Kuliah Umum STIESA 16092016

(1)

PERAN MAHASISWA DALAM


(2)

Agenda

Akuntabilitas Pemerintah Daerah

1

Perkembangan Lingkungan dan Ekonomi

2

Strategi belajar di Perguruan Tinggi


(3)

3

GOOD

GOVERNANCE

PLAN&BUDGET

T

R

A

N

S

PA

R

A

N

S

I

PA

R

T

IS

IP

A

S

I

A

K

U

N

TA

B

IL

IT

A

S

REFORMASI


(4)

4

OTONOMI DAERAH

Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang terdiri dari

provinsi-provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan daerah otonom dan memiliki hak otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Hak otonomi bukan berarti untuk memecah daerah-daerah yang ada di

Indonesia melainkan untuk lebih memajukan daerah dengan melibatkan peran aktif masyarakat daerah. Peran aktif masyarakat di daerah dapat dilakukan dengan cara pemberian otonomi tersebut.

Daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, setiap daerah memiliki kewenangan menyusun Peraturan Daerah (Perda) sesuai dengan kebutuhan daerahnya.

Pemberian otonomi tersebut diikuti dengan tugas untuk


(5)

5

PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM

OTONOMI DAERAH

Dalam menyelenggarakan pemerintahan Daerah dianut 3 (tiga)

asas yaitu:

1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu


(6)

6

Reformasi Manajemen Pemerintah

Perencanaan dan Penganggaran

Perbendaharaan / Pengelolaan keuangan dan aset

negara

Akuntansi dan Pertanggungjawaban

Pemeriksanaan tanggung jawab pengelolaan


(7)

ASPEK UTAMA PENGELOLAAN DAERAH

Pengelolaan

Pelaporan/

Pertanggungjawaban

Melihat besarnya sumber daya yang ada, tantangan

utama bukan pada jumlah, tetapi

Bagaimana mengelola sumber daya yang ada

sebaik-baiknya

Bagaimana mempertanggungjawabkan penggunaan

sumber daya yang digunakan

Aspek Pengelolaan Keuangan meliputi

PerencanaanPenganggaranPelaksanaan

Monitoring dan Evaluasi

Aspek Pertanggungjawaban meliputi

Penyusunan laporan keuanganAudit laporan keuangan


(8)

8

REFORMASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

1. Setiap Pengguna Anggaran wajib menyelenggarakan

akuntansi berdasarkan Standa Akuntansi Pemerintah.

2. Laporan Keuangan Satker selesai dlm 2 bln, dan dikonsolidasikan oleh PPKD utk diperiksa BPK selama 2 bln, sehingga disampaikan kpd legislatif dlm 6 bulan setelah akhir tahun anggaran.

3. Uraian tentang kinerja yang dicapai disajikan dlm laporan.

4. Pernyataan tanggung jawab harus ditandatangani oleh KDH/ KaSatker.


(9)

9

REFORMASI PEMERIKSAAN TANGGUNG JAWAB

PENGELOLAAN KEUANGAN

o

Terdapat kriteria yang kredibel untuk pemeriksaan

atas laporan keuangan

o

BPK memberikan opini atas kesesuaian penyajian

laporan keuangan terhadap SAP.

o

Setiap laporan audit BPK disampaikan kepada

legislatif terkait, dan terbuka kepada publik

(kecuali yg bersifat rahasia negara).

o

Hasil pemeriksaan BPK dimasukkan dalam laporan

pertanggungjawaban disertai tanggapan dari

pemerintah


(10)

HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2013

PEMERINTAH DAERAH

Sumber: IHPS BPK

Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK (UU

15/2004)

Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Efektivitas Sistem Pengendalian Intern

LKPD WTP % WDP % OPINITW % TMP % JML

2006 3 1% 327 28% 28 6% 105 23% 463

2007 4 1% 283 59% 59 13% 123 26% 469

2008 13 3% 323 67% 31 6% 118 24% 485

2009 15 3% 330 65% 48 10% 111 22% 522

2010 34 7% 341 65% 26 5% 121 23% 524

2011 67 13% 349 67% 8 1% 100 19% 524

2012 113 27% 267 64% 4 1% 31 8% 415


(11)

HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2012

PEMERINTAH DAERAH

Sumber: IHPS BPK

Sumber Rakernas 2014, untuk 2013 jumlah WTP 13 Propinsi dan 125 kab/kota, untuk opini lain belum selesai seluruhnya

Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:

“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk

mencapai

good governance

dalam pengelolaan keuangan


(12)

Pertanggungjawaban Keuangan

Kelemahan dalam

pengelolaan kas daerah

Kelemahan dalam

pengelolaan kas daerah

pengelolaan persediaan

Kelemahan dalam

Kelemahan dalam

pengelolaan persediaan

Kelemahan dalam

pengelolaan Aset Tetap

dan Aset Lain-Lain

Kelemahan dalam

pengelolaan Aset Tetap

dan Aset Lain-Lain

Kelemahan dalam

pengelolaan investasi

permanen dan investasi

nonpermanen

Kelemahan dalam

pengelolaan investasi

permanen dan investasi

nonpermanen

Ketidakpatuhan dalam

pengadaan barang dan /

jasa belanja barang dan

belanja modal.

Ketidakpatuhan dalam

pengadaan barang dan /

jasa belanja barang dan

belanja modal.

OPINI

LKPD

2013

OPINI

LKPD

2013


(13)

Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah

pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah

pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

Psl 1 UU17/2003

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran

pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun

Psl 36 ayat (1) UU 17/2003

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran

pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008

Psl 70 ayat (2) UU 1/2004


(14)

PENGATURAN PP 71 / 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

14 LAMPIRAN I BASIS AKRUAL PP71/2010 LAMPIRAN II BASIS CTA PP24/2005

PP 71

2010

PP 71

2010

• SAP Berbasis Akrual  Lampiran I • Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan

dapat segera diterapkan

• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan 12 PSAP

• Berlaku paling lambat TA 2015 • SAP Berbasis Akrual  Lampiran I • Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan

dapat segera diterapkan

• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan 12 PSAP

• Berlaku paling lambat TA 2015

• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual 

Lampiran II (PP 24/2005)

• Berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP • Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi

Pemerintah dan 11 PSAP • Tidak berlaku mulai TA 2015

• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual 

Lampiran II (PP 24/2005)

• Berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP • Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi

Pemerintah dan 11 PSAP • Tidak berlaku mulai TA 2015

M

en

ja

d


(15)

STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL

(LAMPIRAN I & II)

PSAP BASIS KAS MENUJU AKRUAL (LAMPIRAN II) BASIS AKRUAL (LAMPIRAN I)

PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan

PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas

PSAP 03 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas

PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan PSAP 05 Akuntansi Persediaan Akuntansi Persediaan

PSAP 06 Akuntansi Investasi Akuntansi Investasi PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap Akuntansi Aset Tetap

PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan

PSAP 09 Akuntansi Kewajiban Akuntansi Kewajiban

PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan

Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan

PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian Laporan Keuangan Konsolidasian


(16)

APLIKASI PELAPORAN DI DAERAH

• Tujuan  pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual.

• Ruang lingkup  kebijakan akuntansi pemerintah daerah; . SAPD; dan BAS.

• Permendagri dilengkapi dengan :

• Lampiran I : Panduan penyusunan kebijakan akuntansi pemerintah daerah

• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD

• Lampiran III : Bagan Akun Standar • Lampiran IV : Format konversi

penyajian LRA

• Tujuan  pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual.

• Ruang lingkup  kebijakan akuntansi pemerintah daerah; . SAPD; dan BAS.

• Permendagri dilengkapi dengan :

• Lampiran I : Panduan penyusunan

kebijakan akuntansi pemerintah

daerah

• Lampiran II : Panduan penyusunan

SAPD

• Lampiran III : Bagan Akun Standar • Lampiran IV : Format konversi

penyajian LRA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

INDONESIA NOMOR

64 TAHUN 2013

PENERAPAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS

AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

INDONESIA NOMOR

64 TAHUN 2013

PENERAPAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS

AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH

Ketentuan UmumTujuan

Ruang Lingkup

Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Bagan Akun StandarKetentuan Lain-lain


(17)

LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH

PP 71/2010

PP

71/2010 Pendapatan-LOPendapatan-LO Beban Beban Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA Belanja Belanja

Aset Tetap & Penyusutan Aset Tetap &

Penyusutan Aset Lainnya Aset Lainnya Kas & Setara Kas Kas & Setara Kas

Piutang Piutang Persediaan Persediaan Investasi Jangka Panjang Investasi Jangka Panjang Kewajiban Kewajiban Koreksi Kesalahan Koreksi Kesalahan Pembiayaan Pembiayaan Dana Cadangan Dana Cadangan Konsolidasi Konsolidasi ReStatement Laporan Keuangan ReStatement Laporan Keuangan LRA

LRA SALSAL

LO

LO LPELPE

Neraca Neraca LAK LAK

C

A

L

K

**)

C

A

L

K

**)

11 22 33 55 44 66 77 *) **) Transaksi Transitoris Transaksi Transitoris ***) Transfer Transfer Kebijakan Akt & SAPD

Kebijakan Akt & SAPD Permen dagri 64/2013 Permen dagri 64/2013


(18)

LAPORAN KEUANGAN SKPD

PP 71/2010

PP

71/2010 Permendagri 64/2013 Permendagri 64/2013 Pendapatan-LO Pendapatan-LO Beban Beban Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA Belanja Belanja

Aset Tetap & Penyusutan Aset Tetap &

Penyusutan Aset Lainnya Aset Lainnya Kas & Setara Kas Kas & Setara Kas

Piutang Piutang Persediaan Persediaan Kewajiban Kewajiban Koreksi Kesalahan Koreksi Kesalahan Konsolidasi Laporan Pemda Konsolidasi Laporan Pemda LRA LRA LO

LO LPELPE

Neraca Neraca C A L K C A L K 11 22 33 44 55


(19)

KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI

19

ANGGARAN

ANGGARAN

AKUNTANSI

AKUNTANSI

BASIS

AKRUAL BASIS AKRUAL BASIS KAS BASIS KAS

LO Defisit-LOSurplus/ Perubahan Laporan

Ekuitas Ekuitas Neraca LRA SILPA/SIKPA Perubahan SALLaporan

LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis

akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan

Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan


(20)

1. Laporan Realisasi Anggaran

2.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

(SAL)

3. Neraca

4. Laporan Arus Kas

5.

Laporan Operasional

6.

Laporan Perubahan Ekuitas

7. Catatan atas Laporan Keuangan


(21)

PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

21

NO URAIAN 20X1 20X0

       

1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX

2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun

Berjalan (XXX) (XXX)

3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX

4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX

5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX

6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX

7 Lain-lain XXX XXX


(22)

STRUKTUR DAN ISI LO

Menyajikan berbagai unsur

pendapatan-LO,

beban,

surplus/defisit dari operasi,

surplus/defisit dari kegiatan non operasional,

surplus/defisit sebelum pos luar biasa,

pos luar biasa,

surplus/defisit-LO,

– Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara wajar


(23)

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

23

No URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/

Penurunan (%) KEGIATAN OPERASIONAL

1 PENDAPATAN

2 PENDAPATAN ASLI DAERAH

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx

4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx 6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx 7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx 9 PENDAPATAN TRANSFER

10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN

11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx

12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx

13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx

14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx

15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx 17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA

18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx

19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx

20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx 22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI

23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx 24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx 25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx 26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx 28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx

30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx

31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx

32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx 33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xxx


(24)

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

24

35 BEBAN

36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx

37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx

38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx

39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx

40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx

41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx

42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx

43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx

44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx

45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx

46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx

47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx

48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx

50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx 51

52 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx 54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx 55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx 56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx 57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx 58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx 59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx 60

61 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx

62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx

63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx

64 POS LUAR BIASA ( 62-63) xxx xxx xxx xxx


(25)

SKPD

LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)


(26)

PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

26

NO URAIAN 20X1 20X0

     

1 EKUITAS AWAL XXX XXX

2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX

3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:    

4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX

5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX

6 LAIN-LAIN XXX XXX

7 EKUITAS AKHIR XXX XXX


(27)

KETERKAITAN

L

APORAN

Pendapatan 500 Beban (200) Surplus/Defisit Opr 300 Kegiatan non

operasional 60 Surplus/Defisit LO 360

Laporan Operasional

Laporan Perubahan Ekuitas

Ekuitas Awal 1.000 Surplus/Defisit LO 360 Ekuitas Akhir 1.360

Neraca

Aset 2.000 Kewajiban 640 Ekuitas 1.360

LRA

Pendapatan 450 Belanja (0) Surplus/(defisit) 450 Pembiayaan 1.000

SILPA 1.450

Laporan Perubahan SAL

SAL Awal 100 Penggunaan SAL (30) SILPA 1.450 SAL Akhir 1.520


(28)

TRANSAKSI DALAM SAP AKRUAL

TRANSAKSI AKRUAL

Pendapatan masih harus diterima

Pendapatan diterima dimuka

Beban yang masih harus dibayar

Beban dibayar dimuka

Beban Penyusutan

TRANSAKSI AKRUAL

Pendapatan masih harus diterima

Pendapatan diterima dimuka

Beban yang masih harus dibayar

Beban dibayar dimuka

Beban Penyusutan

TRANSAKSI KAS

PELAKSANAAN ANGGARAN


(29)

PENYESUAIAN KAS - AKRUAL

LRA Pendapatan-LO Sekaligus Pendapatan-LRA

Pendapatan LRA dan Pendapatan LO Belanj a Sekali gus Beban Belanja dan Beban

Pend. Diterima Dimuka Piutang Pendapatan Pendapatan LO sudah diterima Kas-nya Belanja Dibayar Dimuka Utang atas Belanja (YMHD) Beban sudah dikeluarkan Kas-nya/ Dibayar


(30)

Standar Akuntansi

Program studi akuntansi menghasilkan lulusan yang akan menyusun;

mengaudit atau menggunakan laporan keuangan.

Salah satu kompetensi lulusan  dapat menyusun laporan keuangan sesuai standar  menjadi kompetensi dasar

Untuk keseragaman laporan keuangan, laporan keuangan yang relevan dan

reliable (representational faitfullness)

Memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada pedoman baku sehingga

meminimalkan bias dari penyusun

Memudahkan auditor dalam mengaudit

Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan

membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda.

Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun tidak dapat


(31)

Empat Pilar Standar Akuntansi Indonesia

PernyataanStandar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik signifikan - SAK-ETAP

Standar Akuntansi Syari’ah – SAK Syariah

Standar Akuntansi Pemerintahan - SAP

PernyataanStandar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik

signifikan

- SAK-ETAP

Standar Akuntansi Syari’ah – SAK Syariah

Standar Akuntansi Pemerintahan - SAP

31

IFRS hanya diadopsi PSAK full 2012, revisi 2013

SAK ETAP diluncurkan pada tanggal 17 July 2009

Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi


(32)

SAK ETAP

SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas

publik

signifikan

ETAP adalah entitas yang:

Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statement) bagi pengguna eksternal.

Menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises.

Lebih sederhana antara lain:

Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan

Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.Pajak menggunakan konsep pajak terutang bukan pajak tangguhan

Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.

Tahun 2011 perusahaan harus memilih menjadi menggunakan PSAK-IFRS

atau PSAK-ETAP


(33)

PSAK SYARIAH

Basis transaksi

Digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah

baik entitas lembaga syariah maupun non lembaga syariah

Pengembangan dengan model PSAK umum namun berbasis

syariah dengan acuan fatwa MUI

PSAK 100 – PSAK 110

33

• PSAK 106 Akuntansi Musyarakah

• PSAK 107 Akuntansi Ijarah

• PSAK 108 Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah

• PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infaq dan Shadaqoh

PSAK 110 Akuntansi Sukuk

PSAK 106 Akuntansi Musyarakah • PSAK 107 Akuntansi Ijarah

PSAK 108 Akuntansi Transaksi Asuransi

Syariah

• PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infaq dan Shadaqoh

• PSAK 110 Akuntansi Sukuk

• PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah

• PSAK 102 Akuntansi Murabahah) Revisi 2013

• PSAK 103 Akuntansi Salam

• PSAK 104 Akuntansi Istishna

PSAK 105 Akuntansi MudharabahPSAK 101 Penyajian Laporan

Keuangan Syariah

• PSAK 102 Akuntansi Murabahah) Revisi 2013

• PSAK 103 Akuntansi Salam

PSAK 104 Akuntansi Istishna


(34)

SAP

Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi

Pemerintahan, PP 24 tahun 2005

PP 71 tahun 2010

Standar disusun oleh Komite Akuntansi Pemerintahan

kemudian ditetapkan dengan PP

Diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun LKPP

dan LKPD:

instansi pemerintah pusat

Instansi pemerintah daerah

BLU dikonsolidasikan dengan LKP – menggunakan PSAP dan PSAK,

BUMN (sbg investasi pemerintah)

menggunakan PSAK

Entitas sektor publik selain pemerintah menggunakan PSAK 45

untuk pelaporan dan yang lain mengikuti PSAK / SAK ETAP.


(35)

PSAK – IFRS BASED

Diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik seperti: Emiten, perusahaan

publik, perbankan, asuransi, dan BUMN.

Dapat diterapkan oleh entitas lainya.Basis transaksi, bukan basis industri.

Tujuan: memberikan informasi yang relevan bagi user laporan keuangan

Indonesia melakukan adopsi penuh 1 Januari 2012, update tahun 2013  effetktif 2015

Perbedaan IFRS dengan PSAK dijelaskan dalam Standar bagian depan.Substansi / konseptual

RedaksionalTanggal efektif

Secara gradual, IFRS sudah diterapkan mengikuti pemberlakuan PSAK yang

bersangkutan.

Pasca konvergensi IFRS  PSAK akan berkembang dinamis mengikuti IFRS


(36)

Sejarah Standar Akuntansi

Pra PAI

1973

PAI

1973

PAI

1973

Harmoni

sasi IAS

1994-2007

Konvergensi

IFRS

2008-2012

Konvergensi

IFRS

2013-2015

36

8 Desember 2008

Komitmen mendukung IFRS sebagai standar akuntansi keuangan global 8 Desember 2008

Komitmen mendukung IFRS sebagai standar akuntansi keuangan global


(37)

Karakteristik IFRS

IFRS menggunakan

Principles Base “ :

Lebih menekankan pada intepreatasi dan aplikasi atas standar sehingga harus

berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.

Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah

presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.

Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi.

Menggunakan

fair value

dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif

harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau menggunakan

jasa penilai

Mengharuskan pengungkapan (

disclosure

) yang lebih banyak

baik

kuantitaif maupun kualitatif


(38)

Karakteristik Standar ??

Principle Based :

Judgment

Dinamis

Fair Value

Lebih banyak

Pengungkapan


(39)

(40)

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

MEA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara

ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan

dalam rangka meningkatkan

daya saing

ekonomi kawasan

dengan

menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia

serta

menciptakan pasar regional

bagi kurang lebih 500 juta

penduduknya.

Perdagangan bebas

dapat diartikan

tidak ada hambatan tarif

(bea masuk 0-5%)

maupun hambatan nontarif bagi


(41)

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

41

Terbentuknya Pasar dan basis produksi tunggal

Kawasan

Berdaya-saing Tinggi Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata

Bebas arus barang • Bebas jasa

Bebas investasiBebas tenaga kerjaBebas arus

permodalan

Priority Integration

Sectors (PIS) • Pengembangan sektor food-agriculture-forestry • Kebijakan persaingan • Perlindungan konsumen, HKI • Pembangunan infrastruktur • Kerjasama energi • Perpajakan • E-commerce

Pendekatan koheren

terhadap hubungan ekonomi eksternal,

Partisipasi yang

semakin meningkat dalam jaringan suplai global

4 Pilar ASEAN Economic Community (AEC)

4 Pilar ASEAN Economic Community (AEC) Integrasi dengan Perekonomian DuniaPengembangan UKM • Mempersempit kesenjangan pembangunan antar negara ASEAN


(42)

Bea masuk turun ke 0% pada 2010 (kecuali CLMV

pada 2015)

Mutual Recognition Agreements (MRA) untuk 8

jasa profesi Mendorong hubungan

pasar modal dan pengembangan pasar

saham. Mendorong dan melindungi investasi

antar negara ASEAN atas dasar perlakuan

Nasional.

Mengijinkan saham asing sampai 70%


(43)

Indonesia sekedar pemasok energi dan bahan baku bagi industrilasasi di kawasan ASEAN, sehingga nilai tambahnya mininal.

Melebarnya defisit perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang.

Mendorong aliran tenaga kerja sehingga harus menyiapkan strategi karena membanjirnya Tenaga Kerja Asing (TKA) akan berdampak pada lapangan kerja yang lebih luas bukan pasar tenaga kerja nasional

dipenuhi oleh TKA.

Bagaimana agar tidak terjadi masalah pengangguran tetapi justru menghasilkan pasar baru tenaga kerja di LN.

Mendorong masuknya investasi ke Indonesia dari dalam/luar ASEAN.

DAMPAK AEC 2015


(44)

Mutual Recognition Agreement

MRA ini menjadi sebuah hal mutlak yang dilakukan

untuk mendukung liberalisasi sektor jasa yang

berasaskan keadilan/fairness.

MRA ini menjadi sebuah hal mutlak yang dilakukan

untuk mendukung liberalisasi sektor jasa yang

berasaskan keadilan/fairness.

Negara tujuan atau negara penerima mengakui kualifikasi

profesional dan muatan latihan yang diperoleh dari negara pengirim atau negara asal tenaga kerja terampil.

Negara asal diberikan otoritas untuk mengesahkan kualifikasi dan

pelatihan dengan cara memberikan diploma atau sertifikat. Ketiga, pengakuan tidak bersifat otomatis.

Hakekan MEA


(45)

MRA Framework

Jasa teknik

arsitek

jasa perawatan

praktisi medis;

praktisi gigi /dokter gigi

jasa akuntan


(46)

Jasa Akuntansi

Jasa akuntansi meliputi jasa audit, pembukuan

MRA tidak meliputi jasa audit atas laporan keuangan. dan atau praktik akuntan independen.

Akuntan berizin (akuntan publik) yang berhak memanfaatkan MRA dan mendaftar menjadi ASEAN CPA.

Menjadi tuan di negeri sendiriSiap masuk ke pasar Asean


(47)

Profesi Akuntansi

47

Pekerjaan bersifat umum – mudah dipelajari oleh berbagai

pihak

Hasil pekerjaan

laporan keuangan yang dibutuhkan banyak

pihak, sehingga semua orang ingin mempelajarinya

International Financial Reporting Standar

Standar kurikulum internasional dalam International Education

Standar

Auditor – International Auditor Standar


(48)

48

Accountant Global Professional

Menggunakan Standar Akuntansi Internasional dalam menyusun

Laporan Keuangan :

International Public Sector Accounting Standar

International Financial Reporting Standard

International Financial Reporting Standard for Small Medium

Enterprise

Auditor bekerja dengan International Auditing Standard

Tunduk pada kode etik internasional

Menggunakan standar kerja international sehingga dapat dengan mudah

bekerja di lingkungan global.

Menuntut peningkatan kualifikasi sehingga

memenuhi ketentuan


(49)

Sertifikasi Profesi

49

Pengakuan global kompetensi dan profesionalitas

Kompetensi umum dan khusus bidang profesi tersebut

Kombinasi pendidikan formal dan ujian

Mengikuti ketentuan umum kurikulum internasonal. Misal

untuk Akuntansi

IES ditentukan oleh IFAC


(50)

Pilihan Profesi

Bidang Profesi

• Akuntan Publik

Akuntan Manajemen • Akuntan / Auditor

Pemerintah

• Konsultan Pajak / Manajemen

Internal Auditor • Akuntan Pendidik

• Keuangan Perusahaan

• Pengusaha

Lainnya

Bidang Profesi

Akuntan Publik

• Akuntan Manajemen

Akuntan / Auditor

Pemerintah

• Konsultan Pajak / Manajemen

• Internal Auditor

Akuntan Pendidik • Keuangan Perusahaan

Pengusaha • Lainnya

50

Sertifikasi Nasional

• CPA  Certified Public Accountant - akuntan publik

CPMA  Certified Professional Management Accounting -

akuntansi manajemen

• QIA  Qualifying Internal Auditor –Internal auditor

USKP  konsultan pajak

CPSAK  sertifikasi PSAK • SAS  Akuntan Syariah

• US-AAP  Ujian Sertifikasi Ahli Akuntansi Pemerintahan

• CA  Chartered Accountant - konsultan jasa akuntansi, financial preparer


(51)

Te kn is i Ak un ta ns i Te kn is i Ak un ta ns i Ak un ta n Be re gi st er Ak un ta n Be re gi st er Ak un ta n Pu bl ik Ak un ta n Pu bl ik Teknisi Akuntansi Level 6 Min DIV/S1 Akuntansi atau setara Min DIV/S1 Non Akuntansi atau setara PPA Ujian CPA Ujian CA MRA Asosiasi 3 thn sbg praktisi 1500 jam audit Professional Accountant in Business, Akuntan Pendidik, Akuntan Sektor Publik, KJA (non Asurans) CA + Ak. WNI bersertifikat

LN MRA G2G bersertifikat LNWNA Syarat

pendidikanSyarat

pendidikan Pendidikan Pendidikan profesiprofesi Uji profesiUji profesi PengalamanPengalaman PengakuanPengakuan JasaJasa

KAP (Asurans) AP

Cetak Biru Profesi Akuntansi Indonesia

WNI bersertifikat

LN MRA G2G bersertifikat LNWNA

MRA Asosiasi MRA Asosiasi CPA 3 thn sbg praktisi D III A ku nt an si


(52)

(53)

KOMPETENSI


(54)

KESENJANGAN KEMAMPUAN DAN KEBUTUHAN


(55)

55

KEAHLIAN SEORANG AKUNTAN

Analytical/critical thinking 4,53Written communication 4,39Oral communication 4,22Computing technology 4,10Decision making 4,03

Interpersonal skills 3,94

Continuous learning 3,82

Teamwork 3,81

Business decision modeling 3,65Professional demeanor 3,64

Leadership 3,58

 Risk Analysis 3,42

 Measurement 3,32

 Project management 3,26  Customer orientation 3,23

 Change management 3,13

 Negotiation 3,13

 Research 3,08

 Entrepreneurship 2,99  Resources Management 2,98

 Salesmanship 2,61


(56)

Kurikulum Akuntansi

Kualifikasi sebagai akuntan profesional:

Professional values

Ethics

Attitudes

Tiga bidang utama IES 2:

Accounting, finance, and related knowledgeOrganizational and business knowledge

Information technology knowledge and competence

Keahlian/Skill (IES 3):

Intellectual skills

Technical and functional skills

Personal skills

Interpersonal and communication skills


(57)

57

Accounting, finance, and related knowledge

a. financial accounting and reporting;

b.

management accounting and control;

c.

taxation;

d.

business and commercial law;

e. audit and assurance;

f.

finance and financial management; and


(58)

58

Organizational and business knowledge

a. economics;

b.

business environment;

c. corporate governance;

d.

business ethics;

e. financial markets;

f.

quantitative methods;

g. organizational behavior;

h.

management and strategic decision making;

i.

marketing; and


(59)

59

Information technology knowledge and competence

a.

general knowledge of IT;

b. IT control knowledge;

c.

IT control competences;

d. IT user competences; and

e.

one of, or a mixture of, the competences of, the roles of

manager, evaluator or designer of information systems.


(60)

Reading Hearing words Looking at picture

Looking at an exhibition

Participating in a discussion

Watching video

Watching a demonstration Seeing it done on location

Giving a talk

Doing a Dramatic Presentation Simullating the Real Experience

Doing the Real Thing

90%

70% 50% 30% 20% 10% P A S S IV E A C T IV E TINGKAT MEMORISASI

Verbal

reciving

Visual

reciving

Partici-

pating

Doing

TINGKAT KETERLIBATAN MODEL PEMBELAJARAN


(61)

61

Konsep belajar di PT

Pendidikan : Mengubah Perilaku sesuai dengan harapan / tujuan pendidikan yang

ditetapkan.

Menekankan pada “mengajarkan mahasiswa untuk belajar”, tidak sekedar

menerima informasi

Menekankan pada belajar secara mandiri, mahasiswa sebagai subyek yang

melakukan pembelajaran

Hakekat belajar

Dari belum mengerti menjadi mengerti Dari sedikit bisa menjadi sangat mahir

Dari kurang beradab menjadi lebih beradab Dari kurang berminat menjadi sangat antusias


(62)

62

Keseimbangan dalam Belajar di Perguruan Tinggi

Kegiatan belajar mengajar di kampus –

intelectualskill

Belajar mandiri di perpustakaan dan di rumah – mengasah

kemampuan untuk

longlife learning

Kegiatan kemahasiswaan di kampus -

softskill

Kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal -

softskill

Membantu orang tua –

softskill, spiritualskill

Mengembangkan hoby dan potensi diri lainnya –

softskill,

spiritualskill


(63)

TERIMA KASIH

Profesi untuk

Mengabdi pada

Negeri

Dwi Martani 081318227080

martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

Dwi Martani 081318227080

martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com

http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

Akuntan


(1)

58

Organizational and business knowledge

a. economics;

b.

business environment;

c. corporate governance;

d.

business ethics;

e. financial markets;

f.

quantitative methods;

g. organizational behavior;

h.

management and strategic decision making;

i.

marketing; and


(2)

59

Information technology knowledge and competence

a.

general knowledge of IT;

b. IT control knowledge;

c.

IT control competences;

d. IT user competences; and

e.

one of, or a mixture of, the competences of, the roles of

manager, evaluator or designer of information systems.


(3)

Reading Hearing words Looking at picture Looking at an exhibition

Participating in a discussion

Watching video

Watching a demonstration Seeing it done on location

Giving a talk

Doing a Dramatic Presentation Simullating the Real Experience

Doing the Real Thing

90%

70% 50% 30% 20% 10% P A S S IV E A C T IV E TINGKAT MEMORISASI

Verbal

reciving

Visual

reciving

Partici-

pating

Doing

TINGKAT KETERLIBATAN MODEL PEMBELAJARAN


(4)

61

Konsep belajar di PT

Pendidikan : Mengubah Perilaku sesuai dengan harapan / tujuan pendidikan yang

ditetapkan.

Menekankan pada “mengajarkan mahasiswa untuk belajar”, tidak sekedar

menerima informasi

Menekankan pada belajar secara mandiri, mahasiswa sebagai subyek yang

melakukan pembelajaran

Hakekat belajar

Dari belum mengerti menjadi mengerti Dari sedikit bisa menjadi sangat mahir

Dari kurang beradab menjadi lebih beradab Dari kurang berminat menjadi sangat antusias


(5)

62

Keseimbangan dalam Belajar di Perguruan Tinggi

Kegiatan belajar mengajar di kampus –

intelectualskill

Belajar mandiri di perpustakaan dan di rumah – mengasah

kemampuan untuk

longlife learning

Kegiatan kemahasiswaan di kampus -

softskill

Kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal -

softskill

Membantu orang tua –

softskill, spiritualskill

Mengembangkan hoby dan potensi diri lainnya –

softskill,

spiritualskill


(6)

TERIMA KASIH

Profesi untuk

Mengabdi pada

Negeri

Dwi Martani 081318227080

martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

Dwi Martani 081318227080

martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com

http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

Akuntan