Persandingan Satu Naskah Undang-Undang PPh | TDS Solution

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan UndangUndang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2009

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 23 September 2008

TENTANG
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN
OLEH
KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI

ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 September 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 133

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a dan Pasal 17 ayat
(7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan mengenai
pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan
oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi;
Mengingat :
1.
2.


264

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Repubiik Indonesia Tahun
1945;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009

265

1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 4893);


koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 5

MEMUTUSKAN:
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA
SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPREASI
ORANG PRIBADI.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Pasal 1
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang
didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat inal.

ttd
Pasal 2
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah:
a.
0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan
Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan; atau
b.
10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa
bunga simpanan lebih dari Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu
rupiah) per bulan.
Pasal 3

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,
ttd

Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota
koperasi orang pribadi, wajib memotong Pajak Penghasilan yang bersifat inal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 pada saat pembayaran.

ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 32

Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh

266

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009


267

PENJELASAN

II.

PASAL DEMI PASAL

ATAS

Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2009

Yang dimaksud dengan “penghasilan berupa bunga simpanan” adalah imbalan
berupa bunga simpanan yang diterima anggota koperasi orang pribadi dari dana
yang disimpan anggota koperasi orang pribadi pada koperasi tempat orang
pribadi tersebut menjadi anggota.


TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN
OLEH
KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI

Tidak termasuk dalam pengertian ini adalah bunga simpanan yang diterima
anggota koperasi orang pribadi yang merupakan bagian dari sisa hasil usaha.
Pasal 2

I.
UMUM
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, terhadap penghasilan berupa bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi dapat dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat inal yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Ketentuan Pasal 17 ayat (7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atasUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan menyatakan bahwa dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan

tarif pajak tersendiri atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang Pribadi.
Materi pokok yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini mengenai pengenaan
Pajak Penghasilan yang bersifat inal dan penetapan besaran tarif pajak terhadap
penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi.

Contoh perhitungan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan:
1.
Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 240.000,00 untuk masa Januari,
maka PPh terutang 0% x Rp 240.000,00 = Rp 0,00
2.
Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 245.000,00 untuk masa Januari,
maka PPh terutang 10% x Rp 245.000,00 = Rp24.500,00
3.
Bunga dibayarkan pada bulan April sebesar Rp 500.000,00 dengan rincian:
Bulan Januari RP 250.000,00
ulan Februari RP 150.000,00
Bulan Maret RP 100.000,00
Maka yang dikenakan PPh 10% adalah bunga bulan Januari sebesar 10% x

Rp 250.000,00 = Rp 25.000,00 dan untuk bulan Februari dan Maret RP 0,00
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.

Tujuan dari pengenaan pajak yang bersifat inal tersebut adalah untuk memberikan
kemudahan kepada Wajib Pajak dan sekaligus meningkatkan efektivitas dan
eisiensi pengenaan pajak serta mendorong berkembangnya perkoperasian di
Indonesia.

Pasal 5
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1987

268

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009


269

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4893);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2009
TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN

BERUPA BUNGA OBLIGASI.
Pasal 1

Menimbang :
a.

b.

bahwa dengan dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap ketentuan Pajak
Penghasilan atas penghasilan berupa bunga obligasi;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a dan Pasal 17 ayat
(7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan Berupa Bunga Obligasi;

Mengingat :
1.

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;

2.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan

270

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan:
1.
Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan.
2.
Bunga Obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh
pemegang Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.
Pasal 2
(1)
(2)

Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak berupa
Bunga Obligasi dikenai pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat inal.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila
penerima penghasilan berupa Bunga Obligasi adalah:
a. Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan; dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

271

b. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia.

1) 0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;
2) 5% (lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013; dan
3) 15% (lima belas persen) untuk tahun 2014 dan seterusnya.

Pasal 3
Pasal 4
Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
adalah:
a.
bunga dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap; dan
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap,
dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi;
b.

c.

d.

diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap; dan
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap,
dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;
diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar:
1) 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap; dan
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda bagi wajib Pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap,
dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
Obligasi; dan
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh
Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan sebesar:

272

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

Pemotongan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan
oleh:
a.
penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk,
atas bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan
kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan diskonto yang diterima
pemegang Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo Obligasi; dan/
atau
b.
perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau
pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada
saat transaksi.
Pasal 5
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemotongan, penyetoran, dan
pelaporan Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 6
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor
6 Tahun 2002 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga dan Diskonto Obligasi yang
Diperdagangkan dan/atau Dilaporkan Perdagangannya di Bursa Efek (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4175), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

273

PENJELASAN
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2009

ttd

TENTANG
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 33

I.
UMUM
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan terdapat perubahan materi sehingga perlu dilakukan penyesuaian
terhadap ketentuan mengenai Pajak Penghasilan atas penghasilan berupa
Bunga Obligasi yanq sebelumnya diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor
6 Tahun 2002 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga dan Diskonto Obligasi yang
Diperdagangkan dan/atau Dilaporkan Perdagangannya di Bursa Efek.
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, terhadap penghasilan berupa Bunga Obligasi dapat
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat inal yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Ketentuan Pasal 17 ayat (7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atasUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan menyatakan bahwa dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan
tarif pajak tersendiri atas penghasilan berupa Bunga Obligasi.
Materi pokok yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini mengenai pengenaan
Pajak Penghasilan yang bersifat inal dan penetapan besaran tarif pajak terhadap
penghasilan berupa Bunga Obligasi.

274

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

275

Tujuan pengaturan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak,
meningkatkan efektivitas dan eisiensi pengenaan pajak, serta untuk mendorong
berkembangnya perdagangan Obligasi di Indonesia.
II.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 1
Pasal 7
Cukup jelas.

Cukup jelas.
Pasal 2

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4982

Cukup jelas.
Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Obligasi dengan kupon” dikenal dengan istilah
interest bearing debt securities.
Yang dimaksud dengan “masa kepemilikan” dikenal dengan istilah
holding period.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bunga berjalan” dikenal dengan istilah accrued
interest.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Obligasi tanpa bunga” dikenal dengan istilah
non-interest bearing debt securities.
Huruf d
Cukup Jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.

276

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

277

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2009
TENTANG
BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT ATAU SUMBANGAN
KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB YANG DIKECUALIKAN DARI
OBJEK PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1 UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Bantuan atau Sumbangan termasuk zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan;
Mengingat :
1.
2.

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4893);

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK
ZAKAT ATAU SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB YANG
DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK PENGHASILAN.
Pasal 1
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai
objek Pajak penghasilan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Pasal 2
Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah zakat yang diterima oleh:
a.
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah; dan
b.
penerima zakat Yang berhak.
Pasal 3
Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang akui di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal I adalah sumbangan keagamaan
yang diterima oleh:
a.
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; dan
b.
penerima sumbangan yang berhak.
Pasal 4
Bantuan atau sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah pemberian
dalam bentuk uang atau barang kepada orang pribadi atau badan.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

278

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009

279

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN
ATAS

ttd

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2009

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

TENTANG
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT ATAU SUMBANGAN
KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK
PAJAK PENGHASILAN
I.

UMUM

ttd
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 35

Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1 Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasiian, bantuan atau Sumbangan, termasuk zakat atau
sumbangan keagamaan, dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pengaturan mengenai hal-hal yang tidak termasuk sebagai objek Pajak
Penghasilan ini bertujuan untuk meningkatkan iman dan takwa para pemeluk
agama dan perlakuan yang sama (equal treatment) bagi setiap pemeluk agama
di Indonesia.
II.

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1

Hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan dapat terjadi karena ketergantungan atau
keterikatan antara satu pihak dan pihak lain baik langsung maupun tidak
langsung.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.

280

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009

281

Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2009

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4984

TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (2d) Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri;
Mengingat :
1.
2.

282

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009

283

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4893);
MEMUTUSKAN :

ttd
Menetapkan :
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI.
Pasal 1
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen)
dan bersifat inal.
Pasal 2
Pengenaan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan
melalui pemotongan oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk
selaku pembayar dividen.

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA.
ttd
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 36

Pasal 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pemotongan, penyetoran,
dan pelaporan Pajak Penghasilan atas dividen yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Pasal 4
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

284

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009

285

PENJELASAN

II.

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1

ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2009

Cukup jelas.
Pasal 2

TENTANG
Cukup jelas.

PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU
DIPEROLEH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI

Pasal 3
Cukup jelas.

I.

UMUM
Pasal 4

Besarnya tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berdasarkan ketentuan
Pasal 17 ayat (2c) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penetapan mengenai besarnya
tarif tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (2d) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4985

Pengaturan Pajak Penghasilan atas dividen yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri secara khusus ini bertujuan untuk memberikan
kepastian hukum, kemudahan administrasi kepada Wajib Pajak dan Pemerintah,
dan mendorong pertumbuhan serta menggairahkan investasi dalam negeri
antara lain dalam bentuk penyertaan modal langsung pada perseroan terbatas.
Materi pokok yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini mengenai penetapan
besaran tarif pajak terhadap penghasilan berupa dividen yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.

286

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009

287

Mengingat :
1.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2008

2.

TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 1994
TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN
DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a.

b.

bahwa dalam rangka lebih memberikan kemudahan dan kesederhanaan
dalam menghitung Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan, serta mendukung program pengadaan
Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana, perlu mengatur kembali
ketentuan mengenai pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/
atau Bangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/
atau Bangunan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan;

288

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

3.

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4893);
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3580) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor
79 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor
48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3891);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/
ATAU BANGUNAN.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

289

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor
77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3580) sebagaimana
telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Pemerintah:
a.
Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan
Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3634);
b.
Nomor 79 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 170, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3891);

(3)

(4)

diubah sebagai berikut:
1.

Ketentuan Pasal 4 ayat (1) diubah, dan ditambah 2 (dua) ayat yakni ayat (5)
dan ayat (6), sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:

(5)

“Pasal 4
(1) Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) adalah sebesar 5% (lima persen) dari
jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,
kecuali atas pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan
Pajak Penghasilan sebesar 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai
pengalihan.
(2) Nilai pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah nilai
yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan
Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan

290

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

(6)

2.

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi Dan
Bangunan, kecuali:
a. dalam hal pengalihan hak kepada pemerintah adalah nilai
berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan;
b. dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang (Staatsblad
Tahun 1908 Nomor 189 dengan segala perubahannya) adalah nilai
menurut risalah lelang tersebut.
Nilai Jual Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Nilai Jual
Objek Pajak menurut Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan
Bangunan tahun yang bersangkutan atau dalam hal Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang dimaksud belum terbit, adalah Nilai Jual Objek Pajak
menurut Surat Pemberitahuan Pajak terutang tahun pajak sebelumnya.
Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut belum terdaftar pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan,
maka Nilai Jual Objek Pajak yang dipakai adalah Nilai Jual Objek Pajak
menurut surat keterangan yang diterbitkan Kepala Kantor yang wilayah
kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan
berada.
Rumah Sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
Rumah Sederhana Sehat dan Rumah Inti Tumbuh, yang mendapat fasilitas
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Susun Sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC
dan dapur baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan
penggunaan komunal termasuk Rumah Susun Sederhana Milik, yang
mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

291

“Pasal 8

“Pasal 5
Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat
(1) adalah:
a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan
Tidak Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/
atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan
jumlah yang dipecah-pecah;
b. orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf c;
c. orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan
dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, dan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan
atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada
hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
d. badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan
cara hibah kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan
sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan; atau
e. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.”
Pasal 6 dihapus.
4.

Ketentuan Pasal 8 ayat (1) diubah dan ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 8
berbunyi sebagai berikut:

292

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

(1) Bagi Wajib Pajak yang melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan, pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) bersifat inal.
(2) Dihapus.”
Pasal II
1.

Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, terhadap Wajib Pajak badan,
termasuk koperasi, yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan, apabila:
a. melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum
tanggal 1 Januari 2009 dan atas pengalihan hak tersebut belum
dibuatkan akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan, atau risalah lelang
oleh pejabat yang berwenang; dan
b. penghasilan atas pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada
huruf a telah dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak yang bersangkutan dan Pajak Penghasilan
atas penghasilan tersebut telah dilunasi, pengenaan pajaknya dihitung
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994
tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

2.

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

293

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 November 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN
ATAS

ttd.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN
2008

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

TENTANG
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 November 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48
TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN

ttd.
I.

UMUM

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 164

Cara pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan yang dikaitkan dengan saat penandatanganan akta,
keputusan, perjanjian, kesepakatan pengalihan hak oleh notaris atau pejabat
yang berwenang, atau mengaitkan dengan pembayaran yang dilakukan oleh
bendaharawan atau pejabat pemerintah yang melakukan pembayaran ternyata
telah meningkatkan kepatuhan bagi orang pribadi atau badan yang melakukan
transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Untuk lebih memberikan kemudahan dan kesederhanaan dalam menghitung
Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, dipandang perlu mengubah ketentuan pengenaan Pajak Penghasilan
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
1999, yang semula bersifat tidak inal menjadi bersifat inal bagi Wajib Pajak
badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan serta dalam rangka mendukung program pengadaan Rumah
Sederhana dan Rumah Susun Sederhana perlu diberikan tarif yang lebih rendah
untuk pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana
dan Rumah Susun Sederhana.

294

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

295

II.

Ayat (3)

PASAL DEMI PASAL

Cukup jelas
Ayat (4)

Pasal I
Angka 1

Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut belum
terdaftar, maka untuk memperoleh besarnya Nilai Jual
Objek Pajak, orang pribadi atau badan yang melakukan
pengalihan wajib meminta surat keterangan mengenai
besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas tanah dan/atau
bangunan untuk tahun pajak yang bersangkutan
kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang wilayah
kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau bangunan
tersebut berada.

Pasal 4
Ayat (1)
Besarnya Pajak Penghasilan yang wajib dibayar sendiri
oleh orang pribadi dan badan atau yang dipotong
atau dipungut oleh bendaharawan atau pejabat yang
berwenang sehubungan dengan pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan adalah sebesar 5% (lima
persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan tersebut.

Ayat (5)
Bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, besarnya
Pajak Penghasilan yang wajib dibayar sendiri adalah 1%
(satu persen) untuk pengalihan Rumah Sederhana dan
Rumah Susun Sederhana, dan sebesar 5% (lima persen)
untuk pengalihan lainnya.
Ayat (2)

Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Angka 2

Besarnya nilai pengalihan sebagai dasar perhitungan
besarnya Pajak Penghasilan yang wajib dibayar
sendiri oleh orang pribadi atau badan, atau dipungut
oleh bendaharawan atau pejabat yang berwenang,
adalah nilai yang tertinggi antara nilai menurut akta
dengan nilai menurut Nilai Jual Objek Pajak untuk
penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan atas tanah
dan/atau bangunan yang bersangkutan dalam tahun
pajak terjadinya pengalihan. Ketentuan ini dimaksudkan
untuk memperoleh nilai yang paling mendekati nilai
yang sebenarnya.

Pasal 5
Pada dasarnya semua pengalihan hak atas tanah dan/
atau bangunan dikenakan Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), namun untuk keadilan
diberikan pengecualian dari pembayaran atau pemungutan
Pajak Penghasilan.
Huruf a
Cukup jelas.

Dalam hal pengalihan kepada Pemerintah, maka
besarnya nilai pengalihan adalah berdasarkan nilai
yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Huruf b
Orang pribadi atau badan yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas

296

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

297

tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah dengan
pembayaran ganti rugi yang akan digunakan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan
khusus, yaitu jalan umum, saluran pembuangan
air, waduk, bendungan, saluran irigasi, pelabuhan
laut, bandar udara dan fasilitas keselamatan umum
seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar
dan bencana lainnya, serta fasilitas Tentara Nasional
Indonesia/ Kepolisian Negara Republik Indonesia.

yayasan, organisasi sejenis lainnya, atau pengusaha
kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihakpihak yang bersangkutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 4)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008, maka keuntungan karena pengalihan tersebut
bukan merupakan Objek Pajak dan tidak terutang Pajak
Penghasilan. Termasuk dalam pengertian hibah adalah
wakaf.

Lokasi pembangunan sarana kepentingan umum
tersebut memerlukan persyaratan khusus misalnya
untuk pelabuhan laut diperlukan tanah tertentu untuk
memenuhi persyaratan sebagai pelabuhan seperti
kedalaman laut, arus laut, pendangkalan dan lain
sebagainya.

Huruf e
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena
warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008, bukan merupakan Objek Pajak.

Huruf c
Apabila orang pribadi melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, dan kepada badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, organisasi
sejenis lainnya, atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (1) huruf d angka 4 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008, maka keuntungan
karena pengalihan tersebut bukan merupakan Objek
Pajak dan tidak terutang Pajak Penghasilan. Termasuk
dalam pengertian hibah adalah wakaf.
Huruf d
Apabila badan melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk

298

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

Angka 3
Pasal 6
Cukup jelas
Angka 4
Pasal 8
Ayat (1)
Pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan bersifat
inal bagi Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib
Pajak badan tanpa melihat jenis usaha atau kegiatan
yang dilakukan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

299

Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal II

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 80/PMK.03/2009

Cukup jelas

TENTANG
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4914

SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA
NIRLABA YANG
BERGERAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN/ATAU BIDANG PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN, YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK
PENGHASILAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf m UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sisa Lebih yang
Diterima atau Diperoleh Badan Lembaga atau Nirlaba yang Bergerak dalam
Bidang Pendidikan dan/atau Bidang Penelitian dan Pengembangan yang
Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan;
Mengingat :
1.

300

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 80/PMK.03/2009

301

2.

3.

Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4740);
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893);
Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

(4)

a. Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana pendidikan,
penelitian dan pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai
lokasi pembangunan gedung dan prasarana tersebut;
b. pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan
perpustakaan;
c. pembelian/pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas guru,
dosen atau karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang
berada di lingkungan/lokasi lembaga pendidikan formal.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

Pasal 2

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU
DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG
PENDIDIKAN DAN/ATAU BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, YANG
DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK PENGHASILAN.

(1)

Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat
(1) terdapat sisa lebih yang tidak digunakan untuk pengadaan sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (4), sisa lebih tersebut diakui
sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan pada tahun pajak
berikutnya, setelah jangka waktu 4 (empat) tahun tersebut ditambah
dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

(2)

Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat
(1) terdapat sisa lebih yang digunakan selain untuk pengadaan sarana
dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (4), sisa lebih
tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan
ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 1
(1)

(2)

(3)

Sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/
atau penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat
terbuka kepada pihak manapun, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut dikecualikan sebagai
objek Pajak Penghasilan.
Sisa lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah selisih dari seluruh
penerimaan yang merupakan objek Pajak Penghasilan selain penghasilan
yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan
pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari badan atau lembaga
nirlaba.
Badan atau lembaga nirlaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya.

302

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 80/PMK.03/2009

Pasal 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengadaan sisa lebih yang
diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan yang
dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan, diatur dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 80/PMK.03/2009

303

Pasal 4
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan
mempunyai daya laku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2009.

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 81/PMK.03/2009

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan
Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

TENTANG
PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN YANG
BOLEH DIKURANGKAN SEBAGAI BIAYA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 April 2009
Menimbang :

MENTERI KEUANGAN
bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali

ttd.

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, perlu menetapkan

SRI MULYANI INDRAWATI

Peraturan Menteri Keuangan tentang Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan
yang Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya;
Mengingat :
1.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740);

2.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3263), sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4893);

3.

304

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 80/PMK.03/2009

Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 81/PMK.03/2009

305

MEMUTUSKAN :

4. cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan pembiayaan konsumen
yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan yang melakukan

Menetapkan :

kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran secara angsuran;

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN

5. cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan anjak piutang yaitu

DANA CADANGAN YANG BOLEH DIKURANGKAN SEBAGAI BIAYA.

cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek

Pasal 1
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan sebagai

suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut;
b.

biaya yaitu :
a.

cadangan untuk usaha asuransi, yang meliputi :
1. cadangan premi tanggungan sendiri dan klaim tanggungan sendiri untuk

cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain

perusahaan asuransi kerugian;

yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan

2. cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa;

pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang, yang meliputi :
1. cadangan piutang tak tertagih untuk:

c.

cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan, yaitu cadangan

a) bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional;

penjaminan untuk lembaga yang berfungsi menjamin simpanan nasabah

b) bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan

syariah;

sesuai dengan kewenangannya;

c) bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha secara

d.

konvensional;

untuk kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan

d) bank perkreditan rakyat yang melaksanakan