Perancangan Buku Wisata Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur | Tanay | Jurnal DKV Adiwarna 3371 6338 1 SM

Perancangan Buku Wisata Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur
Bernard Raymond CH Tanay
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra,
Siwalankerto 121-131, Surabaya
Email: Raymond_Tanay@yahoo.com

Abstrak
Bernard Raymond CH Tanay
Perancangan Grafis
Perancangan Buku Wisata Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur.
Larantuka adalah Ibu Kota Kabupaten Flores Timur yang berada di belahan terjauh bagian
timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Flores lebih dikenal dengan wisata Pulau Komodo dan
Labuan Bajo. Sayangnya masyarakat yang berlibur ke Flores tidak mengeksplorasi keunikan lain yang
terdapat di Flores, padahal Flores memiliki banyak tempat-tempat menarik yang dapat menjadi salah
satu pilihan untuk berwisata. Salah satunya adalah kota Larantuka. Kota Larantuka memiliki tempat
wisata alam dan budaya yang sangat unik, tetapi karena kurang adanya promosi dari pemerintah
setempat, tempat wisata alam dan budaya di kota Larantuka ini tidak berkembang. Perancangan Buku
Wisata Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
wisatawan, dengan menggunakan pesan yang komunikatif mengenai keunikan dan kelebihan kota
Larantuka
Kata Kunci :

Perancangan. Buku, wisata, Larantuka

Abstract

Travel Guide Book Design for Larantuka City, East Nusa Tenggara.
Larantuka is the capital of East Flores which is located in the farthest parts of the eastern
island of Flores, East Nusa Tenggara. Flores is known for its Komodo Island and Labuan Bajo.
Unfortunately people who travel to Flores do not explore other areas of Flores. It has many interesting
places which can be an option for travel. One of them is town of Larantuka. Larantuka has natural
attractions and culture that is very unique, but the lack promotion of local government cause natural
and cultural attractions in the city to not grow. This travel guide book of Larantuka, East Nusa
Tenggara is expected to provide information for travelers, using a communicative message about the
uniqueness and advantages of Larantuka.
Keywords:
Design, book, travel, tourism, Larantuka

Pendahuluan
Di Indonesia, Bali merupakan tempat tujuan terbanyak
wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Bali
mempunyai daya tarik tersendiri melalui keindahan

budaya serta keindahan panorama yang membuat para
wisatawan selalu ingin untuk kembali berlibur ke
sana. Selain Bali, Lombok dan Raja Empat kerap kali
menjadi tujuan para wisatawan. Terlepas dari itu,

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak
pulau, dan mempunyai potensi untuk menjadi tujuan
wisata. Karena Indonesia terletak di daerah
khatulistiwa dan merupakan negara dengan iklim
tropis,
tidak
heran
Indonesia
mempunyai
pemandangan alam yang begitu indah dengan
berbagai jenis flora dan fauna. Flores merupakan salah
satu pulau dengan berbagai jenis keindahan flora dan
faunanya.

Flores, dari bahasa Portugis yang berarti "bunga"

berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Flores termasuk dalam gugusan Kepulauan Sunda
Kecil bersama Bali dan NTB, dengan luas wilayah
sekitar 14.300 km². Penduduk di Flores, pada tahun
2007, mencapai 1,6 juta jiwa. Puncak tertinggi adalah
Gunung Ranakah (2350m) yang merupakan gunung
tertinggi kedua di Nusa Tenggara Timur, sesudah
Gunung Mutis, 2427m di Timor Barat. Pulau Flores
bersama Pulau Timor, Pulau Sumba dan Kepulauan
Alor merupakan empat pulau besar di Provinsi NTT
yang merupakan salah satu provinsi kepulauan di
Indonesia dengan 566 pulau. Flores, dengan luas,
jumlah penduduk dan sumber daya baik alam maupun
manusia yang dinilai cukup memadai, kini tengah
mempersiapkan diri menjadi sebuah provinsi
pemekaran di NTT. Di ujung barat dan timur Pulau
Flores ada beberapa gugusan pulau kecil. Di sebelah
timur ada gugusan Pulau Lembata, Adonara dan Solor,
sedangkan di sebelah barat ada gugusan Pulau
Komodo dan Rinca. Di sebelah tenggara terdapat

pulau Timor. Di sebelah barat daya terdapat pulau
Sumba, di sebelah selatan terdapat laut Sawu, sebelah
utara, di seberang Laut Flores terdapat Sulawesi.
(Wikipedia ensiklopedia bebas)
Dewasa kini, di pulau Flores lebih dikenal dengan
wisata di pulau Komodo yang berlokasi di kabupaten
Manggarai, Komodo merupakan salah satu dari 7
keajaiban dunia. Tidak hanya Labuan Bajo juga sudah
menjadi salah satu pilihan tempat wisata bagi para
wisatan lokal ataupun mancanegara. Semua pulau di
Flores memiliki keindahan yang unik dan khas. Bukan
hanya pulau Komodo, namun Larantuka memiliki
potensi wisata yang sama unik dan khasnya.
Larantuka merupakan ibu kota Kabupaten Flores
Timur. Umumnya masyarakat masih menggantungkan
hidupnya sebagai petani dan nelayan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada,
sebagian lainnya sebagai pegawai. Kota ini juga
mempunyai daya tarik tersendiri di mata para
wisatawan. Larantuka adalah salah satu jajahan

Portugis yang mana budaya portugisnya masih kental
terasa. Hal ini terlihat dari perayaan menjelang paskah
atau biasa disebut Semana Santa yang merupakan
tradisi wajib untuk dilakukan bagi umat Katolik di
Larantuka dan nama marga masyarakat setempat yang
masih menggunakan marga turunan bangsa Portugis
yaitu Da Silva, Fernandez dll. Kota Larantuka sendiri
dikenal juga dengan nama Kota Reinha, dalam bahasa
Portugis artinya Kota Ratu atau Kota Maria.
Larantuka juga dikenal sebagai salah satu tempat
berkembangnya Katholik di Indonesia. Selama lebih
dari 4 abad, wilayah ini mewarisi Katholik melalui
peran orang-orang biasa, bukan melalui pendeta.
Kota yang terletak di sepanjang pesisir pantai ini juga
memiliki beberapa daya tarik wisata, seperti
keindahan panorama teluk Mokantarak, pemandian air
panas Mokantarak, pulau Waibalun. Ada pula objek
wisata religi, seperti gereja Kathedral Reinha Rosari,

Kapela Tuan Ma, Tuan Ana, Kapela Tuan Meninu,

Kapela Wure. Kota Larantuka mempunyai potensi
yang besar sebagai salah satu tujuan wisata, akan
tetapi kurangnya promosi dari dinas pariwisata
setempat sehingga kota ini kurang mendapatkan
simpatik dari para wisatawan lokal dan mancanegara
Oleh karena itu, dengan adanya buku wisata
ini yang menggunakan pendekatan fotografi, dengan
menggunakan teknik landscape diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang keindahan kota
Larantuka dengan banyak menonjolkan suasana di
sekitar objek, sehingga dapat menarik para wisatawan
untuk mengunjungi kota Larantuka.
Rumusan Masalah
Bagaimana merancang buku wisata untuk kota
Larantuka dalam bentuk buku yang efisien dan efektif
sebagai tujuan wisata yang memiliki daya tarik dan
keunikan tersendiri.
Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan buku wisata ini untuk
memperkenalkan kota Larantuka kepada masyarakat

luas sebagai salah satu tujuan pariwisata. Karena
masyarakat mengenal wisata yang ada di Flores
sebatas pulau Komodo, Labuan bajo dan danau
Kelimutu.
Batasan Lingkup Perancangan
Untuk memperjelas dan membatasi masalah ruang
lingkup masalah dalam perancangan ini adapun
pembatasan masalah adalah:
1. Objek perancangan ini adalah perancangan
buku wisata kota Larantuka sebagai tujuan
wisata dengan teknik fotografi
2. Lokasi perancangan adalah di kota
Larantuka, Nusa Tenggara Timur.
3. Pesan yang ingin disampaikan melalui
perancangan buku wisata ini adalah untuk
mempermudah masyarakat domestic yang
ingin mengunjungi kota Larantuka.
4. Target Audience atau target perancangan
adalah masyarakat Indonesia.
5. Waktu perancangan tahun 2015.

Metode Perancangan
Data yang dibutuhkan
Data Primer
Mengambil dari buku referensi maupun sumbersumber yang lain dari internet yang memuat topik
yang sesuai dengan kepentingan perancangan karya
desain sebagai landasan teori. Metode yang digunakan
untuk mendapatkan data primer, yaitu:
Metode Survei
Data diperoleh dengan turun ke lapangan, yaitu kota
Larantuka untuk meninjau langsung permasalahan

yang terjadi dengan menggunakan pertanyaan lisan
kepada masyarakat setempat.

LANDASAN TEORI DANIDENTIFIKASI DATA
Tinjauan Tentang Buku

Metode Observasi
Data diperoleh dengan mencatat pola perilaku subyek
(orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik

tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan
individu-individu yang diteliti di kota Larantuka.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh/
dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi
sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai
instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa
data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Pada
penelitian ini, bukti, catatan atau laporan historis
didapat melalui pihak dinas pariwisata kota Larantuka
Metode Pengumpulan Data
Metodologi
Pengumpulan
Data
atau
cara
mengumpulkan data dengan menggunakan :
1.Internet : Mengambil data dari website-website yang
memberikan informasi tentang keunikan kota
Larantuka

2.Wawancara : Mengambil data dengan menggunakan
wawancara secara langsung kepada instansi yang
bersangkutan atau wawancara kepada masyarakat
setempat.
3.Observasi : Melakukan pengamatan secara langsung
ke objek yang ingin diteliti
Instrument/Alat Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data digunakan media kertas,
bolpoin untuk mencatat hasil wawancara. Selain itu
juga digunakan kamera sebagai pendukung untuk
mengambil gambar
Metode Analisis Data
Metode SWOT adalah metode yang digunakan untuk
menganalisis subjek
baik dari segi kekuatan, kelemahan, kesempatan yang
ada dan ancaman yang dihadapinya. Analisis ini
dilakukan perusahaan yang bersangkutan, beserta
kompetitor-kompetitor.
Strength : Mengkaji kekuatan dan kelebihan dari
wisata alam dan budaya di kota Larantuka

Weakness
: Mengkaji kelemahan dari wisata
alam dan budaya yang ada di kota Larantuka.
Opportunities
: Meneliti potensi yang bisa
dikembangkan dari tempat wisata di kota Larantuk
sehingga dapat ditonjolkan dan bersaing dengan kota
lain yang lebih maju.
Threat
: Ancaman yang dapat menjadi
hambatan bagi tempat wisat alam dan budaya di kota
Larantuka untuk berkembang.

Pengertian Buku
Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (10), “Buku
adalah semua tulisan dan gambar yang dituliskan atau
dilukiskan di atas segala macam lembaran papyrus,
lontar, perkamen dan kertas dengan segala macam
bentuknya, bisa berupa gulungan, dilubangi, diikat,
ataupun dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain,
karton, kayu. Buku sendiri merupakan hasil perekam
dan perbanyakan yang paling popular dan awet. Buku
tidak mengenal tanggal seperti majalah dan surat
kabar, yang dalam pembacaanya konsumen cenderung
mencari yang up to date. Buku bersifat jangka panjang
dan dapat di baca kapan saja”.
Sejarah dan Perkembangan Buku di Indonesia
Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa
gulungan daun lontar. Menurut Ajib Rosidi (sastrawan
dan mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha
penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur,
yaitu usaha penerbitan buku pelajaran, usaha
penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan
hiburan), dan usaha penerbitan buku agama. Pada
masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan
buku sekolah dikuasai orang Belanda. Kalaupun ada
orang pribumi yang menulis buku pelajaran, umumnya
mereka hanya sebagai pembantu atau ditunjuk oleh
orang Belanda. Usaha penerbitan buku agama dimulai
dengan penerbitan buku-buku agama Islam yang
dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku –
buku agama Kristen umumnya dilakukan oleh orangorang Belanda.
Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu
pada masa itu dikuasai oleh orang-orang Cina. Orang
pribumi hanya bergerak dalam usaha penerbitan buku
berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku bacaaan
yang murni dilakukan oleh pribumi, yaitu mulai dari
penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan oleh
orang-orang Sumatera Barat dan Medan. Karena
khawatir dengan perkembangan usaha penerbitan
tersebut, pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit
Buku Bacaan Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi
usaha penerbitan yang dilakukan kaum pribumi. Pada
tahun 1908, penerbit ini diubah namanya menjadi
Balai Pustaka. Hingga jepang masuk ke Indonesia,
Balai Pustaka belum pernah menerbitkan buku
pelajaran karena bidang ini dikuasai penerbit swasta
belanda.
Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai
bermunculan. Sebagian besar berada di pulau Jawa
dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka
bermotif politis dan idealis. Mereka ingin mengambil
alih dominasi para penerbit Belanda yang setelah
penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan
berusaha di Indonesia. Pada tahun 1955, pemerintah
Republik
Indonesia
mengambil
alih
dan

menasionalisasi semua perusahaan Belanda di
Indonesia. Kemudian pemerintah berusaha mendorong
pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan
buku nasional dengan jalan memberi subsidi dan
bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional
sehingga penerbit diwajibkan menjual buku-bukunya
denga harga murah.
Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur
yang bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada
penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan
adanya yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan
penerbitan nasional dapat meningkat denganc epat.
Menurut Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang
didirikan 1950, penerbit yang menjadi anggota IKAPI
yang semula berjumlah 13 pada tahun 1965 naik
menjadi 600-an lebih. Pada tahun 1965 terjadi
perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu akibat
dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru
pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan
moneter. Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit
dihapus. Akibatnya, karena hanya 25% penerbit yang
bertahan, situasi perbukuan mengalami kemunduran.
Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Mashuri, kemudian menetapkan
bahwa semua buku pelajaran di sediakan kan oleh
pemerintah. Keadaan tidak bisa terus-menerus
dipertahankan karena buku pelajaran yang meningkat
dari tahun ke tahun. Karena itu, diberikan hak pada
Balai Pustaka untuk mencetak buku-buku yang
dibutuhkan dipasaran bebas. Para penerbit swasta
diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku
pelengkap dengan persetujuan tim penilai.
Tinjauan Tentang Wisata
Definisi Wisata
“Wisata”, sebuah kata yang sering kali kita dengan
atau bahkan kita lakukan. Berbiara mengenai wisata
tidak terlepas dari pembincaraan tentang perjalanan
(travel), karena berdasarkan sejarahnya, perjalanan
merupakan cikal bakal dari wisata. Istilah wisata
merupakan padanan kata tour (dalam bahasa Inggris).
Walaupun dalam bahasa Sansekerta istilah wisata
memiliki pengertian yang sama dengan perjalanan,
namun karena perjalanan telah memiliki pengertian
yang jelas, maka kata wisata diserap sebagai padanan
kata tour tersebut. Akhir-akhir ini muncul istilah tur
sebagai padanan kata wisata. Hal ini dilakukan seiring
dengan adanya pemasyarakatan penggunan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Orang suda terbiasa
menyebut tur daripada wisata, untuk itulah istilah
yang sudah biasa digunakan tersebut yang dipakai.
Secara etimologi tour berasal dari kata torah (bahasa
Ibrani) yang berarti belajar, tornus (bahasa Latin)
yang berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam
bahasa Perancis Kuno disebut tour yang berarti
menglilingi sirkuit. Bila ditinjau dari sudut perusahaan
perjalanan, maka wisata diartikan sebagai sebuah
perjalanan yang terencana, yang disusun oleh
perusahaan perjalanan dengan menggunakan waktu

seefektif dan seefisien mungkin guna membuat peserta
wisata merasa puas.(Suyitno)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian
wisata adalah bepergian secara bersama-sama dengan
tujuan
untuk
bersenang-senang,
menambah
pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu juga dapat
diartikan sebagai bertamasya atau piknik. Menurut
pendapat saya sendiri, pengertian wisata adalah suatu
kegiatan perjalanan atau aktifitas yang dapat
menenangkan hati dan pikiran serta menyegarkan
otak.
Menurut Wikipedia, pengertian pariwisata adalah
suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dengan
tujuan liburan atau rekreasi. Menurut UndangUndang, pariwisata adalah segala macam kegiatan
wisata yang dilayani oleh pemerintah, masyarakat,
atau pengusaha beserta dengan fasilitasnya.
Menurut Robert McIntosh, pengertian
pariwisata adalah gabungan dari interaksi antara
pemerintah selaku tuan rumah pariwisata, bisnis, dan
wisatawan. Menurut Richard Sihite, pengertian
pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
dalam jangka waktu pendek atau sementara dengan
tujuan selain mencari nafkah.
Pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan
dan aspek substansial, yaitu sebuah aktivitas manusia
(Kuntowjoyo,
1991).
Dilihat
dari
sisi
kelembangaanya, pariwisata merupakan lembaga yang
dibentuk sebagai upaya manusia untuk memenuhi
kebutuhan reaktifnya. Sebagai sebuah lembaga,
pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya,
yakni bagaimana perkembanganya, mulai dari
direncakan, dikelola, sampai dipasarkan pada pembeli,
yakni wisatawan. Sebagai sebuah substansi, pariwisata
merupakan bagian dari budaya suatau masyarakat,
yaitu berkaitan dengan cara penggunaan waktu
senggang yang dimilikinya. Pariwisata dapat disoroti
dari bermacam sudut pandang karena memilki sifat
kompleks. Kompleksitas yang terkandung dalam
pariwsiata sebagai perilaku sosial, pariwisata sebagai
fenomena geofrafis, pariwisata sebagai sumber daya,
pariwisata sebagai bisnis, dan pariwisata bseagai
industry(Smith, 1989). Pariwisata merupakan sumber
daya yang penting bagi daerah yang menjadi temapat
tujuan wisata. Pariwisata dapat menjadi sumber
pemasukan uang dari daerah lain dengan sedikit
dampak lingkungan. Pariwisata dapat menjadi sumber
daya untuk melaksanakan upaya preservasi berbagai
hasil budaya masa lampau. Sebagai sumber daya,
pariwisata perlu dikelola dengan tepat supaya
pengembangnya tidak malah menjadi sumber
kerusakan atau sumber bencana.
Kata pariwisata yang berasal dari bahasa Sansekerta,
terdiri dari 2 bagian yaitu “pari” dan “wisata”. Kata
“pari” memiliki pengertian bersama, atau berkeliling,
sedangkan kata “wisata” memiliki pengertian
perjalanan. Bila digabungkan, pariwisata memiliki
pengertian melakukan kegiatan perjalanan berkeliling
meninggalkan tempat awal, menuju ke tempat yang
lain.

Menurut pendapat Suyitno sendiri, pariwisata adalah
sebuah industri hiburan, di mana orang atau
sekelompok orang mengeluarkan uang untuk
mendapatkan hiburan berupa perjalanan yang
menyenangkan dan memuaskan sehingga dapat
menghibur hati. Dengan berkembangnya jaman,
periwisata sudah berubah dari sekedar kegiatan untuk
mengusir kebosanan menjadi sebuah gaya hidup.
Secara simpel, wisatawan adalah orang yang
melakukan kegiatan wisata.
Menurut IUOTO (International Union of Travel
Organization), wisatawan adalah orang yang
melakukan kunjungan selama lebih dari 24 jam di
suatu tempat, dengan tujuan kunjungan untuk
bersenang-senang, olahraga, agama, berlibur, belajar,
kesehatan, dan berdagang. Secara simpel, pengertian
tempat wisata adalah suatu tempat yang digunakan
untuk melakukan kegiatan wisata. Tempat wisata
dapat berupa tempat wisata alam dan bangunan.
Tempat wisata alam dapat berupa pantai, gunung, dan
lain-lain, sedangkan tempat wisata bangunan dapat
berupa peninggalan sejarah, museum, dan lain-lain.
Perkembangan Pariwisata di Indonesia
Indonesia terletak di antara 6 derajat Lintang Utara –
11 derajat Lintang Selatan dan antara 95 derajat – 141
derajat Bujur Timur. Indonesia dilalui oleh garis
katulistiwa sehingga mendapat julukan Zamrud
Katulistiwa. Indonesia terletak antara dua benua, yaitu
Australia dan Asia, serta di antara dua samudera
(Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Di sebelah
barat, Indonesia berbatasan dengan Samudera Hindia
dan di sebelah timur berbatasan dengan Samudera
Pasifik dan Negara Papua Nugini. Negara kepulauan
ini di sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina
Selatan, Malaysia, Filipina, dan di sebelah selatan
berbatasan dengan Australia. Letak Indonesia di antara
dua benua menjadikan Negara ini sangat strategis
terhadap pasar wisata dunia. Di utara terletak
Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Taiwan,
Hongkong, dan Jepang. Tujuh Negara itu merupakan
pasar wisata Internasional jarak dekat dan jarak
sedang. Di tenggara terletak Australia dan Selandia
Baru, yang merupakan pasar wisata dunia jarak
sedang. Di tenggara terletak Australia
Tinjauan Tentang Fotografi
Pengertian dan Sejarah Fotografi
Tanpa kita sadari dalam aktifitas keseharian, kita
menjadi seorang fotografer. Dengan menggunakan
kamera ponsel atau kamera poket, setiap momen yang
menarik pastinya akan kita abadikan. Ketika
menyaksikan pemandangan indah, berkumpul dengan
kawan lama, atau menemui peristiwa alam yang hebat,
hasrat untuk mengabadikan momen tersebut pastinya
tidak ingin dilewatkan. Setiap hari kita menemkan
hasil foto tersebar di mana-mana. Pada halaman
majalah, kora , buku, di ruang pamer, museum, di sisi
badan bus angkutan umum, atau di papan billboard
dengan ukuran yang jauh lebih besar dari ukuran

sesungguhnya dengan warna yang jauh lebih
cemerlang dari aslinya. Semua gambar tersebut bisa
mendatangkan rezeki. Tidak bisa dimungkiri, dunia
fotografi yang sudah ditunjang dengan kemajuan
teknologi telah mempermudah seseorang untuk
memotret sebuah objek. Dengan kamera poket, anak
kecil sekalipun bisa memotret objek sekeliling.
Fotografi memang sudah menjadi salah satu
kegemaran yang paling popular saat ini. Banyak
fotografer yang sukses, berawal dari hobi, menjadi
seorang professional yang kemudian mendapatkan
bayaran dari bidang yang mereka cintai, yaitu
fotografi.(Budhi 2)
Secara harfiah fotografi bisa diartikan sebagai teknik
melukis dengan cahaya. Fotografi merupakan
gabungan ilmu, teknologi, dan seni. Perpaduan yang
harmonis antara ketiganya bisa menghasilkan sebuah
karya yang mengagumkan. Tentunya dengan skill
serta sentuhan seni sang fotografer, sebuah foto bisa
menjadi berarti. Fotografi memiliki bermacam-macam
manfaat dan tujuan baik untuk dokumentasi,
penelitian, maupun sebagai media dalam ranah
estetika.
Fotografi ditemukan sekitar tahun 1893, yaitu saat
ilmuan Prancis bernama Louis Jacques Mande
Dagguerre menggunakan hasil eksperimennya.
Daggurre mengumumkan bahwa ia menemukan cara
mengabadikan gambar dengan bantuan lensa dan
suatau alat rekam. Sebetulnya pemikiran Dagguerre
ini telah ada sejak zaman Yunani. Ketika itu,
Aristoteles berpendapat bahwa seberkas cahaya yang
memancar melewati sebuah lubang kecil (pinhole)
akan membentuk suatau gambar (image), hanya saja
bayangan yang terlihat di dalam keadaan terbalik.
Perkembangan fotografi semakin terlihat dengan
ditemukannya kamera obscura (Kamera=kamar ;
Obscura=gelap). Awalnya kamera obscura adalah
ruangan, kemudian dikembangkan menjadi sebuah
alat yang bisa dibawa ke mana saja. Seiring
perkembangan teknologi, kamera pun semakin kecil
dan canggih. Zaman itu, untuk proses percetakan
memerlukan waktu yang lama dan merepotkan.
Seorang peneliti asal Prancis sekitar tahun 1826
berhasil membuat karya fotografi pertama dengan cara
melumuri selebar plat timah dengan larutan aspal dan
kemudian dimasukan ke dalam sebuah kamera
obscura. Setelah disinari selama delapan jam, dia
berhasil membuat karya fotografi pertama di dunia.
Kemudia Degguerre menyempurnakannya dengan
keberhasilan menemukan sebuah plat yang dibuat
dengan bahan perak chloride dan kemudia diberi uap
ionida. Perak ini setelah kering akan menjadi peka
cahay. Plat yang sudah diberi bahan kering akan
menjadi peka cahaya. Plat yang sudah diberi bahan
peka itulah yang disinari selama 30 menit. Plat yang
telah disinari itu kemudia diuapi dengan air raksa
dalam tabung yang dapat dipanaskan. Dengan
menggunakan kaca berawana dapat dikontrol
perkembangan reaksi yang terjadi sampai gambar
yang tadinya laten muncul seperti yang dikehendaki.

Fotografi masuk ke Indonesia tidak lama setelah
Degguerre mempublikasikan penemuannya. Sekitar
1841, pemerintah colonial Belanda mendatangkan Dr.
Jurriaan Munich untuk mendokumentasikan aktivitas
Hindia Belanda. Namun sayang foto-foto Jurriaan
tidak terdokumentasi dengan baik, sehingga kita sulit
mengamati foto-foto pertama tentang Indonesia.
Sekitar tahun 1857, dua orang asal Inggris, Water
Woodbury dan James Page datang ke Indonesia. Dua
orang ‘toekang potret’(sebutan penduduk Indonesia
ketika itu untuk seorang fotografer) ini menjadi
fotografi komersial yang melayani jasa pemotretan
kepada kalangan atas. Mengingat zaman itu foto
merupakan barang yang mewah, maka harga yang
dikenakan oleh si ‘toekang potret’ ini sangat mahal.
Selain menerima pesanan, Woodbury dan Page juga
mendokumentasikan kehidupan masyarakat pribumi di
Jawa dan beberapa pulau lainnya.
Dunia Fotografi tidak selamanya dikuasai orang-orang
asing. Akhirnya warga pribumi mengasai fotografi dan
menjadi ‘toekang potret’ pertama Indonesia adalah
Kassian Chepas, pria Jawa Tulen, asal Yogyakarta.
Foto tertua yang dibuat oleh Kassian sekitar tahun
1875. Foto-foto karya Kassian biasanya bertema
keluarga raja. Kebetulan Kassian juga bekerja menjadi
‘toekang potret’ di keraton dan kesultanan. Kassian
Chepas juga berjasa bagi dunia arkeologi. Foto
Kassian yang fenomenal dan dijadikan bahan
penelitian adalah foto dokumentasi 567 relief
Karmawibhangga (relief pada dasar candi Borobudur
yang tertutup tanah) Kassian Cheps meninggal pada
tahun 1912. Perkembangan fotografi setelah itu masih
belum menunjukan geliatnya. Baru tahun 1960-an,
seiring dengan peningkatan kemampuan ekonomi
penduduk dan semakin terjangkaunya harga
perlengkapan fotografi, dunia fotografi di Indonesia
mulai berkembang.(Budhi 5)
Peralatan Fotografi
Berdasarkan proses kerjanya, kamera dapat dibedakan
menjadi 3 macam:
1. Kamera manual
Semua fasilitas pengandali kamera diatur
secara manual.
2. Kamera semi-otomatis
Sebagian fasilitas pengendali kamera
diatur secara otomatis oleh kamera dan
sebagain lagi diatur secara manual oleh
pemotretnya.
3. Kamera otomatis penuh
Semua fasilitas pengandali kamera diatur
secara otomatis penuh oleh kameranya.
Era digital telah mengubah segala hal yang
berkaitan bidang fotografi. Salah satunya adalah
teknologi kamera. Saat ini, hampir seluruh fotografer
professional menggunakan tipe kamera digital single
lens reflex (DSLR) dan meningalkan kamera single
lens reflex (SLR). Alasan proses yang lebih cepat dari
fotografi konvesional membuat DSLR menjadi
pilihan. Kecepatan bukan hanya penting, melainkan

juga
menjadi
kebutuhan.
Artinya,
dengan
mengesampingkan fotografi digital dalam pekerjaan
jurnalistik misalnya, akan ketinggalan dalam
menyampaikan berita gambarnya. Percepatan dan
kecepatan itulah yang membuat banyak pemotret
beralih menggunakan kamera digital. Kamera
konvesional, yang dari segi waktu membutuhkan dua
atau tiga kali lipat lamanya, ditinggalkan. Dengan
tambahan peralatan computer, siapa pun, di kapan
pun, bahkan dibelahan dunia mana pun, dapat
menikmati hasil pemotretan seketika jika diakses ke
internet. Dengan kamera digital, tak ada lagi kendala
waktu yang terbuang percuma, taka da lagi batas
wilayah atau Negara. Hal itu karena segala peristiwa
atau kejadian sesaat dapat langsung diketahui oleh
jutaan pembaca media di berbagai belahan dunia pada
waktu yang hampir bersamaan.
Keunggulan utama kamera digital adalah karena
hasilnya berupa gambar digital, maka gambar tersebut
dapat disimpan di hard disc yang mampu menyimpan
hingga ribuan foto. Hal yang menarik dari sisi ini
adalah proses potret – hapus, di mana bila hasil tidak
sesuai dengan yang diinginkan, tanpa resiko atau
konsekuensi tambahan biyaya, dapat langsung dihapus
dan dilakukan pemotretan ulang. Bayangkan bila
menggunakan kamera konvensional, maka biaya akan
bertambah karena jumlah film yang dipakai untuk
mengulang pemotretan.
Lensa adalah bagian kamera yang
menyalurkan sinar dari luar ke dalam kamera. Pada
tiap-tiap lensa, jarak pusat lensa ke titik api tetap dan
tidak berubah. Titik api ini disebut focus dan jarak
antara pusat lensa dengan titik api disebut “jarak
fokus”(focal length). Untuk mengumpulkan sinar
sebanyak mungkin ke dalam kamera, lensa yang
semula teridiri dari sekeping lensa kemudia dibuat
beberapa keeping (komponen lensa) yang mempunyai
beberapa sifat yaitu cembung, cekung, atau kombinasi
cekung dan cembung. Jarak antara kepingan lensa
dibuat rapat, pendek, atau renggang. Sesuai daya salur
atau untuk meminimalkan distorsi suatu lensa. Jenisjenis lensa pada kamera, yaitu:
• Lensa sudut lebar (Wide angle)
Pemotretan dengan sudut pandang
lebar, seperti arsitektur, interior dan
pemandangan alam. Panjang lensa
17mm s/d 70mm.
• Lensa normal (Standard)
Sudut pandang sebanding dengan
yang terlihat mata manusia. Lensa
jenis ini banyak dipakai untuk
pemotretan di studio. Panjang lensa
50mm.
• Lensa jauh (Tele)
Untuk pemotretan jarak jauh, seperti
pemotretan jurnalistik/momen dan
liputan olahraga. Panjang lensa 70
s/d 300mm.(Budhi 28)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
hakekat fotografi adalah melukis dengan cahaya

untuk mendapatkan gambar yang baik dibutuhkan
sumber cahaya yang baik juga. Akan tetapi, cahaya
yang ada kadang tidak cukup untuk melakukan
pemotretan. Dengan demikian kita membutuhkan alat
bantu cahaya untuk mendapatkan gambar yang
optimal. Lampu Kilat/Flash adalah alat bantu pemberi
cahaya, baik di dalam ruangan maupun di luar
ruangan. Flash merupakan cahaya yang sangat kuat
dan menyala sangat cepat. Pada body lampu kilat/flash
tertera angka yang disebut Guide Number (GN), yaitu
angka kekuatan flash. Semakin besar angka yang
tertera maka kekuatan cahayanyapun akan semakin
besar.
2.3.3
Jenis-Jenis Fotografi
Dalam dunia fotografi ada beberapa jenis
fungis berdasarkan pesan yang akan disampaikan oleh
para fotografer tersebut, yaitu;
a. Fotografi Dokumenter
Foto documenter hampir mirip dengan
synopsis dari sebuah film. Foto-foto yang ada
harus mampu untuk menjadi sebuah bukti
dari acara atau peristiwa. Foto dokumenter
ini biasanya akan menjadi sesuatu yang
berharga ketika kejadian-kejadian itu sudah
menjadi masa lampau.
b. Foto Human Interest
Human interest merupakan foto
kehidupan sehari-hari atau reportase dari
kehidupan yang menyampaikan tertentu dan
mengajak pembaca atau pengamat untuk
menjadi bagian dalam sebuah kehidupan dan
turu merasakan apa yang dirasakan oleh
obyek foto tersebut.
c. Foto Esai
Foto esai merupakan bagian dari
fotografi jurnalistik yang meyajikan beberapa
foto
yang
mampu
bercerita
dan
menyampaikan secara runtut sehingga
penikmat foto dapat mengerti cerita dan sisi
lain yang akan diangkat melalui foto
tersebut.(Fotografi untuk Pelajar, 1984).
d. Foto Landscape
Foto Landscape adalah fotografi
pemandangan alam atau pengetian lain
adalah jenis fotografi yang merekam
keindahan alam, dapat juga dikombinasikan
dengan yang lain seperti manusia, hewan dan
yang lainnyam namun tetap yang menjadi
focus utamanya adalah alam. Pemandangan
alam yang begitu indah pada saat-saat
tertentu ketika secara sensitive kita bisa
menandai sifat dan arah datangnya sinar
matahari. Misalnya pada saat sore maupun
pagi hari ketika matahari bersifat kekuningkuningan dan arah jatuhnya membentuk
banyangan objek yang sangat panjang.
Berikut ini adalah macam-macam foto yang

dapat
dikategorikan
sebagai
foto
pemandangan:
• Foto Pemandangan Daratan :
Dalam foto ini objek utamanya
adalah
daratan,
gunung,
persawahan, dan
semacamnya.
Sehingga jikapun ada langit
perbandingannya lebih besar pada
bagian daratannya. Selain itu foto
yang diambil dari ketinggian bisa
dikategorikan
sebagai
foto
pemandangan daratan jika objeknya
itu adalah daratan. Dan kebanyakan
foto pemandangan yang diambil dari
udara atau ketinggian objeknya
adalah daratan, dimana pembuat
foto
berusaha
menunjukkan
keindahan lingkungan dari sisi lain
yaitu dari atas.


Foto Pemandangan Lautan
Dalam foto ini objek
utamanya adalah laut dan perairan
lainnya. Keberadaan air ditekankan
dalam foto panorama jenis ini. Foto
bawah air bisa dimasukkan dalam
kategori foto panorama jenis ini,
sebab foto bawah air juga
menampilkan
keindahan
dari
lingkungan bawah air.



Foto pemandangan langit
Dalam foto ini objek
utamanya adalah langit, awan, dan
semacamnya. Dalam foto ini
ditekankan
pada
keberadaan
langitnya. Sehingga jikapun ada
daratan ada hal lainnya proporsinya
pun sedikit. Foto matahari terbit,
matahari terbenam, pelangi, serta
mendung dan petir termasuk foto
panorama jenis ini.



Foto Pemandangan Perkotaan
Dalam foto ini objek
utamanya adalah kota atau desa.
Memperlihatkan keindahan dan
keunikan dari perkotaan atau
pedesaan yang merupakan ciri khas
dari lingkungan tersebut.

Tinjauan Layout
Layout atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
tata letak adalah pengaturan tulisan-tulisan dan
gambar-gambar. Ada tiga kriteria dasar untuk sebuah
layout yang dikatakan baik, yaitu :
It Works (mencapai tujuannya), It Organizes (ditata
dengan baik) dan It Attracts (menarik bagi pengguna).
Sebuah layout dapat bekerja dan mencapai tujuannya

bila pesan-pesan yang akan disampaikan dapat segera
ditangkap dan dipahamin oleh pengguna dengan suatu
cara tertentu. Selanjutnya, sebuah layout harus ditata
dan dipetakan secara baik supaya pengguna dapat
berpindah dari satu bagian ke bagian yang lain dengan
mudah dan cepat. Akhirnya, sebuah layout harus
menarik untuk mendapatkan perhatian yang cukup
dari penggunanya.
Kunci utama untuk membuat layout yang baik adalah
pemahaman secara mendalam ketiga kriteria diatas.
Selanjutnya untuk memahaminya ikuti pembahasan
selanjutnya, dalam :
• Layout yang Mencapai Tujuan
• Layout dengan Pemetaan Visual
• Layout yang Menarik Perhatian
Layout tidak akan bisa berkomunikasi dan
menyampaikan informasinya bila layout itu tidak
diperhatikan. Untuk itu, layout itu harus memiliki
tampilan yang berbeda dari yang lain yang mampu
menarik perhatian yang melihatnya.
Sebuah layout yang menarik bisa jadi adalah layout
yang cantik, mengejutkan, menghibur, aneh/tidak
biasa atau bisa juga layout yang sederhana dan lugas.
Untuk memilih image apakah yang akan ditampakkan
oleh sebuah layout, kita dapat mendekatinya dari
target audience yang akan membaca layout tersebut
dan juga bagaimanakah layout halaman-halaman web
sejenis lainnya. Misalnya saja bila beberapa halaman
web sejenis dirancang secara sederhana kita bisa
menggunakan warna lain yang lebih mencolok dan
pemilihan layout yang berbeda.
Berikut ini beberapa tips untuk membuat layout yang
menarik :
• Mengatur informasi penting dengan satu cara
tertentu, misalnya : meletakkan headline
dalam sebuah lengkung kurva, atau
menggunakan jenis font yang berbeda
• Gunakanlah ukuran font yang sangat besar untuk
headline yang lucu atau provokatif.
• Potonglah (crop) sebuah image dengan cara yang
tidak biasa, misalnya hanya gambar mata
bukan keseluruhan wajah.
• Gunakan warna-warna terang bila informasi yang
ditampilkan pada background berwarna
kelam.
• Berikan ruang kosong yang cukup untuk gambar
atau tulisan yang kecil.
• Miringkan sebuah gambar atau blok tulisan.
• Perbesar sebuah foto atau gambar pada proporsi
yang cukup lebar.
Tinjauan Grid
Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap
permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam
sebuah ruang. Grid systems digunakan sebagai
perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah
komposisi visual. Melalui grid system seorang
perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika
guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi

dari sebuah kompisisi yang sudah diciptakan. Tujuan
utama dari penggunaan grid systems dalam desain
grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang
komunikatif dan memuaskan secara estetik.
Tinjauan tentang kota Larantuka
Data kota Larantuka
Kota Larantuka dalam sistem pemerintahan kabupaten
merupakan Ibukota Kabupaten Flores Timur ini
terletak di bagian timur Flores Daratan, dengan luas
wilayah + 99,82 Km2 atau 4,19% dari keseluruhan
luas wilayah Kabupaten Flores Timur. Secara
Geografis terletak di 8º14’33,19” LS – 8º22’02,43”
dan 122º 52’31” BT – 123º 01’21” BT. Kota
Larantuka kondisi fisik wilayah perencanaan adalah
merupakan aspek yang sangat mendasar dan
merupakan faktor yang sangat menentukan didalam
perencanaan dan pengembangan suatu wilayah kota,
secara umum memiliki kondisi topografi yang relatif
bergelombang/berkontur dengan kemiringan diatas 15
%, sedangkan pada bagian tengah kota Larantuka
kondisi topografinya relatif agak datar dengan
kemiringan berkisar 5% -15% dan semakin berkurang
karena berada di tepi pantai.


Kota Larantuka yang terletak di kaki
Gunung Ile Mandiri adalah sebagai
Batas Wilayah :
• Sebelah Timur : berbatasan dengan
Kecamatan Ile Mandiri;
• Sebelah Barat : berbatasan dengan
Kecamatan Lewolema;
• Sebelah Utara : berbatasan dengan
Kecamatan Ile Mandiri;
• Sebelah Selatan : dibatasi oleh Selat
Flores.
Desa/Kelurahan yang termasuk di
dalam wilayah administratif Kota Larantuka
meliputi selain 14 Kelurahan dan 2 Desa
yang berada di wilayah Kecamatan Larantuka
juga akan mencakup 5 desa dari wilayah
Kecamatan Ile Mandiri serta 1 desa dari
wilayah Kecamatan Lewolema (Sumber :
RUTR Kota Larantuka Tahun 2007 – 2016).
Terdapat beberapa tempat wisata budaya di kota
Larantuka, seperti pondok Ago Lewo yang berada di
kelurahan Waibalun.
Sejarah kota Larantuka
Larantuka adalah Ibu Kota Kabupaten Flores Timur
yang berada di belahan terjauh bagian timur Pulau
Flores, Nusa Tenggara Timur. Namanya telah lama
dikenal sejak abad ke-16 saat kapal-kapal niaga
Portugis masuk ke kawasan ini untuk berdagang kayu
cendana. Meski sekarang hanya menyisakan beberapa
pohon cendana yang telah tua dan tidak melimpah
diperjualbelikan seperti pada masa keemasannya
namun Larantuka merupakan kota yang sibuk dan
makmur sebagai titik distribusi perdagangan pohon
cendana di Pulau Flores. Larantuka sejatinya memiliki

peran penting dalam penamaan pulai yang
menggenggamnya, yaitu Flores. Nama Pulau Flores
diperkirakan berawal dari tempat ini. Dahulu
Larantuka disebut sebagai Tanjung Bunga (Cape of
Flower). Dalam bahasa Portugis, Tanjung Bunga
diucapkan sebagai Cabo da Flora atau Cabo da
Flores. Dari nama itu, pulau tersebut secara
keseluruhan hingga kini disebut Flores. Kapal niaga
Portugis yang pertama kali merapat di Larantuka
dicatat tahun 1556 yang juga sering berlaya di sekitar
Kepulauan Solor tidak jauh dari Larantuka. Saat
Portugis dikalahkan oleh perusahaan dagang Belanda
(VOC), kapal-kapal niaganya berakhir di pelabuhan
Larantuka. Sejak itu, perkawinan antar warga
setempat dengan warga Portugis yang beragama
Katolik mulai banyak terjadi, terutama di kalangan
keluarga bangsawan. Keyakinan, budaya dan tradisi
Protugis lambat laun diserap oleh anak cucu pertalian
kedua bangsa ini.
Tersebutlah seorang raja di Larantuka, yakni Ola Ado
Bala ke -11, dimana ia saat itu telah mengadopsi
perubahan budaya dan keyakinan karena datangnya
Portugis. Ia mengganti namanya menjadi Don
Fransisco Ola Ado Bala Diaz Viera Deo Godinho, ia
juga lebih mahsyur dengan sebutan Don Fransisco Ola
Ado Bala DVG. Perubahan nama ini tidak lama
memengaruhi masyarakat di sekitar Larantuka dan
termasuk 13 suku di sana yang mengikuti perubahan
tersebut. Suku Lamaholot tidak lama mengadopsi
nama Fernandez, De Rosari, Da Costa, Da Santo,
Gonzales, Ribeiru, Skera dan De Omay. Larantuka
memiliki arti ‘tempat bertemu’ dalam bahasa
Lamaholot. Di kota inilah budaya Lamaholot,
Portugis, dan Melayu berpadu. Pada abad ke-19,
Portugis mejual hak penguasaanya atas Flores kepada
Belanda sehingga semenjak saat itu, pengapalan kayu
cendana menurun tajam dan masyarakat setempat
tidak
lagi
memperoleh
kesejahteraan
dari
perdagangan. Saat itulah masyarakat di Larantuka dan
sekitarnya menjadi masyarakat yang tergantung pada
usaha bercocok tanam demi mengihidupi kebutuhan
sehari-hari.
Akomodasi dan Transportasi
Larantuka saat ini memiliki sebuah badara udara yang
sementara ini baru mampu dilayani maskapai Trans
Nusa. Nama Bandar undara yang letaknya sekira 5
kilometer ke arah timur laut Larantuka ini ini ialah
Gewayan Tanah yang artinya Melayani Tanah
Kampung. Penerbangan yang menghubungkan
Gewayan Tanah Airport ialah Kupang dimana setiap
hari terdapat penerbangan yang berangkat dari
Kupang pada pukul 6.30 dan tiba di Larantuka pukul
07.15 WITA, atau berangkat dari Larantuka pukul
07.40 dan tiba di Kupang pukul 08.30 WITA.

Kesimpulan Analisa Data
Kelebihan kota Larantuka adalah kota ini memiliki
keindahan wisata budaya yang tidak dimiliki kota lain

di Indonesia dan juga memiliki wisata alam yang
sangat indah. Kota Larantuka memiliki wisata budaya
religi bagi masyarakat beragama Katolik, yaitu
melakukan prosesi Semana Santa yang dilakukan pada
saat menjelang Paskah. Selain itu juga kota Larantuka
memiliki banyak sekali wisata alam yang dapat
menjaid daya tarik tersendiri untuk parawisatan yang
berkujung ke kota Larantuka.
Namun kota Larantuka memiliki beberapa kekurangan
antara lain, pertama adalah kurang adanya penanganan
serius dari pemerintah setempat untuk dapat diolah
dengan sebaik-baiknya. Selain itu juga kurang adanya
promosi tentang wisata yang ada di kota Larantuka,
sehingga keberadaan wisata di kota Larantuka kurang
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Karna itulah perlu
untuk dibuat perancangan
buku wisata kota
Larantuka, Nusa Tenggara Timur agar awerness
masyarakat meningkat dan informasi mengenai wisata
kota Larantuka lebih mudah diakses oleh masyarakat
Indonesia.
KONSEP PEMOTRETAN
Konsep Kreatif
Tujuan Kreatif
Perancangan buku wisata ini adalah sebagai pemandu
para wisatawan yang tidak mengetahui obyek wisata
yang recommended untuk dikunjungi di Kota
Larantuka. Buku ini juga bertujuan untuk menunjukan
keindahan wisata Flores, khususnya kota Larantuka
yang masih alami dan tradisional. Objek wisata
meliputi alam, tradisional, sejarah dan rohani.
Diharapkan melalui buku ini wisatan dapat lebih
mengenal dan mengetahui potensi wisata dan keadaan
daerah pulau flores khususnya kota Larantuka.
Buku ini memberikan informasi mengenai letak,
sejarah dan keadaan masyarakat, agar konsumen
memiliki sedikit gambaran dan keadaan mengenai
tempat wisata tersebut. Tampilan visual dibuat
semenarik dan sesimple mungkin sehingga dapat
menarik konsumen untuk berwisata terutamat bagi
konsumen yang ingin menikmati wisata dengan
suasana baru.
Strategi Kreatif
Target Audience
Khalayak sasaran yang indin dicapai dalam
perancangan ini dibagi berdasarkan kategori berikut :
a. Geografis
o Berdomisili di dalam wilayah Indonesia.
b. Demografis
o Jenis Kelamin : Pria & Wanita.
o Mencakup segala usia.
o Mencakup
hampir
semua
kalangan.
Diutamakan kalangan menengah ke atas.
c.
o

Behavioristik
Orang-orang yang menyukai travelling.

Orang-orang yang bosan dengan tempat
liburan yang sudah umum.
Orang-orang yang suka mengeksplorasi
tempat wisata yang belum pernah ditemui.
Orang-orang yang susah menentukan ke
mana ketika berlibur.

nantinya akan berisi tempat-tempat yang layak dan
harus dikunjungi ketika berwisata di kota Larantuka.
Larantuka kaya akan potensi wisata,di dalam buku ini
akan disajikan juga berbagai informasi yang
dibutuhkan oleh wisatawan seperti penginapan,
restorant, dll akan disajikan secara verbal dan visual.

Psikografis
Wisatawan yang ingin mencoba sesuatu yang
baru, tetapi tidak tahun kemana dan takut
untuk berspekulasi
o Wisatawan yang senang mencoba berwisata
dalam segala kondisi.
Format dan Ukuran Panduan
Isi buku ditekankan kepada keindahan wisata yang ada
di kota Larantuka dan mempromosikannya. Buku
sedikit menjelaskan informasi mengenai tempat tujuan
wisata, seperti beberapa tempat wisata yang bernilai
sejarah, maka akan dijelaskan secara singkat mengenai
tempat tersebut. Buku ini rencananya akan berformat
portrait dengan dimensi (13,5 cm x 19 cm ) dengan
dimoninasi foto dan sedikit penjelasan agar pembaca
dapat mengerti sejarah tempat wisata tersebut.

Gaya Layout
Menggunakan gaya desain Simplicity yang didukung
dengan foto obyek dan tipografi sebagai pendukung
dari gambar tersebut. Foto-foto obyek wisata akan
dibentuk besar dan lebih difokuskan pada gambarnya,
karena untuk buku panduan, akan ditambahakan
penjelasan singkat.

o
o
o

c.
o

Isi dan Tema Panduan
Tema panduan ini adalah bersifat informatif dengan
memandu wisatan mengenai obyek-obyek wisata yang
menjadi rekomendasi di kota Larantuka.
Isi dari panduan ini adalah informasi mengenai
sejumlah obyek wisata di kota Larantuka, yang teridiri
dari foto, data lokasi, kontak dan juga ulasan singkat.
Teknik Visualisasi
Selain menggunakan tipografi sebagai penyampaian
pada media visual, digunakan juga foto-foto obyek
wisata sebagai poin utama dalam buku ini.
Teknik Cetak
Buku ini akan dicetak dengan teknik cetak offset
dengan pilihan jenis-jenis kertas yang menjadikan
buku ini layak untuk dijual dan dipublikasikan
nantinya.

Konsep Rancangan Buku
Judul Buku
Pemilihan judul buku dan cover buku merupakan
salah satu unsur yang terpenting dalam proses
pembuatan sebuah buku. Judul buku dapat
mempengaruhi pendapat seseorang tentang isi buku
tersebut, “Matahari Flores Timur - Larantuka” adalah
judul yang tepat untuk perancangan ini, di mana kota
Larantuka letaknya paling timur dari semua kota di
Flores.
Sinopsis
Buku ini berisi tentang panduan wisata di kota
Larantuka, Nusa Tenggara Timur. Di buku ini

Tone Warna
Tone warna yang akan digunakan adalah warna-warna
berani dan kontras,
Tipografi
Tipografi yang digunakan kebanyakan adalah typeface
san serif dan casual.
Cover Depan dan Belakang
a. Cover Depan
Akan menggunakan foto dengan tema
Pariwisata
a. Cover Belakang
Berisi sinopsis buku, dan dimasukan unsurunsur layout yang sesuai dengan isi buku
sesuai cover belakang.
Finishing
Buku tersebut akan dibuat full colour dengan dijilid
soft cover dengan teknik lem sehingga akan lebih
mudah ketika akan dipergunakan oleh pembacanya,
ringan dan fleksibel untuk dibawa-bawa oleh
wisatawan. Finishing pada cover akan menggunakan
laminasi doff.
Bentuk Penyajian
Buku akan disajikan dalam 1 bahasa, yaitu bahasa
Indonesia. Selain buku menjadi buku wisata, buku ini
juga mengenalkan pulau Flores yang khsusnya kota
Larantuka kepada masyarakat nasional terutama yang
bertempat tinggal di kota besar. Karena buku
merupakan media promosi, maka diperlukan beberapa
media pendukung untuk memperkuat media promosi
tersebut. Setiap pembelian buku akan mendapat bonus
merchandise, seperti pembatas buku, kartu pos dan
kalender.
LAYOUT DESAIN
Layout Desain
Thumbnail Desain

Gambar. 4.2 Thumbnail Desain Cover dan Isi Buku.
Gambar. 4.4 Layout isi Buku (Bagian1)
Layout Desain Final
Layout Sampul Depan dan Belakang

Gambar. 4.3 Cover depan dan cover belakang
Layout Halaman Isi

Gambar. 4.5 Layout isi Buku (Bagian2)

Gambar. 4.6 Layout isi Buku (Bagian3)

Gambar. 4.8 Final X-banner
4.1.5.

Jenis Font

Poster Diri

Gambar. 4.7 Jenis-jenis font
Layout Sarana Pendukung

DLL
Post Card

Gambar. 4.12 Final Pembatas Buku

Layout Katalog

Gambar. 4.10 Final Postcard

Kalender

Gambar 4.13 Final Katalog
PENUTUP

Gambar. 4.11 Final Kalender
4.1.6.3. Pembatas Buku

KESIMPULAN
Setiap
makhluk
hidup
membutuhkan
pasti
membutuhkan yang namanya hiburan, beragam jenis
hiburan ditawarkan, berwisata ke luar pulau atau
sekedar jalan-jalan ke luar kota dapat menjadi pilihan
yang baik untuk menenangkan pikiran. Indonesia
merupakan negara kepulaun yang mempunyai begitu
banyak pulau yang indah dan dapat dijadikan tempat
wisata.
Sudah seharusnya kita bangga dengan Indonesia yang
begitu kaya dan indah. Pulau Flores memiliki
keidahan alam dan budaya yang begitu indah, namun

sayangnya masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui akan hal itu. Oleh karena itu kota
Larantuka memerlukan sebuah media yang berfungsi
untuk membantu lebih dikenal secara luas yaitu media
cetak buku untuk dapat mempromosikan objek wisata
alam dan budaya yang tedapat di kota Larantuka. Di
dalam buku ini terdapat juga informasi tentang sejarah
setiap tempat wisata dan juga membahas tentang
akomodasi, hotel, rumah makan dan info lain yang
kiranya dibutuhkan oleh wisatawan yang ingin pergi
ke kota Larantuka.
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta
bimbingannya, maka penulis mampu menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul “Perancangan Buku Wisata
Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur.”
Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua
pihak yang telah secara langsung dan tidak langsung
telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Aristarchus Pranayamama, B.A., M.A. selaku dosen
pembimbing I yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan
pengarahan dalam penulisan tugas akhir ini.
2. Alvin Raditya, S.Sn selaku dosen pembimbing II
yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan
pikiran dalam memberikan pengarahan dalam
penulisan tugas akhir ini.
3. Dinas Pariwisata Kota Larantuka selaku pemilik
dari Instansi yang telah membantu memberikan
informasi serta kesempatan bagi penulis.
4. Keluarga tercinta yang telah membantu dalam segi
moral maupun materiil.
5.Semua teman-teman yang membantu sehingga
penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
tugas akhir ini dengan tepat waktu. Olivia Rumuy,
Aldo Newman, Albert Probo, Daniel Yohanes,
Wilson Gustomo dan semua teman-teman yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
turut membantu dan memberikan dukungan selama
proses pengerjaan Tugas Akhir ini.
6. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
7. Dinas Pariwisata Flores Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas
akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik, dan
saran yang membangun dari pembaca agar dapat
menunjang pengembangan dan perbaikan penulisan
selanjutnya.
Akhir kata penulis memohon maaf atas
kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini dan
penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik
yang membangun dari pembaca.

Daftar Pustaka
Feblino,D.W. (2014, August). Pariwisata Religi Di
Kota Larantuka. Retrieved February 17 2015.,
from

Johanesrandy.(2014, April 29). Semana Santa,
Perayaan Paskah yang Meriah di Larantuka.
Travel.detik.com. Retrieved February 17 2015,
from