Position Paper KPPU Terhadap Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit

POSI TI ON PAPER KPPU
TERH AD AP PERKEM BAN GAN PERKEBUN AN KELAPA SAW I T
BAB I
PEN D AH ULUAN
1.1

La t a r Be la k a ng
Luas Areal perkebunan sawit di I ndonesia t erus bert um buh dengan pesat ,
dem ikian pula produksi dan ekspor m inyak sawit nya. Luas areal t anam an
kelapa sawit m eningkat dari 290 ribu Ha pada t ahun 1980 m enj adi 5.9 j ut a
hekt ar pada t ahun 2006 at au m eningkat 20 kali lipat . Dalam kurun wakt u
yang sam a, produksinya, berupa CPO ( m inyak kelapa sawit m ent ah) dan
CPKO ( m inyak int i sawit m ent ah) , m eningkat 17 kali lipat dari 0,85 j ut a t on
m enj adi 14,4 j ut a t on. I ndonesia saat ini produsen m inyak sawit ( CPO)
kedua

t erbesar

dan

diprediksikan


t ahun

2010

( bahkan

pem erint ah

m enarget kan t ahun 2008) nom or sat u di dunia, m elam paui Malaysia.

Pangsa produksi m inyak sawit I ndonesia saat ini kurang lebih sebesar 36
persen dari t ot al produksi dunia, sedangkan Malaysia t elah m encapai
kont ribusi sebesar 47 persen 1 . Sehingga secara bersam a- sam a, I ndonesia
dan Malaysia prakt is m enguasai 83 persen produksi dunia.

Prospek pasar m inyak sawit diprediksikan m asih akan sangat cerah, ant ara
lain karena m asih t ingginya perm int aan dunia. Konsum si dunia rat a- rat a
t um buh 8 persen per t ahun, bahkan beberapa t ahun t erakhir, j auh di at as
kem am puan produksi sehingga harga dipast ikan akan t erus m eningkat .


Berbeda dengan Malaysia, peluang I ndonesia unt uk m enggenj ot produksi
m asih sangat besar, t erut am a dengan ket ersediaan lahan, kesesuaian iklim ,
ket ersediaan t enaga kerj a relat if m urah yang m elim pah, sert a biaya
pem bangunan dan perawat an per hekt ar yang j uga lebih m urah.

Dem ikian m enariknya prospek pasar dan m asih relat if t erbukanya pot ensi
pasar produksi kelapa sawit di I ndonesia, t elah m em bawa dam pak t erhadap
sem akin ket at nya t ingkat persaingan di sekt or bersangkut an. Persaingan
ant ara pabrik kelapa sawit ( selanj ut nya disebut PKS ) yang m em iliki kebun
dengan PKS t anpa Kebun adalah salah sat u bent uk im bas dari reaksi pasar
dalam pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit .
1

Sri Hartati Samhadi, ‘Ironi Sawit dan Ambisi Nomor Satu Dunia’, Harian Kompas, Sabtu, 25
Februari 2006

Kehadiran PKS t anpa kebun di sat u sisi t elah m em berikan alt ernat if pasar
bagi pet ani at aupun pekebun sawit unt uk m endapat kan t ingkat harga yang
baik. Sedangkan disisi lain, kehadiran PKS t anpa kebun diduga t elah

m engganggu pasar secara signifikan bahkan berpot ensi m engarah pada
bent uk persaingan t idak sehat karena t elah m engakibat kan t erganggunya
pasokan bahan baku bagi PKS yang m em iliki kebun.

Sem akin m eruncingnya t ingkat persaingan di pasar produksi pengolahan
kelapa sawit t ersebut , t elah m enyebabkan Depart em en t eknis t erkait dan
pem erint ah di beberapa daerah secara langsung m elakukan int ervensi.
Beberapa bent uk regulasi yang dikeluarkan oleh pem erint ah diant aranya
adalah

Perm ent an

No.

395/ Kpt s/ OT.140/ 11/ 2005

t ent ang

Pedom an


Penet apan Harga TBS Kelapa Sawit Produksi Pekebun dan Perm ent an No.
26/ Perm ent an/ OT.140/ 2/ 2007

t ent ang

Pedom an

Perizinan

Usaha

Perkebunan. Di sam ping it u, sepert i t erj adi di Propinsi Jam bi, pem erint ah
daerah dalam hal ini Gubernur Jam bi cq. Dinas perkebunan Propinsi Jam bi
t elah m elakukan upaya- upaya unt uk

m enet apkan keseragam an harga

pem belian Tandan Buah Segar baik dari pekebun plasm a m aupun nonplasm a.

1 .2


Rua n g Lingk u p Pe r m a sa la ha n
Mencerm at i fenom ena PKS Tanpa Kebun dan upaya- upaya responsive dari
pem erint ah dan at aupun depart em en t eknis di sekt or indust ri perkebunan
kelapa sawit sebagaim ana diuraikan pada bagian lat ar belakang t ersebut
diat as, m aka kegiat an evaluasi kebij akan yang dilakukan oleh KPPU saat ini
akan difokuskan pada perm asalahan:
1. Bagaim anakah keragaan dan kinerj a pasar usaha perkebunan kelapa
sawit di I ndonesia?
2. Bagaim anakah pot ensi dam pak regulasi yang berlaku dalam usaha
perkebunan kelapa sawit t erhadap keragaan dan kinerj a pasar?

1 .3

Tu j u a n
Adapun Tuj uan yang diharapkan dari kegiat an evaluasi kebij akan ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengident ifikasi keragaan dan kinerj a pasar usaha perkebunan kelapa
sawit di I ndoensia;


2

2. Mengident ifikasi regulasi yang berlaku dalam usaha perkebunan kelapa
sawit di I ndonesia sert a m enganalisis pot ensi dam paknya t erhadap
keragaan dan kinerj a pasar sekt or bersangkut an.

1 .4

M e t odologi
St rukt ur dan kelem bagaan indust ri kelapa sawit dipengaruhi set idaknya oleh
t iga fakt or ut am a, yait u : ( i) karakt erist ik kom odit as; ( ii) kondisi perm int aan
dan

penawaran

kom odit as

yang

bersangkut an,


dan

( iii)

kebij akan

Pem erint ah.

Dalam kerangka fikir st ruct ure, conduct and perform ance, st rukt ur dan
kelem bagaan indust ri m enent ukan kondisi persaingan usaha, yang pada
gilirannya berpengaruh t erhadap kinerj a berupa efisiensi dan kesej aht eraan
m asyarakat . Unt uk m enem ukan j awaban t erhadap perm asalahan yang
dirum uskan dan t uj uan yang ingin dicapai sebagaim ana t ersebut di at as,
dit em puh dua pendekat an:
1. St u di Pu st a k a . St udi ini dilaksanakan unt uk m endapat kan gam baran
at au pot ret indust ri kelapa sawit secara m enyeluruh t erut am a t erkait
dengan kebij akan pem erint ah dalam pengem bangan dan pengusahaan
perkebunan kelapa sawit , st rukt ur dan kinerj a pasar perkebunan
kelapa


sawit

sert a

sert a

isu- isu

pokok

yang

m uncul

seput ar

st udi

pust aka,


m elalui

m et ode

pengusahaan perkebunan kelapa sawit .

2. St u di

La pa n ga n .

dit em puh

langkah

Berbekal
kedua,

pot ret
yait u


indust ri
st udi

dari

lapang

pengam at an langsung, wawancara dengan berbagai narasum ber, sert a
FGD ( Focus Group Discussion) dengan st akeholder di daerah. Dari
st udi

lapang

diharapkan

dapat

diperoleh:


( a)

realit as

seput ar

kont roversi keberadaan dan operasionalisasi PKS t anpa kebun pada
kasus excess dem and m aupun excess supply pasar t andan buah segar
kelapa sawit dan ( b) kondisi dan proses- proses yang t erj adi dalam PI R,
sepert i bent uk kem it raan plasm a- int i dan penet apan harga t andan
buah segar kelapa sawit .

3

BAB I I
TEN TAN G KELAPA SAW I T

2 .1

KOM OD I TAS KELAPA SAW I T
2 .1 .1 Se j a r a h Ke la pa Sa w it di I n done sia
Kelapa sawit ( Elaeis) t erm asuk golongan t um buhan palm a. Sawit m enj adi
populer set elah Revolusi I ndust ri pada akhir abad ke- 19 yang m enyebabkan
perm int aan m inyak nabat i unt uk bahan pangan dan indust ri sabun m enj adi
t inggi.

Kelapa sawit di I ndonesia diint roduksi pert am a kali oleh Kebun Raya pada
t ahun 1884 dari Maurit ius ( Afrika) . Saat it u Johannes Elyas Teysm ann yang
m enj abat sebagai Direkt ur Kebun Raya. Hasil int roduksi ini berkem bang dan
m erupakan induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon
induk ini t elah m at i pada 15 Okt ober 1989, t api anakannya bisa dilihat di
Kebun Raya Bogor.

Kelapa sawit di I ndonesia baru diusahakan sebagai t anam an kom ersial pada
t ahun 1912 dan ekspor m inyak sawit pert am a dilakukan pada t ahun 1919.
Perkebunan kelapa sawit pert am a dibangun di Tanahit am , Hulu Sum at era
Ut ara oleh Schadt seorang Jerm an pada t ahun 1911.

Pada awalnya, pelaku usaha kelapa sawit t erbat as pada perusahaan asing
berskala besar dan t erint egrasi ant ara budidaya, pengolahan Pabrik Kelapa
Sawit ( PKS) , dan pem asaran hasilnya. Hal ini berlangsung hingga periode
awal

Republik.

Sekit ar

1958,

beberapa

perusahaan

Belanda

dinasionalisasikan dan diam bil alih sebagai Perusahaan Perkebunan Negara.
Rakyat m enj adi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit baru sekit ar t ahun
1980 dengan dikem bangkannya program PI R ( Perkebunan I nt i Rakyat )
dalam rangka program akselerasi pem bangunan perkebunan. Terdapat
beberapa versi PI R sesuai dengan sasaran dan sum ber pendanaannya,
sepert i PI R- BUN at au NES ( Nucleus Est at e and Sm allholder) , PI R- TRANS
dan PI R- KKPA t elah m em percepat perkem bangan usaha perkebunan rakyat
ini.

Perkem bangan kelapa sawit rakyat ini dapat dikat akan fenom enal. Berawal
pada t ahun 1980, dalam sepuluh t ahun pert am a m encapai sekit ar 300 ribu
Ha, sepuluh t ahun berikut nya m encapai sej ut a hekt ar lebih, dan kini t elah

4

m encapai lebih dari 1,8 j ut a hekt ar. Dari luas areal kelapa sawit rakyat ini,
disam ping perkebunan plasm a, sebagian besar adalah perkebunan swadaya
yang berinvest asi m enggunakan dana sendiri at au pinj am an, t erm ot ivasi
oleh pengalam an sukses pet ani lain sert a prospek bisnis yang cerah.

2 .1 .2 Ka r a k t e r ist ik Kom odit a s Ke la pa Sa w it
Kelapa sawit t erm asuk t anam an keras ( t ahunan) yang m ulai m enghasilkan
pada um ur 3 t ahun dengan usia produkt if hingga 25 – 30 t ahun dan
t ingginya dapat m encapai 24 m et er. Bunga dan buahnya berupa t andan,
bercabang banyak. Buahnya kecil, bila m asak berwarna m erah kehit am an.
Daging buahnya padat . Daging dan kulit buahnya m engandung m inyak.
Minyaknya it u digunakan sebagai bahan m inyak goreng, sabun, dan lilin.
Am pasnya dim anfaat kan unt uk m akanan t ernak. Am pas yang disebut
bungkil it u digunakan sebagai salah sat u bahan pem buat an m akanan ayam .
Tem purungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Kelapa sawit berkem bang biak dengan bij i, t um buh di daerah t ropis, pada
ket inggian 0- 500 m et er di at as perm ukaan laut . Kelapa sawit m enyukai
t anah

yang

subur,

di

t em pat

t erbuka

dengan

kelem baban

t inggi.

Kelem baban t inggi it u ant ara lain dit ent ukan oleh adanya curah huj an yang
t inggi, sekit ar 2000- 2500 m m set ahun.
2 .1 .3 Pr oduk Tur u n a n Pe ngola ha n Ke la pa Sa w it
Produk ut am a adalah m inyak sawit , CPO dan CPKO, yang selanj ut nya
m enj adi bahan baku indust ri hilir pangan m aupun non pangan. Di sam ping
produk ut am a CPO dan CPKO sert a produk- produk t urunannya secara lebih
rinci dalam pohon indust ri kelapa sawit ( Gam bar 1) dapat dilihat pot ensi
produk- produk sam pingan sepert i t andan kosong, pelepah dan bat ang, sert a
lim bah padat dan lim bah cair.

5

2 .2

PERKEBUN AN KELAPA SAW I T
2 .2 .1 Pe r t u m buh a n Lua sa n La ha n
Perkem bangan perkebunan kelapa sawit yang pada t ahun 1979/ 1980 seluas
289.526 Ha dan hanya diusahakan dalam bent uk usaha perkebunan besar,
kem udian berkem bang sam pai 5.972 Ribu Ha pada t ahun 2006 set idaknya
m erupakan

gam baran

keberhasilan

kebij akan

pem erint ah

di

sekt or

6

bersangkut an dalam percepat an pem bangunan perkebunan kelapa sawit di
I ndonesia.

Berikut adalah t abulasi m engenai perkem bangan luas areal perkebunan
Kelapa Sawit di indonesia Berdasarkan pengusahaannya:

Ta hun
1980
1990
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006*

Pe r k e buna n
Ra k ya t
6.370
360.537
890.506
1.041.046
1.166.758
1.561.031
1.808.424
1.854.394
1.904.943
1.917.038
2.120.338

Lua s Ar e a l ( H a )
Pe r k e buna n
Pe r k e buna n
Tot a l N a siona l
Be sa r N e ga r a
Be sa r Sw a st a
199.194
83.963
289.526
236.602
529.538
1.126.677
556.640
2.113.050
3.560.196
576.999
2.283.757
3.901.802
588.125
2.403.194
4.158.077
609.943
2.542.457
4.713.431
631.566
2.627.368
5.067.358
662.803
2.766.360
5.283.557
674.865
2.821.705
5.401.513
676.408
2.914.773
5.508.219
696.699
3.141.802
5.958.839

* angka perkiraan
Sum ber : BPS, Q- Dat a, diolah
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
1998

2000

2002

PR

2004

PBN

2006

PBS

2 .2 .2 Pr oduk t ivit a s Pe ngusa ha a n
Produkt ivit as perkebunan

kelapa sawit

pada kurun wakt u

1998- 2006

berdasarkan pengusahaannya dapat dit unj ukan dalam t abulasi dat a sebagai
berikut :

7

Pr odu k si CPO ( Ton )
Pe r k e buna n
Pe r k e buna n
Pe r k e buna n
Ra k ya t
Be sa r N e ga r a Be sa r Sw a st a
1.344.569
1.501.747
3.084.099
1.547.881
1.468.949
3.438.830
1.905.653
1.460.954
3.633.901
2.798.032
1.519.289
4.079.151
3.426.739
1.607.734
4.587.871
3.517.324
1.750.651
5.172.859
3.745.264
2.013.130
6.466.132
3.873.677
2.158.684
7.079.579
4.189.000
2.343.000
7.668.000

Ta hun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005 *
2006 * *

Tot a l Pr oduk si
N a siona l
5.930.415
6.455.660
7.000.508
8.396.472
9.622.344
10.440.834
12.224.526
13.111.940
14.200.000

* angka sem ent ara
* * angka per kiraan
Sum ber : Dit j en Perkebunan Dept an, Q- Dat a, diolah
9.000.000
8.000.000
7.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
1998

1999

2000

2001
PR

2002

2003

PBN

2004

2005

2006

PBS

2 .2 .3 Pe nye ba r a n Lok a si Pe ngusa ha a n
Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit adalah sebagaim ana dit unj ukkan
pada dat a yang t ert abulasi sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Pr ovin si
NAD
Sum at era Ut ara
Sum at ra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jam bi
Sum at ra Selat an
Bangka Belit ung
Bengkulu
Lam pung
Jawa Barat
Bant en
Kalim ant an Barat
Kalim ant an
Tengah

1980
22.500
248.925
2.078
12.226
3.797
-

1990
90.530
490.216
35.604
240.181
45.528
61.939
23.169
14.960
8.644
5.719
47.572
1.598

2000
218.493
785.732
229.575
815.646
406.315
557.849
91
60.899
97.445
12.350
6.304
363.269
196.801

2005
261.101
964.257
324.332
1.340.036
2.087
466.709
532.365
100.681
83.583
163.589
6.406
19.639
466.900
269.043

8

15
16
17
18
19
20
21

Kalim ant an
Selat an
Kalim ant an
Tim ur
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selat an
Sulawesi barat
Sulawesi
Tenggara
I rian/ Papua
Nasional

-

7.449

120.694

150.211

-

23.742

128.256

222.132

-

4.017
15.718
-

33.593
73.374
3.285

44.215
13.925
84.248
4.149

289.526

10.091
1.126.677

44.522
4.158.077

41.640
5.508.219

Sum ber : Dit j en Perkebunan, Dept an

Berdasarkan t abulasi dat a t ersebut m enginform asikan bahwa perkebunan
kelapa sawit saat ini m enem pat i wilayah yang sangat luas, yait u t elah
berkem bang di 21 propinsi. Wilayah t erluas t erdapat di Sum at era, diikut i
Kalim ant an, Sulawesi dan I rian Jaya. Lim a propinsi t erluas bert urut - t urut
adalah Riau ( 1,3 j ut a Ha) , Sum at era Ut ara ( 964,3 ribu Ha) , Sum at era
Selat an ( 532,4 ribu Ha) , Kalim ant an Barat ( 466,9 ribu Ha) dan Jam bi ( 466,7
ribu Ha) . Kelim a propinsi t ersebut m em iliki 3,770 j ut a Ha at au 67,4% dari
5,597 j ut a Ha di seluruh I ndonesia.
2 .2 .4 Pe ngua sa a n Pa sa r Pr oduk si
Dalam pola pem ilikan dan pengusahaan kelapa sawit di I ndonesia, relat if
t idak t erkonsent rasi pada sat u kelom pok pelaku usaha yang dom inan.
Berikut adalah t abulasi dat a per t ahun 2006 t erkait dengan para Pem ain
Besar perkebunan kelapa sawit di I ndonesia:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pe r usa ha a n

Raj a Garuda Mas
Wilm ar Group
Gut hrie Bhd
Sinar Mas Group
Ast ra Agro Lest ari
Cilandra Perkasa Group
Socfindo Group
Kurnia Group
Lonsum Group
Bakrie Group
Lainnya
Perusahaan Perkebunan Swast a
Perusahaan Perkebunan Negara
Perkebunan Rakyat
TOTAL

Lu a s La h a n
( Ha)
467,9
350,0
288,9
208,9
189,9
60,9
46,8
42,9
40,5
20,1
1.425,0
3.141,8
696,7
2.120,3
5.958,8

Pe r se n t a se
(% )
7,85%
5,87%
4,85%
3,51%
3,19%
1,02%
0,79%
0,72%
0,68%
0,34%
23,91%
52,73%
11,69%
35,58%
100,00%

Sum ber : Dit j en Perkebunan, Dept an,BPS, Q- dat a, 2006, diolah

Tabulasi t ersebut di at as m enginform asikan bahwa 26.90% penguasaan
perkebunan swast a nasional t erkonsent rasi pada lim a pelaku usaha swast a

9

besar, yait u Raj a Garuda Mas, Wilm ar Group, Gut hrie group, Sinar Mas dan
Ast ra Agro Lest ari .

2 .3

PEN GOLAH AN H ASI L PERKEBUN AN KELAPA SAW I T
Berikut adalah t abulasi m engenai j um lah kapasit as produski t erpasang
Pabrik Kelapa Sawit dan penyebarannya di I ndonesia:
No

Pr ovin si

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

NAD
Sum at ra Ut ara
Sum at ra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jam bi
Sum at ra Selat an
Bangka Belit ung
Bengkulu
Lam pung
Jawa Barat
Bant en
Kalim ant an Barat
Kalim ant an
Tengah
Kalim ant an
Selat an
Kalim ant an Tim ur
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selat an
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Papua
Nasional

15
16
17
18
19
20
21

Un it

14
87
20
128
31
50
3
12
4
1
1
20
24

Ka pa sit a s
Ton
TBS/ j a m
410
3.030
1.080
5.645
1.503
2.410
225
540
125
30
60
905
1.245

Se t a r a
CPO

Pr odu k si
Ton CPO

387.450
2.863.350
1.020.600
5.334.525
1.402.335
2.277.450
212.625
510.300
118.125
28.350
56.700
855.225
1.176.525

513.798
3.322.046
765.430
3.366.378
859.035
1.084.019
208.225
134.431
210.941
15.685
37.088
916.673
368.653

3

110

102.950

231.100

10
3
4
1
4
420

510
90
140
40
170
18.268

481.950
85.050
132.300
37.800
160.650
17.263.260

152.203
84.556
150.798
35.000
96.932
11.861.615

Sum ber : Dit j en Perkebunan, Dept an, 2006

Meskipun dat a berikut

dibawah ini adalah dat a t ahun 2002, nam un

set idaknya dat a ini dapat m em eberikan gam baran t ent ang kondisi sebaran
kekurangan at aupun kelebihan pabrik pengolahan kelapa sawit di 19
propinsi di I ndonesia pada t ahun bersangkut an:

No

( a)
1
2

Propinsi

( b)
NAD
Sum ut

Luas
TBM
( Ha)
( c)
65809
71403

Produksi
TBS
( Ton)
( d)
1316180
1428060

Kaps Olah
Yg
dibt hkan
( Ton TBS/
j am )
( e)
329
357

Jm lh
( Unit )

( f)
15
84

Kapasit as Olah Saat ini
( Ton TBS/ Jam )
TPS

TPK

I dle

( g)
445
2969

( h)
357
2464

( i)
88
505

10

Kekrgan ( )
/ kelbhan +
( Ton
TBS/ j am )
( i – e)
( 241)
+ 148

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Sum bar
65388
1307760
326
10
Riau
217406
43481120
1087
51
Jam bi
111193
2223860
556
13
Sum sel
134036
2680720
670
20
Bengkulu
30571
611420
153
6
Lam pung
24265
485300
121
8
Babel
73126
1462520
265
6
Jabar
637
12740
3
1
Bant en
777
15540
4
1
Kalbar
89931
1798620
450
13
Kalt eng
52954
1059080
265
5
Kalsel
64013
1280260
320
7
Kalt im
49186
983720
246
7
Sult eng
22925
458500
115
1
Sulsel
32297
645940
161
5
Sult ra
11102
222040
55
0
Papua
19169
383380
96
3
Jum lah
1136188
61856760
5579
256
Sum ber : Dit j en BP2HP, 2002
Ket erangan :
TBM : Tanam an Belum Menghasilkan
TPS : Kapasit as Terpasang
TPK
: Kapasit as Terpakai
( )
: Kekurangan Kapasit as Unit Pengolahan
+ : Kelebihan Kapasit as Unit Pengolahan

270
2225
365
1025
220
213
90
20
30
550
150
290
250
30
215
0
90
9447

270
2093
333
900
125
213
90
20
30
485
83
230
150
30
196
0
90
8159

0
132
32
125
95
0
0
0
0
65
67
60
100
0
19
0
0
1288

Dat a- dat a pada t ahun 2002 t ersebut m encerm inkan kebut uhan akan pabrik
kelapa sawit di I ndonesia m asih cukup besar. Hal inilah yang kem udian
m endorong t um buh dan berkem bangnya PKS t anpa kebun. Hadirnya PKS
t anpa kebun pada sat u sisi dapat m em bawa m anfaat bagi pekebun, nam un
disisi lain unt uk daerah yang t elah berlebih kapasit as produksinya m enj adi
perm asalahan yang m engganggu keharm onisan kem it raan plasm a- int i yang
ada.

11

( 326)
( 955)
( 524)
( 545)
( 58)
( 121)
( 365)
( 3)
( 4)
( 385)
( 198)
( 260)
( 146)
( 115)
( 142)
( 55)
( 96)
( 4391)

BAB I I I
KEBI JAKAN PEM ERI N TAH D ALAM PEN GATURAN PEN GELOLAAN
PERKEBUN AN D AN PEN GOLAH AN H ASI L PERKEBUN AN
Pengat uran m engenai pem bangunan Perkebunan di I ndonesia secara khusus
diat ur m elalui Undang Undang No. 18 Tahun 2004 t ent ang Perkebunan. Salah
sat u pert im bangan yang m endasari lahirnya UU No.18/ 2004 t ersebut adalah bum i
dan air dan kekayaan alam yang t erkandung di dalam nya m erupakan pot ensi
yang

sangat

besar

dalam

pem bangunan

perekonom ian

nasional

t erm asuk

didalam nya pem bangunan perkebunan dalam m ewuj udkan kem akm uran dan
kesej aht eraan rakyat secara berkeadilan. Guna m ewuj udkan kesej aht eraan dan
kem akm uran

rakyat

secara

berkeadilan,

m aka

perkebunan

perlu

dij am in

keberlanj ut annya sert a dit ingkat kan fungsi dan peranannya

Sebagaim ana diat ur di dalam Pasal 15 UU No.18/ 2004, Usaha perkebunan t erdiri
at as usaha budidaya t anam an perkebunan da n a t a u usaha indust ri pengolahan
hasil perkebunan 2 .

Budidaya t anam an

perkebunan

m erupakan

serangkaian

kegiat an prat anam , penanam an, pem eliharaan t anam an, pem anenan dan sort asi.
Sedangkan usaha indust ri pengolahan hasil perkebunan m erupakan kegiat an
pengolahan yang bahan baku ut am anya hasil perkebunan unt uk m em peroleh nilai
t am bah.

Lebih lanj ut , pasal 15 t ersebut j uga m enyat akan bahwa indust ri pengolahan hasil
perkebunan m erupakan pengolahan hasil perkebunan yang bahan bakunya
karena m enurut sifat dan karakt erist iknya t idak dapat dipisahkan dengan usaha
budidaya t anam an perkebunan t erdiri dari gula pasir dari t ebu, t eh hit am dan t eh
hij au sert a e k st r a k si k e la pa sa w it .

UU No.18/ 2004 m engat ur bahwa unt uk m elakukan usaha perkebunan, baik
budidaya t anam an perkebunan m aupun indust ri pengolahan hasil perkebunan,
dengan luasan dan kapasit as produksi t ert ent u waj ib m em iliki izin usaha
perkebunan

dari

Gubernur

unt uk

wilayah

lint as

kabupat en/ kot a

dan

Bupat i/ Walikot a unt uk wilayah kabupat en/ kot a. Nam un, khusus unt uk pekebun
( yang

t erdefinisikan

di

dalam

ket ent uan

um um

UU

No.18/ 2004

sebagai

perorangan warga negara I ndonesia yang m elakukan usaha perkebunan dengan

2

penggunaan kata “dan atau” di dalam pasal ini menyiratkan maksud bahwa usaha perkebunan tidak
harus dilakukan secara terintegrasi antara budidaya tanaman dengan usaha industri pengolahan hasil
perkebunan.

12

skala usaha t idak m encapai skala t ert ent u) dikecualikan dari ket ent uan perizinan
dim aksud, at au t idak waj ib m em peroleh ( m engurus) izin usaha perkebunan.

3 .1

Pe n ge lola a n Usa h a Bu dida ya Pe r k e bu na n
Kebij akan t eknis t erbaru yang t erkait dengan perizinan usaha perkebunan
t elah diat ur secara operasional oleh Ment eri Pert anian m elalui Perm ent an
No.26/ Perm ent an/ OT.140/ 2/ 2007

t ent ang

Pedom an

Perizinan

Usaha

Perkebunan. Di dalam perm ent an t ersebut , yait u Pasal 5 dan Pasal 6,
m enginform asikan bahwa unt uk usaha budidaya t anam an perkebunan
dengan luasan lahan lebih dari 25 hekt ar WAJI B m em iliki I zin Usaha
Perkebunan unt uk Budidaya ( I UP- B) , sedangkan unt uk luasan lahan kurang
dari 25 hekt ar cukup didaft arkan dengan bukt i Surat Tanda Daft ar Usaha
Budidaya Perkebunan ( STD- B) dari Bupat i/ Walikot a.

Terkait

dengan

pola

usaha

perkebunan,

Pasal

22

UU

No.18/ 2004

m enyebut kan bahwa Perusahaan perkebunan m e la k u k a n k e m it r a a n yang
saling m engunt ungkan, saling m enghargai, saling bert anggungj awab, saling
m em perkuat dan saling ket ergant ungan dengan pekebun, karyawan dan
m asyarakat sekit ar. Adapun Pola kem it raan usaha perkebunan dapat berupa
kerj asam a penyediaan sarana produksi, kerj asam a produksi, pengolahan
dan pem asaran, t ransport asi, kerj asam a operasional, kepem ilikan saham
dan j asa pendukung lainnya.

Adapun berdasarkan ket ent uan sebagaim ana t ercant um dalam Pasal 11
Perm ent an

No.

No.26/ Perm ent an/ OT.140/ 2/ 2007

t ent ang

Pedom an

Perizinan Usaha Perkebunan, dinyat akan bahwa Perusahaan yang m em iliki
I UP- B waj ib m em bangun kebun unt uk m asyarakat sekit ar paling rendah
seluas 2 0 %
diusahakan

( dua puluh persen) dari t ot al luas areal perkebunan yang
oleh

perusahaan.

Pem bangunan

kebun

m asyarakat

unt uk

m asyarakat t ersebut dapat dilakukan ant ara lain m elalui pola kredit , hibah
at au bagi hasil yang dilakukan bersam aan dengan pem bangunan kebun
yang diusahakan oleh perusahaan.

3 .2

Pe n gola ha n da n Pe m a sa r a n H a sil Pe r k e bu n a n
UU No.18/ 2004 m em uat ket ent uan bahwa usaha indust ri pengolahan hasil
perkebunan adalah kegiat an penanganan dan pem rosesan yang dilakukan
t erhadap hasil t anam an perkebunan yang dit uj ukan unt uk m encapai nilai
t am bah yang lebih t inggi. Pencapaian nilai t am bah t ersebut dapat dilakukan

13

di dalam at au di luar kawasan pengem bangan perkebunan dan dilakukan
secara t erpadu dengan usaha budidaya t anam an perkebunan, sebagaim ana
dim aksud di dalam Pasal 27 ayat ( 3) .

Disam ping it u, usaha indust ri pengolahan hasil perkebunan harus dapat
m enj am in ket ersediaan bahan bakunya dengan m engusahakan budidaya
t anam an

perkebunan

perusahaan

sendiri,

perkebunan

dan

m elakukan
at au

kem it raan

bahan

baku

dengan

dari

pekebun,

sum ber

lainnya,

sebagaim ana dim aksud di dalam Pasal 17 UU No.18/ 2004 dim aksud.

Guna m enegaskan ket erj am inan pasokan bahan baku bagi usaha indust ri
pengolahan hasil perkebunan, m aka Ment eri Pert anian m elalui Perm ent an
No.26/ Perm ent an/ OT.140/ 2/ 2007

m engat ur

m engenai

keharusan

bagi

usaha indust ri pengolahan hasil kelapa sawit m em enuhi paling rendah 20%
kebut uhan

bahan

bakunya

dari

kebun

yang

diusahakan

sendiri,

sebagaim ana t erm uat dalam ket ent uan Pasal 10 Perm ent an dim aksud.

Disam ping it u, dalam usaha indust ri pengolahan hasil perkebunan j uga
diharapkan adanya pola kem it raan pengolahan

sehingga lebih dapat

m enj am in ket ersediaan bahan baku, t erbent uknya harga pasar yang waj ar
dan t erwuj udnya peningkat an nilai t am bah kepada pekebun sebagai upaya
pem berdayaan pekebun. Kem it raan pengolahan t ersebut dilakukan secara
t ert ulis dalam

bent uk

perj anj ian

yang

berisikan

hak

dan

kewaj iban,

pem binaan dan pengem bangan usaha, pendanaan, j angka wakt u dan
penyelesaian perselisihan yang dit andat angani kedua belah pihak dengan
diket ahui Bupat i/ Walikot a. Adapun j angka wakt u perj anj ian kem it raan
pengolahan paling singkat unt uk m asa 3 ( t iga) t ahun.

Terkait

dengan

Perizinan

26/ Perm ent an/ OT.140/ 2/ 2007

usaha,

m engat ur

bahwa

Perm ent an
unt uk

usaha

Nom or
indust ri

pengolahan hasil perkebunan yang WAJI B m endapat izin usaha perkebunan
unt uk

pengolahan

( I UP- P)

adalah

yang

m em iliki

kapasit as

produksi

pengolahan 5 t on t andan buah segar per j am . Sedangkan unt uk yang
berkapasit as dibawah dari kapasit as t ersebut cukup m endaft arkannya yang
kem udian dibukt ikan dengan Surat Tanda Daft ar Usaha I ndust ri Pengolahan
Hasil Perkebunan ( STD- P) yang dit erbit kan oleh Bupat i/ Walikot a.

14

3 .3

Ke bij a k a n H a r ga
Melalui Perat uran Ment eri Pert anian No 395/ Kpt s / OT.140/ 11/ 2005 diat ur
m engenai Pedom an Penet apan Harga Pem belian TBS Kelapa Sawit Produksi
Pekebun. Pekebun di dalam Perm ent an ini di definisikan sebagai perorangan
WNI yang m elakukan usaha perkebunan sebagai pesert a pengem bangan
pola perusahaan int i rakyat ( PI R) at au yang m elakukan kem it raan usaha
dengan perusahaan m it ra.

Tuj uan dari pengat uran harga TBS m elalui Perm ent an 395 t ersebut adalah
unt uk m em berikan perlindungan dalam perolehan harga waj ar dari TBS
kelapa sawit produksi pet ani dan m enghindari persaingan t idak sehat
diant ara pabrik kelapa sawit .

Pasal 4 Perm ent an Nom or 395 dim aksud, m engat ur bahwa Pekebun m enj ual
seluruh t andan buah segarnya kepada perusahaan dan perusahaan m em beli
seluruh t andan buah segar unt uk diolah dan dipasarkan sesuai dengan
perj anj ian kerj asam a. Lebih lanj ut m engenai harga, dinyat akan dalam Pasal
5 yang m enyat akan bahwa harga pem belian t andan buah segar oleh
perusahaan di dasarkan pada rum us harga pem belian t andan buah segar,
yang m engandung variable indeks proporsi ( dalam % ) yang m enunj ukkan
bagian yang dit erim a oleh pekebun ( dinyat akan dalam not asi K) , harga
rat a- rat a m inyak sawit kasar ( CPO) t ert im bang realisasi penj ualan ekspor
( FOB) dan lokal m asing- m asing perusahaan pada periode sebelum nya
( dinyat akan dengan not asi Hm s) , rendem en CPO ( dinyat akan dengan not asi
Rm s) dan rendem en int i sawit / PKO ( dinyat akan dengan not asi Ris) dan
harga rat a- rat a int i sawit t ert im bang realisasi penj ualan ekspor ( FOB) dan
local m asing- m asing perusahaan pada periode sebelum nya ( dinyat akan
dengan not asi His) . Secara m at em at is form ula harga t andan buah segar
dit et apkan dengan rum us sebagai berikut :

H TBS = K ( H m s X Rm s + H is X Ris)

Harga

pem belian

TBS

sebagaim ana

dim aksud

dit et apkan

oleh

Tim

Penet apan Harga TBS yang dibent uk oleh Gubernur, m inim al 1 ( sat u) kali
set iap bulan yang m erupakan harga franco pabrik pengolahan kelapa sawit .

Keanggot aan Tim Penet apan Harga TBS t erdiri dari unsur Pem erint ah
Propinsi dan Kabupat en/ Kot a; Dinas yang m enangani Perkebunan Propinsi,

15

Kabupat en/ Kot a;

Perusahaan

I nt i;

Wakil

Pekebun

PI R

Kelapa

Sawit

( kelem bagaan Pekebun) ; dan in st a n si t e r k a it .

Terkait m engenai sanksi apabila t idak m em enuhi ket ent uan ket et apan harga
TBS yang dit et apkan, Pasal 11 Perm ent an 395 dim aksud, m enginform asikan
bahwa

Pekebun/ kelem bagaan

pekebun

dan

Perusahaan

apabila

t idak

m em enuhi ket ent uan yang t elah disepakat i dikenakan sanksi sesuai dalam
perj anj ian kerj asam a ( yang dibuat diant ara kedua belah pihak)

16

BAB I V
AN ALI SI S D AM PAK KEBI JAKAN TERH AD AP KERAGAAN PASAR
PERKEBUN AN KELAPA SAW I T D I I N D ON ESI A
4 .1

Ke r a ga a n da n Kine r j a Pa sa r Usa ha Pe r k e bu na n Ke la pa Sa w it
Perkebunan kelapa sawit saat ini m enem pat i wilayah yang sangat luas, yait u
t elah berkem bang di 21 propinsi. Lim a propinsi t erluas bert urut - t urut adalah
Riau ( 1,3 j ut a Ha) , Sum at era Ut ara ( 964,3 ribu Ha) , Sum at era Selat an
( 532,4 ribu Ha) , Kalim ant an Barat ( 466,9 ribu Ha) dan Jam bi ( 466,7 ribu
Ha) .

Berdasarkan klasifikasi pengusahaan perkebunan kelapa sawit di I ndonesia,
( yait u kelom pok pengusahaan oleh rakyat , kelom pok pengusahaan oleh
perusahaan

negara

dan

kelom pok

pengusahaan

oleh

swast a) ,

m enginform asikan fenom ena sem akin besar dan t erus m eningkat nya porsi
pengusahaan perkebunan kelapa sawit oleh rakyat dibandingkan dengan
pert um buhan pengusahaan perkebunan kelapa sawit oleh swast a m aupun
oleh perusahaan besar negara.

Pada

kurun

wakt u

1998

s/ d

2006,

rerat a

pert um buhan

per

t ahun

perkebunan yang diusahakan oleh rakyat m encat at angka pert um buhan
10,57% .

Sedangkan

pengusahaan

oleh

swast a

m encat at

angka

pert um buhan rat a- rat a 4,54% dan pert um buhan pengusahaan perkebunan
negara m encat at pert um buhan rat a- rat a per t ahun 2,54% . Tingginya angka
pert um buhan pengusahaan perkebunan ( rakyat dan swast a besar) t ersebut
t idak t erlepas dari kebij akan ot onom i daerah yang m em berikan keleluasaan
pem erint ah daerah unt uk m enerbit kan ij in pengusahaan perkebunan kelapa
sawit .

Lebih kecilnya angka rerat a pert um buhan pengusahaan perkebunan sawit
oleh perusahaan negara dibandingkan dengan pengusahaan perkebunan
oleh rakyat dan swast a m encerm inkan rendahnya t ingkat ekspansivit as
perusahaan
kom pleksit as

perkebunan
birokrat is

negara

yang

pengem bangan

m ungkin
usaha

disebabkan

perusahaan

karena

perkebunan

negara.

Dengan m erasiokan t ot al kont ribusi produksi m inyak sawit ( CPO) dengan
t ot al luasan lahan yang diusahakan ( baik oleh negara, swast a besar m aupun
rakyat ) , m aka secara t idak langsung akan diperoleh angka agregat rerat a

17

kont ribusi produkt ivit as CPO per hekt ar lahan yang diusahakannya. Tingkat
produkt ivit as t ert inggi secara berut ur- t urut

adalah perkebunan negara

dengan kont ribusi CPO sebesar 2,77 t on/ Ha) , perkebunan swast a dengan
kot ribusi CPO sebesar 1,87 t on/ Ha) , dan perkebunan rakyat

dengan

kont ribusi CPO sebesar 1,8 t on/ Ha) . Dengan m em perbandingkan t ot al
luasan lahan yang diusahakan perusahaan swast a besar dibandingkan
dengan perkebunan negara m aupun perkebunan rakyat , secara linear
seharusnya m ereka berkont ribusi lebih banyak. Fenom ena ini m enyirat kan
inform asi

dugaan

m asih

banyaknya

luasan

lahan

yang

belum

didayagunakan secara opt im al ( lahan t idur) oleh perusahaan perkebunan
swast a besar

Berdasarkan dat a t ahun 2006, 5 2 ,7 3 %

pangsa pasar produksi ( luasan

lahan) perkebunan sawit dikuasai oleh perusahaan swast a besar, 35,58%
dikuasai oleh perkebunan rakyat , dan sisanya 11,69%

dikuasai oleh

perkebunan negara. 25,27% dari pangsa pasar produksi perkebunan sawit
swast a nasional t erkonsent rasi pada lim a pelaku usaha swast a besar, yait u
( 1) Ra j a Ga r uda M a s, ( 2) W ilm a r Gr oup, ( 3) Gu t h r ie gr ou p, ( 4) Sin a r
M a s dan ( 5) Ast r a Agr o Le st a r i.

Berikut adalah t abulasi agregat rerat a produksi CPO per hekt ar luasan lahan
yang

diusahakan

oleh

perkebunan

rakyat ,

perkebunan

negara

dan

perkebunan swast a besar:

18

1998

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

R a sio P r o d u k si CP O p e r H e k t a r Lu a sa n La h a n ( t o n / H a )
Perkebunan
Perkebunan
Perkebunan
T o t a l P r o d u k si
Rakyat
B e sa r N e g a r a
Be sa r Sw a st a
N a sio n a l
1 .3 4 4 .5 6 9
1 .5 0 1 .7 4 7
3 .0 8 4 .0 9 9
5 .9 3 0 .4 1 5
1 ,5
2 ,7
1 ,5
1 ,7
8 9 0 .5 0 6
5 5 6 .6 4 0
2 .1 1 3 .0 5 0
3 .5 6 0 .1 9 6

1999

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

1 .5 4 7 .8 8 1
1 .0 4 1 .0 4 6

1 ,5

1 .4 6 8 .9 4 9
5 7 6 .9 9 9

2 ,5

3 .4 3 8 .8 3 0
2 .2 8 3 .7 5 7

1 ,5

6 .4 5 5 .6 6 0
3 .9 0 1 .8 0 2

1 ,7

2000

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

1 .9 0 5 .6 5 3
1 .1 6 6 .7 5 8

1 ,6

1 .4 6 0 .9 5 4
5 8 1 .1 2 5

2 ,5

3 .6 3 3 .9 0 1
2 .4 0 3 .1 9 4

1 ,5

7 .0 0 0 .5 0 8
4 .1 5 1 .0 7 7

1 ,7

2001

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

2 .7 9 8 .0 3 2
1 .5 6 1 .0 3 1

1 ,8

1 .5 1 9 .2 8 9
6 0 9 .9 4 3

2 ,5

4 .0 7 9 .1 5 1
2 .5 4 2 .4 5 7

1 ,6

8 .3 9 6 .4 7 2
4 .7 1 3 .4 3 1

1 ,8

2002

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

3 .4 2 6 .7 3 9
1 .8 0 8 .4 2 4

1 ,9

1 .6 0 7 .7 3 4
6 3 1 .5 6 6

2 ,5

4 .5 8 7 .8 7 1
2 .6 2 7 .3 6 8

1 ,7

9 .6 2 2 .3 4 4
5 .0 6 7 .3 5 8

1 ,9

2003

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

3 .5 1 7 .3 2 4
1 .8 5 4 .3 9 4

1 ,9

1 .7 5 0 .6 5 1
6 6 2 .8 0 3

2 ,6

5 .1 7 2 .8 5 9
2 .7 6 6 .3 6 0

1 ,9

1 0 .4 4 0 .8 3 4
5 .2 8 3 .5 5 7

2 ,0

2004

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

3 .7 4 5 .2 6 4
1 .9 0 4 .9 4 3

2 ,0

2 .0 1 3 .1 3 0
6 7 4 .8 6 5

3 ,0

6 .4 6 6 .1 3 2
2 .8 2 1 .7 0 5

2 ,3

1 2 .2 2 4 .5 2 6
5 .4 0 1 .5 1 3

2 ,3

2005

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

3 .8 7 3 .6 7 7
1 .9 1 7 .0 3 8

2 ,0

2 .1 5 8 .6 8 4
6 7 6 .4 0 8

3 ,2

7 .0 7 9 .5 7 9
2 .9 1 4 .7 7 3

2 ,4

1 3 .1 1 1 .9 4 0
5 .5 0 8 .2 1 9

2 ,4

2006

Pr o d u k s i C PO
Lu a sa n La h a n

4 .1 8 9 .0 0 0
2 .1 2 0 .3 3 8

2 ,0

2 .3 4 3 .0 0 0
6 9 6 .6 9 9

3 ,4

7 .6 6 8 .0 0 0
3 .1 4 1 .8 0 2

2 ,4

1 4 .2 0 0 .0 0 0
5 .9 5 8 .8 3 9

2 ,4

Tahun

Agregat Rerata
P ro d u k si CP O p e r
Ha

4 .2

1 ,8 0

2 ,7 7

1 ,8 7

1 ,9 7

Pot e n si D a m pa k Ke bij a k a n Te r ha da p Ke r a ga a n da n Kin e r j a Pa sa r
4 .2 .1 I n t e gr a si Usa h a Bu dida ya da n Pe n gola ha n
UU No. 18/ 2004 t ent ang Perkebunan m em berikan ruang bagi m unculnya
usaha- usaha baru di bidang budidaya t anam an perkebunan m aupun di
bidang indust ri pengolahan hasil perkebunan. Pa sa l 1 5 UU No.18/ 2004
m enyat akan bahwa Usaha perkebunan t erdiri at as ( 1) u sa ha budida ya
t a na m a n pe r k e bu na n dan at au ( 2) u sa ha in dust r i pe ngola ha n ha sil
pe r k e bu na n . Pasal ini j uga m enyat akan bahwa indust ri pengolahan hasil
perkebunan m erupakan pengolahan hasil perkebunan yang bahan bakunya
karena m enurut sifat dan karakt erist iknya t idak dapat dipisahkan dengan
usaha budidaya t anam an perkebunan t erdiri dari gula pasir dari t ebu, t eh
hit am dan t eh hij au sert a e k st r a k si k e la pa sa w it ;

Pengat uran pasal 15 t ersebut , m enginform asikan bahwa kelapa sawit
m erupakan

kom odit i

yang

karena

karakt erist iknya

diusahakan

secara

t erpadu ( t idak dapat dipisahkan) ant ara usaha budidaya dengan usaha
pengolahannya.

Bent uk

t erint egrasi

ant ara

usaha

pengolahan

( pabrik) - dengan

usaha

budidaya ( perkebunan) m em ang m erupakan bent uk yang ideal, sehingga

19

dengan dem ikian diharapkan m am pu m em berikan kepast ian pasokan bahan
baku unt uk proses pengolahannya. Nam un, perlu diperhat ikan bahwa
bent uk pengint egrasian dim aksud TI D AK H ARUS dalam pengert ian dim ana
pelaku usaha pengolahan hasil perkebunan H ARUS j uga m elakukan usaha
budidaya t anam an perkebunan sendiri.

Tidak ada sat u pasal pun di dalam UU No.18/ 2004 yang m enegaskan bahwa
‘k e t e r pa dua n ’ yang dim aksud dalam pasal 15 UU No.18/ 2004 t ersebut
adalah bent uk pengint egrasian usaha pengolahan dengan usaha budidaya
yang harus diusahakan oleh sendiri.

Pola

KEMI TRAAN

adalah

salah

sat u

bent uk

yang

disolusikan

unt uk

m engint egrasikan usaha budidaya t anam an perkebunan dengan usaha
pengolahan hasil perkebunan, sebagaim ana dit egaskan di dalam Pa sa l 2 2
UU

No.18/ 2004

yang

m enyebut kan

bahwa

Perusahaan

perkebunan

m elakukan KEM I TRAAN yang saling m engunt ungkan, saling m enghargai,
saling bert anggungj awab, saling m em perkuat dan saling ket ergant ungan
dengan pekebun, karyawan dan m asyarakat sekit ar. Adapun Pola kem it raan
usaha perkebunan da pa t be r upa kerj asam a penyediaan sarana produksi,
kerj asam a produksi, pengolahan dan pem asaran, t ransport asi, kerj asam a
operasional, kepem ilikan saham dan j asa pendukung lainnya.

Baik budidaya t anam an perkebunan m aupun indust ri pengolahan hasil
perkebunan dit unt ut unt uk m em iliki izin usaha perkebunan apabila pelaku
usaha budidaya t anam an perkebunan m em iliki luasan t anah sam pai j um lah
t ert ent u dan pelaku usaha indust ri pengolahan hasil perkebunan m em iliki
kapasit as pengolahan sam pai j um lah t ert ent u. I zin usaha perkebunannya
sendiri dikeluarkan oleh Gubernur unt uk wilayah lint as kabupat en/ kot a dan
Bupat i/ Walikot a unt uk wilayah kabupat en/ kot a ( Ps. 17 ayat ( 1) & ayat ( 5) ) .

UU No.18/ 2004 t ent ang Perkebunan m ensyarat kan apabila ada pelaku
usaha yang berkeinginan unt uk berusaha di bidang indust ri pengolahan hasil
perkebunan m aka h a r u s da pa t m e n j a m in ket ersediaan bahan bakunya
dengan m engusahakan budidaya t anam an perkebunan sendiri, m elakukan
kem it raan dengan pekebun, perusahaan perkebunan da n a t a u bahan baku
dari sum ber lainnya, sebagaim ana dit egaskan di dalam Pasal 17 ayat ( 4) .

20

Lebih lanj ut di dalam Pasal 27 ayat ( 3) m enginform asikan bahwa Pelaku
usaha yang m elakukan pengusahaan di bidang indust ri pengolahan hasil
perkebunan t ersebut dapat m engusahakannya di dalam at au di luar area
pengem bangan perkebunan, m a u pu n

secara t erpadu t ak

t erpisahkan

dengan usaha budidaya t anam an perkebunan.

4 .2 .2 H a m ba t a n Pa sa r Ba gi Pe r t u m buh a n Pa br ik Ke la pa Sa w it
Guna m enegaskan ket erj am inan pasokan bahan baku bagi usaha indust ri
pengolahan hasil perkebunan, m aka Ment eri Pert anian m elalui Pe r m e n t a n
N o.2 6 / Pe r m e n t a n / OT.1 4 0 / 2 / 2 0 0 7

di Pasal 10 m engat ur m engenai

k e h a r u sa n bagi usaha indust ri pengolahan hasil kelapa sawit m em enuhi
paling rendah 2 0 % kebut uhan bahan bakunya dari kebun yang diusahakan
sendiri.

Ket ent uan t ersebut

set idaknya m erupakan salah sat u bent uk

kebij akan pem erint ah dalam m enanggapi fenom ena pert um buhan pabrik
kelapa sawit t anpa kebun. Kehadiran pabrik kelapa sawit t anpa kebun
secara langsung t elah m em pengaruhi t ingkat persaingan pasar dalam
m endapat kan pasokan bahan baku t andan buah segar kelapa sawit ,
t erut am a yang diproduksi dari perkebunan kelapa sawit rakyat ( yang
lazim nya t idak m em iliki pabrik pengolahan kelapa sawit sendiri)

Penawaran harga pem belian t andan buah segar pabrik kelapa sawit t anpa
kebun yang cenderung lebih t inggi daripada penawaran harga pem belian
pabrik kelapa sawit yang t erint egrasi, disinyalir m enyebabkan para pekebun
sawit rakyat m engalihkan penj ualan hasil produksi t andan buah segarnya
kepada

pabrik

kelapa

sawit

t anpa

kebun.

Hal

t ersebut

t ent u

saj a

m enyebabkan t erganggunya kont inuit as pasokan bahan baku t andan buah
segar produksi pabrik kelapa sawit yang t erint egrasi yang selam a ini
bekerj asam a dengan pekebun sawit rakyat . Dengan kat a lain perusahaan
yang t elah m apan dengan dom inasinya ( incum bent ) m erasa t erganggu
dengan kehadiran PKS- TK.

Relevant m arket t andan buah segar pada dasarnya sangat dibat asi oleh sifat
dari kom odit i bersangkut an, diant aranya bat asan pasar bersangkut annya
adalah dalam j arak t em puh m aksim al 100 km at au ongkos t ranspor t idak
m elebihi dari Rp 70/ kg. Hal ini dikarenakan kom odit as kelapa sawit
m enghendaki agar TBS yang dipanen harus segera diolah dalam wakt u
kurang dari 24 j am , lebih dari it u m aka berpengaruh t erhadap kualit asnya.

21

Secara um um dapat dikat akan bahwa kom pleksit as persaingan usaha yang
t erj adi dalam pasar t andan buah segar ( TBS) set idaknya dikarenakan oleh
beberapa hal, yait u : ( i) Koeksist ensi ke- 3 pola pengusahaan ( pengusahan
oleh negara, pengusahaan oleh swast a besar, dan pengusahaan oleh
rakyat ) dengan ket ent uan pem asaran TBS m asing- m asing; ( ii) Karakt erist ik
kelapa sawit dim ana TBS harus segera diolah dalam wakt u paling lam bat 24
j am ; ( iii) Perkebunan rakyat swadaya t idak m em iliki PKS definit if; ( iv)
Keberadaan PKS t anpa kebun dalam m endapat kan bahan baku t andan buah
segarnya.

Dengan m enggunakan sum ber dat a sebagaim ana t elah disaj ikan dalam
laporan ini pada bagian sebelum nya, m aka diperoleh inform asi bahwa
kebut uhan pabrik pengolahan t andan buah segar di I ndonesia saat ini m asih
cukup besar.

Dengan asum si per 6.000 ha lahan sawit m em but uhkan kapasit as pabrik
pengolahan 30 t on TBS/ j am , m aka dengan luasan lahan saat ini yang
m encapai 5,9 j ut a ha m em but uhkan PKS dengan t ot al kapasit as 29.860 t on
TBS/ j am . Pada saat ini kapasit as pabrik kelapa sawit yang t erpasang
diperkiran baru m encapai 24.268 t on TBS/ j am

( PKS- TK kurang lebih

sebanyak 200 unit dengan t ot al kapasit as diperkirakan m encapai 6.000
t on/ j am ; sedangkan PKS t erint egrasi ( berkebun) kurang lebih sebanyak 420
unit dengan t ot al kapasit as diperkirakan 18.268 t on/ j am ) . Dengan dem ikian
dengan asum si- asum si sebagaim ana t ersebut

diat as, m aka kebut uhan

kapasit as pabrik kelapa sawit m asih kekurangan 5.592 t on TBS/ j am at au
set ara dengan 186 unit PKS dengan kapasit as 30 t on TBS/ j am .

Adanya keharusan bagi pelaku usaha yang m em bidangi usaha pengolahan
unt uk m em enuhi 20%

pasokan bahan bakunya dari usaha budidaya

t anam an perkebunan sendiri sebagaim ana diat ur dalam Pasal 10 Perat uran
Ment eri Pert anian Nom or 26/ Perm ent an/ OT.140/ 2/ 2007 t ent ang Pedom an
Perizinan

Usaha

Perkebunan,

j ust ru

akan

m engham bat

pert um buhan

indust ri pengolahan kelapa sawit it u sendiri.

Ket ent uan dim aksud dapat m engurangi persaingan ( lessening com pet it ion)
dalam pasar perolehan t andan buah segar kelapa sawit t erut am a yang
dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit rakyat . Ket ent uan t ersebut secara
st rat egis berpot ensi m enghbat m asuknya pelaku usaha baru dalam usaha

22

pengolahan pabrik kelapa sawit di sent ra- sent ra perkebunan kelapa sawit
rakyat yang t elah beroperasi, t erut am a sent ra perkebunan sawit rakyat
yang t idak lagi t ersedia lahan yang m em ungkinkan unt uk perluasan usaha
budidaya perkebunan kelapa sawit , sehingga usaha pengolahan pun t idak
dapat dibangun sebagai konsekwensi dari ket ent uan yang m engharuskan
t erpenuhinya 20% pasokan bahan baku ( usaha pengolahannya) dari usaha
budidaya t anam an perkebunan sendiri.

Terlepas dari hal t ersebut di at as, apabila kit a t elusuri kesesuaian ket ent uan
yang m engat ur

bahwa pengusaha pengolahan harus m em enuhi 20%

pasokan bahan bakunya dari usaha budidaya t anam an sendiri dengan
ket ent uan hukum yang lebih t inggi, yait u UU No.18/ 2004 t ent ang Usaha
Perkebunan, m aka t idak dit em ukan kesesuaianya.

Bent uk pengint egrasian sebagaim ana diat ur dalam UU No.18/ 1999 t ent ang
usaha

perkebunan

t idak

m engharuskan

bahwa

pelaku

usaha

yang

m em bidangi usaha pengolahan hasil perkebunan j uga harus m elakukan
usaha budidaya t anam an perkebunan sendiri. Pola t erint egrasi ant ara usaha
pengolahan

dengan

usaha

budidaya

perkebunan

sendiri

dapat

saj a

dilakukan, nam un t idak m elarang bent uk pengint egrasian dalam bent uk
kerj asam a. Pola kem it raan adalah salah sat u bent uk kerj asam a yang dapat
dilakukan unt uk m engint egrasikan usaha budidaya t anam an perkebunan
dengan usaha pengolahan hasil perkebunan. ( Pasal 15 j o 17 j o 22 UU
No.18/ 1999) .

Berkait an dengan pola kem it raan, Perm ent an No.26/ 2007 m engat ur bahwa
kem it raan
pe r j a nj ia n

pengolahan
yang

pengem bangan

dila k uk a n

berisikan

usaha,

hak

pendanaan,

se ca r a
dan

t e r t u lis

da la m

kewaj iban,

j angka

wakt u

be n t u k

pem binaan
dan

dan

penyelesaian

perselisihan yang dit andat angani kedua belah pihak dengan diket ahui
Bupat i/ Walikot a. Adapun j angka wakt u perj anj ian kem it raan pengolahan
pa ling singk a t u n t uk m a sa 3 ( t iga ) t a h u n.

Hal yang

perlu

m endapat kan

perhat ian

bersam a adalah

bahwa pola

kem it raan ( PI R) yang selam a ini dilakukan belum dalam pola kem it raan
yang diharapkan. Pekebun plasm a cenderung diperlakukan t idak adil karena
sering

dirugikan

dalam

t im bangan,

rendem en,

dan

harga.

Tingkat

ket ergant ungan yang t inggi dari pekebun ( perkebunan rakyat ) dengan

23

indust ri

pengolahan

kelapa

sawit

berpot ensi

m enim bulkan

pr a k t e k

m on opsoni dan at au pe r j a n j ia n t e r t u t u p sebagaim ana t elah dilarang oleh
UU No.5/ 1999 t ent ang Larangan Prakt ek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat

4 .2 .3 D ist or si Ke bij a k a n H a r ga
Pem erint ah m elalui Pe r m e n t a n N o 3 9 5 / Kpt s / OT.1 4 0 / 1 1 / 2 0 0 5 pada
dasarnya m engat ur m engenai Pedom an Penet apan Harga Pem belian TBS
Kelapa Sawit Produksi Pekebun ( plasm a) . Kebij akan ini bert uj uan unt uk
m em berikan perlindungan kepada pekebun dalam

m em peroleh t ingkat

harga TBS kelapa sawit yang waj ar.

Kebij akan

penet apan

harga

TBS t ersebut

pada

dasarnya

m erupakan

kebij akan dalam rangka m em berikan kesem pat an bagi pekebun dalam
m em peroleh

inform asi

m engenai

t ingkat

harga yang

waj ar

di

pasar

( m em inim alisir resiko inform asi yang asim et ris) .

Nam un kebij akan penet apan harga TBS t ersebut yang sebenarnya hanya
diperunt ukkan

unt uk

pekebun

plasm a,

dalam

im plem ent asinya

j ust ru

didist orsikan unt uk m aksud m enyeragam kan harga TBS produksi pekebun
baik plasm a m aupun non- plasm a. Hal ini t ent u saj a m enj adi perm asalahan
yang berpot ensi berseberangan dengan prinsip- prinsip persaingan usaha
yang sehat . Tidak seharusnya kebij akan penet apan harga TBS dim aksud
disalahgunakan sebagai inst rum en unt uk m em aksakan keseragam an harga
TBS di pasar secara keseluruhan, yang j ust ru berpot ensi m elanggar prinsip
persaingan usaha yang sehat t erut am a t erkait dengan larangan t erhadap
t erj adinya perj anj ian PEN ETAPAN H ARGA at aupun kart el harga.

24

BAB V
KESI M PULAN
5 .1

KESI M PULAN :
5 .1 .1 Ke r a ga a n da n Kine r j a Pa sa r Usa ha Pe r k e bu na n Ke la pa Sa w it :
A. Usa h a Bu dida ya ;
i.

St rukt ur pasar usaha budidaya perkebunan kelapa sawit di
I ndonesia

adalah

oligopolist ik

yang

di

dom inasi

penguasaannya oleh Perusahaan Swast a Besar, yait u dengan
penguasaan 52,73% dari t ot al luasan fakt or produksi ( lahan)
yang diusahakan unt uk perkebunan sawit . Penguasaan 5
pelaku usaha swast a besar dari t ot al penguasaan perusahaan
swast a besar adalah sebesar 25,27 persen. Lim a pelaku usaha
swast a besar t ersebut yait u ( 1) Ra j a Ga r uda M a s, ( 2) W ilm a r
Gr ou p, ( 3) Gu t h r ie gr ou p, ( 4) Sin a r M a s dan ( 5) Ast r a Agr o
Le st a r i;
ii. Berdasarkan perhit ungan agregat rasio kont ribusi produksi
CPO

t erhadap

t ot al

diusahakannya,

luasan

lahan

m enginform asikan

perkebunan

yang

pendayagunaan

lahan

perkebunan sawit yang diusahakan oleh perusahaan swast a
besar t idak lebih efisien dibandingkan dengan pendayagunaan
lahan

perkebunan

perkebunan

yang

negara

diusahakan

m aupun

oleh

perkebunan

perusahaan

rakyat .

Secara

agregat hasil produksi CPO perkebunan yang diusahakan
perusahaan swast a besar secara agregat hanya berkont ribusi
set ara

1,87

perkebunan

t on

CPO

per

hekt ar.

negara secara agregat

Padahal
m am pu

perusahaan
berkont ribusi

set ara dengan 2,77 t on CPO per hekt ar dan perkebunan
rakyat secara agregat m am pu berkont ribusi set ara dengan
1,80 t on CPO per hekt ar.
B. Usa ha Pe ngola ha n
i.

St rukt ur pasar usaha pengolahan hasil perkebunan sawit
( t andan

buah

segar

kelapa sawit )

di I ndonesia bersifat

oligopolist ik dan prakt is 75% ( 18.268 t on TBS/ j am ) dari t ot al
kapasit as produksi pengolahan CPO ( 24.268 t on TBS/ j am )
t erkonsent rasi pada perusahaan perkebunan swast a besar

25

dan

perkebunan

negara.

Karakt erist ik

pengusahaan

perusahaan perkebunan swast a besar dan perkebunan negara
adalah m engint egrasikan ant ara usaha budidaya dan usaha
pengolahan.

Pot ensi

t erj adinya

pr a k t e k

OLI GOPSON I

t erhadap pekebun dan at au pr a k t e k OLI GOPOLI t erhadap
pasar hilir perlu diawasi secara t erus m enerus;
ii. Kebut uhan pabrik pengolahan kelapa sawit di I ndonesia m asih
cukup besar. Dengan asum si per 6.000 ha lahan sawit
m em but uhkan kapasit as pabrik pengolahan 30 t on TBS/ j am ,
m aka dengan luasan lahan saat ini yang m encapai 5,9 j ut a ha
idealnya dibut uhkan PKS dengan t ot al kapasit as 29.860 t on
TBS/ j am .

Kapasit as

yang

t erpasang

saat

ini

t ot alnya

diperkirakan baru m encapai kurang lebih 24.268 t on/ j am ,
sehingga m asih dibut uhkan kurang lebih set ara dengan 186
unit PKS dengan kapasit as 30 t on TBS/ j am ;
iii. Fenom ena

m asih

t erdapat nya

kapasit as

t erpasang

yang

belum t erpakai ( idle) dari pabrik kelapa sawit yang t elah
beroperasi sebelum nya ( incum bent ) , diduga t elah dij adikan
oleh

incum bent

dan

inst ansi

t