J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
USAHA PERASURANSIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa unt uk mewuj udkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pembangunan di segala
bidang perlu dilaksanakan secara berkesinambungan;
b. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan dapat t erj adi berbagai
ragam dan j enis risiko yang perlu dit anggulangi oleh masyarakat ;
c. bahwa usaha perasuransian yang sehat merupakan salah sat u upaya
unt uk menanggulangi risiko yang dihadapi anggot a masyarakat dan
sekaligus merupakan salah sat u lembaga penghimpun dana
masyarakat , sehingga memiliki kedudukan st rat egis dalam

pembangunan dan kehidupan perekonomian, dalam upaya
memaj ukan kesej aht eraan umum;
d. bahwa dalam rangka meningkat kan peranan usaha perasuransian
dalam pembangunan, perlu diberikan kesempat an yang lebih luas
bagi pihak-pihak yang ingin berusaha di bidang perasuransian,
dengan t idak mengabaikan prinsip usaha yang sehat dan
bert anggung j awab, yang sekaligus dapat mendorong kegiat an
perekonomian pada umumnya;
e. bahwa sehubungan dengan hal-hal t ersebut dipandang perlu unt uk

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2

-

menet apkan Undang-undang t ent ang Usaha Perasuransian;

Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal
Undang-Undang Dasar 1945;

33 ayat (1)

2. Kit ab Undang-undang Hukum Perdat a (St aat sblad Tahun 1847 Nomor
23);
3. Kit ab Undang-undang Hukum Dagang (St aat sblad Tahun 1847 Nomor
23) sebagaimana t elah beberapa kali diubah, t erakhir dengan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 t ent ang Perubahan dan
Penambahan at as Ket ent uan Pasal 54 Kit ab Undang-undang Hukum
Dagang (Lembaran Negara Tahun 1971 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2959);
4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 t ent ang Pokok-pokok
Per-koperasian(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2832);
5. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran
Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang

Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
16,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
2890)
Menj adi
Undang-undang (Lembaran NegaraTahun 1969 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2904);
Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG USAHA PERASURANSIAN.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-


BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan
1. Asuransi at au Pert anggungan adalah perj aniian ant ara dua pihak
at au lebih, dengan mana pihak penanggung mengikat kan diri
kepada t ert anggung, dengan menerima premi asuransi, unt uk
memberikan penggant ian kepada t ert anggung karena kerugian,
kerusakan at au kehilangan keunt ungan yang diharapkan, at au
t anggung j awab hukum kepada pihak ket iga yang mungkin akan
diderit a t ert anggung, yang t imbul dari suat u perist iwa yang t idak
past i, at au unt uk memberikan suat u pembayaran yang didasarkan
at as meninggal at au hidupnya seseorang yang dipert anggungkan.
2. Obyek Asuransi adalah benda dan j asa, j iwa dan raga, kesehat an
manusia, t anggung j awab hukum, sert a semua kepent ingan lainnya
yang dapat hilang, rusak, rugi, dan at au berkurang nilainya.
3. Program
Asuransi
Sosial

adalah
program
asuransi
yang
diselenggarakan secara waj ib berdasarkan suat u Undang-undang,
dengan t uj uan unt uk memberikan perlindungan dasar bagi
kesej aht eraan masyarakat .
4. Perusahaan Perasuransian adal ah Perusahaan Asuransi Kerugian,
Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan
Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen Asuransi,
Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan Konsult an
Akt uria,
5. Perusahaan Asuransi Kerugian adalah perusahaan yang memberikan
j asa dalam penanggulangan risiko at as kerugian, kehilangan
manf aat , dan t anggung j awab hukum kepada pihak ket iga, yang
t imbul dari perist iwa yang t idak past i.
6. Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan j asa

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA


-

4

-

dalam penanggulangan risiko yang dikait kan dengan hidup at au
meninggalnya seseorang yang dipert anggungkan.
7. Perusahaan Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan j asa
dalam pert anggungan ulang t erhadap risiko yang dihadapi oleh
Perusahaan Asuransi Kerugian dan at au Perusahaan Asuransi Jiwa.
8. Perusahaan Pialang Asuransi adalah perusahaan yang memberikan
j asa keperant araan dalam penut upan asuransi dan penanganan
penyelesaian gant i rugi Asuransi dengan bert indak unt uk
kepent ingan t ert anggung.
9. Perusahaan Pialang Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan
j asa keperant araan dalam penempat an reasuransi dan penanganan
penyelesaian gant i rugi reasuransi dengan bert indak unt uk
kepent ingan perusahaan asuransi.

10. Agen Asuransi adalah sescorang at au badan hukum yang
kegiat annya memberikan j asa dalam memasarkan j asa asuransi
unt uk dan at as nama penanggung.
11. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi adalah perusahaan yang
memberikan j asa penilaian t erhadap kerugian pada obyek asuransi
yang dipert anggungkan.
12. Perusahaan Konsult an Akt uria adal ah perusahaan yang memberikan
j asa akt uria kepada perusahaan asuransi dan dana pensiun dalam
rangka pembent ukan dan pengelolaan suat u program asuransi dan
at au program pensiun.
13. Af iliasi adalah hubungan ant ara seseorang at au badan hukum
dengan sat u orang at au lebih, at au badan hukum lain, sedemikian
rupa sehingga salah sat u dari mereka dapat mempengaruhi
pengelolaan at au kebij aksanaan orang yang lain at au badan hukum
yang lain, at au sebaliknya dengan memanf aat kan adanya
kebersamaan kepemilikan saham at au kebersamaan pengelolaan
perusahaan. 14. Ment eri adalah Ment eri Keuangan Republik
Indonesia.

PRESIDEN

REPUBLIK INDO NESIA

-

5

-

BAB II
BIDANG USAHA PERASURANSIAN
Pasal 2
Usaha perasuransian merupakan kegiat an usaha yang bergerak di
bidang:
a. Usaha asuransi, yait u usaha j asa keuangan yang dengan
menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi
memberikan perlindungan kepada anggot a masyarakat pemakai j asa
asuransi t erhadap kemungkinan t imbulnya kerugian karena suat u
perist iwa yang t idak past i at au t erhadap hidup at au meninggalnya
seseorang.
b. Usaha penunj ang usaha asuransi, yang menyelenggarakan j asa

keperant araan, penilaian kerugian asuransi dan j asa akt uria.
BAB III
JENIS USAHA PERASURANSIAN
Pasal 3
Jenis usaha perasuransian meliput i:
a. Usaha asuransi t erdiri dari:
1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan j asa dalam
penanggulangan risiko at as kerugian, kehilangan manf aat , dan
t anggung j awab hukum kepada pihak ket iga, yang t imbul dari
perist iwa yang t idak past i;
2. Usaha
asuransi
j iwa
yang
memberikan
j asa
dalam
penanggulangan risiko yang dikait kan dengan hidup at au
meninggalnya seseorang yang dipert anggungkan.
3. Usaha reasuransi yang memberikan j asa dalam pert anggungan


PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

ulang t erhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi
Kerugian dan at au Perusahaan Asuransi Jiwa.
b. Usaha penunj ang usaha asuransi t erdiri dari:
1. Usaha pialang asuransi yang memberikan j asa keperant araan
dalam penut upan asuransi dan penanganan penyelesaian gant i
rugi asuransi dengan bert indak unt uk kepent ingan t ert anggung;
2. Usaha pialang reasuransi yang memberikan j asa keperant araan
dalam penempat an reasuransi dan penanganan penyelesaian
gant i rugi reasuransi dengan bert indak unt uk kepent ingan
perusahaan asuransi;

3. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan j asa penilaian
t erhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipert anggungkan;
4. Usaha konsult an
akt uria;

akt uria yang memberikan

j asa konsult asi

5. Usaha Agen Asuransi yang memberikan j asa keperant araan dalam
rangka pemasaran j asa asuransi unt uk dan at as nama
penanggung.
BAB IV
RUANG LINGKUP USAHA
PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Pasal 4
Usaha asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a hanya
dapat dilakukan oleh perusahaan perasuransian, dengan ruang lingkup
kegiat an sebagai berikut :
a. Perusahaan Asuransi Kerugian hanya dapat menyelenggarakan usaha
dalam bidang asuransi kerugian, t ermasuk reasuransi;
b. Perusahaan Asuransi Jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

dalam bidang asuransi j iwa, dan asuransi keschat an, asuransi
kecelakaan diri, dan usaha anuit as, sert a menj adi pendiri dan
pengurus
dana
pensiun
sesuai
dengan
perat uran
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku;
c. Perusahaan Reasuransi
pert anggungan ulang.

hanya

dapat

menyelenggarakan

usaha

Pasal 5
Usaha penunj ang usaha asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perasuransian dengan
ruang lingkup kegiat an usaha sebagai berikut :
a. Perusahaan Pialang Asuransi hanya dapat menyclenggarakan usaha
dengan bert indak mewakili t ert anggung dalam rangka t ransaksi
yang berkait an dengan kont rak asuransi;
b. Perusahaan Pialang Reasuransi hanya dapat menyelenggarakan
usaha dengan bert indak mewakili perusahaan asuransi dalam rangka
t ransaksi yang berkait an dengan kont rak reasuransi;
c. Perusahaan
Penilai
Kerugian
Asuransi
hanya
dapat
menyelenggarakan usaha j asa penilaian kerugian at as kehilangan
at au kerusakan yang t erj adi pada obyek asuransi kerugian;
d. Perusahaan Konsult an Akt uria hanya dapat menyelenggarakan usaha
j asa di bidang akt uria;
e. Perusahaan Agen Asuransi hanya dapat memberikan j asa pemasaran
asuransi bagi sat u perusahaan asuransi yang memiliki izin usaha dari
Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

BAB V
PENUTUPAN OBYEK ASURANSI
Pasal 6
(1)

Penut upan asuransi at as obyek asuransi harus didasarkan pada
kebebasan memilih penanggung, kecuali bagi Program Asuransi
Sosial.

(2)

Penut upan obyek asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus dilakukan dengan memperhat ikan daya t ampung
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi di dalam negeri.

(3)

Pengat uran lebih lanj ut mengenai ket ent uan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB VI
BENTUK HUKUM USAHA PERASURANSIAN
Pasal 7
(1)

Usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum
yang berbent uk:
a. Perusahaan Perseroan (PERSERO);
b. Koperasi;
c. Usaha Bersama (Mut ual).

(2)

Dengan t idak mengurangi ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (l), usaha konsult an akt uria dan usaha agen asuransi
dapat dilakukan olch perusahaan perorangan.

(3)

Ket ent uan t ent ang usaha perasuransian yang berbent uk Usaha
Bersama (Mut ual) diat ur lebih lanj ut dengan Undang-undang.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

BAB VII
KEPEMILIKAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Pasal 8
(1)

Perusahaan Perasuransian hanya dapat didirikan oleh:
a. Warga negara Indonesia dan at au badan hukum Indonesia yang
sepenuhnya dimiliki warga negara Indonesia dan at au badan
hukum Indonesia;
b. Perusahaan perasuransian yang pemiliknya sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dengan perusahaan perasuransian
yang t unduk pada hukum asing.

(2)

Perusahaan perasuransian yang didirikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf b harus merupakan:
a. Perusahaan perasuransian yang mempunyai kegiat an usaha
sej enis dengan kegiat an usaha dari Perusahaan perasuransian
yang mendirikan at au memilikinya;
b. Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Reasuransi,
yang para pendiri at au pemilik perusahaan t ersebut adalah
Perusahaan Asuransi Kerugian dan at au Perusahaan Reasuransi.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai kepemilikan Perusahaan
Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur
dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB VIII
PERIZINAN USAHA
Pasal 9

(1)

Set iap pihak yang melakukan usaha perasuransian waj ib
mendapat izin usaha dari Ment eri, kecuali bagi perusahaan yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

menyelenggarakan Program Asuransi Sosial.
(2)

Unt uk mendapat kan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus dipenuhi persyarat an mengenai:
a. Anggaran dasar;
b. Susunan organisasi;
c. Permodalan;
d. Kepemilikan;
e. Keahlian di bidang perasuransian;
f . Kelayakan rencana kerj a;
g. Hal-hal lain yang diperlukan unt uk mendukung pert umbuhan
usaha perasuransian secara sehat .

(3)

Dalam hal t erdapat kepemilikan pihak asing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b, maka unt uk
memperolch izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
waj ib dipenuhi persyarat an sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) sert a ket ent uan mengenai bat as kepemilikan dan
kepengurusan pihak asing.

(4)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai persyarat an izin usaha
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diat ur dengan
Perat uran Pemerint ah.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 10
Pembinaan dan pengawasan t erhadap usaha perasuransian dilakukan
oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

Pasal 11
(1)

Pembinaan
meliput i

dan

pengawasan

t erhadap

usaha

perasuransian

a. Kesehat an keuangan bagi Perusahaan Asuransi Kerugian,
Perusahaan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Reasuransi, yang
t erdiri dari:
1. Bat as t ingkat solvabilit as;
2. Ret ensi sendiri;
3. Reasuransi;
4. Invest asi;
5. Cadangan t eknis; dan
6. Ket ent uan-ket ent uan
kesehat an keuangan;

lain

yang

berhubungan

dengan

b. Penyelenggaraan usaha, yang t erdiri dari:
1. Syarat -syarat polis asuransi;
2. t ingkat premi;
3. Penyelesaian klaim;
4. Persyarat an keahlian di bidang perasuransian; dan
5. Ket ent uan-ket ent uan
penyelenggaraan usaha.

lain

yang

berhubungan

dengan

(2)

Set iap Perusahaan Perasuransian waj ib memelihara kesehat an
sesuai dengan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sert a waj ib melakukan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip
asuransi yang sehat .

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai kesehat an keuangan darl
penyelenggaraan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

Pasal 12
Perusahaan Pialang Asuransi dilarang menempat kan penut upan
asuransi pada perusahaan asuransi yang t idak mempunyai izin usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
Pasal 13
(1)

Perusahaan Pialang Asuransi dilarang menempat kan penut upan
asuransi kepada suat u perusahaan asuransi yang merupakan
Af iliasi dari Perusahaan Pialang Asuransi yang bersangkut an,
kecuali apabila calon t ert anggung t elah t erlebih dahulu
diberit ahu secara t ert ulis dan menyet uj ui mengenai adanya
Af iliasi t ersebut .

(2)

Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dilarang melakukan
penilaian kerugian at as obyek asuransi yang diasuransikan kepada
Perusahaan Asuransi Kerugian yang merupakan Af iliasi dari
Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi yang bersangkut an.

(3)

Perusahaan Konsult an Akt uaria dilarang memberikan j asa kepada
Perusahaan Asuransi Jiwa at au dana pensiun yang merupakan
Af iliasi dari Perusahaan Konsult an Akt uaria yang bersangkut an.

(4)

Agen Asuransi dilarang bert indak sebagai agen dari perusahaan
asuransi yang t idak mempunyai izin usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9.
Pasal 14

(1)

Program Asuransi Sosial hanya dapat diselenggarakan oleh Badan
Usaha Milik Negara.

(2)

Terhadap perusahaan yang menyelenggarakan Program Asuransi
Sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku ket ent uan
mengenai pembinaan dan pengawasan dalam Undang-undang ini.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

Pasal 15
(1)

Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan, Ment eri
melakukan pemeriksaan berkala at au set iap wakt u apabila
diperlukan t erhadap usaha perasuransian.

(2)

Set iap perusahaan perasuransian waj ib memperlihat kan buku,
cat at an, dokumen, dan laporan-laporan, sert a memberikan
ket erangan yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 16

(1)

Set iap Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa,
Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi dan
Perusahaan Pialang Reasuransi waj ib menyampaikan neraca dan
perhit ungan laba rugi perusahaan besert a penj elasannya kepada
Ment eri.

(2)

Set iap perusahaan perasuransian waj ib menyampaikan laporan
operasional kepada Ment eri.

(3)

Set iap Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa,
dan Perusahaan Reasuransi waj ib mengumumkan neraca dan
perhit ungan laba rugi perusahaan dalam surat kabar harian di
Indonesia yang memiliki peredaran yang luas.

(4)

Selain kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan
ayat (3),
set iap
Perusahaan
Asuransi
Jiwa waj ib
menyampaikan laporan invest asi kepada Ment eri.

(5)

Bent uk, susunan dan j adwal penyampaian laporan sert a
pengumuman neraca dan perhit ungan laba rugi perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) dit et apkan oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

Pasal 17
(1)

Dalam hal t erdapat pelanggaran t erhadap ket ent uan dalam
Undang-undang ini at au perat uran pelaksanaannya, Ment eri
dapat melakukan t indakan berupa pemberian peringat an,
pembat asan kegiat an usaha, at au pencabut an izin usaha.

(2)

Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit erapkan
dengan t ahapan pelaksanaan sebagai berikut :
a. Pemberian peringat an;
b. Pembat asan kegiat an usaha;
c. Pencabut an izin usaha.

(3)

Sebelum pencabut an izin usaha, Ment eri dapat memerint ahkan
perusahaan yang bersangkut an unt uk menyusun rencana dalam
rangka mengat asi penyebab dari pembat asan kegiat an usahanya.

(4)

Tat a cara pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) sert a j angka wakt u bagi perusahaan dalam memenuhi
ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diat ur dengan
Perat uran Pemerint ah.
Pasal 18

(1)

Dalam hal t indakan unt uk memenuhi rencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) t elah dilaksanakan dan apabila
dari pelaksanaan t ersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan
yang bersangkut an t idak mampu at au t idak bersedia
menghilangkan
hal-hal
yang
menyebabkan
pembat asan
t ermaksud, maka Ment eri mencabut izin usaha perusahaan.

(2)

Pencabut an izin usaha diumumkan oleh Ment eri dalam surat
kabar harian di Indonesia yang memiliki peredaran yang luas.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Pasal 19
Dalam ha] perusahaan t elah berhasil melakukan t indakan dalam
rangka mengat asi penyebab dari pembat asan kegiat an usahanya dalam
j angka wakt u sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4), maka
perusahaan yang bersangkut an dapat melakukan usahanya kembali.
BAB X
KEPAILITAN DAN LIKUIDASI
Pasal 20
(1)

Dengan t idak mengurangi berlakunya ket ent uan dalam Perat uran
Kepailit an, dalam hal t erdapat pencabut an izin usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, maka Ment eri,
berdasarkan kepent ingan umum dapat memint akan kepada
Pengadilan agar perusahaan yang bersangkut an dinyat akan pailit .

(2)

Hak pemegang polis at as pembagian hart a kekayaan Perusahaan
Asuransi Kerugian at au Perusahaan Asuransi Jiwa yang dilikuidasi
merupakan hak ut ama.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 21

(1)

Barang siapa menj alankan at au menyuruh menj alankan kegiat an
usaha perasuransian t anpa izin usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9, diancam dengan pidana penj ara paling lama 15
(lima belas) t ahun dan denda paling banyak Rp 2. 500. 000. 000, (dua milyar lima rat us j ut a rupiah).

(2)

Barang siapa menggelapkan premi asuransi diancam dengan
pidana penj ara paling lama 15 (lima belas) t ahun dan denda
paling banyak Rp 2. 500. 000. 000 (dua milyar lima rat us j ut a

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

rupiah).
(3)

Barang siapa menggelapkan dengan cara mengalihkan,
menj aminkan, dan at au mengagunkan t anpa hak, kekayaan
Perusahaan Asuransi Jiwa at au Perusahaan Asuransi Kerugian
at au Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penj ara
paling lama 15 (lima belas) t ahun dan denda paling banyak Rp
2. 500. 000. 000, - (dua milyar lima rat us j ut a rupiah).

(4)

Barang siapa menerima, menadah, membeli, at au mengagunkan,
at au menj ual kembali kekayaan perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) yang diket ahuinya at au pat ut
diket ahuinya bahwa barang- barang t ersebut adalah kekayaan
Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Asuransi Jiwa
at au Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penj ara
paling lama 5 (lima) t ahun dan denda paling banyak Rp
500. 000. 000, - (lima rat us j ut a rupiah).

(5)

Barang siapa secara sendiri-sendiri at au bersama-sama
melakukan pemalsuan at as dokumen Perusahaan Asuransi
Kerugian at au Perusahaan Asuransi Jiwa at au Perusahaan
Reasuransi, diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima)
t ahun dan denda paling banyak Rp 250. 000. 000, - (dua rat us lima
puluh j ut a rupiah).
Pasal 22

Dengan t idak mengurangi ket ent uan pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21, t erhadap perusahaan perasuransian yang t idak
memenuhi
ket ent uan
Undang-undang
ini
dan
perat uran
pelaksanaannya dapat dikenakan sanksi administ rat ip, gant i rugi, at au
denda, yang ket ent uannya lebih lanj ut akan dit et apkan dalam
Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

Pasal 23
Tindak pidana
kej ahat an.

sebagaimana

dimaksud

dalam

Pasal

21

adalah

Pasal 24
Dalam hal t indak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dilakukan oleh at au at as nama suat au badan hukum at au badan usaha
yang bukan merupakan badan hukum, maka t unt ut an pidana dilakukan
t erhadap badan t ersebut at au t erhadap mereka yang memberikan
perint ah unt uk melakukan t indak pidana it u at au yang bert indak
sebagai pimpinan dalam melakukan t indak pidana it u maupun
t erhadap kedua-duanya.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
(1)

Perusahaan Perasuransian yang t elah mendapat izin usaha dari
Ment eri pada saat dit et apkannya Undang-undang ini, dinyat akan
t elah mendapat izin usaha berdasarkan Undang-undang ini.

(2)

Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diwaj ibkan menyesuaikan diri dengan ket ent uan dalam
Undang-undang ini.

(3)

Ket ent uan t ent ang penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) sert a j angka wakt unya dit et apkan oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

Pasal 26
Perat uran perundang-undangan mengenai usaha perasuransian yang
t elah ada pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, sepanj ang t idak
bert ent angan dengan Undang-undang ini, dinyat akan t et ap berlaku
sampai perat uran perundang-undangan yang menggant ikannya
berdasarkan Undang-undang ini dit et apkan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Dengan berlakunya Undang-undang ini maka Ordonnannt ie ophet
Levensverzekeringbedrij f (St aat sblad Tahun 1941 Nomor 101)
dinyat akan t idak berlaku lagi.

Pasal 28
Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 11 Pebruari 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 11 Pebruari 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

-

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 1992
TENTANG
USAHA PERASURANSIAN
UMUM
Sasaran ut ama pembangunan j angka panj ang sebagaimana t ert era
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara adalah t ercipt anya landasan
yang kuat bagi bangsa Indonesia unt uk t umbuh dan berkembang at as
kekuat annya sendiri menuj u masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan
ekonomi memerlukan dukungan invest asi dalam j umlah yang memadai
yang pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan sendiri dan oleh
karena it u diperlukan usaha yang sungguh-sungguh unt uk mengerahkan
dana invest asi, khususnya yang bersumber dari t abungan masyarakat .
Usaha perasuransian sebagai salah sat u lembaga keuangan menj adi
pent ing peranannya, karena dari kegiat an usaha ini diharapkan dapat
semakin meningkat lagi pengerahan dana masyarakat unt uk
pembiayaan pembangunan.
Dalam pada it u, pembangunan t idak luput dari berbagai risiko yang
dapat mengganggu hasil pembangunan yang t elah dicapai. Sehubungan
dengan it u dibut uhkan hadirnya usaha Perasuransian yang t angguh,
yang dapat menampung kerugian yang dapat t imbul oleh adanya
berbagai risiko. Kebut uhan akan j asa usaha perasuransian j uga
merupakan salah sat u sarana f inansial dalam t at a kehidupan ekonomi
rumah t angga, baik dalam menghadapi risiko f inansial yang t imbul
sebagai akibat dari risiko yang paling mendasar, yait u risiko alamiah
dat angnya kemat ian, maupun dalam menghadapi berbagai risiko at as
hart a benda yang dimiliki. Kebut uhan akan hadirnya usaha
perasuransian j uga dirasakan oleh dunia usaha mengingat di sat u pihak

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

t erdapat berbagai risiko yang secara sadar dan rasional dirasakan
dapat mengganggu kesinambungan kegiat an usahanya, di lain pihak
dunia usaha sering kali t idak dapat menghindarkan diri dari suat u
sist im
yang
memaksanya
unt uk
menggunakan
j asa
usaha
perasuransian.
Usaha perasuransian t elah cukup lama hadir dalam perekonomian
Indonesia dan berperan dalam
perj alanan sej arah bangsa
berdampingan dengan sekt or kegiat an lainnya. Sej auh ini kehadiran
usaha perasuransian hanya didasarkan pada Kit ab Undang-undang
Hukum Dagang (KUH Dagang) yang mengat ur asuransi sebagai suat u
perj anj ian. Sement ara it u usaha asuransi merupakan usaha yang
menj anj ikan perlindungan kepada pihak t ert anggung dan sekaligus
usaha ini j uga menyangkut dana masyarakat . Dengan kedua peranan
usaha asuransi t ersebut , dalam perkembangan pembangunan ekonomi
yang semakin meningkat maka semakin t erasa kebut uhan akan
hadirnya indust ri perasuransian yang kuat dan dapat diandalkan.
Sehubungan dengan hal-hal t ersebut maka usaha perasuransian
merupakan bidang usaha yang memerlukan pembinaan dan
pengawasan secara berkesinambungan dari Pemerint ah, dalam rangka
pengamanan kepent ingan masyarakat . Unt uk it u diperlukan perangkat
perat uran dalam bent uk Undang-undang, sehingga mempunyai
kekuat an hukum yang lebih kokoh, yang dapat merupakan
landasan, baik bagi gerak usaha dari perusahaan-perusahaan di bidang
ini maupun bagi Pemerint ah dalam rangka melaksanakan pembinaan
dan pengawasan.
Undang-undang ini pada dasarnya menganut azas spesialisasi usaha
dalam j enis-j enis usaha di bidang perasuransian. Hal ini didasarkan
pada pert imbangan bahwa usaha perasuransian merupakan usaha yang
memerlukan keahlian sert a ket rampilan t eknis yang khusus dalam
penyelenggaraannya.
Undang-undang

ini

j uga

menegaskan

adanya

kebebasan

pada

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

t ert anggung dalam memilih perusahaan asuransi. Dalam rangka
perlindungan at as hak t ert anggung, Undang-undang ini j uga
menet apkan
ket ent uan
yang
menj adi
pedoman
t ent ang
penyelenggaraan usaha, dengan mengupayakan agar prakt ek usaha
yang dapat menimbulkan konf lik kepent ingan sej auh mungkin dapat
dihindarkan, sert a mengupayakan agar j asa yang dit awarkan dapat
t erselenggara at as dasar pert imbangan obyekt if yang t idak merugikan
pemakai j asa.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas
Pasal 2
Cukup j elas
Pasal 3
Pengelompokan j enis usaha perasuransian dalam Pasal ini
didasarkan pada pengert ian bahwa perusahaan yang melakukan
usaha asuransi adalah perusahaan yang menanggung risiko asuransi.
Di samping it u, di bidang perasuransian t erdapat pula
perusahaan-perusahaan yang kegiat an usahanya t idak menanggung
risiko asuransi, yang dalam Pasal ini kegiat annya dikelompokkan
sebagai usaha penunj ang usaha asuransi. Walaupun demikian
sebagai sesama penyedia j asa di bidang perasuransian, perusahaan
di bidang usaha asuransi dan perusahaan di bidang usaha penunj ang
usaha asuransi merupakan mit ra usaha yang saling membut uhkan
dan saling melengkapi, yang secara bersama-sama perlu
memberikan kont ribusi bagi kemaj uan sekt or perasuransian di
Indonesia.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Selain pengelompokan menurut j enis usaha, usaha asuransi dapat
pula dibagi berdasarkan sif at dari penyelenggaraan usahanya
menj adi dua kelompok, yait u yang bersif at sosial dan yang bersif at
komersial. Usaha asuransi yang bersif at sosial adalah dalam rangka
penyelenggaraan Program Asuransi Sosial, yang bersif at waj ib
berdasarkan Undang-undang dan memberikan perlindungan dasar
unt uk kepent ingan masyarakat .
Pasal 4
Berdasarkan ket ent uan ini set iap perusahaan perasuransian hanya
dapat pula menj alankan j enis usaha yang t elah dit et apkan. Dengan
demikian t idak dimungkinkan adanya sebuah perusahaan asuransi
yang sekaligus menj alankan usaha asuransi kerugian dan asuransi
j iwa.
Selanj ut nya dalam ket ent uan Pasal ini pengert ian dana pensiun
t erbat as pada dana pensiun lembaga keuangan.
Pasal 5
Jasa yang dapat diberikan oleh Perusahaan Konsult an Akt uria
mencakup ant ara lain konsult asi t ent ang hal-hal yang berkait an
dengan analisis dan penghit ungan cadangan, penyusunan laporan
akt uria, penilaian kemungkinan t erj adinya risiko dan perancangan
produk asuransi j iwa.
Pasal 6
Ayat (1)
Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk melindungi hak t ert anggung
agar dapat secara bebas memilih perusahaan asuransi sebagai

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

penanggungnya. Hal ini dipandang perlu mengingat t ert anggung
adalah pihak yang paling berkepent ingan at as obyek yang
dipert anggungkannya sehingga sudah sewaj arnya apabila mereka
secara bebas t anpa adanya pengaruh dan t ekanan dari pihak
manapun dapat menent ukan sendiri perusahaan asuransi yang
akan menj adi penanggungnya.
Ayat (2)
Dalam asas kebebasan unt uk memilih pananggung ini t erkandung
maksud bahwa t ert anggung bebas unt uk menempat kan
penut upan obyek asuransinya pada Perusahaan Asuransi Jiwa dan
Perusahaan Asuransi Kerugian yang memperoleh izin usaha di
Indonesia.
Ayat (3)
Agar pelaksanaan dari ket ent uan ini dapat disesuaikan dengan
perkembangan usaha perasuransian di Indonesia, maka ket ent uan
lebih lanj ut mengenai penut upan asuransi dan at au penempat an
reasuransinya diat ur dalam perat uran pelaksanaan dari
Undang-undang ini.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Mengingat

Undang-undang

mengenai

bent uk

hukum

Usaha

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

Bersama (Mut ual) belum ada, maka unt uk sement ara ket ent uan
t ent ang usaha perasuransian yang berbent uk Usaha
Bersama
(Mut ual) akan diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 8
Ayat (1)
Dalam ayat ini dit ent ukan bahwa warga negara Indonesia dan
at au badan hukum Indonesia dapat menj adi pendiri perusahaan
perasuransian, baik dengan pemilikan sepenuhnya maupun
dengan membent uk usaha pat ungan dengan pihak asing.
Termasuk dalam pengert ian badan hukum Indonesia ant ara lain
adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Koperasi, dan Badan Usaha Milik Swast a.
Ayat (2)
Perusahaan perasuransian yang didirikan at au dimiliki oleh
perusahaan perasuransian dalam negeri dan perusahaan
perasuransian asing yang mempunyai kegiat an usaha sej enis
dimaksudkan unt uk menumbuhkan penyelenggaraan kegiat an
usaha perasuransian yang lebih prof esional. Selain it u kerj asama
perusahaan perasuransian yang sej enis j uga dimaksudkan unt uk
lebih memungkinkan t erj adinya proses alih t eknologi.
Sesuai dengan t uj uan dari ket ent uan ini yang dimaksudkan unt uk
lebih menumbuhkan prof esionalisme dalam pengelolaan usaha,
maka kepemilikan bersama at as perusahaan perasuransian oleh
Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan Reasuransi dalam
negeri dengan Perusahaan Asuransi Kerugian at au Perusahaan
Reasuransi luar negeri harus t et ap didasarkan pada j enis usaha
masing-masing part ner dalam kepemilikan t ersebut .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

Cont oh mengenai hal t ersebut adalah sebegai berikut :
a. Perusahaan Reasuransi luar negeri dengan Perusahaan Asuransi
Kerugian dalam negeri dapat mendirikan Perusahaan Asuransi
Kerugian at au Perusahaan Reasuransi.
b. Perusahaan Asuransi Kerugian luar negeri dengan Perusahaan
Reasuransi dalam negeri dapat mendirikan Perusahaan
Asuransi Kerugian at au Perusahaan Reasuransi.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 9
Ayat (1)
Khusus bagi Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan
Program Asuransi Sosial, f ungsi dan t ugas sebagai penyelenggara
program t ersebut dit uangkan dalam Perat uran Pemerint ah.
Hal ini berart i bahwa Pemerint ah memang menugaskan Badan
Usaha Milik Negara yang bersangkut an unt uk melaksanakan suat u
Program Asuransi Sosial yang t elah diput uskan unt uk dilaksanakan
oleh Pemerint ah. Dengan demikian bagi Badan Usha Milik Negara
t ermaksud t idak diperlukan adanya izin usaha dari Ment eri.
Ayat (2)
Unt uk mendukung suat u kegiat an usaha perasuransian yang
bert anggungj awab, perlu adanya anggaran dasar, susunan
organisasi yang baik, Jumlah modal yang memadai, st at us
kepemilikan yang j elas, t enaga ahli asuransi yang diperlukan
sesuai dengan bidangnya, rencana kerj a yang layak sesuai dengan
kondisi, dan hal-hal lain yang dikemudian hari diperkirakan dapat
mendukung pert umbuhan usaha perasuransian secara sehat .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

Yang dimaksud dengan keahlian di bidang perasuransian dalam
ket ent uan ini mencakup ant ara lain keahlian di bidang akt uaria,
underwrit ing, manaj emen risiko. penilai kerugian asuransi, dan
sebagainya, sesuai dengan kegiat an usaha perasuransian yang
dij alankan.
Ayat (3)
Dalam pengert ian ist ilah ket ent uan mengenai bat as kepemilikan
dan kepengurusan pihak asing, t ermasuk pula pengert ian t ent ang
proses Indonesianisasi. Dengan adanya ket ent uan ini diharapkan
indust ri perasuransian nasional semakin dapat bert umpu pada
kekuat an sendiri.
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 10
Cukup j elas
Pasal 11
Ayat (1)
Bat as t ingkat solvabilit as (Solvency Margin) merupakan t olok ukur
kesehat an keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi. Bat as t ingkat solvabilit as ini merupakan selisih ant ara
kekayaan t erhadap kewaj iban, yang perhit ungannya didasarkan
pada cara perhit ungan t ert ent u sesuai dengan sif at usaha
asuransi. Ret ensi sendiri dalam hal ini merupakan bagian
pert anggungan yang menj adi beban at au t anggung j awab sendiri
sesuai dengan t ingkat kemampuan keuangan perusahaan asuransi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

at au Perusahaan Reasuransi yang bersangkut an.
Reasuransi
merupakan
bagian
pert anggungan
yang
dipert anggungkan ulang pada perusahaan asuransi lain dan at au
Perusahaan Reasuransi.
Dalam hubungannya dengan invest asi, yang akan diat ur adalah
kebij aksanaan
invest asi
Perusahaan
Asuransi
Kerugian,
Perusahaan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Reasuransi dalam
menent ukan invest asinya pada j enis invest asi yang aman dan
produkt if .
Sesuai dengan sif at usaha asuransi di mana t imbulnya beban
kewaj iban t idak menent u, maka Perusahaan Asuransi Kerugian,
Perusahaan Asuransi Jiwa, dan Perusahaan Reasuransi perlu
membent uk dan memelihara cadangan yang diperhit ungkan
berdasarkan pert imbangan t eknis asuransi dan dimaksudkan
unt uk menj aga agar perusahaan yang bersangkut an dapat
memenuhi kewaj ibannya kepada pemegang polis.
Asuransi adalah perj anj ian at au kont rak yang dit uangkan dalam
bent uk polis. Sebagai suat u perj anj ian at au kont rak maka
ket ent uan-ket ent uan yang diat ur didalamnya t idak boleh
merugikan kepent ingan pemegang polis.
Unt uk melindungi kepent ingan masyarakat luas, penet apan
t ingkat premi harus t idak memberat kan t ert anggung, t idak
mengancam kelangsungan usaha penanggung, dan t idak bersif at
diskriminat if .
Dalam
rangka
pembinaan
dan
pengawasan,
perat uran
pelaksanaan yang mencakup masalah penyelesaian klaim akan
menet apkan bat as wakt u maksimum ant ara saat adanya
kepast ian mengenai j umlah klaim yang harus dibayar dengan saat
pembayaran klaim t ersebut oleh penanggung.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

Salah sat u ket ent uan yang berhubungan dengan penyelenggaraan
usaha adalah mengenai pembayaran premi asuransi kepada
penanggung at as risiko yang dit ut upnya, sesuai dengan perj anj ian
yang t elah dibuat .
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 12
Cukup j elas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

30

-

Ayat (2)
Perusahaan yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosisal
sebenarnya menyelenggarakan salah sat u j enis asuransi, yait u
asuransi j iwa at au asuransi kerugian at au kombinasi ant ara
keduanya.
Oleh
karena
it u,
t erlepas dari
perat uran
perundang-undangan yang membent uknya, Ment eri sebagai
pembina dan pengawas usaha perasuransian berwenang dan
berkewaj iban unt uk melakukan pembinaan dan pengawasan
t erhadap perusahaan yang menyelenggarakan usaha asuransi
sosial t ersebut , sedangkan mengenai pembinaan dan pengawasan
t erhadap Program Asuransi Sosial dilakukan oleh Ment eri t eknis
yang bersangkut an berdasarkan Undang-undang yang mengat ur
Program Asuransi Sosial dimaksud.
Pasal 15
Ayat (1)
Pemeriksaan dimaksudkan unt uk menelit i secara langsung
kebenaran laporan yang disampaikan perusahaan, baik kesehat an
keuangan maupun prakt ek penyelenggaraan usaha, sesuai dengan
ket ent uan Undang-undang.
Pemeriksaan dimaksud dapat
dilakukan secara berkala maupun set iap saat apabila dipandang
perlu dengan t uj uan agar perlindungan t erhadap masyarakat
dapat dij amin dan penyimpangan yang t erj adi pada perusahaan
dapat diket ahui sedini mungkin.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

31

-

Pasal 16
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Pasal 17
Ayat (1)
Keput usan mengenai pemberian peringat an,
pembat asan
kegiat an usaha, dan pencabut an izin usaha merupakan t ahapan
t indakan yang dapat diberlakukan pada perusahaan yang
melakukan pelanggaran t erhadap ket ent uan Undang-undang ini.
Dalam hal t ert ent u Ment eri dapat mendengar pendapat
pihak-pihak yang diperlukan.
Ayat (2)
Tahapan t indakan yang diperlukan merupakan urut an yang harus
dilalui sebelum dilakukan pencabut an izin usaha. Namun
demikian
t erhadap
Badan
Usaha
Milik
Negara
yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

32

-

menyelenggarakan Program Asuransi Sosial, ket ent uan Pasal 17
ayat (2) huruf b dan huruf c t idak dapat dit erapkan. Hal ini
mengingat bahwa apabila t erj adi hal-hal yang dapat menganggu
kelangsungan usaha dari Badan Usaha Milik Negara t ersebut ,
maka
t indak
lanj ut nya
didasarkan
pada
perat uran
perundang-undangan mengenai Program Asuransi Sosial t ersebut
sert a perat uran perundang-undangan t ent ang pembent ukan
Badan Usaha Milik Negara yang bersangkut an.
Ayat (3)
Tergant ung pada t ingkat dan j enis pelanggaran yang dilakukan,
Ment eri dapat memberikan kesempat an bagi perusahaan unt uk
melakukan
upaya
pembenahan
dengan
memerint ahkan
dilakukannya t indakan yang dianggap perlu yang diikut i
perkembangannya secara t erus-menerus, t anpa mengorbankan
perlindungan t erhadap perusahaan at aupun t ert anggung.
Dalam perat uran pelaksanaan yang mengat ur t at a cara
pengenaan sanksi, akan dit et apkan bat as wakt u maksimum yang
disediakan bagi perusahaan yang bersangkut an unt uk menyusun
rencana kerj a sebagaimana dimaksud dalam ayat ini unt uk
diaj ukan kepada Ment eri. Bat as wakt u t ersebut t idak dapat
melebihi 4 bulan sej ak dimulainya masa pembat asan kegiat an
usaha. Rencana kerj a yang t elah diaj ukan selanj ut nya akan
dipergunakan sebagai salah
sat u
pert imbangan
dalam
menet apkan t indak lanj ut pengenaan sanksi.
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 18
Ayat (1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

33

-

Dalam hal Ment eri mempert imbangkan bahwa upaya yang
dilakukan t idak menunj ukkan perbaikan at au dalam hal
perusahaan t idak melakukan usaha unt uk mengupayakan
perbaikan, maka Ment eri akan mencabut izin usaha perusahaan
yang bersangkut an.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 19
Cukup j elas
Pasal 20
Ayat (1)
Apabila suat u perusahaan asuransi t elah dicabut izin usahanya,
maka kekayaan perusahaan t ersebut perlu dilindungi agar para
pemegang polis t et ap dapat memperoleh haknya secara
proporsional. Unt uk melindungi kepent ingan para pemegang polis
t ersebut , Ment eri diberi wewenang berdasarkan Undang-undang
ini unt uk memint a Pengadilan agar perusahaan asuransi yang
bersangkut an dinyat akan pailit , sehingga kekayaan perusahaan
t idak dipergunakan unt uk kepent ingan pengurus at au pemilik
perusahaan t anpa mengindahkan kepent ingan para pemegang
polis.
Selain it u, dengan adanya kewenangan unt uk mengaj ukan
permint aan pailit t ersebut , maka Ment eri dapat mencegah
berlangsungnya kegiat an t idak sah dari perusahaan yang t elah
dicabut izin usahanya, sehingga kemungkinan t erj adinya kerugian
yang lebih luas pada masyarakat dapat dihindarkan.
Ayat (2)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

34

-

Hak ut ama dalam ayat ini mengandung pengert ian bahwa dalam
hal kepailit an, hak pemegang polis mempunyai kedudukan yang
lebih t inggi daripada hak pihak-pihak lainnya, kecuali dalam hal
kewaj iban
unt uk
negara,
sesuai
dengan
perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Pasal 22
Cukup j elas
Pasal 23
Cukup j elas
Pasal 24

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

35

-

Cukup j elas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Jangka wakt u yang diperlukan unt uk mengadakan penyesuaian
berdasarkan ket ent uan ayat ini adalah 1 (sat u) t ahun.
Pasal 26
Cukup j elas
Pasal 27
Cukup j elas
Pasal 28
Cukup j elas