PERBEDAAN GENDER DER DALAM DALAM PENGUASAAN PENGU BAHASA DIPANDANG PANDANG DARI DARI PERSFEKTIF PERS PSIKOLOGI PSIKOL PENDIDIKAN ipi100916

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

PERBEDAAN GENDER DALA
LAM PENGUASAAN BAHASA DIPANDANG
GD
DARI PERSFEKTIF
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh: Sri Yuliani
Mah
ahasiswa S3 Ilmu Pendidikan UNP Padang

Abstract
This article is concerne
rned with the diversity of gender in acquiring
ring language in
psychological perfectives.
s. The language and gender are the main factorss w
which the writer
tries to expose. The langu

anguage using for each gender is observed by the psychological
perfectives and the dataa co
collected by using descriptive literature analysis.
s. T
The fact showed
that the factors of the
he diversity of language in each gender aree contributed by
psychological matter from
om their family background, the superiority, and socio cultural
phenomenon.
Keywords: Language acqu
quisition, gender, diversity, psychology, socio cultur
ltural.

PENDAHULUAN
ang gender dalam
Ketika kita bicara tentang
nilai adalah cara
bahasa maka yang umum kita ni
larangan

mengungkapkan, gaya bahasa,, dan
an oleh si penutur.
kosakata bahasa yang diucapkan
laki-laki maupun
Ini bisa dilihat oleh penutur la
hal ini umum saja
penutur perempuan. Sepertinya ha
ih dalam lagi maka
tetapi sebenarnya bila dinilai lebih
uasaan bahasa untuk
bisa diperhatikan bahwa penguasa
masing-masing gender laki-laki dan perempuan ada
ntu yyang ditutur oleh
perbedaannya. Kosa kata tertentu
pat dilihat sebagai
masing–masing gender juga dapa
ahan inilah penulis
suatu perbedaan. Dari permasalaha
ingin memaparkan perbedaann gender dalam
hat dari perspektif

penguasaan bahasa yang dilihat
psikologi.
uistik, bahasa dan
Dalam bidang sosiolinguis
jenis kelamin memiliki hubungann yyang sangat erat.
erbicara perempuan
Ada ungkapan mengapa cara berb
kita teliti ternyata
berbeda dengan lelaki. Ketika ki
mbuat perempuan
ada beberapa faktor yang mem
bahasa
dan
berbeda
dalam
penguasaann
berapa
penelitian
penuturannya.
Dari

bebera
dikuasai perempuan
menunjukkan kosakata yang dikua
nunjukkan bahwa
adalah kosa kata yang menun
opan dibandingkan
penuturan perempuan lebih sopa
ang dilakukan oleh
lelaki. Seperti pada penelitian yang
Women encourage
Nyikos dan Ehrman (1988),” W
ore details, are more
conversational to talk, remember more

polite, and more likely to tryy tto reach consensus”. Dari
penelitian ini Nyikos dan Ehr
Ehrman (1988) mendapati
bahwa penguasaan bahasa
sa dari gender perempuan
itu lebih banyak kosa

osakata yang dikuasai
dibandingkan gender la
laki - laki. Dalam
penuturannya lebih sopann da
dan perempuan berusaha
untuk
menjelaskan
makna
kandungan
pembicaraannya lebih bany
banyak penjelasan secara
mendetil untuk menyakinka
nkan lawan bicaranya.
Penelitian Biologii yang diterbitkan di
penerbitan terkenal yang
ng dilakukan oleh Legato
(2005), ditemukan bahw
hwa adanya perbedaan
hormon antara otak perem
empuan dan lelaki. Otak

perempuan memiliki lebi
ebih banyak sel syaraf
dibagian kiri otak (left hem
hemisphere) dimana pusat
untuk pengendalian bahasa
sa ada di otak sisi kiri dan
ditemukan lebih banyak sya
syaraf penghubung antara
kedua belah sisi otak baik
ik sisi kiri dan sisi kanan
(left hemisphere and right
ght he
hemisphere). Di dukung
dengan adanya CT scann otak antara lelaki dan
perempuan yang dilakukan
an oleh ahli syaraf, Legato
(2005)
menemukan
bahwa
perempuan

menggunakan daerah otakk yang sama seperti juga
lelaki untuk memproses
es bahasa tetapi ianya
tergantung pada tugas baha
bahasa itu sendiri. Legato
(2005),” … women often
en use both sides of the
brains and given identical
ical assignments, women
activate more areas in thei
heir brains than men do”.
47

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |
Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013


GAMBAR 1. FUNGS
GSI PEMBAGIAN OTAK KIRI DAN KANAN (T
(Tyre:2005)

Penemuan ini diperjelas
las lagi dengan
penelitian yang dilakukan olehh T
Tyre (2005). Di
mana dipenelitian ini Tyre menda
endapatkan bahwa
perempuan menggunakan otak si
sisi kirinya untuk
mendengarkan dan berbicara ddimana kegiatan
komunikasi terjadi lebih banyak m
menggunakan otak
sisi kiri. Sehingga, otak kiri berma
main sebagai peran
utama dalam penguasaan bah
bahasa oleh para
perempuan. Dari penelitian ini,, khus

khusus untuk para
pendidik khususnya pendidik di bidang bahasa
untuk mengetahui psikologi perbeda
bedaan penguasaan
bahasa pada gender yang berbed
beda laki-laki dan
perempuan.
Penelitian psikologi olehh Legato (2005),
mendapati bahwa faktor pembeda
da untuk perbedaan
kedua gender terdapat pada bahas
hasa dan skill lain.
Orang tua lebih senang berkomunik
unikasi kepada anak
perempuan daripada anak laki
aki-laki, sehingga
penguasaan kosakata anak perempua
puan diperkirakan
lebih banyak dibanding dengan
an anak laki-laki.

Perbandingan kedua genderr ini membuat
perempuan kelihatan lebih aktif berbicara
dibanding dengan gender laki-laki.
ki.
Penelitian selanjutnya yang
ng dilakukan oleh
para psikologi pada tahun 2005 di IInstitut Psikologi
di London, Universitas Oxfordd dan Universitas
Missouri-Columbia di Amerika
ka Serikat, yang
menemukan bahwa anak lakiki-laki dan anak
perempuan sangat berbeda da
dalam menguasai
keterampilan berbahasa. Di temuk
ukan fakta bahwa

anak perempuan lebih dulu berbicara dibandingkan
anak laki-laki dan lebihh ccepat dan lebih banyak
dalam penguasaan kosa
osakata, penelitian ini

diterbitkan di Website daera
erah Michigan.
Anak perempuan bis
bisa menguasai ungkapan
lebih dari dua suku kata di
dibandingkan anak lakilaki. Alasan ini dikarenak
nakan adanya perubahan
kognitif anak perempuann te
terjadi diantara umur 14
hingga 20 bulan, sementar
ntara anak laki-laki terjadi
perubahan kognitif diumur
ur 20 dan 24 bulan. Dari
penelitian ini menunjukkan
an bahwa anak perempuan
lebih
unggul
dalam
penguasaan
bahasa
dibandingkan anak laki-lak
laki. Pengaruh perubahan
kognitif anak perempuan
puan yang lebih cepat
membuat penguasaan kosak
akata lebih banyak.
Penelitian lainnyaa yang dilakukan di
Universitas Haifa di Nor
orthwestern pada tahun
2008, penelitian penguasaa
saan bahasa ini dilakukan
dengan menggunakan arus
rus gelombang magnetik
untuk mengetahui tingkat
at kerja otak pada anak
laki-laki dan anak perempua
puan dengan memberikan
beragam tes bahasa dann te
tes menulis. Ditemukan
disini bahwa dua daerahh otak anak perempuan
beraktifitas bekerja lebih kkeras untuk penguasaan
bahasa dibandingkan anakk llaki-laki ketika aktifitas
tes penguasaan bahasaa dan menulis sedang
berlangsung. Ditemukann jug
juga bahwa bagian otak
anak laki-laki hanya sebag
bagian saja yang bekerja
dibandingkan perempuann ke
ketika menyelesaikan tes
bahasa dan menulis.
48

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |
Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

Perbedaan penguasaan baha
bahasa ini membuat
penulis tertarik ingin menjabarkan
an aspek-aspek apa
saja yang memberikan sum
umbangsih dalam
keterlibatan perbedaan penguasa
uasaan bahasa dari
gender laki-laki dan perempuan.
puan. Penulis akan
membatasi aspek pendidikan
an di keluarga,
superioritas dan sosio kultural.
PENDIDIKAN
GENDER
R
DALAM
KELUARGA
Pendidikan yang pertama
ma kali diterima
seorang anak bermula dirum
rumah. Orangtua
mengarahkan, membimbing, da
dan memberikan
contoh untuk perkembangan ana
anak. Begitu juga
contoh yang diberikan keluarga,
a, peran ibu yang
selalu kelihatan lebih cerewet kare
arena begitu peduli
dengan anak-anaknya dibanding
ng ayah yang lebih
banyak diam bila ada masalah
lah dengan anakanaknya. Sebagai contoh, sang
ng aanak yang sering
bermain dengan anak tetangga, sel
selalu ibunya yang
akan sibuk memanggil nama anak
nak untuk keperluan
tertentu, sementara sang ayah hany
hanya melihat anak
dari kejauhan tanpa memanggil
il nama anaknya.
Dari contoh diatas dapat dilihat ba
bahwa ibu sebagai
gender perempuan dalam ruma
mah tangga lebih
banyak berkomunikasi dibanding
nding sang ayah,
sehingga konsep pembentukann bahasa gender
perempuan dengan melihat contoh
ntoh ibunya yang
lebih banyak berkomunikasi diband
andingkan ayah.
Orangtua juga akann memperlakukan
perbedaan dalam merawat anak la
laki-laki dan anak
perempuan. Pada artikel terbi
rbitan Universitas
Michigan, perbedaan genderr terjadi ketika
pendidikan pertama kali terjadi
adi di lingkungan
keluarga. Perbedaan perlakuan
uan gender ini
mempengaruhi pola yang berbeda
da antara anak lakilaki dan anak perempuan. Sebag
bagai contoh, ayah
akan bermain dengan anak lakiki-laki dan bentuk
permainannya adalah permainan fi
fisik. Ketika ayah
bermain dengan anak perempua
puan, ayah lebih
cenderung banyak menggunaka
kan keterampilan
berbicara. Sehingga, anak pere
perempuan terlatih
dengan penguasaan bahasa dann tent
tentu saja kosakata
anak perempuan akan berta
bertambah banyak
dibandingkan
anak
laki-lak
laki,
sedangkan
keterampilan fisik tidak dia
diadapatkan anak
perempuan dari ayahnya. Begitu
tu pula sebaliknya,
ayah lebih banyak memberikann la
latihan fisik anak
laki-laki dan sedikit melatih komuni
unikasi pada anak
laki-lakinya.
kan membedakan
Orangtua biasanya akan
ki-laki dan anak
perlakuan terhadap anak laki-

perempuan. Pekerjaan yang dikerjakan dirumah
antara anak perempuann da
dan anak laki-laki juga
dibedakan. Anak laki-laki
ki bisanya akan diberikan
pekerjaan yang lebih kera
eras dan kasar dibanding
anak perempuan. Peke
kerjaan kasar seperti
membantu mengangkat barang lebih banyak
diberikan tugas orangtua
ua kepada anak laki-laki.
Anak perempuan diberikan
kan pekerjaan yang lebih
ringan seperti memasak,, m
menyapu, mengemas dan
lainnya yang tidak mengguna
unakan banyak otot untuk
menyelesaikan pekerjaan
an rumah. Dari pola
pemberian pekerjaan deng
ngan penggunaan bahasa
untuk berkomunikasi untuk kedua gender laki-laki
dan perempuan menjadi ber
erbeda.
Pemberian mainann an
antara anak laki-laki dan
perempuan juga berbeda,, aanak laki-laki diberikan
mainan yang identik dengan
ngan mainan untuk gender
laki-laki seperti mobil-m
obil-mobilan, robot yang
menujukkan kegiatan yang
ang banyak dilakukan di
luar rumah. Anak perempua
mpuan diberikan mainan
berupa boneka, alat-alatt dapur / masak yang
diidentikkan dengan tugas
as sebagai seorang gender
perempuan merawat anak da
dan pekerjaan rumah.
Pola perlakuan yang
ng dibedakan antara kedua
gender laki-laki dan perempua
mpuan yang dibentuk dari
rumahlah sebagai pola ccetakan pertama yang
diterima anak laki-lakii da
dan anak perempuan,
sehingga dari hal tersebut
but membuat kedua gender
menguasai pola bahasa yang
ang berbeda.
PENGUASAAN BAHAS
ASA BERDASARKAN
GENDER
Penelitian telah banya
nyak dilakukan bagaimana
gender
laki-laki
dann
perempuan
dalam
menunjukkan gaya bica
bicaranya. Penelitian itu
mencantumkan teori-teori
ori pe
pendukung penggunaan
bahasa antara kedua ggender, laki-laki dan
perempuan. Teori pertama
ma menyebutkan bahwa
bahasa
yang
digunak
unakan
laki-laki
lebih
mendominasi, sementara
ra bahasa perempuan
digunakan
untuk
m
menkonfirmasi
dalam
menyakinkan sesuatu. Gende
ender laki-laki dilihat dari
sisi
otoritas
inti
pe
pembicaraannya
selalu
mendominasi gender perem
rempuan. Gaya keakuan
yang diutarakan gender lak
laki-laki sangat menonjol
sehingga suprioritas terliha
ihat dari isi pembiacraan
gender laki-laki. Ungkapa
kapan “Saya yang telah
menyelesaikan permasalaha
han ini”, yang diutarakan
gender laki-laki menunj
nunjukkan bahwa secara
implisit gaya bahasa ini menggambarkan
superioritas. Gender pere
perempuan lebih banyak
menggunakan gaya ya
yang meminta suatu
49

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |
Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

persetujuan atau terjadi suatu
uatu keragu-raguan
sehingga bahasa ini menunjukkan
kan bahwa gender
perempuan merupakan bahas
hasa subordinate.
Ungkapan “Gadis itu anak ibu,
bu, kkan? Cantik, ya”,
menunjukkan bahwa gaya bahasa gender
perempuan meminta pendapat pperetujuan orang
lain mengenai ungkapan perasa
asaannya terhadap
suatu pernyataan.
Teori selanjutnya menye
nyebutkan bahwa
pengalaman yang diterima dari masing-masing
gender membuat gaya bahasa m
mereka berbeda.
Perlakuan yang lembut dari piha
pihak lain terhadap
gender perempuan membuat gende
gender perempuan
perlu pengayoman dan perlindung
ndungan. Sementara
gender laki-laki menunjukkann kkeberanian untuk
mengayomi dan melindungi. Gay
aya gender wanita
biasanya
menggunakan
ba
bahasa
untuk
mengungkapkan perasaan dann berkeluh kesah
sehingga gender laki-laki merasa
asa harus menjadi
pelindung dan pemberi solusi yyang baik untuk
gender perempuan. Gender laki
aki-laki umumnya
lebih banyak berbicara mengenai
nai topik-topik yang
berhubungan dengan kegiatan
an fisik, seperti
olahraga, catur, masalah mobil,, po
politik, bisnis dan
keuangan. Tujuan pembicaraann gender laki-laki
diperuntukkan untuk menunjukka
ukkan status sosial
dimasyarakat, peduli dan bers
bersosialisasi untuk
pertemanan atau persahabatan.
n. B
Bila pembicaraan
terjadi antara kedua gender baikk llaki-laki maupun
perempuan, gender laki-laki aka
kan menggunakan
gaya bahasa yang sopan da
dan formal dan

mengurangi
bahasa-baha
bahasa
kasar.
Gender
perempuan umumnya tterfokus pada topik
an, mencari banyak teman
kecantikan dan penampilan,
ik masalah keluarga, anak
ngobrol dan bergosip baik
bahkan masalah keluarga
rga. Tujuan komunikasi
pertemanan dan kelompok
adalah untuk mencari pert
bicaraan terjadi antara
persahabatan. Bila pembi
kedua gender, gender perem
empuan berusaha mencari
perhatian lawan gender
bahasa yang menarik pe
dengan banyak mengguna
unakan gerak tubuh agar
mudah menjadi perhatian
an di kelompok gender
m kelompok gender lakiperempuan maupun dalam
laki. Arah pembicaraan bi
bila terjadi antara kedua
gender, gender laki-laki ak
akan meningkatkan sikap
ndungi dan memperhatikan
psikologi yang melindung
mosi sangat sopan dan
lawan gender. Sikap emos
menunjukkan perhatian ya
yang besar terhadap isi
gender perempuan akan
pembicaraan, sementara ge
alimat-kalimat pertanyaan
banyak menggunakan kalim
perhatian terhadap lawan
dengan tujuan mencari pe
nkan pembicaraan yang
gender dan menginginka
itas akan ditonjolkan oleh
berkelanjutan. Sikap otorita
gender perempuan dengan
gender laki-laki didepan gende
sa yang dominan terhadap
menggunakan gaya bahasa
ender perempuan akan
gender perempuan. Gen
tertarikan dengan gaya
menunjukkan suatu keter
bahasa yang otoriterr untuk menunjukkan
nder laki-laki. Dari diskusi
kewibawaan seorang gende
pulkan perbedaan gaya
di atas dapat kita simpul
nder laki-laki dan gender
pengungkapan antara gend
ebagai
berikut:
perempuan
seba

Laki-Laki






Bicara sambil mengam
ngambil udara
luar
Senang bicara di depa
epan umum
Menegosiasi status
Bicara satu persatu
Bicaranya asimetriss

PENGARUH
SOSIO
KULTURAL
TERHADAP GENDER DAN P
PENGUASAAN
BAHASA
Perbedaan karakter laki-laki
aki dan perempuan
yang dipengaruhi sosial budayaa yyaitu keberadaan
yang berhubungan dengan status
atus antara kedua
gender baik laki-laki maupun pe
perempuan, posisi
gedua gender dan peran yang
ng dimainkan di
masyarakat.

Perempuan






Bicara lebih banyak
Senang bicara di kontek
onteks pribadi dan
tertutup
Membuat suatu hubunga
ubungan
Bicara bersamaan
Bicaranya secara simetri
etris

Status ditunjukkan
an dengan penempatan
pembagian pekerjaan di m
masyarakat, gender lakilaki lebih banyak dilibat
batkan di luar ruangan
sementara gender perem
rempuan lebih banyak
dilibatkan di kegiatan da
dalam ruangan. Posisi
ditunjukkan dengan adany
nya pemberian tanggung
jawab biasanya gender
nder laki-laki merupakan
pemimpin
disuatu
kkegiatan
masyarakat
dibandingkan gender per
perempuan yang hanya
50

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |
Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XIII No.1 April 2013

sebagai pendukung, sementara per
peran dimasyarakat
dilihat dari sisi gender laki-la
i-laki dan gender
perempuan adalah peran masing
sing-masing untuk
kepentingan masyarakat.
Perbedaan gender dimasy
syarakat dibentuk
dengan kebiasaan perlakuan terhada
adap kedua gender
dimana gender laki-laki itu kerass da
dan memiliki jiwa
pemimpin sehingga gender laki-laki tidak
melakukan pembiasaan genderr pe
perempuan yang
memiliki jiwa lembut dan tidak
dak keras. Contoh
dalam menggunakan sepatu,
u, ggender laki-laki
menggunakan sepatu yang dat
datar dan gender
perempuan menggunakan hak yyang tinggi. Di
at m
melarang gender
contoh ini pembiasaan masyarakat
laki-laki
menggunakan
hakk
tinggi
yang
diperuntukkan hanya untuk gende
ender perempuan.
Bila ada gender laki-laki mengguna
unakan hak sepatu
yang tinggi mirip dengan hak sepatu gender
perempuan maka di masyarakatt tterjadi cemoohan
dan celaan. Dari contoh diatas pem
pembentukan gaya
bahasa berdasarkan kedua gende
ender dipengaruhi
dengan kebiasaan di masyarakat
at tersebut, inilah
pembentukan gaya bahasa yang
ng di
dipengaruhi oleh
sosio cultural di masyarakat.. C
Contoh lainnya,
dalam pandangan masyarakat bahw
bahwa gender lakilaki diidentikkan dengan mengg
nggunakan celana
panjang bukan rok, bila ada
da gender laki-laki
menggunakan rok maka disebu
but tidak umum.
Sementara gender perempuan bis
bisa menggunakan
rok dan celana panjang, dimana
ana tujuan celana
panjang untuk gender perempua
puan adalah untuk
lebih aktif bergerak dalam menja
njalankan aktifitas
sehari-hari.
Pandangan contoh yang
ng di
diberikan diatas
membuat gaya bahasa dipengar
ngaruhi oleh sosio
kultural yang dianut oleh masyara
arakat dimana gaya
bahasa ini berkembang. Pembentuk
ntukan bahasa dari
kedua gender bisa juga terpengar
ngaruh oleh adanya
pengaruh kebiasaan sosio kultural.
al.
SIMPULAN
ahasa untuk kedua
Perbedaan penguasaan baha
gender perempuan
gender baik laki – laki dan ge

dipengaruhi oleh beragam
gam aspek baik aspek
pendidikan di keluarga,, superioritas dan sosio
kultural. Sehingga dari ur
uraian di atas, dapatlah
disimpulkan
bahwa
ek
ekspresi
bahasa
itu
mencerminkan
gaya
penuturnya.
Dalam
masyarakat Indonesia bilaa tterjadi ketidak cocokkan
gaya penuturannya maka bi
bisa saja disebut dengan
adanya ketidak umumann dipa
dipandangan masyarakat.
Aspek pembeda yyang sudah diterapkan
dilingkungan keluarga, tingk
tingkat superioritas antara
kedua gender dan aspekk ssosio kultural sehingga
pola pensosialisasian yang
ng diterapkan pada tiap
gender terbentuk pola gayaa ba
bahasa kedua gender.
DAFTAR PU
PUSTAKA
Atkinson, D. 2002. Tow
oward a Sociocognitive
Approach
too
Second
Language
Acquisition. Mode
odern Language Journal,
86, 252-545.
Dornyei,

Z. 2005. Mot
Motivational Dynamics,
Language Attitud
titudes and Language
Globalization, (unpub
unpublished manuscript).

Ehrman, M.E. and Oxford,
ord, R.L. (1995) Cognition
Plus: Correlates
es of Language Learning
Success. Modern
rn Language Journal 79
(1), 67-89.
Legato, M.J. 2005. Why Me
Men Never Remember and
Women Neverr Forget. New York:
Rodale.
Nyikos, M. 1988. The Effec
fects of Color and Imagery
as mnemonic stra
trategies on learning and
retention of lexic
exical items in German.
Unpublished doctor
doctoral dissertation. Purdue
University, West
st L
Lafayette, IN.
Tyre, P. 2005. Boy brains,
ns, G
Girl brains. Newsweek,
CXLVI(12), 58.

51

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |
Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang