EFEK PROTEKTIF EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ETANOL

(1)

EFEK PROTEKTIF EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Stennis) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS PUTIH GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ETANOL

Oleh

HAPSORO WIBHISONO Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

The Protective Effect of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Leaves to Histopathologic Appearance of Gastric in White Rats Variants Sprague

Dawley Induced by Ethanol By

HAPSORO WIBHISONO

Ethanol contains free radicals that cause oxidative stress in cell. Binahong contains flavonoids which are antioxidants that act as protection against a chain reaction of free radicals.

The aim of this research was to know the protective effect of ethanol extract of binahong leaves to histopathologic appearance of gastric in white rats variants Sprague dawley induced by ethanol.

A total of 25 rats were divided into five groups. Negative control group with standard diet, positive control group were induced by ethanol, and handling groups were induced by ethanol + binahong leaf pericarp extract at dosages of 50 mg/kgBB/day; 100 mg/kgBB/day; and 200 mg/kgBB/day.

Post Hoc LSD Test showed that extract Anredera cordifolia leafs have effect to histopathologic appearance of gastric significantly starting at 50 mg/kgBB (p<0,05) and the best result at 200 mg/kgBB that nearly to value of negative/ normal control (p>0,05).


(3)

ABSTRAK

EFEK PROTEKTIF EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI

LAMBUNG TIKUS PUTIH GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ETANOL

Oleh

HAPSORO WIBHISONO

Etanol memiliki kandungan radikal bebas yang menyebabkan stress oksidatif sel. Tanaman binahong memiliki kandungan flavanoid yang merupakan antioksidan yang berperan sebagai proteksi terhadap reaksi berantai dari radikal bebas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek protektif ekstrak daun binahong terhadap gambaran histopatologi epitel lambung tikus putih galur Sprague dawley yang telah diinduksi oleh etanol dengan pemberian dosis ekstrak yang berbeda selama 10 hari.

Dua puluh lima ekor tikus terbagi menjadi lima kelompok meliputi kontrol negatif dengan diet pakan standar, kontrol positif dengan induksi etanol 50%, dan kelompok perlakuan dengan etanol + ekstrak daun binahong dosis 50 mg/kgBB/hari; 100 mg/kgBB/hari; dan 200 mg/kgBB/hari.

Berdasarkan hasil uji Post Hoc LSD menunjukkan ektrak daun mempunyai efek terhadap gambaran histopatologi mukosa lambung secara bermakna mulai dari dosis 50 mg/kgBB (p<0,05) dan didapatkan hasil terbaik pada dosis 200 mg/kgBB dimana mendekati nilai kelompok kontrol negatif (p>0,05).


(4)

peuolg'I ['qs8qqluustls

{n4I

'Jp

'

perno!fl'tr t'uetusng

FptroII's'r(I

: sn13x

rfn8ueg

ur1

.T


(5)

s?lln{Bd rpnrg um€or4 s^{sFsqqnl

{o{od'oN

Enasrsw[B[A 0ureN 8Z0tI08I0I

ouosqql$ orosduH

TONYTfl ISXNflNIIO ONVA

rgTAY$

fln,Wds UnTyC mJ.nd

SrDru

SNnglnvT

IsoTo.tYdoJ.silI

hrYuv{wvc

dVCvHUg.l (qaue6

('ua$

wrofiptot otapatayl


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI . ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian . ... 5

D. Manfaat Penelitian .. ... 5

E. Kerangka Teori ... 6

F. Kerangka Konsep ... 8

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lambung . ... 9

B. Etanol. ... 15

C. Binahong ... 17

D. Radikal Bebas... 23

E. Antioksidan ... 25

F. Pengaruh Etanol Terhadap lambung ... 27

III.METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu ... 29

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Alat dan Bahan ... 31

E. Variabel Penelitian ... 32


(7)

G. Definisi Operasional... 41 H. Analisis Data ... 42 I. Ethical clearance ... 42 IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... 44 B. Pembahasan ... 48 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53 B. Saran... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ... 7

2. Kerangka Konsep ... 8

3. Anatomi Lambung Manusia ... 10

4. Anatomi Arteri-arteri Gaster ... 11

5. Histologi Lambung Manusia ... 12

6. Gambar Daun Tanaman Binahong ... 19

7. Diagram Alur Penelitian. . ... 40

8. Gambaran Histopatologi Lambung Tikus KN,K(-),P1,P2,P3 ... 44

9. Grafik perbandingan rerata erosi mukosa lambung yang mengalami perbaikan ... 46


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional... 41 2. Hasil rerata gambaran mikroskopis kerusakan mukosa lambung yang

diinduksi etanol ... 45 3. Analisis Saphiro-Wilk gambaran mukosa lambung tikus pada ekstrak daun

binahong ... 47 4. Hasil uji statistik jumlah kerusakan mukosa lambug perbandingan antar


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang minum alkohol relatif rendah, namun sejumlah provinsi diluar pulau Jawa ternyata merupakan kluster spasial. Beberapa provinsi diluar Jawa justru memiliki prevalensi yang sama dengan negara-negara yang memiliki masalah minuman beralkohol (Suhardi, 2011).

Minuman beralkohol yang dikonsumsi oleh manusia sangat beragam. Masing-masing negara memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengkonsumsi alkohol, baik jumlah keseluruhan minuman beralkohol yang dikonsumsi, jenis minuman, serta situasi di mana minuman tersebut dikonsumsi (Panjaitan, 2003). Jenis alkohol yang biasa digunakan oleh masyarakat adalah etanol. Etanol/etil alkohol merupakan cairan tidak berwarna, jernih, berbau khas dan merupakan komponen minuman keras dengan berbagai konsentrasi. Zat ini banyak dipakai di bidang kesehatan sebagai desinfektans (Wibisono, 2012).


(11)

Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik terhadap tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki kandungan radikal bebas di dalamnya. Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal bebas merupakan suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas, sehingga radikal bebas mencari reaksi-reaksi agar dapat memperoleh kembali elektron berpasangannya. Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil electron. Zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai yang akhirnya akan terjadi kerusakan pada sel tersebut (Droge, 2002).

Keracunan alkohol dapat mengakibatkan gangguan sistem saraf pusat yang berat, gangguan abdomen, dan ginjal bahkan kematian (Wibisono, 2012). Salah satu gangguan abdomen akibat dari konsumsi alkohol adalah tukak lambung. Saat ini, tukak lambung menjadi suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat dan dalam kondisi yang parah dapat menjadi penyebab kematian. Di Indonesia, khususnya di Makassar, ditemukan prevalensi ulkus duodenum sebanyak 14% dan ulkus duodenum disertai dengan ulkus gaster sebanyak 5%. Umur terbanyak yaitu antara umur 45-65 tahun dengan kecenderungan semakin tua umur, prevalensi semakin meningkat dengan didominasi pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita (Akil, 2009). Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan rusaknya lapisan mukosa, bahkan sampai ke mukosa


(12)

muskularis. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Tikus Putih Jantan galur Sprague Dawley dibagai ke dalam 5 kelompok model yang masing-masing diberi air suling, indometasin (48 mg/kgBB), aspirin-HCL (150 mg/kgBB), 96% etanol (1ml/200gBB), dan 80% etanol (1ml/200gBB) secara oral. Hasil penelitian menunjukkan adanya abnormalitas sel-sel mukosa lambung pada kelompok dengan penginduksi etanol 80% dan memberikan nilai indeks ulkus tertinggi,yaitu 7,22. Berdasarkan lesi yang terbentuk dan nilai indeks ulkus, maka metode induksi yang dapat digunakan pada pengujian anti tukak lambung adalah metode dengan penginduksi etanol 80%,dosis 1 ml/200gBB dan frekuensi induksi 1 (satu) kali pada hari kedua puasa (Fadlina et al., 2008).

Untuk mencegah terjadinya kerusakan tersebut, perlu adanya peran antioksidan dalam proses tersebut. Kandungan antioksidan dapat didapatkan dari berbagai macam tanaman obat. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman yang berkhasiat sebagai obat, salah satunya adalah Binahong (Andredera cordifolia). Bagian dari tanaman binahong hampir semuanya dapat dimanfaatkan mulai dari batang, akar, bunga, dan daun. Ekstrak etil asetat dari batang binahong mengandung polifenol, flavanoid, dan saponin (Yuliastuti,2011). Adapun ekstrak etanol 70% daun binahong diketahui mengandung polifenol, flavanoid, tanin, saponin, dan alkaloid (Andreani, 2011), sedangkan ekstrak etanol 70% batang binahong mengandung polifenol, flavanoid, dan saponin (Kumalasari, 2011), tetapi yang paling sering dimanfaatkan untuk kesehatan atau sebagai obat herbal adalah bagian daun (Manoi, 2009). Daun binahong mengandung triterpenoid,


(13)

steroid, glikosida, flavanoid, dan minyak atsiri (Astuti dkk. 2011 ; Rachmawati, 2008).

Binahong memiliki kandungan kimiawi yang sangat berkhasiat untuk perbaikan sel dan antioksidan. Antioksidan mempunyai aktivitas menetralisir senyawa radikal bebas. Antioksidan dapat membantu tubuh dalam mengontrol proses oksidasi dan mempunyai kemampuan untuk mencegah atau menurunkan resiko terjadinya berbagai penyakit diantaranya kerusakan lambung (Wahyu, 2010).

Berdasarkan khasiat yang dimiliki binahong, peneliti bermaksud melakukan

penelitian “efek ekstrak binahong terhadap mukosa lambung tikus putih jantan

yang diinduksi dengan etanol” dengan dosis 100 ml/gBB, 100 ml/gBB, dan 200 ml/gBB.

B.Perumusan Masalah

Adapun masalah yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pemberian ekstrak daun binahong secara oral memiliki pengaruh terhadap penurunan kerusakan histopatologis mukosa lambung tikus putih yang diinduksi etanol.

2. Apakah dengan semakin tingginya dosis ekstrak daun binahong yang diberikan menyebabkan semakin tinggi tingkat penurunan kerusakan histopatologis mukosa lambung tikus putih yang diinduksi etanol.


(14)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong secara oral terhadap terhadap penurunan kerusakan histopatologis mukosa lambung tikus putih yang diinduksi etanol.

2. Mengetahui apakah dengan semakin tingginya dosis ekstrak daun binahong yang diberikan menyebabkan semakin tinggi tingkat penurunan kerusakan histopatologis mukosa lambung tikus putih yang diinduksi etanol.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti.

2. Bagi masyarakat/institusi, dapat memberikan informasi bahwa penggunaan ekstrak binahong dapat memelihara kesehatan terutama yang telah terbukti yaitu mengurangi resiko penyakit lambung.

3. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan landasan medis tentang ekstrak binahong dapat menurunkan kerusakan lambung, sehingga dapat memberikan informasi yang penting bagi ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.


(15)

E. Kerangka Teori

Dunia kedokteran dan kesehatan telah banyak membahas tentang radikal bebas (etanol). Hal ini karena sebagian besar penyakit diawali dan disebabkan oleh adanya reaksi radikal bebas yang berlebihan di dalam tubuh. Pemberian etanol dengan dosis tertentu sudah dibuktikan dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung tikus putih (Fadlina, 2008). Oleh karena adanya pengaruh radikal bebas yang tidak baik bagi kesehatan tubuh, maka tubuh memerlukan suatu komponen penting yang menangkal serangan radikal bebas. Komponen penting yang mampu menyelamatkan sel-sel tubuh manusia dari bahaya radikal bebas adalah antioksidan (Rohmatussolihat, 2009).

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa beberapa tumbuhan terbukti bermanfaat melindungi tubuh manusia dari bahaya radikal bebas, karena adanya antioksidan yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Secara alami, tumbuhan yang mengandung antioksidan tersebar pada berbagai bagian tumbuhan seperti akar, batang, kulit, ranting, daun, buah, bunga dan biji (Hutapea, 2005).

Tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat memiliki zat-zat penting yang sangat berperan dalam menentukan aktivitas kerja tumbuhan obat tersebut, salah satunya yaitu flavonoid yang umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida.Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagaiantioksidan.Salah satu tumbuhan yang menarik untuk diteliti sebagai komponen aktif antioksidan adalah binahong. Secara empiris beragam khasiat binahong telah diakui, untuk mengatasi beberapa penyakit seperti luka bakar,


(16)

kanker, jantung, kerusakan ginjal, diabetes, maag (ulkus peptikum), stroke dan lain lain (Widya, 2013).

Keterangan:

: Menyebabkan : Mengandung : Menghambat

Gambar 1. Kerangka Teori Ekstrak binahong

Tanin Saponin

Flavanoid Minyak Atsiri

Peningkatan kadar radikal bebas

Induksi Etanol

Stres Oksidatif Sel

Kerusakan pada sel sel mukosa lambung tikus


(17)

F. Kerangka Konsep

Dependent Variabel Independent Variabel

Gambar 2. Kerangka Konsep

G.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemberian ekstrak binahong secara oral berpengaruh menurunkan tingkat kerusakan histopatologis mukosa lambung tikus putih yang diinduksi etanol.

2. Pemberian ekstrak binahong dengan dosis yang semakin tinggi menurunkan tingkat kerusakan histopatologis mukosa lambung tikus putih yang diinduksi etanol.

Gambaran kerusakan histopatologi lambung tikus Sprague dawley jantan

Ekstrak etanol daun binahong (50mg/kgBB, 100mg/kgBB,


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Lambung

1. Gambaran Anatomi Lambung Manusia

Lambung adalah perluasan organ berongga besar menyerupai kantung dalam rongga peritoneum yang terletak diantara esophagus dan usus halus. Lambung terdiri dari antrum kardia (yang menerima esophagus), fundus besar seperti kubah, badan utama atau korpus dan pylorus yang menyerupai corong (Eroschenko, 2003).

Perdarahan lambung berasal dari arteri gastric sinistra yang berasal dari truncus coeliacus, arteri gastric dekstra yang dilepaskan dari arteri hepatica, arteria gastroepiploica cabang dari arteri gastricaduodenalis, arteri gastro-omentalis yang berasal dari arteri splenica, dan arteri gastric breves berasal dari arteri splenica (Moore and Agur, 2002).


(19)

Gambar 3. Anatomi lambung manusia (Sobotta, 2006)

Vena vena lambung mengikuti arteri-arteri yang sesuai dalam hal letak dan lintasan. Vena gastric dekstra dan vena-vena gastric sinistra mencurahkan isinya ke dalam vena porta hepatis, dan vena gastric breves dan vena gstro-ometalis membawa isinya ke vena splenica yang bersatu dengan vena mesenterika superior untuk membentuk vena porta hepatis. Vena gastro-ometalis dekstra bermuara dalam vena mesenterica superior (Moore and Agur, 2002).


(20)

Gambar 4. Arteri-arteri lambung manusia (Sobotta, 2006)

2. Gambaran Histologi Lambung Manusia

Lambung adalah organ endokrin-eksokrin campuran yang mencerna makanan dan mensekresi hormone. Ia adalah bagian saluran cerna yang melebar dengan fungsi utama menambahkan cairan asam pada makanan yang masuk, mengubahnya melalui aktivitas otot menjadi massa kental (khismus), dan melanjutkan proses pencernaan yang telah dimulai dalam rongga mulut dengan menghasilkan enzim proteolitik pepsin. Ia juga membentuk lipase lambung yang menggunakan trigliserida dengan bantuan lipase lingual (Junqueira et al., 2007)

Lambung manusia dibagi menjadi tiga bagian : kardia, fundus, dan korpus, dan pylorus. Fundus dan korpus adalah bagian terluas. Dinding lambung terdiri atas


(21)

empat lapisan umum saluran cerna yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa.

Gambar 5. Histologi Lambung manusia (Eroschenko, 2003) a. Mukosa Lambung

Mukosa lambung terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan mukosa muskularis. Permukaan lumen mukosa ditutupi epitel selapis silindris. Epitel ini juga meluas ke dalam dan melapisi foveola gastrika yang merupakan invaginasi epitel permukaan. Di daerah fundus lambung, foveola ini tidak dalam dan masuk ke dalam mukosa sampai kedalaman seperempat tebalnya. Dibawah epitel permukaan terdapat lapisan jaringan ikat longgar, yaitu lamina propia, yang


(22)

mengisi celah diantara kelenjar gastrika. Lapisan luar mukosa dibatasi selapis tipis otot polos yaitu mukosa muskularis yang terdiri atas lapisan sirkuler di dalam dan longitudinal di luar. Berkas serat otot polos dan mukosa muskularis meluas dan terjulur ke dalam lamina propia di antara kelenjar lambung kea rah epitel permukaan (Eroschenko, 2003).

b. Kardia Lambung

Kardia adalah sabuk melingkar sempit selebar 1,5-3 cm pada peralihan antara esophagus dan lambung. Lamina propianya mengandung kelenjar kardia tubular simpleks atau bercabang. Bagian terminal kelenjar ini banyak sekali bergelung dan sering dengan lumen lebar. Hampir semua sel sekresi menghasilkan mukus dan lisozim, tetapi terlihat beberapa sel parietal (yang menghasilkan HCL). Struktur kelenjar ini serupa dengan kelenjar kardia bagian akhir esophagus (Junqueira et al., 2007).

c. Fundus dan Corpus lambung

Lamina propia daerah ini terisi kelenjar lambung. Penyebaran sel-sel epitel pada kelenjar lambung tidak merata. Bagian leher terdiri atas sel sel pra kembang dan sel mukosa leher, sedangkan bagian dasar kelenjar mengandung sel parietal (oksitik), sel zimogen (chief cell), dan sel enteroendokrin. Sel parietal berupa sel bulat atau berbentuk pyramid, dengan satu inti bulat di tengah, dengan sitoplasma yang sangat eosinofilik, dan membentuk kanalikulus intraseluler (Eroschenko, 2003).


(23)

d. Lapisan-lapisan lain dari lambung

Submukosa adalah lapisan tepat dibawah mukosa muskularis. Pada lambung kosong, lapisan ini meluas sampai kedalam lipatan atau rugae. Submukosa mengandung jaringan ikat tidak teratur yang lebih padat dengan lebih banyak serat kolagen dibandingkan dengan lamina propia. Muskularis mukosa tampak jelas pada sediaan lambung, terdiri atas dua lapis otot polos yaitu lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar (Eroschenko, 2003).

3. Fisiologi Lambung

Fumgsi motorik dari lambung ada tiga : (1) penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses di dalam duodenum, (2) pencampuran makanan ini dengan sekresi dari lambung sampai membentuk suatu campuran setengah cair yang disebut kimus, dan (3) pengosongan makanan dengan lambat dari lambung ke dalam usus halus pada kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus (Guyton and Hall, 2007).

Kapasitas lambung cukup besar, bila kosong volume lumennya hanya 50-75 ml. namun, 1,2 L dapat masuk sebelum tekanan intralumina mulai naik. Volume secret yang dihasilkan seharinya antara 500-1000ml. hanya beberapa millimeter disekresikan per jam, diantara waktu makan, namun saat mencerna makanan, ratusan milliliter dihasilkan. Sekresi asam lambung mempertahankan lingkungan intern yang optimal untuk proteolisis oleh pepsin yang aktif pada pH 2 (Bloom and Fawcett, 2002).

Sekresi asam basal dipengaruhi oleh faktor kolinergik melalui nervus vagus dan alkohol histaminergik melalui sumber lokal di lambung. Sekresi asam akibat


(24)

perangsangan dihasilkan dalam tiga fase yang berbeda tergantung sumber rangsang. Fase sefalik melalui perangsangan nervus vagus. Fase gastric terjadi pada saat makanan masuk ke dalam lambung, komponen sekresi adalah kandungan makanan, yang merangsang sel G untuk melepaskan gastrin yang selanjutnya mengaktifasi sel parietal. Fase terakhir, intestinal sekresi asam lambung dimulai pada saat makanan masuk ke dalam usus dan diperantarai oleh adanya peregangan usus dan pencampuran kandungan makanan yang ada (Tarigan, 2007).

B.Etanol 1. Definisi

Etanol, (C2H5OH) disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolute, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari (anonim, 2011).

2. Absorpsi

Etanol adalah molekul kecil larut dalam air yang diabsorpsi dengan cepat dari saluran gastrointestinal (Masters, 2007). Etanol tidak membutuhkan pencernaan, dapat langsung diabsorpsi tubuh dan dimetabolisme dengan cepat sebelum nutrient lain. Etanol lebih banyak diabsorpsi melalui usus halus, hanya sekitar 20% yang diabsorpsi di lambung, dan dapat mencapai otak dalam waktu satu menit. Gas CO2 atau lambung yang kosong mempercepat absorpsi etanol (Jones, 2002 dan Keele, 2003). Menurut Darmono (2009), beberapa faktor yang mempengaruhi proses absorpsi etanol, yaitu :


(25)

a. Kondisi lambung dalam keadaan kosong atau berisi.

Hal ini sangat penting dalam pengaturan absorpsi alkohol. Pada lambung keadaan kosong, absorpsi sempurna terjadi dalam waktu 1 atau 2 jam, tetapi pada lambung keadaan berisi penuh makanan absorpsi terjadi sampai 6 jam.

b. Komposisi larutan etanol yang diminum.

Bir lebih lambat diabsorpsi daripada anggur (wine) dan anggur lebih lambat daripada spritus. Hal ini karena minuman keras yang mengandung karbon dioksida lebih cepat, karena senyawa karbon dioksida (CO2) dapat mengambil alih isi lambung.

3. Distribusi

Setelah diabsorpsi, alkohol didistribusikan ke semua jaringan dan cairan tubuh. Distribusinya berjalan cepat. Keseimbangan terjadi diantara cairan jaringan, darah dan kompartemen jaringan itu sendiri. Volume distribusi dari etanol mendekati volume cairan tubuh total (0,5-0,7 l/kg). pada sistem saraf pusat, konsentrasi etanol meningkat dengan cepat. Hal ini dikarenakan otak menampung sebagian besar aliran darah dan etanol melewati membrane biologi dengan cepat, sehingga etanol sangat mudah menembus jaringan otak dan plasenta. Selain itu, distribusi alkohol antara alveolar paru dengan darah sangat bergantung pada kecepatan difusi, tekanan gas dan konsentrasi alkohol dalam kapiler paru (Darmono, 2009; Masters, 2007).


(26)

4. Metabolisme

Lebih dari 90% etanol yang digunakan dioksidasi di dalam hati. Pada kadar etanol yang biasanya dicapai dalam darah, kecepatan oksidasinya mengikuti kinetika orde nol (zero order kinetic). Yaitu tidak bergantung pada waktu dan konsentrasi obat. Orang dewasa dapat memetabolisme 7-10 g (150-220 mmol) alkohol perjam, yang ekuivalen dengan kira-kira 10 oz bir, 3,5 oz anggur, atau 1 oz minuman keras yang disuling dengan kadar murni 80 (Masters, 2007).

5. Eksresi

Sekitar 90-98% etanol yang diabsorpsi dalam tubuh akan dimetabolisme menjadi asetaldehyde, terutama didalam hati. Asetaldehid akan diubah menjadi asetat yang bersifat polar. Biasanya sekitar 2-10% diekskresikan tanpa mengalami perubahan, baik melalui paru maupun ginjal. Sebagian kecil dikeluarkan melalui keringat, air mata, empedu, cairan lambung dan air liur (Fleming et al., 2008; Darmono, 2009).

C.Binahong 1. Deskripsi

Binahong (Anredera cordifolia) sebagai obat , Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, tanaman binahong (Anredera Cordifolia) adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari Cina dengan nama asalnya adalah Dheng Shan Chi. Di Indonesia tanaman ini belum banyak dikenal, sedangkan di Vietnam tanaman ini merupakan suatu makanan wajib bagi masyarakat di sana. Binahong tumbuh menjalar dan panjangnya dapat mencapai 5 meter, berbatang lunak berbentuk silindris dan pada sela-sela daun dan tangkai terdapat seperti umbi yang bertekstur


(27)

kasar. Daunnya tunggal dan mempunyai tangkai pendek, bersusun berselang-seling dan berbentuk jantung. Panjang daun antara 5 - 10 cm dan mempunyai lebar antara 3 - 7 cm. Seluruh bagian tanaman binahong dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, daun, umbi dan bunganya. Tanaman binahong ini termasuk dalam famili Basellaceae yang merupakan salah satu tanaman obat, karena dari tanaman ini masih banyak yang perlu digali sebagai bahan fitofarmaka. Tanaman ini sebenarnya berasal dari Cina dan menyebar ke Asia Tenggara. Di negara Eropa maupun Amerika, tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli di sana belum tertarik untuk meneliti serius dan mendalam, padahal beragam khasiat sebagai obat telah diakui. Di Indonesia tanaman ini sering digunakan sebagai hiasan gapura yang melingkar di atas jalan taman. Namun tanaman ini belum banyak dikenal dalam masyarakat Indonesia.

2. Klasifikasi tanaman

Bentuk dan ciri-ciri tanaman binahong , Warta Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, binahong (Anredera cordifolia) adalah tanaman yang berupa tumbuhan menjalar, panjangnya bisa mencapai lebih dari 10 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna kemerahan, bagian dalam solid, permukaan halus, jika tanaman sudah tua batangnya berubah berwarna putih kusam dan agak mengeras. Panjang batang dan cabang bisa mencapai 20-30 m dan diameter pangkal batang mencapai 3,5 cm pada tanaman umur 3 tahun, membentuk semacam umbi atau rimpang yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun keluar dari setiap buku pada batang, berdaun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang daun antara


(28)

5-13 cm, lebar antara 3-10 cm, tebal daun 0,1 - 0,2 mm dan 8 panjang tangkai daun antara 1-3 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan agak licin, bisa dimakan. Daun Binahong mempunyai kadar air tinggi. Bunga keluar dari ketiak daun pada tiap ranting, setiap tangkai bunga akan keluar antara 40-60 kuntum bunga berwarna putih dengan ukuran bunga kecil, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, panjang helai mahkota 0,5 - 1 cm, berbau harum. Bunga akan muncul pada tanaman yang sudah berumur sekitar 2,5-3 tahun. Umbi keluar dari setiap ketiak daun pada awalnya berbentuk bulat agak kasar dan keluar seperti bulu yang panjangnya sekitar 1-3 mm. Umbi akan muncul pada tanaman yang berumur sekitar 2 bulan lebih. Kulit umbi berwarna hijau kecoklatan dan daging umbi berwarna putih, panjang umbi antara 5-17 cm dan berdiameter antara 1-4 cm. Perbanyakan Generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya.


(29)

Seperti yang tercantum pada situs khusus tanaman plantamor (2009) klasifikasi tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Subkelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales Familia : Basellaceae Genus : Anredera

Species : Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis

Tanaman binahong (Anredera cordifolia) berkembangbiak dengan cara generatif (biji), namun lebih 10 sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui rimpangnya. Tumbuhan ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi.

3. Khasiat

Manfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, Dalam pengobatan, bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari batang, daun, dan umbi yang menempel pada ketiak daun. Tanaman ini dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus. Tanaman ini masih diteliti meski dalam lingkup terbatas. Seorang spesialis gizi Bambang Wirjatmadi, menyatakan bahwa ada


(30)

literatur yang menunjukkan bahwa tikus yang disuntik ekstrak binahong mempunyai tingkat daya tahan tubuh yang bagus. Ini dapat ditunjukkan dengan adanya agresivitas tikus yang energik serta tidak mudah sakit jika dibandingkan dengan tikus yang tidak disuntik. Menurut Yusup Yudi Prayudi yang dijelaskan dalam Warta Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2009) bahwa seluruh bagian tanaman Binahong mulai dari akar, umbi, batang, daun dan bunga sangat mujarab untuk obat dalam penyembuhan (terapi herbal).

Khasiat utama tanaman Binahong (Prayudi, 2009) yaitu sebagai berikut :

a. Mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi, setelah melahirkan, khitan, bermacam luka dalam, luka luar dan radang usus.

b. Melancarkan, menormalkan peredaran dan tekanan darah. c. Mencegah stroke, maag dan asam urat.

d. Menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh. e. Wasir (ambeien).

f. Melancarkan buang air kecil dan buang air besar. g. Diabetes.

Menurut Candra Wijaya khasiat utama dari tanaman Binahong yaitu :

a. Menyembuhkan luka dalam dan luka luar seperti baru operasi,typhus, radang usus, maag dan wasir ( ambeien). b. Pembengkakan dan pembekuan darah.

c. Memulihkan kondisi lemah setelah sakit.

d. Rhematik, luka memar (akibat benturan, terpukul atau terkilir). e. Mencegah stroke.


(31)

4. Kandungan kimia

Data penelitian ilmiah mengenai kandungan kimia binahong (Anredera cordifolia) menunjukkan adanya kandungan flavonoid, saponin, triterpenoid, dan minyak atsiri pada daun binahong (Manoi, 2009). Kandungan kimia, Warta penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, kemampuan binahong untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya seperti flavonid. Flavonoid dapat berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Alkaloid memiliki aktivitas hipoglikemik. Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometric membantu tubuh dalam proses sintesa organik daan pemulihan sel-sel tubuh. Sedangkan saponin dapat menurunkan kolestrol, mempunyai sifat antioksidan, antivirus dan anti karsinogenik dan manipulator fermentasi rumen.

Tanaman binahong berpotensi sebagai antihiperlipidemik, anti inflamasi, analgesik, dan antipiretik (Abou dkk, 2007). Hasil penelitian dan menyatakan bahwa binahong memiliki efek antidiabetes, yaitu dapat menurunkan kadar glukosa darah (Rendon, 2006; Kemila, 2010). Manfaat lain dari binahong di antaranya berkhasiat dalam penyembuhan penyakit tifus, sesak nafas, maag, asam urat, pembengkakan hati, radang usus, gangguan pada ginjal, dan penyembuhan luka (Manoi, 2009).


(32)

D.Radikal Bebas 1. Definisi

Radikal bebas (Bahasa Latin: radicalis) adalah molekul yang mempunyai sekelompok atom dengan elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas adalah bentuk radikal yang sangat reaktif dan mempunyai waktu paruh yang sangat pendek. Jika radikal bebas tidak diinaktivasi, reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe makromolekul seluler, termasuk karbohidrat, lipid dan asam nukleat (Dawn, 2000).

2. Mekanisme Kerja

Mekanisme terbentuknya radikal bebas dapat dimulai oleh banyak hal, baik yang bersifat endogen maupun eksogen. Reaksi selanjutnya adalah peroksida lipid membran dan sitosol yang mengakibatkan terjadinya serangkaian reduksi asam lemak sehingga terjadi kerusakan membran dan organel sel (Dawn, 2000).

Peroksida (otooksidasi) lipid bertanggung jawab tidak hanya pada kerusakan makanan, tapi juga menyebabkan kerusakan jaringan in vivo karena dapat menyebabkan kanker, penyakit inflamasi, aterosklerosis, dan penuaan. Efek merusak tersebut akibat produksi radikal bebas (ROO, RO, OH) pada proses pembentukan peroksida dan asam lemak. Peroksida lipid merupakan reaksi berantai yang memberikan pasokan radikal bebas secara terus-menerus yang menginisiasi peroksida lebih lanjut. Proses secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut: (Anonim, 2009).


(33)

a. Inisiasi

ROOH + logam(n)  ROO· + Logam(n-1) + H+

X· + RH  R· + XH

b. Propagasi R· + O2ROO·

ROO· + RHROOH + R·

c. Terminasi

ROO· + ROO·ROOR + O2 ROO· + R·ROOR

R· + R·RR

Dalam kimia organik, peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah molekul organik yang mengandung ikatan tunggal oksigen-oksigen (R-O-O-R’).

Jika salah satu dari R atau R’ merupakan atom hidrogen, maka senyawa itu disebut hidroperosida (R-O-O-H) (Esti, 2002).

Karena prekursor molekuler dari proses inisiasi aalah produk hidroksiperoksida (ROOH), peroksidasi lipid merupakan reaksi berantai yang sangat berpotensi memiliki efek menghancurkan. Untuk mengontrol dan mengurangi peroksidasi lipid, digunakan senyawa yang bersifat antioksidan (Anonim, 2009).

3. Dampak negatif

Banyak teori pada penuaan, radikal bebas merupakan salah satu aspek penyebab penuaan sel yang ditandai dengan penimbunan pigmen lipofusin intrasel terutama


(34)

pada jantung, hati dan otak. Pigmen ini berasal dari hasil peroksidasi polilipid tak jenuh membran seluler dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan akumulasi radikal bebas yang terbentuk secara fisiologik dan merupakan hasil reaksi agen eksogen (Anonim, 2007).

Peroksida molekul lemak selalu mengubah atau merusak struktur molekul lemak. Selain sifat peroksida membran lemak yang secara alami menghancurkan dirinya sendiri, aldehida yang terbentuk dapat menimbulkan ikatan silang pada protein. Apabila leak yang rusak adalah konstituen suatu membran biologis, susunan lapis ganda lemak yang kohesif dan organisasi struktural akan terganggu (Anonim, 2007).

E.Anti Oksidan

Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies oksigen reaktif. Penggunaan senyawa antioksidan juga radikal bebas saat ini semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, ateriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat) reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus penyakit-penyakit di atas (Tahir dkk, 2003).

Fungsi utama antioksidan digunakan sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan,


(35)

meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya kualitas sensori dan nutrisi. Lipid peroksida merupakan salah satu faktor yang cukup berperan dalam kerusakan selama dalam penyimpanan dan pengolahan makanan (Hernani dan Raharjo, 2005). Antioksidan tidak hanya digunakan dalam industri farmasi, tetapi juga digunakan secara luas dalam industri makanan, industri petroleum, industri karet dan sebagainya (Tahir dkk, 2003).

Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Waji & Sugrani, 2009).Antioksian terbagi menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutae (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx). antioksidan vitamin lebih populer sebagai antioksidan dibanding enzim. Antioksidan vitamin mencakup alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam askorbat (vitamin C) yang terbanyak didapatkan dari tanaman dan hewan (Sofia, 2006).

Sebagai antioksidan, betakaroten adalah sumber utama vitamin A yang sebagian besar terdapat pada tumbuhan. Selain melindungi buah-buahan dan sayuran berwarna kuning atau hijau gelap dari bahaya radiasi matahari, betakaroten juga berperan serupa dalam tubuh manusia. Betakaroten terkandung dalam wortel, brokoli, kentang dan tomat. Senyawa lain yang memiliki sebagai antioksidan adalah flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat pada teh, buah-buahan, sayuran, anggur, bir dan kecap (Sofia, 2006).


(36)

F. Pengaruh Etanol Terhadap Lambung

Etanol dapat merusak sawar mukosa lambung karena etanol cepat berpenetrasi ke dalam mukosa lambung dengan cara melepaskan radikal bebas, menimgkatkan permeabilitas mukosa dan sawar epitel sehingga memungkinkan difusi balik HCL yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada mukosa lambung, khususnya pembuluh darah pada dinding lambung sehingga dapat menimbulkan tukak (Khanzei, 2006).

Penggunaan etanol itu sendiri sudah lama digunakan sebagai metode untuk menimbulkan lesi pada lambung dengan hewan percobaan. Lesi pada lambung yang terjadi disertai dengan pembentukan radikal bebas dan reactive oxygen species (ROS) (Kanter et al., 2005).

Reactive Oxidative Species (ROS) secara kontinu diproduksi selama dalam keadaan fisiologis normal, dan dihilangkan oleh mekanisme pertahanan antioksidan. Dalam keadaan patologi, ROS dihasilkan berlebihan dan berakibat pada lipid peroxidasi dan kerusakan oksidatif. Ketidak seimbangan antara ROS dan mekanisme pertahanan antioksidan mengarah pada modifikasi oksidatif dalam membran seluler atau molekul-molekul intraselular. Penelitian yang baru-baru ini dilakukan menunjukan bahwa ROS adalah salah satu faktor penting dalam patogenesis kerusakan mukosa yang disebabkan oleh induksi etanol (Kanter et al., 2005).

Etanol juga dapat menyebabkan stress oksidatif yang hebat pada jaringan lambung dengan peningkatan kadar malondialdehyde (MDA) dan penurunan kadar glutation reduktase (GSH) lambung. Aktivitas superoksida dismutase (SOD) dan


(37)

glutation-s-tranferase (GST) lambung munurun terutama selama pemberian etanol. Aktivitas catalase (CAT), bagaimanapun juga tidak berubah. Hasil ini sejalan dengan laporan sebelumnya yang menunjukan perubahan antioksidan enzimatis selama pemberian etanol pada hewan percobaab (Kanter et al., 2005).


(38)

A. Desain Penelitian

Menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague dawleyjantan berumur 8-12 minggu yang dipilih secararandomdan dibagi menjadi 5 kelompok.

B. Tempat dan Waktu

Pembuatan ekstrak binahong yang akan digunakan pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Sedangkan untuk pembuatan preparat dan pengamatannya dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Periode penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 1 bulan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih galur Sprague dawley jantan berumur 8-12 minggu yang diperoleh dari Laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor. Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan kriteria sampel WHO yaitu minimal 5 ekor (WHO,1993). Pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 25ekor. Untuk keperluan penelitian ini


(39)

digunakan 5 kelompok tikus dengan masing-masing kelompok terdiri dari 7 tikus galurSprague Dawley.

Adapun tikus yang digunakan pada penelitian ini memenuhi criteria inklusi sebagai berikut :

• Sehat

• Memiliki berat badan antara 180-200 gram

• Jenis kelamin jantan

• Berusia sekitar 8-12 minggu (dewasa)

Kriteria ekslusi pada penelitian ini diantaranya :

• Penampakan rambut kusam, rontok, botak dan aktivitas kurang / tidak aktif

• Keluarnya eksudat yang tidak normal darimata, mulut, anus, genital setelah masa adaptasi

• Terdapat penurunan berat badan > 10 % setelah masa adaptasi selama di laboratorium

Cara pengambilan sampel untuk penelitian eksperimental, dengan menggunakan rumus federer (Dahlan, 2013) :

(t-1)(n-1)≥15

t : jumlah kelompok

n : jumlah sampel


(40)

(5-1)(n-1)≥15

4(n-1)≥15

(n-1)≥3,75

n≥4,75

Sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 5

D. Alat dan Bahan

Untuk mendukung terlaksananya penelitian ini, penulis menggunakan alat dan bahan, sebagai berikut :

1. Bahan penelitian

Bahan penelitian yang digunakan yaitu: a. Etanol 10ml/kgBB.

b. Ekstrak Binahong (50mg/kgBB, 100mg/kgBB, 200mg/kgBB). Bahan pembuatan preparat yang digunakan yaitu:

a. Larutan Formalin 10%

b. Garam Fisiologis NaCl (0,9%) c. Alkohol teknis

d. Pewarnaan Haematoxylin e. Akuades

f. Meyer’s Albumin g. Enthelen


(41)

2. Alat penelitian

a. Neraca analitik Metler Toledo denga ntingkat ketelitian 0,01 g untuk menimbang berat tikus

b. Spuit oral 1 cc

c. Gunting minor set, untuk membedah tikus d. Kapas alkohol

e. Mikrotom

f. Tabungerlemeyer g. Saringan

h. Lumpang dan alu

3. Alat pembuat preparat histologi

Adapun alat pembuat preparat histologi adalah mikrotom, waterbath, embedding cassette, cover glassdan kaca preparat.

E. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yakni variabel dependen (variabel terikat) dan variabel independen (variabel bebas). Adapun variabel penelitian pada penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas

Ekstrak etanol daun binahong 2. VariabelTerikat


(42)

F. Prosedur Penelitian

1. Prosedur pemberian ekstrak daun binahong a. Cara pembuatan ekstrak etanol daun binahong

Pembuatan ekstrak dilakukan di laboratorium biologi jurusan matematika dan ilmu pengetahuan Universitas Lampung. Pembuatan ekstrak diawali dengan menyediakan daun binahong. Masing masing sampel tersebut dicuci bersih kemudian diangin-angikan, selanjutnya dicacah hingga menjadi kecil. Potongan kecil-kecil tersebut diekstraksi menggunakan etanol sebagai pelarut. Etanol yang digunakan sebelumnya telah didestilasi untuk menjaga kemurniannya dari benda-benda pengotor. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi menggunakan pelarut etanol destilat. Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia yang menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan (kamar) (Depkes, 2000). Perbandingan masa simplisia dan pelarut adalah 1 : 10, artinya 1kg serbuk daun dicampur dengan 10 liter etanol.

Maserasi dilakukan selama 18 jam, sesuai dengan prosedur penelitian pendahuluan. Setelah 18 jam, filtrate hasil maserasi dipisahkan dari ampasnya melalui penyaringan menggunakan kertas saring, dibantu dengan vaccum pump agar lebih cepat. Filtrate yang telah tertampung kemudian dipisahkan dari zat pelarut dengan cara diuapkan, menggunakan alat rotary evaporator. Hasilnya adalah berupa ekstrak kental, kemudian disimpan didalam refrigerator untuk mempertahankan kualitasnya, jika tidak langsung digunakan.


(43)

2. Metode teknik pembuatan preparat a. Fixation

1) Menfiksasi specimen berupa potongan organ lambung yang telah dipilih segera dengan larutan pengawet formalin 10%

2) Mencuci dengan air mengalir b. Trimming/sampling

1) Membuat irisan potongan lambung dengan ketebalan sebesar 3-5mm.

2) Memasukkan potongan organ lambung tersebut ke dalam embedding cassette

3) Menuntaskan air dengan meletakkan embedding cassette pada kertas tisu.

c. Dehidration

Berturut-turut melakukan perendaman organ lambung dalam alkohol bertingkat 80% selama 2 jam, 90% selama 2 jam, 95% selama 1 jam, alkohol absolute I selama 2 jam, alkohol absolute II selama 1 jam. d. Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I, II, III masing-masing selama 30 menit.

e. Impregnasi

Impregnasi dengan menggunakan paraffin I dan II masing-masing selama 1 jam di dalam incubator dengan suhu 65,10C

f. Embedding


(44)

2) Memindahkan satu persatu dari embedding cassette ke dasar pan 3) Melepaskan paraffin yang berisi potongan lambung dari pan

dengan memasukkan ke dalam suhu 4-60C beberapa saat.

4) Memotong paraffin sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan scapel/pisau hangat

5) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing

6) Memblok paraffin siap dipotong dengan mikrotom g. Cutting

1) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu

2) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron.

3) Memilih lembaran potongan yang paling baik, mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing.

4) Memindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna

5) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan menempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan.

6) Mengeringkan slide. Jika sudah kering, slide dipanaskan untuk merekatkan jaringan dan sisa paraffin mencair sebelum pewarnaan.


(45)

h. Staining(pewarnaan) dengan harris Hematoxylin Eosin

Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, memilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut :

Untuk pewarnaan, zat kimia yang pertama digunakan xilil I, II, III masing-masing selama 5 menit. Zat kimia yang ketiga aquadest selama 1 menit. Keempat, potongan organ dimasukkan dalam zat warna harris Hematoxylin selama 20 menit.

Kemudian memasukkan potongan organ dalam fosin selama 2 menit. Kesembilan, secara berurutan memasukkan potongan organ dalam alkohol 96% selama 2 menit, alkohol 96%, alkohol absolute III dan IV masing-masing selama 3 menit. Terakhir, memasukkan dalam xilol IV dan v masing-masing 5 menit.

i. Mounting

Setelah pewarnaan selesai menempatkan slide diatas kertas tisu pada tempat datar, menetesi dengan mounting yaitu kanada balsam dan tutup dengan cover glass cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.

j. Membaca slide dengan mikroskop

Slide diperiksa dibawah mikroskop sinar dengan pembesaran 400X dengan 5 lapangan pandang.


(46)

3. Prosedur Pemberian Etanol a. Prosedur Pemberian Etanol

Dosis etanol yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya yang telah terbukti memiliki efek kerusakan signifikan pada hati. Pada penelitian Chen (2010), digunakan etanol dengan dosis 5g/kgBB.

Perhitungan volume pemberian etanol yaitu 1 gram etanol sama dengan 1 mL alkohol 100% . Jadi jika konsentrasi etanol dibuat 50% maka dalam 50% v/v 100 ml terdapat 50 gram etanol.

Maka volume etanol 5g/kgBB = 5g / 50g x 100mL = 10ml/kgBB

b. Prosedur pemberian ekstrak daun binahong

Dosis pada penelitian ini di dasarkan atas penelitian sebelumnya yaitu penelitian-penelitian Yulinah pada tahun 2010, 2011, dan 2013. Hasil dari penelitian-penelitian menunjukan bahwa ekstrak binahong pada dosis 50mg/kgBB, 100mg/kgBB, dan 200mg/kgBB memiliki efek terapeutik yang signifikan pada tubuh manusia, yaitu dapat menurunkan kadar glukosa darah, menurunkan kadar kreatinin darah yang di akibatkan kerusakan ginjal, memperbaiki gambaran histopatologi kerusakan pankreas, dan juga memperbaiki gambaran histopatologis kerusakaan ginjal.


(47)

Tikus yang di gunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur 8– 12 minggu dengan berat 180g–200g, untuk itu dilakukan penyesuaian dosis untuk sebagai berikut :

Konversi dosis 50mg/kgBB ke tikus dengan berat 180g dan 250g = 180g = 50mg : 5 = 10mg/180gBB tikus (satu ekor) 200g = 50mg : 4 = 12,5mg/200gBB tikus (satu ekor) Konversi dosis 100mg/kgBB ke tikus dengan berat 180g dan 250g =

180g = 100mg : 5 = 20mg/180gBB tikus (satu ekor) 200g = 100mg : 4 = 25mg/200gBB tikus (satu ekor) Konversi dosis 200mg/kgBB ke tikus dengan berat 180g dan 250g =

180g = 200mg : 5 = 40mg/180gBB tikus (satu ekor) 200g = 200mg : 4 = 50mg/200gBB tikus (satu ekor)

c. Prosedur Perlakuan pada Tikus

1) Tikus sebanyak 25 ekor, dikelompokkan dalam 5 kelompok.

2) Selama satu minggu tiap-tiap kelompok tikus diadaptasikan sebelum diberi perlakuan.

3) Mengukur berat badan tikus sebelum perlakuan. 4) Melakukan perlakuan pada masing-masing kelompok :

• Kontrol normal, diberikan aquades (minum) dan pakan standar.

• Kontrol negatif, diberikan aquades (minum) dan pakan standar ditambah etanol dosis 10 ml/ kgBB.

• Perlakuan coba 1, diberikan aquades (minum) dan pakan standar ditambah ekstrak daun binahong dosis 50 mg/kgBB kemudian selang


(48)

2 jam diinduksi etanol dosis 10 ml/kgBB. Masing-masing diberikan peroral selama 10 hari.

• Perlakuan coba 2, diberikan aquades (minum) dan pakan standar ditambah ekstrak daun binahong dosis 100 mg/kgBB kemudian selang 2 jam diinduksi etanol dosis 10 ml/kgBB. Masing-masing diberikan peroral selama 10 hari.

• Perlakuan coba 3, diberikan aquades (minum) dan pakan standar ditambah ekstrak daun binahong dosis 200 mg/kgBB kemudian selang 2 jam diinduksi etanol dosis 10 ml/kgBB. Masing-masing diberikan peroral selama 10 hari.

5) Setelah 10 hari , perlakuan diberhentikan.

6) Lima tikus jantan dari tiap kelompok di anesthesia kemudian di euthanasia.

7) Dilakukan laparotomi, lambung mencit diambil untuk sediaan mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis dengan metode paraffin dan pewarnaan Hematoksilin eosin. 8) Sampel lambung difiksasi dengan formalin 10%.


(49)

Timbang Berat Badan Tikus

KN K(-) P1 P2 P3

Tikus di adaptasikan selama 7 hari

Tikus di berikan perlakuan selama 10 hari

diet standar

diet standar + Cekok etanol 50 %

10ml/kgBB

diet standar + Cekok etanol 50% 10ml/kgBB

ekstrak 50mg/kgBB

diet standar + Cekok etanol 50 %

10ml/kgBB ekstrak 100mg/kgBB

diet standar + Cekok etanol 50 %

10ml/kgBB ekstrak 200mg/kgBB

Tikus dianesthesiakemudian dieuthanasia

Lakukan pembedahan dan pengambilan lambung tikus

Fiksasi sampai dengan formalin 10%

Pengamatan Pembuatan sediaan histopatologi

Interpretasi hasil pengamatan


(50)

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan agar penelitian tidak menjadi terlalu luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 1.Definisi Operasional

NO VARIABEL DEFINISI SKALA

1 Daun binahong

2 Gambaran histopatologi lambung

Daun binahong merupakan daun tunggal, helaian daun memiliki ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin, serta daging daun tipis lunak

Dosis ekstrak daun binahong Dosis I : 50mg/kgBB/hari Dosis II : 100 mg/kgBB/hari Dosis III : 200mg/kgBB/hari

Gambaran histopatologi lambung tikus dilihat dengan melakukan pengamatan sediaan histopatologi menggunakan mikroskop Tiap preparat jaringan lambung dibaca dalam lima lapangan pandang yaitu pada keempat sudut dan bagian tengah preparat dengan pembesaran 400x. (Khakim, 2007)

a. Normal skor 0. Tidak ada tanda gastritis atau ulkus.

b. Kerusakan ringan skor 1.

Ditemukan tanda-tanda peradangan mukosa lambung :

Hyperemia edema, sebukan sel radang pada lamina propia.

c. Kerusakan sedang skor 2. Sudah terdapat pelepasan atau erosi sel epitel superficial. d. Kerusakan berat skor 3. Ditandai pelepasan

erosi lebih dari sebagian jaringan mukosa dan jaringan bawah epitel, bahkan seluruh mukosa, atau sampai pada tunika muskularis.

Numerik


(51)

H. Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji normalitas data yaitu uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel<50 dan homogenitas (Levene). Jika varian data berdistribusi normal serta homogen, maka dilanjutkan dengan metode statistik one way ANOVA. Jika pada uji one way ANOVA menghasilkan nilai p>0,05 (hipotesis dianggap tidak bermakna), dilakukan uji kruskal wallis. Semua distribusi data apabila p<0,05 ataupun uji nya bermakna, maka dilakukan analisis pos hoc LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok yang lebih terinci.

I. Ethical Clearance

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. 2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit

mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) ≥ 15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.


(52)

3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi. a) Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba

diberikan pakan standar dan minum secaraad libitum.

b) Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba ditempatkan di animal housedengan suhu terjaga 20-25°C, kemudian hewan coba terbagi menjadi 3-4 ekor tiap kandang. Animal houseberada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

c) Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan, pada penelitian hewan coba diberikan perlakuan dengan menggunakan nasogastric tube dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta euthanasia dengan metode yang manusiawi oleh orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan coba sesuai dengan IACUC (Ridwan, 2013).


(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemberian ektrak etanol daun binahong dapat mencegah kerusakan mukosa lambung tikus putih jantan dewasa galur Sprague dawley yang diinduksi etanol dengan penurunan nilai rerata kerusakan mukosa lambung .

2. Peningkatan dosis ekstrak daun binahong 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB dapat meningkatkan efek protektif terhadap kerusakan mukosa lambung dengan penurunan nilai rerata kerusakan lambung 7,8 ± 1,304, 6,4 ± 1,517, dan 5,6 ± 1,140 pada tikus putih jantan dewasa galur Sprague dawley yang diinduksi etanol.

B. Saran

1. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan rentan dosis ekstrak etanol daun binahong yang digunakan sehingga didapatkan dosis optimal dari binahong sampai normal.

2. Peneliti lain disarankan untuk melakukan uji toksisitas pada ekstrak etanol daun binahong.


(54)

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abou ZHAS., Soliman FM., Sleem AA & Mitry MNR. 2007. Phytochemical and bio-activity Investigations of The Aerial Parts of Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Bulletin of The National Research Centre. 32(1):1-33. Akil HAM. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta :

InternaPublishing.

Andreani dan Rizky D. 2011. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Bakteri Shigella flexneri Dan Skrining Fitokimianya. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Anonim. 2011. Etanol. http://id.wikipedia.org/wiki/etanol. Diakses tanggal 25 September 2013.

Anonim. 2009. Peroxide. http://en.wikipedia.org/wiki/peroxide_value Peroxide Value. Diakses 25 September 2013.

Anonim. 2007. Antioksidan. http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan. Diakses 25 September 2013.

Astuti SM., Sakinah M., Andayani R.,dan Risch A. 2011. Determination of Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases. Journal of Agricultural. 3(4):224-232.

Bloom W., Fawcett DW. 2002. Buku Ajar Histologi. Edisi ke-12. Penerjemah: Jan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Indonesia EGC.


(56)

oksigen. Dalam: Joko S, Vivi S, Lydia IM (editors). Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC. Hlm. 321-329.

Droge W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function. NCBI. 82(1):47-95.

Elin YS., Atun Q., dan Lady L. 2011. Efek Ekstrak Metanol Daun Binahong

(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Gula Darah Pada Mencit Model Diabetes Melitus. Jurnal Medika Planta. 1(4):1-10.

Eroschenko VP. 2003. Sistem pencernaan: usus halus dan usus besar. Atlas Histologi di Fiore. Ed 9. Jakarta: EGC. p. 205.

Esti S. 2002. Introduksi reaksi sel terhadap jejas. Dalam: Sudarto P, Sutisna H, Achmad T (editors). Buku ajar patologi I (umum). Jakarta: Sagung Seto. Hlm.21-3.

Fadlina C., Purnasari S.,dan Mun’im A. 2008. Pengembangan Metode Induksi Tukak Lambung. Majalah Ilmu Kefarmasian. 5(2):84-90.

Fleming M., Mihic SJ., Harris RA. 2007. Etanol Dasar Farmakologi Terapi. EGC: Jakarta.

Guyton AC and Hall. J.E. 2007. Buku ajar fisiologi Kedokteran edisi 11. EGC penerbit buku kedokteran. Jakarta. Hal 811-867.

Hutapea R. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. Penerbit : Rineka Cipta. Jakarta. Jones P. 2002. Alcohol Addiction : A Psychobiological Approach, Psychiatry, and

Wellness Behavioral Medicine Accociate. Diakses tanggal 15 September 2013.

Junqueira LC. 2008. Basic Histology: Text and Atlas, 10 ed. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 311.


(57)

induced gastric mucosal injury in rats. World Journal of Gastroenterology . 11(42):6662-6666.

Keel RO. 2003. Alkohol. http:// www.umsl.edu/rkeel/180/etoh.html. diakses Oktober 2013.

Kemila M. 2010. Uji Aktivitas Antidiabetes melitus Infus Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia.

Khanzei M., Salehi H. 2006. Protective effect of Falacaria vulgaris extract on ethanol induced gastric ulcer in rat. Iranian Journal of Pharmacology and Therapeutics (5). 43-46.

Kumalasari E. 2011. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Candida albicans Serta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 15(1):3-5.

Masters S. 2007. Alkohol. Dalam: Katzung Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi II. Gramedia pustaka Media. Jakarta.

Moore KL., Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.

Panjaitan dan Ruqiah Ganda Putri. 2003. Bahaya Gagal Hamil Yang Diakibat Minuman Beralkohol. Program Pasca Sarjana IPB Bogor.

Plantamor. 2009. Khasiat Binahong. http://www.plantamor.com/spcimage.php? plct=O&spcx=anrcoria&recid=1387&popname=Binahong&genus=Anreder a&species=cordifolia&var. diakses 14 september 2013.


(58)

Surabaya.

Rendon A., Manuel J., Luis J., & Javier. 2006. Compositions Comprising Natural Products for The Treatment of Diabetes. Biblioraphic Information, Sci Finder. 7(1):26-43.

Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. BioTrends. 4(1):5-9.

Sofia D. 2006. Antioksidan dan Radikal bebas. situs Web Kimia Indonesia. http://www.chemistry.org. Diakses 25 September 2013.

Suhardi. 2011. Preferensi Peminum Alkohol Di Indonesia Menurut RISKESDES 2007. Bul.Penelit.Kesehat. 39(4):154-164.

Tahir I., Wijaya K., dan Widianingsih D. 2003. Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Antioksidan senyawa Turunan Flavon/Flavonol. Seminar on Chemometrics- Chemistry. Universitas Gadjah Mada.

Tarigan P. 2006. Tukak Gaster dan Tukak Duodenum. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat - Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p.338.

Wibisono AS. 2012. Keracunan Alkohol. Majalah Kedokteran Terapi Intensif. 2(2):109-115.

Widya S., Runtuwene MRJ., dan Citraningsih G. 2013. Kandungan Flavanoid dan Kapasitas Antioksi dan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong [Anredera cordifolia(Ten.)Steenis.]. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(1):2302-2493.


(59)

Dan Skrining Fitokimianya. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abou ZHAS., Soliman FM., Sleem AA & Mitry MNR. 2007. Phytochemical and bio-activity Investigations of The Aerial Parts of Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Bulletin of The National Research Centre. 32(1):1-33. Akil HAM. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta :

InternaPublishing.

Andreani dan Rizky D. 2011. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Bakteri Shigella flexneri Dan Skrining Fitokimianya. Skripsi.Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Anonim. 2011. Etanol. http://id.wikipedia.org/wiki/etanol. Diakses tanggal 25 September 2013.

Anonim. 2009. Peroxide. http://en.wikipedia.org/wiki/peroxide_value Peroxide Value. Diakses 25 September 2013.

Anonim. 2007. Antioksidan. http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan. Diakses 25 September 2013.

Astuti SM., Sakinah M., Andayani R.,dan Risch A. 2011. Determination of Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases. Journal of Agricultural. 3(4):224-232.

Bloom W., Fawcett DW. 2002. Buku Ajar Histologi. Edisi ke-12. Penerjemah: Jan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Indonesia EGC.


(3)

Darmono. 2009.Toksikologi Narkoba dan Alkohol. UIP. Jakarta.

Dawn BM, Allan DM, & Colleen MS. 2000. Metabolisme oksigen dan toksisitas oksigen. Dalam: Joko S, Vivi S, Lydia IM (editors). Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC. Hlm. 321-329.

Droge W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function. NCBI. 82(1):47-95.

Elin YS., Atun Q., dan Lady L. 2011. Efek Ekstrak Metanol Daun Binahong

(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Gula Darah Pada Mencit Model Diabetes Melitus. Jurnal Medika Planta. 1(4):1-10.

Eroschenko VP. 2003. Sistem pencernaan: usus halus dan usus besar. Atlas Histologi di Fiore. Ed 9. Jakarta: EGC. p. 205.

Esti S. 2002. Introduksi reaksi sel terhadap jejas. Dalam: Sudarto P, Sutisna H, Achmad T (editors). Buku ajar patologi I (umum). Jakarta: Sagung Seto. Hlm.21-3.

Fadlina C., Purnasari S.,dan Mun’im A. 2008. Pengembangan Metode Induksi Tukak Lambung. Majalah Ilmu Kefarmasian. 5(2):84-90.

Fleming M., Mihic SJ., Harris RA. 2007. Etanol Dasar Farmakologi Terapi. EGC: Jakarta.

Guyton AC and Hall. J.E. 2007. Buku ajar fisiologi Kedokteran edisi 11. EGC penerbit buku kedokteran. Jakarta. Hal 811-867.

Hutapea R. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. Penerbit : Rineka Cipta.Jakarta. Jones P. 2002. Alcohol Addiction : A Psychobiological Approach, Psychiatry, and

Wellness Behavioral Medicine Accociate. Diakses tanggal 15 September 2013.

Junqueira LC. 2008. Basic Histology: Text and Atlas, 10 ed. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 311.


(4)

Kanter M., Demir H., Karakaya C., Ozbek H. 2005. Gastroprotective activity of Nigella sativa L oil and its constituent,thymoquinone against acute alcohol induced gastric mucosal injury in rats. World Journal of Gastroenterology . 11(42):6662-6666.

Keel RO. 2003. Alkohol. http:// www.umsl.edu/rkeel/180/etoh.html. diakses Oktober 2013.

Kemila M. 2010. Uji Aktivitas Antidiabetes melitus Infus Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia.

Khanzei M., Salehi H. 2006. Protective effect of Falacaria vulgaris extract on ethanol induced gastric ulcer in rat. Iranian Journal of Pharmacology and Therapeutics (5). 43-46.

Kumalasari E. 2011. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Candida albicans Serta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi.Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 15(1):3-5.

Masters S. 2007. Alkohol. Dalam: Katzung Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi II. Gramedia pustaka Media. Jakarta.

Moore KL., Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.

Panjaitan dan Ruqiah Ganda Putri. 2003. Bahaya Gagal Hamil Yang Diakibat Minuman Beralkohol. Program Pasca Sarjana IPB Bogor.

Plantamor. 2009. Khasiat Binahong. http://www.plantamor.com/spcimage.php? plct=O&spcx=anrcoria&recid=1387&popname=Binahong&genus=Anreder a&species=cordifolia&var. diakses 14 september 2013.


(5)

Rachmawati S. 2008. Study Makroskopi, Mikroskopi, dan Skrining Fitokimia Daun Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Thesis. Universitas Airlangga. Surabaya.

Rendon A., Manuel J., Luis J., & Javier. 2006. Compositions Comprising Natural Products for The Treatment of Diabetes. Biblioraphic Information, Sci Finder. 7(1):26-43.

Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. BioTrends. 4(1):5-9.

Sofia D. 2006. Antioksidan dan Radikal bebas. situs Web Kimia Indonesia. http://www.chemistry.org. Diakses 25 September 2013.

Suhardi. 2011. Preferensi Peminum Alkohol Di Indonesia Menurut RISKESDES 2007. Bul.Penelit.Kesehat. 39(4):154-164.

Tahir I., Wijaya K., dan Widianingsih D. 2003. Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Antioksidan senyawa Turunan Flavon/Flavonol. Seminar on Chemometrics- Chemistry. Universitas Gadjah Mada.

Tarigan P. 2006. Tukak Gaster dan Tukak Duodenum. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat - Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p.338.

Wibisono AS. 2012. Keracunan Alkohol. Majalah Kedokteran Terapi Intensif. 2(2):109-115.

Widya S., Runtuwene MRJ., dan Citraningsih G. 2013. Kandungan Flavanoid dan Kapasitas Antioksi dan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong [Anredera cordifolia(Ten.)Steenis.]. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(1):2302-2493.


(6)

Yuliastuti. 2011, Uji Aktivitas Antibakteri Etil Asetat Batang

Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Salmonella thypi Dan Skrining Fitokimianya. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

UJI EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI KARAGENIN

13 75 55

EFEK PROTEKTIF EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI OLEH ETANOL

6 42 69

EFEK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)) YANG DIEKSTRAKSI ETANOL 70% TERHADAP AKTIVITAS ALT TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ETANOL 50%

1 11 60

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore.) Steenis) TERHADAP PENURUNAN KADAR Uji Efektivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore.) Steenis) Terhadap Penurunan Kadar Ldl (Low Density Lipoprote

0 2 16

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore.) Steen) TERHADAP KADAR ALT Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore.) Steen) Terhadap Kadar ALT (Alanin aminotransferase) Pada Tikus Jantan Galur Wistar

0 1 13

28 PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (ANREDERA CORDIFOLIA (TEN.) STEENIS TERHADAP PH DAN TUKAK LAMBUNG PADA TIKUS PUTIH BETINA

0 0 18