EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Oleh

REVISIA SUSANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2014-2015 yang ber-jumlah 433 siswa dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X2 sebagai kelas kontrol, dan X3 sebagai kelas eksperimen Tahun Pelajaran 2014-2015. Peng-ambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non EquivalentControl Group Design. Efektivitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol sebesar 0.406 dan pada kelas eksperimen sebesar 0.671. Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t-Test), disimpulkan bahwa pem-belajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkatkan


(2)

kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Kata kunci. Model problem solving, kemampuan memfokuskan pertanyaan, larutan elektrolit dan nonelektrolit.


(3)

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

(Skripsi)

Oleh

REVISIA SUSANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Studi

Jurusan Fakultas

Dr. Ratu Betta Rudiby NrP 19s702A1 1981032

TIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING

ALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN OKUSKAN PERTA}IYAAN PADA UTAN ELEKTROLIT DAN

VELEKTROLIT sia Susanti 01302347s

idan Ilmu

.'

,..]

MENffiTUJUI

;:i t

$

KomisiPembimbing l:, .lf

]:: i;

-|-

I

+--t^*4

L

i]..l$6t;*aty

Sofa,

S.Si., M.Si NrP 19710819 199903 2 001

Jurusan Pendidikan MIPA

'I

----. Caswita, M----.Si----. 19670041993031004


(5)

MENGESAHKAI{

1.

Tim Penguji

Ketua

Sekretaris

L#e

: 14 Desember2A16 Tanggal Lulus Ujian Skri


(6)

Yang bertandatangan di

Nama

Nomor Pokok Program Studi Jurusan

Dengan

ini

saya meny pernah diajukan untuk dan sepanjang

pernah ditulis atau dalam naskah dan dise

Apabila ternyata kelak pernyataan saya diatas,

ATAAI\ SKRIPSI MAHASISWA

Revisia Susanti 1013023075 Pendidikan Kimia Pendidikan MIPA

bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang gelar kesarjaruun

di

suatu perguruan tinggi saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang tkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam daftar pustaka.

dikemudian

hari

terbukti ada ketidakbenaran dalam

saya akan bertanggung jawab sepenuhnya

Bandar Lampung, Desember 2016 Yang menyatakan

Revisia Susanti NPM 1013023075


(7)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Oleh

REVISIA SUSANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2014-2015 yang ber-jumlah 433 siswa dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X2 sebagai kelas kontrol, dan X3 sebagai kelas eksperimen Tahun Pelajaran 2014-2015. Peng-ambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non EquivalentControl Group Design. Efektivitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol sebesar 0.406 dan pada kelas eksperimen sebesar 0.671. Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t-Test), disimpulkan bahwa pem-belajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkatkan


(8)

kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Kata kunci. Model problem solving, kemampuan memfokuskan pertanyaan, larutan elektrolit dan nonelektrolit.


(9)

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA LARUTAN

ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Oleh

REVISIA SUSANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ogan Lima, Bukit Kemuning, Lampung Utara pada tanggal 16 Juli 1992 anak kedua dari empat bersaudara, buah hati Bapak Kasmin, S.Pd. dan Ibu Siti Balkis, S.Pd.

Mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di SD Negeri 2 Tanjung Baru, Lampung Utara yang diselesaikan tahun 2004. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Bukit Kemuning diselesaikan tahun 2007, SMA Negeri 1 Bukit Kemuning disele-saikan tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal.

Selama menjadi mahasiswa, pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Bandung-Yogyakarta-Surabaya pada tahun 2013. Dan pada tahun 2014, telah menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Negeri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Pesisir Selatan.


(11)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, terucap syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT, kupersembahkan tulisan ini teruntuk:

Ibunda (Siti Balkis S.Pd) dan Ayahanda (Kasmin S.Pd) yang dimuliakan Allah SWT

Ya allah, balaslah kebaikan mereka karena telah mendidikku. Berikan ganjaran kepada mereka karena telah memuliakanku. Jagalah mereka sebagaimana mereka

memiliharaku pada masa kecilku. Jangan biarkan aku lupa untuk menyebut mereka sesudah shalatku, pada saat malamku, dan pada saat siangku. Jadikan aku

orang yang sangat mencintai mereka. Suamiku (Rian Albert)

Yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, semangat, serta doa dan yang selalu menemani dalam suka duka dalam kehidupan.

Anakku (Alvi Albert)

Pemberi semangat disetiap langkah dalam menyelesaikan tugas skiripsi.

Ayunda (Yuliaarianti Purnama Sari)

Yang selalu memberi semangat, dukungan, kasih dan sayang.

Adinda (Rika Maida Putri dan Dila Antika Yunizar) Yang selalu menemani dalam suka dan duka dalam kehidupan.


(12)

MOTTO

Ketika kita gagal, jangan pernah sekalipun untuk menyerah.

Berpikirlah dan berkatalah bahwa kesuksesan anda telah

menunggu didepan mata anda.

~

Revisia Susanti

Bahwa sesungguhnya dari keyakinan diri anda lah yang

mampu membawa anda menuju masa depan yang lebih baik

lagi. Tetap semangat dan iklas menjalaninnya.

~

Revisia Susanti

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; Jangan pula

lihat masa depan dengan ketakutan; Tetapi lihatlah sekitar

Anda dengan Kesadaran.


(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan pada Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullullah Mu-hammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Mengingat kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila; 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA; 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan sa-ran dalam proses penyusunan skripsi, meminjami segala fasilitas serta sudi menjadi tempat berbagi;

4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi;


(14)

iv 5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II, atas kesediannya

memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi;

6. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembahas, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi;

7. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi Pen-didikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;

8. Bapak Drs. Suwarlan, M.MPd. kepala sekolah atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian; Ibu Elli S.Pd. sebagai guru mitra, atas kesediaan-nya memberi bimbingan dan motivasi, dan seluruh dewan guru, staf TU serta siswa-siswi SMA Negeri 1 Natar;

9. Orang tua keduaku bapak Mufti sapano, S.Pd dan Ibu Nurzaleha, S.Pd terima kasih telah menjagaku dan membimbingku selama ini;

10. Sahabatku Icha, Mutia, Annisa, Arif, Debie, Eva, Fuah, Yuwanti, Yudha dan teman-teman Pendidikan Kimia 2010, KKN-KT 2014 pekon Negeri Ratu Tenumbang terima kasih atas motivasi, senyum, dukungan, dan kepercayaan yang selalu kalian berikan;

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rah-mat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan untuk karya selanjutnya.

Bandarlampung, Mei 2016 Penulis,


(15)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas ... 9

B. Pembelajaran Problem Solving ... 10

C. Model Pembelajaran Konvensional ... 12

D. Keterampilan Berpikir Kritis ... 14

E. Kerangka Pemikiran ... 18

F. Anggapan Dasar ... 19

G. Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Jenis dan Sumber Data ... 20

C. Metode dan Desain Penelitian ... 21

D. Variable Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23


(16)

vii IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 27 B. Pembahasan ... 35 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 46 B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(17)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Unsur-unsur Keterampilan Berpikir Kritis ... 14

2. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 16

3. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis yang Dilatihkan ... 18

4. Desain Penelitian ... 21

5. Nilai Rata-rata Pretes dan Postes ... 27

6. Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 29

7. Hasil Uji T-Test ... 32

8. Rata-rata n-Gain ... 33


(18)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 24

2. Hasil Uji Normalitas Q-Q Plot Kelas Kontrol ... 30

3. Hasil Uji Normalitas Q-Q Plot Kelas Eksperimen ... 30


(19)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Analisis SK dan KD ... 53

2. Silabus Eksperimen ... 57

3. RPP Eksperimen ... 63

4. LKS ... 87

5. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Soal Postes ... 106

6. Soal Pretes ... 111

7. Soal Postes ... 117

8. Rubrik Soal Uraian ... 122

9. Lembar Penilaian Afektif ... 133

10. Rubrik Penilaian Afektif ... 145

11. Analisis Angket Pendapat Siswa ... 147

12. Kisi-Kisi Angket Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ... 153

13. Lembar Penilaian Psikomotor ... 155

14. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 158

15. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes Siswa Kelas Eksperimen ... 164

16. Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan ... 173


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yang berkualitas mencerminkan peradaban suatu bangsa juga ber- kualitas. Pendidikan bertujuan untuk mendidik peserta didik dan tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata, tetapi dapat memberikan pengalaman yang mampu membentuk karakter peserta didik, serta dapat memecahkan permasalah- an yang ada dimasyarakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi untuk mengembang- kan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembang- kan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa ke-pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, bertutur kata, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan, pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada masyarakat terutama peserta didik. Pendidikan yang ideal yaitu


(21)

2

setia usaha, pengaruh perlindungan dan bantuan yang diberikan peserta didik tertuju kepada pendewasaan anak. Dimana pengaruh tersebut datangnya dari orang dewasa contohnya seperti sekolah, buku dan putaran hidup sehari-hari. Di dalam pendidikan mempunyai karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya adalah: 1). Guru hanya sebagai fasilisator; 2). Guru yang bertindak sebagai guru yang mendidik; 3). Guru membawa peserta didik lebih aktif. (Tim Penyusun, 2006).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatkan mutu pendidikan dalam menghasilkan siswa yang ber-kualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif. IPA juga berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam. secara sis- tematis, sehingga IPA bukan hanya mempelajari tentang penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).

Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun IPA, yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA. Ilmu kimia memiliki tiga karakteristik yang berkaitan erat yaitu, ilmu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori), ilmu kimia sebagai proses atau kerja ilmiah, dan ilmu kimia sebagai sikap. Ilmu kimia juga memiliki tujuan dan fungsi tertentu, di- antaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis ter-


(22)

3

hadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk me-nyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Tim Penyusun, 2006). Materi kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang ada dalam ke-hidupan sehari-hari, seperti pada materi elektrolit nonelektrolit, banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi ini; misalnya penggunaan aki dalam kendaraan bermotor maupun rumah tangga. Materi larutan elektrolit nonelektrolit dalam pembelajaran kimia di SMA lebih terkondisikan untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia SMA Negeri 1 Natar diketahui bahwa pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Natar cenderung menekankan hanya pada aspek produknya saja. Selama ini proses pembelajaran kimia hanya melibatkan siswa sebagai pendengar dan pen-catat karena selama ini pembelajaran didominasi dengan ceramah oleh guru dan latihan soal. Model pembelajaran yang seperti ini membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Siswa hanya menerima dan mendengarkan materi dari guru dan tidak banyak dilibatkan dalam menemukan konsep. Salah satu untuk mencapai tujuan dan fungsi tersebut maka diperlukan pembelajarn model

problem solving pada kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis.


(23)

4

Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Ennis (1989) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau di-lakukan. Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lain-nya.

Menurut Halpen (Saputra,2012), berpikir kritis adalah memberdayakan ke-terampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Hal ini merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.

Sesorang yang mempunyai tingkat berpikir kritis yang baik umumnya

mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang baik pula. Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemam-puan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif


(24)

5

bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, menengah, dan rendah. Apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.

Pembelajaran problem solving merupakan suatu model pembelajaran yang me-miliki beberapa langkah dalam pelaksanaannya menurut Djamarah dan Zain (2000), yaitu (1) Mengorientasi siswa kepada masalah; (2) Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah; (3) Menetapkan jawab-an sementara dari masalah; (4) Menguji kebenarjawab-an jawabjawab-an sementara; djawab-an (5) Menarik kesimpulan. Pembelajaran problem solving dapat membuat siswa aktif , siswa juga dapat menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah dan mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawab-kan. Model pembelajaran problem solving memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian masalah. Melalui pemberian masalah, siswa akan terlatih untuk mendefinisikan masalah yang tidak lain adalah keterampilan berpikir kritis. Setelah itu, siswa mencari data atau informasi yang dapat diguna-kan untuk menyelesaidiguna-kan masalah. Pada tahap ini dengan mencari sebanyak-banyaknya informasi, siswa akan dilatih untuk meningkatkan salah satu kete-rampilan berpikir kritis yaitu membuat pertanyaan dari materi yang sedang di-bahas. Tahap berikutnya siswa membuat jawaban sementara dari permasalahan.


(25)

6

Melalui kegiatan ini, siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu mengemukakan hipotesis. Berikutnya siswa akan membukti- kan kebenaran dari jawaban sementara tersebut. Pada tahap ini, siswa akan melakukan observasi, eksperimen, tugas, diskusi dan lain-lain untuk membukti- kan jawaban sementara yang mereka kemukakan sehingga akan meningkatkan salah satu keterampilan berpikir kritis yaitu memberikan alasan terhadap jawaban yang dibuat. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk meng-komunikasikan hasilnya kepada siswa yang lain dan memberikan penjelasan mengapa siswa menjawab demikian sehingga dapat meningkatkan salah satu ke-terampilan berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian ini dengan judul :

“Efektivitas Model Problem solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan Pada Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana efektivitas model problem solving dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada larutan elektrolit dan nonelektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model problem solving dalam


(26)

7

meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada larutan elektrolit dan nonelektrolit.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi: 1. Siswa

Penerapan model problem solving dalam kegiatan pembelajaran maka akan me-ningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit

2. Guru

Model problem solving sebagai alternatif guru dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan.

3. Sekolah

Penerapan model problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas adalah hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai (menurut Suharsimi Mahmudi, 2005).

2. Model pembelajaran problem solving memiliki lima langkah dalam pe-laksanaannya (menurut Djamarah dan Zain, 2000 ), yaitu (1) Mengorientasi siswa kepada masalah; (2) Mencari data atau keterangan yang digunakan


(27)

8

untuk memecahkan masalah; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara; dan (5) Menarik kesimpulan.

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

4. Keterampilan memberikan penjelasan sederhana yang diteliti adalah mem-fokuskan pertanyaan yang berfokus pada sub indikator merumuskan per-tanyaan dan merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban

5. Materi kimia dalam penelitian ini adalah meteri larutan elektrolit nonelektrolit meliputi daya hantar listrik, sifat dan jenis larutan.

6. Sampel penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Natar, Lampung Selatan Kelas X3 Tahun ajaran 2014/2015.


(28)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas

Menurut mahmudi (2005), “efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai’. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, kegiatan. Pengajar- an yang efektif adalah pengajaran yang mampu memanfaatkan semua potensi yang mendorong tercapainya tujuan. Tingkat efektif dapat ditinjau dari prestasi belajar yang akan diperoleh dari hasil belajar.

Menurut kamus bahasa Indonesia (1997), efektivitas adalah menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektivitas apabila usaha itu telah mencapai tujuannya. Kriteria utama suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil adalah dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Pringgodigjo (1973) adalah menunjukkan taraf tercapainya suatu efektif apabila itu mencapai tujuannya. Secara ideal taraf efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang pasti.

Kriteria keefektivan menurut Nurgana (1985) mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang- kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai= 65 dalam peningkatan prestasi belajar.


(29)

10

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara

pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (Gain yang signifikan).

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Menurut Arikunto (2004) Efektivitas adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan.

B. Pembelajaran Problem Solving

Pembelajaran problem solving merupakan suatu model pembelajaran yang me- miliki beberapa langkah dalam pelaksanaannya (menurut Djamarah dan Zain, 2000), yaitu. (1) Mengorientasi siswa kepada masalah; (2) Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara; dan (5) Menarik kesimpulan.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2006) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan model pembelajaran problem solving

a. Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.


(30)

11

c. Model ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi da-lam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan model pembelajaran problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berpikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan ber-bagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

3. Cara-cara Mengatasi Kelemahan-kelemahan Model Problem Solving

a. Masalah yang diajukan untuk diselesaikan, carilah masalah yang aktual, sering terjadi. Untuk itu juga perlu kiranya memperoleh input dari peserta diklat terlebih dahulu. Bagaimana menurut pendapat mereka tentang ma-salah itu. Apakah kemampuan dan pengetahuan peserta diklat diperkira-kan masih sanggup untukmenyelesaidiperkira-kannya.

b. Diusahakan agar melihat sesuatu masalah dari sudut lain, dalam arti masalah itu harus diolah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prior


(31)

12

knowledge dan kemampuan peserta diklat. Misalnya masalah perseling- kuhan, tidak bisa hidup bersama mertua, memilihkan pendidikan bagi anak-anak.

c. Uraikanlah suatu masalah menjadi unsur-unsur sebab akibat, dan pilihlah mana yang betul-betul relevan serta cocok dengan keadaan peserta diklat. Jangan sampai terjadi kekaburan bagi peserta diklat tentang dari mana mereka harus memulaitugasnya.

Cara menyelesaikan masalah, peserta didik bisa dibantu dengan membuat model pohon masalah, atau memetakan masalah (problem mapping) dan masing-masing dicarikan alternatif penyelesaiannya.

Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak me-mecahkan masalah tersebut.

C. Model Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal (Kamus Besar Bahasa Indonesia,


(32)

13

2002). Menurut Sagala (2007), pembelajaran konvensional adalah pembelajaran klasikal atau yang disebut juga pembelajaran tradisional. Pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa, yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas. Pembelajaran klasikal me-mandang siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk dan pasif mendengar- kan penjelasan guru.

Menurut Suyitno (2007), pada umumnya pembelajaran konvensional yang sering dilakukan oleh pendidik selama ini memiliki banyak kelemahan antara lain sebagai berikut:

a. Kegiatan belajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas guru adalah memberi dan tugas siswa adalah menerima.

b. Kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Siswa merupakan penerima pengetahuan yang pasif.

c. Pembelajaran konvensional cenderung mengkotak-kotakkan siswa. d. Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses. e. Memacu siswa dalam kompetisi bagaikan ayam aduan, yaitu siswa bekerja

keras untuk mengalahkan teman sekelasny. Siapa yang kuat dia yang menang.

Menurut Djamarah (1996), model pembelajaran konvensional adalah model pem-belajaran traditional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.


(33)

14

D. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Sembel (Suyanti, 2010), berpikir kritis merupakan sebuah proses ber-pikir yang bermuara pada tujuan akhir yang membuat kesimpulan ataupun ke-putusan yang masuk akal tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.

Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Terdapat enam kompo-nen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.

2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelumn membuat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung

kesimpulan

4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).

5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain


(34)

15

memahami apa yang diungkapkan

6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan

simpulkan.

Moore dan Parker (2011) menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

a. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat. b. Membedakan klaim yang rasional dan emosional. c. Memisahkan fakta dari pendapat.

d. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.

e. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain. f. Menunjukkan analisis data atau informasi.

g. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.

h. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan informasi.

i. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermaknaganda.

j. Membangun argumen yang meyakinkan. k. Memilih data penunjang yang paling kuat. l. Menghindari kesimpulan yang berlebihan.

m. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan.

n. Menyadari ketidakjelasan.

o. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan.

p. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam pengambilan keputusan.

q. Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu. r. Menggunakan bukti secara benar.

s. Menyusun argumen secara logis dan kohesif.

t. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.

u. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan. Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelom-pok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, serta stra-tegi dan taktik.


(35)

16

Tabel 2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis

No kelompok Indikator Sub Indikator

1 Memberikan penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertayaan b. Mengidentifikasi atau me- rumuskan kriteria untuk mempertimbangkan ke- mungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis argument a. Mengidentifikasi kesimpulan

b. Mengidentifikasi kalimat- kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi kalimat- kalimat bukan pertanyaan d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu argument

f. Membuat ringkasan Bertanya dan

menjawab pertanyaan

a. Menyebutkan contoh

b. Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud…? Apa yang membuat perbedaan…?

2 Membangun keterampilan dasar

Mempertimbangakan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan

kemenarikan konflik c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber

d. mempertimbangkan reputasi e. mempertimbangkan

penggunaan prosedur yang tepat

f. Mempertimbangkan resiko g. Kemampuan untuk memberikan alasan h. kebiasaan berhati-hati Mengobservasi dan

mempertimbangkan laporan observasi

a. Melibatkansedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan

c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang benar

f. Menggunakan akses yang baik


(36)

17

Tabel 2 (lanjutan)

No Kelompok Indikator Sub Indikator

g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban hasil observasi

3 Menyimpulkan

Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a. Mengemukakan hal yang umum

b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

berdasarkan akibat

c. Menerapkan dan menentukan hasil pertimbangan

d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan masalah

4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

a. Membuat bentuk definisi (sinonim, klasifikasi, rantang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh)

b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Menjelaskan bukan pernyataan

b. Mengkontruksi argument

5 Mengatur strategi dan taktik

Menentukan suatu tindakan

a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan sementara

e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapan Berinteraksi dengan

orang lain

a. Menggunaka argument b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika

d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan


(37)

18

Indikator Keterampilan berpikir kritis yang dilatihkan:

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 Memberikan penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan

a. Merumuskan pertanyaan b. Merumuskan kriteria untuk

mempertimbangkan kemungkinan jawaban

E. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman bagai-mana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya bahwa pada tahap pertama model pembelajaran problem solving, siswa dihadapkan pada masalah untuk siswa selesaikan. Pada tahap tersebut, diharapkan siswa akan terstimulus untuk mendefinisikan masalah yang mereka hadapi. Pada tahap kedua yakni men-cari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, siswa akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi sehingga siswa pun diharapkan dapat membuat isi definisi dalam bentuk contoh dan non contoh. Pada tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa akan dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis. Pada tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk melakukan eksperimen dalam rangka untuk memecah-kan masalah berdasarmemecah-kan fakta dalam eksperimen tersebut. Eksperimen ini, maka


(38)

19

siswa akan dapat memberikan alasan terhadap jawaban yang dibuat. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ketika siswa telah mendapatkan kesimpulan dari permasalahan diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasilnya dengan yang lain dan memberikan penjelasan sederhana dari data yang didapat untuk me-nyelesaikan masalah. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan ke-terampilan berpikir kritis siswa dalam kemampuan memfokuskan pertanyaan.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2014/2015 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama. 2. Perbedaan rata-rata nilai n-Gain keterampilan siswa dalam berpikir kritis

semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

3. Faktor - faktor lain perlakuan yang mempengaruhi peningkatan keterampilan siswa dalam berpikir kritis pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan memberikan penjelasan sederhana yang berindikator pada


(39)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mem-punyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di-pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Natar Tahun Pe-lajaran 2014-2015 yang berjumlah 443 siswa. Penentuan sample penelitian di-dasarkan pada teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Penelitian dilakukan pada dua kelas yang berbeda sebagai kelas kontrol dan kelas

eksperimen, yaitu kelas X IPA2 dan X IPA3.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekun-der. Data primer berupa skor tes keterampilan memfokuskan pertanyaan sebelum penerapan pembelajaran (pretes), skor tes keterampilan memfokuskan pertanyaan setelah penerapan pembelajaran (postes), skor psikomotor dan data hasil obser-vasi kinerja guru. Data sekunder berupa kritik siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.


(40)

21

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence Control Group Design (Creswell, 1997). Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun posttes dikelas eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian dari dua kelas yang dipilih kemudian diobservasi.

Tabel 4. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Posttes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan:

O1 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi pretes

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model problem solving.

- : Pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran konvensional O2 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi postes

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1). Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan pembelajaran mengguna-kan model problem solving (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2) .

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan model problem solving dan pembelajaran konvensional. Variabel terikat adalah keterampilan siswa dalam kemampuan memfokuskan pertanyaan


(41)

22

pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu

Sugiyono (2009). Alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu:

1) Analisis SK-KD. 2) Silabus.

3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Lembar kerja siswa yang digunakan berjumlah dua LKS kelompok, yaitu LKS 1 mengenai penyebab larutan elektrolit dan nonelektrolit, dan LKS 2

mengenai penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik dan jenis senyawa pada larutan elektrolit terdapat tugas individu.

5) Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes. Soal pretes dan postes pada penelitian ini adalah materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang terdiri dari 4 butir soal uraian.

6) Lembar penilaian afektif.

7) Lembar penilaian pendapat siswa 8) Lembar penilaian psikomotor.

9) Lembar observasi kinerja guru terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.


(42)

23

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Prapenelitian

Tujuan prapenelitian, yaitu:

1) Meminta izin kepada Kepala SMANegeri 1 Natar untuk melaksanakan penelitian.

2) Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan in-formasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksa-naan penelitian.

3) Menentukan populasi dan sampel penelitian. 2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap Pembuatan Instrumen Pembelajaran

Membuat Analisis KI-KD, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal pretes dan soal posttes, Lembar penilaian afektif, Lembar penilaian psikomotor, dan Lembar observasi kinerja guru.

b. Tahap alidasi Instrumen c. Tahap Penelitian

adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(43)

24

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran problem solving diterapkan di kelas

eksperimen serta pem-belajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol. 3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. 4) Analisis data 5) Pembahasan 6) Simpulan

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 2. Prosedur pelaksanaan penelitian penelitian Pembahasan

Simpulan Analisis data

Menentukan Populasi dan Sampel

Validasi Instrumen

Pembuatan instrumen pembelajaran Observasi ke Sekolah

Izin ke Kepala SMA YP Unila

Pelaksanaan Penelitian Prapenelitian

Pembelajaran kelas

eksperimen dan kelas kontrol Postes Pretes


(44)

25

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hi-potesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan SPSS versi 17.0 for windows. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1) Menghitung skor jawaban pretes dan posttes berdasarkan kunci jawaban dan pedoman penskoran.

2) Mengubah skor menjadi nilai

...(1) 3) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS

versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji normalitas menggunakan uji

kolmogorov-Smirnov Test.

4) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji homogenitas menggunakan statistik uji

Levene.

5) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji hipotesis dengan T-Test menggunakan uji-t dua sampel bebas.

6) Perhitungan n-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan memfokuskan pertanyaan.

100 x maksimal

skor

benar yang jawaban skor

Siswa


(45)

26

Menurut Hake (Fauzan, 2012) untuk menghitung n-Gain digunakan rumus sebagai berikut:

Penentuan kriteria nilai n-Gain yang dikemukakan oleh Hake (1999), yaitu : N-gain> 0,7 (n-Gain tinggi)

0,3 ≤N-gain≤ 0,7 (n-Gain sedang) N-gain< 0,3 (n-Gain rendah)


(46)

46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: pembelajaran menggunakan problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata n-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada kelas dengan pembelajaran menggunakan problem solving berbeda secara signifikan (uji-t) dari kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 1 Natar. Nilai rata-rata n-Gain siswa pada kelas dengan pembelajaran menggunakan problem solving lebih tinggi daripada nilai rata-rata n-Gain siswa kelas dengan


(47)

47

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar menggunakan model pembelajaran, misalnya problem solving dalam proses pembelajaran. 2. Pembelajaran problem solving dapat dipakai sebagai alternatif pendekatan

pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(48)

48

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches.

Lodon: Sage Publications.

Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, B.S. dan A. Zein. 2006.. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ennis. R. H. 1996. Critical Thingking. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Thinking. Midwest Publications. California. Liliasari. 1996. Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan oleh

Siswa SMA. Sebuah Studi tentang Berpikir Konsep. Sekolah Pasca Sarjana IKIP. Bandung.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sagala, Syaiful. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.


(49)

49

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung. Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajarn Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Trianto. 2009. Mendasain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi

Pustaka. Jakarta.


(1)

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hi-potesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan SPSS versi 17.0 for windows. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1) Menghitung skor jawaban pretes dan posttes berdasarkan kunci jawaban dan pedoman penskoran.

2) Mengubah skor menjadi nilai

...(1) 3) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS

versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-Smirnov Test.

4) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji homogenitas menggunakan statistik uji Levene.

5) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji hipotesis dengan T-Test menggunakan uji-t dua sampel bebas.

6) Perhitungan n-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan memfokuskan pertanyaan. 100 x maksimal skor benar yang jawaban skor Siswa Nilai 


(2)

sebagai berikut:

Penentuan kriteria nilai n-Gain yang dikemukakan oleh Hake (1999), yaitu : N-gain> 0,7 (n-Gain tinggi)

0,3 ≤N-gain≤ 0,7 (n-Gain sedang) N-gain< 0,3 (n-Gain rendah)


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: pembelajaran menggunakan problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata n-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada kelas dengan pembelajaran menggunakan problem solving berbeda secara signifikan (uji-t) dari kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 1 Natar. Nilai rata-rata n-Gain siswa pada kelas dengan pembelajaran menggunakan problem solving lebih tinggi daripada nilai rata-rata n-Gain siswa kelas dengan


(4)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar menggunakan model pembelajaran, misalnya problem solving dalam proses pembelajaran. 2. Pembelajaran problem solving dapat dipakai sebagai alternatif pendekatan

pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Lodon: Sage Publications.

Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, B.S. dan A. Zein. 2006.. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ennis. R. H. 1996. Critical Thingking. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Thinking. Midwest Publications. California. Liliasari. 1996. Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan oleh

Siswa SMA. Sebuah Studi tentang Berpikir Konsep. Sekolah Pasca Sarjana IKIP. Bandung.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sagala, Syaiful. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.


(6)

Trianto. 2009. Mendasain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Implementasi model pembelajaran problem solving berbasis eksperimen pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit

0 2 6

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN NONELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT SERTA REDOKS

0 3 56

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 10 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN MEMPREDIKSI

0 6 45

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENYIMPULKAN

0 6 42

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

1 17 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR DAN MEMBERIKAN PENJELASAN LANJUT PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 3 43

JUDUL INDONESIA: MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

0 6 53

Model Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Berpikir Orisinil pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

2 27 198

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA MATERI GARAM HIDROLISIS

1 11 58