M01976

PERBEDAAN KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN TINGKAT INTELLECTUAL CAPITAL

Oleh:
Maria Sri Rahayu
(Alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Krsiten Satya Wacana)

Yeterina Widi Nugrahanti
(Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Krsiten Satya Wacana,
email: yeterina.nugrahanti@staff.uksw.edu)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether there are differences in the performance of companies
based on the level of intellectual capital. Intellectual capital is classified based on the high intellectual capital
and intellectual capital is low. Performance of the company consists of financial performance, demonstrated
by Return on Assets and market performance, demonstrated by Price to Book Value. These samples included
168 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2013. To test the hypothesis, this
study using the Mann-Whitney U test results indicate that there are differences in financial performance based
on intellectual capital, and there are differences in market performance based on intellectual capital.
Keywords: financial performance, market performance, intellectual capital, Value Added Intellectual Capital


PENDAHULUAN
Perkembangan dalam bidang ekonomi dari tahun ke tahun membawa dampak perubahan yang cukup
signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis. Kemampuan perusahaan untuk bersaing saat ini tidak hanya
dilihat dari aktiva berwujud, tetapi juga pada inovasi, sistem informasi, teknologi, dan sumber daya manusia
yang dimiliki perusahaan (Widarjo, 2011). Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan mulai menerapkan strategi
knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan) dalam perusahaannya, hal ini dilakukan agar

perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang dalam dunia bisnis. Pengetahuan diakui sebagai elemen yang
sangat dibutuhkan dalam bisnis dan menjadi sumber daya yang strategis untuk memperoleh dan
mempertahankan keunggulan kompetitif (Efandiana, 2011). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
menilai dan mengukur knowledge based business tersebut adalah dengan Intellectual Capital (IC).
Pramestiningrum (2013) mendefinisikan Intellectual Capital (IC)sebagai aset yang tak berwujud yang
merupakan sumber daya yang berisi pengetahuan, yang dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan baik
dalam pembuatan keputusan untuk saat ini maupun manfaat di masa depan. Intellectual capitaldihasilkan dari
tiga elemen yaituhuman capital, structural capital, customer capital. Human capital (HC) merupakan kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, seperti pengetahuan, pengalaman, keterampilan, komitmen,
hubungan kerja yang baik di dalam dan di luar perusahaan. Structural capital (SC) meliputi teknologi, sistem
operasi perusahaan, paten, merek dagang, dan kursus pelatihan. Customer capital (CC) adalah hubungan yang
baik dan berkelanjutan antara perusahaan dengan mitranya, seperti distributor, pemasok, pelanggan,
karyawan, masyarakat, pemerintah, dan sebagainya.

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

Intellectual Capital telah menjadi faktor penting untuk mendapatkan kinerja keuangan yang bagus

bagi perusahaan (Yuniasih et al, 2010). Perusahaan yang saat ini memiliki kinerja keuangan yang kurang
bagus belum tentu di masa mendatang perusahaan tersebut memiliki kinerja yang tidak bagus, bahkan bukan
tidak mungkin perusahaan tersebut lebih unggul dari perusahaan lainnya dikarenakan memiliki dukungan
intellectual capital yang baik. Peningkatan keahlian dan pengetahuan karyawan sebagai sumber daya manusia

yang merupakan komponen intellectual capital dalam perusahaan tidak dapat diukur dari sudut keuangan
dalam jangka waktu pendek, tetapi bisa dirasakan manfaatnya dalam jangka waktu panjang (Efandiana, 2011).
Di Indonesia, fenomena intellectual capital (IC) mulai berkembang terutama setelah munculnya
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud (Yuniasih
et al., 2010). Menurut PSAK No.19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva moneter yang dapat diidentifikasi

dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan
barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia,
2007). Dari definisi tersebut mengandung penjelasan bahwa sumber daya yang tidak berwujud dapat berupa
ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan
intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merek dagang.

Menurut Appuhami (2007), semakin besar nilai intellectual capital semakin efisien penggunaan
modal perusahaan, sehingga menciptakan value added bagi perusahaan. Value added suatu perusahaan terletak
pada kepemilikan dan pemanfaatan secara efektif sumber daya perusahaan yang mampu menambah nilai
(valueable), bersifat jarang dimiliki (unique), sulit ditiru dan tidak tergantikan oleh sumber daya yang lain.
Selain itu, jika modal intelektual merupakan sumber daya yang terukur untuk meningkatkan competitive
advantage, maka

modal intelektual akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan

(Abdolmohammadi, 2005). Modal intelektual diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan nilai
perusahaan maupun kinerja keuangan. Healy et al. (1999) menyatakan bahwa pengungkapan modal intelektual
yang semakin tinggi dalam laporan keuangan akan memberikan informasi yang kredibel atau dapat dipercaya,
dan akan mengurangi kesalahan investor dalam mengevaluasi harga saham perusahaan, sekaligus
meningkatkan kapitalisasi pasar.
Hubungan antara intellectual capital dengan kinerja keuangan telah di buktikan secara empiris oleh
Ulum et al.(2008), Salim dan Karyawati (2013), Sudibya dan Restuti (2014) yang menemukan bahwa
intellectual capital berpengaruh positif pada kinerja keuangan. Penelitian diluar negeri antara lain Chen et al.

(2005), Tan et al. (2007), Belkaoui (2003), Firer dan Stainbank (2003) membuktikan bahwa terdapat pengaruh
positif intellectual capital terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar.Sedangkan hasil berbeda diperoleh

Firer dan Williams (2003) yang menunjukkan ICtidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Selain penelitian mengenaiintellectual capital terhadap kinerja keuangan, penelitian mengenai
intellectual capital terhadap kinerja pasar juga telah dibuktikan olehWijaya (2012), dan Bollen (2005)

menemukan bahwa intellectual capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja pasar. Yuniasih et al.

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

(2010)menyatakan IC tidakberpengaruh terhadap kinerja pasar. Serta penelitian Kuryanto dan Syafruddin
(2008) menunjukan IC tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan
denganintellectual capitalyang tinggi dan yang rendah. Penelitian ini tidak menggunakan analisis pengaruh
intellectual capital terhadap kinerja perusahaan seperti penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti menguji

apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan dengan intellectual capital yang tinggi dan yang rendah.
Penguji menggunakan uji beda dikarenakan ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dan
tidak semua faktor diteliti sehingga memungkinkan penelitian terdahulu tidak konsisten.
Penelitian ini secara khusus meneliti perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Peneliti memilih menggunakan data dari perusahaan manufaktur karena pada penelitian sebelumnya banyak
menggunakan perusahaan perbankan dimana IC terpusat pada kinerja karyawan sedangkan perusahaan

manufaktur lebih terpusat pada sarana dan prasarana, sehingga ada kemungkinan karakteristiknya berbeda.
Menurut Ifada dan Hapsari (2012) Human capital pada perusahaan manufaktur tercermin dari
karyawan yang memiliki pengetahuan, pengalaman, komitmen dan bekerja pada berbagai divisi sesuai dengan
keahliannya masing-masing, structural capital pada perusahaan manufaktur tercermin dari sarana dan
prasarana yang disediakan perusahaan baik berupa mesin produksi, sistem produksi perusahaan, merek
dagang, serta transportasi untuk distribusi barang, sedangkan customer capital pada perusahaan manufaktur
tercermin dari hubungan baik yang dijalin perusahaan terhadap mitranya baik itu distributor, konsumen,
pemasok, dan pemerintah.
Pada

penelitian

ini

intellectual

capital

sendiri


diukur

dengan

the

Value

Added

IntellectualCoefficient™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998) dalam Yuniasih et al, (2010). Sedangkan
ukuran kinerja keuangan diukur dengan Return on Assets (ROA), alasan dipilihnya ROA karena ROA
mencerminkan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan assets (Chen et al., 2005).
Dan untuk mengukur kinerja pasar menggunakan Price to Book Value (PBV), alasan dipilih Price to Book
Value (PBV) sebagai ukuran kinerja pasar karena menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku

saham suatu perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2011).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang digunakan, dimana
pada penelitian sebelumnya para peneliti hanya menggunakan kinerja keuangan atau kinerja pasar saja sebagai
variabel penelitiannya. Disini peneliti mencoba meneliti keduanya yaitu kinerja keuangan dan kinerja pasar.

Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan faktor yang menunjukan efektifitas dan efisiensi perusahaan
dalam mencapai tujuannya (Pratata, 2007), tetapi dalam mencapai tujuannya perusahaan tidak hanya diukur
dari kinerja keuangan yang baik tetapi juga dilihat dari kinerja pasarnya. Hal inilah yang menyebabkan peneliti
meneliti keduanya yaitu kinerja keuangan dan kinerja pasar
Kontribusi penelitian ini, bagi investor dan calon investor, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan masukan kepada investor dalam menanamkan modalnya dengan mempertimbangkan intellectual
capitalyang dimiliki perusahaan. Bagi perusahaan, supaya dapat lebih meningkatkan proporsi informasi

mengenai intellectual capital-nya pada laporan tahunan perusahaan dalam rangka meningkatkan keunggulan
bersaing perusahaan dan kualitas dari laporan keuangan perusahaan itu sendri.
Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

TELAAH TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Resource Based Theory

Wernerfelt (1984) dalam Widarjo (2011) menjelaskan bahwa menurut pandangan Resource Based
Theory perusahaan akan unggul dalam persaingan usaha dan mendapatkan kinerja keuangan yang baik dengan

cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan asset-aset strategis yang penting (aset berwujud dan aset tak
berwujud). Belkaoui (2003) menyatakan strategi yang potensial untuk meningkatkan kinerja perusahaan

adalah dengan menyatukan aset berwujud dan aset tidak berwujud. Aset tidak berwujud perusahaan yang
memegang peran penting dalam perusahaan adalah intellectual capital. Intellectual capital pada perusahaan
tercermin dalam sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Sumber daya yang dimiliki perusahaan antaralain dapat berupa sumber daya alam yang memadai,
advertising yang menarik, serta karyawan dan manajer yang dapat bekerja secara professional. Apabila
perusahaan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara maksimal, maka perusahaan tersebut memiliki
keunggulan kompetitif dan mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain, dengan kata lain semakin baik
intellectual capital yang dimiliki perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan.

Intellectual Capital

Intellectual capital adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk

menciptakan nilai (Williams, 2001). Intellectual capital dapat dipandang sebagai pengetahuan, informasi,
kekayaan intelektual, dan pengalamanyang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart,1997).
Intellectual capital mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif. Intellectual capital merupakan aset tak berwujud yang
memegang peran penting dalam meningkatkan daya saing perusahaan dan juga dimanfaatkan secara efektif
untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.

Bontis et al.(2000) mengemukakan elemen-elemen Intellectual capital yang terdiri dari human capital
(HC), structural capital (SC) dan customer capital (CC).
1. Human Capital
Human capital didefinisikan sebagai kombinasi pengetahuan, keahlian, inovasi dan kompetensi yang

dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat
berhubungan baik dengan pelanggan. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu
menggunakan pengetahuan yg dimiliki oleh karyawannya.
2. Structural Capital
Structural capital adalah infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan

pasar. Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasi perusahaan, paten,
merek dagang, dan kursus pelatihan. Structural capital merupakan pendukung dari human capital
sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan memiliki

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

pengetahuan yang tinggi namun tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka
kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual.
3. Customer Capital

Customer capital merupakan hubungan yang harmonis atau association network yang dimiliki oleh

perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas,
berasal dari konsumen yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan,
berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar.

Jadi, secara umum IC dibagi menjadi tiga elemen, yaitu: human capital (HC) yang mencakup
pengetahuan dan keterampilan pegawai, structural capital (SC) yang mencakup teknologi, infrastruktur, dan
informasi yang mendukungnya, customer capital (CC) dengan membangun hubungan yang baik dengan
konsumen. Ketiga elemen ini akan berinteraksi secara dinamis, serta terus menerus dan meluas sehingga akan
menghasilkan nilai bagi perusahaan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Pengukuran intellectual capital telah dilakukan oleh para peneliti untuk dapat melakukan penelitian
terhadap intellectual capital. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode pengukuran monetary yang
dikembangkan oleh Pulic (1998)dalam Yuniasih et al, (2010) yang disebut Value Added Intellectual
Coefficient (VAICTM). VAICTM didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari

asset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan.
Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam

laporan keuangan perusahaan.
Keunggulan metode Pulic (1998)adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari
berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah
angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Model
VAICTM dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added adalah
indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menciptakan nilai (value creation). Value added (VA) dihitung sebagai selesih antara output dan input
(Pulic(1999) dalam Yuniasih et al, (2010)).
Tan et al. (2007) menyatakan output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk
dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam
memperoleh revenue. Perlu diperhatikan juga bahwa beban karyawan (labor expense) tidak termasuk dalam
IN.
Pulic (1999) dalam Yuniasih et al, (2010), dan Ulum (2008) mengemukakan bahwa value added (VA)
dipengaruhi oleh efisiensi dari tiga jenis input yang dimiliki perusahaan, antara lain: human capital (HC),
structural capital (SC) dan capital employed (CE).

1. Value Added Human Capital (VAHU)

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

Value Added Human Capital mengindikasikan kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan

nilai bagi perusahaan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut. Semakin banyak
Value Added dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa

perusahaan telah mengelolah sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan
tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
2. Value Added Capital Employed (VACA)
Value Added Capital Employed (VACA) mencerminkan seberapa banyak Value Added yang

dihasilkan dari modal fisik yang digunakan. Perusahaan akan terlihat baik menggunakan capital
employed (CE) jika 1 unit dari capital employed (CE) menghasilkan return lebih besar dari pada

perusahaan lain.
3. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) mengukur jumlah structural capital (SC) yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added (VA) dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. Structural capital (SC)
bukanlah ukuran independen sebagaimana human capital (HC), Structural capital (SC)
merupakan ukurandependen terhadap value creation, maka akan semakin kecil kontribusi
structural capital (SC) dalam hal tersebut.

Keunggulan metode Pulic adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai
sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angkaangka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Alternatif
pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang
hanya untuk melengkapi profit suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya
indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lainnya. Konsekuensinya,
kemampuan untuk menerapkan alternatif pengukuran IC tersebut secara konsisten terhadap sampel yang besar
dan terdiversifikasi menjadi terbatas (Firer dan Williams, 2003 dalam Wijaya, 2012)

Kinerja Keuangan
Menurut Pranata (2007) kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas
dan efisien suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuanya. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur
menggunakan Return on Asset (ROA). Return on Asset (ROA) mencerminkan keuntungan perusahaan dan
efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset (Chen et al, 2005). Rasio ini mewakili rasio profitabilitas,
yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang
dimiliki perusahaan. Semakin tinggi ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya, baik aset
fisik maupun aset non-fisik (intellectual capital) akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Menurut
Anthony dan Govindarajan (2002) kelebihan yang dimiliki ROA dibandingkan dengan rasio lainnya adalah :
pertama, ROA mudah dihitung dan dipahami; kedua, ROA merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang
sensitif terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan; ketiga, ROA sebagai tolak ukur prestasi

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

manajemen dalam memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba; keempat, ROA
sebagai alat evaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan manajemen.

Kinerja Pasar
Tujuan jangka panjang perusahaan adalah memaksimumkan kinerja pasar. Menurut Husnan (2000)
yang dimaksud dengan nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayarkan oleh calon pembeli
apabila perusahaan tersebut dijual. Sehingga apabila suatu perusahaan dianggap memiliki kinerja pasar yang
baik maka perusahaan itu memiliki prospek masa depan.Kinerja pasar pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan rasio Price to book value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan
kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus bertumbuh. Price to book value (PBV)
dipilih sebagai ukuran kinerja karena menggambarkan tingkat perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap
jumlah modal yang diinvestasikan. Menurut Damodaran (2001) dalam Sudibya dan Restuti (2014) rasio Price
to book value (PBV) mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut: pertama, nilai buku mempunyai

ukuran nilai yang relatif setabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Kedua, nilai buku
memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. Price to book value (PBV) dapat
diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.
Ketiga, perusahaan-perusahaan dengan earnings negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price
earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan PBV.

Pengembangan Hipotesis Perbedaan Kinerja Keuangan berdasarkan tingkat Intellectual Capital
Berdasarkan resource based theory, perusahaan akan unggul dalam persaingan usaha dan
mendapatkan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan aset-aset
strategis yang penting (aset berwujud dan aset tak berwujud) (Wernerfelt (1984) dalam Widarjo (2011)). Aset
tidak berwujud perusahaan yang memegang peran penting dalam perusahaan adalah intellectual capital.
Perusahaan yang memiliki intellectual capital yang tinggi pada umumnya akan menghasilkan kinerja
keuangan yang tinggi pula. Ketika perusahaan memiliki intellectual capital dengan memperhatikan dan
memanfaatkan human capital, structural capital, dan customer capital, maka akan menghasilkan kinerja
perusahaan yang baik.
Human capitaladalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang

dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan.Perusahaan yang berhasil
mengembangkan keahlian yang dimiliki karyawannya akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja
karyawan. Structural capital tercermin dari sarana dan prasarana yang disediakan oleh perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan pasar. Sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan berupa mesin produksi untuk
membantu dalam proses produksi, sistem produksi perusahaan, merek dagang, teknologi, serta transportasi
untuk membantu distribusi barang.
Structural capital merupakan pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung

kinerja karyawan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal. Sehingga walaupun karyawan

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

memiliki pengetahuan dan kompetensi yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan kinerja yang baik.
Customer capital pada perusahaan tercermin dari hubungan baik yang dijalin dengan mitranya.

Pemasok yang hubungan kerjasamanya berjalan dengan baik akan memberikan bahan baku yang baik bagi
perusahaan, dan konsumen juga akan loyal kepada perusahaan tersebut karena kualitas produk yang bagus dan
pelayanan customer service yang baik. Kinerja yang baik yang diberikan karyawan serta loyalitas yang
diberikan pemasok dan konsumen akan menggerakkan roda bisnis perusahaan sehingga laba perusahaan akan
meningkat. Meningkatnya laba perusahaan akan mengakibatkan peningkatan terhadap ROA yang
mengindikasi kinerja keuangan perusahaan dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu perusahaan yang
memiliki intellectual capital yang tinggi maka kinerja keuangannya tinggi.Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ulum et al (2008), Salim dan Karyawati (2013), Sudibya dan Restuti (2014),
Chen et al (2005), Tan et al. (2007) dari penelitian tersebut menyatakan bahwa intellectual capitalyang tinggi
maka kinerja keuangannya tinggi.
Akan tetapi sebaliknya jika perusahaan tidak mengembangkan keahlian yang dimiliki karyawan,
perusahaan tidak menyediakan sarana-prasarana dan karyawan tidak memanfaatkan sarana-prasarana dengan
baik, serta hubungan kerjasama perusahaan dengan mitranya tidak berjalan dengan baik maka hal ini dapat
menurunkan laba perusahaan, yang akhirnya ROA perusahaan akan mengalami penurunan dan mengindikasi
kinerja keuangannya rendah. Dengan hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki
intellectual capital yang rendah maka kinerja keuangan yang diperoleh rendah. Berdasarkan uraian diatas,

maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H1 : Perusahaan dengan Intellectual capital yang tinggi memiliki kinerja keuangan yang lebih baik
dibandingkan dengan Intellectual capital -nya rendah.

Pengembangan Hipotesis Perbedaan Kinerja Pasar berdasarkan tingkat Intellectual Capital
Menurut resource based theory, perusahaan akan unggul dalam persaingan usaha dan mendapatkan
kinerja perusahaan yang baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan aset-aset strategis yang
penting (aset berwujud dan aset tak berwujud). Dengan demikian, perusahaan yang memiliki dan dapat
menguasai aset tak berwujud dalam hal ini adalah intellectual capital dengan baik akan membuat investor
memberikan nilai yang tinggi pada perusahaan. Investor memberikan nilai yang tinggi kepada perusahaan
dengan harapan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan ketiga elemen intellectual capital yang dimiliki, baik
memanfaatkan keahlian yang dimiliki karyawan, sarana dan prasarana yang disediakan serta hubungan yang
dijalin dengan mitranya. Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkannya dengan lebih efisien dan efektif lagi,
sehingga kinerja perusahaan di masa mendatang lebih baik.
Perusahaan yang dapat mengelola pengetahuan karyawannya dengan baik akan membuat karyawan
bekerja lebih baik lagi untuk kepentingan perusahaan. Ditambah dengan sarana dan prasarana yang disediakan
perusahaan untuk mendukung kinerja karyawan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal.Hal ini
akan memberikan sinyal kepada calon investor bahwa perusahaan dapat mengelola karyawan dengan baik,
sehingga calon investor akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap perusahaan.
Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

Ketika perusahaan dapat menjalin hubungan yang baik dengan pemasok, konsumen, serta pemerintah
akan menggerakkan roda bisnis perusahaan sehinggainvestor memiliki harapan mengenai kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang dan menyebabkan investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan
tersebut, hal iniakan menyebabkan naiknya nilai harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan
disertai juga dengan naiknya nilai PBV perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang memiliki intellectual
capital yang tinggi maka kinerja pasarnya tinggi.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2012), dan Bollen (2005) dari penelitian tersebut menyatakan bahwa intellectual capitalyang tinggi
maka kinerja pasarnya tinggi.
Akan tetapi sebaliknya jika perusahaan tidak mengelola pengetahuan yang dimiliki karyawan, sarana
dan prasarana tidak disediakan, serta perusahaan tidak menjalin hubungan kerja yang baik dengan mitranya,
hal ini dapat menyebabkan menurunnya nilai harga saham yang disertai juga dengan menurunnya PBV
sehingga mengakibatkan penurunan pada kinerja pasar perusahaan. Haltersebut mengindikasikan bahwa
perusahaan yang memiliki intellectual capital yang rendah maka kinerja pasar yang diperoleh
rendah.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H2 : Perusahaan dengan Intellectual capital yang tinggi memiliki kinerja pasar yang lebih baik dibandingkan
dengan Intellectual capital -nya rendah.

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan mempublikasi laporan tahunan secara berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan 2013
dalam mata uang rupiah.
2. Perusahaan berada pada kondisi laba selama dua tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan
tahun 2013.Kriteria ini ditetapkan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menjaga agar value added
perusahaan, laba negatif akan menyebabkan value added perusahaan menjadi negatif.
3. Perusahaan berada pada kondisi nilai buku ekuitasnya positif.

Jenis dan Sumber Data
Sumber data penelitian berasal dari data sekunder. Data tersebut berupa data laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang dimulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 yang
diperoleh dari situs www.idx.co.id. Sedangkan data mengenai harga saham penutupan diperoleh dari situs
finance.yahoo.com.

Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah :


Intellectual Capital

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

1. Intellectual Capitaldiukur dengan VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic (1998; 1999;
2000)dalam Yuniasih et al, (2010). VAICTMyang diukur berdasarkan value added yangdihasilkan
olehValue Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan
Structural Capital Value Added (STVA). Formula perhitungan VAICTM adalah sebagai berikut:

a) Value Added Human Capital (VAHU)
VA = Output – Input
�� =

Dimana :


��

Value Added (VA) = selisih antara output dan input
Output (OUT) = total penjualan dan pendapatan lain-lain
Input (IN) = beban dan biaya-biaya selain beban karyawan
Human Capital (HC) = beban karyawan (total gaji, upah dan

pendapatan karyawan)

b) Value Added Capital Employed (VACA)
��

VACA = ��

Dimana :

Capital Employed (CE) = Dana yang tersedia (total ekuitas)

c) Structural Capital Value Added (STVA)

STVA = �

Dimana :

Structural Capital (SC) = VA – HC

Sehingga formulasi perhitungan VAICTM adalah:

VAICTM = VAHU + VACA + STVA


Kinerja Keuangan
Variabel penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA).
Return on Assets (ROA) memperlihatkan kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam

melakukan efisiensi penggunaan total aset untuk operasional perusahaan. Adapun rumus yang
digunakan menurut Ghozali dan Chariri (2008) untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut :



=






Kinerja Pasar

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

Variabel penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah Price to book value (PBV).
Dalam penelitian ini Price to Book value (PBV) dihitung berdasarkan perbandingan antara harga pasar
saham dengan nilai buku saham. Harga pasar saham yang digunakan adalah harga yang berdasarkan
closing price pada akhir tahun laporan perusahaan.Adapun rumus yang digunakan menurut Sudibya

dan Restuti (2014) untuk menghitung PBV adalah sebagai berikut:

� =







Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitan ini adalah :
1. Menghitung ROA, PBV dan IC yang diungkapkan pada tiap laporan tahunan perusahaan yang
dijadikan sampel.
2. Mengelompokkan ROA, PBV dan IC menjadi tinggi dan rendah berdasarkan rata-rata keseluruhan
sampel.
3. Melakukan uji normalitas terhadap data yang dijadikan sampel. Pengujian normalitas dilakukan
dengan uji Kolmogorov-Smirnov, untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data
berdistribusi normal apabila tingkat signifikasinya lebih besar dari 0,05.
4. Setelah data berdistribusi normal maka pengujian hipotesis akan dilanjutkan dengan melakukan Uji
T-Test. Jika data menunjukan tidak berdistribusi normal, pengujian hipotesis dilakukan dengan MannWhitney U. dalam penelitian ini pengelolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS

versi 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Pada tabel 1 berikut ini menunjukan proses pengambilan sampel perusahaan manufaktur yang terdapat
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 dengan menggunakan metode purposive sampling:
Tabel 1
Tabel pengambilan sampel penelitian
Kriteria Sampel
Jumlah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2013.
Jumlah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang tidak
mempublikasi di BEI maupun web perusahaan 2012-2013.
Laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur 2012-2013 dalam
mata uang selain rupiah
Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian
selama tahun 2012-2013
Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang nilai buku ekuitasnya
negatif selama tahun 2012-2013

Jumlah
perusahaan
280
(0)
(34)
(78)
(0)

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

(8)
160

Outlier data
Total sampel yang digunakan

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Analisis Statistik Deskriptif
Berikut ini adalah tabel yang berisi hasil analisis deskriptif yang terdiri dari mean, nilai minimum, dan
nilai maksimum.
Tabel 2
Tabel Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N

Minimum

Maximum

Mean

Intellectual Capital (IC)

160

2,28

94,34

34,98

Value Added Human Capital (VAHU)

160

1,24

90,99

31,93

Value Added Capital Employed (VACA)

160

0,33

9,45

2,12

Structrual Capital Value added (STVA)

160

0,20

0,99

0,92

Kinerja Keuaagan (ROA)

160

0,01

0,66

0,10

Kinerja Pasar (PBV)

160

0,23

46,95

2,96

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Pada tabel 2 menunjukkan Intellectual Capital (IC) memiliki nilai terendah 2,28; nilai tertinggi 94,34
dan nilai rata-rata 34,98. Nilai rata-rata IC dari perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 34,98. Hal
ini berarti bahwa perusahaan yang memanfaatkan IC masih rendah. Tingkat IC tertinggi sebesar 94,34 dimiliki
oleh PT. AKR Corporindo Tbk. Variabel kinerja keuangan, memiliki rata-rata sebesar 0,10. Hal ini berarti
perusahaan sampel secara rata-rata dapat memperoleh laba bersih sebesar Rp. 0,10,- untuk setiap Rp 1,- aset
perusahaan. Variabel kinerja pasar, memiliki rata-rata sebesar 2,96. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel
memiliki nilai pasar saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bukunya.Nilai rata-rata PBV diatas
satu (1) menunjukan perusahaan berhasil dalam menggelolah aset perusahaan, dan memiliki potensi
pertumbuhan investasi yang tinggi.

Tabel 3
Tabel Rata-rata Tinggi Rendahnya Intellectual Capital
ROA
PBV
IC
N
Mean
Max
Min
Mean
Max
Min
Tinggi
63
0.102
0.394
0.007
2.974
46.950
0.281
Rendah
97
0.100
0.657
0.006
2.964
25.603
0.232
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Tabel 4
Tabel Rata-rata Tinggi Rendahnya Value Added Human Capital
Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

ROA
PBV
VAHU
N Mean
Max
Min
Mean
Max
Min
Tinggi
63
0.102
0.394
0.007
2.974
46.950
0.281
Rendah
97
0.100
0.657
0.006
2.964
25.603
0.232
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Tabel 5
Tabel Rata-rata Tinggi Rendahnya Value Added Capital Employed
ROA
PBV
VACA
N Mean
Max
Min
Mean
Max
Min
Tinggi
58
0.100
0.657
0.007
3.666
46.950
0.232
Rendah 102
0.101
0.355
0.006
2.571
15.012
0.236
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Tabel 6
Tabel Rata-rata Tinggi Rendahnya Structural Capital Value Added
ROA
PBV
STVA
N Mean
Max
Min
Mean
Max
Min
Tinggi
114
0.100
0.657
0.007
2.864
46.950
0.236
Rendah
46
0.103
0.261
0.006
3.225
15.012
0.232
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Tabel 3 menunjukkan jumlah rata-rata IC yang tinggi memiliki ROA sebesar 0,102, sedangkan
perusahaan dengan IC yang rendah memiliki ROA sebesar 0,100. Kemudian untuk perusahaan yang IC tinggi
memiliki rata-rata PBV sebesar 2,974, sedangkan perusahaan dengan IC rendah memiliki PBV sebesar 2,964.

Uji Hipotesis
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
semua data memiliki nilai signifikasi < 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal, sehingga
pengujian hipotesis untuk variabel ROA dan PBV dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney U. Hasil
pengujian hipotesis untuk variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 7
Tabel Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel
Kinerja Keuangan (ROA)
Kinerja Pasar (PBV)
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Asymp. Sig. (2-tailed)
0,000
0,000

Kesimpulan
H Diterima
H Diterima

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

Tabel 8
Tabel Hasil Uji Beda pada Tiap Komponen
Variabel
Value Added Human Capital
Value Added Capital
Employed
Structural Capital Value
Added
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Asymp.Sig.(2-tailed)
0,00

Kesimpulan
Ada Perbedaan

0,00

Ada Perbedaan

0,00

Ada Perbedaan

Pembahasan
Perbedaan Kinerja Keuangan berdasarkan tingkat Intellectual Capital
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney pada tabel 7, diketahui bahwa signifikasi uji beda sebesar 0,000,
lebih rendah dari tingkat alpha sebesar 0,05. Hal ini berarti H1 diterima dan dapat disimpulkan terdapat
perbedaan kinerja keuangan (ROA) berdasarkan tingkat intellectual capital.
Tabel 3 menunjukkan jumlah rata-rata intellectual capitalperusahaan dengan kategori tinggi memiliki
nilai rata-rata ROA sebesar 0,102. Sedangkan perusahaan yang intellectual capital dengan kategori rendah
memiliki nilai rata-rata ROA sebesar 0,100. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan
intellectual capital yang tinggi akan menghasilkan ROA yang lebih tinggi. Ketika perusahaan berhasil

mengelola pengetahuan karyawannya dengan baik akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja
karyawan.
Sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan berupa mesin produksi untuk membantu dalam
proses produksi, sistem produksi perusahaan, merek dagang, teknologi, serta transportasi untuk membantu
distribusi barang jika digunakan dengan baik akan mendukung kinerja karyawan untuk menghasilkan kinerja
perusahaan yang optimal.
Hubungan baik yang dijalin perusahaan dengan pemasok akan membuat pemasok memberikan bahan
baku yang baik bagi perusahaan, dan konsumen juga akan loyal kepada perusahaan tersebut karena kualitas
produk yang bagus dan pelayanan customer service yang baik.Kinerja yang baik yang diberikan karyawan
serta loyalitas yang diberikan pemasok dan konsumen akan menggerakkan roda bisnis perusahaan sehingga
laba perusahaan akan meningkat. Meningkatnya laba perusahaan akan mengakibatkan peningkatan terhadap
ROA yang mengindikasi kinerja keuangan perusahaan dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu perusahaan
yang memiliki intellectual capital yang tinggi maka kinerja keuangannya tinggi.Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ulum et al (2008), Salim dan Karyawati (2013), Sudibya dan Restuti (2014),
Chen et al (2005), Tan et al. (2007) dari penelitian tersebut menyatakan bahwa intellectual capitalyang tinggi
maka kinerja keuangannya tinggi.
Akan tetapi sebaliknya jika perusahaan tidak mengembangkan keahlian yang dimiliki karyawan,
perusahaan tidak menyediakan sarana-prasarana dan karyawan tidak memanfaatkan sarana-prasarana dengan
baik, serta hubungan kerjasama perusahaan dengan mitranya tidak berjalan dengan baik maka hal ini dapat

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

menurunkan kinerja keuangan. Dengan hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki
intellectual capital yang rendah maka kinerja keuangan yang diperoleh rendah.

Sebagai contoh adanya perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan dengan IC tinggi dan rendah
terlihat pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbkyang memiliki intellectual capital-nya sebesar 49,25,
menghasilkanROA yaitu sebesar 0,39, Sedangkan perusahaan dengan tingkat intellectual capital rendah
seperti PT. Pioneerindo Gourment Internasional Tbk yang memiliki intellectual capital sebesar 5,99,
menghasilkan ROA hanya sebesar 0,18.
Dari hasil penelitian dilihat dari keseluruhan intellectual capital, perusahaan yang intellectual capitalnya tinggi menghasilkan ROA yang tinggi. Tetapi jika dilihat dari komponen intellectual capital terdapat
hasil yang berbeda. Pada tabel 4 terdapat perbedaan kinerja keuangan berdasarkan tingkat Value Added Human
Capital. Dimana pada Value Added Human Capital yang tinggi menghasilkan ROA yang tinggi. Sedangkan

pada Value Added Human Capital rendah menghasilkan ROA sebesar rendah. Pada tabel 5 didapatkan hasil
dimana Value Added Capital Employed yang tinggi menghasilkan ROA yang rendah, sedangkan pada Value
Added Capital Employed yang rendah menghasilkan ROA yang tinggi. Sedangkan pada tabel 6 dijelaskan

bahwa Structural Capital Value Adedd yang tinggi menghasilkan ROA yang rendah, sedangkan pada
Structural Capital Value Adedd yang rendah menghasilkan ROA yang tinggi.

Perbedaan Kinerja Pasar berdasarkan tingkat Intellectual Capital
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney pada tabel 7, diketahui bahwa signifikasi uji beda sebesar 0,000,
lebih rendah dari tingkat alpha sebesar 0,05. Sehingga H2 diterima dan dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan kinerja pasar (PBV) berdasarkan tingkat intellectual capital.
Besarnya PBV antara perusahaan dengan IC kategori tinggi dan rendah dapat dilihat pada tabel 3.
Perusahaan yang memiliki rata-rata intellectual capitaldengan kategori tinggi memiliki nilai rata-rata PBV
sebesar 2,974. Sedangkan perusahaan yang intellectual capital dengan kategori rendah memiliki nilai ratarata PBV sebesar 2,964. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki dan dapat menguasai aset tak berwujud
dalam hal ini adalah intellectual capital dengan baik akan membuat investor memberikan nilai yang tinggi
pada perusahaan.
Investor memberikan nilai yang tinggi kepada perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan dapat
memanfaatkan ketiga elemen intellectual capital yang dimiliki, baik memanfaatkan keahlian yang dimiliki
karyawan, sarana dan prasarana yang disediakan serta hubungan yang dijalin dengan mitranya. Perusahaan
diharapkan dapat memanfaatkannya dengan lebih efisien dan efektif lagi, sehingga kinerja perusahaan di masa
mendatang lebih baik.
Perusahaan yang dapat mengelola pengetahuan karyawannya dengan baik akan membuat karyawan
bekerja lebih baik lagi untuk kepentingan perusahaan. Ditambah dengan sarana dan prasarana yang disediakan
perusahaan untuk mendukung kinerja karyawan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal.Hal ini
akan memberikan sinyal kepada calon investor bahwa perusahaan dapat mengelola karyawan dengan baik,
sehingga calon investor akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap perusahaan.

Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

Ketika perusahaan dapat menjalin hubungan yang baik dengan pemasok, konsumen, serta pemerintah
akan menggerakkan roda bisnis perusahaan sehinggainvestor memiliki harapan mengenai kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang dan menyebabkan investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan
tersebut, hal ini akan menyebabkan naiknya nilai harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan
disertai juga dengan naiknya nilai PBV perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang memiliki intellectual
capital yang tinggi maka kinerja pasarnya tinggi.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2012), dan Bollen (2005) dari penelitian tersebut menyatakan bahwa intellectual capitalyang tinggi
maka kinerja pasarnya tinggi.
Akan tetapi sebaliknya jika perusahaan tidak mengelola pengetahuan yang dimiliki karyawan, sarana
dan prasarana tidak disediakan, serta perusahaan tidak menjalin hubungan kerja yang baik dengan mitranya,
hal ini dapat menyebabkan menurunnya kinerja pasar perusahaan. Haltersebut mengindikasikan bahwa
perusahaan yang memiliki intellectual capital yang rendah maka kinerja pasar yang diperoleh rendah.
Sebagai contoh adanya perbedaan kinerja pasar antara perusahaan dengan IC tinggi dan rendah terlihat
pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbkyang memiliki intellectual capital nya sebesar 49,25,
menghasilkanPBV yaitu sebesar 46,95, Sedangkan perusahaan dengan tingkat intellectual capital rendah
seperti PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk yang memiliki intellectual capital sebesar 7,97, menghasilkan PBV
hanya sebesar 0,70.
Dari hasil penelitian dilihat dari keseluruhan intellectual capital, perusahaan yang intellectual capitalnya tinggi menghasilkan PBV yang tinggi. Tetapi jika dilihat dari komponen intellectual capital terdapat hasil
yang berbeda. Berdasarkan Tabel 4 terdapat perbedaan kinerja keuangan berdasarkan tingkat Value Added
Human Capital. Dimana pada Value Added Human Capital yang tinggi menghasilkan PBV yang tinggi.

Sedangkan pada Value Added Human Capital rendah menghasilkan ROA yang rendah. Pada tabel 5
didapatkan hasil dimana Value Added Capital Employed yang tinggi menghasilkan ROA yang tinggi,
sedangkan pada Value Added Capital Employed yang rendah menghasilkan ROA yang rendah. Sedangkan
pada tabel 6 dijelaskan bahwa Structural Capital Value Adedd yang tinggi menghasilkan ROA sebesar rendah,
sedangkan pada Structural Capital Value Adedd yang rendah menghasilkan ROA yang tinggi.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI TERAPAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-whitneyU seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menunjukkan beberapa hal, yaitu :
1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan perusahaan dengan intellectual capital yang tinggi
memiliki kinerja keuangan yang lebih baik di bandingkan dengan perusahaan yangintellectual capital
rendah.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan perusahaan dengan intellectual capital yang tinggi
memiliki kinerja pasar yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan intellectual capital
rendah.

Implikasi Terapan
Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

Implikasi terapan dalam penelitian ini ditujukan kepada perusahaan. Bagi perusahaan, hendaknya
mengoptimalkan 3 elemenintellectual capital yaitu human capital, structural capital, dan customer capital
dengan baik sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan dan juga kinerja pasar. Bagi investor untuk lebih
memilih perusahaan yang IC nya baik dalam menanamkan investasinya sehingga harapan investor untuk
mendapat keuntungan lebih bisa terjamin.

Referensi

Abdolmohammadi, M.J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market Capitalization. Journal of
Intellectual Capital Vol.6 No.3.pp.397-416.

Appuhami, B.A. Ranjith. 2007. The Impact of Intellectual Capital on Investors Capital Gains on Share: An
Empirical Investigation of Thai Banking, Finance & Insurance sector. International Management
Riview. Vol.3 No.2.

Bontis, N., W.C.C. Keow, and S. Richardson. 2000. “Intellectual Capital and Business Performance in
Malaysia Industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol.1. No.1. 85-100.
Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. 2005. “An Empirical Investigation of the Relationship Between
Intellectual Capital and firms’ Market Value and Financial Performances”. Journal of Intellectual
Capital. Vol.6 No.2.pp.159-176.

Efandiana, Ludita. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Intellectual Capital pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Diponegoro
Semarang.
Firer, Steven, and L Stainbank. 2003. “Testing the Relationship between Intellectual Capital and a Company’s
Performance: Evidence from South Africa”. Meditari Accountancy Research. Vol. 11: 25-44.
Ghozali, Iman. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 19. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.

Healy, P. M., dan K. G. Palepu, (1993), The Effect of Firms’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices.
Accounting Horizons 7 (1): 1-11.

Ifada, Luluk Muhimatul dan Hapsari, Hairida. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Publik (Non Keuangan) di Indonesia. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan.
Vol.2 No.1. April. Pp 181-194.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. No.19. Jakarta: Salemba Empat.
Kuryanto, Benny dan Syafruddin, Muchamad. 2009. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja
Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol.5, No.2.
Pramestiningrum. 2013. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Sektor Keuangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011”. Universitas Diponegoro, Semarang.
Proceding Seminar Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta, 19 Mei 2016

Salim, Selvi Meliza dan Karyawati, Golrida. 2013. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan.
Journal of Business Enterpreneurship . Vol.1 No.2. Mei.

Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan
Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.5No.1. 31-51.
Sudibya, D. C. Nunki Arun dan Restuti, MI. Mitha Dewi. 2014. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening. Makalah Disampaikan dalam
Seminar Nasional dan Call for Paper . 154-166.

Sunarsih, Ni Made dan Mendra, Ni Putu Yuria. 2012. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin: 2023 September.
Suwarjuwono, W dan Kadir, A. P. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (sebuah
library research). Jurnal Akuntansi Keuangan 5 (1): 35-37.

Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chairi. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan: Suatu Analisis
dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah Diampaikan dalam Simposium Nasional
Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.

Wernerf

Dokumen yang terkait

M01976

0 0 18