PENGARUH SUHU DAN SALINITY TERHADAP KESTABILAN EMULSI MINYAK MENTAH INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
PENGARUH SUHU DAN SALINITY TERHADAP KESTABILAN EMULSI MINYAK MENTAH INDONESIA
Andry Nofrizal (L2C6 07 006), Yoga Adi Prashetya (L2C6 07 060)
Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pramudono, M.S.
ABSTRAK
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang karakterisasi dan kestabilan emulsi minyak mentah Indonesia. Lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh parameter suhu dan penambahan salinity terhadap kestabilan emulsi minyak mentah Indonesia. Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan hidrokarbon sebagai komponen utamanya. Produksi minyak dari sumur selalu disertai dengan kandungan air yang menimbulkan emulsi air dalam minyak (W/O emulsion). Semakin tua sumur minyak, semakin besar kandungan airnya. Emulsi air dalam minyak menyebabkan berbagai masalah dalam proses. Minyak mentah yang berasal dari daerah berbeda mempunyai karakteristik yang berbeda pula. Oleh karena itu perlu dilakukan studi karakteristik dan kestabilan emulsi. Studi karakteristik meliputi sifat fisika dan kimia minyak mentah. Studi kestabilan emulsi memberikan gambaran tentang metode yang tepat dalam penanganan emulsi minyak mentah. Kestabilan emulsi ditinjau dari waktu, volume air, dan volume minyak terpisah. Semakin tinggi suhu yang di berikan, ikatan emulsi pada minyak mentah semakin tidak stabil dan semakin banyak salinity yang di tambahkan ikatan emulsi minyak-air semakin stabil. Untuk uji temperatur, minyak mentah Jambi adalah minyak yang paling stabil diantara minyak lain dengan konsentrasi Resin 4,7%. Sedangkan untuk uji penambahan salinity NaCl, minyak mentah Cepu adalah minyak paling stabil pada rasio R/A paling rendah yaitu 2,82%.
Kata kunci : karakterisasi, kestabilan emulsi, minyak mentah Indonesia
ABSTRACT
The objective of this proposed research is to examine the characteristic and stability of Indonesia's crude oil emulsions. More specifically, this research aims to determine the effect of temperature and addition of salinity to the stability of Indonesia's crude oil emulsion. Crude oil is a complex mixture which hydrocarbons as a main component. Oil production from the well is always accompanied by water content leading to water in oil emulsion (W/O emulsion). The older the oil well, the greater the water content. Water in oil emulsion causes many problems during the process. Crude oil from different regions have different characteristics as well. Therefore it is necessary to study the characteristics and stability of emulsions. Characteristic study includes the physical and chemical properties of crude oil. Study of emulsion stability gives an idea about the proper method to handle crude oil emulsion. Emulsion stability in terms of time, the volume of separated water, and oil. The higher of temperature that is given, the bonding of the emulsion in crude oil increasingly unstable and for more salinity given in the bond of oil-water emulsion more stable. From the test of temperature, crude oil Jambi is the most stable among other oils with resin concentration of 4.7%. Meanwhile, from the test of addition of NaCl salinity, crude oil Cepu is most stable at a ratio of R / A at low at 2.82%.
(2)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai lebih dari 3% cadangan minyak mentah dunia. Oleh karena itu, banyak kilang-kilang minyak yang berdiri di dataran maupun lepas pantai Indonesia. Untuk mendapatkan minyak mentah, kita harus melakukan kegiatan pengeboran, baik di darat maupun lepas pantai. Untuk pengeboran atau kilang minyak ini terdiri dari 6 tahap, dari penentuan lokasi sampai pada produksi.
Pada proses yang ke empat, Setelah lapisan di tembak dengan explosif, minyak yang terkandung diantara pori-pori batuan akan mengalir menuju tempat yang pressure nya lebih kecil (ke atmosferik atau ke permukaan tanah). Untuk mengontrol pergerakan ini, sumur diisi dengan liquid tertentu untuk menjaga under balance (sumur masih bisa di kendalikan dan tidak blow out), contoh liquid : Brine, diesel, ato air. Oleh karena sumur di isi dengan liquid tertentu, maka sangat mungkin bila terbentuk emulsi yang kuat. Pembentukan emulsi yang kuat ini menyebabkan banyak masalah seperti ketidakstabilan plant, peningkatan konsumsi demulsification, kerugian menggunakan tekanan tinggi, korosi dan penurunan produktivitas. Untuk membantu treatment design kita harus mengetahui terlebih dahulu data – data tentang kestabilan emulsi terhadap minyak mentah yang ada di Indonesia. Minyak mentah adalah cairan kompleks yang terdiri dari banyak komponen yang dapat memberikan kontribusi untuk stabilitas emulsi termasuk asphaltenes, resin, asam organik, dan padatan anorganik.Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang pengolahan limbah pelumas bekas agar menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, maka pegolahan limbah pelumas ini diusahakan semaksimal mungkin ramah lingkungan.
Emulsi air dalam minyak (W/O emulsion), dimana minyak mentah sebagai fase kontinu dan air (yang mengandung berbagai garam terlarut) sebagai fase terdispersi. Emulsi ini distabilkan oleh zat zat kimia alami yang terkandung dalam minyak mentah itu sendiri, seperti : asphaltene, resin, dan wax yang dikenal sebagai interfacial active components atau surfaktan alam Adanya surfaktan alam dapat menyebabkan emulsi minyak mentah menjadi stabil, di mana akan menimbulkan berbagai masalah seperti karakteristik dan sifat fisik minyak yang mengalami perubahan signifikan. Densitas minyak asli dapat meningkat dari 800 kg/m3 menjadi 1030 kg/m3 ketika terjadi emulsi. Perubahan paling signifikan diamati pada viskositas, yang biasanya beberapa Mpa.s atau kurang menjadi sekitar 1000 Mpa.s (Fingaset al., 1993)
RUMUSAN MASALAH
Telah diketahui bahwa karakteristik minyak mentah sangat mempengaruhi kestabilan emulsinya. Sedangkan minyak mentah yang berasal dari daerah / region berbeda mempunyai sifat karakteristik yang berbeda pula (Elsharkawy et al., 2000). Menurut hasil penelitian terdahulu, faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi diantaranya adalah faktor internal yang meliputi karakteristik (sifat-sifat fisika dan kimia) dari minyak mentah dimana faktor-faktor ini tidak mudah diubah atau dikendalikan. Faktor-faktor lain merupakan faktor eksternal yang dapat dikendalikan yaitu kondisi operasi misalnya temperatur, pH, salinitas air pembentuk emulsi, jenis pelarut demulsifier, solid particles, umur emulsi dan sebagainya (Bambang Pramudono, 2009). Dengan studi karakterisasi dan kestabilan emulsi ini diharapkan karakteristik dan sifat-sifat kestabilan emulsi minyak mentah Indonesia dapat diketahui sehingga dapat membantu dalam usaha penanganan masalah emulsi minyak mentah Indonesia.
(3)
TUJUAN
Adapun tujuan dari program penelitian ini yaitu :
a. Studi karakterisasi (physical and chemical analysis) minyak mentah Indonesia (minyak mentah Blora, Cepu, Jambi, dan Riau)
b. Mengetahui pengaruh parameter suhu dan salinity bagi kestabilan emulsi minyak mentah Indonesia.
c. Mengetahui perbandingan kestabilan emulsi minyak mentah Indonesia. METODE PENELITIAN
Variabel Percobaan a. Variabel Tetap
Variabel tetap pada penelitian ini adalah waktu pengadukan 2 menit, homogenizer speed
8000 rpm, volume pengadukan 20 ml dengan perbandingan minyak : air = 1 : 1. b. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan adalahjenis minyak mentah yang digunakan (Riau, Jambi, Cepu, Blora), penambahan salinity 0‰; 5‰; 10‰; 15‰; 20‰, dan temperatur 30 oC; 40oC; 50oC; 60oC; 70oC.
Pembuatan Emulsi
Homogenisasi ini dilakukan untuk menghomogenkan bahan baku (minyak dan air) dengan kecepatan agitasi 8000 rpm dan variasi suhu sesuai variabel yang telah ditentukan yaitu 30 0C, 40 0C, 50 0C, 60 0C, 70 0C dan variasi salinity 0 o/oo, 5 o/oo, 10 o/oo, 15 o/oo, 20 o/oo, Bahan baku yang telah siap, diaduk dengan alat homogenizer dengan waktu pengadukan konstan yaitu 2 menit, suhu dan salinity disesuaikan dengan variabel pada tiap-tiap minyak mentah yang dipakai. Setelah dilakukan pengadukan selama 2 menit, akan terbentuk larutan emulsi antara minyak dan air, tuangkan ke dalam tabung reaksi berskala dan letakkan dalam rak. Untuk suhu 40 0C, 50 0C, 60 0C, dan 70 0C di jaga konstan dalam oven.
Respon atau Pengamatan
Penelitian ini dilakukan dengan melihat persentase air terpisah, dan persentase minyak terpisah. Data yang diamati adalah hubungan persentase separasi dan waktu.
Cara Pengolahan Data
Data percobaan diolah dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif yang meliputi kajian:
x Hasil karakterisasi sampel minyak mentah
x Volume minyak terpisah
x Volume air terpisah
x Waktu minyak dan air terpisah
x Grafik hubungan waktu versus presentase minyak mentah
x Grafik hubungan waktu versus presentaseair terpisah Alat dan Bahan
a. Bahan yang digunakan.
x Minyak mentah Cepu, Riau, Jambi, Blora.
x NaCl.
x Aquadest.
b. Alat yang digunakan
x Satu set homogenizer.
(4)
Skema Pelaksanaan Percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Studi karakteristik
Tabel 1. Karakteristik fisik (physical characterization) sampel minyak mentah
Blora Cepu Jambi Riau
Spesific Gravity 60 oF 0,9297 0,8575 0,9329 0,8966 Viskositas kinematis 100 oF (Cst) 20,77 21,73 14,89 15,39 Tegangan muka (dyne/cm) 28,26 27,09 25,71 25,75
Tabel 2. Karakteristik kimia (chemical characterization) sampel minyak mentah
Jenis Crude Oil
Salinitas Kandungan Sulfur (wt%)
Asphaltene (%)
Resin (%)
Wax (%)
Rasio R/A
Blora 0,0 0,1 2,381 7 2,162 2,94
Cepu 0,0 0,231 2,002 5,65 3,939 2,82
Jambi 0,0 0,09 0,548 4,7 0,996 8,58
(5)
Kajian p Gambar pada mi minya miny 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 0 % A ir T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 0 % A ir T e rp is a h pengaruh te ( ( ( (
r 1. Pengaruh inyak menta ak mentah Ja yak mentah B
500 1000 wa 40C 5 500 1000 wa 40C
0 500 100
Wa 40C 5 500 1000 W 40C 5 emperatur (a) (b) (c) (d) h temperatur ah Riau; (c) P
ambi; (e) Pe Blora; (g) Pe
0 1500 2000
aktu (menit)
0C 60C
0 1500 2000
aktu (menit)
50C 60
0 1500 2000
aktu (menit)
50C 60C
0 1500 2000
aktu (menit)
0C 60C
r : (a) Persen Persentase m ersentase mi ersentase min
minyak m
2500 3000 70C
0 2500 3000
0C 70C
0 2500 3000
C 70C
0 2500 3000 70C ntase minyak minyak terpis inyak terpisa nyak terpisah mentah Cepu 2 4 6 8 10 % M in y a k T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 % A ir T e rp is a h 2 4 6 8 10 % M in y a k T e rp is a h 2 4 6 8 10 % A ir T e rp is a h
k terpisah, (b sah, (d) Pers ah, (f) Persen
h (h) Persen u. 0 20 40 60 80 00 0 500 40C 0 0 0 0 0 0 0 500 40C 0 20 40 60 80 00 0 500 40C 0 20 40 60 80 00 0 500 40C (e) (f) (g) (h) b) Persentase sentase air te
ntase air terp ntase air terpi
1000 1500 2
Waktu (men
50C
1000 1500 2
Waktu (men
50C
1000 1500 2
Waktu (men
50C 6
1000 1500
Waktu (me
50C 6
e air terpisah erpisah, , pda pisah, pada
isah, pada
2000 2500 30
nit)
60C 70C
2000 2500 30
nit)
60C 70C
2000 2500 30
nit)
60C 70C
2000 2500 3
nit) 60C 70C h, a 000 C 000 C 000 C 3000 C
(6)
Ga dalam be 70oC sed disimpulk jumlah ai berbeda u Tem kaku (rig pengelom lain pana
Suh secara si larut dala Kajian p 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h S S S 0 20 40 60 80 100 0 % A ir T e rp is a h S S S 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h S S S
mbar 2 (a) erbagai miny
dangkan em kan bahwa ir terpisah se untuk masin mperature y gid) yang di mpokan anta as akan mem hu tidak cuk ignifIkan, da am minyak m penambahan ( ( ( 500 1000 W
Salinity 0 o/oo Salinity 10 o/oo Salinity 20 o/oo
500 1000
W
Salinity 0 o/oo Salinity 10 o/oo Salinity 20 o/oo
0 500 100
W
Salinity 0 o/oo Salinity 10 o/oo Salinity 20 o/oo
s/d (h) men yak mentah. mulsi paling semakin tem emakin bany ng-masing m
yang dinaika isebabkan ol ardropletsn mpercepat pro
kup berpenga an temperat mentah. (Gra
n Salinity.
(a)
(b)
(c)
0 1500 2000
Waktu (menit)
Sa
o Sa
o
0 1500 2000
Waktu (menit)
Sa
o Sa
o
00 1500 200
Waktu (menit)
Sa
o Sa
o
nunjukkan p Emulsi yang g stabil ditu mperatur m yak sedangk minyak menta an juga berp
leh penurun naik karena m
oses pemeca aruh untuk m ture yang tin ace, 1992).
0 2500 3000
)
alinity 5 o/oo alinity 15 o/oo
0 2500 3000
)
alinity 5 o/oo alinity 15 o/oo
0 2500 3000
)
alinity 5o/oo alinity 15 o/oo
pengaruh tem g paling tida unjukkan te maka emulsi kan jumlah m
ah tersebut. peran aktif nan viskosita menerima en ahan emulsi. meningkatka nggi menye
0 0 0 0 20 40 60 80 100 % A ir T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 % M in y a k T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 % A ir T e rp is a h
mperature pa ak stabil ditu
mperatur 40 akan semak minyak terpis dalam men as antar muk nergi termal an kelarutan ebabkan ban
0 0 0 0 0 0 0 500
Salinity 0 o Salinity 10 Salinity 20 0 0 0 0 0 0 0 500
Salinity 0 o Salinity 10 Salinity 20 0 0 0 0 0 0 0 500
Salinity 0 o Salinity 10 Salinity 20
ada kestabil unjukkan oleh
0oC. Hal te kin tidak st sah didapatk ntidakstabilk
ka. Selanjutn dari butiran air dalam m nyak asphalt
(e) (f) (g) 1000 1500 Waktu (m /oo o/oo o/oo 1000 1500 Waktu (m o/oo o/oo o/oo 1000 1500 Waktu ( o/oo o/oo o/oo
an emulsi a h temperatur ersebut dap
abil sehingg kan hasil yan an film yan nya frekuen n, dengan ka minyak menta
tenes menjad
2000 2500
menit)
Salinity 5 o Salinity 15
2000 2500
menit)
Salinity 5 o Salinity 15
2000 2500
menit)
Salinity 5 o Salinity 15 air re at ga ng ng nsi ata ah di 3000 o/oo o/oo 0 3000 o/oo 5 o/oo 0 3000 o/oo 5 o/oo
(7)
Gamb pada mi minya miny G kestabila stabil dit ditunjukk tinggi sa emulsi. H
phase de besar sal Sehingga demulsifi Kajian j Gambar Suh secara si larut dala
V ini dikare
0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h S S S 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h Ria ( ar 2. Pengar inyak menta ak mentah Ja yak mentah B Gambar 2 (
an emulsi air tunjukkan o kan oleh per alinitas aque Hal ini men engan salinit linitas meny a demulsifie fier akan diik
enis minyak
r 3. Kestabila
tinj hu tidak cuk ignifIkan, da am minyak m Viskositas an
enakan tingk
500 1000
W
Salinity 0 o/oo Salinity 10 o/oo Salinity 20 o/oo
500 1000
Wa
au Jam
(d)
ruhsalinity: ah Riau; (c) P
ambi; (e) Pe Blora; (g) Pe (a) s/d (h) r dalam miny oleh perlaku
rlakuan pen eous phase, nunjukkan b tas nol (aqu ebabkan ada er yang be kat oleh anio
k mentah be
(a) an emulsi be auan: (a) per kup berpenga an temperat mentah. (Gra ntarmuka dar
kat drainase
0 1500 2000
Waktu (menit)
Sa
o Sa
o
0 1500 2000
aktu (menit)
bi Cepu
: (a) Persenta Persentase m ersentase mi ersentase min
minyak m menunjukk yak. Hasil p uan penamba nambahan 20 makin kecil ahwa makin ades) menun anya larutan ekerja mem on dalam laru edasarkan t
erbagai jenis rsen minyak aruh untuk m ture yang tin ace, 1992). ri fasa intern
film menin
0 2500 300 alinity 5 o/oo alinity 15 o/oo
0 2500 3000
u Blora
ase minyak t minyak terpis inyak terpisa nyak terpisah mentah Cepu kan pengaru percobaan m ahan 0‰ N 0‰ NaCl. H
l persentase n tinggi sali njukkan kon n elektrolit y mecah emul utan aqueous
temperatur.
s minyak me k terpisah (b) meningkatka
nggi menye nal akan men ngkats ecara 0 2 4 6 8 10 % A ir T e rp is a h 0 a 0 20 40 60 80 100 % A ir T e rp is a h terpisah, (b) sah, (d) Pers ah, (f) Persen
h (h) Persen u.
uh penamba menunjukkan NaCl sedang Hasilnya me e air atau m initas, emuls ndisi yang p yang bermua lsi tidak da
s phase.
.
entah Indone ) persen air t an kelarutan ebabkan ban nurun seiring proporsiona 0 0 0 0 0 0 0 500
Salinity 0 o Salinity 10 Salinity 20
0 500 1
Riau J
(h) Persentase a sentase air te
ntase air terp ntase air terpi ahan salinity
emulsi yang kan emulsi enunjukkan b minyak yang
si makin sta paling tidak atan dalam s apat maksim
(b) esia uji tempe
terpisah. air dalam m nyak asphalt g meningkatn
al pada suhu
1000 1500
Waktu (m
o/oo o/oo o/oo
000 1500 20
Waktu (menit
Jambi C
air terpisah, erpisah, , pda pisah, pada
isah, pada
y NaCl pad g paling tida paling stab bahwa maki terpisah da abil. Aqueou
stabil. Maki sistem emuls mal karen
eratur denga
minyak menta tenes menjad nya suhu. H u. Momentum
2000 2500
enit)
Salinity 5 o Salinity 15
000 2500 300
t) Cepu Blo a da ak bil in ari us in si. na an ah di al m 3000 o/oo o/oo 00 ora
(8)
antara droplets akan meningkat sebelum terjadi pencampuran. Kedua fasa cair yang bercampur akan terpisah disebabkan karena densitas yang berbeda antara kedua fasa tersebut. Di tinjaau dari rasio R/A minyak mentah Riau memiliki rasio R/A paling besar. Kandungan asphalten yang cukup rendah dan resi yang cukup tinggi membuat minyak mentah Riau semakin cepat untuk memisah dari emulsinya.
Konsentrasi surfaktan alam (asphaltene, resin, dan wax) juga mempunyai peran besarterhadap kestabilan emulsi minyak mentah. Pada banyak penelitian tentang surfaktan alam ini, kestabilan emulsi tergantung pada kandungan asphalten. Asphaltene mampu menyetabilkan emulsi sendiri tanpa adanya resin dan wax, namun tanpa keberadaan asphaltene, resin dan wax tidak mampu menyetabilkan emulsi. Di tinjaau dari rasio R/A minyak mentah Riau memiliki rasio R/A paling besar. Kandungan asphalten yang cukup rendah dan resi yang cukup tinggi membuat minyak mentah Riau semakin cepat untuk memisah dari emulsinya. Konsentrasi resin yang terlalu besar dapat menurunkan kestabilan emulsi W/O ini karena resin konsentrasi tinggi membuat agregat asphaltene larut dalam minyak sehingga mengurangi permukaan aktif pada interface minyak-air.
Kajian jenis minyak mentah bedasarkan penambahab salinity
(a) (b)
Gambar 4. Kestabilan emulsi berbagai jenis minyak mentah Indonesia uji penambahan
salinity dengan tinjauan: (a) persen minyak terpisah (b) persen air terpisah.
Gambar 4(a) di atas menunjukkan urutan kestabilan emulsi masing-masing minyak mentah berdasarkan penambahan salinity 10‰ dan suhu 30oC. Pada minyak mentah Riau dan Blora, minyak yang terpisah jumlahnya 50% dan 9%, sedangkan pada minyak mentah Jambi dan Cepu tidak ada minyak yang terpisah sama sekali. Gambar 4(b) menunjukkan bahwa air terpisah pada minyak mentah Riau, Jambi , Blora , Cepu jumlahnya adalah 65 %, 60 %, 50 %, 18 % .
Dari Gambar tersebut dapat diketahui bahwa minyak mentah yang mempunyai sifat asli emulsi paling stabil adalah minyak mentah Cepu dengan tidak adanya minyak dan sedikit air yang terpisah bahkan dalam waktu yang lama. Minyak mentah yang mempunyai sifat asli emulsi paling tidak stabil adalah minyak mentah Riau kemudian diikuti oleh minyak mentah Blora lalu minyak mentah Jambi.
Viskositas minyak mentah yang tinggi akan meningkatkan kemampuan minyak untuk mempertahankan sejumlah besar droplet air dibandingkan dengan minyak mentah dengan viskositas rendah (Mat H.B et al, 2006).
0 20 40 60 80 100
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
%
M
in
y
a
k
T
e
rp
is
a
h
Waktu (menit)
Riau Jambi Cepu blora
0 20 40 60 80 100
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
%
A
ir
T
e
rp
is
a
h
Waktu (menit)
(9)
Kesimpulan
Dari hasil studi karakteristik dapat diketahui karakteristik 4 sampel minyak mentah Indonesia yaitu Blora, Cepu, Jambi, dan Riau. Hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa penambahan salinity NaCl dan temperatur berpengaruh terhadap kestabilan emulsi minyak mentah. Semakin tinggi temperatur, emulsi minyak mentah semakin tidak stabil. Semakin besar konsentrasi salinity NaCL yang di tambahkan, semakin stabil emulsi suatu minyak mentah.
Ucapan Terima Kasih
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudono, MS selaku dosen pembimbing penelitian. 2. Bapak Ir. Abdullah, MS, PhD sebagai Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Orangtua, keluarga penyusun dan teman-teman yang telah memberikan doa, support, dan materi
Daftar Pustaka
Elsharkawy, A.M., Al-Sahaf, T.A., Fahim, M.A. 2000. Effect of inorganic solids, wax to asphaltene ratio, and water cut on the stability of water-in-crude oil emulsions. College of Engineering and Petroleum. Kuwait University. Kuwait
Fingas,M., Fieldhouse, B., Bobra, M., and Tennyson, E. (1993). The Physics and Chemistry of Emulsions. Proceed Workshop on Emulsion. Marine Spill Response Corporation , Washington, DC
Grace, R. (1992), Commercial Emulsion Breaking. In.: Schramm, L.L. Emulsions Fundamentals and Applications in the Petroleum Industry. American Chemical Society, Washington DC. 313-338.
Mat H.B., Samsuri A., Abdul Rahman, W.A.W., Rani, S.I., 2006. Study on demulsifier formulation for treating Malaysian crude oil emulsion. Universiti Teknologi Malaysia. Project No. 02-02-06-0015 EA098/VOT 74004
Nuri, W. 2010. Pemisahan emulsi minyak mentah Indonesia menggunakan gelombang mikro. Magister Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
NRT Science & Technology Committee. 1997. Emulsion Breakers and Inhibitors For Treating Oil Spills. Fact Sheet.
Pramudono, Bambang. Destabilisasi Sistem Emulsi : Detol-Asphaltene-Rsin Menggunakan Agen Pendemulsi Methyl Trioctyl Ammonium Chloride. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009. Bandung, 19-20 Oktober 2009
(1)
Skema Pelaksanaan Percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Studi karakteristik
Tabel 1. Karakteristik fisik (physical characterization) sampel minyak mentah
Blora Cepu Jambi Riau
Spesific Gravity 60 oF 0,9297 0,8575 0,9329 0,8966 Viskositas kinematis 100 oF (Cst) 20,77 21,73 14,89 15,39 Tegangan muka (dyne/cm) 28,26 27,09 25,71 25,75 Tabel 2. Karakteristik kimia (chemical characterization) sampel minyak mentah Jenis Crude
Oil
Salinitas Kandungan Sulfur (wt%)
Asphaltene (%)
Resin (%)
Wax (%)
Rasio R/A
Blora 0,0 0,1 2,381 7 2,162 2,94
Cepu 0,0 0,231 2,002 5,65 3,939 2,82
Jambi 0,0 0,09 0,548 4,7 0,996 8,58
(2)
Kajian p Gambar pada mi minya miny 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 0 % A ir T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 0 % A ir T e rp is a h pengaruh te ( ( ( (
r 1. Pengaruh inyak menta ak mentah Ja yak mentah B
500 1000 wa 40C 5 500 1000 wa 40C
0 500 100 Wa 40C 5 500 1000 W 40C 5 emperatur (a) (b) (c) (d) h temperatur ah Riau; (c) P
ambi; (e) Pe Blora; (g) Pe
0 1500 2000 aktu (menit)
0C 60C
0 1500 2000 aktu (menit)
50C 60
0 1500 2000 aktu (menit)
50C 60C
0 1500 2000 aktu (menit)
0C 60C
r : (a) Persen Persentase m ersentase mi ersentase min
minyak m
2500 3000 70C
0 2500 3000
0C 70C
0 2500 3000
C 70C
0 2500 3000 70C ntase minyak minyak terpis inyak terpisa nyak terpisah mentah Cepu 2 4 6 8 10 % M in y a k T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 % A ir T e rp is a h 2 4 6 8 10 % M in y a k T e rp is a h 2 4 6 8 10 % A ir T e rp is a h
k terpisah, (b sah, (d) Pers ah, (f) Persen
h (h) Persen u. 0 20 40 60 80 00 0 500 40C 0 0 0 0 0 0 0 500 40C 0 20 40 60 80 00 0 500 40C 0 20 40 60 80 00 0 500 40C (e) (f) (g) (h) b) Persentase sentase air te
ntase air terp ntase air terpi
1000 1500 2 Waktu (men
50C
1000 1500 2 Waktu (men
50C
1000 1500 2 Waktu (men
50C 6
1000 1500 Waktu (me
50C 6
e air terpisah erpisah, , pda pisah, pada
isah, pada
2000 2500 30 nit)
60C 70C
2000 2500 30 nit)
60C 70C
2000 2500 30 nit)
60C 70C
2000 2500 3 nit) 60C 70C h, a 000 C 000 C 000 C 3000 C
(3)
Ga dalam be 70oC sed disimpulk jumlah ai berbeda u Tem kaku (rig pengelom lain pana
Suh secara si larut dala Kajian p 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h S S S 0 20 40 60 80 100 0 % A ir T e rp is a h S S S 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h S S S
mbar 2 (a) erbagai miny
dangkan em kan bahwa ir terpisah se untuk masin mperature y gid) yang di mpokan anta as akan mem hu tidak cuk ignifIkan, da am minyak m
penambahan ( ( ( 500 1000 W Salinity 0 o/oo Salinity 10 o/oo Salinity 20 o/oo
500 1000 W Salinity 0 o/oo Salinity 10 o/oo Salinity 20 o/oo
0 500 100 W Salinity 0 o/oo Salinity 10 o/oo Salinity 20 o/oo
s/d (h) men yak mentah. mulsi paling semakin tem emakin bany ng-masing m
yang dinaika isebabkan ol ardropletsn mpercepat pro
kup berpenga an temperat mentah. (Gra
n Salinity.
(a)
(b)
(c)
0 1500 2000 Waktu (menit)
Sa
o Sa
o
0 1500 2000 Waktu (menit)
Sa
o Sa
o
00 1500 200 Waktu (menit) Sa
o Sa
o
nunjukkan p Emulsi yang g stabil ditu mperatur m yak sedangk minyak menta an juga berp
leh penurun naik karena m
oses pemeca aruh untuk m ture yang tin ace, 1992).
0 2500 3000 )
alinity 5 o/oo alinity 15 o/oo
0 2500 3000 )
alinity 5 o/oo alinity 15 o/oo
0 2500 3000 )
alinity 5o/oo alinity 15 o/oo
pengaruh tem g paling tida unjukkan te maka emulsi kan jumlah m
ah tersebut. peran aktif nan viskosita menerima en ahan emulsi. meningkatka nggi menye
0 0 0 0 20 40 60 80 100 % A ir T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 % M in y a k T e rp is a h 0 20 40 60 80 100 % A ir T e rp is a h
mperature pa ak stabil ditu
mperatur 40 akan semak minyak terpis dalam men as antar muk nergi termal an kelarutan ebabkan ban
0 0 0 0 0 0 0 500
Salinity 0 o Salinity 10 Salinity 20 0 0 0 0 0 0 0 500
Salinity 0 o Salinity 10 Salinity 20 0 0 0 0 0 0 0 500
Salinity 0 o Salinity 10 Salinity 20
ada kestabil unjukkan oleh
0oC. Hal te kin tidak st sah didapatk ntidakstabilk
ka. Selanjutn dari butiran air dalam m nyak asphalt
(e) (f) (g) 1000 1500 Waktu (m /oo o/oo o/oo 1000 1500 Waktu (m o/oo o/oo o/oo 1000 1500 Waktu ( o/oo o/oo o/oo
an emulsi a h temperatur ersebut dap
abil sehingg kan hasil yan an film yan nya frekuen n, dengan ka minyak menta
tenes menjad
2000 2500 menit)
Salinity 5 o Salinity 15
2000 2500 menit)
Salinity 5 o Salinity 15
2000 2500 menit)
Salinity 5 o Salinity 15 air re at ga ng ng nsi ata ah di 3000 o/oo o/oo 0 3000 o/oo 5 o/oo 0 3000 o/oo 5 o/oo
(4)
Gamb pada mi minya miny G kestabila stabil dit ditunjukk tinggi sa emulsi. H phase de besar sal Sehingga demulsifi Kajian j Gambar Suh secara si larut dala
V ini dikare
0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h S S S 0 20 40 60 80 100 0 % M in y a k T e rp is a h Ria ( ar 2. Pengar inyak menta ak mentah Ja yak mentah B Gambar 2 (
an emulsi air tunjukkan o kan oleh per alinitas aque Hal ini men engan salinit linitas meny a demulsifie fier akan diik
enis minyak
r 3. Kestabila
tinj hu tidak cuk ignifIkan, da am minyak m Viskositas an
enakan tingk
500 1000 W Salinity 0 o/oo Salinity 10 o/oo Salinity 20 o/oo
500 1000 Wa
au Jam
(d)
ruhsalinity: ah Riau; (c) P
ambi; (e) Pe Blora; (g) Pe (a) s/d (h) r dalam miny oleh perlaku
rlakuan pen eous phase, nunjukkan b tas nol (aqu ebabkan ada er yang be kat oleh anio
k mentah be
(a)
an emulsi be auan: (a) per kup berpenga an temperat mentah. (Gra ntarmuka dar
kat drainase
0 1500 2000 Waktu (menit)
Sa
o Sa
o
0 1500 2000 aktu (menit)
bi Cepu
: (a) Persenta Persentase m ersentase mi ersentase min
minyak m menunjukk yak. Hasil p uan penamba nambahan 20 makin kecil ahwa makin ades) menun anya larutan ekerja mem on dalam laru
edasarkan t
erbagai jenis rsen minyak aruh untuk m ture yang tin ace, 1992). ri fasa intern
film menin
0 2500 300 alinity 5 o/oo alinity 15 o/oo
0 2500 3000
u Blora
ase minyak t minyak terpis inyak terpisa nyak terpisah mentah Cepu kan pengaru percobaan m ahan 0‰ N 0‰ NaCl. H
l persentase n tinggi sali njukkan kon n elektrolit y mecah emul utan aqueous
temperatur.
s minyak me k terpisah (b) meningkatka
nggi menye nal akan men ngkats ecara 0 2 4 6 8 10 % A ir T e rp is a h 0 a 0 20 40 60 80 100 % A ir T e rp is a h terpisah, (b) sah, (d) Pers ah, (f) Persen
h (h) Persen u.
uh penamba menunjukkan NaCl sedang Hasilnya me e air atau m initas, emuls ndisi yang p yang bermua lsi tidak da
s phase.
.
entah Indone ) persen air t an kelarutan ebabkan ban nurun seiring proporsiona 0 0 0 0 0 0 0 500
Salinity 0 o Salinity 10 Salinity 20
0 500 1
Riau J
(h)
Persentase a sentase air te
ntase air terp ntase air terpi ahan salinity emulsi yang kan emulsi enunjukkan b minyak yang
si makin sta paling tidak atan dalam s apat maksim
(b)
esia uji tempe terpisah.
air dalam m nyak asphalt g meningkatn
al pada suhu
1000 1500 Waktu (m o/oo
o/oo o/oo
000 1500 20 Waktu (menit
Jambi C
air terpisah, erpisah, , pda pisah, pada
isah, pada y NaCl pad g paling tida paling stab bahwa maki terpisah da abil. Aqueou
stabil. Maki sistem emuls mal karen
eratur denga
minyak menta tenes menjad nya suhu. H u. Momentum
2000 2500 enit)
Salinity 5 o Salinity 15
000 2500 300 t) Cepu Blo a da ak bil in ari us in si. na an ah di al m 3000 o/oo o/oo 00 ora
(5)
antara droplets akan meningkat sebelum terjadi pencampuran. Kedua fasa cair yang bercampur akan terpisah disebabkan karena densitas yang berbeda antara kedua fasa tersebut. Di tinjaau dari rasio R/A minyak mentah Riau memiliki rasio R/A paling besar. Kandungan asphalten yang cukup rendah dan resi yang cukup tinggi membuat minyak mentah Riau semakin cepat untuk memisah dari emulsinya.
Konsentrasi surfaktan alam (asphaltene, resin, dan wax) juga mempunyai peran besarterhadap kestabilan emulsi minyak mentah. Pada banyak penelitian tentang surfaktan alam ini, kestabilan emulsi tergantung pada kandungan asphalten. Asphaltene mampu menyetabilkan emulsi sendiri tanpa adanya resin dan wax, namun tanpa keberadaan asphaltene, resin dan wax tidak mampu menyetabilkan emulsi. Di tinjaau dari rasio R/A minyak mentah Riau memiliki rasio R/A paling besar. Kandungan asphalten yang cukup rendah dan resi yang cukup tinggi membuat minyak mentah Riau semakin cepat untuk memisah dari emulsinya. Konsentrasi resin yang terlalu besar dapat menurunkan kestabilan emulsi W/O ini karena resin konsentrasi tinggi membuat agregat asphaltene larut dalam minyak sehingga mengurangi permukaan aktif pada interface minyak-air.
Kajian jenis minyak mentah bedasarkan penambahab salinity
(a) (b)
Gambar 4. Kestabilan emulsi berbagai jenis minyak mentah Indonesia uji penambahan salinity dengan tinjauan: (a) persen minyak terpisah (b) persen air terpisah.
Gambar 4(a) di atas menunjukkan urutan kestabilan emulsi masing-masing minyak mentah berdasarkan penambahan salinity 10‰ dan suhu 30oC. Pada minyak mentah Riau dan Blora, minyak yang terpisah jumlahnya 50% dan 9%, sedangkan pada minyak mentah Jambi dan Cepu tidak ada minyak yang terpisah sama sekali. Gambar 4(b) menunjukkan bahwa air terpisah pada minyak mentah Riau, Jambi , Blora , Cepu jumlahnya adalah 65 %, 60 %, 50 %, 18 % .
Dari Gambar tersebut dapat diketahui bahwa minyak mentah yang mempunyai sifat asli emulsi paling stabil adalah minyak mentah Cepu dengan tidak adanya minyak dan sedikit air yang terpisah bahkan dalam waktu yang lama. Minyak mentah yang mempunyai sifat asli emulsi paling tidak stabil adalah minyak mentah Riau kemudian diikuti oleh minyak mentah Blora lalu minyak mentah Jambi.
Viskositas minyak mentah yang tinggi akan meningkatkan kemampuan minyak untuk mempertahankan sejumlah besar droplet air dibandingkan dengan minyak mentah dengan viskositas rendah (Mat H.B et al, 2006).
0 20 40 60 80 100
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
%
M
in
y
a
k
T
e
rp
is
a
h
Waktu (menit)
Riau Jambi Cepu blora
0 20 40 60 80 100
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
%
A
ir
T
e
rp
is
a
h
Waktu (menit)
(6)
Kesimpulan
Dari hasil studi karakteristik dapat diketahui karakteristik 4 sampel minyak mentah Indonesia yaitu Blora, Cepu, Jambi, dan Riau. Hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa penambahan salinity NaCl dan temperatur berpengaruh terhadap kestabilan emulsi minyak mentah. Semakin tinggi temperatur, emulsi minyak mentah semakin tidak stabil. Semakin besar konsentrasi salinity NaCL yang di tambahkan, semakin stabil emulsi suatu minyak mentah.
Ucapan Terima Kasih
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudono, MS selaku dosen pembimbing penelitian. 2. Bapak Ir. Abdullah, MS, PhD sebagai Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Orangtua, keluarga penyusun dan teman-teman yang telah memberikan doa, support, dan materi
Daftar Pustaka
Elsharkawy, A.M., Al-Sahaf, T.A., Fahim, M.A. 2000. Effect of inorganic solids, wax to asphaltene ratio, and water cut on the stability of water-in-crude oil emulsions. College of Engineering and Petroleum. Kuwait University. Kuwait
Fingas,M., Fieldhouse, B., Bobra, M., and Tennyson, E. (1993). The Physics and Chemistry of Emulsions. Proceed Workshop on Emulsion. Marine Spill Response Corporation , Washington, DC
Grace, R. (1992), Commercial Emulsion Breaking. In.: Schramm, L.L. Emulsions Fundamentals and Applications in the Petroleum Industry. American Chemical Society, Washington DC. 313-338.
Mat H.B., Samsuri A., Abdul Rahman, W.A.W., Rani, S.I., 2006. Study on demulsifier formulation for treating Malaysian crude oil emulsion. Universiti Teknologi Malaysia. Project No. 02-02-06-0015 EA098/VOT 74004
Nuri, W. 2010. Pemisahan emulsi minyak mentah Indonesia menggunakan gelombang mikro. Magister Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
NRT Science & Technology Committee. 1997. Emulsion Breakers and Inhibitors For Treating Oil Spills. Fact Sheet.
Pramudono, Bambang. Destabilisasi Sistem Emulsi : Detol-Asphaltene-Rsin Menggunakan Agen Pendemulsi Methyl Trioctyl Ammonium Chloride. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009. Bandung, 19-20 Oktober 2009