitung rerata viabilitas dari ketiga potongan medium tersebut.


(3)

112 Lampiran E

(normatif)

Ujipatogenesitas APH Beauveria bassiana

E.1 Prinsip

Menghitung larva atau serangga uji yang mati akibat terinfeksi APHBeauveria bassiana

E.2 Bahan

a. SampelAPH Beauveria bassiana;

b. Larva atau serangga uji. E.3 Peralaan

a. Cawan petri dengan diameter 15 cm; b. Erlenmeyer 250 ml;

c. Pipet tetes.

E.4 Prosedur pengujian patogenesitas

a) Siapkan larva atau serangga uji di cawan petri yang telah disediakan. Dalam 1 (satu)cawan petri diisi sebanyak minimal 20 ekor serangga uji.

b) Siapkan pakannya. Pakan tersebut sebaiknya disterilkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi dengan organisme lain.

c) Masukkan pakan tersebut kedalam penyungkup plastik yang telah diisi dengan serangga uji.

d) Buat suspensi konidiumBeauveria bassianadalam erlenmeyer dengan kerapatan konidium sesuai standar

e) Semprotkan suspensi konidium ke larva atau serangga uji di dalam cawan petri yang sudah disiapkan.

f) Amati setiap hari jumlah larva atau serangga ujiyang mati.

g) Persentase kematian larva atau serangga dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PK = SM

SUx 100 %

Keterangan :

PK adalah persentase kematian serangga uji SMadalah serangga uji terinfeksi

SU adalah total serangga uji yang diamati


(4)

113 Lampiran F

(normatif)

Pengujian patogenisitas terhadap tanaman tembakau

F.1 Prinsip

Mengamati terjadinya patogenisitas berupa timbulnya bercak nekrotik pada daun yang diinokulasiAPH Beauveria bassiana

F.2 Bahan

a. Bibittembakau (Nicotiana tabacum) berumur 3-4 minggu;

b. Sampel APH Beauveria bassiana;

c. Akuades. F.3 Peralatan

a. Erlenmeyer 250 ml; b. Syringe.

F.4 Prosedur pengujian patogenisitas

a) Siapkan bibit tembakau berumur 3-4 minggu dalam polibag dan siramlah dengan

air secukupnya.

b) Siapkan syringe yang sudah disterilkan.

c) Buat suspensi konidium APH Beauveria bassiana dalam erlenmeyer dengan kerapatan konidium sesuai standar

d) Suntikkan secara aseptik tulang daun tembakau pada permukaan bawah dengan

susupensi konidium APH Beauveria bassiana

e) Amati ada tidaknya bercak nekrotik pada bagian yang disuntik. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 5 hari


(5)

114 Lampiran G

(informatif)

Morfologi APHBeauveria bassiana

G.1Morfologi Makroskopis

APHBeauveria bassiana memiliki tipe pertumbuhan apikal, pada awal

pertumbuhannya koloni berwarna putih, dan selanjutnya koloni akan tampak menebal, kadang-kadang berubah menjadi agak kekuningan.

G.2 Morfologi Mikroskopis

APHBeauveria bassiana memiliki konidium berbentuk oval agak bulat sampai bulat telur, bersel satu, hialin dengan diameter 2-3 µm. Konidium Beauveria bassiana dihasilkan secara aseksual. Konidium ini terbentuk pada ujung dan sisi-sisi konidiofor dan melekat pada sterigma yang pendek. Konidiumterbentuk secara tunggal, pertumbuhannya mengikuti pola berselang seling, sehingga setelah konidium masak dan terlepas dari konidiofornya tampak berbentuk zig-zag

Keterangan : A : konidium

B :konidiosporabentuk zig-zag C : konidispora

Gambar 7 - Morfologi mikroskopikAPHBeauveria bassiana

A

B C


(6)

115 Lampiran H

(informatif)

Pembuatan medium agar

H.1 Prinsip

Membuat medium agar

H.2 Bahan

a. Medium Potato Dextrose Agar (PDA) instan b. Medium Sauboraud Dextrose Agar (SDA) instan

H.3 Peralatan

a. Cawan petri berdiameter 15 cm; b. Erlenmeyer 250 ml;

c. Pipet tetes. d. Otoklaf

H.4 Prosedur pengujian patogenesitas

a. Timbang medium PDA sebanyak 39 g atau 65 g untuk medium SDA.

b. Masukkan medium tersebut kedalam gelas piala 1000 ml.

c. Tuang akuades ke dalam gelas piala tersebut sampai volume mencapai 1000 ml. d. Tuangkan air kedalam panci kecil dan letakkan diatas nyala api kompor.

e. Letakkan gelas pialakedalam panci tersebut, kemudian aduk terus sampai medium PDA atau SDA didalamnya homogen dan agak mengental (kurang lebih 1jam)

f. Siapkan tabung reaksi pada rak atau erlenmeyer yang telah disteril, serta syringe5ml.

g. Setelah medium PDA atau SDA homogen dan agak mengental kompor

dimatikan.

h. Ambil PDA atau SDA dengan menggunakan syringesebanyak 5 ml dan tuangkan

kedalam tabung reaksi, kemudian ditutup kapas dan aluminium foil. Sebagai stok, tuangkan medium PDA atau SDA kedalam erlenmeyer sesuai dengan yang kita inginkan, kemudian ditutup dengan kapas dan aluminium foil.

i. Tabung reaksi dan erlenmeyer yang telah terisi PDA atau SDA kemudian dibungkus plastik dan disteril dengan menggunakan otoklaf.

j. Setelah proses sterilisasi menggunakan otoklaf selesai,medium yang

menggunakan tabung reaksi kemudian dimiringkan.

k. Inkubasikan media tersebut selama 1 hari -2 hari, pisahkan medium yang terkontaminasi.

l. Medium dapat digunakan untuk perhitungan viabilitas konidium, maupun untuk perbanyakan jamur.

m. Apabila medium tersebut belum digunakan sebaiknya disimpan dalam lemari es