ProdukHukum Perdagangan

RELOKASI INDUSTRI DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
(Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 101 Tahun 2000 tanggal 7 September 2000)
GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka penataan ruang sesuai dengan arah kebijaksanaan yang ditetapkan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi DKI Jakarta, perlu penyesuaian lokasi-lokasi industri dengan peruntukan
yang telah ditetapkan;
b. bahwa ketentuan umum relokasi industri di Propinsi DKI Jakarta sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta No. 1209 Tahun 1988 sebagai upaya penataa ruang DKI Jakarta
sdah tidak sesuai lagi dengan perkembangan pembangunan pada saat ini;
c. bahwa sehubungan dengan hal tsb pada huruf a dan b di atas, dan dalam rangka mengendalikan
pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu yang dilaksanakan secara bersama oleh
Pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, perlu menetapka kembali relokasi industri di Propinsi DKI
Jakarta dengan keputusan Gubernur
Meningat :
1. Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
2. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentanng Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-undang No. 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi DKI Negara Republik Indonesia
Jakarta;
5. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan berbahaya dan Baracun (B3);

6. Keputusan kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan no KEP-02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata
Laksana Pengawasan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah;
7. Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 4 Tahun 1985 tentang Pola Dasar Pembangunan DKI Jakarta;
8. Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata
Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta;
9. Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DKI JAKARTA TENTANG RELOKASI INDUSTRI DI PROPINSI
DKI JAKARTA.
Pasal 1
Industri yang terkena relokasi didasarkan pada :
a.
Kriteria Planologi yaitu :
1) daerah yan diperuntukan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi DKI Jakarta;
2) sarana dan prasarana lingkungan, sudah tidak mendukung;
3) industri menengah dan besar yang berpolusi.
b.
Kriteria Dampak Lingkungan yaitu :
1) menimbulkan pencemaran lingkungan;

2) menggunakan bahan-bahan baku dengan katagori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
3) menggunakan banyak air;
4) menggunakan banyak energi/bahan bakar;
5) menimbulkan gangguan terhadap lingkungan;
6) sisa-sisa proses produksi tidak dapat didaur ulang
c.
Kriteria teknis ekonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
1) Izin yang dimiliki;
2) Besarnya investasi;
3) Lamanya berusaha;
4) Jumlah tenaga kerja;
5) Kondisi lingkungan kerja (K3)
Pasal 2
Pengembangan kawasan ekonomi prospektif dilakukan melalui :
a. pengembangan dan menata wilayah kota menjadi lokasi yang kondusif untuk berinvestasi bagi Penanam
Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanam Modal Asing (PMA), yang didukung dengan prasarana
dan sarana yang memadai;
b. pengembangan kawasan industri yang dibatasi untuk jenis industri yang hemat penggunaan lahan dan air,
tidak berpolusi dengan menggunakan teknologi tinggi;
c. pengembangan industri perakitan diarahkan pada industri yang memiliki akses langsung ke jalan arteri di

kawasan sekitar Bandara Soekarno-Hatta.

Pasal 3
Industri yang ditetapkan untuk di relokasi diberikan kesempatan untuk mencari/mengusahakan salah satu
lokasi yang telah dipersiapkan dan/atau yang sesuai dengan peruntukannya.
(2)
Daerah pengembangan untuk relokasi industri ditetapkan sbb:
a. Kotamadya Jakarta Pusat, mengarahkan kegiatan industri menengah dan besar yang berada di pusat
kota ke daerah lain.
b. Kota Maday Jakarta Utara, untuk Marunda dan Cilingcing dikembangkan sebagai daerah industri
selektif.
c. Kotamadya Jakarta Barat:
1) Cengkareng, dan kalideres dikembangkan sebagai daerah industri selektif;
2) Kapuk dan Kalideres untuk menampung kegiatan industri yang bukan untuk peruntukannya.
d. Kotamadya Jakarta Selatan dikembangkan sebagai daerah industri yang tidak polusi, dan
berwawasan lingkungan hidup.
e. Kotamadya Jakarta Timur :
1) kawasan Industri Pulogadung, Cakung, Ciracas dan Pekayon dikembangkan utuk industri
yang berteknologi tinggi, tidak polusi, hemat lahan dan hemat air serta berwawasan
lingkungan hidup.

2) mengarahkan industri berteknologi tinggi yang tidak meggangu lingkungan hidup dengan
bangunan bertingkat di kawasan industri Pulogadung;
3) mengarahkan kegiatan industri yang berlokasi di dekat pemukiman hanya untuk jenis-jenis
industri kecil dan tidak polutif terutama di Penggilingan, Duren Sawit dan Kramat Jati.
Pasal 4
Pelaksanaan relokasi industri dilakukan secara hati-hati dan selektif dengan mempertimbangkan dampak
negatif ekonomi, sosial dan budaya serta secara koordinatif berdasarkan fungsi masing-masing istansi terkait
dan secara operasional ditetapkan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta.
Pasal 5
Terhadap perusahaan industri kecil menengah yang tidak sesuai peruntukannya tetapi tidak polusi dan/atau
dampak pencemarannya dapat dikendalikan, ketentuan relokasi ini dapat dipertimbangkan, khususnya industri
unggulan Propinsi DKI Jakarta.
Pasal 6
(1)
Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan ditetapkan kemudian.
(2)
Dengan berlakunya keputusan ini maka Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 1209 Tahun 1988
tentang Ketentuan Umum Relokasi Industri di DKI Jakarta dinyatakan tidak berlaku lagi.
(3)
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundagan ini penempatannya dalam Lembaran Daerah
Propinsi DKI Jakarta.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 September 2000
GUBERNUR PROPINSI DKI JAKARTA
ttd.
SUTIYOSO
(1)